1
Nomor : PR.05.04/VI.4/ /2018 Januari 2018 Lampiran : satu berkas Hal : Lakip Dit.Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Tahun 2017. Yang terhormat : Sekretaris Ditjen.Pelayanan Kesehatan Ub. Kepala Bagian Program dan Informasi Setditjen.Yankes Jakarta Bersama ini kami kirimkan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2017, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian kami ucapkan terima kasih. Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
dr. Eka Viora Sp.KJ NIP 195806301987092001
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat
Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, Laporan
Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
tahun 2017 dapat tersusun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan media
pertanggung jawaban kinerja dan salah satu cara
Evaluasi yang obyektif, efisien dan efektif. Diharapkan
laporan ini dapat menjadi bahan masukan dalam
pengambilan kebijakan pimpinan dan perencanaan pada tahun mendatang serta
dapat memberikan kontribusi kepada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan
Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan penyelenggaraan yang bersih dan
bebas dari korupsi,kolusi serta nepotisme.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64/Menkes/Per/IX/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
diharapkan dengan transpormasi ini dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya menjadi lebih baik.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Dengan laporan ini
diharapkan ada umpan balik yang akan berguna dalam proses perbaikan kinerja
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan di masa mendatang. Masukan
dan saran perbaikan sangat kami harapkan guna penyempurnaan di waktu yang
akan datang.
Jakarta, Januari 2018
Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
dr. Eka Viora, Sp KJ NIP 195806301989012001
3
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaiaikan
pertanggung jawaban Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan beserta
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dan seluruh satuan kerja dilingkungan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan sebagai sumber informasi untuk perbaikan
perencanaan ke depan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan tahun 2017 hampir memenuhi target yang ditetapkan dalam Perjanjian
Kinerja. Pencapaian presentase pada Indikator Kinerja utama program berjalan efektif
sebesar 94,06% selain dari pada itu indikator kinerja kegiatan memenuhi target dari
yang ditetapkan.
Upaya yang telah dilakukan untuk mencapai indikator kinerja diatas adalah dengan
melakukan Sosialisasi, Bimbingan Teknis, advokasi, peningkatan kemampuan SDM
pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, pendampingan akreditasi Internasional
pada Rumah Sakit Pemerintah, serta pengalokasian anggaran sesuai prioritas.
Permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan waktu pelaksanaan kegiatan dan
koordinasi karena adanya revisi anggaran, kesesuaian persepsi antara evaluator
LAKIP dengan satker terhadap kertas kerja evaluasi.
Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 sebesar 94,06 % dari
alokasi Rp. 22.761.576.000,-. Sesuai tugas Direktorat Mutu dan Akreditasi yaitu
pembinaan pelayanan kesehatan dilingkungan lingkungan Ditjen Pelayanan
Kesehatan - Kementerian Kesehatan, maka dana tersebut dialokasikan untuk
mendukung pencapaian indikator kinerja serta pelaksanaan program dan kegiatan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
IKHTISAR EKSEKUTIF ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... iii
BAB. I : PENDAHULUAN
A. Penjelasan Umum Organisasi .........................................
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis Organisasi
Yang Dihadapi ................................................................
C. Sistematika
BAB. II : PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja .....................................................
B. Perjanjian Kinerja ......................................................
BAB. III :AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi ..........................................
B. Realisasi Anggaran ......................................................
C. Sumber Daya Lainnya ................................................
BA. IV :KESIMPULAN ...............................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. DIPA Dit. Mutu dan Akreditasi Yankes TA. 2017
2. Perjanjian Kinerja Dirjen.Pelayanan Kesehatan TA. 2017
3. Rencana Aksi Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes
4. Renja-KL Kementerian Kesehatan Tahun 2017
5. Data Jumlah RS yang Terakreditasi s.d Desember 2017
6. Data Puskesmas bersertifikasi akreditasi
7. Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
8. Pencapaian Indikator Per Triwulan
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64/Menkes/Per/IX/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan perumusan, dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,prosedur dan kriteria, dan
pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang mutu
dan akreditasi pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan menyelenggrakan fungsi :
1. Penyiapkan bahan rumusan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi pelayanan
kesehatan
2. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang mutu dan akreditasi pelayanan
kesehatan
3. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang mutu
dan akreditasi pelayanan kesehatan
4. Penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi pelayanan
kesehatan.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan terdiri atas :
1. Subdirektorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer, mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan primer.
2. Subdirektorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan, mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dan pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan
akreditasi pelayanan kesehatan rujukan.
3. Subdirektorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya, mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria dan pemberian bimbingan teknis dan
6
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang mutu dan akreditasi
pelayanan kesehatan Lainnya.
4. Subbagian Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan
rencana, program dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara,
evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian, tata laksana, kearsipan, dan tata
persuratan serta kerumah tanggaan Direktorat.
Gambar 1. Struktur Organisasi dan Nama Pejabata Eselon II, III, dan IV pada
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan keadaan per 31
Desember 2017.
B. ASPEK STRTEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI
Program Pembinanan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehata bertujuan untuk meningkatkan akses Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dasar dan rujukan yang berkualitas. Setiap tahunnya telah terjadi peningkatan jumlah
puskesmas. Akan tetapi akses masyarakat masih perlu ditingkatkan karena belum semua
kecamatan yang memiliki minimal satu puskemas yang berstandar minimal pelayanan.
7
Dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan diterapkannya
desentralisasi kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya sinkronisasi
kegiatan antara Pusat dan Daerah, kapasitas SDM daerah terutama dalam perencanaan
dan sistem informasi.Di sisi lain, jumlah, jenis, mutu pelayanan kesehatan juga masih
belum merata, terutama karena ketersediaan SDM kesehatan baik jumlah, jenis dan
mutuserta kompetensi yang belum merata terutama di daerah terpencil, sangat terpencil
dan perbatasan. Demikian juga ketersedian sarana prasarana dan peralatan masih
kurang memadai terutama di daerah terpencil, sangat terpencil dan perbatasan.
Jumlah Rumah Sakit (RS) dengan jumlah tempat tidur (TT) di tahun 2017 mengalami
peningkatan dengan perbandingan rata-rata 147 per tahun. Laju pertumbuhan Rumah
Sakit yang telah terakreditasi Nasional pada tahun 201-2014 sebanyak 1.227 RS dengan
menggunakan instrumen akreditasi versi 2007.
Diharapkan mutu RS dan Puskesmas secara langsung akan diikuti dengan peningkatan
kualitas pelayanan sehingga pada tahun mendatang harus di upayakan peningkatan
pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit telah tersertifikasi Akreditasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan
kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, menyatakan bahwa fasilitas kesehatan
tingkat pertama harus terakreditasi dan rumah sakit harus memiliki sertifikat akreditasi.
Berdasarkan kondisi di atas, maka tantangan strategis yang dihadapi oleh Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan yang tertuang di dalam Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Perlunya penguatan pelayanan kesehatan primer
2. Perlunya penetapan sistem regionalisasi rujukan di seluruh provinsi
3. Perlunya penetapan dan pembangunan sistem rujukan nasional
4. Tidak meratanya jumlah, jenis dan kompetensi SDM Kesehatan
5. Kapasitas manajemen puskesmas dan rumah sakit yang tidak merata, dan belum
berbasiskan sistem manajemen kinerja
6. Belum tersedianya sarana prasarana dan alkes pada PPK I yang sesuai standar
secara merata di seluruh Indonesia
7. Belum terintegrasinya data dan sistem informasi di pusat, daerah, rumah sakit dan
puskesmas
8. Kebijakan pemerintah daerah yang belum tersinkronisasi dengan kebijakan
pemerintah pusat.
8
VISI
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan upaya
kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
menetapkan adalah:
MISI
Misi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mengacu kepada misi Kementerian
Kesehatan sesuai rencana strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019, yaitu:
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
d. Menciptakan tatakelola kepemerintahan yang baik
Dalam rangka pencapaian visi 2019, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan telah
menetapkan suatu peta strategis yang menggambarkan hipotesis jalinan sebab akibat dari
15 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan prioritas strategis Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan yang diperlukan guna memampukannya dalam mencapai
target kinerja yang berkelanjutan di masa yang akan datang). Peta strategi pencapaian visi
tersebut disusun berbasiskan pendekatan balanced-score card dengan memperhatikan
peta strategis pada Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019.
“AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG TERJANGKAU DAN
BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT”
(Visi Ditjen Yankes)
9
Gambar 2. Peta Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2015-2019
Peta strategi disusun untuk mencapai visi Ditjen Pelayanan Kesehatan 2019
menciptakan Akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi
masyarakat. Visi tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk 2 (dua) tujuan strategis
(outcome), yaitu: terwujudnya peningkatan akses pelayanan kesehatan dan terwujudnya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan (akreditasi fasyankes).
Visi Yankes 2016 Akses Pelayanan Kesehatan yang Terjangkau dan Berkualitas Bagi
Masyarakat
10
C. SISTEMATIKA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016 ini menjelaskan
pencapaian kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan selama Tahun 2016.
Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan disusun
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
A. Penjelasan Organisasi
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis Organisasi yang di Hadapi
C. Sistematika
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
B. Perjanjian Kinerja
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA
A. Pencapaian Indikator Kinerja Organisasi
B. Realisasi Anggaran
C. Sumber Daya Lainnya
BAB IV. PENUTUP
Berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan .
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator
kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam
sasaran strategis. Dalam rencana kinerja (Renja) Kementerian/Lembaga Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2017, sebagaimana telah ditetapkan dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator untuk
mencapai sasaran strategis organisasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 yang telah direvisi dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/422//2017 tentang Revisi
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan melaksanakan program pembinaan upaya kesehatan.
Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun
waktu 5 tahun sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019.
Tabel 1. Sasaran Program Dit.Mutu & Akreditasi Yannkes Tahun 2015-2019
No Sasaran Program
Indikator Kinerja Target
2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya Mutu dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Primer, Rujukan dan Penunjang
1
Jumlah Kabupaten/Kota yang siap akreditasi fasilitas kesehatan primer
350 700 1400 2800 5600
2
Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
94 190 287 384 481
12
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan dokumen
pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan
bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya
yang dimiliki. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan menyusun
perjanjian kinerja tahun 2017 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2017.
Tabel Gambaran Perjanjian Kinerja Dit.Mutu dan Akreditasi Yankes .
13
Pada tahun 2017 dialokasikan anggaran sebesar Rp. 23.338.600.000,- ( Dua puluh Tiga
Milyar Tiga Ratus Tiga Puluh Delapan Juta Enam Ratus Ribu Rupiah ) ,-untuk
Program Pembinaan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.
14
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. PENCAPAIAN KINERJA
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan
rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator program dalam Rencana
Strategis, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan masing-masing indikator.
Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian
indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa yang
akan datang, agar setiap program yang direncanakan ke depan dapat lebih berhasil
guna dan berdaya guna.
Pada Laporan Akuntabilatas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan memaparkan pencapaian indikator kinerja program
sesuai dengan perjanjian kinerja tahun 2017. Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Kinerja Direktorat
Jenderal Pelayananan Kesehatan Tingkat Kementerian/Lembaga adalah sebagai
berikut :
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi
akreditasi
2. Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi
Nasional.
3. Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 1 Labkes yang memenuhi syarat
untuk dilakukan akreditasi
4. Jumlah Kabupaten/Kota dengan minimal 1 Laboratorium yang memenuhi standar
mutu pemantapan mutu eksternal nasional.
Selain untuk mendapat informasi mengenai masing-masing indikator, pengukuran
kinerja ini juga dimaksudkan untuk mengetahui kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi
Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan khususnya
dibandingkan dengan target yang ingin dicapai dan sudah ditetapkan di awal tahun.
Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-
pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka
mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis
(RENSTRA) Kementerian Kesehatan dan Penetapan Kinerja.
15
Pencapaian indikator sasaran tersebut dilakukan dengan Monitoring dan Evaluasi
setiap Triwulan, baik di Tingkat Eselon I Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan
Bappenas.
Uraian pengukuran pencapaian kinerja dari analisis pencapaian kinerja pelaksanaan
program di lingkungan Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
dilaporkan berdasarkan pengelompokan indikator adalah sebagai berikut::
A.1. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit.Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer.
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
tersertifikasi akreditasi
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T T
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
350
93
(26,6%)
700
1.308
(186,85%)
2.800
3.447
(123. 11%)
4.900 5.600
Salah satu Indikator Kinerja Utama Kementerian Kesehatan (IKK) sebagaimana yang
tercantum dalam Renstra Kemenkes tahun 2015-2019 dan RPJMN tahun 2015-2019
yaitu jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi.
Hingga saat ini ada 7.160 Kecamatan (Permendagri No. 56 tahun 2015), dan ada
9.754 Puskesmas (Pusdatin, Des 2015). Indikator ini sejalan dengan diberlakukannya
Permenkes nomor 99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN dimana akreditasi
dipersyaratkan sebagai salah syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Bidang
Kesehatan yang akan diberlakukan pada tahun 2021.
Untuk mengupayakan terwujudnya percepatan pencapaian target tersebut, perlu
disusun Peta Jalan Akreditasi Puskesmas tahun 2016-2020 yang dibagi dalam
beberapa tahapan, dan pelaksanaan kegiatannya dikelompokkan dalam 5 tahun, guna
menjamin terlaksananya akreditasi Puskesmas secara sistematis dengan skala
prioritas mengingat keterbatasan sumber daya.
1. Tahun 2016
Target kumulatif : 700 kecamatan memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi
akreditasi. Pada tahun ini diutamakan pada 470 Puskesmas belum tersertifikasi pada
tahun 2015 di 64 kab/kota yang ditambah minimal 1 Puskesmas pada Kab/kota yang
memperoleh dukungan DAK Non Fisik untuk Akreditasi Puskesmas.
Sampai dengan tahun ini, 1484 Puskesmas telah tersertifikasi akreditasi yang tersebar
di 1312 kecamatan. Dengan demikian masih ada 8.270 Puskesmas yang belum
16
tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 5.848 Kecamatan. Keseluruhan Puskesmas
tersebut diupayakan tersertifikasi akreditasi dalam kurun waktu 4 tahun ( 2017 –
2020).
Untuk mencapai target seluruh puskesmas terakreditasi di tahun 2020 maka perlu
diketahui jumlah Puskesmas yang harus diakreditasi per Kecamatan per tahun dari
total 9.754 Puskesmas yang tersebar di 7.160 Kecamatan.
Untuk mendapatkan jumlah Puskesmas yang harus diakreditasi per Kecamatan maka
perlu membandingkan antara jumlah Kecamatan dengan Puskesmas di seluruh
Indonesia.
Base line data didasarkan data pada tahun 2016 sebagai berikut:
Diketahui :
a. Ada 9.754 Puskesmas ( Pusdatin, 31 Desember 2015)
b. Ada 7. 160 Kecamatan ( Permendagri 56/2015)
c. Ada 1.484 Puskesmas telah terakreditasi yang tersebar di 1.312 Kecamatan
(Komisi Akreditasi FKTP, 31 Desember 2016)
d. Berdasarkan data pada poin a,b, dan c maka masih ada 8.270 Puskesmas yang
belum terakreditasi yang tersebar di 5.848 Kecamatan yang harus terakreditasi
dalam jangka 4 tahun ke depan ( 2017-2020)
e. Untuk menentukan target Puskesmas tersertifikasi per tahun (2017-2020) maka
dilakukan perbandingan antara Jumlah Puskesmas dengan jumlah Kecamatan
yang belum terakreditasi adalah : 8.270 dibagi 5.848 adalah 1, 414, sehingga
disetiap satu kecamatan, ada 1,414 Puskesmas yang harus terakreditasi.
f. Target kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi didasari pada
jumalah Kecamatan yang sudah tercapai tahun 2016, jumlah kecamatan yang
pencapainnya harus selesai tahun 2020 dan target pertahun yang tercantum dalam
Renstra Kemenkes tahun 2015 -2019 revisi tahun 2016,
yaitu:
Tahun 2016 sudah tercapai 1. 312 Kecamatan
Tahun 2017 ditargetkan : 2. 100 Kecamatan
Tahun 2018 ditargetkan : 2. 100 Kecamatan
Tahun 2019 ditargetkan : 1000 Kecamatan
Tahun 2020 ditargetkan : 648 Kecamatan
2. Tahun 2017
a. Berdasarkan target tahun 2017, harus ada 2.100 kecamatan yang memiliki minimal
satu Puskesmas terakreditasi dengan jumlah Puskesmas 2.969 Puskesmas (2100 x
1,414).
17
b. Target kumulatif: 3.412 kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi,
dengan 4.453 Puskesmas, diprioritaskan pada kab/kota yang memilki Puskesmas
yang diutamakan untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga tahap pertama dengan tetap mempertimbangkan unsur
pemerataan Puskesmas yang terakreditasi
3. Tahun 2018
a. Berdasarkan target tahun 2018, harus ada 2.100 kecamatan yang memiliki minimal
satu Puskesmas terakreditasi dengan jumlah Puskesmas 2.969 Puskesmas (2100 x
1,414).
b. Target kumulatif: 5.512 kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi,
dengan 7.422 Puskesmas, diprioritaskan pada kab/kota yang memilki Puskesmas
yang diutamakan untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga tahap kedua dengan tetap mempertimbangkan unsur
pemerataan Puskesmas yang terakreditasi
4. Tahun 2019
a. Berdasarkan target tahun 2019, harus ada 1.000 kecamatan yang memiliki minimal
satu Puskesmas terakreditasi dengan jumlah Puskesmas 1.414 Puskesmas (1.000
x 1,414).
b. Target kumulatif: 6.512 kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi,
dengan 8.836 Puskesmas, diprioritaskan pada kab/kota yang memilki Puskesmas
yang diutamakan untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga tahap ketiga dengan tetap mempertimbangkan unsur
pemerataan Puskesmas yang terakreditasi
5. Tahun 2020
a. Berdasarkan target tahun 2020, harus ada 648 kecamatan yang memiliki minimal
satu Puskesmas terakreditasi dengan jumlah Puskesmas 916 Puskesmas (652 x
1,414).
b. Target kumulatif: 7.160 kecamatan memiliki minimal satu Puskesmas terakreditasi,
dengan 9.754 Puskesmas, sehingga pada tahun 2020, seluruh Puskesmas di
Indonesia telah terakreditasi.
