i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI
RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
JUMIATI ASTUTI
NIM. 23040160128
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
۷۱روملامزعنمكلذناكباصاامىلعبصواركنمالنعهناوفورعملبأمروةلوالصمقانب ي
“Hai Anakku, dirikanlah shalat dan serulah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah)”.
(Q.S Lukman: 17)
PERSEMBAHAN
vii
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karunia-
Nya, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahku (Joko Santoso) dan ibundaku (Sutini) tercinta, yang selalu mendidiku,
membimbing dengan penuh kesabaran kasih sayang, dan motivasi serta tidak
henti-hentinya mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
bagaimanapun caranya tidak mampu membalas semua kebaikan yang telah
Ayah dan Ibunda berikan. Besar harapanku untuk menjadi anak yang menjadi
sebab kebaikan dan keselamatan Ayah dan Ibunda di dunia dan akhirat.
2. Adikku (Denis Istikhomah) yang kusayangi. Terimakasih telah menjadi
penyemangat dan telah mendoakanku dalam menyelesaikan skripsi ini. Besar
harapan kakak dapat menjadi contoh yang baik sehingga mampu menjadi
sosok yang jauh lebih hebat.
KATA PENGANTAR
viii
Assalamu’alaikum. Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur senantiasa penulis hadirkan kepada Allah Swt. yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
selalu tercurah kepada Nabi Agung Muhammad Saw, keluarga, sahabat, dan para
pengikut sejatinya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansyur, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Dr. Peni Susapti, S.Si., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.
4. Ibu Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu sabar dalam membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
5. Bapak Jaka Siswanta, M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing saya dari semester awal sampai saat ini.
ix
6. Bapak Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian tugas ini.
7. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan
penuh kasih sayang dan kesabaran.
8. Seluruh teman-temanku yang telah mendukung dan membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amalan baik dari beliau mendapatkan balasan
yang setimpal dan mendapatkan ridho dari Allah SWT. dengan tulisan ini semoga
bisa memberi keberkahan dan manfaat bagi penulis dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 08 Mei 2020
Penulis
Jumiati Astuti
NIM. 23040160128
ABSTRAK
Astuti, Jumiati. 2020. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Ranah 3
Warna Relevansinya Dengan Pendidikan Islam. Skripsi, Jurusan
x
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj.
Maslikhah, S.Ag, M.Si.
Kata kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Karakter; Pendidikan Islam
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara mendalam mengenai nilai-
nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam sebuah novel inspiratif karya
Ahmad Fuadi, Ranah 3 Warna dan relevansinya terhadap pendidikan Islam.
Apakah ada keterkaitan antara pendidikan karakter dan pendidikan Islam dalam
isi novel Ranah 3 Warna tersebut.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kepustakaan (library research), dengan menggunakan pendekatan
pragmatik. Sumber data yang digunakan adalah data primer, yakni buku atau
Novel Ranah 3 Warna. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis isi (content
analysis).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Tokoh utama Alif
menunjukkan karakter pada novel Ranah 3 Warna yaitu sikap berpegang teguh
kepada Allah Swt, ketaatan beribadah, pekerja keras, kemandirian, pantang
menyerah, kesederhanaan, kreatif, beripikir kritis, tanggung jawab, dan nasionalis;
(2) Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna meliputi: rajin
beribadah, bersikap husnudzon, meminta ampunan terhadap Allah Swt, berkata
jujur terhadap sesuatu, disiplin waktu, berusaha keras untuk mendapatkan hasil
terbaik, berpikir kreatif untuk menciptakan hal baru, mandiri tidak bergantung
pada orang lain, keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu, berusaha melakukan
yang terbaik untuk mengharumkan bangsa, menunjukkan rasa cinta sebagai
bangsa Indonesia, menghargai setiap prestasi, menjaga persahabatan,
persaudaraan, keharmonisan, peduli terhadap lingkungan, dan sosial, serta
tanggung jawab; dan (3) Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter novel Ranah 3
Warna dengan pendidikan Islam tergambar pada perilaku Alif yang ditandai
dengan nilai akhlak keyakinan pada kuasa Allah Swt, nilai adab pada sikap Alif
yang bertanggung jawab kepada keluarganya, dan keteladanan tercermin pada
sifat Rasulullah Saw sebagai substansi dalam pendidikan Islam untuk
mengantarkan pada pembentukan insan kamil.
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
xi
LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
LEMBAR DEKLARASI ............................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
E. Metode Penelitian ........................................................................ 9
F. Penegasan Istilah .......................................................................... 11
G. Kajian Pustaka .............................................................................. 13
H. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................... 18
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Nilai ........................................................................... 20
B. Pendidikan Karakter ..................................................................... 21
xii
1. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................... 21
2. Tujuan Pendidikan Karakter .................................................... 23
3. Nilai-Nilai Karakter yang ditargetkan ...................................... 24
4. Prinsip Pendidikan Karakter .................................................... 27
5. Landasan Pendidikan Karakter ................................................ 28
C. Novel ............................................................................................ 31
1. Pengertian Novel ...................................................................... 31
2. Fungsi Novel ............................................................................ 33
3. Ciri-Ciri Novel ......................................................................... 34
4. Macam-Macam Novel .............................................................. 35
5. Struktur Novel .......................................................................... 36
D. Pendidikan Islam .......................................................................... 38
1. Pengertian Penddikan Islam ..................................................... 38
2. Sumber Penddikan Islam.......................................................... 39
3. Tujuan Penddikan Islam ........................................................... 40
E. Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam .............................. 41
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL RANAH 3 WARNA
A. Biografi Penulis ........................................................................... 43
1. Sejarah hidup ............................................................................ 43
2. Karya Ahmad Fuadi ................................................................. 44
B. Profil Buku Ranah 3 Warna ....................................................... 46
C. Unsur Intrinsik Novel Ranah 3 Warna ....................................... 47
1. Judul ..................................................................................... 47
2. Tema ................................................................................... 47
3. Tokoh dan Perwatakan ......................................................... 47
4. Latar/ Setting ....................................................................... 54
5. Alur ...................................................................................... 59
6. Sudut Pandang ...................................................................... 60
7. Bahasa .................................................................................. 60
8. Amanat ................................................................................. 60
xiii
D. Sinopsis Novel ............................................................................. 61
BAB VI PEMBAHASAN
A. Tokoh Utama Menunjukkan Nilai Karakter Dalam Novel Aranah
3 Warna Karya Ahmad Fuadi ............................................... 63
B. Muatan Nilai-Nilai Karakter Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad
Fuadi ..................................................................................... 65
C. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel Ranah 3 Warna
Karya Ahmad Fuadi Dengan Pendidikan Islam .................... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 92
B. Saran-Saran ............................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 95
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan,
terutama pendidikan karakter yang harus ditanamkan pada anak usia
SD/MI, dalam mendidik tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi yang lebih
utama dapat mengubah atau membentuk kepribadian yang baik, seperti
karakter dan moral pada setiap anak. Pendidikan karakter menjadi
penopang perilaku setiap individu agar lebih sopan dalam tataran etika
perilaku sehari-hari terhadap orang lain.
Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-
nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran kemauan
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama maupun lingkungan sehingga menjadi
manusia insan kamil. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran, materi pembelajaran yang
berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu
dikembangkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif tetapi
menyentuh pada internalisasi dan pengenalan nyata dalam kehidupan
peserta didik sehari-hari di masyarakat (Amri, Jauhari, dan Elisah 2011:
52).
2
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pendidikan karakter dan akhlak
mulia pembelajaran secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
standart kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa,
2013: 9).
Zaman sekarang rendahnya karakter bangsa ini menjadi perhatian
semua pihak. Kepedulian lembaga pendidikan terhadap karakter telah
dirumuskan pada fungsi dan tujuan pendidikan bagi masa depan bangsa
ini. Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan “pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta berfungsi
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, kreatif, dan
menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab”
(Zuchdi, dkk., 2013: 2).
Peran orang tua dalam pendidikan di rumah biasakanlah anak
sejak usia dini untuk melihat atau menonton sebuah acara televisi yang
berkualitas, agar dapat memberikan dampak yang positif, apalagi dengan
hadirnya gadget pada zaman sekarang yang mengalihkan fokus anak-anak
terhadap belajar, orang tua perlu memantau apa yang dilakukan oleh anak-
anak.
3
Pembelajaran nilai-nilai moral, dapat diberikan melalui membaca
sebuah buku yang inspiratif dan bermotivasi di mana sumber apapun dapat
dijadikan bahan untuk memberikan pengajaran. Novel Ranah 3 Warna ini
banyak terdapat nilai-nilai moral yang patut dijadikan bahan ajar untuk
anak-anak agar menjadi pribadi yang unggul di masa depan dan dapat
menumbuhkan motivasi untuk menjalani hidup lebih baik.
Novel Ranah 3 Warna merupakan novel karya kedua dari Trilogi
novel inspiratif karya Ahmad Fuadi yang di dalamnya menceritakan
tentang perjuangan hidup Alif untuk mencapai kesuksesan, sebagai
seorang anak pertama yang terlahir dalam keluarga kurang mampu, setelah
ayahnya meninggal dunia Alif harus berjuang untuk menyelesaikan
kuliahnya di Bandung dengan biaya sendiri, baginya keterbatasan biaya
yang dimilikinya bukanlah sebuah penderitaan melainkan kesenangan
yang harus tetap dijalani dengan riang tanpa berkeluh kesah dengan
mantra man shabara zhafira “siapa yang bersabar akan beruntung” dengan
tangguh dan pantang menyerah merupakan bekal Alif untuk menggapai
cita-citanya, yaitu beasiswa ke luar negeri terutama di benua Amerika dan
S2 di luar negeri. Hal itu tidak terlepas dari ketegaran hati sang ibu yang
selalu memberikan semangat dan doa untuk terus berjuang dan pesan
almarhum sang ayah agar terus mengejar apa yang telah dimulai.
Bertahannya sosok Alif Fikri dalam menjalani kehidupannya
ketika kuliah begitu prihatin terutama pada minimnya biaya hidup di
Bandung, keprihatinan sosok Alif semata-mata untuk dapat meneruskan
4
kuliahnya, berbeda dengan temannya yang sering jalan-jalan ke Bandung
Indah Plaza untuk makan dan menonton selesai kuliah. Alif memanfaatkan
waktunya untuk mendapatkan uang agar dapat bertahan hidup seperti
mengajar privat anak-anak, menjadi distributor produk kosmetik, parfum,
dan menjajakan kain dari Bukittinggi. Masalah yang dihadapi Alif tidak
melunturkan semangatnya untuk terus berjuang seperti pepatah yang
dipelajari di PM dulu idza shadaqal azmu wadaha sabil ‘apabila benar ada
kemauan, maka terbukalah jalan’. Keinginan Alif untuk menjadi seperti
sosok B.J Habibie suatu hari nanti tidak pernah hilang dari pikirannya,
walaupun memang dilihat dari kondisi Alif dan keluarga, mimpinya yang
tinggi tersebut seakan sulit teraih mengingat keterbatasan biaya untuk
kuliahnya. Alif bersikukuh untuk terus berusaha melanjutkan
pendidikannya dan menggenggam erat mimpinya untuk pergi ke Benua
Amerika kelak.
Idealitas kehidupan Alif yaitu dapat dengan mudah menjadi
seorang penulis terkenal sehingga dapat menghasilkan uang untuk
mencukupi biaya hidupmya dan mendapatkan beasiswa ke luar negeri,
sedangkan realitas yang terjadi banyak hambatan yang dialami Alif seperti
honor yang terbilang sedikit dari karya tulis ilmiahnya, penolakan surat
permohonan beasiswa ditolak. Realitas yang terjadi tidak mematahkan
semangat Alif untuk lebih berusaha belajar dari yang telah terjadi, justru
satu persatu usaha yang Alif lakukan membuahkan hasil, Alif diminta
untuk menulis di Redaktur Koran Manggala sehingga penghasilan bulanan
5
yang Alif dapat melebihi kebutuhan hidupnya di Bandung bahkan Alif
dapat mengirimkan sebagian uangnya untuk ibunya yang di rumah dan
impiannya untuk pergi ke Amerika secara gratis akhirnya tercapai.
Di zaman yang semakin canggih, banyak faktor yang dapat
memengaruhi moral setiap manusia, baik itu faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari keluarga
sendiri, anak yang terdidik dari moral yang baik sudah pasti memiliki
kepribadian yang baik dan sebaliknya jika sejak usia dini seorang anak
tidak dibiasakan berperilaku dan bersikap baik maka akan susah anak
tersebut untuk membiasakan berperilaku baik di lingkungan masyarakat,
sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berada diluar diri
seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang seperti lingkungan
masyarakat dan sosial media. Oleh karena itu biasakan anak berada di
lingkungan yang baik, untuk sosial media seorang anak perlu pengawasan
dari orang tua, karena banyak dampak negatif dari sosial media seperti
melihat video yang tidak baik ditonton atau iklan-iklan yang muncul pada
gadget.
Orang tua harus lebih sigap dalam mengawasi anak dengan
membatasi dalam menggunakan sosial media, dengan begitu anak akan
lebih fokus dalam belajarnya dan ajarkan anak menerapkan hal-hal positif
seperti menunaikan sholat dengan tepat waktu, menjadwal setiap kegiatan
yang akan dilaksanakan sehingga akan tertanam karakter yang baik.
6
Novel Ranah 3 Warna ini terdapat pesan yang dapat diambil, di
mana dalam alur ceritanya menyadarkan generasi muda bahwa sebuah
kesuksesan harus ditempuh dengan terus berjuang, dengan membaca buku
ini, lebih menyadarkan diri sendiri bahwa kekurangan serta keterbatasan
tidaklah membuat seseorang mudah berputus asa untuk meraih
kesuksesan, dengan ikhtiar , doa serta kerja keras semua yang diinginkan
pasti akan mudah dicapai dan juga pastinya restu doa orang tua untuk
seorang anak akan mudah menjalankan tujuannya.
Dalam Q.S Ar Raad [13]: 11 dijelaskan bahwa:
مبقوماي غيلانالل مبن فسهماي غيواحت
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum,
sebelum kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka. Ayat tersebut sudah dijelaskan bahwa Allah Swt tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum, melainkan kaum itu sendiri yang merubah
dirinya, jadi bukan hanya mimpi melainkan setiap manusia harus bekerja
keras dan berusaha disertai dengan ikhtiar yang membawa mimpi tersebut
dengan karkater yang unggul. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis
perlu mengkaji dalam penelitian dengan judul Skripsi “NILAI-NILAI
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL RANAH 3 WARNA
KARYA AHMAD FUADI” RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN
ISLAM.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka masalah yang
akan penulis teliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tokoh utama menunjukkan nilai karakter dalam novel
Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi?
2. Apa muatan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3
Warna karya Ahmad Fuadi?
3. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3
Warna karya Ahmad Fuadi relevansinya dengan pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan tokoh utama menunjukkan nilai karakter
dalam Novel Ranah 3 Warna;
2. Untuk mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam Novel
Ranah 3 Warna; dan
3. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel
Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi relevansinya dengan pendidikan
karakter.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis antara lain:
1. Manfaat Teoretis
8
Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi
pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter serta menambah
wawasan tentang keberadaan karya-karya sastra yang mengandung
pendidikan karakter relevansinya dengan pendidikan Islam.
2. Manfaat Praksis
Manfaat secara praksisnya, dalam penelitian ini terdapat 3
manfaat praksis, yaitu meliputi:
a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan ide atau masukan dalam penggunaan novel sebagai
sumber belajar atau media pembelajaran yang bersifat efektif dan
efisien dalam melaksanakan pendidikan moral melalui media cerita
yang mendidik dan inspiratif;
b. Bagi dunia sastra, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi para pengarang karya sastra yakni dalam membuat sebuah
karya karena tidak hanya memuat tentang hiburan melainkan
mengenai aspek pendidikan bagi anak dan bermanfaat bagi semua
kalangan masyarakat; dan
c. Bagi civitas akademik, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan untuk berbagai macam penelitian relevan di masa
yang akan datang.
9
E. Metode Penelitian
Aspek etimologi, dalam bahasa latin, metode berasal dari dua
suku kata, yaitu “meta” artinya melalui dan“hodos” artinya jalan atau
cara. Penggabungan kedua kata ini menjadi “metahodos” yang bermakna
jalan yang dilalui atau cara melalui (Tambak, 2014: 85).
