MODUL PRAKTIKUM STASE KARDIOPULMONAL
2019
PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
MODUL PRAKTIKUM
Stase Kardiopulmonal
Program Studi Profesi Fisioterapi Fk Unud
Tim Penyusun :
Made Hendra Satria Nugraha, S.Ft., M.Fis
i
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu.
Puji syukur kita haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa bahwa kini telah tersusun Modul
Praktikum Stase Kardiopulmonal Program Studi Profesi Fisioterapi FK Unud.
Tujuan diterbitkannya modul praktikum ini adalah sebagai panduan dalam :
1. Melaksanakan proses praktik dalam ilmu fisioterapi kardiopulmonal
2. Menganalisis secara praktis dan professional dalam praktik fisioterapi kardiopulmonal
Harapan kami semoga modul praktikum ini dapat bermanfaat sesuai tujuan dan sasaran
pendidikan
Om santih, santih, santih, om.
Denpasar, 17 September 2016
Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi FK Unud
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii
Definisi .......................................................................................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................................................................... 1
Sasaran .......................................................................................................................................................... 1
Sumber Pembelajaran ................................................................................................................................... 1
Sumber daya.................................................................................................................................................. 1
Pelaksanaan ................................................................................................................................................... 2
A. PPOK ............................................................................................................................................... 2
B. Asma Bronchial ............................................................................................................................... 6
C. Bronchitis ....................................................................................................................................... 10
D. Gangguan Pleura .......................................................................................................................... 12
E. Pnemonia ....................................................................................................................................... 13
F. Bedah Thorax ................................................................................................................................ 15
G. Bronchiectasis ............................................................................................................................ 15
H. Emphysema ............................................................................................................................... 17
I. TB Paru .......................................................................................................................................... 19
J. Pneumothorax ............................................................................................................................... 20
1
Definisi
Manajemen fisioterapi kardiopulmonal adalah ilmu yang mempelajari penanganan
fisioterapi pada kasus kardiopulmonal. Manajemen fisioterapi kardiopulmonal adalah gabungan
dari beberapa ilmu seperti fisiologi, anatomi, patologi, manajemen fisioterapi, dll yang bertujuan
untuk memberikan gambaran penatalaksanaan kasus-kasus fisioterapi di bidang kardiopulmonal.
Tujuan
Tujuan instruksional umum
1. Memahami kasus-kasus fisioterapi kardiopulmonal
2. Memahami dan mampu menganalisa kasus-kasus fisioterapi kardiopulmonal
3. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus
kardiopulmonal
Tujuan intruksional khusus
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan proses-proses fisioterapi spesifik seperti:
1. Pemeriksaan dengan cermat pada bidang kardiopulmonal
2. Memberikan program latihan untuk proses rehabilitasi pada kasus-kasus
kardiopulmonal
Sasaran
Sasaran pembelajaran praktikum manajemen fisioterapi kardiopulmonal adalah mahasiswa
Profesi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah lulus pada mata kuliah
anatomi, fisiologi, biomekanik, elektrofisika dan sumberfisis, patologi, manual therapy, terapi
latihan, dan psikologi pada semester sebelumnya atau pada jenjang pembelajaran sebelumnya.
Sumber Pembelajaran
Sumber Pembelajaran yang digunakan sebagai rujukan adalah :
A. Buku Text dan ebook :
1. Basuki, Nur. 2007. Hand Out FT Kardiopulmonal.surakarta.
2. Price, S.A. Wilson, L.M. Pathophysiology: clinical concepts of disease process. 6
edition, Elsevier Science 2006.
3. Wenzel, S.E., Larsen, G.L.. Assesment of lung function. In: Bierman, C.W.,
Pearlman, D.S., Shapiro, G.G., Busse, W.W., ed. Allergy, asthma and immunology
from infancy to adulthood. Philadelphia 1996 : WB Saunders, 157-172..
B. Narasumber :
1. Dosen Matakuliah
Sumber daya
A. Sumber daya manusia:
2
1. Dosen pemberi mata kuliah : 1 orang
B. Sarana dan Prasarana:
1. BRSUD Tabanan
2. RSUP Sanglah Denpasar
6. Ruang Lingkup
Ruang lingkup praktikum manajemen fisioterapi kardiopulmonal adalah melakukan
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus kardiopulmonal mulai dari pemeriksaan hingga intervesi
pemberian pelatihan untuk meningkatkan aktivitas fungsional pasien.