18
1.1. Sasaran Strategis
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas
bagi masyarakat
1.2. Definisi Operasional
Yang dimaksud kecamatan yang memiliki satu Puskesmas yang tersertifikasi
akreditasi yaitu kecamatan yang memiliki minimal satu Puskesmas yang telah
memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga independen
penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi FKTP sesuai dengan
peraturan yang berlaku
1308
2100
2100
1000
652
2017
2016
2018
2019
2020
PETA JALAN AKREDITASI PUSKESMAS
TAHUN 2016-2020
Tahun 2016, 1479 Puskesmas telah tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 1308 Kecamatan
Target 2100 Kecamatan memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi, diprioritaskan pada kab/kota yang memilki Puskesmas yang diutamakan untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Target 2100 Kecamatan memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi, diprioritaskan pada kab/kota yang memilki Puskesmas yang diutamakan untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
Target 1000 Kecamatan memiliki minimal 1
Puskesmas tersertifikasi akreditasi, diprioritaskan
pada kab/kota yang memilki Puskesmas yang
diutamakan untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga
Target 652 Kecamatan memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi akreditasi, sehingga tahun 2020, 9754 Puskesmas di seluruh Indonesia telah tersertifikasi akreditasi
Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah memenuhi standar akreditasi.
Permenkes No. 46 tahun 2015
19
1.3. Cara Penghitungan
Cara perhitungan adalah dengan menjumlah seluruh kecamatan yang memiliki
minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi pada tahun berjalan. Sedangkan cara
mengukur adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat akreditasi untuk
Puskesmas yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama.
1.4. Rencana Aksi Yang Dilakukan Untuk Mencapai Target
a) Mewujudkan tersedianya regulasi dan NSPK dalam peningkatan mutu
melalui pelaksanaan akreditasi Puskesmas
b) Mewujudkan penguatan tugas dan fungsi Dinkes Provinsi dan
Kabupaten/Kota
c) Penguatan Komisi Akreditasi FKTP
d) Peningkatan Kompetensi SDM Kesehatan dalam pelaksanaan akreditasi
Puskesmas dan FKTP lainnya
e) Penguatan dukungan Stakeholder terkait
1.5. Upaya yang Dilakukan Untuk Mencapai Target
a) Dukungan pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan Puskesmas
melalui Dana Alokasi Khusus Fisik sebesar Rp. 3.205.121.441.000,-
b) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui Dana Alokasi
Khusus Non Fisik untuk akreditasi Puskesmas Tahun Anggaran 2017
sebesar Rp 475,991,880,000,- untuk 422 Kabupaten/Kota
c) Dukungan pelaksanaan Akreditasi Puskesmas melalui Dana Dekonsentrasi
untuk kegiatan Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP dan Workshop
Teknis Akreditasi FKTP sebesar Rp 11,967,960,727 di 34 Provinsi
d) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Pelatih Pendamping Akreditasi di tingkat
Provinsi. Sampai saat ini sudah tersedia 74 tim pelatih akreditasi FKTP
yang tersebar di 34 provinsi.
e) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Surveior per Provinsi. Sampai saat ini
sudah tersedia 612 Surveior (204 Tim) yang tersebar di 34 provinsi.
Penyediaan calon surveior tahun 2017 melalui Kegiatan Peningkatan
Teknis Calon Surveior FKTP sebanyak 8 angkatan
f) Penyediaan minimal 1 (satu) Tim Pendamping Akreditasi di setiap
20
Kab/kota. Saat ini sudah tersedia Tim pendamping Akreditasi sebanyak
1405 Tim yang tersebar di 497 Kab/Kota di 34 provinsi. Bagi
Kabupaten/Kota yang belum memilki Tim Pendamping Akreditasi terlatih
akan dipenuhi di 2018.
g) Penyusunan pedoman penyelenggaran akreditasi Puskesmas, seperti :
Buku Pedoman Pendampingan Akreditasi FKTP
Buku Pedoman Petunjuk Teknis Survei akreditasi FKTP
Pedoman Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Primer
Pedoman Penyelenggaran Keselamatan Pasien dan Manajemen Risiko
di FKTP
Pedoman Audit Internal dan Rapat Tinjauan Manajemen
Pedoman Bimtek Mutu dan Akreditasi FKTP
Pedoman Pelaksanaan Sistem Informasi Akreditasi FKTP berbasis
Internet (website)
Bimbingan Teknis oleh Komisi dan Subdit Mutu dan Akreditasi ke
Kabupaten/kota dalam rangka persiapan akreditasi Puskesmas. Bimtek ini
dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mempersiapkan dan
mempercepat kesiapan Puskesmas dalam pelaksanaan akreditasi agar
tidak terjadi penumpukan pengusulan survei di akhir tahun
21
Foto Pelaksanaan Bimbingan teknis persiapan akreditasi Puskesmas. Di kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat
Foto Pelaksanaan Survey di Puskesmas Wondiboi, Kab. Teluk Bintuni
h) Pengembangan sistem pencatatan pelaporan pelaksanaan akreditasi FKTP
yang real time berbasis internet (website) melalui WebSite SIAF
https://siaf.kemkes.go.id
i) Pelaksanaan Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP dalam rangka evaluasi
teknis penyelenggaraan akreditasi Puskesmas yang dilaksanakan di Bali
22
Tanggal 22 - 24 Mei 2017 yang menghasilkan kesepakatan untuk
perbaikan pelaksanaan akreditasi FKTP
Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP, Bali 22 – 24 Mei 2017
j) Workshop Keselamatan Pasien, Audit Internal dan RTM sebanyak (2
angkatan).
k) Peningkatan Kemampuan Teknis Pelatih Pendamping Akreditasi FKTP (1
angkatan)
l) Lomba inovasi peningkatan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas
dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 53 tahun
2017 dan untuk menjamin kesinambungan perbaikan mutu dan kinerja
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam upaya pelayanan kesehatan
tingkat primer. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk penghargaan
yang diberikan secara institusi kepada Puskesmas
Berdasarkan hasil verifikasi pada 6 (enam) Puskesmas, maka Puskesmas yang mendapat penghargaan sebagai berikut :
Peringkat Nama Puskesmas
Kab/Kota Propinsi
Juara I Kebayoran Baru Jakarta Selatan
DKI Jakarta
Juara II Gilingan Surakarta
Jawa Tengah
Juara III Dempo Palembang Sumatera Selatan
Harapan I Tegalrejo Yogyakarta
DI Yogyakarta
Harapan II Tanru Tedong Sidrap Sulawesi Selatan
Harapan III Ngadi Kediri Jawa Timur
23
Gambar : Penganugrahaan Pada Pemenang Lomba Inovasi
Mutu dan Keselamatan Pasien tahun 2017
m) Pelatihan-Pelatihan upaya dalam mendukung Program Kegiatan
Di Tahun 2017 telah dilakukan Pelatihan dalam rangka Peningkatan
Kemampuan Teknis bagi Tenaga Kesehatan sebagai Surveior FKTP.
Penyediaan Minimal 1 (satu) Tim Surveior per Provinsi sampai saat ini sudah
tersedia sebanyak 288 surveior (96 Tim) yang tersebar di 34 Provinsi
Penyediaan Minimal 1 (satu) Tim Pelatih Pendamping Akreditasi di tingkat
Provinsi, sampai saat ini sudah tersedia ...tim yang tersebar di 34 Provinsi
1.6. Pencapain Kinerja
Pada tahun 2017 realisasi kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas
tersertifikasi akreditasi sebanyak 3.447 Kecamatan (sumber data dari laporan
Komisi Akreditasi per 31 Desember 2017). Dari tabel 3 menunjukan bahwa capaian
melampaui dari target tahun 2017 karena beberapa Kabupaten/Kota menggunakan
APBDI II murni ( bukan berasal dari DAK Non Fisik)
24
642 635
361
267
164 162140 130 119 113 101 100 99 99 92 92 89 86 84 79 69 65 57 54 47 45 44 36 32 30 28 25 24
0
100
200
300
400
500
600
700
KAB/KOTA KECAMATAN PUSKESMAS
Gambar 1. Capaian dan Target akreditasi Puskesmas periode tahun 2015 -
2017...
