MOTIVASI REMAJA PRIA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI
KELURAHAN CELLU KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR
KABUPATEN BONE 2012
OLEH
ASRUL SANI
NIM:0914 201 009
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PUANG RIMAGLATUNG
WATAMPONE
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa dimana terjadinya kelabilan jiwa karena telah
memasuki fase dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan generasi
penerus bangsa. Remaja yang merokok dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain jenis kelamin, umur dan lingkungan, banyak juga remaja yang merokok
dipengaruhi oleh teman mereka karena apabila tidak merokok dikatakan tidak
gaul oleh teman-temannya. WHO memperkirakan bahwa 2020 penyakit berkaitan
dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan utama banyak Negara, bahkan
merokok dianggap menjadi entry point pada penyalahgunaan narkotika.
Sekitar 4,9 juta orang di Negara berkembang meninggal dunia karena
rokok pada tahun 2003. Bahkan diseluruh dunia, tingkat kematian akibat rokok
justru lebih besar ketimbang kematian malaria, kematian maternal, penyakit-
penyakit yang sering menyerang anak dan tuberculosis.
Di Indonesia prevalensi merokok pada orang dewasa (usia 15 tahun keatas)
yakni pria 63,1 % (naik 1,4 % dibandingkan tahun 2001) dan wanita 4,5 % (tiga
kali lipat dibandingkan tahun 2001). Sementara prevalensi merokok pada anak-
anak (usia 13 – 15 tahun) perinciannya pada anak laki-laki 24,5 % dan anak
perempuan 2,3 %. Sebanyak 30,9 % dari anak-anak yang merokok telah mulai
merokok sebelum umur 10 tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah
perokok pemula (usia 5 – 9 tahun) naik secara signifikan. Hanya dalam kurun
waktu 3 tahun (2001 – 2004) persentase perokok pemula naik dari 0,4 menjadi
2,8 % ( www.ghozan.blogsome.com).
Dalam survey WHO yang diselenggarakan di seluruh dunia pada remaja
pria didapatkan 55 % dari mereka yang termotivasi terhadap perilaku merokok
dipengaruhi oleh iklan dan lingkungan. Anak yang memiliki teman perokok
sembilan kali lebih rentan untuk mencoba rokok. Begitu mencoba mereka jadi
kecanduan, seperti di informasikan di kemasan rokok atau setiap iklan rokok
bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi,
gangguan kehamilan dan janin. Akan tetapi, mengapa peringatan itu bisa
menjungkal akal sehat sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Hal ini
dapat terjadi karena menurut para remaja dengan mereka mengisap rokok terasa
bahwa pikiran mereka menjadi tenang dan jika ada masalah mereka merasa
masalahnya hilang bahkan dengan merokok mereka merasa bisa membuka jalan
pikiran untuk mencegah masalah yang dihadapi.
Indonesia adalah Negara iklan, promosi dan sponsor rokoknya paling masif
di Asia Tenggara. Indonesia juga adalah satu-satunya negara yang tidak memiliki
larangan iklan, promosi dan sponsor rokok. Menurut Seto Mulyadi dari Komnas
Perlindungan Anak semua kegiatan pemasaran rokok merupakan rangkaian
sistematis yang bertujuan menjerat remaja menjadi perokok. Materi iklan rokok
menunjukkan segmentasi pasar yang ditujukan pada anak dan remaja, apalagi
materi iklan rokok mengasosiasikan merokok dengan citra keren, gaul, percaya
diri, macho dan sebagainya (www.hertline.co.id/parenting.htm).
Merokok merupakan kebiasaan yang sering kita jumpai setiap hari dan
sudah menjadi masalah yang kompleks secara sosial. Penelitian telah banyak
dilakukan dan disadari bahwa merokok dapat mengurangi kemampuan system
kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan mengganggu kesehatan tubuh.
Sebanyak 90 % dari asap rokok mengandung berbagai gas seperti N2, O2, CO2
dan sisanya 10 % mengandung partikel-partikel tertentu seperti Tar, Nikotin dan
lain-lain. Bahkan sebagaimana dilansir oleh Enviroment Protection Association
(EPA) atau Badan Proteksi Lingkungan memastikan bahwa asap rokok memuat
4000 senyawa kimia, 200 diantaranya toksik (beracun), 43 diantaranya pemicu
kanker dan secara global konsumsi rokok membunuh 1 orang setiap detik
(www.sinarharapan.co.id).
