Download - Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Manajemen & Pengendalian Mutu dalam Pendidikan Kebidanan
Disusun Oleh :
(Kelompok 8)
Fitria Nuraini Subandi (130104120005)
Yunia Hendrawati (130104120008)
Sadewi Rohayani (130104120014)
Wida Nurul Isna (130104120024)
Dea Agistiani (130104120026)
Yuli Lismawati (130104120047)
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
1
TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI
A. Pengertian
Pada Undang-Undang No. 12 tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi,
BAB I Pasal 1, ayat:
9) Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma adalah
kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.
10) Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah
secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang
berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
11) Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang
memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk memajukan
kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
12) Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
B. Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
Misi suatu perguruan tinggi tercermin dalam kegiatan Tri Dharma
Perguruan Tinggi-nya, sesuai dengan falsafah yang diamanatkan oleh pemerintah
bagi institusi yaitu:
1. Kegiatan dalam bidang Pendidikan
2. Kegiatan dalam bidang Penelitian
3. Kegiatan dalam bidang Pelayanan Masyarakat
Penilaian atas tingkat performansi suatu perguruan tiggi dapat diukur dari
tingkat keberhasilannya dalam mewujudkan tujuan yang terlebih dahulu telah
ditetapkan, dari ke 3 bentuk kegiatan tersebut. Pada awal masa kegiatannya
2
dengan demikian masing-masing bidang kegiatan tersebut hendaknya telah
memiliki misi tujuan tertentu yang sejalan dengan misi perguruan tinggi.
Pada setiap permasalah yang ada, metoda penyelesaian termasuk urutan
kerja, prioritas, toleransi dan sebagainya akan berpedoman pada pernyataan misi-
tujuan tersebut.
Kebutuhan penerapan sistem mutu dalam manajemen pengelolaan ke 3
kegiatan, mulai dari penentuan misi tujuan atau sasaran kegiatan, tindakan koreksi
dan perbaikan pada tiap elemen kerja kegiatan hingga evaluasi keberhasilan misi
perguruan tinggi secara utuh. Dalam organisasi TRIDHARMA seorang staf
pengajar dapat berperan sekaligus dalam ke 3 kegiatan tersebut. Selain diperlukan
adanya kontrol atas keseimbangan kegiatan bagi para staf juga keseimbangan bagi
keberhasilan dari ke3 kegiatan tersebut. Sebaliknya, fasilitas perguruan tinggi
yang berupa instrument peralatan dan laboratorium juga digunakan pada ke 3
kegiatan tersebut sehingga suatu pengaturan bagi pemakainya perlu ditetapkan.
Suatu sistem pengawasan yang baik, juga untuk permasalahan lainnya harus
disertakan dalam pengelolaan mutu, jangan sampai kepentingan salah satu
kegiatan mengorbankan kegiatan yang lain.
Hal ini berlaku juga untuk tenaga non staf, mahasiswa/I, fasilitas
laboratorium serta bangunan-bangunan milik institusi termasuk ruang-ruang
seminar dengan peralatan, dan lain-lain yang memerlukan pula dana operasi dan
perawatan bahkan perlu lebih dikembangkan.
C. TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI
Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dalam TRI DHARMA harus ada
dalam koordinasi, mengingat adanya saling interaksi antar tiap kegiatannnya.
Diinginkan adanya keseimbangan kegiatan melalui pengerahan segenap daya dan
potensi yang dipunyai perguruan tinggi yang bersangkutan hingga ke 3 bidang
3
Dalam kegiatan TRI DHARMA berikut unsur-unsurnya berkembang sinkron. Hal
ini ekivalen dengan peningkatan kualitas perguruan tinggi.
Bagaimana kegiatan pengelolaan program TRI-DHARMA sangat
dipengaruhi oleh bagaimana pernyataan misi dan tujuan TRI-DHARMA.
Unsur-unsur dalam organisasi TRIDHARMA tidak lain adalah juga unsur
milik perguruan tiggi yang bersangkutan. Tingkat performansi kegiatan
bidang pendidikan akan dapat selalu diperbaiki dari tahun ke tahun
berikutnya. Menuju tercapainya mekanisme ini maka skenario atau
perencanaan kegiatan secara menyeluruh dengan mengikut sertakan faktor
penerapan mutu sebagai berikut:
4
1. Bidang Pendidikan
Gambar 3 menyimpulkan parameter-parameter yang berpengaruh pada
nilai performansi kerja bidang pendidikan dari TRI-DHARMA perguruan
tinggi yang bersangkutan.
Perbaikan performansi kerja dari suatu sub bidang kegiatan kurikulum
dan manajemennya misalnya, dapat dilakukan melalui perbaikan faktor
kurikulum dan sylabusnya dan lain-lain. Untuk menampung keperluan
perubahan kecil materi suatu mata kuliah mungkin cukup hanya di tampung
dengan perubahan kecil pada sylabus mata kuliah yang bersangkutan.
Kegiatan Dalam Bidang Pendidikan (Di Kelas dan Laboratorium)
a. Pembelajaran di Kelas
PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM)
Visi, misi dan tujuan institusi dalam mengemban Tri Dharma
Perguruan Tinggi telah dijabarkan dalam visi dan misi pada tiap-tiap Program
Studi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan yang
5
jelas dan spesifik, yang secara nyata dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar (PBM). Proses belajar mengajar meliputi tridharma perguruan tinggi
dan proses pendukungnya. PBM ditentukan dengan memperhatikan visi, misi,
dan tujuan institusi, serta kebutuhan mahasiswa, dosen, staf, dan stakeholder.
Untuk menjamin kebutuhan semua stakeholder terpenuhi, pimpinan dan tim
koordinasi akademik menyusun proses belajar mengajar.
Kurikulum memberikan arah dan sasaran PBM bagi institusi, yang
sekaligus merupakan gambaran proses studi dan profil calon lulusan yang
diperlukan oleh stakeholder. Bagi mahasiswa, kurikulum sebagai ramuan
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menjalani step-by-step
PBM secara keseluruhan dan menjadi bekal terjun ke dunia kerja. Bagi dosen,
kurikulum menjadi acuan untuk pengembangan kompetensi diri dan
kemampuan delivery PBM. Dalam upaya memberikan pemahaman tentang
bagaimana proses pembelajaran setiap mahasiswa mendapatkan Buku
Panduan Akademik (BPA) yang di dalamnya berisi tentang visi dan misi
pembelajaran tiap-tiap program studi, beserta kurikulum dan silabi tiap mata
kuliah, aturan akademik, norma akademik dan pedoman kehidupan kampus,
dan informasi layanan penunjang akademik seperti layanan perpustakaan,
registrasi of-line, dan sebagainya. Untuk mengawasi dan mengendalikan
PBM, institusi dan program studi menggunakan beberapa parameter
pengukuran dan indikator kinerja.
Indikator mutu dan kinerja yang ditetapkan mengacu kepada visi, misi,
dan tujuan yang ingin dicapai Program studi dan juga memperhatikan ukuran
yang ditetapkan oleh Dirjen Dikti dan BAN. Kontrol proses ini dilakukan
secara kontinu dan berkesinambungan. Kontrol dilakukan melalui beberapa
laporan yang dibuat secara berkala, seperti laporan Triwulan, Semesteran, dan
Tahunan. Untuk menjamin PBM agar berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, institusi membuat struktur organisasi dan deskripsi tugas untuk
6
melaksanakan tugas harian. Ketua Jurusan dibantu Ketu Program Studi ditiap-
tiap Program Studi yang bertanggung jawab memonitor pelaksanaan proses
PBM. Pemahaman dan sosialisasi aturan akademik dilakukan melalui rapat
jurusan. Untuk menjamin kesiapan staf pada PBM, setiap staf juga diberi
pemahaman tentang aturan akademik dan prosedur pelaksanaannya. Staf juga
diberikan kesempatan untuk meningkatkan kecakapan dan keterampilan
dalam bidang penunjang akademik melalui pelatihan-pelatihan.