Gambar 2 berikut mengambarkan distribusi capaian Akreditasi Puskesmas per
provinsi secara kumulatif selama periode tahun 2015 – 2017 dengan total
4.223 Puskesmas tersebar di 3.447 kecamatan, 468 kab/kota dan 34 provinsi
Gambar :Distribusi Realisasi Akreditasi Puskesmas Tahun 2017 Per Provinsi
1.7. Permasalahan
a. Faktor Dana :
Beberapa kab/kota mengalami keterlambatan pencairan dana sehingga
menghambat prsoses pendampingan, hal ini disebabkan oleh:
350700
1400
2800
5600
350700
2800
4900
5600
93
1308
3447
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2015 2016 2017 2018 2019
RPJMN (TARGET KUMULATIF) RENSTRA (TARGET KUMULATIF) REALISASI
25
Pergantian pimpinan atau pimpinan terkait masalah hukum
Adanya perubahan kebijakan daerah (pembahasan ulang RKA atau
dimasukkan ke dalam APBD Perubahan, tidak memberikan honor
kepada tenaga pendamping akreditasi)
Ketergantungan dengan lintas sektor lainnya
b. Faktor Waktu :
Pengusulan survey terlambat tidak sesuai dengan roadmap yang telah
diusulkan
Usulan survei menumpuk di triwulan ke IV
c. Faktor SDM :
Tenaga pendamping akreditasi di kab/kota yang sudah terlatih
dimutasi/alih fungsi/tugas
Jumlah surveior terbatas
Kompetensi surveior yang bervariasi dan pengetahuan tentang
manajemen Puskesmas yang masih kurang. Hal ini disebabkan karena
pengalaman masih kurang/tidak memiliki pengalaman mengelola
Puskesmas
Kekurangan tenaga administrasi di Komisi Akreditasi FKTP
Belum semua anggota Komisi Akreditasi FKTP bekerja optimal
d. Faktor Sarana :
Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei masih manual lewat
surat atau email dan belum berbasis web
Sistem pencatatan dan pelaporan pelaksanaan akreditasi pada tahun
2016 masih manual
Pada akhir tahun 2016 belum ada informasi antara menu yang terealisasi
dengan menu awal yang direncanakan daerah sesuai hasil reviu DAK.
1.8. Saran/Usul Pemecahan Masalah
a) Dana
Memotivasi peran daerah untuk menggunakan sumber dana lain
Berkoordinasi dengan Kemendagri untuk menghimbau Bupati/Walikota
agar mempercepat pencairan dana DAK Non Fisik.
Diusulkan dana DAK Non Fisik bidang kesehatan terpisah dari sektor
non kesehatan
b) Waktu
Bersurat kepada 34 provinsi untuk mengirimkan rencana survey per
triwulan
26
Mengadvokasi daerah untuk tidak menumpuk usulan survey di akhir
tahun
c) SDM
Kab/kota yang memutasi tenaga atau alih fugsikan tenaga
pendamping/pelatih pendamping diusulkan untuk tidak memperoleh
dana DAK non Fisik tahun berikutnya
Mengusulkan penambahan tenaga honorer sebagai tenaga administrasi
komisi dan menganggarkan pada tahun 2017
Rekruitmen surveior purna bakti dan telah memiliki pengalaman bekerja
di Puskesmas
Penggantian anggota Komisi Akreditasi yang tidak aktif dengan
melakukan revisi Kepmenkes No 59 Tahun 2015 menjadi Kepmenkes
No 432 Tahun 2016.
d) Sarana
Implementasi aplikasi SIAF berbasis web pada tahun 2017
Pengadaan ruang sekretariat Komisi
1.9. Realisasi Anggaran
Jumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar 94,06% atau sebanyak Rp.
8.735.980.647.,- dari alokasi yang tersedia Rp.9.080.009.000,-. Realisasi tersebut
adalah realisasi yang sudah di distribusikan puskesmas bekerja sama dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota oleh Kementerian Kesehatan.
Table Realisasi Anggaran DIPA Subdit Mutu dan Akreditasi Yankes Primer TA.2017.
No KEGIATAN ALOKASI SETELAH EFISIENSI
REALISASI SP2D SISA
ALOKASI CAPAIAN
27
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
501 PUSKESMAS YANG SIAP DIAKREDITASI
9.080.009.000 8.735.980.647 344.028.353 96,21%
1 053 Bimtek Pelaksanaan Akreditasi FKTP
611.200.000 549.890.444 61.309.556 89,97%
2 055
Peningkatan Kemampuan Teknis Pelatih Pendamping Akreditasi FKTP
824.150.000 820.392.662 3.757.338 99,54%
3 056
Peningkatan Kemampuan Teknis Pelatih Surevior Akreditasi FKTP
5.125.860.000 4.968.060.588 157.799.412 96,92%
4 058 Workshop Refreshing Surveior Akreditasi FKTP
794.760.000 785.524.053 9.235.947 98,84%
5 060 Dukungan Komisi Akreditasi FKTP
1.724.039.000 1.612.112.900 111.926.100 93,51%
A.2. Pengukuran dan Analisa Pencapaian Kinerja yang diampu oleh Subdit.Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan.
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
28
T R T R T R T T
Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
94
50
(53,2%)
190
201
(105,8%)
287
331
(115,3%)
384
481
Salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan tahun 2017 yaitu jumlah kabupaten/kota yang
memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi akreditasi nasional.
Target pencapaian Indikator Jumlah Kab/ Kota yang memiliki 1 RSUD terakreditasi
sampai tahun 2019 sebanyak 481 Kabupaten/ Kota. Indikator ini sejalan target dalam
RPJMN 2015 - 2019 dan sejalan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 tahun 2015 di
manaakreditasi dipersyaratkan sebagai salah satu syarat untuk dapat bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2019. Dalam
penyusunan target RPJMN 2015 -2019 telah ditetapkan target pencapaian akreditasi
rumah sakit melalui peta jalan adalah sebagai berikut:
Tahun 2016 : 190 Kabupaten/ Kota
Tahun 2017 : 287 Kabupaten/ Kota
Tahun 2018 : 434 Kabupaten/ Kota
Tahun 2019 : 481 kabupaten/ Kota
Peta Jalan Subdit Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes Rujukan
Tahap Pelaksanaan
Tahun 2015
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG MEMILIKI MINIMAL 1 RSUD YANG TERSERTIFIKASI
AKREDITASI NASIONAL
2015
2016
20172018 2019
94*)
190*)
287*)
384*)481*)*Jumlah Kumulatif
29
Kegiatan Pencapaian Target Indikator Akreditasi RS merupakan tugas pokok dan fungsi
Sub Direktorat Bina Akreditasi Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya
di bawah Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan (BUKR). Upaya percepatan
pencapaian akreditasi hanya dilakukan oleh Sub Direktorat Bina Akreditasi Rumah Sakit
dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya berkoordinasi dengan Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) untuk memfasilitasi RSUD yang akan melaksanakan akreditasi RS
menggunakan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012. Target jumlah
Kabupaten/Kota yang memiliki RSUD terakreditasi pada tahun 2015 adalah 94
Kabupaten/Kota. Hingga saat ini ada 65RSUD yang terakreditasi tersebar pada 53
Kabupaten/ Kota.
Tahun 2016
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang SOTK
Kementerian Kesehatan, maka telah terbentuk Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan membawahi 3 Sub Direktorat, salah satunya adalah Sub Direktorat Mutu dan
Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan.
Pada tahun 2016, upaya pencapaian target akreditasi didukung dengan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Non Fisik Akreditasi yang pemanfaatannya diatur dengan Permenkes
Nomor 82 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Bidang Kesehatan serta Sarana dan Prasarana Penunjang Sub Bidang Sarpras Bidang
Kesehatan tahun Anggaran 2016. RSUD yang diprioritaskan mendapatkan DAK Non
Fisik Akreditasi adalah RSUD yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional,
Provinsi dan Regional.
Pada tahun 2016 ditargetkan 96 Kabupaten/ Kota memiliki RSUD terakreditasi
sehingga secara akumulasi tercapai 190 Kabupaten/ Kota memiliki 1 RSUD
terakreditasi.
Adanya Permenkes Nomor 99 Tahun 2015 tentang Revisi Permenkes Nomor 71 Tahun
2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN maka diusulkan perubahan yaitu
penambahan target pencapaian dalam Peta Jalan Akreditasi Rumah Sakit tahun 2018
dan 2019. Dengan demikian target pada Peta Jalan akreditasi Rumah Sakit tahun 2018
adalah 147 Kab/Kota (target kumulatif adalah 434 Kab/Kota) dan pada tahun 2019
adalah 47 Kab/Kota (target kumulatif adalah 481 Kab/Kota).
Tahun 2017
Pada tahun 2017, upaya pencapaian target akreditasi dengan dukungan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Non Fisik Akreditasi. Pada tahun 2017 ditargetkan 97 Kabupaten/ Kota
30
memiliki RSUD terakreditasi sehingga secara akumulasi tercapai 287 Kabupaten/ Kota
memiliki 1 RSUD terakreditasi.
Tahun 2018
Sehubungan dengan akan diberlakukannya ketentuan persyaratan akreditasi sebagai
syarat mutlak kredensial rumah sakit yang akan bekerja sama dengan BPJS maka
sesuai dengan perubahan target Peta Jalan Akreditasi Rumah Sakit ditargetkan 147
Kabupaten/Kota yang memiliki 1 RSUD terakreditasi. Hal ini berarti secara kumulatif
akan tercapai 434 Kabupaten/Kota.