Peningkatan drastis konsumsi tembakau para remaja terjadi pada tahun
2001 yang telah mencapai 24,2 % dari semula 13,7 % pada tahun 1995.
Persentase peningkatan itu terjadi pada remaja laki-laki umur 15 – 19 tahun yang
kemudian menjadi perokok tetap.
Di Indonesia disinyalir sekitar 44 % perokok aktif merupakan kelompok
muda yang berusia 10 – 19 tahun dan 37 % diantara mereka berusia 20 – 29
tahun. Diperkirakan sekitar 85 juta penduduk Indonesia usia remaja saat ini
menjadi perokok berat dan 12 – 13 juta diantaranya akan tutup usia setengah baya
(www.astaqauliyah.orangbiasa.com).
Berdasarkan informasi dari masyarakat di Kelurahan tempat penelitian ini
dilaksanakan, jumlah remaja di cellu adalah 80 orang dimana didapatkan 35 orang
remaja sudah mulai merokok. Diperkirakan hampir semua remaja yang berusia 11
– 21 tahun pernah merokok. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian
tentang “ Motivasi Remaja Pria Terhadap Perilaku Merokok di Kelurahan
Cellu Kecamatan Tanete Riattang Timur’’
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pernyataan Masalah
Remaja pria yang mempunyai kebiasaan merokok sudah seringkali
terlihat dimana-mana mulai dari umur 11 – 21 tahun dan didapatkan
perokok aktif 10 – 19 tahun. Kebanyakan mereka mulai merokok karena
terpengaruh oleh teman-temannya, lingkungan serta iklan rokok dan
apabila mereka tidak merokok dikatakan tidak gaul, tidak keren, tidak
percaya diri dan tidak macho, dan dengan merokok pula dapat mengatasi
stress yang dihadapi para remaja pria serta membuat pikiran menjadi
tenang. Hal ini disebabkan oleh faktor coba-coba sehingga mereka menjadi
kecanduan.
1.2.2 Pertanyaan Penelitian
Dari pernyataan diatas dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Bagaimana gambaran motivasi remaja pria terhadap perilaku merokok di
Kelurahan Cellu Kecamatan Tanete Riatang Timur
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang motivasi remaja pria terhadap
perilaku merokok di Kelurahan Cellu Kecamatan Tanete Riatang Timur
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memperoleh gambaran motivasi remaja pria terhadap perilaku
merokok.
2. Untuk mengidentifikasi remaja pria dalam merokok.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan (Stikes Prima Bone) dan
Kelurahan tempat penelitian ini dilaksanakan dalam menentukan arah kebijakan
terutama yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja pria.
2. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan bagi
pengembangan ilmu keperawatan kesehatan masyarakat serta penelitian
berikutnya.
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang riset
keperawatan khususnya yang berhubungan dengan tobacco/nikotin.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Tentang Motivasi
2.2.1 Pengertian
Motivasi itu mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin
Movere yang berarti mendorong/menggerakkan. Motivasi inilah yang
mendorong seseorang untuk berperilaku dan beraktivitas dalam pencapaian
tujuan (Widayatun, 1999).
Suardirman Partini dalam buku psikologi sosial mendefinisikan
pengertian motivasi sebagai berikut : “Motivasi adalah sesuatu yang ada pada
diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu itu
barbuat sesuatu”.
Menurut Indrawijaya. (2002) dalam Sunaryo (2004), motivasi
merupakan fungsi dari berbagai macam variabel yang saling mempengaruhi.
Ia merupakan suatu proses psikologis yang mana terjadi interaksi antara sikap,
kebutuhan, persepsi proses belajar dan pemecahan persoalan. Hal inilah antara
lain yang menyebabkan M.R. Jones (ed) dalam Nebraska symposium of
motivation, hal 14 merumuskan : “Motivation is concerned with how behavior
is activated, maintained directed and stopped”. Ducan mengatakan bahwa
“from manageria perspective, motivation refers to any conscious attempt to
influence behanor toward the accamplistment of organization goals”.
Menurut Vroom (Donovan, 2001), motivasi mengacu kepada suatu
proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam
bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P. Campbell dan kawan-
kawan menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan mengemukakan
bahwa motivasi dalam definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa
motivasi dalam definisi tersebut mencakup di dalamnya arah atau tujuan
tingkah laku, kekuatan respon dan kegigihan tingkah laku.
Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung 3 komponen pokok,
yaitu :
1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpi
seseorang untuk bertindak cara tertentu.
2. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian, ia
menyediakan suatu onertasi tujuan tingkah laku terhadap sesuatu.
3. Menjaga dan menopang tingkah laku. Lingkungan sekitar harus
meningkatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.
2.2.3 Teori Motivasi
a. Teori hedonisme yaitu motivasi yang berhubungan dengan senang atau
gembira.
b. Teori naluri yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri manusia.
c. Teori kebudayaan yaitu motivasi yang akan menimbulkan perilaku
berbudaya.
d. Teori kebutuhan berdasarkan Abraham Maslow, yaitu motivasi merupakan
motor perilaku seseorang/individu. Semakin kuat motivasi seseorang maka
semakin cepat dalam memperoleh tujuan kepuasaan.
2.2.4 Bentuk-Bentuk Motivasi
a. Motivasi intrinsik atau motivasi yang datang dari dalam individu itu sendiri.
b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu.
c. Motivasi terdesak yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit atau
munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali munculnya pada
perilaku aktivitas seseorang.
d. Motivasi yang berhubungan dengan ideology politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam yang sering menonjol adalah motivasi sosial karena
individu itu memang makhluk sosial.
2.2.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi
a. Faktor fisik dan proses mental
b. Faktor hereditas lingkungan dan kematangan/usia
c. Faktor intrinsic seseorang
d. Fasilitas (sarana.prasarana)
e. Situasi dan kondisi
f. Program dan aktivitas
g. Audio asul cud (Media)
2.2.6 Cara Meningkatkan Motivasi
a. Dengan tehnik verbal
- Berbicara untuk meningkatkan semangat
- Pendekatan pribadi
- Diskusi, dan sebagainya
b. Tehnik tingkah laku (meniru, mencoba, menerapkan)
c. Tehnik insentif dengan cara mengambil kaidah yang ada.
d.Supertisi (kepercayaan akan sesuatu serta logis namun membawa
keberuntungan)
e. Citra/image yaitu daya khayal yang tinggi sehingga individu termotivasi
2.2 Tinjauan Tentang Remaja
2.2.1 Pengertian
Remaja merupakan suatu periode yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perkembangan yang cepat dari fisik, emosi, kognitif dan sosial yang
menjembatani masa kanak dan dewasa (Merestein Geraid, 2001).
Batasan remaja menurut WHO (Muangman 1980, dalam Sunaryo 2004),
remaja suatu masa dimana :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali dan menunjukkan tanda-tanda
sexual sekundernya sampai saat mencapai kematangan sexual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh ke
keadaan yang relative lebih mandiri.
Berdasarkan definisi konseptikal yang diberikan oleh WHO, salah satu
ciri remaja adalah perkembangan psikolosikanya. Dalam hubungan ini
menurut Esikszentimiha dan Larsen (1984) dalam Sunaryo (2004)
menyatakan bahwa remaja adalah restrukturisasi kesadaran yang mana puncak
pengembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi
entropy ke kondisi negentropy.
WHO menetapkan batas usia 10 – 20 tahun sebagai batasan remaja
sedangkan PBB menetapkan usia 15 – 24 tahun sebagai usia pemuda
(Senderowit dan Paxman (1985) dalam Hanifah (2000).
Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda
yaitu kurun usia 11 – 24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :
a. Usia 11 tahun adalah usia pada umumnya tanda-tanda sexual sekunder
mulai tampak (kriteria sosial).
b. Berbanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap dewasa
aqli baliq menurut adapt maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa seperti
tercapainya identitas diri (ego identiry cribk erikson), tercapainya fase
genetal dari perkembangan psikoseksual (Murt Freud) dan tercapainya
puncak perkembangan cognitif (Piaget) maupun moral (Murt
Kohlberg), (kriteria psikologis).
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu memberi peluang lagi
mereka yang sampai batas usia tersebut masih mengantungakan diri pada
Orangtua.
e. Status perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara
menyeluruh. Oleh karena itu, definisi remaja dibatasi khusus yang
belum menikah.
2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
2.2.2.1 Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan pubertas dan perkembangan fisik merupakan
hasil dari aktivitas aksis hypothalamus-hipofisis-gonad pada masa
kanak-kanak akhir. Dengan mulainya pubertas inhibisi pada GnRH di
hypothalamus menjadi hilang sehingga memungkinkan produksi dan
pembebasan pulsatil dari gonadotropin, LH dan FSH. Pada awal
sampai pertengahan dari masa remaja terdapat kenaikan dari frekuensi
dan amplitude denyut sekresi dari LH dan FSH yang menstimulasi
gonad untuk menghasilkan steroid sex (estrogen dan testosterone).