Darmawan (2013: 127) menyatakan bahwa metode penelitian
adalah cara yang digunakan oleh penelitian untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau
penelitian library research karena dilakukan dengan mencari data atau
informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi
yang tersedia di perpustakaan.
Riset Kepustakaan (Library Research) adalah penelitian yang
dilakukan di perpustakaan di mana objek penelitian digali lewat
beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensikplopedi, jurnal
ilmiah, Koran, majalah dan dokumentasi (Zed, 2004: 89).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini penulis
menggunakan pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik,
penelitian sastra yang berhubungan dengan presepsi pembaca terhadap
10
teks sastra. Penulis akan membaca dan mengembangkan karya yang
diteliti dari novel Ranah 3 Warna (Endraswara, 2003: 9).
2. Sumber Data
Sumber data adalah bahan pokok yang dapat diolah dan
dianalisis untuk menjawab masalah penelitian. Data yang diambil
sesuai dengan kebutuhan penelitian maka terlebih dahulu harus dipilih
dan ditentukan sumber datanya (Salim dan Haidir, 2019: 71). Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini
adalah novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari pengumpulan
informasi dan data dari buku-buku, karangan ilmiah, majalah,
artikel yang relevan, ataupun internet dalam penelitian ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode dokumentasi. Mengumpulkan data dengan
menyelidiki benda-benda seperti buku, foto/gambar, dan dokumen
dengan menggunakan metode tersebut diharapkan dapat menghasilkan
penelitian yang maksimal.
4. Teknik Analisis Data
11
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dalam menemukan nilai-nilai karakter pada novel Ranah 3 Warna
karya Ahmad Fuadi yaitu menggunakan metode Analisis isi (content
analysis). Metode analisis isi yang diutamakan adalah isi dari suatu
komunikasi dalam penelitian sastra. Bentuk analisis isi berkaitan
dengan bentuk verbal bahasa dan nonverbal. Penelitian sastra dengan
metode analisis isi, peneliti diharuskan untuk menganalisis isi sebuah
komunikasi dalam karya sastra yang mengandung pesan (Hudhana,
2019: 75). Menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara menguasai unsur-unsur novel, mengidentifikasi, dan menganalisis
nilai-nilai karakter yang termuat dalam novel tersebut serta melihat
bagaimana relevansinya terhadap pendidikan Islam.
F. Penegasan Istilah
Menghindari kesalahan dalam penafsiran judul Skripsi ini, maka
penulis perlu memberikan definisi atau pengertian pada istilah penulis
gunakan yaitu:
1. Nilai
Nilai dalam bahasa Inggris disebut juga value yang berasal
dari bahasa latin valere yang berarti berguna, mampu, berdaya, berlaku
dan kuat. Nilai merupakan sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan, dimana dalam pengertian abstrak bahwa
nilai itu tidak dapat ditangkap dari oleh panca indra yang dapat dilihat
12
adalah objek yang mempunyai nilai atau tingkah laku yang
mengandung nilai (Gusal, 2015: 3).
Nilai dalam pendidikan memiliki 4 (empat) nilai yang
menjadi acuan pada nilai pendidikan karakter yaitu: nilai religius, nilai
moral, nilai sosial, dan nilai budaya. nilai-nilai tersebut berkaitan
dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada Novel
Ranah 3 Warna seperti: religius, toleransi, jujur, disiplin, kerja keras,
peduli sosial, cinta tanah air, dan semangat kebangsaan terhadap
bangsa sendiri.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah sebuah istilah yang semakin hari
semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini,
dapat dinyatakan bahwa pendidikan karakter adalah kualitas atau
kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang
merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong atau
penggerak serta membedakannya dengan individu lain (Wiyani, 2013:
25).
Pendidikan karakter dalam penelitian ini dimaksudkan bahwa
pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengajarkan tentang
kepribadian khusus yang harus dimiliki seseorang, sehingga terdapat
perbedaan antara individu lainnya.
3. Pendidikan Islam
13
Langgulung (dalam Salim dan Kurniawan, 2012: 27)
menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah mencakup semua
perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-
nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, serta
keterampilan kepada generasi selanjutnya, sebagai usaha untuk
menyiapkan fungsi hidup baik jasmani begitu pula rohani.
4. Pendidikan Karakter Implikasinya dalam Pendidikan Islam
Hakikat pendidikan karakter merupakan ruh dalam
pendidikan Islam. Pendidikan Islam dalam pendidikan karakter
mencetak anak didik menjadi makhluk yang memiliki karakter dan
nilai yang baik. Pendidikan karakter menerapkan pembentukan sifat-
sifat yang baik pada setiap anak didik searah dengan pendidikan Islam
dengan ruang lingkup yang jelas dari tuntunan Al Qur’an dan Sunnah.
Keberhasilan keduanya tidak tergantung pada baik atau buruknya salah
satu komponen melainkan saling keterkaitannya dan tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya.
G. Kajian Pustaka
Penulis mencoba menelaah penelitian terdahulu untuk dijadikan
sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian dengan melihat aspek-aspek
perbedaan dan kesamaan masing-masing judul. Penelitian yang penulis
gunakan sebagai kajian pustaka diantaranya sebagai berikut:
1. Lutfi Isnan Romdloni (IAIN Salatiga, 2019)
14
Judul Skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Buku
Gelandangan Di kampung Sendiri Karya Emha Ainun Nadjib. Skripsi
ini dilakukan untuk mengetahui karakter bangsa Indonesia terutama
orang pinggiran (rakyat kurang mampu), rakyat pinggiran bukanlah
bawahan dari para pejabat. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1)
Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku Gelandangan di Kampung
Sendiri karya Nadjib memiliki nilai karakter yang sama dnegan penulis
(2) Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter pada buku Gelandangan
di Kampung Sendiri karya Emha Ainun Nadjib dalam kehidupan
modern ini yaitu buku ini sangat relevan dengan pendidikan karakter di
Indonesia karena di dalam buku tersebut terdapat nilai edukasi
khususnya nilai-nilai pendidikan karakter.
Skripsi ini sebagai reverensi tambahan untuk penulis,
persamaan penelitian yaitu mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan
karakter, menggunakan novel sebagai bahan penelitian, dan isi dari
sifat peran utama hampir sama dengan penelitian penulis.
Perbedaannya terletak pada subjek penelitian, penulis mengkaji novel
Ramah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. Penelitian Lutfi Isnan Romdloni
hanya meneliti tentang relevansinya dalam pendidikan karakter,
sedangkan penelitian penulis yaitu relevansinya dengan pendidikan
Islam.
15
2. Tri Wahyuningsih (Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2013)
Judul skripsi Nilai Pendidikan Novel Ranah 3 Warna Karya
Ahmad Fuadi Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Di kelas XI SMA.
Skripsi ini meneliti tentang mengenai nilai pendidikan yang terdapat
pada novel tersebut di mana dikembangkan untuk bahan pembelajaran
sastra dikelas XI SMA. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: nilai
pendidikan yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna meliputi empat
wujud nilai pendidikan. Nilai pendidikan agama yaitu beribadah,
berdoa, bersyukur, tawakal, ikhlas, dan sabar. Nilai pendidikan moral
meliputi tekad kuat, pantang menyerah sungguh-sungguh, dan kerja
keras. Nilai pendidikan adat/budaya meliputi melestarikan kesenian
tradisional. Nilai pendidikan sosial meliputi tolong menolong, berbakti
kepada orang tua, dermawan. Kesesuaian antara nilai pendidikan
dalam novel sebagai bahan ajar kelas XI di SMA yaitu terdapat dalam
standart kompetensi membaca, memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia dengan kompetensi dasar menganalisis unsur-unsur
intrinsik, dan ekstrensik novel. Pembelajaran novel Ranah 3 Warna
dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya
jawab, dan pemberian tugas.
Skripsi ini sebagai reverensi tambahan untuk penulis.
Persamaan Skripsi tersebut dengan Skripsi penulis yaitu terletak pada
subjek yang menggunakan novel Ranah 3 Warna, sedangkan
perbedaannya yaitu Skripsi Tri Wahyuningsih menitikberatkan hanya
16
tentang nilai pendidikan dan sebagai bahan ajar siswa SMA kelas XI,
sedangkan penulis menitikberatkan pada nilai pendidikan karakter.
Relevansinya Skripsi tersebut hanya mengaitkan tentang isi
dari nilai-nilai karakter agar dapat diterapkan pada siswa XI SMA,
sedangkan penelitian penulis yaitu mengaitkan nilai karakter dengan
pendidikan Islam pada anak-anak SD/MI.
3. Indah Inayati (IAIN Salatiga, 2019)
Judul skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dan Motivasi
dalam Buku Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabicara. Skripsi ini
meneliti tentang pendidikan karakter dan motivasi yang terdapat pada
buku Sepatu Dahlan di mana nilai kebaikannya adalah religius, jujur,
toleransi, mandiri, disiplin, kerja keras, peduli sosial, dan bertanggung
jawab. Motivasi yang terdapat dibuku tersebut yaitu Dahlan yang
mempunyai keinginan keras dan gigih untuk mendapatkan apa yang
diinginkan.
Skripsi ini sebagai reverensi tambahan untuk penulis.
Persamaan Skripsi tersebut dengan Skripsi penulis adalah terletak pada
objek yaitu sama-sama mengkaji pendidikan karakter. Perbedaannya
yaitu Skripsi tersebut selain mengkaji objek tentang pendidikan
karakter juga mengkaji tentang motivasi dan subjek penelitian penulis
mengkaji novel Ranah 3 Warna
17
4. Diyah Idhawati (IAIN Salatiga, 2018)
Judul Skripsi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang
Terkandung dalam Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi. Skripsi
ini meneliti tentang pendidikan karakter yang terdapat pada novel Anak
Rantau di mana dalam nilai-nilai pendidikan karakter tersebut sama
dengan nilai pendidikan karakter yang penulis sebutkan yaitu salah
satunya religius, jujur, toleransi, demokratis, kreatif, tanggung jawab,
dan nasionalisme.
Skripsi ini sebagai reverensi tambahan penulis. Persamaan
Skripsi tersebut dengan Skripsi penulis adalah terletak pada objek
yaitu sama-sama mengkaji pendidikan karakter dan sama-sama
meneliti karya dari Ahmad Fuadi. Perbedaannya yaitu Skripsi tersebut
mengkaji novel yang berjudul Anak Rantau.
5. Ida Risqi Afita (IAIN Salatiga, 2018)
Judul Skripsi Nilai-Nilai Materi Pendidikan Karakter pada
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye. Skripsi ini
meneliti tentang pendidikan karakter yang terdapat pada novel Ayahku
(Bukan) Pembohong dengan 11 nilai karakter di dalamnya yaitu:
disiplin, kerja keras, peduli, kemandirian, tanggung jawab, penuh kasih
sayang, rasa ingin tahu, santun, kesederhanaan, keikhlasan, dan
kejujuran.
Skripsi ini sebagai reverensi tambahan penulis. Persamaan
skripsi tersebut dengan skripsi penulis yaitu terletak pada objek yaitu
18
sama-sama mengkaji pendidikan karakter dan menggunakan novel
sebagai bahan penelitian. Perbedaannya terletak pada pembahasan
yaitu pembahasan penelitian tersebut hanya menjelaskan 11 nilai
pendidikan karakter sedangkan penulis menyebutkan 18 nilai
pendidikan karakter dan pembahasan kedua penelitian tersebut
mengenai relevansi terhadap karakter pada remaja di era globalisasi
sedangkan penulis membahas relevansi pendidikan karakter dengan
pendidikan Islam karena pada judul penulis mencantumkan tentang
relevansinya dengan pendidikan Islam.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Mempermudah dalam penyusunan penelitian ini maka penulis
menyusun kerangka sistematis yang dibagi dalam 5 bab, sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,
penegasan istilah, kajian pustaka dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II KAJIAN TEORI pada bab ini akan diuraikan mengenai
pengertian nilai, pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, nilai-
nilai karakter yang ditargetkan, prinsip pendidikan karakter, landasan
pendidikan karakter, pengertian novel, fungsi novel, ciri-ciri novel,
macam-macam novel, struktural novel, pengertian pendidikan Islam,
sumber pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, dan pendidikan
karakter dalam pendidikan Islam.
19
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL RANAH 3 WARNA
pada bab ini akan dipaparkan tentang gambaran umum buku tersebut
seperti biografi penulis, profil buku, unsur intrinsik novel dan sinopsis
buku.
BAB IV PEMBAHASAN pada bab ini akan dipaparkan tentang
diskripsi nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel tersebut serta
relevansinya dengan pendidikan Islam.
BAB V PENUTUP pada bab ini penutup akan disajikan tentang
kesimpulan dan saran-saran sebagai hasil.
20
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Nilai
Mulyana (dalam Agus Zaenul Fitri, 2014: 90) menyatakan bahwa
nilai adalah mencakup segala sesuatu hal yang dianggap bermakna bagi
kehidupan seseorang yang pertimbangannya didasarkan pada kualitas
benar-salah, baik-buruk, atau indah-jelek dan orientasinya bersifat
antroposentris atau theosentris. Halstead (dalam Agus Zaenul Fitri, 2014:
90) menyatakan bahwa nilai adalah “the belief, attitudes or feelings that
an individual is pround of, is willing to publivly affirm, have chosen
thoughfully from alternatives without persuasion as are acted on
repetedly”, umumnya nilai erat kaitannya dengan kepercayaan, sikap atau
perasaan yang dibanggakan individu, dipegang teguh dan dipilih karena
dilakukan terus menerus tanpa adanya paksaan dan menjadi acuan dalam
kehidupan setiap individu. Mustafa (dalam Zakiyah dan Rusdiana, 2014:
14) menyatakan bahwa nilai secara etimologi adalah pandangan kata value
(Bahasa Inggris) (moral value), dalam kehidupan sehari-hari nilai
merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Mulyana (dalam Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 15)
menyatakan bahwa nilai adalah keyakinan dalam menentukan pilihan.
Pendapat lain Kartini (dalam Zakiyah dan Rusdiana, 2014: 15)
menyatakan bahwa nilai adalah segala hal yang dianggap penting dan baik.
Keyakinan seseorang yang seharusnya dilakukan (misalnya jujur, ikhlas)
21
atau cita-cita yang ingin dicapai oleh seseorang (misalnya kebahagiaan,
kebebasan). Definisi dari para pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
nilai merupakan segala hal yang berhubungan dengan sikap dan perilaku
manusia mengenai baik dan buruknya yang dapat diukur melalui agama,
etika, moral dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.
B. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Wiyani (2013: 27-28) pendidikan karakter adalah proses
pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia
seutuhnya, yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa
dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan pendidikan
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak
yang bertujuan untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara
apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati.
Berkowitz dan Bier (dalam Maunah, 2015: 91) pendidikan
karakter adalah penciptaan lingkungan sekolah yang membantu siswa
dalam perkembangan etika, tanggung jawab, melalui model dan
pengajaran karakter yang baik melalui nilai-nilai universal.
Megawangi (dalam Kesuma, 2012: 5) pendidikan karakter
adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan
22
sehari-hari, sehingga anak-anak dapat memberikan kontribusi yang
positif kepada lingkungannya.
Narwanti (2014: 14) pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insan kamil.
Koesoema (dalam Sutarna, 2018: 5) pendidikan karakter
adalah diberikannya tempat bagi kebebasan individu dalam
menghayati nilai-nilai yang sebagai baik luhur, dan layak
diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan
pribadi berhadapan dengan dirinya, sesama dan Tuhan. Pendapat lain,
Haryanto (dalam Purwanto, 2014: 184) pendidikan karakter
merupakan upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik
mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta
didik berperilaku sebagai insan kamil.
Pendapat di atas yang membahas tentang pengertian
pendidikan karakter, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan
karakter merupakan penanaman sikap, moral, dan keterampilan
terhadap anak agar menjadi seseorang yang memiliki tingkah laku
yang baik, jujur, berkarakter mulia, bertanggung jawab, suka
menolong, dan berperperan penting terhadap orang lain sehingga
23
muncul kepribadian yang baik yang berpengaruh terhadap
lingkungannya.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Kemendiknas (2011: 7) memaparkan beberapa tujuan
pendidikan karakter yaitu bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai
yang membentuk karakter bangsa yaitu pancasila, meliputi: (1)
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati
baik, berpikiran baik, berperilaku baik; (2) membangun bangsa yang
berkarakter pancasila; dan (3) mengembangkan potensi warganegara
agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya
serta mencintai umat manusia. Hal itu merupakan tujuan pendidikan
karakter secara umum.
