mutu dalam tri dharma perguruan tinggi

69
TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Manajemen & Pengendalian Mutu dalam Pendidikan Kebidanan Disusun Oleh : (Kelompok 8) Fitria Nuraini Subandi (130104120005) Yunia Hendrawati (130104120008) Sadewi Rohayani (130104120014) Wida Nurul Isna (130104120024) Dea Agistiani (130104120026) Yuli Lismawati (130104120047) PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Upload: sadewirohayani

Post on 15-Feb-2015

122 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Manajemen & Pengendalian Mutu dalam Pendidikan Kebidanan

Disusun Oleh :

(Kelompok 8)

Fitria Nuraini Subandi (130104120005)

Yunia Hendrawati (130104120008)

Sadewi Rohayani (130104120014)

Wida Nurul Isna (130104120024)

Dea Agistiani (130104120026)

Yuli Lismawati (130104120047)

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

1

Page 2: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

A. Pengertian

Pada Undang-Undang No. 12 tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi,

BAB I Pasal 1, ayat:

9) Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma adalah

kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan, penelitian,

dan pengabdian kepada masyarakat.

10) Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah

secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang

berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang ilmu

pengetahuan dan teknologi.

11) Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang

memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk memajukan

kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

12) Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar.

B. Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Misi suatu perguruan tinggi tercermin dalam kegiatan Tri Dharma

Perguruan Tinggi-nya, sesuai dengan falsafah yang diamanatkan oleh pemerintah

bagi institusi yaitu:

1. Kegiatan dalam bidang Pendidikan

2. Kegiatan dalam bidang Penelitian

3. Kegiatan dalam bidang Pelayanan Masyarakat

Penilaian atas tingkat performansi suatu perguruan tiggi dapat diukur dari

tingkat keberhasilannya dalam mewujudkan tujuan yang terlebih dahulu telah

ditetapkan, dari ke 3 bentuk kegiatan tersebut. Pada awal masa kegiatannya

2

Page 3: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

dengan demikian masing-masing bidang kegiatan tersebut hendaknya telah

memiliki misi tujuan tertentu yang sejalan dengan misi perguruan tinggi.

Pada setiap permasalah yang ada, metoda penyelesaian termasuk urutan

kerja, prioritas, toleransi dan sebagainya akan berpedoman pada pernyataan misi-

tujuan tersebut.

Kebutuhan penerapan sistem mutu dalam manajemen pengelolaan ke 3

kegiatan, mulai dari penentuan misi tujuan atau sasaran kegiatan, tindakan koreksi

dan perbaikan pada tiap elemen kerja kegiatan hingga evaluasi keberhasilan misi

perguruan tinggi secara utuh. Dalam organisasi TRIDHARMA seorang staf

pengajar dapat berperan sekaligus dalam ke 3 kegiatan tersebut. Selain diperlukan

adanya kontrol atas keseimbangan kegiatan bagi para staf juga keseimbangan bagi

keberhasilan dari ke3 kegiatan tersebut. Sebaliknya, fasilitas perguruan tinggi

yang berupa instrument peralatan dan laboratorium juga digunakan pada ke 3

kegiatan tersebut sehingga suatu pengaturan bagi pemakainya perlu ditetapkan.

Suatu sistem pengawasan yang baik, juga untuk permasalahan lainnya harus

disertakan dalam pengelolaan mutu, jangan sampai kepentingan salah satu

kegiatan mengorbankan kegiatan yang lain.

Hal ini berlaku juga untuk tenaga non staf, mahasiswa/I, fasilitas

laboratorium serta bangunan-bangunan milik institusi termasuk ruang-ruang

seminar dengan peralatan, dan lain-lain yang memerlukan pula dana operasi dan

perawatan bahkan perlu lebih dikembangkan.

C. TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dalam TRI DHARMA harus ada

dalam koordinasi, mengingat adanya saling interaksi antar tiap kegiatannnya.

Diinginkan adanya keseimbangan kegiatan melalui pengerahan segenap daya dan

potensi yang dipunyai perguruan tinggi yang bersangkutan hingga ke 3 bidang

3

Page 4: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Dalam kegiatan TRI DHARMA berikut unsur-unsurnya berkembang sinkron. Hal

ini ekivalen dengan peningkatan kualitas perguruan tinggi.

Bagaimana kegiatan pengelolaan program TRI-DHARMA sangat

dipengaruhi oleh bagaimana pernyataan misi dan tujuan TRI-DHARMA.

Unsur-unsur dalam organisasi TRIDHARMA tidak lain adalah juga unsur

milik perguruan tiggi yang bersangkutan. Tingkat performansi kegiatan

bidang pendidikan akan dapat selalu diperbaiki dari tahun ke tahun

berikutnya. Menuju tercapainya mekanisme ini maka skenario atau

perencanaan kegiatan secara menyeluruh dengan mengikut sertakan faktor

penerapan mutu sebagai berikut:

4

Page 5: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

1. Bidang Pendidikan

Gambar 3 menyimpulkan parameter-parameter yang berpengaruh pada

nilai performansi kerja bidang pendidikan dari TRI-DHARMA perguruan

tinggi yang bersangkutan.

Perbaikan performansi kerja dari suatu sub bidang kegiatan kurikulum

dan manajemennya misalnya, dapat dilakukan melalui perbaikan faktor

kurikulum dan sylabusnya dan lain-lain. Untuk menampung keperluan

perubahan kecil materi suatu mata kuliah mungkin cukup hanya di tampung

dengan perubahan kecil pada sylabus mata kuliah yang bersangkutan.

Kegiatan Dalam Bidang Pendidikan (Di Kelas dan Laboratorium)

a. Pembelajaran di Kelas

PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) 

Visi, misi dan tujuan institusi dalam mengemban Tri Dharma

Perguruan Tinggi telah dijabarkan dalam visi dan misi pada tiap-tiap Program

Studi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan tindakan yang

5

Page 6: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

jelas dan spesifik, yang secara nyata dilaksanakan dalam proses belajar

mengajar (PBM). Proses belajar mengajar meliputi tridharma perguruan tinggi

dan proses pendukungnya. PBM ditentukan dengan memperhatikan visi, misi,

dan tujuan institusi, serta kebutuhan mahasiswa, dosen, staf, dan stakeholder.

Untuk menjamin kebutuhan semua stakeholder terpenuhi, pimpinan dan tim

koordinasi akademik menyusun proses belajar mengajar.

Kurikulum memberikan arah dan sasaran PBM bagi institusi, yang

sekaligus merupakan gambaran proses studi dan profil calon lulusan yang

diperlukan oleh stakeholder. Bagi mahasiswa, kurikulum sebagai ramuan

pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menjalani step-by-step

PBM secara keseluruhan dan menjadi bekal terjun ke dunia kerja. Bagi dosen,

kurikulum menjadi acuan untuk pengembangan kompetensi diri dan

kemampuan delivery PBM. Dalam upaya memberikan pemahaman tentang

bagaimana proses pembelajaran setiap mahasiswa mendapatkan Buku

Panduan Akademik (BPA) yang di dalamnya berisi tentang visi dan misi

pembelajaran tiap-tiap program studi, beserta kurikulum dan silabi tiap mata

kuliah, aturan akademik, norma akademik dan pedoman kehidupan kampus,

dan informasi layanan penunjang akademik seperti layanan perpustakaan,

registrasi of-line, dan sebagainya. Untuk mengawasi dan mengendalikan

PBM, institusi dan program studi menggunakan beberapa parameter

pengukuran dan indikator kinerja.

Indikator mutu dan kinerja yang ditetapkan mengacu kepada visi, misi,

dan tujuan yang ingin dicapai Program studi dan juga memperhatikan ukuran

yang ditetapkan oleh Dirjen Dikti dan BAN. Kontrol proses ini dilakukan

secara kontinu dan berkesinambungan. Kontrol dilakukan melalui beberapa

laporan yang dibuat secara berkala, seperti laporan Triwulan, Semesteran, dan

Tahunan. Untuk menjamin PBM agar berjalan sesuai dengan yang

diharapkan, institusi membuat struktur organisasi dan deskripsi tugas untuk

6

Page 7: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

melaksanakan tugas harian. Ketua Jurusan dibantu Ketu Program Studi ditiap-

tiap Program Studi yang bertanggung jawab memonitor pelaksanaan proses

PBM. Pemahaman dan sosialisasi aturan akademik dilakukan melalui rapat

jurusan. Untuk menjamin kesiapan staf pada PBM, setiap staf juga diberi

pemahaman tentang aturan akademik dan prosedur pelaksanaannya. Staf juga

diberikan kesempatan untuk meningkatkan kecakapan dan keterampilan

dalam bidang penunjang akademik melalui pelatihan-pelatihan.