Indikator utama dalam mengukur proses pembelajaran secara
keseluruhan ialah Indeks Prestasi Semester (IP) dan Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK). Melalui SIM Akademik, IP dan IPK mahasiswa per semester atapun
rekap keseluruhan dapat dipantau secara mudah. Hal ini akan menjadi
masukan yang berguna bagi pihak pengelola, dalam hal ini masing-masing
Jurusan dan Program studi, untuk mengambil tindakan-tindakan yang
dianggap perlu jika terjadi suatu permasalahan. Selain menggunakan ukuran
prestasi mahasiswa, beberapa parameter juga digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan PBM seperti :
1. Rata-rata lama studi lulusan
2. Kepuasan mahasiswa tentang proses belajar mengajar
3. Kepuasan orang tua mahasiswa
4. Kemampuan bahasa Inggris
5. Waktu tunggu rata-rata lulusan untuk bekerja
6. Kepuasan Pengguna Lulusan Upaya lain yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran adalah menyelenggarakan responsi.
Jadwal perkuliahan telah diatur secara menyeluruh oleh Bagian
Administrasi Akademik dimana untuk setiap mata kuliah telah disediakan slot
waktu untuk responsi. Untuk meningkatkan kinerja PBM dilakukan evaluasi.
Hasil evaluasi dijadikan masukan untuk memperbaiki proses yang akan
7
datang. Masukan dari mahasiswa, dosen, staf, stakeholder dan partner dengan
menggunakan beberapa cara. Masukan dari mahasiswa diperoleh melalui
kuesioner yang disebar pada saat UTS, UAS dan Registrasi, juga pada saat
Wisuda. Dari stakeholders masukan dihimpun melalui informasi alumni dan
penelitian kepuasan stakeholders. Hasil pengukuran kinerja yang dilaksanakan
pada saat berjalannya proses digunakan sebagai parameter kontrol dalam
mengelola PBM. Pengambilan keputusan dalam hal pengelolaan proses
dilakukan melalui rapat rutin pimpinan Jurusan yang terdiri dari Ketua
Jurusan, Ketua Program Studi.
Evaluasi terhadap PBM secara garis besar dilakukan dengan dua cara.
Pertama evaluasi yang dilakukan pada saat proses berjalan, dan evaluasi pada
akhir pelaksanaan PBM. Dalam pelaksanaan evaluasi ini sudah ditetapkan
peraturan akademik yang bersifat umum untuk beberapa jenis evaluasi.
Evaluasi yang dilaksanakan pada saat berjalannya proses antara lain : quiz,
tugas, pertanyaan singkat, diskusi, dan sebagainya. Sedangkan untuk evaluasi
yang diselenggarakan pada akhir proses antara lain adalah : UTS, UAS,
kuesioner, dan sebagainya.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penyerapan dan
pemahaman materi pengajaran yang diberikan. Salah satu upaya untuk
mendapatkan umpan balik kualitas proses pembelajaran, dilaksanakan
pembagian kuesioner kepada seluruh mahasiswa, yang dilaksanakan dua kali
per semester bersamaan dengan pelaksanaan Ujian Tengah Semester dan
Ujian Akhir Semester. Hasil kuesioner ini menjadi salah satu bahan evaluasi
kinerja dosen dan sistem perkuliahan. Untuk menjamin terselenggaranya
proses pembelajaran yang adil dan akuntabel, dimulai dari proses penjaringan
calon mahasiswa yang dilakukan secara ketat
8
b. Pembelajaran di Laboratorium
PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM
Penggunaan laboratorium untuk sarana pembelajaran di universitas
mulai diperkenalkan pada pertengahan abad sembilan belas dalam rangka
untuk mendukung meningkatnya jumlah mahasiswa yang mempelajari ilmu
pengetahuan alam dan teknologi. Pada awalnya praktikum dimaksudkan untuk
meningkatkan keahlian mahasiswa dalam pengamatan, dan meningkatkan
ketrampilan, serta sebagai sarana berlatih dalam menggunakan peralatan.
Beberapa penelitian membandingkan pembelajaran di laboratorium dengan
metode pembelajaran yang lain menunjukkan bahwa praktikum di
laboratorium lebih efektif untuk memperoleh kemampuan pengamatan dan
ketrampilan teknik, tetapi kurang efektif untuk pembelajaran ilmu
pengetahuan faktual, konsep, penelitian ilmiah, atau ketrampilan pemecahan
masalah. Selama dua puluh lima tahun belakangan ini selalu dilakukan
peninjauan kembali mengenai fungsi, kegunaan, dan metode dalam
pembelajaran di laboratorium. Pada diskusi-diskusi yang telah dilakukan
muncul beberapa keprihatinan, temuan, atau kendala yang perlu diperhatikan,
antara lain:
1. Tingginya biaya kerja di laboratorium membuat semakin sulit untuk
menyediakan fasilitas dan sumber daya yang memenuhi standar yang
diperlukan;
2. Adanya keterbatasan waktu dan banyaknya program kerja menyebabkan
kesulitan dalam menyusun silabus, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas;
3. Laboratorium yang telah ada (konvensional) bekerja kurang efektif,
sehingga kurang mendukung proses pemahaman konsepkonsep
9
perkembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan untuk penyelesaian persoalan.
Berdasarkan temuan dalam rangka peninjauan ulang terhadap proses
pembelajaran di laboratorium konvensional, dapat disimpulkan bahwa perlu
ditambahkan beberapa hal antara lain: kegiatan untuk meningkatkan
pengalaman dan kemampuan kognitif, mengurangi pekerjaan yang sifatnya
pengulangan, serta menyusun aktivitas-aktivitas yang hemat waktu.
Pembelajaran di laboratorium saat ini cenderung berubah dari cara dan peran
pengajaran menjadi lebih berorientasi pada pembelajaran mahasiswa secara
madiri (independent learning by students). Saat ini, pembelajaran di
laboratorium dimaksudkan untuk:
1. Pembelajaran ketrampilan sesuai dengan subjek praktikum
2. Pemahaman prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan tahap-tahap dalam
penelitian ilmiah
3. Mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah secara
sistematik.
4. Membina pengembangan sikap atau perilaku profesional, praktis, dan
komitmen.
TUJUAN DAN KEGUNAAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM
Dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat multi dimensi dalam
proses pembelajaran di laboratorium, maka pembelajaran di laboratorium
sangat efektif untuk mencapai tiga ranah secara bersama-sama, sebagai
berikut:
a. Ketrampilan kognitif yang tinggi
Berlatih agar dapat memahami teori
10
Berlatih agar segi-segi teori yang berlainan dapat diintregasikan
Berlatih agar teori dapat diterapkan pada permasalahan nyata
b. Ketrampilan afektif
Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri
Belajar bekerja sama
Belajar mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya
Belajar menghargai bidangnya
c. Ketrampilan psikomotor
Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan
Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu
KENDALA UMUM PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM
Beberapa penelitian melaporkan bahwa ada kecenderungan pembelajaran di
laboratorium untuk tujuan peningkatan ketrampilan tingkat rendah, hanya
mempelajari pengetahuan bagian permukaan atau pengetahuan dengan tingkat
pemahaman rendah terhadap hubungan antara teori dan praktik. Selain itu sering
dijumpai kebiasaan negatif yang dilakukan mahasiswa dalam pembelajaran di
laboratorium, biaya pelaksanaan yang tinggi, kurang efektifnya pemanfaatan biaya
karena rendahnya perhatian dosen dalam pelaksanaan kegiatan, dan tidak
sebandingnya fungsi praktikum terhadap jumlah waktu yang dicurahkan untuk
kegiatan tersebut. Beberapa kendala umum dan penyebab rendahnya mutu
pembelajaran praktikum di laboratorium, adalah sebagai berikut:
a. Sering kali praktikum di laboratorium menjadi sebuah kebiasaan karena
mahasiswa mengikuti petunjuk rutin dan tidak menggunakan kemampuan
berpikirnya.
b. Sering kali ada anggapan bahwa proses pembelajaran terjadi dengan
sendirinya jika mahasiswa diberi informasi. Hal ini tidak benar, karena
11
pemahaman secara tuntas dalam proses pembelajaran diperlukan beberapa
faktor antara lain; waktu untuk belajar, pemikiran, keseriusan, komitmen, dan
ekplorasi aktif mahasiswa untuk memperoleh pengalaman tersebut. Oleh
sebab itu praktikum di laboratorium yang didominasi dengan instruksi oleh
dosen/instruktur akan menyebabkan sedikitnya jumlah mahasiswa yang mau
mengembangkan komitmen, pemikiran, dan eksplorasi aktifnya
(Ramsden,1992).
c. Potensi pembelajaran di laboratorium sangat tergantung pada program yang
disusun (konsep kunci), tetapi tingkat pemahaman dalam pembelajaran
praktikum sering kali terbatas pada pembelajaran di bagian luar di mana ilmu
pengetahuan ditempatkan di dalam unit isolasi dan tidak terhubung dengan
pembelajaran ilmu yang lainnya.
d. Bekal pengetahuan awal (pre-requisite knowledge) sebelum melakukan
praktikum adalah penting oleh karena itu bekal ilmu pengetahuan sebelumnya
yang tidak cukup menyebabkan mahasiswa sulit mengikuti proses
pembelajaran praktikum di laboratorium. Bila mahasiswa baru saat masuk
universitas memilikipengertian yang keliru tentang fenomena ilmiah dan tidak
mau menanggalkan pola pikir lama mereka, serta secara kaku mengikuti tata
cara pembelajaran yang terstruktur, maka hal ini cenderung menambah
kelangsungan ketidakesfisiensian pembelajaran di laboratorium. Oleh karena
itu kebebasan untuk merancang percobaan dan “menemukan” ilmu
pengetahuan baru di laboratorium menjadi menurun.