Perlu dipertimbangkan bahwa pada tahun 2018 akan dilaksanakan re-akreditasi bagi 65
RSUD di 53 Kabupaten/Kota yang telah terakreditasi pada tahun 2015.
Mengingat akreditasi merupakan syarat mutlak kredensial untuk bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2019 diasumsikan masih
terdapat 47 Kabupaten/Kota yang harus memiliki RSUD terakreditasi.
Oleh karena itu perlu dibuat terobosan untuk mempercepat pencapaian akreditasi pada
akhir tahun 2018.
Tahun 2019
Pada tahun 2019 diasumsikan masih tersisa 47 Kabupaten/Kota yang belum memiliki
RSUD terakreditasi. Selain melakukan upaya inovasi untuk percepatan pencapaian
akreditasi rumah sakit, maka perlu dipertimbangkan penyiapan re-akreditasi RSUD
yang telah terakreditasi pada tahun 2016.
2.1. Sasaran Strategis
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas bagi
masyarakat
2.2. Definisi Operasional
RSUD adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh pemerintah
daerah (kabupaten, kota atau propinsi).
Yang dimaksud kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi
akreditasi nasional yaitu kabupaten/kota yang memiliki minimal satu RSUD yang
telah memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan oleh Lembaga independen
penyelenggara akreditasi atau Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) versi 2012 baik
lulus perdana, dasar, madya, utama atau paripurna sesuai dengan peraturan yang
berlaku
Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi.
Permenkes 34 Tahun 2017
31
2.3. Cara Penghitungan
Cara perhitungan adalah dengan menjumlahkan kabupaten/kota yang memiliki
minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Sedangkan cara pengukuran
hasil adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat akreditasi rumah sakit dari Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.
2.4. Renaksi yang dilakukan untuk mencapai target
Koordinasi dengan stake holder (KARS, PKR, Fasyankes, Dinkes, PERSI,
ARSADA, Biro Perencanaan, Bagian Program dan Informasi, Bagian Hukum
dan Organisasi)
Memfasilitasi peningkatan kapasitas SDM rumah sakit dan dinkes provinsi
Monev terpadu pemanfaatan DAK NF pada pra dan pasca akreditasi Memfasilitasi penyelenggaraan persiapan akreditasi
Memfasilitasi dan berperan aktif dalam penyusunan Kerangka Mutu Nasional
Koordinasi dengan Lembaga Akreditasi Independen
Koordinasi dengan stakeholder melakukan binwasdal konsistensi implementasi
standar
Koordinasi lintas K/L untuk percepatan upaya peningkatan mutu dan keselamatan
pasien
Meningkatkan monev terpadu lintas Direktorat (Fasyankes dan PKR)
Meningkatkan koordinasi dengan Pemda dalam upaya peningkatan mutu dan akreditasi
Mendorong RS untuk pelaksanaan Sistem Informasi Terintegrasi
Memfasilitasi upaya peningkatan budaya mutu dan keselamatan pasien bagi
masyarakat
2.5. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target
2.5.1. Mendorong Rumah Sakit untuk melaksanakan Akreditasi, yaitu dengan
berkoordinasi dengan stake holder (KARS,PKR, Fasyankes,Dinas
Kesehatan,PERSI,ARSADA,Biro Perencanaan, Bagian Program dan Informasi
dan Biro Hukum dan Organisasi)
32
2.5.2. Memfasilitasi Peningkatan Kapasitas SDM Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan
Provinsi, yaitu dengan workshop peningkatan kapasitas sdm Rumah Sakit dan
Dinas Kesehatan Provinsi di 3 wilayah Barat, Tengah dan Timur serta magang
sebagai pendamping tim surveior verifikasibagi SDM Dinkes Provinsi.
2.5.3. Monitoring Evaluasi terpadu dalam pemanfaatan DAK Non Fisk pada Pra dan
Pasca Akreditasi, yaitu melakukan bimbingan teknis dan advokasi dalam
persiapan akreditasi RSUD, serta melakukan Monev ke RSUD Pra dan Pasca
Akreditasi.
2.5.4. Memfasilitasi berperan aktif dalam penyusunan kerangka mutu Nasional, yaitu
berkoordinasi dengan stake holder terkait dalam menetapkan pedoman
pemantauan indikator mutu pelayanan RS, dan harmonisasi regulasi kerangka
mutu nasional.
2.6. Pencapaian Kinerja
Cara pengukuran hasil adalah dengan dibuktikan adany sertifikat atau data RSUD
terakreditasi dari KARS atau melalui website KARS. Untuk Kabupaten/Kota dengan
lebih dari 1 RSUD terakreditasi, maka hanya dihitung sebagai satu Kabupaten/Kota.
Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
T R T R T R T T
Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
94
50
(53,2%)
190
201
(105,8%)
287
331
(115,3%)
384
481
Pada tahun 2017, pencapaian indikator sebanyak 331 kabupaten/kota yang memiliki
minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional. Data capaian berasal dari
laporan Komisi Akreditasi Rumah Sakit per 31 Desember 2017. Analisa Pencapaian
tahun 2017 adalah sebagai berikut:
a) Pencapaian tahun 2017 sebanyak 331 kab/kota apabila dibandingkan dengan
target tahun 2017 (287 kab/kota), maka persentase capaiannya sebesar
115,33%
b) Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2016 (201 kab/kota), maka
pencapaian tahun 2017 meningkat sebesar 64,67%.
c) Jika dibandingkan dengan target akhir jangka menengah (481 kab/kota), maka
baru mencapai 68,8%, sehingga masih perlu upaya yang keras untuk
mencapainya.
Distribusi Jumlah Kabupaten/Kota yang Memiliki Minimal 1 RSUD Terakreditasi
Berdasarkan Provinsi
33
Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2017
Pada tahun 2017 sebanyak 465 RS Daerah yang sudah terakreditasi di 331
kab/kota tersebut di atas. Adapun tingkat kelulusannya bervariasi, yaitu 144 RS
lulus perdana, 16 RS lulus dasar, 29 RS lulus madya, 49 RS lulus utama dan 227
RS lulus paripurna. Adapun presentasi kelulusannya dapat dilihat dalam grafik
nomor 3.
Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2017
Pada tahun 2017 di Indonesia terdapat 1.481 RS rumah sakit yang sudah terakreditasi
nasional (versi 2012) yang terdiri dari 604 RS Pemerintah dan 877 RS swasta.
Adapun tingkat kelulusan sebagai berikut :
Grafik 4. Tingkat Kelulusan Akreditasi RS di Indonesia
144
16
29
49
227
Jumlah RS Terakreditasi tahun 2017
Perdana Dasar Madya Utama Paripurna
34
Sumber : KARS tanggal 31 Desember 2017
Peluang :
KARS menetapkan Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS) edisi I yang akan
berlaku mulai 1 Januari 2018 sehingga RS berusaha untuk melakukan survey
akreditasi sebelum 1 Januari 2018.
2.7. Permasalahan
a. Faktor Dana
Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang
mendukung pelaksanaan akreditasi di RSUD wilayah kerjanya.
Keterlambatan pencairan anggaran DAK Non Fisik di Pemerintah Daerah.
Adanya self blocking dan penghentian sementara pelaksanaan kegiatan
dengan dana dekonsentrasi menyebabkan beberapa kegiatan pendampingan
di RSUD terhambat.
Adanya pemotongan APBD untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat
kesehatan.
Kesalahan daerah dalam membuat Rencana Anggaran Biaya yang dikaitkan
dengan ketidaksesuaian dengan Juknis DAK.
b. Waktu
Proses akreditasi merupakan rangkaian yang panjang dan memaka waktu
yang lama, mulai dari pelatihan sampai terakreditasi.
RSUD yang melakukan workshop, bimbingan, maupun survey simulasi harus
masuk dalam waiting list oleh KARS karena banyaknya permintaan RS,
sedangkan jumlah SDM pembimbing terbatas. Padahal penggunaan anggaran
hanya berlaku 1 tahun.
c. SDM
Komitmen pemerintah daerah yang belum merata sehingga kurang mendukung
persyaratan pelaksanaan akreditasi yaitu dengan menunjuk direktur rumah
35
sakit yang bukan tenaga medis, sehingga struktur organisasi RS tidak sesuai
dengan Perpres Nomor 77 tahun 2015 tentang Organisasi Rumah Sakit.
Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang sehingga tidak terlibat aktif
dalam kegiatan persiapan akreditasi dan kurang mendukung kegiatan
akreditasi.
Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum memenuhi kebutuhan
pegawai sesuai dengan kelas RS.
Diperlukan perubahan budaya kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang senantiasa berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan
standar akreditasi.
Minimnya pelatihan SDM dalam memenuhi persyaratan akreditasi seperti
pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI), Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), Manajemen Penggunaan Obat
(MPO), Keselamatan danKesehatan Kerja (K3) rumah sakit sesuai dengan
standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).