Indikator utama dalam mengukur proses pembelajaran secara

keseluruhan ialah Indeks Prestasi Semester (IP) dan Indeks Prestasi Kumulatif

(IPK). Melalui SIM Akademik, IP dan IPK mahasiswa per semester atapun

rekap keseluruhan dapat dipantau secara mudah. Hal ini akan menjadi

masukan yang berguna bagi pihak pengelola, dalam hal ini masing-masing

Jurusan dan Program studi, untuk mengambil tindakan-tindakan yang

dianggap perlu jika terjadi suatu permasalahan. Selain menggunakan ukuran

prestasi mahasiswa, beberapa parameter juga digunakan untuk mengukur

tingkat keberhasilan PBM seperti :

1. Rata-rata lama studi lulusan

2. Kepuasan mahasiswa tentang proses belajar mengajar

3. Kepuasan orang tua mahasiswa

4. Kemampuan bahasa Inggris

5. Waktu tunggu rata-rata lulusan untuk bekerja

6. Kepuasan Pengguna Lulusan Upaya lain yang dilakukan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran adalah menyelenggarakan responsi.

Jadwal perkuliahan telah diatur secara menyeluruh oleh Bagian

Administrasi Akademik dimana untuk setiap mata kuliah telah disediakan slot

waktu untuk responsi. Untuk meningkatkan kinerja PBM dilakukan evaluasi.

Hasil evaluasi dijadikan masukan untuk memperbaiki proses yang akan

7

Page 8: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

datang. Masukan dari mahasiswa, dosen, staf, stakeholder dan partner dengan

menggunakan beberapa cara. Masukan dari mahasiswa diperoleh melalui

kuesioner yang disebar pada saat UTS, UAS dan Registrasi, juga pada saat

Wisuda. Dari stakeholders masukan dihimpun melalui informasi alumni dan

penelitian kepuasan stakeholders. Hasil pengukuran kinerja yang dilaksanakan

pada saat berjalannya proses digunakan sebagai parameter kontrol dalam

mengelola PBM. Pengambilan keputusan dalam hal pengelolaan proses

dilakukan melalui rapat rutin pimpinan Jurusan yang terdiri dari Ketua

Jurusan, Ketua Program Studi.

Evaluasi terhadap PBM secara garis besar dilakukan dengan dua cara.

Pertama evaluasi yang dilakukan pada saat proses berjalan, dan evaluasi pada

akhir pelaksanaan PBM. Dalam pelaksanaan evaluasi ini sudah ditetapkan

peraturan akademik yang bersifat umum untuk beberapa jenis evaluasi.

Evaluasi yang dilaksanakan pada saat berjalannya proses antara lain : quiz,

tugas, pertanyaan singkat, diskusi, dan sebagainya. Sedangkan untuk evaluasi

yang diselenggarakan pada akhir proses antara lain adalah : UTS, UAS,

kuesioner, dan sebagainya.

Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penyerapan dan

pemahaman materi pengajaran yang diberikan. Salah satu upaya untuk

mendapatkan umpan balik kualitas proses pembelajaran, dilaksanakan

pembagian kuesioner kepada seluruh mahasiswa, yang dilaksanakan dua kali

per semester bersamaan dengan pelaksanaan Ujian Tengah Semester dan

Ujian Akhir Semester. Hasil kuesioner ini menjadi salah satu bahan evaluasi

kinerja dosen dan sistem perkuliahan. Untuk menjamin terselenggaranya

proses pembelajaran yang adil dan akuntabel, dimulai dari proses penjaringan

calon mahasiswa yang dilakukan secara ketat

8

Page 9: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

b. Pembelajaran di Laboratorium

PERKEMBANGAN PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM

Penggunaan laboratorium untuk sarana pembelajaran di universitas

mulai diperkenalkan pada pertengahan abad sembilan belas dalam rangka

untuk mendukung meningkatnya jumlah mahasiswa yang mempelajari ilmu

pengetahuan alam dan teknologi. Pada awalnya praktikum dimaksudkan untuk

meningkatkan keahlian mahasiswa dalam pengamatan, dan meningkatkan

ketrampilan, serta sebagai sarana berlatih dalam menggunakan peralatan.

Beberapa penelitian membandingkan pembelajaran di laboratorium dengan

metode pembelajaran yang lain menunjukkan bahwa praktikum di

laboratorium lebih efektif untuk memperoleh kemampuan pengamatan dan

ketrampilan teknik, tetapi kurang efektif untuk pembelajaran ilmu

pengetahuan faktual, konsep, penelitian ilmiah, atau ketrampilan pemecahan

masalah. Selama dua puluh lima tahun belakangan ini selalu dilakukan

peninjauan kembali mengenai fungsi, kegunaan, dan metode dalam

pembelajaran di laboratorium. Pada diskusi-diskusi yang telah dilakukan

muncul beberapa keprihatinan, temuan, atau kendala yang perlu diperhatikan,

antara lain:

1. Tingginya biaya kerja di laboratorium membuat semakin sulit untuk

menyediakan fasilitas dan sumber daya yang memenuhi standar yang

diperlukan;

2. Adanya keterbatasan waktu dan banyaknya program kerja menyebabkan

kesulitan dalam menyusun silabus, baik dari segi kualitas maupun

kuantitas;

3. Laboratorium yang telah ada (konvensional) bekerja kurang efektif,

sehingga kurang mendukung proses pemahaman konsepkonsep

9

Page 10: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

perkembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan prinsip-prinsip ilmu

pengetahuan untuk penyelesaian persoalan.

Berdasarkan temuan dalam rangka peninjauan ulang terhadap proses

pembelajaran di laboratorium konvensional, dapat disimpulkan bahwa perlu

ditambahkan beberapa hal antara lain: kegiatan untuk meningkatkan

pengalaman dan kemampuan kognitif, mengurangi pekerjaan yang sifatnya

pengulangan, serta menyusun aktivitas-aktivitas yang hemat waktu.

Pembelajaran di laboratorium saat ini cenderung berubah dari cara dan peran

pengajaran menjadi lebih berorientasi pada pembelajaran mahasiswa secara

madiri (independent learning by students). Saat ini, pembelajaran di

laboratorium dimaksudkan untuk:

1. Pembelajaran ketrampilan sesuai dengan subjek praktikum

2. Pemahaman prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan tahap-tahap dalam

penelitian ilmiah

3. Mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah secara

sistematik.

4. Membina pengembangan sikap atau perilaku profesional, praktis, dan

komitmen.

TUJUAN DAN KEGUNAAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM

Dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat multi dimensi dalam

proses pembelajaran di laboratorium, maka pembelajaran di laboratorium

sangat efektif untuk mencapai tiga ranah secara bersama-sama, sebagai

berikut:

a. Ketrampilan kognitif yang tinggi

Berlatih agar dapat memahami teori

10

Page 11: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Berlatih agar segi-segi teori yang berlainan dapat diintregasikan

Berlatih agar teori dapat diterapkan pada permasalahan nyata

b. Ketrampilan afektif

Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri

Belajar bekerja sama

Belajar mengkomunikasikan informasi mengenai bidangnya

Belajar menghargai bidangnya

c. Ketrampilan psikomotor

Belajar memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan

Belajar memakai peralatan dan instrumen tertentu

KENDALA UMUM PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM

Beberapa penelitian melaporkan bahwa ada kecenderungan pembelajaran di

laboratorium untuk tujuan peningkatan ketrampilan tingkat rendah, hanya

mempelajari pengetahuan bagian permukaan atau pengetahuan dengan tingkat

pemahaman rendah terhadap hubungan antara teori dan praktik. Selain itu sering

dijumpai kebiasaan negatif yang dilakukan mahasiswa dalam pembelajaran di

laboratorium, biaya pelaksanaan yang tinggi, kurang efektifnya pemanfaatan biaya

karena rendahnya perhatian dosen dalam pelaksanaan kegiatan, dan tidak

sebandingnya fungsi praktikum terhadap jumlah waktu yang dicurahkan untuk

kegiatan tersebut. Beberapa kendala umum dan penyebab rendahnya mutu

pembelajaran praktikum di laboratorium, adalah sebagai berikut:

a. Sering kali praktikum di laboratorium menjadi sebuah kebiasaan karena

mahasiswa mengikuti petunjuk rutin dan tidak menggunakan kemampuan

berpikirnya.