Hal lain sebagai penyebab rendahnya kualitas pembelajaran di laboratorium
adalah rendahnya dukungan fasilitas di laboratotium. Kualitas pembelajaran di
laboratorium merupakan penggabungan antara dukungan dan tantangan, secara
skematis dapat digambarkan sebagai berikut (Horabin and Williams, 1992):
12
METODE PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM
Pembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses pembelajaran
melalui pendekatan pengalaman, karenanya para dosen/ instruktur perlu memberi
bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan praktikum agar mahasiswa dapat
mengungkapkan percobaan mereka secara kritis dan dapat menggali kemandirian
untuk menemukan sesuatu.
Gambar 2 menyatakan siklus pengalaman dalam proses pembelajaran:
13
Peran dosen/instruktur dan mahasiswa dalam memperoleh pengalaman dalam proses
pembelajaran dituliskan sebagai berikut:
14
Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahasiswa belajar sendiri dan
saling belajar dengan mahasiswa lain dalam tim. Meskipun secara prinsip dalam
pembelajaran di laboratorium mahasiswa belajar dengan cara mereka sendiri, tetapi
dosen menyediakan percobaan, tugas, instruksi, dan petunjuk pelaksanaan. Agar bisa
melakukan tugas tersebut, dosen perlu memiliki ketrampilan seperti yang dinyatakan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Ketrampilan dosen dan kegunaannya dalam pembelajaran di laboratorium
15
Beberapa Cara Konvensional Pembelajaran di Laboratorium Secara umum cara
pembelajaran di laboratorium dapat dikelompokkan menjadi 5 jenjang yaitu: 1.
peragaan, 2. latihan, 3. penyelidikan terstruktur, 4. penyelidikan secara terbuka, dan
5. proyek. Penjenjangan ini didasarkan atas derajat ketersediaan informasi dan waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM
Menurut Brown and Atkins (1988) ada 5 kategori yang perlu diperhatikan dalam
peningkatan pembelajaran di laboratorium, yaitu:
16
1. Tujuan atau sasaran
Tujuan dan sasaran dari setiap sesi praktikum perlu dirumuskan dengan jelas. Hal ini
untuk meminimasikan kemungkinan terjadinya suatu keadaan yaitu sasaran yang
kurang penting tercapai tetapi sasaran yang penting tidak tercapai.
2. Petunjuk pelaksanaan
Petunjuk/perintah pelaksanaan kegiatan harus jelas dan tidak membingungkan. Hal
ini harus dirancang agar mahasiswa dapat menangkap dengan jelas gambaran penting
tentang peralatan atau bahan-bahan yang diperlukan. Diagram alir (flow chart), pohon
keputusan, dan pernyataan tertulis yang dilengkapi dengan diagram yang jelas sangat
diperlukan untuk perintah-perintah yang kompleks.
3. Asisten laboratorium terlatih
Asisten laboratorium perlu terlatih sehingga mampu melaksanakan tugas dengan
baik. Tugas asisten laboratorium adalah membantu mahasiswa dalam melakukan
kegiatan sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk.
b. Menyelesaikan permasalahan yang muncul.
c. Mengatur peralatan.
d. Memeriksa fungsi peralatan
e. Mendapatkan, mengamati, dan mencatat hasil percobaan.
f. Mencatat metode atau hasil.
g. Menghubungkan hasil percobaan dengan dasar-dasar teori atau dengan hasil
percobaan lainnya.
Jadi, asisten laboratorium haruslah memahami percobaan dan terbiasa dengan
peralatan serta prosedurnya, sehingga bisa membantu mahasiswa. Dosen yang
bertanggung jawab dalam praktikum harus dapat membantu para asisten dengan
17
menyediakan buku pedoman kerja laboratorium. Buku pedoman/panduan kerja
laboratorium tersebut harus menguraikan percobaan secara ringkas dan sebagai
petunjuk bagi asisten/pelaksana tentang apa yang harus dilaksanakan selama
melaksanakan kegiatan di laboratorium. Dosen sebaiknya juga meluangkan waktu
melatih asisten laboratorium untuk meningkatkan keahliannya/kemampuannya. Hal-
hal yang perlu diperkenalkan kepada para asisten agar asisten laboratorium
memperoleh keahlian yang berguna dalam kegiatan:
a. Mengamati mahasiswa dalam bekerja.
b. Mengantisipasi kesulitan umum dari proses pemahaman.
c. Mengenali kesulitan umum dari proses pemahaman.
d. Memberikan pandangan umum, menguraikan dengan jelas proses dan
prosedur praktikum.
e. Memberikan petunjuk/perintah.
f. Memberi pertanyaan untuk klarifikasi kesulitan dari proses pemahaman.
g. Memberi pertanyaan untuk mengarahkan mahasiswa ke seluruh aktivitas.
h. enjawab pertanyaan mahasiswa secara sederhana, langsung, dan dengan tidak
mengkritik.
i. Memberikan dukungan dan dorongan
j. Bertindak dengan tepat saat memberi bantuan ke mahasiswa.
4. Cara memfasilitasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode pembelajaran di laboratorium
sedapat mungkin membuat mahasiswa belajar mandiri dan saling belajar dengan
temannya. Banyak cara untuk memfasilitasi agar hal tersebut dapat tercapai. Fasilitas
yang disediakan ini sebaiknya secara eksplisit berisi tujuan percobaan, perintah yang
jelas, dan diagram carakerja yang jelas. Fasilitas tersebut dapat disajikan dalam
bentuk:
18
a. Serangkaian slide untuk memperlihatkan proses, prosedur yang kompleks,
atau peralatan yang rumit.
b. Tape recorder berisi instruksi, penjelasan, dan cara penghitungan
c. Gambar di dinding untuk memajang instruksi, demonstrasi, dan deskripsi
peralatan.
d. Video untuk menyediakan instruksi, cara kerja peralatan, dan peragaan teknis
atau prosedur.
e. Program-program komputer untuk menjelaskan percobaan, menyediakan
petunjuk, untuk menggambarkan hasil hitungan, dan menulis pertanyaan-
pertanyaan.
f. Video interaktif untuk simulasi di laboratorium (video dan komputer).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Rencana pembelajaran praktikum Dalam pembelajaran praktikum diperlukan
prosedur yang disusun secara logis dan sesuai untuk melatih ketrampilan, agar tujuan
benarbenar dapat tercapai. Metodologi praktikum Metode praktikum mencakup
semua kegiatan yang harus dipelajari dalam praktikum, seperti: menganalisis
problema, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan,
dan menarik kesimpulan. Pada akhir studi mahasiswa harus memiliki semua
ketrampilan itu. Ini berarti bahwa ketrampilan-ketrampilan itu selama proses
pembelajaran harus mendapat perhatian secara bertahap dan teratur. Mahasiswa harus
melakukan tugas-tugas praktikum secara berangsur meningkat dalam kesukaran dan
kerumitan. Dengan tugas-tugas tersebut mahasiswa melatih diri. Dalam berlatih
mahasiswa akan memerlukan petunjuk-petunjuk yang heuristik (Dikti, 1982)
19
Penyusunan tugas problema
Suatu tugas praktikum harus mencakup suatu problema pada tingkat kemampuan
mahasiswa, yang memungkinkan melatih semua ketrampilan yang penting dalam
praktikum tersebut. Kemampuan mahasiswa berbeda maka suatu tugas tidak dapat
sesuai untuk semua mahasiswa. Karena itu, para asisten harus menyesuaikannya,
misalnya suatu tugas dapat dibuat lebih mudah atau lebih sukar.