Mutasi pegawai yang sudah terlatih akreditasi sehingga tidak dapat berperan
optimal dalam akreditasi.
Kemampuan tenaga dinas kesehatan provinsi dalam persiapan akreditasi
belum cukup untuk mendorong dinkes dalam menjalankan fungsi pembinaan
sesuai Permenkes 12/2012.
d. Sarana dan Prasarana
Masih banyak RS yang akan diakreditasi namun belum memiliki sarana,
prasarana dan alat kesehatan sesuai dengan standar misalnya RS belum
memiliki IPAL yang menjadi persyaratan mutlak bagi akreditasi RS.
2.8. Saran/ Usul Pemecahan Masalah
a. Dana
Menyediakan alokasi DAK Non Fisik akreditasi RS pada tahun 2018.
Melakukan koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat meningkatkan
komitmen Pemerintah Daerah dalam pencairan DAK Non Fisik.
Mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan dana akreditasi rumah
sakit bersumber APBD.
b. Waktu
Berkoordinasi dengan KARS untuk menjadwalkan survey simulasi akreditasi
agar sesuai dengan target indikator RS terakreditasi.
36
Melakukan advokasi kepada dinkes provinsi untuk mengatur jadwal
pendampingan akreditasi ke RSUD target Kabupaten/Kota dalam satu tahun
anggaran.
c. SDM
Peningkatan keterlibatan dinas kesehatan propinsi dan kab/kota dalam
persiapan akreditasi RS.
Koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat menguatkan komitmen
pemerintah daerah dalam penyiapan SDM sesuai standar pelaksanaan
akreditasi RS.
Melakukan koordinasi dengan Badan PPSDMK untuk melakukan
pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai dengan kelas RS.
Membuat pakta integritas direktur RS terutama RS rujukan regional dalam
persiapan akreditasi.
Melakukan sosialisasi transformasi budaya kerja untuk meningkatkan
budaya mutu.
Membentuk tim pendamping akreditasi yang dapat memberikan bimbingan
kepada RS yang membutuhkan sesuai dengan penugasan Kemenkes.
d. Sarana dan prasarana
Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2018 untuk seluruh RSUD dalam
pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai standar kelas RS.
2.9. Efisiensi Sumber Daya
a. Membentuk tim pendamping akreditasi yang berasal dari daerah atau provinsi
yang sama, sehingga penggunaan anggaran menjadi lebih rendah (efisien).
b. Melakukan koordinasi dengan KARS untuk melaksanakan pelatihan surveior
internal RS sehingga dapat berperan dalam persiapan akreditasi RS.
c. RSUD yang sudah siap melaksanakan survey akreditasi tidak harus melalui
semua tahap akreditasi (pelatihan, bimbingan, survey simulasi) terlebih dahulu
sehingga anggaran dan waktu pelaksanaan lebih efisien.
d. Alokasi anggaran tahun 2017 ditargetkan untuk mencapai 287 kab/kota yang
memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi, akan tetapi capaian
melebihi target yang ditetapkan (331 kak/kota). Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan capaian kinerja tahun 2017.
2.10. Realisasi Anggaran
Jumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar 89,99% atau sebanyak Rp.
3.813.356.111.,- dari alokasi yang tersedia Rp.4.237.571.000,-. Realisasi tersebut
37
adalah realisasi yang sudah di distribusikan Rumah Sakit bekerja sama dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota oleh Kementerian Kesehatan
No KEGIATAN ALOKASI SETELAH EFISIENSI
REALISASI SP2D
SISA ALOKASI
CAPAIAN
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
502 RUMAH SAKIT YANG SIAP DIAKREDITASI
4.237.571.000 3.813.356.111 424.214.889 89,99%
1 051 Penyususnan NSPK Juknis Standar Mutu dan Akreditasi Rumah Sakit
246.330.000 244.462.448 1.867.552 99,24%
2 052 Pendampingan Akreditasi Internasional Pada RS Pemerintah
584.204.000 474.408.000 109.796.000 81,21%
3 053 Pendampingan Akreditasi Nasional Pada Rumah Sakit Pemerintah
938.350.000 837.147.388 101.202.612 89,21%
4 054 Bimbingan Teknis Tenaga Pendamping Dinkes Provinsi dan Rumah Sakit
2.358.907.000 2.203.135.775 155.771.225 93,40%
5 060 Rapat KoorDinasi Lintas Program dan Lintas Sektor
109.780.000 54.202.500 55.577.500 49,37%
A.3. Pengukuran dan Analisis Pencapaian Kinerja yang diampu oleh
Subdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya
No Indikator Awal
2017
T R %
38
1. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 Labkes yang memenuhi syarat untuk dilakukan akreditasi
100
2 Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 Laboratorium yang memenuhi standar mutu pemantapan mutu eksternal (PME tingkat nasional)
100
147
3.1. Sasaran Strategis
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas
bagi masyarakat
3.2. Pencapaian Kinerja
No Indikator Revisi
2017
T R %
1. Jumlah kab/kota yang memiliki minimal 1 Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Lain yang siap diakreditasi
100
109
109 %
2 Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal 1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi standar mutu pemantapan mutu eksternal (PME tingkat nasional)
100
147
147%
147
Dasar pertimbangan :
1. Permenkes 411 tahun 2010 tentang laboratorium klinik yang
mengamanahkan kewajiban bagi laboratorium klinik mandiri untuk
diakreditasi
2. Jumlah laboratorium kesehatan (labkes) mandiri sebanyak 1.216
laboratorium sedangkan laboratorium yang terintegrasi dengan
fasyankes lainnya seperti rumah sakit, puskesmas, UTD dan klinik
diperkirakan 14.000
3. Tidak semua kabupaten memiliki laboratorium kesehatan yang mandiri,
penyebaran terkonsentrasi di daerah perkotaan
4. Jika tetap menggunakan satuan kabupaten/kota maka capaian indikator
khusus untuk point (1) akreditasi tersebut samapai akhir tahun hanya
sekitar 50%, sedangkan jika dirubah menjadi satuan fasilitasi kesehatan
lain maka capaian 100 % dalam e-monev Bappenas triwulan IV
5. Agar lebih tetap dalam mengukur kinerja dan dapat mencapai jumlah
indikator yang telah ditetapkan.
Grafik 1. Distribusi Jumlah laboratorium kesehatan daerah/Laboratorium Klinik (LK) Pemerintah dan LK Swasta berdasarkan Provinsi
39
71
7 6 60
93
63
82
26
36
6
29
4 48 6 4 5 6
1 26
1
92 2 1 1 0 0
5
39
126 6
1118
38
12
58
220
168
108
16
152
2026
912 11
2
29
2 41
13
1 2 1 06
2
0
50
100
150
200
250
LK PEMERINTAH LK SWASTA
J
JUMLAH LK. PEMERINTAH: 217
JUMLAH LK.SWASTA: 983
TOTAL: 1200
Sumber: KALK, 2016
Grafik 2: Distribusi Laboratorium Klinik Pemerintah dan Swasta yang terakreditasi KALK dan distribusi kebutuhan reakreditasi sampai tahun 2020
2% 3%
95%
LK. PEMERINTAH
LK. SWASTA
LAB YANG BELUM TERAKREDITASI
12%
88%
PROPORSI LK. PEMERINTAH
TERAKREDITASI KALK
TERAKTREDITASI
TIDAK TERAKREDITASI
4%
96%
PROPORSI LK. SWASTA TERAKREDITASI KALK
TERAKREDITASI
TIDAK TERAKREDITASI
5%
95%
KEBUTUHAN REAKREDITASI SAMPAI TAHUN 2020
REAKREDITASI BELUM TERAKREDITASI
Sumber: KALK, 2016
Peta Jalan Akreditasi Laboratoriun Kesehatan
40
Salah satu Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Direktorat Mutu dan akreditasi
sebagaimana yang tercantum dalam Kontrak Kinerja Direktorat Mutu dan akreditasi
tahun 2017 yaitu jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal laboratorium kesehatan
tersertifikasi akreditasi. Hingga saat ini ada 1.206 laboratorium kesehatan mandiri yang
tersebar di 321 kabupaten/kota. Indikator ini sejalan dengan diberlakukannya Permenkes
nomor 99 tahun 2015 tentang Pelayanan JKN dimana akreditasi dipersyaratkan sebagai
salah syarat untuk dapat bekerjasama dengan BPJS Bidang Kesehatan yang akan
diberlakukan pada tahun 2021. Sampai dengan tahun 2017, ada 120laboratorium
kesehatan telah tersertifikasi akreditasi yang tersebar di 34 kabupaten/kota. Dengan
demikian masih ada 1.086laboratorium kesehatan yang belum tersertifikasi akreditasi
yang tersebar di 480kabupaten/kota. Keseluruhan laboratorium kesehatan tersebut
diupayakan tersertifikasi akreditasi dalam kurun waktu 4 tahun ( 2017 – 2020).