b. Sering kali ada anggapan bahwa proses pembelajaran terjadi dengan

sendirinya jika mahasiswa diberi informasi. Hal ini tidak benar, karena

11

Page 12: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

pemahaman secara tuntas dalam proses pembelajaran diperlukan beberapa

faktor antara lain; waktu untuk belajar, pemikiran, keseriusan, komitmen, dan

ekplorasi aktif mahasiswa untuk memperoleh pengalaman tersebut. Oleh

sebab itu praktikum di laboratorium yang didominasi dengan instruksi oleh

dosen/instruktur akan menyebabkan sedikitnya jumlah mahasiswa yang mau

mengembangkan komitmen, pemikiran, dan eksplorasi aktifnya

(Ramsden,1992).

c. Potensi pembelajaran di laboratorium sangat tergantung pada program yang

disusun (konsep kunci), tetapi tingkat pemahaman dalam pembelajaran

praktikum sering kali terbatas pada pembelajaran di bagian luar di mana ilmu

pengetahuan ditempatkan di dalam unit isolasi dan tidak terhubung dengan

pembelajaran ilmu yang lainnya.

d. Bekal pengetahuan awal (pre-requisite knowledge) sebelum melakukan

praktikum adalah penting oleh karena itu bekal ilmu pengetahuan sebelumnya

yang tidak cukup menyebabkan mahasiswa sulit mengikuti proses

pembelajaran praktikum di laboratorium. Bila mahasiswa baru saat masuk

universitas memilikipengertian yang keliru tentang fenomena ilmiah dan tidak

mau menanggalkan pola pikir lama mereka, serta secara kaku mengikuti tata

cara pembelajaran yang terstruktur, maka hal ini cenderung menambah

kelangsungan ketidakesfisiensian pembelajaran di laboratorium. Oleh karena

itu kebebasan untuk merancang percobaan dan “menemukan” ilmu

pengetahuan baru di laboratorium menjadi menurun.

Hal lain sebagai penyebab rendahnya kualitas pembelajaran di laboratorium

adalah rendahnya dukungan fasilitas di laboratotium. Kualitas pembelajaran di

laboratorium merupakan penggabungan antara dukungan dan tantangan, secara

skematis dapat digambarkan sebagai berikut (Horabin and Williams, 1992):

12

Page 13: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

METODE PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM

Pembelajaran di laboratorium merupakan salah satu proses pembelajaran

melalui pendekatan pengalaman, karenanya para dosen/ instruktur perlu memberi

bimbingan kepada mahasiswa dalam melakukan praktikum agar mahasiswa dapat

mengungkapkan percobaan mereka secara kritis dan dapat menggali kemandirian

untuk menemukan sesuatu.

Gambar 2 menyatakan siklus pengalaman dalam proses pembelajaran:

13

Page 14: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Peran dosen/instruktur dan mahasiswa dalam memperoleh pengalaman dalam proses

pembelajaran dituliskan sebagai berikut:

14

Page 15: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahasiswa belajar sendiri dan

saling belajar dengan mahasiswa lain dalam tim. Meskipun secara prinsip dalam

pembelajaran di laboratorium mahasiswa belajar dengan cara mereka sendiri, tetapi

dosen menyediakan percobaan, tugas, instruksi, dan petunjuk pelaksanaan. Agar bisa

melakukan tugas tersebut, dosen perlu memiliki ketrampilan seperti yang dinyatakan

pada Tabel 1.

Tabel 1. Ketrampilan dosen dan kegunaannya dalam pembelajaran di laboratorium

15

Page 16: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Beberapa Cara Konvensional Pembelajaran di Laboratorium Secara umum cara

pembelajaran di laboratorium dapat dikelompokkan menjadi 5 jenjang yaitu: 1.

peragaan, 2. latihan, 3. penyelidikan terstruktur, 4. penyelidikan secara terbuka, dan

5. proyek. Penjenjangan ini didasarkan atas derajat ketersediaan informasi dan waktu

yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM

Menurut Brown and Atkins (1988) ada 5 kategori yang perlu diperhatikan dalam

peningkatan pembelajaran di laboratorium, yaitu:

16

Page 17: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

1. Tujuan atau sasaran

Tujuan dan sasaran dari setiap sesi praktikum perlu dirumuskan dengan jelas. Hal ini

untuk meminimasikan kemungkinan terjadinya suatu keadaan yaitu sasaran yang

kurang penting tercapai tetapi sasaran yang penting tidak tercapai.

2. Petunjuk pelaksanaan

Petunjuk/perintah pelaksanaan kegiatan harus jelas dan tidak membingungkan. Hal

ini harus dirancang agar mahasiswa dapat menangkap dengan jelas gambaran penting

tentang peralatan atau bahan-bahan yang diperlukan. Diagram alir (flow chart), pohon

keputusan, dan pernyataan tertulis yang dilengkapi dengan diagram yang jelas sangat

diperlukan untuk perintah-perintah yang kompleks.

3. Asisten laboratorium terlatih

Asisten laboratorium perlu terlatih sehingga mampu melaksanakan tugas dengan

baik. Tugas asisten laboratorium adalah membantu mahasiswa dalam melakukan

kegiatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk.

b. Menyelesaikan permasalahan yang muncul.

c. Mengatur peralatan.

d. Memeriksa fungsi peralatan

e. Mendapatkan, mengamati, dan mencatat hasil percobaan.

f. Mencatat metode atau hasil.

g. Menghubungkan hasil percobaan dengan dasar-dasar teori atau dengan hasil

percobaan lainnya.

Jadi, asisten laboratorium haruslah memahami percobaan dan terbiasa dengan

peralatan serta prosedurnya, sehingga bisa membantu mahasiswa. Dosen yang

bertanggung jawab dalam praktikum harus dapat membantu para asisten dengan

17

Page 18: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

menyediakan buku pedoman kerja laboratorium. Buku pedoman/panduan kerja

laboratorium tersebut harus menguraikan percobaan secara ringkas dan sebagai

petunjuk bagi asisten/pelaksana tentang apa yang harus dilaksanakan selama

melaksanakan kegiatan di laboratorium. Dosen sebaiknya juga meluangkan waktu

melatih asisten laboratorium untuk meningkatkan keahliannya/kemampuannya. Hal-

hal yang perlu diperkenalkan kepada para asisten agar asisten laboratorium

memperoleh keahlian yang berguna dalam kegiatan:

a. Mengamati mahasiswa dalam bekerja.

b. Mengantisipasi kesulitan umum dari proses pemahaman.

c. Mengenali kesulitan umum dari proses pemahaman.

d. Memberikan pandangan umum, menguraikan dengan jelas proses dan

prosedur praktikum.

e. Memberikan petunjuk/perintah.

f. Memberi pertanyaan untuk klarifikasi kesulitan dari proses pemahaman.

g. Memberi pertanyaan untuk mengarahkan mahasiswa ke seluruh aktivitas.

h. enjawab pertanyaan mahasiswa secara sederhana, langsung, dan dengan tidak

mengkritik.

i. Memberikan dukungan dan dorongan

j. Bertindak dengan tepat saat memberi bantuan ke mahasiswa.

4. Cara memfasilitasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode pembelajaran di laboratorium

sedapat mungkin membuat mahasiswa belajar mandiri dan saling belajar dengan

temannya. Banyak cara untuk memfasilitasi agar hal tersebut dapat tercapai. Fasilitas

yang disediakan ini sebaiknya secara eksplisit berisi tujuan percobaan, perintah yang

jelas, dan diagram carakerja yang jelas. Fasilitas tersebut dapat disajikan dalam

bentuk:

18

Page 19: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

a. Serangkaian slide untuk memperlihatkan proses, prosedur yang kompleks,

atau peralatan yang rumit.

b. Tape recorder berisi instruksi, penjelasan, dan cara penghitungan

c. Gambar di dinding untuk memajang instruksi, demonstrasi, dan deskripsi

peralatan.

d. Video untuk menyediakan instruksi, cara kerja peralatan, dan peragaan teknis

atau prosedur.

e. Program-program komputer untuk menjelaskan percobaan, menyediakan

petunjuk, untuk menggambarkan hasil hitungan, dan menulis pertanyaan-

pertanyaan.

f. Video interaktif untuk simulasi di laboratorium (video dan komputer).