7. Alat dan kelengkapan:
1. Bed atau matras
2. Formulir pemeriksaan
3. Alat-alat exercise (trampoline, bola, terabands, dll.)
8. Pengendalian dan Pemantauan
1. Absensi mahasiswa dan dosen yang telah ditandatangani
2. Format penilaian responsi yang telah ditandatangani dan diberi nama jelas instruktur
yang menilai dan peserta didik yang bersangkutan
3. Pedoman penilaian pencapaian kompetensi.
Pelaksanaan
A. PPOK
Definisi
PPOK adalah istilah umum yang mengacu pada kondisi paru kronis yang ditandai dengan
penyempitan dan penyumbatan saluran udara, peningkatan retensi sekresi paru dan
kerusakan struktural alveoli. Keterbatasan aliran udara ini bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversibel.
Problem fisioterapi: impaiment.
1. Spasme bronkus/Penyempitan jalan nafas /inflamasi bronkus(s43010)
2. Spasme otot-otot asesores inspirasi (s 43038). Kelelahan otot asesoris (b4452)
3. Frekuensi sesak napas tidak teratur (b4401) " sasak nafas saat aktivitas".(b4402)
4. Tachinae (b4400)
5. Jangka panjang keterpaksaan ekspirasi
dalam alveoli akibat saluran udara menyempit selama ekspirasi dan menyebabkan
(meningkatnya residual volum(s43011)).
6. Terjadi akumulasi sekresi kronik pada bronkus dan paru (s43010).
7. FEV1 < 80 % (b)
3
8. Kemampuan daya tahan latihan menurunan (b).
9. Gangguan sikap (s).
10. Kemampuan kerja menurun (d)
11. Bila parah perlu alat bantu dan lingkungan khusus (e).
Anamnese Fisioterapi
Assesment umum: Cantumkan jam: tanggal, bulan, dan tahun..
1) Identitas pasien. Termasuk BB dalam Kg, dan TB dalam cm/m.
2) Vital signs: Meliputi: HR, RR,BP,
3) Assesment khusus berdasarkan masalah tidak terbatas pada:
a. Spasme bronkus/Penyempitan jalan nafas /inflamasi bronkus(s43010)
b. Spasme otot-otot asesores inspirasi (s 43038). Kelelahan otot asesoris (b4452)
c. Frekuensi sesak napas tidak teratur (b4401) " sasak nafas saat aktivitas".(b4402)
d. Tachinae (b4400)
e. Keterpaksaan ekspirasi /kerja keras ekspirasi. (b)
f. Peningkatnya residual volum(s43011)).
g. Akumulasi sekresi (s43010).
h. FEV1 < 80 % (b)
i. Kemampuan daya tahan latihan (b).
j. Gangguan sikap (s).
k. Kemampuan kerja (d)
l. Alat bantu yang digunakan (e).
Tujuan Fisioterapi:
1) Meringankan rasa sesak nafas (dyspnea).
a. Mengurangai spasme bronkus.
b. Mengurangi spasme otot asesoris.
c. Mengurangi keterpasaan ekspirasi
d. Meminimalkan volume residual.
2) Memobilisasi sekresi.
a) Akumulasi sekresi (s43010).
b) Meningkatkan FEV1 > 80 % (b)
3) Meningkatkan toleransi latihan.
a. Meningkatkan kKemampuan daya tahan latihan (b).
a. Meminalkan gangguan sikap (s).
b. Meningkatkan kemampuan kerja (d)
4) Menganalisa kebutuhan alat bantu yang digunakan dan lingkungan yang sesuai.
4
Metode:
1. Meringankan rasa sesak nafas (Relief dyspnea):
a. Posisi rileks:
Langkah pertama adalah mengatur posisi minimal energi. Ini adalah teknik yang
efektif dan terbaik untuk mengurangi gejala sesak napas dan kerja pernapasan
berlebih.
b. Latihan re breathing kembali:
Latihan kontrol pernapasan meringankan sesak nafas dan meningkatkan pertukaran
gas. Teknik paling sering diajarkan adalah pernapasan diafragma dengan
mengerutkan bibir saat ekspirasi atau kombinasi diapraghma dan pursed lips
breathing tehnik.