Tujuan pendidikan karakter dalam arti khusus adalah untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendiidkan di sekolah
yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai standar
kompetensi lulusan (Kemendiknas, 2010: 8).
Kesuma, Triatna, dan permana (2011: 9-10) menyatakan
bahwa tujuan pendidikan karakter adalah:
a. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu
sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah
maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah);
24
b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan
nilai-nilai yang dikembangkan sekolah; dan
c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama.
Narwanti (2014: 17) menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan
karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai
standar kompetensi.
Pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa inti dari tujuan
pendidikan karakter merupakan untuk mencetak generasi bangsa yang
berkarakter dan berakhlak mulia sehingga terwujud dalam penerapan
perilaku di kehidupan sehari-hari.
3. Nilai-Nilai Karakter yang Ditargetkan.
Nilai-nilai karakter yang ditargetkan ada beberapa pendapat
menurut para ahli. Pendapat pertama menurut Sutarna (2018: 8-13)
nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh anak ada 18 nilai antara
lain:
a. Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain;
25
b. Jujur yaitu perilaku yang dilaksanakan dalam upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan;
c. Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, sikap tindakan orang lain yang berbeda;
d. Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh kepada berbagai ketentuan dan aturan;
e. Kerja keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas
serta menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya;
f. Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki;
g. Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung
pada orang lain dan menyelesaikan tugas-tugas;
h. Demokratis yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain;
i. Rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar;
j. Semangat kebangsaan yaitu cara berpikir dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya;
26
k. Cinta tanah air yaitu cara berpikir dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik
bangsa;
l. Menghargai prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat
dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain;
m. Bersahabat/komunikatif yaitu tindakan yang memperhatikan rasa
senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain;
n. Cinta damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya;
o. Gemar membaca yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kemajuan bagi
dirinya;
p. Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selaluu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi;
q. Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan; dan
r. Tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan
27
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Pendapat kedua Zuchdi (2013: 26-28) bahwasannya nilai-
nilai karakter yang ditargetkan yang harus dimiliki oleh anak ada 16
nilai antara lain: ketaatan beribadah, kejujuran, tanggung jawab,
kedisiplinan, etos kerja, kemandirian, sinergi, kritis, kreatif, inovatif,
visioner, kasih sayang, kepedulian, keikhlasan, keadilan,
kesederhanaan, nasionalisme, dan internasionalisme.
Nilai-nilai yang telah disebutkan oleh beberapa pendapat di
atas merupakan nilai-nilai yang mendasari seorang pendidik agar
menerapkan pendidikan karakter dalam menyiapkan peserta didik yang
memiliki kepribadian dan manusia yang berkarakter baik. Nilai
karakter di atas dapat diterapkan oleh diri seseorang dengan dilakukan
pembiasaan secara terus menerus sehingga karakter yang ditargetkan
akan melekat pada diri seorang anak, karena dengan membiasakan
nilai-nilai tersebut anak akan mudah menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungannya.
4. Prinsip Pendidikan Karakter
Prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir,
bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan
sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai
makhluk sosial.
28
Kemendiknas (2010: 11-13) ada beberapa prinsip-prinsip
yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter yaitu:
a. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan
nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari
awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan
pendidikan;
b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya
satuan pendidikan mensyaratkan bahwa proses pengembangan
karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap
kurikuler, ekstra kulikuler dan kokurikuler;
c. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar,
mengandung makna bahwa nilai-nilai tidak dijadikan pokok
bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan
suatu konsep, teori, prosedur ataupun fakta seperti dalam mata
kuliah/pelajaran agama, IPA, IPS; dan
d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan, prinsip ini menyatakan bahwa pendidikan
dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang
dan tidak indoktrinatif.
5. Landasan Pendidikan Karakter
Landasan pelaksanaan pendidikan karakter sangat jelas. Hal
ini tampak dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyatakan:
29
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuham Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sa’dun Akbar (2011: 8-10) menemukan terdapat tujuh
landasan pendidikan karakter dalam penelitiannya yang berjudul
“Revitalitas Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar” yaitu sebagai
berikut:
a. Landasan Filsafat Manusia
Secara filosofis, manusia diciptakan oleh Tuhan dalam
keadaan “belum selesai” mereka dilahirkan dalam keadaan belum
jadi, agar menjadi manusia yang sesungguhnya, dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya anak-anak manusia
memerlukan bantuan. Upaya membantu manusia untuk menjadikan
manusia yang sesungguhnya itulah yang disebut pendidikan.
b. Landasan Filsafat Pancasila
Manusia Indonesia yang ideal adalah manusia pancasila
yaitu menghargai nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan sosial. Nilai-nilai pancasila tersebut yang
30
seharusnya menjadi core value dalam pendidikan karakter di negeri
ini.
c. Landasan Filsafat Pendidikan
Menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya bertujuan
mengembangkan kepribadian utuh dan mencetak warga negara
yang baik. Seseorang yang berkepribadian utuh digambarkan
dengan terinternalisasikannya nilai-nilai dari berbagai dunia makna
(nilai), yaitu simbolik (ritual keagamaan dan matematika), empirik
(ilmu pengetahuan alam dan sosial), dan estetik (kesenian), etik
(pendidikan moral, budi pekerti, adab, dan akhlak), sinoptik
(pendidikan agama, sejarah, dan filsafat), dan sinooetik
(pengalaman personal).
d. Landasan Religius
Agama-agama dan sistem kepercayaan yang berkembang
di Indonesia, manusia baik adalah manusia yang secara jasmani
dan rohani sehat dan dapat melaksanakan berbagai aktivitas hidup
yang kaitannya dengan peribadatannya kepada Tuhan, bertakwa
dengan menghambakan diri kepada Tuhan dengan jalan patuh dan
taat terhadap ajaran-ajarannya, menjadi pemimpin diri, keluarga,
dan masyarakat, manusiawi dalam arti bersifat/berkarakter sebagai
manusia yang mempunyai sifat-sifat cinta kasih terhadap sesama.
31
e. Landasan Sosiologis
Secara sosiologis, manusia Indonesia hidup dalam
masyarakat heterogen yang terus berkembang, berada ditengah-
tengah masyarakat dengan suku, agama, etnis, golongan, status
sosial, dan ekonomi yang berbeda-beda. Upaya mengembangkan
pendidikan karakter saling menghargai dan toleran pada aneka
ragam perbedaan menjadi sangat mendasar.
f. Landasan Psikologis
Landasan psikologis karakter dapat dideskripsikan dari
dimensi-dimensi intrapersonal (kemampuan yang bersifat
reflektif), interpersonal (kemampuan untuk mengenali perbedaan)
dan interaktif (kemampuan manusia dalam berinteraksi sosial
dengan sesama secara bermakna).
g. Landasan Teoretik Pendidikan Karakter
Teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk
untuk pengembangan karakter antara lain: teori-teori yang
berorintasi behavioristik, teori-teori yang berorintasi kognitivistik,
dan teori-teori yang berorintasi komprehensif .
C. Novel
1. Pengertian Novel
Tarigan (dalam Yanti, 2015: 3) menyatakan bahwa novel
berasal kata noveilus yang pula diturunkan pada kata noveis yang
berarti baru, dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-
32
jenis karya sastra lain seperti puisi, drama maka jenis novel ini muncul
kemudian.
Nurgiyanto (dalam Yanti, 2015: 3) mengemukakan bahwa
novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi
model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang di bangun
melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan
penokohan, latar, sudut pandang yang kesemuaanya bersifat imajinatif,
walaupun semua yang di realisasikan pengarang sengaja dianalogikan
dengan dunia nyata tampak seperti sungguh ada dan benar terjadi, hal
ini terlihat sistem koherensinya sendiri.
Pratama dan Suwandi (2018: 13) menyatakan bahwa novel
adalah salah satu karya sastra berupa prosa yang ditulis pengarang
secara mendalam dan penuh dengan nilai-nilai kehidupan di dalamnya,
interaksi antar tokoh disampaikan pengarang secara komplit untuk
membentuk suatu cerita yang kaya makna.
Lindell (dalam Wicaksono, 2014:70) karya sastra yang
berupa novel, pertama kali lahir di Inggris dengan judul pamella yang
terbit pada tahun 1740. Novel adalah salah satu jenis karya fiksi,
namun dalam perkembangannya, novel dianggap bersinonim dengan
fiksi sehingga pengertian fiksi berlaku juga bagi novel.
Golman (dalam Wicaksono, 2014: 70) mendefinisikan novel
adalah cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai
33
otentik di dalam dunia yang juga terdegradasi, pencarian itu dilakukan
oleh seorang hero yang problematik.
Wicaksono (2014: 71) menyimpulkan bahwa novel adalah
suatu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang
panjang (setidaknya 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen) dan
luas yang di dalamnya menceritakan konflik-konflik kehidupan
manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya. Novel mengungkapkan
konflik kehidupan para tokohnya secara lebih mendalam dan halus,
selain tokoh-tokoh, serangkaian peristiwa dan latar ditampilkan secara
tersusun hingga bentuknya lebih panjang dibandingkan dengan prosa
rekaan yang lebih.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel merupakan
sebuah karya sastra yang muncul dari pikiran atau ide pengarang yang
diolah menjadi sebuah tulisan dengan menghubungkan kejadian atau
peristiwa, bisa juga pengalaman orang lain maupun pengalaman
penulis sendiri, pola penulisan dalam novel mengalir secara bebas
yang tidak terikat oleh kaidah apapun.
2. Fungsi Novel
Agustien, Mulyani, dan Sulistiono (dalam Wicaksono, 2014:
76) menguraikan beberapa fungsi karya sastra novel yaitu:
a. Fungsi rekreatif, yaitu apabila sastra dapat memberikan hiburan
yang menyenangkan bagi pembacanya;
34
b. Fungsi didaktif, yaitu apabila sastra mampu mengarahkan atau
mendidik pembacanya karena adanya nilai-nilai kebenaran dan
kebaikan yang terkandung di dalamnya;
c. Fungsi estetis, yaitu apabila sastra mampu memberikan keindahan
bagi pembacanya;
d. Fungsi moralitas, yaitu apabila sastra mampu memberikan
pengetahuan kepada pembacanya sehingga mengetahui moral yang
baik dan buruk; dan
e. Fungsi religius, yaitu apabila sastra mengandung ajaran agama
yang dapat diteladani para pembaca sastra.
Pada dasarnya, karya sastra (novel) banyak memberikan
kemanfaatan bagi pembacanya, baik sebagai sarana hiburan maupun
sebagai sarana mendidik, mendidik manusia agar dapat lebih bermoral
dan menghargai manusia, meneladani ajaran-ajaran agama yang ada di
dalamnya serta dapat menyadarkan manusia untuk meneruskan tradisi
luhur bangsa.
3. Ciri-Ciri Novel
Wicaksono (2014: 80) menyatakan bahwa novel memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menceritakan sebagian kehidupan yang luar biasa;
b. Terjadinya konflik hingga menimbulkan perubahan nasib;
c. Terdapat beberapa alur atau jalan cerita;
d. Terdapat beberapa insiden yang mempengaruhi jalan cerita; dan
35
e. Perwatakan atau penokohan dilukiskan secara mendalam.
4. Macam-Macam Novel
Wicaksono (2014: 86-87) menyatakan bahwa ada beberapa
macam novel yang kurang dibahas secara teoretis, yaitu:
a. Novel Romantis
Novel romantis adalah novel yang memuat cerita panjang
bertemakan percintaan. Novel ini hanya dibaca khusus oleh para
remaja dan orang dewasa. Alur ceritanya pertemuan dua tokoh
yang berlawanan jenis dan ditulis semenarik mungkin dengan
konflik-konflik percintaan hingga mencapai sebuah titik klimaks,
diakhiri dengan sebuah ending yang kebanyakan bercabang jadi
tiga happy ending (dua tokoh utama bersatu), sad ending (dua
tokoh utama tidak bersatu), dan ending menggantung (pembaca
dibiarkan menyelesaikan sendiri kisah itu).
a. Novel Komedi
Novel komedi adalah novel yang memuat cerita yang
humoris (lucu) dan menarik dengan gaya bahasa yang ringan
dengan diiringi gaya humoris dan mudah dipahami.
b. Novel Religi
Novel ini merupakan kisah romantis atau inspiratif yang
ditulis lewat sudut pandang religi atau novel yang lebih mengarah
kepada religi meski tema tersebut beragam.
36
c. Novel Horror
Novel ini biasanya bercerita seputar hantu. Sisi yang
menarik dari novel ini adalah latar tempatnya yang kebanyakan
sebagai sumber hantu itu berasal. Cerita juga dapat disajikan dalam
bentuk perjalanan sekelompok orang ke tempat angker.
d. Novel Misteri
Novel ini adalah novel yang biasanya memuat teka-teki
rumit yang merespon pembacanya untuk berpartisipasi dalam
menyelesaikan masalah tersebut bersifat mistis, dan keras. Tokoh-
tokoh yang terlibat beragam, seperti polisi, detektif, ilmuwan, dan
budayawan.
e. Novel Inspiatif
Novel inspiratif adalah novel yang menceritakan sebuah
cerita yang dapat memberi inspirasi pembacanya. Biasanya novel
inspiratif ini berasal dari cerita nonfiksi atau nyata. Tema yang
disuguhkan seperti tentang pendidikan, ekonomi, politik, prestasi,
dan percintaan.
5. Struktural Novel
Pratama dan Suwandi (2018: 15-20) menyatakan bahwa
dalam membuat sebuah novel terdapat struktural novel yang unsur-
unsurnya membangun kesatuan novel dalam membentuk cerita yang
disajikannya. Struktural novel disebut juga dengan unsur intrinsik.
Berikut ini merupakan struktural novel antara lain:
37
a. Tema
Tema adalah suatu permasalahan mendasar yang terdapat
dalam karya sastra dan menjadi dasar pengembangan cerita.
b. Alur
Alur adalah rangkaian kisah yang ditulis pengarang dalam
novel atau cerpen dengan memperhatikan hubungannya antar
peristiwa yang terjadi. Istilah lain dari alur adalah plot.
c. Penokohan
Penokohan adalah unsur yang sangat penting dalam
struktural karya sastra prosa seperti novel di mana tanpa adanya
penokohan cerita tidak akan ada karena pengaluran suatu novel
dibentuk berbagai tindakan tokoh setiap rangkaian peristiwa yang
terjadi.
d. Latar
Latar atau setting identik dengan tempat suasana cerita
yang terdapat dalam novel. Didefinisikan bahwa latar yaitu segala
elemen dalam cerita yang berinteraksi dengan para tokoh dalam
suatu peristiwa.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang disebut juga dengan pusat pengisahan.
Sudut pandang adalah cara pengarang bercerita dalam karya sastra
prosa terutama novel.
38
f. Bahasa
Bahasa digunakan pengarang dalam menulis karya sastra
baik pada prosa, puisi, dan drama sebagai medium mengungkapkan
segala sesuatu yang diinginkannya, karena bahasa berfungsi
sebagai alat komunikasi dalam karya sastra.
D. Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Drajat (dalam Rofi, 2016: 14) menjelaskan bahwa pendidikan
Islam adalah pendidikan yang ditunjukan kepada perbaikan sikap
mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, bersifat teoretis dan
praksis.
Tafsir (dalam Salim dan Kurniawan, 2012: 28)
mendefinisikan pendidikan secara luas, yaitu “pengembangan pribadi
dalam semua aspeknya”, dengan catatan bahwa yang dimaksud
“pengembangan pribadi” mencakup pendidikan oleh diri sendiri,
lingkungan, dan orang lain. Sementara kata semua aspek mencakup
aspek jasmani, akal, dan hati. Sehingga tugas pendidikan bukan
sekedar meningkatkan kecerdasan intelektual, melainkan pula
mengembangkan seluruh aspek kepribadian anak didik.
Mursyi (dalam Salim dan Kurniawan, 2012: 33)
mendefinisikan pendidikan Islam adalah pendidikan fitrah manusia.
39
Disebabkan Islam adalah fitrah maka segala perintah, larangan, dan
kepatuhannya dapat mengantarkan mengetahui fitrah ini.
Salim dan Kurniawan, (2012: 33) menjelaskan bahwa
pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang
dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia, baik individu,
maupun sosial untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah),
maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual
dan spiritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
Pendapat para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa Pendidikan Islam merupakan proses pengajaran dari pendidik
terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik menuju
kearah terbentuknya pribadi yang baik sebagai seorang muslim (insan
kamil).