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Rencana pembelajaran praktikum Dalam pembelajaran praktikum diperlukan

prosedur yang disusun secara logis dan sesuai untuk melatih ketrampilan, agar tujuan

benarbenar dapat tercapai. Metodologi praktikum Metode praktikum mencakup

semua kegiatan yang harus dipelajari dalam praktikum, seperti: menganalisis

problema, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan,

dan menarik kesimpulan. Pada akhir studi mahasiswa harus memiliki semua

ketrampilan itu. Ini berarti bahwa ketrampilan-ketrampilan itu selama proses

pembelajaran harus mendapat perhatian secara bertahap dan teratur. Mahasiswa harus

melakukan tugas-tugas praktikum secara berangsur meningkat dalam kesukaran dan

kerumitan. Dengan tugas-tugas tersebut mahasiswa melatih diri. Dalam berlatih

mahasiswa akan memerlukan petunjuk-petunjuk yang heuristik (Dikti, 1982)

19

Page 20: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Penyusunan tugas problema

Suatu tugas praktikum harus mencakup suatu problema pada tingkat kemampuan

mahasiswa, yang memungkinkan melatih semua ketrampilan yang penting dalam

praktikum tersebut. Kemampuan mahasiswa berbeda maka suatu tugas tidak dapat

sesuai untuk semua mahasiswa. Karena itu, para asisten harus menyesuaikannya,

misalnya suatu tugas dapat dibuat lebih mudah atau lebih sukar.

Organisasi praktikum

Praktikum harus berhubungan dengan teori yang sudah dipelajari, yang bertujuan

untuk mendalaminya. Untuk mengikuti sesuatu praktikum sebaiknya ada persyaratan

seperti sudah lulus kuliah-kuliah yang berhubungan dengan praktikum tersebut.

Karena itu dimungkinkan tidak perlu mengadakan ujian masuk praktikum. Tugas

praktikum harus sedemikian sehingga dapat diselesaikan dalam beberapa perioda

praktikum. Per perioda praktikum (4 jam), diharapkan mahasiswa bekerja sendiri

sekitar 1,5 jam untuk persiapan, perhitungan atau laporan. Karena itu bagian

persiapan, bagian diskusi kesalahan dan ketelitian dan bagian pembuatan laporan

harus dilakukan selama praktikum. Hal ini penting terutama pada tingkat studi yang

rendah.

Bimbingan pada praktikum

Pelaksanaan praktikum memerlukan sesuatu organisasi yang baik dan cara bimbingan

yang tepat, sehingga mahasiswa dapat belajar dari kesalahannya. Terutama

bimbingan harus diarahkan agar mahasiswa sibuk secara sadar. Bimbingan hanya

akan berjalan baik, bila kelompokmahasiswa tidak terlalu besar. Untuk kebanyakan

praktikum bimbingan ini tidak dapat diserahkan kepada asisten-mahasiswa. Dari segi

20

Page 21: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

efisiensi proses pendidikan, seorang dosen akan lebih baik membimbing praktikum

dan menulis teorinya dalam diktat daripada memberi kuliah dan menyerahkan

praktikum pada asisten-mahasiswa. Bila dipakai asisten-mahasiswa haruslah mereka

dilatih sebaik-baiknya. Baik dosen maupun asisten haruslah mengadakan persiapan

yang cukup untuk mengemban tugas sebagai pembimbing. Sebagai seorang

pembimbing ia harus pernah melakukan sendiri tugas-tugas praktikum sebelumnya

dan memikirkan cara-cara pemecahan alternatif. Di samping itu ia harus pula

mengusahakan dan menyediakan informasi mengenai teori dan alat dalam bentuk

tulisan, sehingga ia dapat mencurahkan perhatian sepenuhnya pada tugas yang

sebenarnya yaitu membimbing dan mengarahkan proses belajar para mahasiswa.

Petunjuk untuk pembimbing dapat diringkas sebagai berikut:

1. Persiapkan dengan baik; kerjakan tugas/percobaan dan pikirkan alternarif

pemecahannya.

2. Persiapkan bahan tertulis yang dapat mengarahkan mahasiswa yang mengalami

kesulitan dengan suatu tugas. Bahan tertulis tersebut diberikan bila perlu.

3. Aturlah agar mahasiswa mempersiapkan diri; berikan bahan orientasi yang terarah

dan soal-soal yang dapat diselesaikan sebelumnya.

4. Bimbinglah mahasiswa secara perorangan; jangan memberikan kuliah lisan

kepada kelompok mahasiswa.

5. Bimbinglah kelompok mahasiswa yang sama selama beberapa minggu berturut-

turut, supaya dapat memperhatikan dan dapat menghilangkan kelemahan-

kelemahan mahasiswa langkah demi langkah.

6. Ingat bahwa waktu sangat terbatas: kalau ada 10 mahasiswa, berarti hanya

tersedia 6 menit per orang per jam.

7. Gunakanlah waktu itu supaya ada kontak singkat berulang kali; tidak satu kali 6

menit tetapi 3 kali 2 menit.

8. Ingatlah bahwa mahasiswa takut memperlihatkan kelemahan; karenanya sebutkan

juga titik yang positif.

21

Page 22: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

9. Perhatikan cara kerja mahasiswa, pertama apakah sesuai dengan metode, baru

kemudian apakah benar sesuai bidang ilmu.

Lebih khusus pada cara kerja harus diperhatikan:

10. Analisis tugas: sering mahasiswa terlalu cepat menyusun rencana pengukuran

tanpa menelusuri terlebih dahulu kriteria apa yang harus dipenuhi.

11. Rencana tugas: belajar merencanakan kegiatan harus sedemikian sehingga dalam

waktu yang telah ditetapkan dapat diperoleh hasil-hasil yang berarti. Hal ini harus

diajarkan dari permulaan.

12. Percobaan : kegiatan melakukan suatu pengukuran cepat/ kualitatif yang mungkin

untuk memperoleh gambaran merupakan suatu cara penting.

13. Penelitian literatur harus dimasukkan dalam percobaan dari awal secara tahap

demi tahap. Bimbingan bagaimana mencari data dari literatur, dan bagaimana

caranya menggunakan buku-buku petunjuk, majalah dan brosur, harus diberikan.

14. Pengukuran. Pengukuran dengan ketelitian yang dikehendaki lebih penting

daripada pengukuran seteliti mungkin. Misalnya kalau pengukuran dikehendaki

dengan ketelitian dua bilangan di belakang koma (10,25) tidak perlu kita megukur

sampai empat bilangan di belakang koma (10,2514), atau memilih alat dengan

ketelitian yang baik.

15. Kebenaran dan ketelitian data dan kesimpulan harus selaludilaporkan secara

eksplisit.

16. Penulisan buku catatan kegiatan harian, berisi pemikiran percobaan, dan

sebagainya merupakan suatu keharusan. Buku catatan kegiatan harian ini harus

memenuhi kriteria sedemikian sehingga penulis atau pembaca dapat membaca

kembali, apa yang ia melakukan dan mengapa ia lakukan percobaan dengan cara

itu.

22

Page 23: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Penilaian praktikum

Di dalam praktikum, penilaian dapat digunakan untuk memenuhi berbagai fungsi.

Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan bentuk penilaian yang sangat informal oleh

asisten. Bentuk penilaian yang lain ialah penilaian sikap awal. Telah dikemukakan

bahwa tugas-tugas biasanya harus mempunyai hubungan dengan teori yang telah

dibahas sebelumnya. Untuk mendorong agar mahasiswa mempelajari kembali bahan

pelajaran, mempersiapkan diri dengan baik dan untuk memeriksa apakah mahasiswa

cukup mengetahui bahannya untuk dapat turut ambil bagian secara bermakna dalam

praktikum, dapat diadakan suatu ujian awal. Ujian ini harus segera dinilai dan bila

tidak memenuhi persyaratan, mahasiswa harus segera diberi tugas. Tugas yang

seharusnya dilakukan dapat berupa mempelajari kembali sebagian dari teori atau

tidak diperkenankan mengikuti praktikum. Dengan ujian ini dapat diatur supaya

23

Page 24: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

mahasiswamahasiswa yang kurang rajin tidak meminta waktu terlalu banyak dari

dosen/asisten. Ada juga bentuk penilaian yang didasarkan atas penilaian sikap akhir.

Pada penilaian ini perlu ditelusuri apakah tujuan telah tercapai. Penilaian itu harus

dilakukan pada akhir praktikum dan ada dua konsekuensinya. Pertama untuk

mahasiswa: suatu penilaian negatif berarti bahwa ia harus melakukan kegiatan belajar

tambahan, kadang-kadang juga ia harus mengulangi praktikumnya. Konsekuensi

kedua ialah terhadap pendidikan, bila banyak mahasiswa tidak memenuhi syarat

berarti, bahwa pendidikan tidak menuntun mahasiswa tersebut ke arah tingkatan yang

dikehendaki.