(1). Diaphragmatic Breathing Exercise(DBE) /Latihan Pernapasan Diafragma:
Latihan pernapasan diafragma meningkatkan kekuatan diafragma sebagai otot
inspirasi utama. Ini meningkatkan ventilasi saluran udara kecil dan dasar paru-paru.
Selain itu, sering digunakan dalam kombinasi dengan pernapasan mengerutkan bibir
saat ekspirasi (PLBT) dan relaksasi teknik.
(2). Pursed lips breathing (PLB) / Bernapas Mengerutkan Bibir (BMB) dikombinasi
dengan low brething control tecnigoe(LBCT) /deep breathing technigues (DBT)
Berlatih bernapas dengan bibir mengerucut selama ekspirasi untuk mengatasi spasme
saluran udara, karena dengan mempertahankan tekanan positif di saluran udara
selama ekspirasi menstimulasi rileksasi bronkus. Selain itu ekspirasi dengan bibir
mengerucut waktu panjang akhirnya menyebabkan penurunan jebakan udara dan
volume residu sehingga, menstimulasi alveolar di dasar paru-paru komplin lebih luas.
(3).Breathing Control Techniques (BCT)/ Teknik Kontrol Pernapasan (TKP): istilah
lain deep breathing technigue( low breathing technigue) Teknik Kontrol Pernapasan
mendorong pernapasan dalam dan untuk mengontrol sesak nafas (Napas
dangkal/cepat). Mengontrol napas/ nafas perlahan saat bekerja sangat baik seperti
ketika berjalan atau naik tangga, misalnya satu langkah menarik napas dalam dan dua
langkah untuk menghembuskan napas, atau satu langkan tarik nafas dan satu langkah
berikutnya untuk meng eluarkan nafas, atau irama sesuai pola nafas oleh individu
tertentu. Selain itu, kontrol pernapasan dapat dilakukan melalui latihan pernapasan
diafragma dan mengerutkan bibir, yang mendorong pernapasan dalam dan
mengontrol sesak nafas tersebut dengan menurunkan jumlah frekuensi nafasnya.
Dalam low breathing atau mengurangi frekuensi nafas dapat dilakukan berdasarkan
prosentasi dari respiratori rate hasil pemeriksaan. Misalnya RR pemeriksaan 30/min
dengan dosis 80%, 60%,40 % 20% contoh 80% RR 30 x80 /100=RR latihan 24/min ,
60%= 30x60/100= RR latihan 18 , 40 % =30x40/100 = RR latihan 12/min , 20% =
30 x 20/100 = RR latihan 6 kali /min. Dan dalam dosis selalu ingat : frekuensi
latihan. Intensitas latihan, waktu latihan. Tipe latihan, Repetisi ( pengulangan/menit),
5
set (berapa pengulangan per set( satu kali latihan) dan latihan dilakukan berapa sesi
(intermeten training).
(4).Biofeedback and respiratory muscle training/Biofeedback dan pelatihan otot
pernafasan: Biofeedback mengajarkan pengendalian diri terhadap fungsi fisiologis
dan pelatihan otot pengendali ventilasi membangun kekuatan dan daya tahan pada
otot pernapasannya.
2. Mobilisasi skret.
a. Incentive spirometry: Tujuan intervensi ini adalah untuk mendorong pasien untuk
mengambil pernapasan panjang/dalam yang mengarah ke pengurangan sesak napas.
b. Peak expiratory flow meter/Puncak arus ekspirasi : yang mendorong pasien untuk
melakukan ekspirasi penuh di setiap latihan dengan keberhasilan diakhir latihan.
c. Oksimetri biofeedback digabung dengan latihan bernafas bibir mengerucut : pasien
dapat menggunakan oksimetri pulsa sebagai panduan biofeedback untuk mengajar
mereka, meningkatkan oksigen saturasi selama kinerja pernapasan mengerutkan bibir
yang mengurangi sesak nafas dan meningkatkan pertukaran gas, yang mengakibatkan
peningkatan saturasi oksigen.
d. Coughing (Batuk):
Pasien dilatih batuk dan didorong untuk batuk efektif agar mukus/ sekresi
termobilisasi. Sebagai alternatif, dilakukan "huffing" terdiri dari inspirasi lambat dan
mengeluarkan nafas spontan/ cepat untuk meningatkan total kapasitas paru, diikuti
oleh huffing dengan glotis terbuka agar lebih efektif. Huffings dapat membuka
saluran udara kecil, bronkospasme danmenurunkan kelelahan.
e. Chest physiotherapy/Fisioterapi dada:
Postural drainase, perkusi/ getaran dinding dada efektif secara klinis untuk mobilisasi
mukus.