2. Sumber Pendidikan Islam
Dua sumber dalam pendidikan Islam, yaitu Al-Quran dan
Sunnah. Sejak awal pewahyuan, Al-Quran telah mewarnai jiwa Rasul
dan para sahabatnya yang menyaksikan turunnya kitab tersebut.
Pendidikan sebagai salah satu wahana untuk merumuskan dan
mencapai tujuan hidup, seluruhnya harus memperhatikan isyarat Al-
Quran, karena Al-Quran mulai dari ayat yang pertama hingga akhir
tidak pernah lepas dari isyarat pendidikan, sementara Sunnah, secara
etimologi berarti cara, gaya, jalan yang dilalui dan secara terminologi
40
adalah kumpulan apa yang telah diriwayatkan oleh Rasul dengan sanad
yang sahih, baik perkataan, perbuatan, sifat, ketetapan, dan segala pola
kehidupannya (Salim dan Kurniawan, 2012: 33-34).
Sunnah mempunyai dua fungsi, yaitu menjelaskan metode
pendidikan islam yang bersumber dari Al-Quran secara konkret dan
penjelasan lain yang belum dijelaskan Al-Quran dan menjelaskan
metode pendidikan yang telah dilakukan oleh Rasul dalam kehidupan
kesehariannya serta cara beliau menanamkan keimanan (Salim dan
Kurniawan, 2012: 33-34).
Peneliti dapat menyimbulkan bahwa, sumber pendidikan
Islam ada dua yaitu Al-Quran dan As-sunnah. Al-Quran sendiri
merupakan petunjuk dan pedoman yang dibutuhkan oleh setiap umat
muslim sedangkan As-sunnah merupakan sesuatu yang dijelaskan
melalui sanad yang shahih baik berupa perkataan, perbuatan atau sifat
Nabi Muhammad Saw yang digunakan dalam metode pendidikan.
3. Tujuan Pendidikan Islam
Drajat (dalam Sukring, 2013: 25) menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah kepribadian muslim (personality) yang
seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran agama Islam.
Al-Jamali (dalam Sukring, 2013: 25) merumuskan bahwa
tujuan pendidikan Islam yang disarikan dari Al-Quran sebagai berikut:
a. Mengenalkan manusia akan perannya diantara sesama (makhluk)
dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini;
41
b. Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung
jawabnya dalam hidup bermasyarakat;
c. Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka untuk
mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan
kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut; dan
d. Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini dan memerintahkan
beribadah kepada-Nya.
Tujuan pendidikan Islam menurut para ahli di atas dapat
peneliti simpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam merupakan
pengenalan manusia sebagai hamba Allah Swt dalam membentuk
muslim yang beriman.
E. Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam
Munculnya pendidikan karakter memberikan warna tersendiri
terhadap dunia pendidikan khususnya di Indonesia, meskipun dalam
kenyataannya pendidikan karakter itu telah ada seiring dengan lahirnya
sistem pendidikan Islam karena pendidikan karakter itu merupakan ruh
dari pendidikan Islam itu sendiri (Ainissyifa, 2014: 9).
Pendidikan karakter merumuskan nilai-nilai yang harus dimiliki
oleh anak didik selesai mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas,
pada hakikatnya dalam pendidikan Islam nilai-nilai tersebut menjadi
tujuan utama setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Oleh karena itu,
apa yang menjadi dasar pendidikan Islam merupakan dasar pijakan dalam
penetapan konsep pendidikan karakter juga. Hal tersebut dilihat dari nilai-
42
nilai atau karakter yang dirumuskan tidak bertentangan dengan dasar atau
sumber pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Al-Sunnah, dan Ijtihad
(Ainissyifa, 2014: 18).
Pembangunan karakter dalam pendidikan Islam adalah masalah
fundamental untuk membentuk umat yang berkarakter. Pembangunan
karakter dibentuk melalui pembinaan akhlakul karimah (akhlak mulia)
yakni upaya transformasi nilai-nilai qur’ani kepada anak yang lebih
menekankan aspek afektif atau wujud nyata dalam amaliyah seseorang.
Islam melihat identitas dari manusia pada hakikatnya adalah akhlak dari
kondisi batin seseorang yang sebenarnya. Hal ini Allah Swt mengatakan
bahwa manusia mulia itu adalah manusia yang bertakwa (tunduk atas
segala perintah-Nya). Kemulian manusia di sisi-Nya bukan diukur dengan
nasab, harta maupun fisik, melainkan kemuliaan yang secara batin
memiliki kualitas keimanan dan mampu memancarkannya dalam bentuk
sikap, perkataan, dan perbuatan (Johansyah, 2011: 86).
Pentingnya pendidikan karakter dalam Islam dapat di lihat dari
penekanan pendidikan akhlak yang secara teoretis berpedoman kepada Al-
Quran dan secara praksis mengacu pada kepribadian Nabi Muhammad
Saw. Profil beliau tidak mungkin diragukan lagi bagi setiap muslim,
bahwa beliau adalah role model (tauladan) sepanjang zaman.
Keteladannya telah diakui oleh Al-Quran yang mengatakan “Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS al
Qalam [68]: 4).
43
BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL RANAH 3 WARNA
A. Biografi Penulis
1. Sejarah Hidup
Ahmad Fuadi lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, 30
Desember 1972. Bayur sebuah kampong kecil dipinggir Danau
Maninjau. Ibunya merupakan seorang guru SD dan ayahnya adalah
seorang guru Madrasah. Ahmad Fuadi menghabiskan masa kecilnya
dan bersekolah hingga sampai sekolah menengah pertama di Bayur,
setelah lulus sekolah menengah pertama Ahmad Fuadi merantau ke
Jawa untuk mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama.
Ahmad Fuadi memulai pendidikan menengahnya di pondok tersebut
kemudian bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan
mengajar ilmu hidup dan ilmu akhirat.
Tahun 1992, Ahmad Fuadi lulus dari KMI Pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo, kemudian melanjutkan kuliah hubungan
internasional di Universitas Padjajaran Bandung. Saat kuliah Ahmad
Fuadi pernah mewakili Indonesia mengikuti program Youth Exchange
Program di Quebec. Kanada tahun 1995-1996 diujung masa kuliah di
Bandung Ahmad Fuadi mendapatkan kesempatan kuliah satu semester
di National University of Singapore dalam program SIF Fellowship
tahun 1997.
44
Tahun 1999 Ahmad Fuadi mendapat beasiswa fulbright untuk
kuliah S2 di school pf media and public affairs George Washington
University USA. Merantau ke Washington DC bersama istrinya Danya
juga seorang wartawan dari majalah tempo sambil kuliah mereka
menjadi koresponden tempo dan wartawan voice of amerika (VOA).
Ahmad Fuadi menguasai bahasa Inggris, Perancis, dan Arab
serta menerima award (penghargaan) antara lain: Indonesian Cultural
Foundation Inc Award tahun 2000-2001, Colombus School Of Arts
And Sciences Award, The George Washington Universuty tahun 2000-
2001, dan The Ford Foundation Award Tahun 1999-2000.
(https://www.biografipedia.com/2015/07/biografi-ahmad-fuadi-
penulis-novel.html. diakses pada 05 Januari 2020).
2. Karya Ahmad Fuadi
Karya-karya yang telah dibuat oleh Ahmad Fuadi sudah
dikenali dipenjuru dunia dengan kisah yang begitu inspiratif, novel
karya Ahmad Fuadi salah satunya yaitu:
Tabel 1. Karya-karya yang dibuat oleh Ahmad Fuadi
Cover Buku Tahun Terbit Judul Buku
2009 Negeri 5
Menara
45
2011 Ranah 3 Warna
2013 Rantau 1 Muara
2012 Menjadi Guru
Inspiratif
2013 Berjuang
Ditanah Rantau
2014 Beasiswa 5
Benua
2016 Bertualang ke 5
Benua
2017 Anak Rantau
46
2018 Daily Dose Of
Shine
2019 Merdeka Sejak
Hati
2019 Daily Dose Of
Light
Karya yang telah Ahmad Fuadi terbitkan telah dikenal oleh
masyarakat luas di Indonesia. Kisah-kisahnya yang inspiratif tersebut
berhasil mengubah pandangan banyak orang terhadap aspek sosial dan
juga spiritual. Selain novel yang berjudul Negeri 5 Menara yang telah
berhasil diangkat film layar lebar, pada tahun 2020 ini novel yang
berjudul Ranah 3 Warna juga akan segera dijadikan film di layar lebar
dengan ceritanya juga berdasarkan pengalaman Ahmad Fuadi sendiri.
B. Profil Buku Ranah 3 Warna
Ranah 3 Warna merupakan novel kedua karya Ahmad Fuadi
setelah novel Negeri 5 Menara, berikut profil dari buku Ranah 3 Warna:
Tabel 2. Profil buku Ranah 3 Warna
Judul Ranah 3 Warna
Penulis Ahmad Fuadi
Tahun Terbit 2011
47
Cetakan ke 1 (pertama)
Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama
Tebal Buku 473
ISBN 978-979-22-6325-1
Genre Pendidikan, Religius,
Roman
C. Unsur Intrinsik Novel Ranah 3 Warna
Karya sastra, pasti mengandung unsur intrinsik di dalamnya.
Unsur intrinsik buku yang berkategori sebagai novel ini adalah unsur-
unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur intrinsik dari novel
Ranah 3 Warna yaitu:
1. Judul
Judul novel tersebut adalah Ranah 3 Warna.
2. Tema
Tema dari novel Ranah 3 Warna ini adalah perjuangan
meraih mimpi. Menggambarkan seorang anak muda yang ingin
menjadi sosok B.J Habibie dan dapat pergi ke Amerika.
3. Tokoh dan Perwatakan
Tokoh-tokoh serta watak dalam novel Ranah 3 Warna ini
yaitu:
a. Alif Fikri: tokoh “aku” dan tokoh utama
48
Pekerja keras, kutipan novel: “pintu kamar pun aku kunci
dan sudah berhari-hari aku mengurung diri hanya ditemani bukit-
bukit buku. Nahkan kalau adiku diam-diam mengintip dari balik
pintu aku halau mereka…” (Fuadi, 2011: 15).
Tidak mudah putus asa dan ikhlas, kutipan novel:
“alhirnya aku memilih untuk ikhlas saja, walau diperlakukan
dengan keras. Hari ini aku sibuk sekali karena harus memperbaiki
naskah, mengetik ulang, mengantar dan docoret Bang Togar,
sampai berulang-ulang” (Fuadi, 2011: 76).
Selalu bersyukur, kutipan novel: “Aku mendapatkan
teman-teman yang baik seperti Franc dan Rusdi, orang tua angkat
yang baik, serta tempat kerja yang sesuai minatku. Apa lagi yang
kurang? Semakin hari bahasa Prancisku semakin membaik dan
aku sudah merasa menyatu dengan rutinitas di simi.” Nikmat
mana yang mana lagi yang aku dustakan? Alhamdulillah, I’am
blessed” (Fuadi, 2011: 425-426).
Selalu sabar dalam menghadapi cobaan, kutipan novel:
“surat ini sesungguhnya mewakili sebuah pelabuhan
keberuntungan yang bahagia setelah berkayuh melalui laut penuh
badai dan gelombang ganas hanya bermodalkan baju sabar Man
Shabar Zhafira” (Fuadi, 2011: 449).
49
Patuh kepada orang tua, kutipan novel: “nak, sudah
wa’ang patuhi perintah amak untuk sekolah agama, kini pergilah
menuntut ilmu sesuai keinginanmu..kata Amak” (Fuadi, 2011: 41).
Percaya diri, kutipan novel: “Bagian pertama berupa
wawancara dalam bahasa inggris aku lewati dengan sangat
percaya diri. Setiap pertanyaan aku terkam, aku kuliti, dan aku
hidangkan jawaban dengan matang” (Fuadi, 2011: 201).
b. Randai: Teman Alif sejak kecil yang selalu bersaing dalam meraih
mimpi.
Merendahkan orang lain, kutipan novel: “Hmm, kuliah di
mana setelah pesantren? Emangnya wa’ang bisa kuliah ilmu
umum? Kan tidak ada ijaah SMA? Bagaimana akan bisa ikut
UMPTN” (Fuadi, 2011: 4).
Sombong dan pemarah, kutipan novel: “mana mungkin
wa’ang bisa bantu, ini kan pelajaran teknik, pasti nggak ngerti!”
suara meinggi “tadi diapakan ini? Bertahun-tahun computer ini
tidak pernah rusak!” tangannya sekarang membuka kap CPU
dengan kasar, mencabut beberapa kabel sekali renggut dengan
keras” (Fuadi, 2011: 168).
Setia kawan, baik hati, suka menolong, kutipan novel:
“Lif, kita kan kawan, tinggal saja dulu di sini sampai ketemu kos
yang pas. “Atau begini saja, bagaimana kalau gabung saja dengan
50
aku di sini, kita bisa patungan bayar berdua kamar ini” (Fuadi,
2011: 62).
c. Amak: Ibu Alif
Baik Hati, Bijaksana, Penyayang, kutipan novel: “Nak,
sudah wa’ang patuhi perintah amak untuk sekolah agama, kini
pergilah menuntut ilmu sesuai keinginanmu. Niatkanlah untuk
ibadah, insyaa Allah selalu dimudahkannya. Setiap bersimpuh
setelah shalat, Amak selalu berdoa untuk wa’ang” (Fuadi, 2011:
41).
d. Ayah: Ayah Alif
Penuh perhatian, kutipan novel: “Ayah dan Amak akan
doakan dengan sepenuh hati.” Kata ayah menatapku. Tangannya
mengusap kepalaku sekilas” (Fuadi, 2011: 25).
Keras kepala, kutipan novel: “sebetulnya, Pak Mantri
Pian sudah menganjurkan Ayah untuk banyaj beristirahat, tapi dia
tetap juga keras kepala untuk batanggang menonton Piala Eropa
bersamaku sampai subuh” (Fuadi, 2011: 31).
Bijaksana, kutipan novel: “Nak, ingat-ingatlah nasihat
orang tua kita. Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung
jangan lupa membawa nama baik dan kelakuan. Elok-elok di
negeri orang. Jangan sampai berbuat salah” (Fuadi, 2011: 41).
e. Bang Togar: Kepala redaksi Koran tempat Alif belajar.
51
Berbakat menulis, kutipan novel: “Dia bercerita, Togar
masih mahasiswa tapi telah menjadi penulis tetap di berbagai
media, bahkan menjadi contributor regular di kompas” (Fuadi,
2011: 65).
Keras dan sombong, kutipan novel: “Tapi dia sangat
keras dan agak sombong. Banyak yang mau belajar menulis sama
dia, tapi sering ditolak atau orang itu gagal di jalan.” Kata Mitra
berbisik (Fuadi, 2011: 66).
Baik, kutipan novel: “Ayo latihan menulis lagi. Nih, kau
perbaiki sedikit lagi,” katanya menyodorkan kertas koreksiannya
padaku. Dia memang orang batak yang tanpa basa basi. Keras,
tapi aku tahu hatinya baik” (Fuadi, 2011: 144).
f. Raisa: Teman sekaligus tetangga Alif di Bandung dan Alif jatuh
cinta padanya.
Ramah, penuh senyum, adil, kutipan novel: “Dalam
pandanganku, Raisa dengan adil membagi perhatian, senyum, dan
tawa yang sama kepada ceritaku dan Randai” (Fuadi, 2011: 189).
Percaya diri, kutipan novel: “Acara ditutup dengan Raisa
tampil di depan. Seragam jas biru tua semakin menambah aura
percaya dirinya yang besar” (Fuadi, 2011: 228).
g. Francios Pepin: Homologue Alif di Quebec.
Lucu, murah senyum, baik hati. Kutipan novel: “Aku
kembali tertawa melihat mimiknya, mulut tersenyum lebar, alis
52
terkembang, mata terbelalak. Mungkin aku tidak dapat mitra
bahasa Inggris, tapi setidaknya aku mendapat seorang kawan yang
baik dan lucu” (Fuadi, 2011: 274).
h. Mado: Ibu angkat Alif di Quebec.
Berhati lembut, penuh perhatian, penyayang, ramah.
Kutipan novel: “Mado, perempuan berambut pirang yang lembut
hati ini selalu telaten membakar roti isi omelet yang gurih buat
sarapanku. Sering berlari-lari tiba-tiba menyusulku yang sudah
naik ke sadel sepeda, hanya untuk memasukkan lagi sebungkus
biskuit” (Fuadi, 2011: 428).
i. Ferdinand: Ayah angkat Alif di Quebec.