Organisasi praktikum
Praktikum harus berhubungan dengan teori yang sudah dipelajari, yang bertujuan
untuk mendalaminya. Untuk mengikuti sesuatu praktikum sebaiknya ada persyaratan
seperti sudah lulus kuliah-kuliah yang berhubungan dengan praktikum tersebut.
Karena itu dimungkinkan tidak perlu mengadakan ujian masuk praktikum. Tugas
praktikum harus sedemikian sehingga dapat diselesaikan dalam beberapa perioda
praktikum. Per perioda praktikum (4 jam), diharapkan mahasiswa bekerja sendiri
sekitar 1,5 jam untuk persiapan, perhitungan atau laporan. Karena itu bagian
persiapan, bagian diskusi kesalahan dan ketelitian dan bagian pembuatan laporan
harus dilakukan selama praktikum. Hal ini penting terutama pada tingkat studi yang
rendah.
Bimbingan pada praktikum
Pelaksanaan praktikum memerlukan sesuatu organisasi yang baik dan cara bimbingan
yang tepat, sehingga mahasiswa dapat belajar dari kesalahannya. Terutama
bimbingan harus diarahkan agar mahasiswa sibuk secara sadar. Bimbingan hanya
akan berjalan baik, bila kelompokmahasiswa tidak terlalu besar. Untuk kebanyakan
praktikum bimbingan ini tidak dapat diserahkan kepada asisten-mahasiswa. Dari segi
20
efisiensi proses pendidikan, seorang dosen akan lebih baik membimbing praktikum
dan menulis teorinya dalam diktat daripada memberi kuliah dan menyerahkan
praktikum pada asisten-mahasiswa. Bila dipakai asisten-mahasiswa haruslah mereka
dilatih sebaik-baiknya. Baik dosen maupun asisten haruslah mengadakan persiapan
yang cukup untuk mengemban tugas sebagai pembimbing. Sebagai seorang
pembimbing ia harus pernah melakukan sendiri tugas-tugas praktikum sebelumnya
dan memikirkan cara-cara pemecahan alternatif. Di samping itu ia harus pula
mengusahakan dan menyediakan informasi mengenai teori dan alat dalam bentuk
tulisan, sehingga ia dapat mencurahkan perhatian sepenuhnya pada tugas yang
sebenarnya yaitu membimbing dan mengarahkan proses belajar para mahasiswa.
Petunjuk untuk pembimbing dapat diringkas sebagai berikut:
1. Persiapkan dengan baik; kerjakan tugas/percobaan dan pikirkan alternarif
pemecahannya.
2. Persiapkan bahan tertulis yang dapat mengarahkan mahasiswa yang mengalami
kesulitan dengan suatu tugas. Bahan tertulis tersebut diberikan bila perlu.
3. Aturlah agar mahasiswa mempersiapkan diri; berikan bahan orientasi yang terarah
dan soal-soal yang dapat diselesaikan sebelumnya.
4. Bimbinglah mahasiswa secara perorangan; jangan memberikan kuliah lisan
kepada kelompok mahasiswa.
5. Bimbinglah kelompok mahasiswa yang sama selama beberapa minggu berturut-
turut, supaya dapat memperhatikan dan dapat menghilangkan kelemahan-
kelemahan mahasiswa langkah demi langkah.
6. Ingat bahwa waktu sangat terbatas: kalau ada 10 mahasiswa, berarti hanya
tersedia 6 menit per orang per jam.
7. Gunakanlah waktu itu supaya ada kontak singkat berulang kali; tidak satu kali 6
menit tetapi 3 kali 2 menit.
8. Ingatlah bahwa mahasiswa takut memperlihatkan kelemahan; karenanya sebutkan
juga titik yang positif.
21
9. Perhatikan cara kerja mahasiswa, pertama apakah sesuai dengan metode, baru
kemudian apakah benar sesuai bidang ilmu.
Lebih khusus pada cara kerja harus diperhatikan:
10. Analisis tugas: sering mahasiswa terlalu cepat menyusun rencana pengukuran
tanpa menelusuri terlebih dahulu kriteria apa yang harus dipenuhi.
11. Rencana tugas: belajar merencanakan kegiatan harus sedemikian sehingga dalam
waktu yang telah ditetapkan dapat diperoleh hasil-hasil yang berarti. Hal ini harus
diajarkan dari permulaan.
12. Percobaan : kegiatan melakukan suatu pengukuran cepat/ kualitatif yang mungkin
untuk memperoleh gambaran merupakan suatu cara penting.
13. Penelitian literatur harus dimasukkan dalam percobaan dari awal secara tahap
demi tahap. Bimbingan bagaimana mencari data dari literatur, dan bagaimana
caranya menggunakan buku-buku petunjuk, majalah dan brosur, harus diberikan.
14. Pengukuran. Pengukuran dengan ketelitian yang dikehendaki lebih penting
daripada pengukuran seteliti mungkin. Misalnya kalau pengukuran dikehendaki
dengan ketelitian dua bilangan di belakang koma (10,25) tidak perlu kita megukur
sampai empat bilangan di belakang koma (10,2514), atau memilih alat dengan
ketelitian yang baik.
15. Kebenaran dan ketelitian data dan kesimpulan harus selaludilaporkan secara
eksplisit.
16. Penulisan buku catatan kegiatan harian, berisi pemikiran percobaan, dan
sebagainya merupakan suatu keharusan. Buku catatan kegiatan harian ini harus
memenuhi kriteria sedemikian sehingga penulis atau pembaca dapat membaca
kembali, apa yang ia melakukan dan mengapa ia lakukan percobaan dengan cara
itu.
22
Penilaian praktikum
Di dalam praktikum, penilaian dapat digunakan untuk memenuhi berbagai fungsi.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan bentuk penilaian yang sangat informal oleh
asisten. Bentuk penilaian yang lain ialah penilaian sikap awal. Telah dikemukakan
bahwa tugas-tugas biasanya harus mempunyai hubungan dengan teori yang telah
dibahas sebelumnya. Untuk mendorong agar mahasiswa mempelajari kembali bahan
pelajaran, mempersiapkan diri dengan baik dan untuk memeriksa apakah mahasiswa
cukup mengetahui bahannya untuk dapat turut ambil bagian secara bermakna dalam
praktikum, dapat diadakan suatu ujian awal. Ujian ini harus segera dinilai dan bila
tidak memenuhi persyaratan, mahasiswa harus segera diberi tugas. Tugas yang
seharusnya dilakukan dapat berupa mempelajari kembali sebagian dari teori atau
tidak diperkenankan mengikuti praktikum. Dengan ujian ini dapat diatur supaya
23
mahasiswamahasiswa yang kurang rajin tidak meminta waktu terlalu banyak dari
dosen/asisten. Ada juga bentuk penilaian yang didasarkan atas penilaian sikap akhir.
Pada penilaian ini perlu ditelusuri apakah tujuan telah tercapai. Penilaian itu harus
dilakukan pada akhir praktikum dan ada dua konsekuensinya. Pertama untuk
mahasiswa: suatu penilaian negatif berarti bahwa ia harus melakukan kegiatan belajar
tambahan, kadang-kadang juga ia harus mengulangi praktikumnya. Konsekuensi
kedua ialah terhadap pendidikan, bila banyak mahasiswa tidak memenuhi syarat
berarti, bahwa pendidikan tidak menuntun mahasiswa tersebut ke arah tingkatan yang
dikehendaki.
Mungkin prosedur pendidikan harus diperbaiki. Mungkin pula seleksi
sebelumnya tidak benar sehingga mahasiswa-mahasiswa yang tidak mampu turut
ambil bagian. Untuk penilaian yang sumatif ini, kita tidak mengindahkan sikap
mahasiswa selama praktikum. Bila dia dapat membuktikan tercapainya tujuan-tujuan
praktikum, misalnya terhadap suatu tugas akhir yang representatif, dia akan lulus.