3. Latihan peningkatan kemampuan aktifitas:
Pada kelemahan otot rangka dan otot torak pada umumnya dialami pasien PPOK untuk
meningkatkan kekuatan kelompok otot tersebut dilakukan pelatihan kelompok otot
tertentu memungkinkan pasien untuk lebih nyaman dan percaya diri, sehingga mampu
melakukan ADL mandiri. Oleh karena itu, latihan kekuatan dimungkinkan digabungkan
dengan pelatihan daya tahan dengan intensitas: 60-80% dan frekuensi 3-5/minggu.
a. Pedoman dosis latihan untuk pasien dengan COPD:
1) Latihan Fleksibilitas:
Peregangan kelompok otot utama dari kedua ekstremitas atas dan, termasuk otot
trapezius . Fleksibilitas / peregangan dianggap sebagai bagian dari pemanasan
sebelum latihan aerobik dan sebagai bagian dari pendinginan setelah latihan
aerobik.
2) Latihan aerobik:
6
a) Motode: Harus menggabungkan kelompok otot besar yang dapat terus
menerus dan aktivitas berirama. Jenis latihan meliputi: senam, berjalan,
bersepeda, mendayung, berenang dll
b) Frekuensi: Direkomendasikan minimal latihan adalah tiga sampai lima kali
per minggu.
c) Intensitas: intensitas Minimal 50% dari puncak VO2 maks/60 % HR maks-
85 %. Pendekatan lain adalah di bawah batas maksimum ditoleransi oleh
gejala.
d) Durasi : direkomendasikan minimal 20 sampai 45 menit, latihan
intermiten/terus menerus.
e) Tipe latihan aerobik
3) f). Repetisi 20-30 grakan/menit
4) g). satu set minimal 2 x 8 gerakan (shehab M, Abd- Kader 2011)
5) h). sesi disesuaikan dengan waktu.
Prognosis
1. Baik.
2. Ringan dapat sembuh sendiri.
Sarana dan Prasarana
1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer,Ultrasound, Nebulizer
2. Prasarana : Ruangan latihan dengan perlengkapan nya
B. Asma Bronchial
Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi pada saluran jalan nafas yang hiper reaktivitas, terjadi
secara berulang, disertai mengi, sesak nafas , dan batuk terutama pada malam dan pagi hari
Problem Fisioterapi :
1. Impairment (Body Structure &Function):
a. Ketidak mengertiannya terhadap pencetus problem.(pendidikan)
b. Kapasitas aerobik (b.4551)
c. FEV1 < 80 % (?.....),
d. Retensi sekret (b.4501)
e. sesak nafas/tachypnoea (b 4400),
f. Kemampuan latihan rendah (b.4548),
g. Inflamasi saluran nafas (S.43010).
h. Ketegangan m. scaleni sterno cledomastoideus, m.Trapezius (s.7104)/(s.43038).
2. Keterbatasan Aktivitas
a. Berjalan dan bergerak (d.450-469)
7
b. Beraktivitas terbatas, berjalan terbatas, bekerja terbatas
3. Keterbatasan Partisipasi
a. Perlu alat tranportasi (e.5401)
b. Edukasi lingkungan dan latihan ( e.5851).
Hasil asesmen
1. Riwayat penyakit :
a. Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa berobat.
b. Problem berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
c. Problem timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
d. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
2. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
a. Riwayat keluarga (atopi)
b. Riwayat alergi / atopi
c. Penyakit lain yang memberatkan
d. Perkembangan penyakit dan pengobatan
3. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik seperti normal, yang paling sering ditemukan adalah mengi pada
auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun pada
pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan jalan napas. Pada keadaan
serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema dan hipersekresi dapat menyumbat
saluran napas; maka sebagai kompensasi penderita bernapas pada volume paru yang
lebih besar untuk mengatasi dan menimbulkan hiperaktif otot asesoris inspirasi (m.