Suka berbuat daripada berbicara, penuh perhatian, baik
hati. Kutipan novel: “Sedangkan Ferdinand banyak berbuat
daripada bicara. Aku pernah bilang harus mengirim artikel setiap
minggu ke korang di Bandung. Diam-diam dia menghubungi anak
sulungnya, Jeaninne yang sudah bekerja di Quebec City,
menanyakan apakah punya komputer yang tidak dipakai” (Fuadi,
2011: 428).
j. Kak Marwan: Senior di redaksi Koran tempat Alif bekerja.
Penuh tanggung jawab, bijaksana, kutipan novel: “Tugas
kalian adalah sebagai duta muda bangsa di mata orang Kanada.
Jadilah cerminan orang Indonesia yang terbaik. Gunakan setiap
kesempatan untuk menjadi yang terbaik” (Fuadi, 2011: 264).
53
k. Rusdi: Teman baru Alif di Quebec
Lucu. Kutipan novel: “Aku senang bisa satu kelompok
dengan Rusdi sang Kesatria berpantun yang lucu dan lugu”
(Fuadi, 2011: 222).
Polos. Kutipan novel: “Di dekat WC ada tombol merah
dan pengukit yang bikin penasaran. Lalu aku iseng menarik
pengukitnya. Eh, tiba-tiba bel berbunyi dan lampu merah hidup
dan heboh seperti ini” (Fuadi, 2011: 282).
l. Tyson: Kakak kelas di Pondok Madani sekaligus teman di Quebec.
Suka menolong, baik. Kutipan novel: “Ayo Lif, jangan
lepaskan pegangan ini!” teriak Tyson yang tiba-tiba sudah berada
di dekatku” (Fuadi, 2011: 249).
m. Robert: Teman baru Alif di Quebec
Pemarah, ambisius dan sombong, kutipan novel:
“Tampaknya aku cocok sekali mendapatkan medali itu. Aku pasti
dapat,” kata Rob sambil mengepal tinjunya yang besar. Rob yang
aku kenal hari pertama adalah seseorang yang baik dan ramah,
tapi sekatang kesanku berubah. Dia sepertinya seseorang yang
pemarah, ambisius, dan agak arogan sejak kejadian alarm
kebakaran tempo hari. Entah kenapa dia masih menyumpah-
nyumpah sampai sekarang” (Fuadi, 2011: 286).
n. Geng UNO (Wira, Agam, Memet) teman Alif di Universitas
Padjadjaran.
54
1) Wira (pemarah, pemebrani)
Kutipan novel: “Di kananku, Wira si kera ngalam
yang berparas putih ini telah menjelma seperti udang rebus,
merah padam. Matanya tak lepas-lepas menantang telunjuk
jumbo yang mengahsrdiknya” (Fuadi, 2011: 54-55).
2) Agam (kompak, mudah bergaul, usil, baik hati, humoris)
Kutipan novel: “Agam adalah perekat kami. Dia
selalu punya cerita humor heboh untuk diceritakan. Agam
suka mengikat sepatu orang lain atau melempar bola kertas
untuk mengusili teman yang mengantuk” (Fuadi, 2011: 59).
3) Memet (cinta damai, suka membantu)
Kutipan novel: “Memet juga berbadan subur, tapi
kebalikan dari Agam. Dia pecinta damai dan selalu melarang
Agam berbuat usil. Kegiatan utama Memet adalah sibuk
membantu siapa aja. Kalau kami kehausan, dia akan dengan
senang hati mengangsurkan botol minumnya” (Fuadi, 2011:
60).
4. Latar
a. Latar tempat
1) Danau Maninjau
Kutipan novel: “air Danau Maninjau yang biru
pekat, dan angin danau yang lembut mengelus ubun-ubun.
55
Waktu yang cocok untuk lomba mamapeh atau memancing,
persis seperti masa kecil kami dulu” (Fuadi, 2011: 2).
2) Kampus UNPAD
Kutipan novel: “Kampusku, jurusan Hubungan
Internasional, terletak di perbukitan Dago, menempel dengan
Dago Tea Huiss” (Fuadi, 2011: 64).
3) Kos Bang Togar
Kutipan novel: “Dengan terengah-engah aku
sampai juga di depan kos Bang Togar” (Fuadi, 2011: 73).
4) Kamar Alif
Kutipan novel: “dinding kamar aku tempeli kertas-
kertas yang berisi ringkasan berbagai mata pelajaran dan
rumus penting” (Fuadi, 2011: 12).
5) Rumah Kos Randai
Kutipan novel: “Akhirnya aku sampai di rumah kos
Randai, sebuah rumah yang terjebak diantara rumah-rumah
penduduk di salah satu ujung gang” (Fuadi, 2011: 44).
6) Cibubur
Kutipan novel: “Begitu menginjakkan si Hitam di
gerbang kamp persiapan Cibubur” (Fuadi, 2011: 218).
7) Kota Amman
Kutipan novel: “Begitu satu bus besae kami
membelah Kota Amman, semua mata kami yang tadi
56
terkantuk-kantuk kini terbuka lebar melihat ke luar jendela”
(Fuadi, 2011: 238).
8) Rumah Sakit
Kutipan novel: “Kami berganti-ganti menjaga
Rusdi di rumah sakit” (Fuadi, 2011: 251).
9) Kota Saint-Raymond
Kutipan novel: “Voila, kita sekarang ada di tengah
kota Saint-Raymond, tidak jauh dari Hotel de ville, tempat
kami kemarin disambut oleh walikota” (Fuadi, 2011: 309).
10) McGill Univerity
Kutipan novel: “Kami sampai juga di depan
gerbang kampus McGill. Di tengah kampus terhampar
padang rumput yang tercukur rapi dan pohon-pohon ek,
American elm, dan canyon maple yang rindang” (Fuadi,
2011: 262).
11) Quebec
Kutipan novel: “Bus kuning kami menderum di
jalan mulus Quebec” (Fuadi, 2011: 265).
12) Stasiun SRTV
Kutipan novel: “Nah, kantor kalian berdua adalah
SRTV, ada di gedung di seberang taman ini,” katanya sambil
menunjuk sebuah bangunan tinggi“ (Fuadi, 2011: 309).
13) Peternakan
57
Kutipan novel: “Bayangkan, aku bangun pagi
membersihkan kandang biri-biri, sapi, dan kuda lalu
memberi mereka makan” (Fuadi, 2011: 328).
14) Montreal
Kutipan novel: “Setelah beberapa hari di Montreal,
aku mulai berani untuk berjalan-jalan sendiri di sekitar hotel
sambil menikmati kota yang dengan apik memadukan
arsitektur modern dan tua” (Fuadi, 2011: 261).
15) Kantor Koran Manggala
Kutipan novel: “Kantor Koran Manggala terselip
diantara banyak gedung tua peninggalan Belanda di
kawasan Braga” (Fuadi, 2011: 146).
b. Latar suasana
1) Menyenangkan
Kutipan novel: “Deal, sambutku mengguncang-
guncang tangannya. Dengan senyum jauh lebih lebar, seperti
aku akan tampil di iklan pasta gigi” (Fuadi, 2011: 296).
2) Menyedihkan
Kutipan novel: “Lalu beberapa isakan pecah pelan-
pelan. Terbit dari arah Amak dan adik-adikku yang duduk di
pinggir dipan. Mereka berangkulan. Amak yang duduk di
tengah seperti induk ayam yang meneduhi anak-anaknya
yang kuyu kehujanan. Safyan si bungsu yang sangat lengket
58
dengan Ayah terus memegang lengan Ayah” (Fuadi, 2011:
95).
3) Mengharukan
Kutipan novel: “Rasanya setiap helai bulu di
badanku berdiri tegak, seakan ingin ikut menghormati
bendera, inilah perasaan merinding paling parah yang
pernah aku alami” (Fuadi, 2011: 402).
“Fokus sajalah kuliah, jangan pikirkan biaya.
Urusan itu biar Amak yang memikirkan. Kalau perlu Amak
cari pinjaman sampai ujung kampung di tepi danau itu,”
bisik Amak ke pangkal telingaku ketika aku mencium tangan
beliau. Suaranya terasa menjalar dari dasar hatinya lurus
menuju jantungku” (Fuadi, 2011: 99).
4) Menegangkan
Kutipan novel: “Sepatu perahu jumbo beringut
maju dan nyaris menginjak sepatu Wira. Tiba-tiba, entah
dari mana datangnya komando, aku melihat Wira berkelebat
cepat. Dia bangkit dari jongkok, menyergap dan menelikung
tangan jumbo. Agam yang jongkok di kiriku tak disangka-
sangka juga bergerak” (Fuadi, 2011: 55).
“Semakin dekat waktu pengumuman semakin kacau mimpiku
dan semakin tidak enak makanku” (Fuadi, 2011: 27).
c. Latar waktu
59
1) Pagi hari, kutipan novel: “pagi pertama kali di Cibubur diisi
dengan apel selamat datang yang dipimpin oleh penanggung
jawab kamp, pak Widodo yang tegap seperti tentara” (Fuadi,
2011: 218).
2) Siang hari, kutipan novel: “Afwan ya shahibi, maaf kawanku,
saya ada kuliah siang ini, jadi tidak bisa menemani jalan-
jalan” (Fuadi, 2011: 242).
3) Sore hari, kutipan novel: “Sore itu langit Bandung kelam dan
angin datamg menderu-deru” (Fuadi, 2011: 51).
4) Malam hari, kutipan novel: “Menjelang tengah malam, aku
bersama beberapa teman lain kembali ke Cabin, tapi ada juga
satu dua yang tetap mengobrol dengan teman-teman baru”
(Fuadi, 2011: 280).
5) Empat tahun lalu, kutipan novel: “Empat tahun lalu aku
merantau ke Pondok Madani” (Fuadi, 2011: 37).
6) Seminggu, kutipan novel: “Seminggu ini aku raanya ingn
terus mengulum senyum” (Fuadi, 2011: 32).
5. Alur
Alur dalam novel ini menggunakan alur campuran,
gabungan dari alur maju dan alur mundur, alur maju digunakan
hampir seluruh isi novel. Pada bagian awal hingga novel ini berakhir
cerita bergerak lurus secara runtut. Cerita berawal dari Alif masih
berniat kuliah di Bandung, kemudian berlanjut hingga dia berhasil
60
menginjakkan kakinya di Kanada. Meskipun demikian, pada bagian
tertentu penulis kembali menampilkan pengalaman Alif di masa lalu,
sehingga mengingatkan pembaca pada cerita sebelumnya yang saling
terhubung, seperti kutipan pada novel: “Hidup di Pondok Madani
sudah mengajariku untuk bisa tidur di mana saja. Cukup berkemul
sarung, beralaskan sajadah, dan sebuah peci lipat jadi bantal.
Nyenyak sudah” (Fuadi, 2011: 43). Menggunakan alur mundur pada
kutipan novel tersebut, biasanya penulis ingin mengungkapkan
kembali bagaimana Alif mendapatkan ide, semangat, atau kekuatan
untuk memecahkan berbagai permasalahan yang sedang dihadapinya.
6. Sudut pandang
Sudut pandang dalam novel ini memakai sudut pandang
orang pertama tunggal sebagai tokoh utama, karena menggunakan
kata “aku” untuk menceritakan kehidupannya.
7. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah
menggunakan bahasa Indonesia yang baku, juga terdapat bahasa
daerah dan bahasa asing.
8. Amanat
Amanat dalam cerita novel Ranah 3 Warna ini yaitu
hendaknya cita-cita harus dikejar bagaimanapun caranya, berusaha
dan bersabarlah menghadapi rintangan, jangan pernah menyerah di
tengah jalan karena boleh jadi hasil kerja keras tidak nampak di awal,
61
tetapi nampak di akhir. Allah Swt pasti memberikan jalan yang
terbaik, tetap pada prinsip serta tidak mudah menyerah adalah kunci
menuju keberhasilan.
D. Sinopsis Novel Ranah 3 Warna
Novel Ranah 3 Warna berisi pengalaman penulis selama
menjalani kehidupannya untuk meraih cita-citanya. Ada beragam nilai
pendidikan yang dapat diambil hikmah dan dijadikan pelajaran karena
sangat relevan dengan kehidupan dan relevan apabila diterapkan dalam
pembentukan karakter siswa di kelas.
Isi novel Ranah 3 Warna, dikisahkan seorang pemuda bernama
Alif baru saja tamat dari Pondok Pesantren Madani. Selepas dari
pesantren, Alif memiliki banyak mimpi salah satunya yaitu melanjutkan
pendidikan di bidang teknologi tinggi di Bandung dan sukses seperti pak
B.J Habibie lalu merantau sampai ke Amerika. Keinginan Alif tersebut
membuatnya sadar bahwa tak memiliki ijazah, karena pada saat itu Alif
hanya lulusan dari pondok pesantren sehingga belum berwenang untuk
menerbitkan ijazah seperti sekolah yang di subsidi pemerintah. Hal
tersebut tidak menggoyahkan impian Alif, dengan kerja kerasnya
kemudian berhasil meraih ijazah melalui ujian persamaan SMA. Setelah
Alif ikut UMPTN dan berhasil kuliah di Bandung dengan jurusan
Hubungan Internasional, Universitas Padjajaran, meski tidak berhasil
masuk ITB tapi bagi Alif tidak masalah Alif tetap menjalani kuliahnya
dengan sungguh-sungguh, meski sering mengalami berbagai masalah dari
62
keuangan, sakit selama sebulan, dan ayahnya meninggal dunia hingga Alif
hampir menyerah, tapi dengan mantra yang ia dapat di pesantren yaitu
“Man Shabara Zhafira” siapa yang bersabar akan beruntung. Ia terus
mengejar impiannya, walau badai silih berganti menghadang
kehidupannya.
Pada akhirnya, Alif berhasil memperbaiki masalah keuangannya
dengan menulis, meski pada awal Alif hanya diberi honor 15.000 dari
tulisannya, namun Alif tidak menyerah untuk terus belajar menulis hingga
dengan hasil menulis itu, Alif bisa mengirimkan sedikit uang untuk
keluarganya di kampung. Seiring berjalannya waktu, Alif tiba pada
keberuntungannya yang pertama, Alif terpilih sebagai mahasiswa utusan
dalam program pertukaran pelajar ke Benua Amerika. Alif memilih negara
Kanada, disana Alif tinggal bersama keluarga angkat. Alif menganggap
keluarga angkatnya seperti keluarga sendiri, saat tiba waktu Alif kembali
ke Indonesia, keluarga angkatnya di Kanada sedih dan Alif meninggalkan
janji untuk mereka, bahwa kelak ia akan kembali ke Kanada. Janji tersebut
ditepatinya 11 tahun kemudian berkunjung ke Kanada bersama istrinya.
63
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tokoh Utama Menunjukkan Nilai Karakter dalam Novel Ranah 3
Warna Karya Ahmad Fuadi.
Menganalisis tokoh utama novel Ranah 3 warna dalam
menunjukkan nilai karakter, tentunya penulis melakukan penelitian
terhadap sifat-sifat Alif Fikri yang berpegang teguh dengan nilai karakter
Islam, hal ini dikarenakan Alih Fikri merupakan lulusan pondok Madani,
melalui analisis perkataan tokoh, tingkah laku tokoh, percakapan antar
tokoh, dan tindakan tokoh dengan begitu penulis dengan mudah dalam
menunjukkan nilai karakter tokoh utama. Tergambar pada tabel berikut ini
yang berisi nilai karakter dan kutipan dalam novel yaitu:
Tabel 3. Nilai karakter tokoh utama dalam novel Ranah 3 Warna
Nilai Karakter Kutipan Novel
Berpegang teguh kepada
Allah SWT(melalui
perkataan tokoh)
“Allah bersama kita. Perbanyak zikir
dan sabar, maka Tuhan akan membantu
kita” (Fuadi, 2011: 130).
“Sabar adalah punggung bukit terakhir
sebelum sampai di tujuan. Setelah ada
di titik terbawah, ruang kosong
hanyalah ke atas, untuk lebih baik
bersabar untuk menjadi lebih baik.
Tuhan sudah berjanji bahwa
sesungguhNya dia berjalan dengan
orang yang sabar” (Fuadi, 2011: 131).
64
Pekerja Keras (melalui
tindakan tokoh)
“Aku paksa diriku lebih kuat lagi. Aku
lebihkan usahaku. Aku lanjutkan
jalanku beberapa soal lagi, beberapa
menit lagi, beberapa soal lagi. Going
the extra miles. I’ malu fauqa
ma’amilu. Berusaha di atas rata-rata
orang lain” (Fuadi, 2011: 12).