Untuk menghindarkan suatu tugas yang tidak cukup representatif, kita dapat
menggunakan berbagi tugas, unruk menguji ketrampilan yang berbeda atau dapat
juga yang sebagian sama. Dengan ini dapat pula dihindari pengaruh-pengaruh yang
tidak dikehendaki, seperti kondisi badan mahasiswa pada hari itu. Di samping itu
dapat pula diminta beberapa penilai untuk memberi penilaian. Ini berarti bahwa kita
menilai berdasarkan satu tugas yang ditempatkan pada akhir suatu praktikum dan
mahasiswa-mahasiswa dinilai oleh dosen atau asisten yang tidak membimbingnya
selama praktikum.
2. Bidang Penelitian
Penelitian merupakan aktifitas yang harus ada di setiap perguruan tinggi.
Mula-mula sebagai latihan dan secara bertahap dituntut kemanfaatan dari hasil
penelitannya. Dari waktu ke waktu jumlah permintaan dana penelitian ke
pemerintah bertambah sehingga harus dilakukan seleksi atau pengiiliran pemerian
24
dana. Dari titik waktu tersebut terjadi mekanisme persaingan untuk mendapatkan
dana dengan pengajuan proposal penelitian yang sebaikbaiknya.
Sementara itu, dari pihak pemberi dana terjadi pula peningkatan kerja
secara kualitatif maupun kuantitatif. Dana penelitian makin besar serta
dikembangkan kriteriakriteria bagi pekerjaan penelitian yang akan dibiayai. Suatu
mekanisme peningkatan performansi kerja telah terjadi dan berjalan baik namun
untuk selanjutnya diharapkan perguruan tinggi dapat menyelenggarakan
penelitiannya sendiri. Hal ini telah dirintis oleh DIKTI dengan program “Program
Relevancy Fund” atau PRF sebagai sarana transisi untuk nantinya terjadi kerja
sama perguruan tinggi – industri lokal.
Dari pemantauan di lapangan (di perguruan tinggi penyelenggara
penelitian) ditemukan bermacam permasalahan antara lain jadwal yang terlewat,
hasil akhir yang kurang tepat dll. Dipandang pada segi itu maka penerapan konsep
kualitas akan banyak memperbaiki sistem keseluruhan. Bagi pihak perguruan
tinggi:
Mecari objek riset yang praktis, aplikabel dan benar dikuasai
Berusaha mendapatkan hasil penelitian yang bersaing baik di pasaran
Produk dengan spesifikasi sebaik-baiknya serta kerja efektif dan efisien.
Keuntungan yang sebanyak-banyaknya dapat pula diperoleh dalam bentuk
pengalaman, terjalinnya hubungan dengan masyarakat industri, peningkatan
kualitas staf yang berdampak pada bidang pendidikan, kemungkinan penciptaan
tugas-tugas akhir serta ide bagi produk-produk serupa. Hal-hal seperti ini juga
diharapkan oleh pihak DIKTI untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga
perguruan tinggi tersebut dapat mandiri.
Bagi perguruan tinggi yang telah melakukan kerja sama dengan
masyarakat industri/pemerintahan maka keuntungan dana dapat di distribusikan
untuk lebih meningkatkan kinerja kerjanya yang juga berdampak positif bagi
kegiatan pendidikan maupun penelitian serta pelayanan masyarakat. Sebagai
contoh adalah pembelian instrumentasi atau peralatan untuk kepentingan
25
penelitian yang dapat digunakan pula oleh para mahasiswa dalam penyelesaian
tugas akhirnya ataupun oleh bidang pelayanan masyarakat dalam penugasannya.
Harus diusahakan:
Kerjasama pertama, teknis berhasil baik dan berkesan
Kesan kerjasama yang harmonis
Partner merasa memerlukan dan yakin akan dapat terpenuhi kebutuhannya
Gambar 4 memperlihatkan faktor-faktor yang berpengaruh atas
penampilan sub-sub bidang penelitian (riset). Faktor-faktor inilah yang perlu
dimonitor maupun di kembangkan bagi kepentingan peningkatan performansi
kerja bidang penelitan dalam rangka pelaksanaan TRI-DHARMA.
Menuju kondisi tersebut maka penerapan kualitas akan sangat
membantu, mulai dari penetapan definisi permasalahan atau spesifikasi
produk yang diinginkan, cara penyelesaian, rancangan, prosedure dan proses
penyelesaian pekerjaan hingga produk akhir dengan spesifikasi yang sesuai
dengan spesifikasi kontrak.
Selama pekerjaan berlangsung dilakukan monitoring atas cara kerja,
urutan, bahan yang dipakai dll, serta pekerjaan koreksi atas hal-hal yang
dianggap tidak pembawa pekerjaan ke produk akhir yang diinginkan atau bila
26
dianggap cara yang sedang berjalan cenderung tidak efisien, Temuan-temuan,
koreksi-koreksi yang dilakukan di dokumentasikan secara rapih dan dipelajari
agar tak terjadi pengulangan atas cara penyelesaian pekerjaan serupa. Untuk
itu, ada kegiatan monitoring saat penyelesaian pekerjaan sedang berjalan.
3. Bidang Pengabdian Masyarakat
Kegiatan pelayanan masyarakat ini tidak selalu berdasar pada berapa
keuntungan financial yang dapat diperoleh. Sebagai contoh dapat dikemukakan
pengadaan dan pemasangan station bumi kecil untuk merelay siaran TV pada
lokasi-lokasi yang tak terjangkau oleh station relay resmi yang ada, pembuatan
sumur artesis teknologi tepat guna untuk daerah pedesaan yang jauh dari sumber
air dll. Sementara itu dipihak lain perguruan tinggi diminta kemandiriannya dalam
memenuhi kebutuhan aggaran bagi operasi, pemeliharaan dan pengembangannya.
Untuk itu, maka bidang pelayanan masyarakat dengan dukungan keahlihan para
staf serta fasilitas yang dipunyainya dapat di berdayakan untuk mengatasi
masalah kebutuhan dana tersebut.
27
Gambar 5 memperlihatkan faktor-faktor yang mennetukan tingkat nilai
performansi kegiatan bidang pelayanan masyarakat dalam rangka TRI-
DHARMA. Untuk meningkatkan performansi kegiatan maka faktor-faktor
yang bersangkutan hendaknya diperbaiki. Suatu koordinasi perlu dijalin untuk
menghindarkan terjadinya penurunan kemampuan akibat adanya langkah
perbaikan suatu faktor pada kegiatan lain.
Contoh Sistem Monitoring
1. Monitoring pelaksanaan perkuliahan
2. Monitoring pelaksanaan praktikum
Sebagai contoh, dalam bidang pendidikan untuk pelaksanaan praktikum
yang baik perlu di pertanyakan hal-hal berikut:
- Apakah telah dilakukan responsi cara pelaksanaan praktikum sebelumnya.
- Apakah responsi diberikan oleh pengajar yang bersangkutan.
28
- Apakah ada test awal sebelum praktikum, mengenai materi praktikum.
- Apakah tiap anggota dalam grup praktikum tersebut aktif.
- Apakah ada tugas seselai praktikum.
- Siapa pengawas dan asisten praktikum (dosen yunior, mahasiswa senior,
karyawan).
29
D. Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Mendukung Disiplin Nasional
GBHN 1993 telah menetapkan sasaran umum PJP II ialah terwujudnya
kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam
suasana tentram, sejahtera lahir dan batin dalam tata kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Selanjutnya GBHN juga mengamanatkan bahwa pembangunan
pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta
kualitas sumber daya manusia dan memperluas serta meningkatkan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan termasuk pendidikan di daerah terpencil,
sehingga bangsa Indonesia lebih siap memasuki tahap tinggal landas dan lebih
tangguh memasuki area kebangkitan kebangsaan nasional kedua.
Dengan demikian potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap perguruan tinggi
dapat dikembangkan sepenuhnya, termasuk pemanfaatan, pengembangan, dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan dilandasi pada 4 strategi
kualitas pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan dengan pembangunan, dan
peningkatan efisiensi internal serta efektivitas pengelolaan pendidikan. Namun
demikian perlu diperhhatikan juga agar upaya pemerataan tidak menurunkan daya
saing pendidikan tinggi nasional terhadap dunia luar dalam era globalisasi yang
berada di ambang pintu.