Pada perempuan LH berperan penting pada ovulasi dari ovum
yang mati dan juga terlibat dalam pembentukan karpus luteum dan
sekresi progesteron sedangkan FSH berfungsi untuk menstimulasi
maturasi dari ovarium, fungsi sel granulosa dan sekresi estradiol yang
memungkinkan terjadinya maturasi traktus genetalia wanita dan
perkembangan payudara.
Pada laki-laki, LH akan menstimulasi sel-sel interstitial testis
yang mengahasilkan testoteron dan FSH merangsang spermatosit
dengan adanya testosterone. Secara lengkap (Muss, 1968 dalam
Sunaryo 2004) memuat urutan perubahan-perubahan fisik, tersebut
sebagai berikut :
1. Pada anak perempuan
a. Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota
badan menjadi panjang)
b. Pertumbuhan payudara
c. Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan
d. Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap
tahunnya
e. Bulu kemaluan menjadi keriting
f. Haid
g. Tumbuh bulu-bulu pada ketiak
2. Pada anak laki-laki
a. Pertumbuhan tulang-tulang
b. Testis membesar
c. Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap
d. Awal perubahan suara
e. Ejakulasi
f. Bulu kemaluan menjadi keriting
g. Pertumbuhan tinggi badan mencapai maksimal setiap tahunnya
h. Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot)
i. Tumbuh bulu ketiak
j. Akhir perubahan suara
k. Rambut-rambut di wajah bertambah
l. Tumbuh bulu di dada
2.1.2.2 Perkembangan Psikoseksual
Masa remaja yang merupakan suatu periode individualisasi
progresif dan perpisahan dari keluarga karena pertumbuhan yang cepat
dan fisik, emosional, kognitif dan sosial maka perkembangan
psikososial remaja dibagi menjadi 3 periode yaitu :
1. Masa remaja awal (11 – 13 tahun)
Dicirikan oleh pertumbuhan cepat dan perkembangan karakteristik
seks sekunder. Karena perubahan yang cepat, kesan tubuh, konsep
pribadi, harga diri berfluktasi secara drasmatis terutama bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan mereka menyimpang dari teman-
teman mereka merupakan hal yang sangat menghawatirkan. Ketika
remaja muda mulai menjadi lebih indenpenden dan ikatan keluarga
melonggar, kesetiaan bergesar dari orangtua ke teman sebaya yang
menjadi jauh lebih penting. Remaja muda masih berpikir secara
konkrit dan mempunyai tujuan professional yang samara-samar
dan tidak reslistis.
2. Masa remaja pertengahan (14 – 16 tahun)
Bersamaan dengan berkurangnya pertumbuhan pubertas yang
cepat pada masa remaja awal, remaja mulai menyesuaikan diri dan
merasa lebih nyaman dengan tubuh mereka yang baru. Emosi yang
kuat dan perubahan suasana hati yang cepat adalah khas. Secara
kognitif, ketika remaja berubah dari berpikir konkrit menjadi
berpikir formal, terbentuklah kemampuan untuk berpikir secara
abstrak. Dalam usaha membangun identitas mereka sendiri,
hubungan dengan orang lain utamanya teman sebaya menentukan
standar dalam hal identifikasi, perilaku, mencari dukungan
emosional dan lain-lain.
3. Masa remaja akhir (17 – 24 tahun)
Remaja mulai kurang mementingkan diri sendiri dan mulai
memperhatikan orang lain. Hubungan sosial bergeser dari
kelompok teman sebaya kearah hubungan individual, kencan
menjadi lebih intim. Kemampuan dalam berpikir abstrak
memungkinkan remaja untuk berpikir lebih realistis dalam hal
rencana masa depan, tindakan dan karir. Secara moral, remaja yang
lebih tua mempunyai konsep yang sangat kaku dalam hal benar
atau salah. Masa remaja akhir merupakan periode idealisme.
Menurut Petro Blos (1962), proses penyesuaian diri menuju
kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja :
1. Early adolescence
Pada tahap ini remaja masih terheran-heran akan perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-
pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan udah terangsang
secara erotis dan berkurangnya kendali terhadap ego.
2. Middle adolescence
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan.