Kemandirian (melalui
tindakan tokoh)
“Sejak itu, untuk pertama kalinya
dalam hidupku penghasilan bulananku
melebihi semua kehidupan di
Bandung..dengan semangat melonjak,
aku selipkan 3 lembar uang Rp.10.000
di tengah lipatan surat untuk amak
(Fuadi, 2011: 173).
Pantang Menyerah
(melalui perkataan
tokoh)
“Jangan menyerah. Menyerah berarti
menunda masa senang di masa
datang”(Fuadi, 2011: 26).
Kesederhanaan (melalui
perkataan tokoh)
“Yang membuat aku sering termenung
adalah minimnya uang bulananku.
Walau masih cukup untuk hidup
sederhana, aku tidak punya uang jajan
lebih untuk membeli buku tambahan,
jajan atau ke bioskop. Berbeda dengan
banyak teman kuliahku yang kerap
main ke Bandung Indah Plaza” (Fuadi,
2011: 83).
Ketaatan beribadah
(melalui tindakan tokoh)
“Sampai di tempat kos, yang pertama
aku lakukan adalah shalat dan
melekatkan keningku lama-lama dan
kuat-kuat di kepala sajadah” (Fuadi,
2011: 164).
Tanggung Jawab
(melalui perkataan
tokoh)
“Kini akulah laki-laki satu-satunya di
keluarga kecil kami. Akulah yang harus
membela Amak dan adik-adik”(Fuadi,
2011: 100).
Kreatif (melalui
perkataan tokoh)
“Hei, kenapa tidak mewawancarai
khusus tokoh utama di belakang
referendum? Ada dua kubu yaitu tokoh
antiseparasi Daniel Janvier, dan
Jacques Paquet, tokoh proseparasi”
65
(Fuadi, 2011: 322).
Berpikir Kritis (melalui
percakapan antar tokoh)
“Tanpa budaya menulis dan membaca,
negara ini akan selalu dianggap
Negara terbelakang. Indonesia tidak
boleh punah dimakan zaman. Indonesia
tidak boleh dianggap terbelakang.
Indonesia harus dikenal dan diakui,
lebih dari sekedar Negara yang pintar
menari dan bernyanyi. Tapi juga
bangsa yang bisa berbicara ide besar
dalam tulisan. Itulah salah satu ciri
bangsa besar!” (Fuadi, 2011: 207).
Nasionalisme (melalui
perkataan tokoh)
“Rasa nasionalismeku menjadi
terbakar. Dalam hati aku berjanji akan
berusaha mendapatkan medali ini,
untuk membuktikan bahwa kami anak
Indonesia bisa mengalahkan anak-anak
Kanada ini. Kalaupun bukan aku yang
akan mendapatkan nanti, paling tidak
salah satu temanku orang Indonesia.
Ini masalah harga diri bangsa, masalah
nasionalisme. Indonesia harus dilihat
setara sebagai bangsa. Kalau bisa lebih
tinggi” (Fuadi, 2011: 287).
B. Muatan Nilai-Nilai Karakter dalam Novel Ranah 3 Warna Karya
Ahmad Fuadi.
Hasil penelitian ini penulis menggunakan acuan dari buku Nana
Sutarna yang berjudul “Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar dalam
Perspektif Islam” yang menyebutkan 18 nilai-nilai karakter yang
ditargetkan pada diri seorang anak. Novel ini menyangkut semua kategori
yang disebutkan dalam buku tersebut. Muatan nilai-nilai karakter dalam
novel Ranah 3 warna yaitu sebagai berikut:
1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Religius
66
Nilai pendidikan karakter yang pertama di dalam novel
Ranah 3 Warna yaitu nilai religius. Nilai religius atau disebut juga
dengan nilai keimanan dan ketakwaan merupakan hubungan manusia
dan Tuhan yang tidak terlepas dari pokok bahasan tentang agama.
Melalui agama, manusia dapat mempertahankan keutuhan
kemasyarakatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Berikut
merupakan wujud nilai karakter dari religius:
a. Selalu bersikap husnudzon dan selalu meminta ampunan terhadap
Allah Swt.
“Sampai di tempat kos, yang pertama aku lakukan adalah
shalat dan melekatkan keningku lama-lama dan kuat-kuat di
kepala sajadah” (Fuadi, 2011: 164).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Alif menyadari
kesalahannya karena telah berprasangka tidak baik kepada Tuhan.
Cobaan yang diberikan Tuhan silih berganti menghampiri Alif,
sampai suatu ketika Alif di ajak oleh Bang Togar ke daerah
pemukiman yang kumuh. Di sana Alif melihat kehidupan yang
lebih memprihatinkan dari dirinya. Setelah dari sana Alif pun
sadar. Kesadaran Alif tercermin dari Alif yang meminta maaf dan
ampunan kepada Tuhan dengan shalat.
b. Bersujud dan bersyukur kepada Tuhan atas segala rezeki dan
keberhasilan yang diperoleh.
67
“Walau bukan Teknik Penerbangan ITB, seperti impian
awalku, Jurusan Hubungan Internasional adalah sebuah rezeki
besar bagi diriku. Beralaskan Koran pengumuman, aku sujud
syukur untuk keajaiban ini” (Fuadi, 2011: 30).
Kutipan novel di atas, menceritakan tentang, Alif dan
Ayah bersujud atas nikmat yang diberikan pada pagi hari ini, Alif
diterima menjadi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional,
dengan tekad, usaha, restu orang tua, dan doa semua akan tercapai.
c. Zikir dan sabar akan membuat Allah Swt membantu kita
“Allah bersama kita. Perbanyak zikir dan sabar, maka
Tuhan akan membantu kita” (Fuadi, 2011: 130).
“Sabar adalah punggung bukit terakhir sebelum sampai
di tujuan. Setelah ada di titik terbawah, ruang kosong hanyalah ke
atas, untuk lebih baik bersabar untuk menjadi lebih baik. Tuhan
sudah berjanji bahwa sesungguhNya dia berjalan dengan orang
yang sabar” (Fuadi, 2011: 131).
Kutipan novel di atas, menjelaskan bahwa dengan zikir
dan sabar semua akan berjalan dengan lancar, karena Tuhan selalu
bersama dengan orang-orang yang sabar.
2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Jujur
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter kejujuran. Wujud nilai karakter
kejujuran yaitu mengakui kesalahan atas sesuatu yang telah diperbuat.
68
Berikut merupakan kutipan novel yang menggambarkan karakter
kejujuran yaitu:
“Aku sudah bicara baik-baik kalau itu salahku. Oh ya? Pasti
dia menyemprot kamu habis-habisan” (Fuadi, 2011: 332).
Pada penggalan novel di atas, menjelaskan bahwa Rusdi yang
mengaku kepada Robert atas peristiwa alarm kebakaran tersebut.
Awalnya, Robert tidak mau berbicara dengan Rusdi, tapi setelah
dijelaskan Rusdi akhirnya Robert mau berbicara lagi dengan Rusdi.
Berkata jujur dan apa adanya terhadap sesuatu yang terjadi
memang mempunyai resiko, tapi untuk menegakkan kebenaran
tetaplah berusaha untuk berkata jujur agar karakter kejujuran tersebut
melekat pada diri pribadi seseorang.
3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Toleransi
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter toleransi. Indonesia merupakan
negara yang berbeda suku, agama dan budaya dengan adanya toleransi
maka akan tetap terjaga persatuan yang baik. Berikut merupakan
wujud nilai-nilai karakter toleransi:
a. Menghargai perbedaan keyakinan dan cara beribadah orang lain
“Dan jangan khawatir, makanan yang saya masak hari
ini semua bisa kamu makan. Pokoknya selama kamu tinggal
bersama kami, kami tidak memasak babi” (Fuadi, 2011: 313).
69
Kutipan novel di atas, menjelaskan bahwa Mado sangat
menghargai Alif, dengan tidak memasak babi Alif dapat memakan
makanan yang mereka hidangkan.
b. Perbedaan bahasa dan budaya tidak menjadi hambatan untuk
menjalin kebersamaan
“Mado bahkan sudah hapal jadwal shalatku. Dan sering
mengingatkan saat waktu datang agar aku menunaikan shalat”
(Fuadi, 2011: 428).
Kutipan novel di atas, menceritakan tentang Mado yang
begitu perduli dengan ibadah Alif bahkan hingga mengingatkan
waktu datangnya shalat.
“Sungguh mengherankan, perbedaan bahasa rasanya
tidak lagi menjadi penghalang kami untuk mengobrol panjang
sampai menjelang tengah malam, sampai aku dan Franc menguap
lebar” (Fuadi, 2011: 303).
Kutipan novel yang kedua menceritakan bahwa
perbedaan bahasa antara keluarga Ferdinand dan Alif tidak menjadi
hambatan untuk menjalin persaudaraan/keluarga.
4. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Disiplin
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter disiplin. Wujud nilai karakter
disiplin yaitu menggunakan waktu dengan baik dan efisien (disiplin
70
waktu). Berikut kutipan novel yang menggambarkan karakter disiplin
yaitu:
“Untung tepat jam 8. Hampir saja kau aku tolak,” katanya
singkat. Suaranya keras dan dagunya terangkat 10 senti. “Mana
naskah kau?” sergah dia (Fuadi, 2011: 73).
Pada penggalan novel di atas, menjelaskan bahwa Bang togar
yang mengajarkan Alih arti sebuah disiplin. Alif harus disiplin
memanfaatkan waktunya agar apa yang dilakukannya sesuai dengan
target. Bang Togar akan menerima Alif sebagai muridnya dengan
perjanjian membawa sebuah tulisan tepat jam 8 pagi besok, dan jika
Alif tidak bisa datang tepat waktu maka Alif tidak akan diterima
sebagai muridnya. Akhirnya Alif datang tepat jam 8 pagi, sehingga
Alif dapat diterima sebagai murid Bang Togar.
5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Kerja Keras
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter kerja keras. Usaha seseorang
untuk mencapai sesuatu, dengan bersungguh-sungguh. Berikut
merupakan wujud nilai karakter kerja keras yaitu:
a. Bertekad dan berusaha keras untuk mendapatkan hasil terbaik dan
mewujudkan cita-cita.
“Aku paksa diriku lebih kuat lagi. Aku lebihkan usahaku.
Aku lanjutkan jalanku beberapa soal lagi, beberapa menit lagi,
71
beberapa soal lagi. Going the extra miles. I’ malu fauqa ma’amilu.
Berusaha di atas rata-rata orang lain” (Fuadi, 2011: 12).
Pada penggalan novel di atas, menjelaskan bahwa Alif
bekerja keras menghadapi ujian agar mendapatkan ijazah SMA
sebagai syarat ikut UMPTN.
b. Berusaha keras untuk menghasilkan suatu karya yang baik.
“Malam itu, dengan nafas memburu, aku mengetik
seperti badai tornado yang mengamuk sampai pagi. Malam itu dua
tulisan lahir, di bawah curahan hujan lebat. Hujan air mata”
(Fuadi, 2011: 164).
Penggalan novel di atas, menjelaskan bahwa Alif sangat
memanfaatkan waktunya, mengerjakan beberapa tulisan dalam satu
malam. Hal tersebut termotivasi ketika Alif di ajak oleh Bang
Togar untuk mengunjungi kawasan kumuh, sementara Alif yang
memiliki keberuntungan tidak boleh menyerah dengan nasibnya,
sehingga semangat alif tergugah dan berjanji untuk bermalas-
malasan.
Hendaklah dalam hidup menerapkan karakter kerja keras
agar sesuatu yang ingin dicapai segera terwujud karena sesuatu
yang dikerjakan secara sungguh-sungguh dan tanpa mengenal lelah
akan membuahkan hasil yang maksimal.
72
6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Kreatif
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter kreatif. Ide-ide kreatif yang dapat
menghasilkan hal baru sangat dibutuhkan dalam pengembangan diri
seseorang, karena dengan penemuannya tersebut menjadi hal pembeda
dari orang lain. Berikut wujud nilai karakter kreatif yaitu:
a. Menggunakan cara tertentu untuk mempermudah proses belajar
“Di dinding kamar aku tempeli kertas-kertas yang berisi
ringkasan berbagai mata pelajaran dan rumus penting. Semuanya
aku tulis besar-besar dengan spidol agar gampang diingat. Di atas
segala macam tempelan pelajaran ini, aku temple sebuah kertas
karton merah, bertuliskan tulisan Arab tebal-tebal: Man Jadda
Wajada! Mantra ini menjadi motivasiku kalau sedang kehilangan
semangat” (Fuadi, 2011: 12).
Pada penggalan novel di atas, menjelaskan bahwa Alif
memiliki karakter kreatif dalam menghadapi ujian penyetaraan
SMA tersebut, Alif harus kembali mempelajarai materi-materi
yang dipelajari di SMA, karena pada saat di pondok pesantren
tidak semua materi di SMA di ajarkan, untuk mengejar
ketertinggalan tersebut Alif membuat ringkasan-ringkasan materi
pelajaran dan ditempelkannya di dinding kamar sehingga ia akan
lebih mudah mengingatnya.
b. Berpikir kreatif untuk memperoleh hasil terbaik
73
“Hei, kenapa tidak mewawancarai khusus tokoh utama di
belakang referendum? Ada dua kubu yaitu tokoh antiseparasi
Daniel Janvier, dan Jacques Paquet, tokoh proseparasi” (Fuadi,
2011: 322).
Penggalan novel di atas, menjelaskan tentang ide
bagaimana Alif dapat meraih medali emas dan mampu
mengalahkan Rob, setelah berpikir keras terlintas pikiran Alif yang
ingin mewawancarai tokoh utama di referendum, menurutnya akan
sulit namun Alif yakin dengan ide tersebut Alif akan berhasil,
karena medali emas hanya diberikan kepada peserta yang punya
karya unik dan berpengaruh bagi kota Kanada.
7. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Mandiri
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter mandiri. Pribadi yang mendiri
merupakan pribadi yang tidak bergantung pada orang lain. Berikut
wujud nilai karakter mandiri dalam novel tersebut yaitu:
a. Mencari penghasilan agar tidak terlalu menjadi beban orang tua.
1) “Melihat teman kuliahku yang leluasa jajan, ingin sekali aku
punya uang jajan lebih. Tapi aku tidak mungkin minta kiriman
lebih karena beban Ayah dan Amak sudah begitu berat. Karena
itu aku mulai berpikir-pikir untuk mencari penghasilan
tambahan seperti yang dilakukan beberapa teman kosku yaitu:
mengajar les atau privat” (Fuadi, 2011: 84).
74
2) “Amak hanya bisa mengusap air mata yang berderai ketika
menggenggam kiriman Ananda. Bukannya seharusnya Amak
yang mengirimi Ananda untuk biaya sekolah? Doa Amak dan
adik-adik berlipat ganda buat Ananda, semoga terus ditunjuki
Allah jalan lurus” (Fuadi, 2011: 174).
Dua kutipan novel di atas, menjelaskan bahwa Alif
memiliki sifat mandiri, terbukti dari sikap Alif yang ingin
mencari penghasilan tambahan dan dari balasan surat yang
dikirim oleh Amak untuk Alif, Alif bekerja keras untuk biaya
hidupnya di Bandung dan dapat mengirimi sebagian uang
untuk Amak yang di rumah.
b. Sikap mandiri yang tidak mudah bergantung pada orang lain.
“Kenapa tidak pinjam ke aden saja? Pinjaman ke wa’ang
sudah banyak, dan pinjaman tidak menyelesaikan masalah. Aden
ingin menghasilkan sendiri” (Fuadi, 2011: 108).
Penggalan novel di atas, menceritakan Randai memberi
saran kepada Alif untuk meminjam uangnya saja jika sedang
membutuhkan, namun Alif menolak dan lebih memilih untuk
mencari peluang kerja, karena baginya meminjam uang tidak akan
menyelesaikan masalah.
8. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Demokratis
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter demokratis. Wujud nilai karakter
75
demokratis yaitu dengan membebaskan setiap orang untuk bertanya
dan menyatakan pendapat. Berikut kutipan novel yang
menggambarkan karakter demokratis yaitu:
“Aku mengangguk kepada Franc, mempersilahkan dia untuk
bertanya. Selama setengah jam, politisi ini kami kerubuti dengan
berbagai pertanyaan” (Fuadi, 2011: 365).