Untuk mengupayakan terwujudnya percepatan pencapaian target tersebut, perlu
disusun Peta Jalan Akreditasi laboratorium kesehatan tahun 2017-2020 yang dibagi
dalam 4 tahapan. Penentuan target per tahun (tahun 2017 – 2020) kabupaten/kota yang
memiliki minimal 1 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi didasarkan pada base
line data laboratorium kesehatan yang terakreditasi di tahun 2016. Dan target pertahun
telah tercantum dalam Renaksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2016 -
2020, yaitu :
(1) Tahun 2016 sudah tercapai 25 laboratorium kesehatan
(2) Tahun 2017 ditargetkan : 100 laboratorium kesehatan
(3) Tahun 2018 ditargetkan : 200 laboratorium kesehatan
(4) Tahun 2019 ditargetkan : 320 laboratorium kesehatan
(5) Tahun 2020 ditargetkan : ..... laboratorium kesehatan
Tahap pelaksanaan
a. Tahun 2017
1) Target pada tahun ini adalah 75 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Target kumulatif: 100 laboratorium kesehatan
b. Tahun 2018
1) Target pada tahun ini adalah 100 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Target kumulatif: 200 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi
c. Tahun 2019
1) Target pada tahun ini adalah 120 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Target kumulatif: 320 laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi,
d. Tahun 2020
1) Target pada tahun ini adalah ........ laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.
2) Target kumulatif: ....... laboratorium kesehatan tersertifikasi akreditasi.
41
Gambar 3. Peta Jalan Akreditasi Laboratorium Kesehatan tahun 2016 - 2020
Dari hasil analisis SWOT dan peta jalan upaya peningkatan mutu dan akreditasi
Puskesmas, Rumah Sakit dan Laboratorium Kesehatan diatas, maka dapat
teridentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi
Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan sebagai dasar penyusunan
Rencana Aksi Kegiatan Direktorat.
3.3. Rencana Aksi yang akan dilakukan untuk mencapai Target
a. Penyusunan Regulasi di Bidang Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan.
b. Pembinaan di Bidang Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan dalam
bentuk :
- Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior Akreditasi dan pendampingan
akreditasi Labkes
- Pelaksanaan Bimtek
c. Pelaksanaan Monev terkait mutu dan akreditasi pelayanan kesehatan
d. Penguatan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan
3.4. Upaya yang dilakukan untuk mencapai target
A. Norma Standar Pedoman dan Kriteria (NSPK)
o Revisi Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan
o Penyusunan Kurikulum dan Modul Peningkatan Kemampuan Teknis
Surveior Akreditasi Laboratorium Kesehatan
o Penyusunan Kurikulum dan Modul Peningkatan Kemapuan Teknis
Surveior Akreditasi Laboratorium Kesehatan
2015
2016
2017
2018
2019
25 LabTerakreditasi
2015
150LabTerakreditasi
PETAJALANAKREDITASILABORATORIUMKESEHATANTAHUN2015-2019
75 LabTerakreditasi
130LabTerakreditasi
• Revisipedomanakreditasilabkes
• Refreshsurveiorakreditasilabkes
• PenyusunanJuknisAkreditasiLabkes
• Pemantapansurveiorakreditasi
*DAK Non Fisik Tahun 2018
Ditargetkan 204
2019
42
o Penetapan Keputusan Menteri Kesehatan No.HK.02.02/Menkes/400/2016
tentang Balai Besar Laboratorium Kesehatan sebagai penyelenggara
PME tingkat Nasional
B. Bimtek/ Monev
a. Bimbingan Teknis Penguatan Akreditasi Laboratorium Kesehatan
b. Pertemuan Evaluasi Penyelenggaraan Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Laboratorium dan Pelayanan Darah
c. Pemetaan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Lainnya di Fasilitas Kesehatan
d. Penguatan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan melalui kegiatan :
- Rapat kerja komite akreditasi laboratorium kesehatan
- Workshop akreditasi laboratorium kesehatan
C. Pelatihan
Peningkatan kemampuan teknis surveior akreditasi labkes
3.5. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator adalah:
a. Faktor dana
Pembiayaan akreditasi laboratorium kesehatan belum masuk dalam menu
dana DAK Non Fisik, sehingga dinas kesehatan Kab/kota harus
menganggarkan sendiri untuk akreditasi laboratorium kesehatan melalui
APBD
b. Faktor SDM
Tenaga Surveior Akreditasi Laboratorium Kesehatan yang aktif masih
kurang(hanya 18 surveior)
Kinerja Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK) belum optimal
Kekurangan tenaga administrasi di Komisi Akreditasi Laboratorium
Kesehatan(KALK)
Belum semua anggota Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK)
bekerja optimal
c. Faktor Sarana
Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei masih manual lewat
surat atau email dan belum berbasis web
Sistem pencatatan dan pelaporan pelaksanaan akreditasi pada tahun
2016 masih manual
43
Belum adanya kantor sekretariat, sarana dan prasarana untuk Komisi
Akreditasi Laboratorium Kesehatan(KALK)
3.6. Usul/ saran pemecahan masalah
a. Dana
Mengusulkan pembiayaan Akreditasi Laboratorium Kesehatan dalam
menu dana DAK Non Fisik
b. SDM
Peningkatan Kemampuan Teknis Surveior Akreditasi Laboratorium
Kesehatan
Mengadakan dukungan tehadap Komisi Akreditasi Laboratorium
Kesehatan(KALK) melalui workshop Akreditasi Laboratorium
Kesehatan
Mengusulkan pengadaan tenaga administrasi di Komisi Akreditasi
Laboratorium Kesehatan(KALK)
c. Sarana
Pengadaan ruang sekretariat Komisi Akreditasi Laboratorium
Kesehatan(KALK)
Pengadaan sarana dan prasarana untuk Komisi Akreditasi Laboratorium
Kesehatan(KALK)
d. Penyusunan NSPK
Penyusunan Pedoman Akreditasi Klinik Utama
Penyusunan Pedoman Akreditasi Pelayanan Darah
3.7. Realisasi Anggaran
Jumlah realisasi anggaran untuk indikator ini sebesar Rp. 2.573.744.606,- atau
95,22% sebanyak dari alokasi yang tersedia Rp. 2.703.026.000 ,-
Realisasi tersebut adalah realisasi yang sudah di distribusikan kepada Balai Besai
Laboratorium Kesehatan (BBLK) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota oleh Kementerian Kesehatan .
44
No KEGIATAN ALOKASI SETELAH EFISIENSI
REALISASI SP2D SISA ALOKASI CAPAIAN
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
503 FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG SIAP DIAKREDITASI
1.437.426.000 1.395.617.286 41.808.714 97,09%
1 052 Dukungan Komisi Akreditasi Laboratorium Kesehatan 310.258.000 273.371.928 36.886.072 88,11%
2 053 Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya
336.706.000 336.180.065 525.935 99,84%
3 054 Peningkatan Kemampuan Teknis Surveyor Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lain
460.437.000 459.033.665 1.403.335 99,70%
4 056 Peningkatan Kemampuan Teknis Pendamping Akreditasi Labkes
330.025.000 327.031.628 2.993.372 99,09%
504 FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG MEMENUHI STANDAR MUTU PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL
1.265.600.000 1.178.127.320 87.472.680 93,09%
1 051 NSPK Mutu Pelayanan Kesehatan Lainnya 1.265.600.000 1.178.127.320 87.472.680 93,09%
TOTAL 2.703.026.000 2.573.744.606 129.281.394 95,22%
45
B. REALISASI ANGGARAN
Pada tahun 2017 alokasi sumber dana dipergunakan dari DIPA Kantor Pusat Direktorat Mutu
dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rp. 22.761.576.000,-. Adapun realisasi program
kegiatan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ALOKASI SETELAH EFISIENSI
REALISASI SISA ALOKASI PERSENT
ASI
5836 PROGRAM PEMBINAAN MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
22.761.576.000 21.394.857.438 1.366.718.562 96,98%
501 PUSKESMAS YANG SIAP DIAKREDITASI 9.080.009.000 8.735.980.647 344.028.353 96,21%
502 RUMAH SAKIT YANG SIAP DIAKREDITASI 4.237.571.000 3.813.356.111 424.214.889 89,99%
503 FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG SIAP DIAKREDITASI
4.428.746.000 4.337.237.873 91.508.127 97,93%
504 FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAIN YANG MEMENUHI STANDAR MUTU PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL
1.265.600.000 1.178.127.320 87.472.680 93,09%
951 LAYANAN INTERNAL (OVERHEAD) 3.749.650.000 3.330.155.487 419.494.513 88,81%
46
C. SUMBER DAYA LAINNYA
Jumlah Pegawai pada Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan per 31
Desember 2017 sebanyak 65 orang, dengan latar pendidikan perincian sebagai
berikut :
DAFTAR PEGAWAI
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
NAMA JENIS KELAMIN
NIP JABATAN PANGKAT GOL
.