Mungkin prosedur pendidikan harus diperbaiki. Mungkin pula seleksi

sebelumnya tidak benar sehingga mahasiswa-mahasiswa yang tidak mampu turut

ambil bagian. Untuk penilaian yang sumatif ini, kita tidak mengindahkan sikap

mahasiswa selama praktikum. Bila dia dapat membuktikan tercapainya tujuan-tujuan

praktikum, misalnya terhadap suatu tugas akhir yang representatif, dia akan lulus.

Untuk menghindarkan suatu tugas yang tidak cukup representatif, kita dapat

menggunakan berbagi tugas, unruk menguji ketrampilan yang berbeda atau dapat

juga yang sebagian sama. Dengan ini dapat pula dihindari pengaruh-pengaruh yang

tidak dikehendaki, seperti kondisi badan mahasiswa pada hari itu. Di samping itu

dapat pula diminta beberapa penilai untuk memberi penilaian. Ini berarti bahwa kita

menilai berdasarkan satu tugas yang ditempatkan pada akhir suatu praktikum dan

mahasiswa-mahasiswa dinilai oleh dosen atau asisten yang tidak membimbingnya

selama praktikum.

2. Bidang Penelitian

Penelitian merupakan aktifitas yang harus ada di setiap perguruan tinggi.

Mula-mula sebagai latihan dan secara bertahap dituntut kemanfaatan dari hasil

penelitannya. Dari waktu ke waktu jumlah permintaan dana penelitian ke

pemerintah bertambah sehingga harus dilakukan seleksi atau pengiiliran pemerian

24

Page 25: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

dana. Dari titik waktu tersebut terjadi mekanisme persaingan untuk mendapatkan

dana dengan pengajuan proposal penelitian yang sebaikbaiknya.

Sementara itu, dari pihak pemberi dana terjadi pula peningkatan kerja

secara kualitatif maupun kuantitatif. Dana penelitian makin besar serta

dikembangkan kriteriakriteria bagi pekerjaan penelitian yang akan dibiayai. Suatu

mekanisme peningkatan performansi kerja telah terjadi dan berjalan baik namun

untuk selanjutnya diharapkan perguruan tinggi dapat menyelenggarakan

penelitiannya sendiri. Hal ini telah dirintis oleh DIKTI dengan program “Program

Relevancy Fund” atau PRF sebagai sarana transisi untuk nantinya terjadi kerja

sama perguruan tinggi – industri lokal.

Dari pemantauan di lapangan (di perguruan tinggi penyelenggara

penelitian) ditemukan bermacam permasalahan antara lain jadwal yang terlewat,

hasil akhir yang kurang tepat dll. Dipandang pada segi itu maka penerapan konsep

kualitas akan banyak memperbaiki sistem keseluruhan. Bagi pihak perguruan

tinggi:

Mecari objek riset yang praktis, aplikabel dan benar dikuasai

Berusaha mendapatkan hasil penelitian yang bersaing baik di pasaran

Produk dengan spesifikasi sebaik-baiknya serta kerja efektif dan efisien.

Keuntungan yang sebanyak-banyaknya dapat pula diperoleh dalam bentuk

pengalaman, terjalinnya hubungan dengan masyarakat industri, peningkatan

kualitas staf yang berdampak pada bidang pendidikan, kemungkinan penciptaan

tugas-tugas akhir serta ide bagi produk-produk serupa. Hal-hal seperti ini juga

diharapkan oleh pihak DIKTI untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga

perguruan tinggi tersebut dapat mandiri.

Bagi perguruan tinggi yang telah melakukan kerja sama dengan

masyarakat industri/pemerintahan maka keuntungan dana dapat di distribusikan

untuk lebih meningkatkan kinerja kerjanya yang juga berdampak positif bagi

kegiatan pendidikan maupun penelitian serta pelayanan masyarakat. Sebagai

contoh adalah pembelian instrumentasi atau peralatan untuk kepentingan

25

Page 26: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

penelitian yang dapat digunakan pula oleh para mahasiswa dalam penyelesaian

tugas akhirnya ataupun oleh bidang pelayanan masyarakat dalam penugasannya.

Harus diusahakan:

Kerjasama pertama, teknis berhasil baik dan berkesan

Kesan kerjasama yang harmonis

Partner merasa memerlukan dan yakin akan dapat terpenuhi kebutuhannya

Gambar 4 memperlihatkan faktor-faktor yang berpengaruh atas

penampilan sub-sub bidang penelitian (riset). Faktor-faktor inilah yang perlu

dimonitor maupun di kembangkan bagi kepentingan peningkatan performansi

kerja bidang penelitan dalam rangka pelaksanaan TRI-DHARMA.

Menuju kondisi tersebut maka penerapan kualitas akan sangat

membantu, mulai dari penetapan definisi permasalahan atau spesifikasi

produk yang diinginkan, cara penyelesaian, rancangan, prosedure dan proses

penyelesaian pekerjaan hingga produk akhir dengan spesifikasi yang sesuai

dengan spesifikasi kontrak.

Selama pekerjaan berlangsung dilakukan monitoring atas cara kerja,

urutan, bahan yang dipakai dll, serta pekerjaan koreksi atas hal-hal yang

dianggap tidak pembawa pekerjaan ke produk akhir yang diinginkan atau bila

26

Page 27: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

dianggap cara yang sedang berjalan cenderung tidak efisien, Temuan-temuan,

koreksi-koreksi yang dilakukan di dokumentasikan secara rapih dan dipelajari

agar tak terjadi pengulangan atas cara penyelesaian pekerjaan serupa. Untuk

itu, ada kegiatan monitoring saat penyelesaian pekerjaan sedang berjalan.

3. Bidang Pengabdian Masyarakat

Kegiatan pelayanan masyarakat ini tidak selalu berdasar pada berapa

keuntungan financial yang dapat diperoleh. Sebagai contoh dapat dikemukakan

pengadaan dan pemasangan station bumi kecil untuk merelay siaran TV pada

lokasi-lokasi yang tak terjangkau oleh station relay resmi yang ada, pembuatan

sumur artesis teknologi tepat guna untuk daerah pedesaan yang jauh dari sumber

air dll. Sementara itu dipihak lain perguruan tinggi diminta kemandiriannya dalam

memenuhi kebutuhan aggaran bagi operasi, pemeliharaan dan pengembangannya.

Untuk itu, maka bidang pelayanan masyarakat dengan dukungan keahlihan para

staf serta fasilitas yang dipunyainya dapat di berdayakan untuk mengatasi

masalah kebutuhan dana tersebut.

27

Page 28: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Gambar 5 memperlihatkan faktor-faktor yang mennetukan tingkat nilai

performansi kegiatan bidang pelayanan masyarakat dalam rangka TRI-

DHARMA. Untuk meningkatkan performansi kegiatan maka faktor-faktor

yang bersangkutan hendaknya diperbaiki. Suatu koordinasi perlu dijalin untuk

menghindarkan terjadinya penurunan kemampuan akibat adanya langkah

perbaikan suatu faktor pada kegiatan lain.

Contoh Sistem Monitoring

1. Monitoring pelaksanaan perkuliahan

2. Monitoring pelaksanaan praktikum

Sebagai contoh, dalam bidang pendidikan untuk pelaksanaan praktikum

yang baik perlu di pertanyakan hal-hal berikut:

- Apakah telah dilakukan responsi cara pelaksanaan praktikum sebelumnya.

- Apakah responsi diberikan oleh pengajar yang bersangkutan.

28

Page 29: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

- Apakah ada test awal sebelum praktikum, mengenai materi praktikum.

- Apakah tiap anggota dalam grup praktikum tersebut aktif.

- Apakah ada tugas seselai praktikum.

- Siapa pengawas dan asisten praktikum (dosen yunior, mahasiswa senior,

karyawan).

29

Page 30: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

D. Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Mendukung Disiplin Nasional

GBHN 1993 telah menetapkan sasaran umum PJP II ialah terwujudnya

kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam

suasana tentram, sejahtera lahir dan batin dalam tata kehidupan masyarakat,

bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Selanjutnya GBHN juga mengamanatkan bahwa pembangunan

pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta

kualitas sumber daya manusia dan memperluas serta meningkatkan pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan termasuk pendidikan di daerah terpencil,

sehingga bangsa Indonesia lebih siap memasuki tahap tinggal landas dan lebih

tangguh memasuki area kebangkitan kebangsaan nasional kedua.

Dengan demikian potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap perguruan tinggi

dapat dikembangkan sepenuhnya, termasuk pemanfaatan, pengembangan, dan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan dilandasi pada 4 strategi

kualitas pendidikan, peningkatan relevansi pendidikan dengan pembangunan, dan

peningkatan efisiensi internal serta efektivitas pengelolaan pendidikan. Namun

demikian perlu diperhhatikan juga agar upaya pemerataan tidak menurunkan daya

saing pendidikan tinggi nasional terhadap dunia luar dalam era globalisasi yang

berada di ambang pintu.