Kutipan novel di atas, menceritakan Alif yang
mempersilahkan Franc untuk bertanya, karena dalam sikap demokratis
dalam musyawarah yaitu mendengarkan dan menghargai pendapat
orang lain serta menerima keputusan bersama dengan besar hati dan
ikhlas.
9. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Rasa Ingin Tahu
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
merupakan rasa yang mengantarkan seseorang untuk selalu mencari
tahu. Berikut wujud nilai karakter yang menggambarkan karakter rasa
ingin tahu yaitu:
a. Bertanya untuk mengetahui sesuatu secara mendalam.
“Dari panggung, moderator melambaikan tangan ke
arahku dan aku berlari ke depan. Akulah penanya pertama di
antara seribuan lebih mahasiswa baru. Aku salami Pak Mochtar
dan beliau tersenyum senang mendengar pertanyaanku yang
76
menggebu-gebu tentang status palestina dan pengakuanku telah
menontonnya sejak kecil di TVRI” (Fuadi, 2011: 49).
Kutipan novel di atas, menceritakan tentang Alif yang
bertanya kepada pak Mochtar tentang status Palestina, rasa
keingintahuan Alif tergambar pada kutipan novel di atas bahwa
Alif tidak malu untuk bertanya saat banyak ribuan mahasiswa baru
yang melihatnya untuk mendapatkan jawaban dan dapat berjabat
tangan dengan Profesor Dr. Mochtar Kusumaatmadja, mantan
menteri luar negeri yang dulu kerap Alif lihat di TVRI.
b. Ingin tahu dan menduga-duga terhadap sesuatu yang dilihatnya,
didengar ataupun yang sedang dipelajarinya.
“Malam itu, berlembar-lembar halaman diary aku tulis
tentang diskusi di meja makan tadi. Apakah aku akan menjadi
saksi sejarah lahirnya sebuah Negara baru dalam beberapa bulan
ke depan, kalau referendum dimenangkan orang Quebec? Aku
bertanya-tanya, apa yang membuat sebuah bangsa memilih jalan
damai daripada kekerasan ketika mereka berbeda pendapat”
(Fuadi, 2011: 319).
Kutipan novel di atas, menceritakan tentang diskusi yang
dilakukan oleh keluarga Ferdinand bersama Alif dan Franc di meja
makan, yang membahas tentang pemilihan referendum, setelah
selesai diskusi yang mereka bicarakan, Alif menulis seluruh
77
diskusi sekaligus pertanyaan-pertanyaan yang menjadi tanda Tanya
besar bagi Alif.
10. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Semangat Kebangsaan
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter semangat kebangsaan. Salah satu
karakter bangsa Indonesia yaitu berusaha menunjukkan semangat
kebangsaan dengan melakukan yang terbaik untuk mengharumkan
bangsa dan negara Indonesia. Berikut wujud nilai karakter yang
menggambarkan karakter semangat kebangsaaan yaitu:
a. Bertekad dan berusaha melakukan yang terbaik untuk
membanggakan dan mengharumkan bangsa dan negara.
1) “Dia membentangkan kain di dekapannya lebar-lebar. Tidak
peduli kalau kain itu menutupi mukaku dan tangannya
menyeruak melewati kepalaku. Sebuah kain berwarna merah
dan putih.”Lamat-lamat aku mendengar panting lirihnya:
Anak kutilang tersesat pagi
Ditangkap buyung di atas pagu
Walau lima benua aku kelilingi
Sang Merah Putih tetap di dadaku (Fuadi, 2011: 234).
2) “Rasa nasionalismeku menjadi terbakar. Dalam hati aku
berjanji akan berusaha mendapatkan medali ini, untuk
membuktikan bahwa kami anak Indonesia bisa mengalahkan
anak-anak Kanada ini. Kalaupun bukan aku yang akan
78
mendapatkan nanti, paling tidak salah satu temanku orang
Indonesia. Ini masalah harga diri bangsa, masalah
nasionalisme. Indonesia harus dilihat setara sebagai bangsa.
Kalau bisa lebih tinggi” (Fuadi, 2011: 287).
Kedua Kutipan novel di atas, menceritakan tentang
rasa semangatnya para duta muda Indonesia untuk
menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai
berbagai keunggulan tersendiri seperti bangsa lain. Kutipan
novel yang pertama menjelaskan bahwa Rusdi dengan
semangat meminta pak supir menghentikan bus hanya untuk
mengambil sebuah bendera yang lupa akan dibawa, sikap dari
Rusdi sangat mencintai Indonesia, ke mana pun Rusdi berada
selalu membawa bendera merah putih, baginya bendera
Indonesia adalah bagian dari hidupnya. Kutipan novel kedua
menjelaskan bahwa semangat Alif untuk dapat merebut medali
emas dan dapat menunjukkan kepada anak Kanada bahwa
Indonesia juga dapat mencetak prestasi.
11. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter cinta tanah air. Karakter mencintai
tanah air akan membuat seseorang untuk rela berkorban dan berjuang
demi bangsa serta selalu memberi kontribusi positif bagi negara.
79
Berikut wujud nilai karakter yang menggambarkan karakter cinta tanah
air yaitu:
a. Tetap melaksanakan upacara bendera meskipun di luar negeri.
“Belum pernah aku menghayati lagu kebangsaan penuh
keinsafan seperti kali ini. Setiap bait, bahkan setiap kata mengirim
getar hangat yang menghanyutkan. Rasanya bercampur aduk
antara haru, rindu, bangga” (Fuadi, 2011: 401).
b. Menunjukkan rasa bangga dan cinta sebagai bangsa Indonesia.
“Wahai pemuda garuda, para duta Indonesia, sekarang
mari kita ciu bendera kebnagsaan kita. Berganti-ganti kawanku
mencium bendera ini. Dan entah apa yang terjadi, bendungan
teman-temanku jebol. Tangis mereka pecah terisak-isak. Giliranku
paling terakhir” (Fuadi, 2011: 403).
Wujud nilai karakter cinta tanah air dari kutipan novel di
atas, menggambarkan para duta muda Indonesia yang merasakan
rasa haru saat melaksanakan upacara memperingati hari pahlawan,
kecintaan Alif terhadap Indonesia terbukti pada kutipan novel:
“Aku bertekad akan membalas jasa para pahlawan dengan
merawat bangsa ini dengan baik, dengan semampuku. Detik ini
adalah detik aku paling bangga dan terharu menjadi orang
Indonesia” (Fuadi, 2011: 404).
12. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Menghargai Prestasi
80
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter menghargai prestasi. Sikap
menghargai prestasi merupakan sikap yang mendorong dirinya untuk
menghormati keberhasilan atau prestasi orang lain.Wujud dari nilai
karakter menghargai prestasi yaitu mengakui dan menghormati
keberhasilan orang lain. Berikut kutipan novel yang menggambarkan
karakter tersebut yaitu:
“Selamat, Alif, sebuah prestasi luar biasa. Aku ternyata
salah, ternyata prestasi anak Indonesia tidak kalah dengan kami.”
Katanya tanpa senyum sambil mengulurkan telapak tangannya yang
besar ke arahku (Fuadi, 2011: 415).
Kutipan novel di atas, menceritakan tentang Rob yang
mengakui bahwa anak Indonesia juga mempunyai prestasi
membanggakan yang tidak kalah dengan Kanada.
13. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Bersahabat/Komunikatif
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter bersahabat. Persahabatan sangat
diperlukan dalam komunikasi antar manusia, karena hal tersebut akan
muncul rasa tali persaudaraan yang baik yang membawa pada
kenyamanan bagi orang disekitarnya. Berikut wujud nilai karakter
yang menggambarkan karakter bersahabat yaitu:
“Lif, kita kan kawan, tinggal saja dulu di sini sampai ketemu
kos yang pas” (Fuadi, 2011: 62).
81
Kutipan novel tersebut tergambar persahabatan yang sangat
erat antara Randai dan Alif, mereka memang bersahabat sudah sejak
dari dulu. Karakter bersahabat dengan seseorang merupakan karakter
penting dalam hidup, karena dalam kehidupan manusia akan saling
bergantung satu sama lain, seperti saling membantu/menolong dan
gotong royong dengan begitu kehidupan akan berjalan dengan lancar.
14. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Cinta Damai
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter cinta damai. Kedamaian dalam
kehidupan akan menimbulkan berkurangnya rasa permusuhan dan
kebencian terhadap orang lain serta dapat menyelesaikan konflik yang
terjadi. Berikut kutipan novel yang menggambarkan karakter cinta
damai yaitu:
“Aku melongo. Ya Tuhan, anak yang berperawakan gembul
ini berlari terus berputar-putar dengan lucunya. Bukan putarannya
yang aneh yang membuat kami takjub, tapi karena dia mencopot baju
putihnya dan mengibar-ngibarkan kain putih itu tinggi-tinggi.”Da…
da… mai… ini be… bendera pu… putih artinya damai. “Kawanku
yang telanjang dada ini adalah Memet, si pecinta damai sejati”
(Fuadi, 2011: 58).
Pada penggalan novel di atas, menjelaskan bahwa Memet
sangat anti kekerasan. Memet berusaha melerai perselisihan yang
terjadi antara junior dan senior, untuk menghentikan perselisihan ini,
82
Memet sampai membuka bajunya dan mengibarkannya, seperti
bendera putih. Karakter ini merupakan karakter yang baik untuk
diterapkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dengan kedamaian,
kerukunan maka akan tercipta sebuah keharmonisan dan rasa saling
menyayangi.
15. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Gemar Membaca
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter gemar membaca. Membaca akan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pengetahuan seseorang, sehingga
dalam hal ini seorang pembaca dapat mengetahui tentang apa yang
belum dia ketahui sebelumnya. Berikut wujud nilai karakter yang
menggambarkan karakter gemar membaca yaitu:
a. Membaca di jadikan salah satu bentuk riset agar menghasilkan
karya terbaik.
“Aku hilir mudik Perpustakaan Museum Konferensi Asia
Afrika kampus, bahkan kalau riset kurang, aku naik nus ke Jakarta
untuk mendapatkan jurnal hubungan internasional terbaru yang
hanya dianggan oleh perpustakaan CSIS Jakarta” (Fuadi, 2011:
158).
Kutipan novel di atas, menjelaskan bahwa sosok Alif
memang senang membaca buku untuk mencari riset penelitian
karena keinginannya yang ingin menjadi penulis Alif begitu tekun
dalam mencari dan membaca buku-buku yang ada diperpustakaan.
83
b. Membaca untuk menambah wawasan.
“Buku pertama Percapakan Bahasa Perancis Untuk
Pemula telah aku tamatkan beberapa kali, buku kedua, Culture
Shock baru aku selesaikan. Lampu baca aku hidupkan dan
meneruskan membaca buku ketiga Budaya, Alam dan Cuaca
Kanada (Fuadi, 2011: 254).
Kutipan novel di atas, menceritakan tentang buku-buku
yang saat ini Alif baca, dengan semangat dan tidak lelah Alif
gunakan waktu untuk membaca. Sikap yang Alif terapkan sangat
berperan penting dalam generasi muda yang gemar membaca.
16. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter peduli lingkungan. Lingkungan
yang bersih merupakan lingkungan yang aman untuk kesehatan dan
keselamatan, dalam hal ini pentingnya untuk selalu merawat
lingkungan perlu digalakkan. Berikut kutipan novel yang
menggambarkan karakter peduli lingkungan yaitu:
“Sabtu pagi ini Ferdinand membangunkan kami lebih awal
untuk bergotong-royong. Dengan sekop kami menggali salju untuk
menutupi jalan dari tangga rumah sampai ke jalan besar” (Fuadi,
2011: 375).
Kutipan novel di atas, termasuk dalam nilai karakter peduli
lingkungan. Karakter peduli lingkungan ditandai dari sikap Ferdinand
84
yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam sekitarnya
dan mengambangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan yang
sudah terjadi. Kutipan ini tampak juga Ferdinand mengajak Mado. Alif
dan Franc bersama-sama untuk bergotong-royong membersihkan salju
yang sudah menutupi jalan dirumah mereka. Jika mereka tidak
memperbaiki dan membersihkan gumpalan salju tersebut, maka
gumpalan salju akan semakin menebal dan menimbulkan kesulitan
bagi mereka untuk melintasi jalan tersebut.
17. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Peduli Sosial
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter peduli sosial. Rasa peduli sosial
merupakan hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat karena
kita tidak dapat hidup sendiri, tentu memerlukan orang lain dalam
berbagai aspek kehidupan. Berikut kutipan novel yang
menggambarkan karakter peduli sosial yaitu:
“Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di jalan Nilem.
Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak
pengurus panti itu” (Fuadi, 2011: 155).
“Dalam hati, aku berniat akan datang ke sini teratur dan
mungkin akan memilih salah satu dari mereka sebagai adik asuhku”
(Fuadi, 2011: 156).
Pada penggalan novel di atas, menjelaskan bahwa Alif suka
menolong anak-anak yang kurang mampu. Alif menyisihkan sebagian
85
uang hasil menulisnya untuk membantu anak-anak di panti asuhan.
Kehidupan bermasyarakat perlu adanya kepedulian sosial yang harus
dimiliki manusia satu dengan manusia lainnya, Rasulullah Saw juga
selalu mengajarkan untuk selalu peduli kepada sesame umat Allat Swt,
meringankan beban orang lain, membantu orang lain yang kurang
mampu, hal tersebut sangat dianjurkan Rasulullah Saw.
18. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Tanggung Jawab
Berdasarkan identifikasi dari novel Ranah 3 Warna
ditemukan nilai pendidikan karakter tanggung jawab. Orang yang
bertanggung jawab memiliki karakter yang baik dan selalu ingin
menunjukkan tanggung jawabnya seperti dari segi tanggung jawab
menjadi seorang anak, tanggung jawab seorang mahasiswa serta
tanggung jawab jika melakukan kesalahan. Berikut kutipan novel yang
menggambarkan karakter tanggung jawab yaitu:
“Apa gunanya masa muda kalau tidak untuk
memperjuangkan cita-cita besar dan membalas budi orang tua?
Biarlah tulang mudaku ini remuk dan badanku susut” (Fuadi, 2011:
117).
Kutipan novel tersebut merupakan salah satu sikap tanggung
jawab Alif menjadi seorang anak dan dalam menyelesaikan tugas
sebagai seorang mahasiswa, karena dalam kutipan tersebut Alif
berjanji kepada dirinya sendiri untuk terus memperjuangkan impiannya
dan membalas budi orang tua.
86
C. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel Ranah 3 Warna
Karya Ahmad Fuadi dengan Pendidikan Islam.
Pendidikan karakter merupakan salah satu komponen inti dalam
mewujudkan negara yang maju melalui generasi penerus bangsa yang
berkualitas, namun dalam ajaran agama Islam penerapan pendidikan
karakter tidak terlepas dari pendidikan Islam. Pendidikan Islam itu sendiri
merupakan proses aktualisasi nilai-nilai Al-Quran sebagai upaya
pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia
sehingga pendidik dalam memberikan pelajaran kepada anak untuk
menanamkan keyakinan yakni iman kepada Allah dalam rangka
membentuk sikap, tingkah laku dan kepribadian anak.
Pendidikan Islam terdapat tiga nilai utama, yaitu akhlak, adab,
dan keteladanan. Akhlak merujuk pada tugas dan tanggung jawab selain
syari’ah dan ajaran Islam secara umum. Adab merujuk kepada sikap yang
dihubungkan dengan tingkah laku yang baik, dan keteladanan merujuk
kepada kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik
yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad Saw. Ketiga pilar inilah
yang menjadi pilar pendidikan karakter dalam Islam (Majid dan Andayani,
2012: 58).
Peneliti menyimpulkan bahwa akhlak merupakan nilai yang
berkaitan dengan keimanan seperti percaya kepada Allah Swt, Malaikat,
Kitab, Rasul, Hari Akhir, Qada’ dan Qadar yang bertujuan untuk menata
kepercayaan individu. Adab merupakan ajaran tentang hal yang baik dan
87
buruk yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia, nilai ini
meliputi tolong menolong, kasih sayang, syukur, sopan santun, pemaaf,
jujur dan tanggung jawab. Keteladanan berkaitan dengan perilaku seorang
muslim yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad Saw.