GBHN 1993 juga menegaskan bahwa Pendidikan Tinggi harus terus
dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional serta
kemampuan kepemimpinan yang tanggap terhadap kebutuhan pembangunan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Disamping itu, juga mampu melahirkan manusia yang berjiwa penuh
pengabdian, dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan
30
bangsa dan negara. Misi khusus pendidikan tinggi adalah (1) mempersiapkan
kader pemimpin bangsa dan (2) menyiapkan sumberdaya manusia yang
berkemampuan lanjut di masa depan atau dengan wawasan kepemimpinan dan
wawasan keunggulan.
Wawasan kepemimpina dengan ciri (a) orientasi ke masa depan, (b)
landasan pola pikir ilmiah, (c) landasan pola kerja yang efektif dan efisien.
Wawasan kepemimpinan harus mampu mengembangkan tiga hal wawasan
nasional, visi bangsa dan kemampuan kepemimpinan. Oleh sebab itu tantangan
utama bangsa kita yaitu bagaimana meningkatkan kualitas SDM?
Sistem Pendidikan
Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan Pendidikan Nasional adalah unutk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, terampil, berdisiplin, beretos
kerja, profesional, bertanggungjawab, dan produktif serta sehat jasmani dan
rohani serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebanggaan.
Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan
mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai
jasa para pahlawan, serta berorientasi pada masa depan.
31
Tujuan Pendidikan Tinggi
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, tujuan pendidikan di
tingkat perguruan tinggi seperti Universitas dan Institut ialah:
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/ atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/
atau kesenian.
2. Mengembangkan dan memnyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan
taraf kehidpan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan pendidikan tinggi berpedoman
kepada:
a. Tujuan pendidikan nasional
b. Kaidah, moral dan etika ilmu pengetahuan
c. Kepentingan masyarakat, serta memperlihatkan minat, kemampuan dan
prakarsa pribadi.
Perguruan Tinggi
Pada setiap perguruan tinggi ada tiga unsure yang perlu mendapat perhatian.
1. Wilayah, dalam hal ini adalah kampus universitas
2. Unsure pemerintah, dalam hal ini adalah tenaga edukatif dan non edukatif,
dan
3. Mahasiswa, sebagai masyarakat terbesar di lingkungan kampus.
Ketiga unsur ini tidak boleh bertentangan, bila ketiga unsure ini terintegrasi dan
harmonis, maka suasana/ lingkungan akan sangat menolong perguruan tinggi dalam
32
mengelola perguruan tinggi dengan misi mempersiapkan sumber daya manusia yang
mempunyai jati diri.
Dalam pelaksanaan pendidikan, perguruan tinggi dipengaruhi oleh beberapa factor,
sebagaimana diperlihatkan Gambar 1.
33
Dalam hal ketiga komponen tadi (Gambar 1) berkaitan dalam proses pendidikan.
Ketimpangan dalam satu komponen akan mempengaruhi proses pendidikan.
Dalam mencapai tujuan pendidikan tinggi, keterkaitan antara landasan dan strategi
pembangunan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar ini memperlihatkan bahwa ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut
saling keterkaitan satu sama lainnya. Kepincangan dalam salah satu dharma jelas
akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan tinggi.
Tri Dharma Perguruan Tinggi
Dharma Pendidikan dan Pengajaran
Dalam kaitannya dengan pengembangan dharma pendidikan dan pengajaran
(akademik), ada beberapa masalah yang akan timbul, yaitu:
1. Kurikulum perguruan tinggi yang berlaku pada saat ini dirasa belum
menjawab tantangan global yang memerlukan sumber daya manusia yang
unggul. Masih rendahnya tingkat keterpaduan antara kegiatan kurikuler dan
ekstra kulikuler sehingga menimbulkan in efisiensi.
2. Kondisi perangkat keras dan lunak di perguruan tinggi yang sudah tidak
memadai untuk mendukung proses pendidikan sumber daya manusia yang
berkualitas.
3. Lemahnya tingkat koordinasi dan keterpaduan antar lembaga yang
bertanggungjawab dalam dunia pendidikan.
4. Pengaruh globalisasi yang tidak dapat dihindarkan
5. Belum terciptanya iklim yang kondusif agar gagasan dan pendapat benar-
benar didasarkan atas pemikiran rational yang didukung oleh bukti yang bias
diinjau kebenarannya.
34
6. Masih timpangnya komposisi keahlian antara ilmu soaial dan saintek
Pembahasan
1. Bertitik tolak pada tujuan Pendidikan Tinggi maka kurikulum perlu terus
dikembangkan secara dinamis dengan memperhatikan kepentingan dan
keunggulan komparatif daerah serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pengembangan ilmu pengetahuan perlu diarahkan untuk mendukung
penguasaan berbagai disiplin ilmu pengetahuan secara mendalam serta
mendorong pengembangan berbagai ilmu yang berkaitan langsung dengan
pengembangan Iptek untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
Disamping pengembangan program yang berkaitan dengan kurikulum,
pengembangan program kemahasiswaan diharapkan agar hasil pendidikan
tinggi memiliki jiwa kepemimpinan, berdedikasi tinggi, memiliki ketahanan
fisik dan mental serta senantiasa menjadi makhluk yang mengabdi dan
berbakti kepada Tuhan.
2. Dalam upaya membawa mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
kegiatan pendidikan perlu menyiapkan dan penggunaan sarana dan prasarana
yang sesuai Perpustakaan, laboratorium, media pengajaran, teknologi
pendidikan dan fasilitas-fasilitas lainnya dikembangkan dan disebarluaskan
untuk membantu terselenggaranya program pendidikan yang efektif dan
efisien. Disamping itu keterampilan dosen dalam proses belajar mengajar,
secara berencana dan berkesinambungan perlu ditingkatkan, sihingga transfer
ilmu dapat berjalan secara optimal.
Dalam kondisi ini suasana pengajaran yang dialogis lebih ditonjolkan,
sehingga komunikasi dua arah bias berjalan dengan baik.
3. Keunggulan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas kepakaran
SDM yang berkemampuan lanjut. Mereka diharapkan mampu melakukan
35
penelitian yang mendasar dan mendalam baik dalam rangka pengembangan
IPTEK maupun dalam rangka pemecahan masalah pembangunan.
4. Salah satu unsure dalam pendidikan dan pengajaran di PErguruan Tinggi
adalah Mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh
perguruan tinggi melalui suatu proses transformasi, mahasiswa disiapkan
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
professional serta kepemimpinan yang tanggap terhadap kebutuhan
pembangunan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berjiwa penuh pengabdian, memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap
masa depan bangsa dan Negara.
Disamping dari filsafat pancasila, jati diri mahasiswa adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa adalah ciptaan Tuhan
2) Mahasiswa didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
3) Mahasiswa Indonesia merupakanunsur yang tidak terpisahkan dari Negara
dan bangsanya.
4) Manusia yang mampu menghargai pendapat orang lain.
5) Mancita-citakan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.
6) Pengabdi dan pengembang kebenaran.
5. Dalam rangka memenuhi kebutuhan industrisasi dan meningkatkan daya saing
bangsa menghadapi ekonomi pasar yang makin terbuka.
Kebijaksanaan
Dalam menuangkan beberapa kebijaksanaan strategi untuk meningkatkan
kemampuan akademis maka dipergunakan beberapa asas sebagai berikut:
- Peningkatan kemampuan akademis. Pendidikan meupakan baian yang
terpadu dari upaya pertumbuhan PErguruan Tinggi dengan selalu menjaga
stabilitas kampus.
- Berorientasi ke masa depan dan kepentingan bangsa
36
- menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Berdasarkan masalah-masalah yang ada dalam suatu Perguruan Tinggi dan dengan
memperhatikan tantangan global dari asas di atas diusulkan beberapa kebijakan
sebagai berikut:
1. Perguruan Tinggi secara khusus perlu menentukan muatan-muatan local
sesuai dengan ketentuan dalam kurikulum nasional sesuai keunggulan
komperatif dan pengembangan daerah. Perlu lebih dikembangkan kegiatan
extra kurikuler sesuai Pola Pengembangan Kemahasiswaan agar terbentuk
figure hasil didik: manusia analisis, kritis, inovatif, rasional yang diperlukan
oleh kepemimpinan masa depan
2. Strategi, pendidikan hendaknya diarahkan kepada:
1) Sarana, prasarana dan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan (terutama
pengetahuan dasar) perlu makin didaya gunakan dan ditingkatkan secara
bertahap.