Terdapat kecenderungan narcistik yaitu mencintai diri sendiri
dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat sama
dengan dirinya. Selain itu, remaja berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka
atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis
dan sebagainya.
3. Late adolescence
Pada tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-funsi intelek
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain
dan dalam pengalaman-pengalaman baru
c. Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dan orang lain
d. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum (the public)
2.2.3 Faktor Penyebab Masalah Psikososial Remaja Pria
Timbulnya masalah pada remaja dikarenakan oleh berbagai faktor
yang sangat kompleks yang terjadi pada masa remaja. Secara garis besar,
faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat
akan memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks.
b. Orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang
benar dan tepat waktu karena ketidaktahuannya.
c. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi kemajuan teknologi
menyebabkan membanjirnya arus informasi luar yang sulit diseleksi.
d. Pembangunan ke arah industrilisasi menyebabkan terjadinya perubahan
tata nilai sehingga remaja bisa menderita frustasi dan depresi yang
menyebabkan mereka mengambil jalan pintas yang bersifat negative. (Buku
Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja ed.i.Narendra.B,dkk; 2002).
2.3 Tinjauan Tentang Perilaku
2.3.1 Pengertian
Perilaku adalah suatu respon organisme atau seseorang terhadap
rangsangan dari luar subyek tersebut (Soekidjo,N, 1993).
Dalam Ensiklopedia Amerika, perilaku dapat diartikan sebagai suatu
aksi-reaksi organisme terhadap lingkungan. Perilaku baru terjadi apabila
ada sesuatu yang dibutuhkan untuk menimbulkan reaksi yakni yang
disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menimbulkan
reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo S, 1997).
Robert Kwick (1974) sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997),
perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat
diamati atau bahkan dapat dipelajari.
Secara umum, menurut Sri Kusmiyati dan Desminiarti, (1990) dikutip
oleh Sunaryo (2004) perilaku manusia pada hakekatnya proses interaksi
individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia
adalah makhluk hidup.
2.3.2 Ciri Perilaku Manusia
a. Kepekaan sosial
b. Kelangsungan perilaku
c. Orientasi pada tugas
d. Usaha dan perjuangan
e. Tiap-tiap individu adalah unik
2.3.3 Proses Pembentukkan Perilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Dalam memenuhi
kebutuhan yang tersusun dalam hirarki kebutuhan menurut Abraham
Maslow, tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dan yang lain karena
perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan adalah secara simultan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan suatu
penggerak/pendorong yang disebut motivasi. Kemudian pada akhirnya
sikap dan kepercayaan sangatlah mempengaruhi arah perilaku
seseorang, akankah berperilaku positif atau sebaliknya.
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
a. Faktor genetik/faktor endogen, meliputi :
- Jenis ras
- Jenis kelamin
- Sifat fisik
- Sifat kepribadian
- Bakat pembawaan
- Intelegensi
b. Faktor eksogen/faktor dari luar individu, meliputi :
- Faktor lingkungan
- Pendidikan
- Agama
- Sosial ekonomi
- Kebudayaan
- Faktor-faktor lain seperti persepsi, emosi dan lain-lain
2.3.5 Bentuk Perilaku
a. Perilaku Pasif
Perilaku pasif atau respon internal adalah perilaku yang sifatnya
masih tertutup, hanya terjadi dalam diri individu yang bersangkutan
dan tidak diamati secara langsung perilaku ini sebatas sikap dan
belum ada tindakan yang nyata.
Misalnya : berpikir, berangan-angan.
b. Perilaku Aktif
Perilaku aktif atau respon eksternal adalah perilaku yang sifatnya
terbuka, dapat diamati secara langsung dan berupa tindakan nyata.
Misalnya : merokok.
2.3.6 Perilaku Penyalahgunaan Zat
Walaupun terdapat suatu rentang dari penggunaan zat hingga
penggunaan berlebihan atau penyalahgunaan zat tetapi tidak semua
orang yang menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaan zat. Oleh
karenanya, terdapat suatu rentang respon koping terhadap penggunaan
zat yang disebut Rentang Respon Koping Kimiawi.
Gambar 2.3 Rentang Respon Koping Kimiawi.