Kisah Alif Fikri pada novel Ranah 3 Warna tidak terlepas dengan
pendidikan Islam yang Alif dapatkan di Pondok Madani, karakter yang
kuat dengan mantra andalan Alif yaitu Man Jadda Wajada “siapa yang
bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil”, Man Shabara Zhafira
“siapa yang bersabar akan beruntung”, dan Man Saara Ala Darbi Washala
“siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ditujuan” akhirnya
mengantarkan Alif dalam merengguk madu kesuksesan yang luar biasa
untuk bisa belajar ke luar negeri terutama Amerika Serikat.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di novel Ranah
3 Warna ini mempunyai hubungan yang erat dan signifikan dengan
pendidikan Islam karena disetiap tindakan tokoh utama dalam novel
tersebut mengandung karakter nilai-nilai pendidikan Islam seperti nilai
akhlak, adab dan keteladanan. Bukti dari setiap nilai tersebut yaitu:
1. Nilai akhlak, yang tercermin dari kutipan novel “Aku ingin
membuktikan kepada mereka semua, bukan mereka yang menentukan
nasibku, tapi diriku dan Tuhan” (Fuadi, 2011: 8). Kutipan novel
tersebut menggambarkan bahwa tokoh Alif Fikri beriman kepada
Allah SWT, dengan mempercayai bahwa tidak ada yang akan merubah
nasib kecuali hanyalah Allah SWT dan usaha keras seseorang.
88
2. Nilai adab, nilai tersebut tercermin pada kutipan novel “Kini akulah
laki-laki satu-satunya di keluarga kecil kami. Akulah yang harus
membela Amak dan adik-adik” (Fuadi, 2011: 100). Perkataan Alif dari
kutipan novel tersebut menjelaskan bahwa Alif mempunyai sikap yang
baik, bertanggung jawab untuk membela Amak dan adik-adiknya
karena Alif satu-satunya anak laki-laki dikeluarganya.
3. Nilai keteladanan, nilai ini merupakan perilaku meneladani sifat dari
Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw dikenal sebagai salah satu
Rasul Ulul Azmi karena dengan kesabaran yang begitu luas dalam
menghadapi segala ujian dan cobaan. Hal ini perilaku tokoh Alif
meneladani sifat Rasulullah Saw tergambar pada kutipan novel “Aku
anak yatim… iya, tapi yatim yang kuat. aku tidak punya uang… iya,
tapi akan segera punya. nasibku malang… iya, tapi akan segera
beruntung. kalau aku melebihkan usaha. Man Jadda Wajada. kalau
aku bersabar maksimal. Man Shabara Zhafira.”
“Perjuangan tidak hanya butuh kerja keras, tapi juga kesabaran dan
keikhlasan untuk mendapat tujuan yang diimpikan. Kini terang
dimataku, inilah masa paling tepat buatku untuk mencoba bersabar
agar aku beruntung, agar Tuhan bersamaku” (Fuadi, 2011: 134-135).
Kutipan novel tersebut menggambarkan sikap Alif yang begitu sabar
dalam menghadapi ujian dan cobaan yang silih berganti, setelah
meninggalnya Ayah Alif, kemudian jatuh sakit selama beberapa bulan
89
hingga keuangannya buruk yang hanya mengandalkan pinjaman dari
temannya Randai.
Karakter generasi muda saat ini sangat dipertaruhkan karena
pendidikan karakter itu sendiri penting bagi kemajuan suatu bangsa,
dalam pembentukan karakter pada anak didasarkan pada pembiasaan
dan contoh mulia yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik.
Pembiasaan tersebut berisi tentang hidup jujur, taqwa, amanah dan
nasionalis. Oleh karena itu penting bagi setiap guru untuk menyisipkan
nilai-nilai pendidikan karakter untuk membentuk karakter peserta didik
seperti pada karakter Alif yang begitu sabar dalam menghadapi ujian,
bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan melibatkan
semua kepada Allah Swt.
Penelitian yang Relevan atau Mendukung tentang Penelitian
Pendidikan Islam antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh (Nur
Hidayah: 2015) pada Skripsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan
Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam” IAIN Salatiga ini,
mendukung penelitian yang penulis teliti dengan sama-sama
menggunakan objek tentang pendidikan Islam, dengan hasil penelitian
yang didapatkan tentang impilkasi konsep pendidikan karakter
terhadap pendidikan Islam yaitu bahwa pendidikan karakter
berdasarkan dalil Al-Quran dan Sunnah, memiliki kesamaan yang
diajarkan dalam pendidikan Islam baik bagi peserta didik akan
berdampak positif, jika pendidikan karakter sudah diterapkan peserta
90
didik oleh pendidik dengan menggunakan metode pembelajaran sesuai
dengan yang diajarkan, maka dengan mudah akan dapat
dikembangkan, juga tidak terlepas dari peran keluarga dan pendidik
yang mempunyai peranan dalam membentuk pribadi peserta didik
menjadi lebih baik Hasil tersebut dikembangkan oleh penulis dengan
menggunakan penelitian Novel dengan objek yang sama pendidikan
karakter dengan pendidikan Islam yang juga memiliki hasil untuk
dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan agar peserta didik
tumbuh dan berkembang dengan berkarakter dan berakhlak mulia
melalui pembelajaran karya sastra salah satunya yaitu novel; Penelitian
yang kedua dari (Nonik Handayani: 2019) pada Skripsinya yang
berjudul “Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Playing
God Karya Rully Roesli” IAIN Salatiga ini, mendukung penelitian
penulis dalam menguraikan penelitian tentang pendidikan Islam. Hasil
penelitian Nonik Handayani yaitu nilai ilahiyah yang meliputi iman,
Islam, ihsan, taqwa, ikhlas, syukur, dan sabar; dan nilai insaniyah yang
terdiri dari kasih sayang, persaudaraan, adil, berprasangka baik, rendah
hati, lapang dada, menjaga harga diri, serta dermawan, dari nilai-nilai
pendidikan Islam tersebut memiliki keterkaitan dengan nilai-nilai
pendidikan karakter yang salah satunya yaitu: sabar, bersyukur, ikhlas,
beriman kepada Allah Swt, dan menjaga persaudaraan, sehingga hasil
dari penelitian penulis tentang pendidikan karakter dengan pendidikan
Islam memang memiliki keterkaitan dan tujuan dari nilai tersebut
91
untuk mengembangkan fungsi manusia sebagai khalifah baik
ditanamkan untuk menumbuhkan sikap keagamaan yang selaras
dengan pendidikan Islam dan pendidikan karakter dalam kaitannya
dengan masyarakat dikehidupan sehari-hari; dan Penelitian yang ketiga
dari (Muhammad Fadholi: 2015) pada Skripsinya yang berjudul
“Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel Rantau 1 Muara Karya
Ahmad Fuadi” IAIN Salatiga ini, penelitian tersebut mendukung
penelitian penulis karena dalam penelitian Muhammad Fadholi
menggunakan novel Rantau 1 Muara di mana novel tersebut
merupakan lanjutan dari cerita novel Ranah 3 warna yang penulis
teliti. Hasil dari penelitian Muhammad Fadholi terdapat 3 nilai-nilai
pendidikan Islam yaitu salah satunya nilai aqidah, ibadah, dan akhlak
dari nilai tersebut di uraikan bahwa nilai aqidah antara lain iman
kepada Qada dan Qadar, meyakini sifat-sifat Allah, dan berpegang
teguh pada Allah, ibadah meliputi sholat, berdoa, dan berdzikir,
sedangkan akhlak meliputi sifat-sifat yang baik dan buruk seperti
ikhlas, sabar, sopan santun, iri, sombong, dan pendendam. Penelitian
tersebut juga terdapat pada pembahasan yang penulis teliti pada 3
(tiga) nilai utama pendidikan Islam yaitu adab, akhlak, dan
keteladanan.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tokoh utama dalam menunjukkan nilai-nilai karakter pada novel
Ranah 3 Warna yaitu dengan menunjukkan sikap berpegang teguh
kepada Allah Swt, ketaatan beribadah, pekerja keras, kemandirian,
pantang menyerah, kesederhanaan, kreatif, berifikir kritis,
tanggung jawab, dan nasionalis.
2. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Ranah 3 Warna
meliputi rajin beribadah, bersikap husnudzon, meminta ampunan
terhadap Allah Swt, berkata jujur terhadap sesuatu, disiplin waktu,
berusaha keras untuk mendapatkan hasil terbaik, berpikir kreatif
untuk menciptakan hal baru, mandiri tidak bergantung pada orang
lain, keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu, berusaha
melakukan yang terbaik untuk mengharumkan bangsa,
menunjukkan rasa cinta sebagai bangsa Indonesia, menghargai
setiap prestasi, menjaga persahabatan, persaudaraan,
keharmonisan, peduli terhadap lingkungan, dan sosial, serta
tanggung jawab.
3. Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter novel Ranah 3 Warna
dengan pendidikan Islam tergambar pada perilaku Alif yang
93
ditandai dengan nilai akhlak keyakinan pada kuasa Allah Swt, nilai
adab pada sikap Alif yang bertanggung jawab kepada keluarganya,
dan keteladanan tercermin pada sifat Rasulullah Saw sebagai
substansi dalam pendidikan Islam untuk mengantarkan pada
pembentukan insan kamil.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memiliki
beberapa saran yaitu:
1. Bagi Orang Tua
Perilaku seorang anak yang paling pertama dipelajari
yaitu dari karakter orang tuanya dalam beraktivitas sehari-hari,
maka hendaknya orang tua harus selalu memberi contoh terbaik
untuk anak-anaknya terutama dalam penanaman karakter yang
Islami, sehingga anak juga akan memiliki karakter yang berakhlak
baik.
2. Bagi Guru
Pendidikan merupakan sentral pembentukan karakter
untuk kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu seorang pendidik
harus kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pelajaran dan
menanamkan karakter untuk generasi penerus bangsa yang
berkualitas.
94
3. Bagi pembaca
Pembaca diharapkan dapat menambah wawasan
mengenai pendidikan karakter serta untuk memajukan dunia
kesusastraan penulis mengharapkan adanya penelitian yang serupa
dengan ruang lingkup yang lebih luas, khususnya dalam bidang
pendidikan.
95
DAFTAR PUSTAKA
Afita, Ida Risqi. (2018). Nilai-Nilai Materi Pendidikan Karakter pada
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye. Skripsi.
Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga
Ainissyifa, Hilda. (2014). Pendidikan Karakter dalam Perspektif
Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan. 8(1). 1-26.
Akbar, Sa’dun. (2011). “Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah
Dasar”, Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar. Malang:
Universitas Malang
Amri, S., Juahari, A., & Elisah, T. (2011). Implemetasi Pendidikan
Karakter dalam pembelajaran: Strategi Analisis dan
Pengembangan Karakter Siswa dalam Proses Pembelajaran.
Jakarta: Prestasi Pustakarata.
Darmawan, Deni. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Fadholi, Muhammad. (2015). Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Novel
Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi. Skripsi. Salatiga: Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
Fitri, Agus Zaenul. (2014). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di
Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Fuadi, Ahmad. (2011). Ranah 3 Warna. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Gusal, L. O. (2015). Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Sulawesi
Tenggara Karya La Ode Sidu. Jurnal Humanika. 15(3). 25-26.
Handayani, Nonik. (2019). Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam
Buku Playing God Karya Rully Roesli. Skripsi. Salatiga:
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
Hidayah, Nur. (2015). Konsep Pendidikan Karakter dalam Perspektif
Pendidikan Islam. Skripsi. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga.
Https: //www.biografipedia.com/2015/07/biografi-ahmad-fuadi-penulis-
novel.html. diakses pada tanggal 05 Januari 2020.
Hudhana, Winda Dewi & Mulasih. (2019). Metode Penenlitian Sastra
Teori dan Aplikasi. Temanggung: Desa Pustaka Indonesia.
96
Idhawati, Diyah. (2018). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang
Terkandung dalam Novel Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi.
Skripsi. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga.
Inayati, Indah. (2019). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dan Motivasi
dalam Buku Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabicara. Skripsi.
Salatiga: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Salatiga.
Johansyah. (2011). Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam; Kajian
dari Aspek Metodologis. Jurnal Ilmiah. 11(1). 87
Kemendiknas. (2010). Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta
Kemendiknas. (2010). Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta
Kemendiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter.
Jakarta
Kesuma, Dharma. Cepi Triatna & Johar Permana. Pendiidkan Karakter
Lajian Teori Dan Praktik Di Sekolah. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Majid, Abdul & Dian Anandita. (2012). Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Maunah, binti. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembentukan Kepribadian Holistik Siswa. Jurnal Pendidikan
Karakter. (1). 91
Mulyasa. (2013). Managemen Pendidikan Karakter. Bandung: Bumi
Aksara.
Narwanti, Sri. (2014). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia.
Pratama, Deri Rachmad & Sarwiji Suwandi. (2018). Nilai Agama dan
Budaya Dalam Perspektif Intertekstual. Yogyakarta: Textium.
Purwanto, Nanang. (2014). Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Rofi, Sofyan. (2016). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta:
Deepublish.
Romdloni, Lutfi Isnan. (2019). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam
Buku Gelandangan Di kampung Sendiri Karya Emha Ainun
Nadjib. Skripsi. Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga.
97
Salim, Moh Haitami & Syamsul Kurniawan. (2012). Studi Ilmu
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sukring. (2013). Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sutarna, Nana. (2018). Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar Dalam
Perspektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Diniyah.
Tambak, Syaharin. (2014). Pendidikan Agama Islam Konsep Metode
Pembelajaran PAI. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahyuningsih, Tri. (2013). Nilai Pendidikan Novel Ranah 3 Warna Karya
Ahmad Fuadi Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Di kelas XI
SMA. Skripsi. Purworejo: Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Wicaksono, Andri. (2014). Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta:
Garudhawaca.
Wiyani, Novan Ardy. (2013). Membumikan Pendidikan Karakter di SD.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Yanti, Citra Salda. (2015). Religiositas Islam Dalam Novel Ratu Yang
Bersujud Karya Amsizal Mochamad Mahdavi. Jurnal
Humanika. 15(3).
Zakiyah, Qiqi Yualiati dan Rusdiana. (2014). Pendidikan Nilai Kajian
Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Zed, mestika. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Zuchdi, Darmayati., SA Kuntoro., & Zk Prasetya. (2013). Pendidikan
Karakter Konsep Dasar dan Implementasi di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: UNY Press.
98
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Jumiati Astuti
2. TTL : Boyolali, 18 Maret 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. NIM : 23040160128
6. Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
7. Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
8. Alamat : Pilang Doyong RT. 02 RW. 03, Kemusu,
Boyolali
9. Nama Ayah : Joko Santoso
10. Nama Ibu : Sutini
B. Pendidikan
1. SD Negeri Cengklong 2 Tangerang lulus tahun 2010
2. SMP Negeri 2 Kemusu lulus tahun 2013
3. SMK Negeri 1 Kemusu lulus tahun 2016
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-
benarnya.
Boyolali, 08 Mei 2020
Penulis,
Jumiati Astuti
23040160128
99
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Jumiati Astuti Jurusan : PGMI
NIM : 23040160128 Dosen P.A : Jaka Siswanta, M.Pd
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1.
Seminar International Scholarship
Talkshow "Create Your Bright
History Through Scholarship"
10 November
2018 Peserta 10
2.
Seminar Nasional “Let’s Be A
Good Millenial’s Person With
Peer Conseling “
25 Juli 2019 Peserta 8
3.
Seminar Nasional “Menyatu
Dalam Satu Kesatuan Untuk
Salatiga Harmony”
30 November
2019 Peserta 8
4.
Seminar Nasional “The Great
Moeslem Milenial Pemuda
Qur’ani Pemimpin Peradaban”
19 Oktober
2019 Peserta 8
5.
Seminar Nasional “Membangun
Inteletualitas Mahasiswa Melalui
Budaya Literasi Di Era Virtual”
10 September
2016 Peserta 8
6.
Seminar MPR RI “Memperkokoh
Peran Pemuda Dalam Menjaga
Keutuhan NKRI”
29 Juli 2017 Peserta 8
7. Sosialisasi Empat Pilar MPR RI 28 Juli 2017 Peserta 8
8.
Seminar MPR RI “Memperkuat
Peran Pemuda Dalam Bingkai
Kebhinekaan”
05 Agustus
2017 Peserta 8
9. “Salatiga Kota Pendidikan
Inklusif Dan Ramah Anak”
05-06 Juli
2019 Peserta 6
10.
Merajut Persatuan Dalam Bingkai
Kebhinekaan : Evaluasi Dan
Rekonsiliasi Paska Pemilu
Serentak 2019
25 Juni 2019 Peserta 3
11. Opak Fakultas Tarbiyan Dan
Ilmu Keguruan 2016
22-23 Agustus
2016 Peserta 3
100
101
SAMPUL DEPAN
102
SAMPUL BELAKANG
103
104