2) Perlu ditingkatkan kerjasama antar lembaga, serta menciptakan hubungan
yang saling mengisi.
3) Perlu ditingkatkan jumlah lulusan S2, S3 dan Guru Besar disamping
pendidikan0pendidikan lain dalam bidang pengajaran.
Dengan demikian, dunia pendidikan tinggi benar-benar semakin dapat
dikembangkan sebagai sumber penyediaan tenaga ahli yang berkualitas tinggi.
3. Menanamkan jati diri civitas akademika melalui berbagai kegiatan dengan
tujuan akhir menciptakan peserta didik berjati diri sebagai bangsa Indonesia.
Perlunya para ilmuan IPTEK di Perguruan tinggi khususnya memiliki
semangat tinggi menjemput penguasaan perkembangan IPTEK agar mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam menghadapi globalisasi dan
perlunya para pakar pendidikan dan pakar ilmu social melakukan pengkajian
37
dan pengajaran dalam rangka menangkal pengaruh nilai-nilai baru yang
negative dengan pesatnya perkembangan IPTEK di bidang informasi yang
mengglobal.
Dharma Penelitian
Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan
pada perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar
akademik serta otonomi keilmuan (UU No 2 Tahun 1989)
Penelitian merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan
empirik, teori, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang
memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.
Masalah dan Situasi Lingkungan
1. Kemampuan dasar
Kemampuan dasar untuk meneliti masih bervariasi, hal ini disebabkan karena
jenjang pendidikan yang dicapainya berbeda-beda.
Kesempatan untuk mengadakan penilitian sering terhambat oleh tugas-ugas
sepertii beban beban tugas mengajar yang masih cukup besar.
2. Peluang
Keterbatasan memperoleh kesempatan mengajukan proposal yang disetujui,
dapat mengurangi dorongan untuk mengajukan proposal penelitian
selanjutnya.
Tawaran mengajukan proposal penelitian antara penilitian social dan non
social belum berimbang.
3. Dana
Sumber dana yang ada di perguruan tinggi maupun di PKTI tersedia terbatas
4. Keterbatasan fasilitas, baik sarana prasarana di beberapa perguruan tinggi
kurang mendukung kegiatan penelitian.
38
Pemecahan Masalah
Di dalam usaha menumbuhkan terciptanya pemerataan dalam arti perluasan kegiatan
penelitian, peningkatan mutu serta pelaksanaan yang efisien, efektif produktif dan
relevan perlu diambil beberapa langkah operasional antara lain:
1. Kemampuan untuk melaksanakan kegiatan penelitian tidak hanya terbatas
pada tingkat kemampuan intelektual namun mencakup kemauan, kesediaan
dan memegang etik ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu perlu adanya kesempatan dan dorongan untuk meningkatkan
jenjang pendidikan bagi para dosen dan mengadakan atau mengikutsertakan
dalam berbagai latihan, kursus penilitian baik yang diadakan oleh perguruan
tinggi sendiri maupun program kerjasama atau bantuan seperti yang dilakukan
dalam bentuk PAU di beberapa perguruan tinggi.
2. Perlu adanya dorongan (motivasi) dari pimpinan kepada dosen muda untuk
melakukan penelitian.
3. Meningkatkan peran atau aktivitas lembaga penilitian di masing-masing
perguruan tinggi.
4. Adanya keseimbangan dalam melaksanakan tugas Tri Dharma.
5. Perlu adanya kebijakan dan pembuat keputusan untuk memberikan
kesempatan yang lebih banyak kepada dosen muda atau perguruan-perguruan
tinggi di daerah.
6. Meningkatkan jumlah dana yang dapat dikelola oleh perguruan tinggi atau
usaha-usaha pemberian dari Dikti dan bantuan dari instansi lain maupun
masyarakat.
7. Kegiatan-kegiatan penelitian hendaknya dapat dilanjutnya atau dikembangkan
atau menghindarkan penelitian yang terpotong-potong.
8. Perlu adanya hasil penelitian yang dapat disebarluaskan kepada beberapa
perguruan tinggi. Hal ini diharapkan dapat menghindarkan penelitian yang
berulang-ulang dan sebaiknya penelitian yang telah dilakukan, hasilnya dapat
39
dijadikan acuan penelitian lebih lanjut baik untuk dirinya sendiri maupun
orang lain.
9. Pelu adanya peningkatan fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
perguruan tinggi yang memiliki keterbatasan fasilitas dapat menggunakan
fasilitas perguruan tinggi yang lain.
10. Perlu adanya peningkatan kerjasama antar perguruan tinggi, sehingga warga
perguruan tinggi yang memiliki keterbatasan fasilitas dapat menggunakan
fasilitas perguruan tinggi yang lain.
11. Di kalangan mahasiswa di samping penelitian-penelitian membuat skripsi
perlu dikembangkan adanya sistem partisipasi dalam proyek-proyek penelitian
yang dilakukan oleh para dosen.
Dharma Pengabdian Pada Masyarakat
Pengabdian kepada masyarakat pada hakikatnya membantu masyarakat agar
masyarakat mau dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan
demikian azas pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan azas
kemanusiaan yang menekankan pada usaha pengembangan masyarakat
sebagai subjek pembangunan. Pengabdian kepada masyarakat harus dilandasi
pada kepercayaan dan kemampuan dan kekuatan masyarakat itu sendiri.
Bentuk-bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat
Ada beberapa bentuk pengabdian kepada masyarakat, antara lain:
1. Pengembangan Desa Binaan
Ada beberapa keuntungan pengembangan desa binaan antara lain,
dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, dapat melibatkan
berbagai disiplin ilmu, serta dapat memecahkan masalah secara tuntas.
2. Pelatihan di kampus dan luar kampus
40
Pelatihan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan akan mampu
dengan secara mengembangkan sumber daya manusia sesuai
kebutuhan
3. Local verifivation trial
Local verifivation trial akan mampu menyatukan kegiatan penelitian
dengan pengabdian masyarakat. Masyarakat dapat melihat secara
langsung cara menghasilkan suatu teknologi karena langsung
dilibatkan.
4. Pelaksanaan KKN
5. Dan lain sebagainya.
Masalah dan Kendala Pengabdian Pada Masyarakat
Beberapa masalah dan kendala dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat
antara lain:
1. Pelaksana yang merasa lebih dari masyarakat. Dosen maupun mahasiswa
yang melaksanakan pengabdian pada masyarakat sering mengganggap
masyarakat tersebut bodoh. Akibatnya terjadi pemaksaan pendapat dari dosen
dan mahasiswa kepada masyarakat.
2. Keragaman budaya yang berakibat perbedaan penilaian terhadap sesuatu atau
perilaku tertentu dari masyarakat setempat ataupun para pelaksana.
3. Kekurangtahuan pelaksana dalam berkomunikasi, sehingga dapat
menimbulkan kesalahpengertian antara masyarakat dan pelaksanadan dapat
berdampak negative terhadap program, masyarakat maupun pelaksana.
4. Kemiskinan dan kekurangtahuan masyarakat, sehingga sulit membangkitkan
motivasi untuk diajak maju bersama.
5. Kurangnya koordinasi antar dan dalam institusi pelksana
6. Keterbatasan dana
7. Kurangnya konstensi, evaluasi dan umpan balik dari pelaksana program.
41
Dengan memahami kendala yang ada dan yang telah disebutkan di atas,
seyogianyalah hal tersebut dijadikan tantangan dalam upaya mendidik diri
pelaksana sebelum dan selama program berjalan.
Pemecahan Masalah
Dengan tekad menjadikan kendala sebagai tantangan, maka dituntut para
pelaksana memahami dan mampu manajemen program dengan baik antara
lain melakukan studi pendahuluan, koordinasi dengan instansi terkait.
Tri Dharma Perguruan Tinggi dan Disiplin Nasional
Disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan
secara sadar dan ikhlas lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena
sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Disiplin di satu sisi adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan
tanggungjawab terhadap kehidupan tanpa pelaksanaan dari luar. Sikap dan
perilaku ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itulah yang benar, dan
keinsyapan bahwa hal itu bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Didalamnya terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang
menyesuaikan internet dan mengendalikan dirinya untuk sesuai dengaqn
norma, aturan, hokum, kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan social
budaya setempat. Di sisi lain disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku
dan tata hidup tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok
masyarakat. Dengan demikian disiplin berarti hukuman atau sanksi yang
berbobot mangatur perilaku manusia.