Respon adaptif Respon maladaptif
Mabuk alamiah Penggunaan jarang Penggunaan sering
Ketergantungan
Aktivitas fisik dari tembakau, dari tembakau, Penyalahgunaan
Meditasi kafein, alkohol, kafein, alkohol Gejala putus zat obat yang
obat yang toleransi
diresepkan, obat diresepkan, obat terlarang terlarang
2.4 Tinjauan Tentang Rokok
Merokok sudah dianggap hal biasa dalam kehidupan sehari-hari
padahal dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia berbahya untuk kesehatan, 2
diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat
karsinogenik (Asril Bahar, Harian Umum Republika, Selasa 26 Maret 2002).
Racun karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu
terjadinya kanker. Sebenarnya, penanggulangan merokok di Indonesia telah
berjalan lama ditandai dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah No. 18
Tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan dari peraturan
pemerintah No. 19 Tahun 1993 tentang larangan pembagian produk contoh
rokok secara gratis. Namun hingga kini jumlah perokok tidak berkurang bahkan
remaja dan anak-anak dibangku sekolahpun turut merokok pula.
Remaja adalah golongan yang suka mencoba-coba. Oleh karena
merokok adalah sesuatu yang baru pada mereka. Hati mereka bertanya-tanya
apa nikmatnya sehingga mereka tetap tak mau lepas dari rokok. Karena didalam
rokok terdapat nikotin yang menyebabkan kecanduan layaknya putauw (heroin),
ganja, dan sabu-sabu. Nikotin dikenal sebagai salah satu faktor resiko penyakit
jantung koroner. Penyempitan pembuluh darah jantung terjadi lebih dini pada
remaja yang merokok. Tembakau merusak jaringan paru-paru dan mengurangi
kandungan oksigen darah yang dibutuhkan seseorang saat beraktivitas. Selain
itu upaya pemasaran rokok baik secara langsung melalui iklan rokok ataupun
secara tidak langsung melalui kegiatan mensponsori acara konser musik
sembari memberikan sampel rokok secara gratis, olahraga, film layar lebar
hingga keagamaan. Hal ini akan menarik minat remaja untuk merokok,
sementara pemberian sampel rokok secara gratis justru akan mendorong remaja
untuk mencoba-coba merokok tanpa menyadari sepenuhnya dampak
ketergantungan terhadap rokok.
Hal yang menyebabkan remaja sangat sulit meninggalkan rokok
karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa
nikmat yang diperolehnya akan berkurang. Efek dari rokok/tembakau memberi
stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran,
tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya
rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak
begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu Kedokteran Jiwa, Psikiatri, 1999).
Dalam upaya prevalensi, motivasi untuk menghentikan perilaku
merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan
menumbuhkan motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba
merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh godaan
merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orang
tua (www.e-psikologi.com).
Anang Sari Atmanta, relawan pusat studi seksualitas, mengelompokkan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk merokok, yaitu :
a. Pengaruh Orang Tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda
yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.
b. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga
dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada 2 kemungkinan yang
terjadi adalah remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan
teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi perokok.
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun
satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan
(termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi
pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor rendah.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa merokok adalah lambing atau glamour, membuat remaja sering kali
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
Menurut Silvan Tomkins ada 4 tipe perilaku rokok berdasarkan Management of
Offect Theory, yaitu :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok
seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Green (dalam
Psichological Faktor in Smoking, 1978) menambahkan ada 3 sub tipe ini
a. Pleasure Relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
b. Stimulation ti pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan
memengang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa
akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau
sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa
menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan
rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasan negatif. Banyak orang
menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia
marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari
perasaan yang lebih tidak enak.
3. Perilaku merokok yang adiktif. Oleh Green disebut sebagai Psychological
Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang
digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
Mereka umumnya akan pergi keluar rumah untuk membeli rokok, walau
tengah malam sekalipun karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap
saat ia mengingkannya.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasan. Mereka menggunakan rokok
sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi
karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Dapat dikatakan pada
orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan perilaku yang bersifat
otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan
api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Dan Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Wirjoadmodjo dan
Wahyono (1991) Thamrin Hasbullah (1993) dan Sitorus (2006), maka konsep
penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
3.1.2
Kerangka Konsep Penelitian
MOTIVASI REMAJA PRIA TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI
KELURAHAN CELLU KECAMATAN TANETE RIATTANG TIMUR
KABUPATEN BONE 2012
Indevenden Devenden
variabel kontrol
MOTIVASI PERILAKU MEROKOK
PENGARUH ORANG TUA
PENGARUH TEMAN
PENGARUH IKLAN
KEPRIBADIAN