GBHN 1993 juga menegaskan bahwa Pendidikan Tinggi harus terus

dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional serta

kemampuan kepemimpinan yang tanggap terhadap kebutuhan pembangunan serta

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Disamping itu, juga mampu melahirkan manusia yang berjiwa penuh

pengabdian, dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan

30

Page 31: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

bangsa dan negara. Misi khusus pendidikan tinggi adalah (1) mempersiapkan

kader pemimpin bangsa dan (2) menyiapkan sumberdaya manusia yang

berkemampuan lanjut di masa depan atau dengan wawasan kepemimpinan dan

wawasan keunggulan.

Wawasan kepemimpina dengan ciri (a) orientasi ke masa depan, (b)

landasan pola pikir ilmiah, (c) landasan pola kerja yang efektif dan efisien.

Wawasan kepemimpinan harus mampu mengembangkan tiga hal wawasan

nasional, visi bangsa dan kemampuan kepemimpinan. Oleh sebab itu tantangan

utama bangsa kita yaitu bagaimana meningkatkan kualitas SDM?

Sistem Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan Pendidikan Nasional adalah unutk meningkatkan kualitas manusia

Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, terampil, berdisiplin, beretos

kerja, profesional, bertanggungjawab, dan produktif serta sehat jasmani dan

rohani serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebanggaan.

Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan

mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan

kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai

jasa para pahlawan, serta berorientasi pada masa depan.

31

Page 32: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Tujuan Pendidikan Tinggi

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, tujuan pendidikan di

tingkat perguruan tinggi seperti Universitas dan Institut ialah:

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan/ atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/

atau kesenian.

2. Mengembangkan dan memnyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi

dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan

taraf kehidpan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan pendidikan tinggi berpedoman

kepada:

a. Tujuan pendidikan nasional

b. Kaidah, moral dan etika ilmu pengetahuan

c. Kepentingan masyarakat, serta memperlihatkan minat, kemampuan dan

prakarsa pribadi.

Perguruan Tinggi

Pada setiap perguruan tinggi ada tiga unsure yang perlu mendapat perhatian.

1. Wilayah, dalam hal ini adalah kampus universitas

2. Unsure pemerintah, dalam hal ini adalah tenaga edukatif dan non edukatif,

dan

3. Mahasiswa, sebagai masyarakat terbesar di lingkungan kampus.

Ketiga unsur ini tidak boleh bertentangan, bila ketiga unsure ini terintegrasi dan

harmonis, maka suasana/ lingkungan akan sangat menolong perguruan tinggi dalam

32

Page 33: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

mengelola perguruan tinggi dengan misi mempersiapkan sumber daya manusia yang

mempunyai jati diri.

Dalam pelaksanaan pendidikan, perguruan tinggi dipengaruhi oleh beberapa factor,

sebagaimana diperlihatkan Gambar 1.

33

Page 34: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Dalam hal ketiga komponen tadi (Gambar 1) berkaitan dalam proses pendidikan.

Ketimpangan dalam satu komponen akan mempengaruhi proses pendidikan.

Dalam mencapai tujuan pendidikan tinggi, keterkaitan antara landasan dan strategi

pembangunan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar ini memperlihatkan bahwa ketiga Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut

saling keterkaitan satu sama lainnya. Kepincangan dalam salah satu dharma jelas

akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan tinggi.

Tri Dharma Perguruan Tinggi

Dharma Pendidikan dan Pengajaran

Dalam kaitannya dengan pengembangan dharma pendidikan dan pengajaran

(akademik), ada beberapa masalah yang akan timbul, yaitu:

1. Kurikulum perguruan tinggi yang berlaku pada saat ini dirasa belum

menjawab tantangan global yang memerlukan sumber daya manusia yang

unggul. Masih rendahnya tingkat keterpaduan antara kegiatan kurikuler dan

ekstra kulikuler sehingga menimbulkan in efisiensi.

2. Kondisi perangkat keras dan lunak di perguruan tinggi yang sudah tidak

memadai untuk mendukung proses pendidikan sumber daya manusia yang

berkualitas.

3. Lemahnya tingkat koordinasi dan keterpaduan antar lembaga yang

bertanggungjawab dalam dunia pendidikan.

4. Pengaruh globalisasi yang tidak dapat dihindarkan

5. Belum terciptanya iklim yang kondusif agar gagasan dan pendapat benar-

benar didasarkan atas pemikiran rational yang didukung oleh bukti yang bias

diinjau kebenarannya.

34

Page 35: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

6. Masih timpangnya komposisi keahlian antara ilmu soaial dan saintek

Pembahasan

1. Bertitik tolak pada tujuan Pendidikan Tinggi maka kurikulum perlu terus

dikembangkan secara dinamis dengan memperhatikan kepentingan dan

keunggulan komparatif daerah serta perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pengembangan ilmu pengetahuan perlu diarahkan untuk mendukung

penguasaan berbagai disiplin ilmu pengetahuan secara mendalam serta

mendorong pengembangan berbagai ilmu yang berkaitan langsung dengan

pengembangan Iptek untuk menciptakan keunggulan kompetitif.

Disamping pengembangan program yang berkaitan dengan kurikulum,

pengembangan program kemahasiswaan diharapkan agar hasil pendidikan

tinggi memiliki jiwa kepemimpinan, berdedikasi tinggi, memiliki ketahanan

fisik dan mental serta senantiasa menjadi makhluk yang mengabdi dan

berbakti kepada Tuhan.

2. Dalam upaya membawa mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan, maka

kegiatan pendidikan perlu menyiapkan dan penggunaan sarana dan prasarana

yang sesuai Perpustakaan, laboratorium, media pengajaran, teknologi

pendidikan dan fasilitas-fasilitas lainnya dikembangkan dan disebarluaskan

untuk membantu terselenggaranya program pendidikan yang efektif dan

efisien. Disamping itu keterampilan dosen dalam proses belajar mengajar,

secara berencana dan berkesinambungan perlu ditingkatkan, sihingga transfer

ilmu dapat berjalan secara optimal.

Dalam kondisi ini suasana pengajaran yang dialogis lebih ditonjolkan,

sehingga komunikasi dua arah bias berjalan dengan baik.

3. Keunggulan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas kepakaran

SDM yang berkemampuan lanjut. Mereka diharapkan mampu melakukan

35

Page 36: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

penelitian yang mendasar dan mendalam baik dalam rangka pengembangan

IPTEK maupun dalam rangka pemecahan masalah pembangunan.

4. Salah satu unsure dalam pendidikan dan pengajaran di PErguruan Tinggi

adalah Mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh

perguruan tinggi melalui suatu proses transformasi, mahasiswa disiapkan

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan

professional serta kepemimpinan yang tanggap terhadap kebutuhan

pembangunan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berjiwa penuh pengabdian, memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap

masa depan bangsa dan Negara.

Disamping dari filsafat pancasila, jati diri mahasiswa adalah sebagai berikut:

1) Mahasiswa adalah ciptaan Tuhan

2) Mahasiswa didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya

sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

3) Mahasiswa Indonesia merupakanunsur yang tidak terpisahkan dari Negara

dan bangsanya.

4) Manusia yang mampu menghargai pendapat orang lain.

5) Mancita-citakan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

6) Pengabdi dan pengembang kebenaran.

5. Dalam rangka memenuhi kebutuhan industrisasi dan meningkatkan daya saing

bangsa menghadapi ekonomi pasar yang makin terbuka.

Kebijaksanaan

Dalam menuangkan beberapa kebijaksanaan strategi untuk meningkatkan

kemampuan akademis maka dipergunakan beberapa asas sebagai berikut:

- Peningkatan kemampuan akademis. Pendidikan meupakan baian yang

terpadu dari upaya pertumbuhan PErguruan Tinggi dengan selalu menjaga

stabilitas kampus.

- Berorientasi ke masa depan dan kepentingan bangsa

36

Page 37: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

- menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

Berdasarkan masalah-masalah yang ada dalam suatu Perguruan Tinggi dan dengan

memperhatikan tantangan global dari asas di atas diusulkan beberapa kebijakan

sebagai berikut:

1. Perguruan Tinggi secara khusus perlu menentukan muatan-muatan local

sesuai dengan ketentuan dalam kurikulum nasional sesuai keunggulan

komperatif dan pengembangan daerah. Perlu lebih dikembangkan kegiatan

extra kurikuler sesuai Pola Pengembangan Kemahasiswaan agar terbentuk

figure hasil didik: manusia analisis, kritis, inovatif, rasional yang diperlukan

oleh kepemimpinan masa depan

2. Strategi, pendidikan hendaknya diarahkan kepada:

1) Sarana, prasarana dan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan (terutama

pengetahuan dasar) perlu makin didaya gunakan dan ditingkatkan secara

bertahap.