1. dr. Eka Viora, Sp.KJ P 195806301987092001 Direktur Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan
Pembina Utama Madya
IV/d
BAGIAN TATA USAHA
1. Dra. Akas Yekti Angembani
P
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Penata Tk.I III/d
2. Rosna Yusuf, S.Sos P 196209191984012001 Penata Laporan Keuangan Penata Tk.I III/d
3. I.G.A.P Aditya Mahendra, ST L 197707202000031001 Pengelola BMN Penata Tk.I III/d
4. Aning Herawati Ningsih, S.Sos P 196602131990032001 Penata Laporan Keuangan Penata Tk.I III/d
5. Sri Dwi Budiarti, S.IP, MM P 196905111991032001 Penata Laporan Keuangan Penata Tk.I III/d
6. Sudarnyoto, SE L 196309271984011001 Arsiparis Pemula Penata III/c
7. Marlina Napitupulu
P 196205201982032002 Pengadministrasi Umum
Penata Muda Tk.I
III/b
8. Angraitorini Kusumo Wardani, S.Kom
P 198106062006042001 Perencana
Penata Muda Tk.I
III/b
9. Mugi Lestari, A.Md P
Pengolahan Data Penata III/c
10. Sari Wijiyastuti, Amd P 197801012010122001 Arsiparis Pemula Pengatur Tk.I II/d
11. Surya A. Kusuma, S.Kom L Honorer
12. Nurhaini Fibiyanti, SE P Honorer
13. Andry Maulana,SE L Honorer
14. Ruswanda L Honorer
15. Marimun L Honorer
16. Nurhadi L Honorer
SUBDIT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
1. dr. K.M. Taufik, MMR L
196709181993022001 Kepala Subdit Mutu & Akreditasi Yankes Primer
Pembina IV/a
2. dr. Dewi Irawati, MKM P
198103162008012017 Kepala Seksi Akreditasi Pelayanan Kesehatan Primer
Penata Tk.I III/d
3. Siti Romlah, SKM., MKM P
196912291990032006 Kasi Subdit Mutu Pelayanan Kesehatan Primer
Penata Muda Tk.I
III/d
4. Ida Ayu Citarasmi, S.SiT P
196009021987032001 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
5. Indi Susanti, SKM P
197910142003122003 Administrator Kesehatan Penata III/c
6. dr. Ernawati Atmanintyas P
198507042010122003 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
7. Kanisius Maturbongs, SKM L
197011021993031006 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
8. Rury Purwandani, SP P
198306162006042002 Administrator Kesehatan Penata III/c
9. dr. Mugi lestari P
198105302010012011 Administrator Kesehatan Penata III/c
10 Ira Irianti, SKM P
1976100220032001 Administrator Kesehatan Penata III/c
47
11. Meily Arovi Qulsum, SKM
P 198105062003122005 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
12. Emma Aprilia, SKM
P 198204262011042006 Administrator Kesehatan
Penata Muda Tk.I
III/b
13. Tanti Oktriani, S.Kep P
197610261996032001 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
14 Drs. Supriyadi L
196306241984031001 Pengelola BMN Penata Muda
Tk.I III/b
15 Hani Anggoro S.S.P.Si P
197701012003122003 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
16. Ikbal Januar, Amd
L Honorer
17. Ikrar
L Honorer
18. Hadi Nugroho, SE
L Honorer
19. Roy Artama Saragih
L Honorer
SUBDIT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
1 dr. B. Eka Anoegrahi Wahjoeni, M.Kes
P 196106111988022001
Kasubdit Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya
Pembina Tk.I IV/b
2 dr. Andi Arjuna Sakti, SH., MPH
L 196602282002121002
Kasi Subdit Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan
Pembina IV/a
3 dr. Desriana Elizabeth Ginting
P 197012012002122002
Kasi Subdit Akreditasi Pelayanan Kesehatan Rujukan
Pembina IV/a
4 dr. Amy Rahmadanty P 197908062009122001 Administrator Kesehatan Penata III/c
5 dr. Yosephine Ayu Savitri P 196101031989112001 Administrator Kesehatan Pembina Tk.I IV/b
6 dr. Lisbet Mery Tambunan, MPH
P 197104212006042007 Administrator Kesehatan
Penata Tk.I III/d
7 Drs. Emil Novyadi, M.Kes L 196311181989031002 Administrator Kesehatan Pembina IV/a
8 dr. Polii Heintje L 197203112005011001 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
9 dr. ARIEF WAHYU PRAPTIWI, MKM
P 197608152006042002 Administrator Kesehatan
Penata Tk.I III/d
10
drg. TIARNY GUSMIANA SIANTURI, MARS
P
196708042000122001 Administrator Kesehatan
Pembina
IV/a
11 dr. TRI WAHYU KUSUMAWATI, MARS
P 197306142008012009 Administrator Kesehatan
Penata Tk.I III/d
12 Elita Sinaga
L 196909041991032001 Pengolah Data
Penata Muda Tk.I
III/b
13 Donni Simangunsong S.Kom
L 197602052006041003 Perencana
Penata Muda Tk.I
III/b
14 Wati Mekarsari, Amd.OT P 197607282010122001 Administrator Kesehatan Pengatur Tk.I II/d
15
Helly Ockavaini SKM p
197910132006042002 Pengolah Data Penata Muda
Tk.I III/b
SUBDIT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA
1. Dr. Kamal Amiruddin,MARS
L 197110162005011002
Kasubdit Mutu dan Akreditasi Yankes Lainnya
Pembina Iva
2. Dini Rahmadian Dewi Rahayu, S.Kp., MHSM
P 196711041993032002
Kasi Subdit Akreditasi Pelayanan Kesehatan Lainnya
Pembina IV/a
3. dr. Bertha Pasaribu
P 197305042005012001 Kasi Subdit Mutu Pelayanan Kesehatan Lainnya
Penata Tk.I III/d
4. Ratu Intang Manyereang, S.ST.FT, SKM, MKM
P 197011251993032001 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
48
5. dr. Femmy Iravanti
P 197602072007012001 Administrator Kesehatan Penata III/c
6. dr. Indri Sari P
198104162008122000 Administrator Kesehatan
Penata III/c
7. drg. Frita Wiraswati
P 198106232010012013 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
8. drg. Irfan Arifin, M.Kes L
196504111992031009 Administrator Kesehatan Pembina IV/a
9. Hartanti Sri Andini, S.Sos, MM P
196604181990032003 Administrator Kesehatan Penata Tk.I III/d
10 Iin Musriani Maftukhah, SKM P
198602222010122001 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
11.
Siti Rahayu, SKP
P 197110151999032001 Administrator Kesehatan Penata Muda
Tk.I III/b
12.
Esty Wahyuningsih, S.Kep
P 197908052010122002 Administrator Kesehatan Penata Muda III/a
13.
Rusnani, S.Sos., MAB
P 196212281994032001 Penata Laporan Keuangan Penata III/c
Realisasi Anggaran yang diampu oleh Subag. Tata Usaha Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan. SUBBAG. TATA USAHA DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
No KEGIATAN ALOKASI SETELAH EFISIENSI
REALISASI SP2D
SISA ALOKASI CAPAIAN
951 LAYANAN INTERNAL (OVERHEAD) 6.740.970.000 6.271.776.074 469.193.926 93,04%
059
Sosialisasi Budaya Mutu dan Keselamatan Pasien Di Fasilitas Kesehatan
2.991.320.000 2.941.620.587 49.699.413 98,34%
1 051 Perencanaan dan Penganggaran Kegiatan
465.405.000 395.543.188 69.861.812 84,99%
2 052 Peningkatan Kapasitas Pegawai Direktorat
497.843.000 461.023.300 36.819.700 92,60%
3 054 Evaluasi dan Pelaporan 443.172.000 386.509.464 56.662.536 87,21%
4 055 Evaluasi dan Pembinaan Mutu dan Akreditasi Yankes
884.400.000 763.612.928 120.787.072 86,34%
5 056 Layanan Perkantoran 1.408.830.000 1.273.491.607 135.338.393 90,39%
6 057 Cetakan 50.000.000 49.975.000 25.000 99,95%
49
BAB IV PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) disusun sebagai
pelaksanaan akuntabilitas kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan serta
sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan kepada Ditjen Pelayanan Kesehatan.
Pencapaian pada tahun 2017 ini diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-
kegiatan di masa mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan
hal-hal yang menghambat tercapainya target diharapkan dapat ditemukan solusi serta
alternatif penyelesaiannya dengan mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Mengingat target akhir pembangunan jangka menengah masih cukup besar, maka
pada tahun 2017 Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan harus melakukan
teroboson inovatif yang berguna untuk mengejar ketertinggalan dan mempercepat
pencapaian target yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang
baik dan pengimplementasian kegiatan yang konsisten dengan perencanaan tersebut
50
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN : 1. Perjanjian Kinerja Eselon II Dit.Mutu & Akreditasi Yankes
2. Renja K/L Tahun 2017
3. Renaksi Dit.Mutu Dan Akreditasi Yankes
4. Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2016-2019
5. Data Capaian Indikator per Triwulan
6. Data Kecamatan Dengan Minimal 1 Puskesmas yang sudah terakreditasi
7. Data Kab/Kota dengan Minimal 1 RSUD yang sudah terakreditasi