42
Sementara itu disiplin nasional adalah sikap mental seluruh warga dari suatu
bangsa yang tercermin dalam perbuatan dan perilaku pribadi/kelompok,
berupa kepatuhan dan ketaatan terhadap hokum dan norma kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilakukan secara
sadar dan ikhlas baik lahir maupun batin, sehingga tumbuh keyakinan bahwa
tujuan nasional hanya dapat dicapai disiplin nasional.
Dari uraian di atas dapat dimpulkan bahwa implementasi Tri Dharma
Perguruan Tinggi sangat relevan dengan gerakan disiplin nasional. Sebab,
sejak dini perguruan tinggi telah dituntut secara konskuwen membudayakan
disiplin.
Sivitas akademika perguruan tinggi senantiasa dituntut memahami, menyadari
dan melaksanakan disiplin pribadi secara ikhlas. Oleh karena itu dosen harus
memiliki budaya tertib, misalnya tertib memberikan kuliah sesuai dengan
kurikulum dan silabus yang ditentukan konsorsium. Sebagaimana telah
disinggung di atas agar dapat menjad dosen berhasil dituntut disiplin kerja
yang tinggi. Misalnya seorang dosen harus mempunyai budaya tertib
mengumpulkan “kredit point” untuk digunakan sebagai bukti prestasi ketika
akan naik pangkat. Demikian juga tertib menggunakan waktu dalam
memberikan kuliah sebab kelas dan rung yang sama dipergunakan secara
bergantian (antri).
Mahasiswa pun harus mengikuti kuliah dengan tertib, seperti datang tepat
waktu dan aktif kuliah minimal 75%. Dalam hal pengerjaan tugas terstruktur
dan mandiri seorang mahasiswa harus dapat melakukannya dengan tertib dan
menggunakan waktu yang tersedia secara professional. Sebab tugas-tugas
tersebut diserahkan sepenuhnya kepada mahasiswa apakah ia akan
melaksanakan atau tidak.
43
Dalam kehidupannya di kampus sivitas akademika harus mengamalkan
budaya bersih. Tanpa kesadaran bersama menjaga kebersihan, kampus tidak
akan menjadi lingkungan nyaman untuk mengamalkan tri dharma perguruan
tinggi. Sebagai contoh, dosen, pegawai dan mahasiswa kedokteran di
labolatorium harus memiliki budaya bersih. Jika tidak, maka tugas-tugas yang
akan dilakukan bisa terkendala atau malah menimbulkan bahaya. Dalam
pelaksanaannya budaya bersih ini tidak diawasi oleh siapapun kecuali oleh
pelaku/individu sendiri.
Dalam pada itu, budaya kerja di perguruan tinggi harus melembaga dan
memasyarakat dalam diri setiap individu sivitas akademika. Tanpa budaya
kerja yang melembaga dan memasyarakat sebuah perguruan tinggi akan gagal
menjalankan tri dharma yang diembannya. Di atas telah disinggung, tanpa
budaya kerja yang berdisiplin tinggi seseorang dosen atau pun mahasiswa
tidak akan mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa pengimplementasiakan tri dharma perguruan tinggi secara implicit
merupakan pengamalan budaya tertib, budaya bersih dan budaya kerja.
Meskipun demikian perguruan tinggi adalah bagian dari Sistem Pendidikan
Nasional, dan Pendidikan Nasional itu sendiri tidak terlepas dari
lingkungannya. Oleh sebab itu pembudayaan disiplin nasional dari lingkungan
perguruan tinggi tidak dapat berjalan sendiri. Dengan kata lain, masyarakat
perguruan tinggi pada satu sisi memang sangat dituntut berdisiplin tinggi
mengamalkan tri dharmanya. Tetapi pada sisi lain mereka tidak lepas dari
kondisi dan budaya masyarakat di luar perguruan tinggi.
Sebagimana telah dikemukakan di atas, bahwa pembangunan SDM di
Perguruan Tinggi mengenal tri dharma Perguruan Tinggi dan dalam
operasionalnya pendidikan tinggi kita mangamalkan sistem SKS, dimana
44
dosen dan mahasiswa secara relative diberi “kebebasan” mengatur cara dan
jam kerja melaksanakan tugasnya masing-masing. Tanpa disiplin pribadi yang
tinggi di kalangan sivitas akademika, maka adalah mustahil sebuah perguruan
tinggi mampu melahirkan alumni yang dapat dikategorikan sebagai SDM
berkualitas.
Sungguhpun sebuah Perguruan Tinggi telah melahirkan alumni yang
berkualitas dengan disiplin yang tinggi belum merupakan jaminan bahwa
alumninya akan menjadi anggota masyarakatnya yang berdisiplin tinggi,
apalagi menjadi penggerak disiplin dalam lingkungannya yang tidak atau
belum mempunyai disiplin.
Sebagai satu contoh seorang lulusan Perguruan Tinggi yang berhasil dengan
cum laude karena disiplin yang tinggi dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi
di AS. Dalamm waktu kurang dari 2 tahun dia berhasil memperoleh gelar
magister dengan cum laude pula. Akan tetapi setelah bekerja di satu
kantor/instansi yang tidak member penghargaan kepaha pegawai yang
disiplin, maka secara lambat atau cepat dia akan ikut menjadi pekerja yang
tidak disiplin, atau setidak tidaknya menjadi pekerja yang frustasi.
Sebaliknya seorang anak SMTA yang kurang berdisiplin, dengan kondisi
fisiknya yang bagus dan kemauan yang besar dia melamar masuk Angkatan
Bersenjata. Setelh lulus dan mengikuti pendidikan selama lebih 3 tahun dia
bekerja di kesatuannya yang penuh disiplin. Sudah barang tentu bukan hal
yang luar biasa jika di pun menjadi seorang prajurit atau perwira yang boleh
dinilai sebagai teladan dan berdisiplin.
45
Penutup
Sejalan dengan itu, dunia telah memasuki era globalisasi atau sering disebut
sebagai era pasca industry, tetapi pada waktu dan masyarakat yang sama
masih terdapat masyarakat yang hidup dalam para waktu dan masyarakat yang
sama masih terdapat masyarakat yang hidup dalam pra-agraris dan keadaan
seperti itu masih terdapat dalam masyarakat kita. Malahan dapat dikatakan
bahwa sebagian besar masyarakat kita masih belum mampu dan dapat
memasuki dan dibawa ke era globalisasi itu. Masyarakat kita memang telah
banyak yang mampu mengkonsumsi hasil industry, tetapi sebagu konsumen
masih banyak yang hidup dan berbudaya dalam sistem nilai agraris. Masih
banyak pula masyarakat kita yang telah bekerja di sector industry dan jasa
tetapi masih berfikir tradisional, belum senantiasa ingin berpretasi tinggi,
belum merasa perlu bekerja keras dan mempunyai disiplin. Padahal dalam era
globalisasi dan industrialisasi, suatu bangsa atau masyarakat harus memiliki
budaya disiplin, seperti disiplin dalam melaksanakan pekerjaan, menepati
janji, menjalankan peraturan dan disiplin dalam berlalu lintas.
Disiplin haruslah merupakan budaya bangsa yang penempatannya dimulai
sejak usia dini. Dimulai dari lingkungan keluarga, pendidikan formal,
pendidikan informal dan masyarakat.
Gerakan disiplin nasional yang dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 20 Mei 1995 ketika memperingati hari kebangkitan nasional yang lalu
hendaknya disahuti dengan serius, benar dan bersungguh sungguh.
Menyambut gerakan ini tidak cukup hanya dengan menyebarluaskan slogan-
slogan atau himbauan-himbauan. Tetapi hendaklah dilakukan usaha-usaha
yang serius, sungguh-sungguh, konsekwen dan terus menerus di semua aspek
kehidupan berbangsa.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
2. Engenereeng Educaion Development Project. Teaching Improvement
Workshop. Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gajah Mada. Pembelajaran di
Laboratorium. 2005.
4. Chairuddin. Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Mendukung
Disiplin Nasional. Universitas Sumatera Utara
47