2) Perlu ditingkatkan kerjasama antar lembaga, serta menciptakan hubungan

yang saling mengisi.

3) Perlu ditingkatkan jumlah lulusan S2, S3 dan Guru Besar disamping

pendidikan0pendidikan lain dalam bidang pengajaran.

Dengan demikian, dunia pendidikan tinggi benar-benar semakin dapat

dikembangkan sebagai sumber penyediaan tenaga ahli yang berkualitas tinggi.

3. Menanamkan jati diri civitas akademika melalui berbagai kegiatan dengan

tujuan akhir menciptakan peserta didik berjati diri sebagai bangsa Indonesia.

Perlunya para ilmuan IPTEK di Perguruan tinggi khususnya memiliki

semangat tinggi menjemput penguasaan perkembangan IPTEK agar mampu

bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam menghadapi globalisasi dan

perlunya para pakar pendidikan dan pakar ilmu social melakukan pengkajian

37

Page 38: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

dan pengajaran dalam rangka menangkal pengaruh nilai-nilai baru yang

negative dengan pesatnya perkembangan IPTEK di bidang informasi yang

mengglobal.

Dharma Penelitian

Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan

pada perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar

akademik serta otonomi keilmuan (UU No 2 Tahun 1989)

Penelitian merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan

empirik, teori, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang

memperkaya ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian.

Masalah dan Situasi Lingkungan

1. Kemampuan dasar

Kemampuan dasar untuk meneliti masih bervariasi, hal ini disebabkan karena

jenjang pendidikan yang dicapainya berbeda-beda.

Kesempatan untuk mengadakan penilitian sering terhambat oleh tugas-ugas

sepertii beban beban tugas mengajar yang masih cukup besar.

2. Peluang

Keterbatasan memperoleh kesempatan mengajukan proposal yang disetujui,

dapat mengurangi dorongan untuk mengajukan proposal penelitian

selanjutnya.

Tawaran mengajukan proposal penelitian antara penilitian social dan non

social belum berimbang.

3. Dana

Sumber dana yang ada di perguruan tinggi maupun di PKTI tersedia terbatas

4. Keterbatasan fasilitas, baik sarana prasarana di beberapa perguruan tinggi

kurang mendukung kegiatan penelitian.

38

Page 39: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Pemecahan Masalah

Di dalam usaha menumbuhkan terciptanya pemerataan dalam arti perluasan kegiatan

penelitian, peningkatan mutu serta pelaksanaan yang efisien, efektif produktif dan

relevan perlu diambil beberapa langkah operasional antara lain:

1. Kemampuan untuk melaksanakan kegiatan penelitian tidak hanya terbatas

pada tingkat kemampuan intelektual namun mencakup kemauan, kesediaan

dan memegang etik ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu perlu adanya kesempatan dan dorongan untuk meningkatkan

jenjang pendidikan bagi para dosen dan mengadakan atau mengikutsertakan

dalam berbagai latihan, kursus penilitian baik yang diadakan oleh perguruan

tinggi sendiri maupun program kerjasama atau bantuan seperti yang dilakukan

dalam bentuk PAU di beberapa perguruan tinggi.

2. Perlu adanya dorongan (motivasi) dari pimpinan kepada dosen muda untuk

melakukan penelitian.

3. Meningkatkan peran atau aktivitas lembaga penilitian di masing-masing

perguruan tinggi.

4. Adanya keseimbangan dalam melaksanakan tugas Tri Dharma.

5. Perlu adanya kebijakan dan pembuat keputusan untuk memberikan

kesempatan yang lebih banyak kepada dosen muda atau perguruan-perguruan

tinggi di daerah.

6. Meningkatkan jumlah dana yang dapat dikelola oleh perguruan tinggi atau

usaha-usaha pemberian dari Dikti dan bantuan dari instansi lain maupun

masyarakat.

7. Kegiatan-kegiatan penelitian hendaknya dapat dilanjutnya atau dikembangkan

atau menghindarkan penelitian yang terpotong-potong.

8. Perlu adanya hasil penelitian yang dapat disebarluaskan kepada beberapa

perguruan tinggi. Hal ini diharapkan dapat menghindarkan penelitian yang

berulang-ulang dan sebaiknya penelitian yang telah dilakukan, hasilnya dapat

39

Page 40: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

dijadikan acuan penelitian lebih lanjut baik untuk dirinya sendiri maupun

orang lain.

9. Pelu adanya peningkatan fasilitas, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh

perguruan tinggi yang memiliki keterbatasan fasilitas dapat menggunakan

fasilitas perguruan tinggi yang lain.

10. Perlu adanya peningkatan kerjasama antar perguruan tinggi, sehingga warga

perguruan tinggi yang memiliki keterbatasan fasilitas dapat menggunakan

fasilitas perguruan tinggi yang lain.

11. Di kalangan mahasiswa di samping penelitian-penelitian membuat skripsi

perlu dikembangkan adanya sistem partisipasi dalam proyek-proyek penelitian

yang dilakukan oleh para dosen.

Dharma Pengabdian Pada Masyarakat

Pengabdian kepada masyarakat pada hakikatnya membantu masyarakat agar

masyarakat mau dan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan

demikian azas pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan azas

kemanusiaan yang menekankan pada usaha pengembangan masyarakat

sebagai subjek pembangunan. Pengabdian kepada masyarakat harus dilandasi

pada kepercayaan dan kemampuan dan kekuatan masyarakat itu sendiri.

Bentuk-bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat

Ada beberapa bentuk pengabdian kepada masyarakat, antara lain:

1. Pengembangan Desa Binaan

Ada beberapa keuntungan pengembangan desa binaan antara lain,

dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, dapat melibatkan

berbagai disiplin ilmu, serta dapat memecahkan masalah secara tuntas.

2. Pelatihan di kampus dan luar kampus

40

Page 41: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Pelatihan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan akan mampu

dengan secara mengembangkan sumber daya manusia sesuai

kebutuhan

3. Local verifivation trial

Local verifivation trial akan mampu menyatukan kegiatan penelitian

dengan pengabdian masyarakat. Masyarakat dapat melihat secara

langsung cara menghasilkan suatu teknologi karena langsung

dilibatkan.

4. Pelaksanaan KKN

5. Dan lain sebagainya.

Masalah dan Kendala Pengabdian Pada Masyarakat

Beberapa masalah dan kendala dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat

antara lain:

1. Pelaksana yang merasa lebih dari masyarakat. Dosen maupun mahasiswa

yang melaksanakan pengabdian pada masyarakat sering mengganggap

masyarakat tersebut bodoh. Akibatnya terjadi pemaksaan pendapat dari dosen

dan mahasiswa kepada masyarakat.

2. Keragaman budaya yang berakibat perbedaan penilaian terhadap sesuatu atau

perilaku tertentu dari masyarakat setempat ataupun para pelaksana.

3. Kekurangtahuan pelaksana dalam berkomunikasi, sehingga dapat

menimbulkan kesalahpengertian antara masyarakat dan pelaksanadan dapat

berdampak negative terhadap program, masyarakat maupun pelaksana.

4. Kemiskinan dan kekurangtahuan masyarakat, sehingga sulit membangkitkan

motivasi untuk diajak maju bersama.

5. Kurangnya koordinasi antar dan dalam institusi pelksana

6. Keterbatasan dana

7. Kurangnya konstensi, evaluasi dan umpan balik dari pelaksana program.

41

Page 42: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Dengan memahami kendala yang ada dan yang telah disebutkan di atas,

seyogianyalah hal tersebut dijadikan tantangan dalam upaya mendidik diri

pelaksana sebelum dan selama program berjalan.

Pemecahan Masalah

Dengan tekad menjadikan kendala sebagai tantangan, maka dituntut para

pelaksana memahami dan mampu manajemen program dengan baik antara

lain melakukan studi pendahuluan, koordinasi dengan instansi terkait.

Tri Dharma Perguruan Tinggi dan Disiplin Nasional

Disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan

secara sadar dan ikhlas lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena

sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Disiplin di satu sisi adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan

tanggungjawab terhadap kehidupan tanpa pelaksanaan dari luar. Sikap dan

perilaku ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itulah yang benar, dan

keinsyapan bahwa hal itu bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

Didalamnya terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang

menyesuaikan internet dan mengendalikan dirinya untuk sesuai dengaqn

norma, aturan, hokum, kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan social

budaya setempat. Di sisi lain disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku

dan tata hidup tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok

masyarakat. Dengan demikian disiplin berarti hukuman atau sanksi yang

berbobot mangatur perilaku manusia.

42

Page 43: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Sementara itu disiplin nasional adalah sikap mental seluruh warga dari suatu

bangsa yang tercermin dalam perbuatan dan perilaku pribadi/kelompok,

berupa kepatuhan dan ketaatan terhadap hokum dan norma kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilakukan secara

sadar dan ikhlas baik lahir maupun batin, sehingga tumbuh keyakinan bahwa

tujuan nasional hanya dapat dicapai disiplin nasional.

Dari uraian di atas dapat dimpulkan bahwa implementasi Tri Dharma

Perguruan Tinggi sangat relevan dengan gerakan disiplin nasional. Sebab,

sejak dini perguruan tinggi telah dituntut secara konskuwen membudayakan

disiplin.

Sivitas akademika perguruan tinggi senantiasa dituntut memahami, menyadari

dan melaksanakan disiplin pribadi secara ikhlas. Oleh karena itu dosen harus

memiliki budaya tertib, misalnya tertib memberikan kuliah sesuai dengan

kurikulum dan silabus yang ditentukan konsorsium. Sebagaimana telah

disinggung di atas agar dapat menjad dosen berhasil dituntut disiplin kerja

yang tinggi. Misalnya seorang dosen harus mempunyai budaya tertib

mengumpulkan “kredit point” untuk digunakan sebagai bukti prestasi ketika

akan naik pangkat. Demikian juga tertib menggunakan waktu dalam

memberikan kuliah sebab kelas dan rung yang sama dipergunakan secara

bergantian (antri).

Mahasiswa pun harus mengikuti kuliah dengan tertib, seperti datang tepat

waktu dan aktif kuliah minimal 75%. Dalam hal pengerjaan tugas terstruktur

dan mandiri seorang mahasiswa harus dapat melakukannya dengan tertib dan

menggunakan waktu yang tersedia secara professional. Sebab tugas-tugas

tersebut diserahkan sepenuhnya kepada mahasiswa apakah ia akan

melaksanakan atau tidak.

43

Page 44: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Dalam kehidupannya di kampus sivitas akademika harus mengamalkan

budaya bersih. Tanpa kesadaran bersama menjaga kebersihan, kampus tidak

akan menjadi lingkungan nyaman untuk mengamalkan tri dharma perguruan

tinggi. Sebagai contoh, dosen, pegawai dan mahasiswa kedokteran di

labolatorium harus memiliki budaya bersih. Jika tidak, maka tugas-tugas yang

akan dilakukan bisa terkendala atau malah menimbulkan bahaya. Dalam

pelaksanaannya budaya bersih ini tidak diawasi oleh siapapun kecuali oleh

pelaku/individu sendiri.

Dalam pada itu, budaya kerja di perguruan tinggi harus melembaga dan

memasyarakat dalam diri setiap individu sivitas akademika. Tanpa budaya

kerja yang melembaga dan memasyarakat sebuah perguruan tinggi akan gagal

menjalankan tri dharma yang diembannya. Di atas telah disinggung, tanpa

budaya kerja yang berdisiplin tinggi seseorang dosen atau pun mahasiswa

tidak akan mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa pengimplementasiakan tri dharma perguruan tinggi secara implicit

merupakan pengamalan budaya tertib, budaya bersih dan budaya kerja.

Meskipun demikian perguruan tinggi adalah bagian dari Sistem Pendidikan

Nasional, dan Pendidikan Nasional itu sendiri tidak terlepas dari

lingkungannya. Oleh sebab itu pembudayaan disiplin nasional dari lingkungan

perguruan tinggi tidak dapat berjalan sendiri. Dengan kata lain, masyarakat

perguruan tinggi pada satu sisi memang sangat dituntut berdisiplin tinggi

mengamalkan tri dharmanya. Tetapi pada sisi lain mereka tidak lepas dari

kondisi dan budaya masyarakat di luar perguruan tinggi.

Sebagimana telah dikemukakan di atas, bahwa pembangunan SDM di

Perguruan Tinggi mengenal tri dharma Perguruan Tinggi dan dalam

operasionalnya pendidikan tinggi kita mangamalkan sistem SKS, dimana

44

Page 45: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

dosen dan mahasiswa secara relative diberi “kebebasan” mengatur cara dan

jam kerja melaksanakan tugasnya masing-masing. Tanpa disiplin pribadi yang

tinggi di kalangan sivitas akademika, maka adalah mustahil sebuah perguruan

tinggi mampu melahirkan alumni yang dapat dikategorikan sebagai SDM

berkualitas.

Sungguhpun sebuah Perguruan Tinggi telah melahirkan alumni yang

berkualitas dengan disiplin yang tinggi belum merupakan jaminan bahwa

alumninya akan menjadi anggota masyarakatnya yang berdisiplin tinggi,

apalagi menjadi penggerak disiplin dalam lingkungannya yang tidak atau

belum mempunyai disiplin.

Sebagai satu contoh seorang lulusan Perguruan Tinggi yang berhasil dengan

cum laude karena disiplin yang tinggi dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi

di AS. Dalamm waktu kurang dari 2 tahun dia berhasil memperoleh gelar

magister dengan cum laude pula. Akan tetapi setelah bekerja di satu

kantor/instansi yang tidak member penghargaan kepaha pegawai yang

disiplin, maka secara lambat atau cepat dia akan ikut menjadi pekerja yang

tidak disiplin, atau setidak tidaknya menjadi pekerja yang frustasi.

Sebaliknya seorang anak SMTA yang kurang berdisiplin, dengan kondisi

fisiknya yang bagus dan kemauan yang besar dia melamar masuk Angkatan

Bersenjata. Setelh lulus dan mengikuti pendidikan selama lebih 3 tahun dia

bekerja di kesatuannya yang penuh disiplin. Sudah barang tentu bukan hal

yang luar biasa jika di pun menjadi seorang prajurit atau perwira yang boleh

dinilai sebagai teladan dan berdisiplin.

45

Page 46: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

Penutup

Sejalan dengan itu, dunia telah memasuki era globalisasi atau sering disebut

sebagai era pasca industry, tetapi pada waktu dan masyarakat yang sama

masih terdapat masyarakat yang hidup dalam para waktu dan masyarakat yang

sama masih terdapat masyarakat yang hidup dalam pra-agraris dan keadaan

seperti itu masih terdapat dalam masyarakat kita. Malahan dapat dikatakan

bahwa sebagian besar masyarakat kita masih belum mampu dan dapat

memasuki dan dibawa ke era globalisasi itu. Masyarakat kita memang telah

banyak yang mampu mengkonsumsi hasil industry, tetapi sebagu konsumen

masih banyak yang hidup dan berbudaya dalam sistem nilai agraris. Masih

banyak pula masyarakat kita yang telah bekerja di sector industry dan jasa

tetapi masih berfikir tradisional, belum senantiasa ingin berpretasi tinggi,

belum merasa perlu bekerja keras dan mempunyai disiplin. Padahal dalam era

globalisasi dan industrialisasi, suatu bangsa atau masyarakat harus memiliki

budaya disiplin, seperti disiplin dalam melaksanakan pekerjaan, menepati

janji, menjalankan peraturan dan disiplin dalam berlalu lintas.

Disiplin haruslah merupakan budaya bangsa yang penempatannya dimulai

sejak usia dini. Dimulai dari lingkungan keluarga, pendidikan formal,

pendidikan informal dan masyarakat.

Gerakan disiplin nasional yang dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada

tanggal 20 Mei 1995 ketika memperingati hari kebangkitan nasional yang lalu

hendaknya disahuti dengan serius, benar dan bersungguh sungguh.

Menyambut gerakan ini tidak cukup hanya dengan menyebarluaskan slogan-

slogan atau himbauan-himbauan. Tetapi hendaklah dilakukan usaha-usaha

yang serius, sungguh-sungguh, konsekwen dan terus menerus di semua aspek

kehidupan berbangsa.

46

Page 47: Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi

2. Engenereeng Educaion Development Project. Teaching Improvement

Workshop. Mutu Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

3. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gajah Mada. Pembelajaran di

Laboratorium. 2005.

4. Chairuddin. Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Mendukung

Disiplin Nasional. Universitas Sumatera Utara

47