Trapezius dan m. Sternocledomastoideus) dan menimbulkan kelelahan, Otot ekspirator
lemah termasuk inspirator utama m. Diapraghma).
a. Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi napas, suhu, dan tekanan
darah).Temuan pemeriksaan adalah frekuensi napas yang meningkat (tachypnea)
dan tachycardia.
b. Sesak napas dan batuk
c. Terdapat bunyi mengi (wheezing) dan ronchi
d. Disertai/tidak disertai nyeri pada dada
e. Regio kepala dan leher: – Ditemukan hiperarthropi otot-otot inspirator –Adanya
sianosis pada ujung jari dan bibir yang diakibatkan karena menurunnya oksigen
dalam darah
f. Analisis bentuk dada dan postur :–Bahu nampak sedikit elevasi dan protraksi bahu
dikarenakan pada saat ekspirasi selalu menggunakan otot aksesori pernapasan
(m.scaleni sterno cledomastoideus) – Postur tubuh cenderung forward – Bentuk
thoraks barrel chest anterior posterior
g. Pola napas : Cepat dan dalam karena adanya gangguan pada fase ekspirasi
h. Pemeriksaan : – Pump hundle movement – Bucket hundle movement
8
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan spirometri
Manfaat pemeriksaan spirometri dalam menilai klasifikasi berat ringannya kondisi :
- Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1
< 80% nilai prediksi.
- Menentukan derajat asma.
- Menentukan dosis latihan: pasif,asisted, actif atau dengan beban (batas
aerobik).
Klasifikasi derajat asma:
b. Pemeriksaan Lab : eosinovil, Gas darah
c. Chest X-Ray : bila diperlukan
Penegakan Diagnosa Fisioterapi:
1. Automatik respon: Memonitor perubahan tanda vitaldan gejala yang muncul setelah ada
perubahan posisi atau aktivitas gerak dasar.
2. Six minutes walking test (test 6 menit jalan).
3. Diagnosa Fisioterapi : Bergerak atau berjalan terbatas: karena penyempitan bronkus,
ketegangan m.asesoris inspirator, penumpukan sputum, FEV1 < 80%, sesak nafas.
9
Rencana intervensi.
Tujuan mengatasi masalah:
Masalah anatomi:
- Ketidak mengertiannya terhadap pencetus problem.(pendidikan )
- Inflamasi saluran nafas (S.43010).
- Ketegangan m. scaleni sterno cledomastoideus, m.Trapezius s.7104)/(s.43038).
Masalah Fisiologi:
- Kapasitas aerobik(b.4551),
- FEV1 < 80 % (?....)
- Retensi sekret (b.4501),
- Sesak nafas/tachypnoea (b 4400),
- Kemampuan latihan rendah (b.4548),
Keterbatasan Aktivitas: Berjalan dan bergerak (d.450-469): Beraktivitas terbatas,
berjalan terbatas, bekerja terbatas
Keterbatasan Partisipasi: . Perlu alat tranportasi (e.5401) dan edukasi dan latihan
(e.5851).
Prognosis :
Prediksi; membaik, memburuk ( Paul F Beattie, Roger M Nelson,2007)
Setelah dilakukan intervensi Fisioterapi: masalah minimal dan Kemampuan meningkat, gunakan
tes reevaluasi.
Intervensi.
Prinsip intervensi Fisioterapi :
- informed consent
- Aman dan terbaik
- Tepat dosis yang berdasarkan evidance based assesment.
1. Problem anatomi:
i. Ketidak mengertiannya terhadap pencetus
- Edukasi dan home program (sesuai SOP)
i. Inflamasi saluran nafas (S.43010).
- Pursed lips breathing ( Sesuai SOP)
- Inhalasi
ii. Ketegangan m. scaleni sterno cledomastoideus, m.Trapezius s.7104)/(s.43038).
- Stretching/ kontrak rileks/ IR/ MWD/ Manipulasi (Sesuai SOP).
2. Problem Fisiologi:
a. Kapasitas aerobik (b.4551)
aktivitas fisik/ sepeda statik/ tread mill/ joging/senam dll Sesuai (SOP).
b. FEV1 < 80 %
- Deep Diaphragmatic Breathing
c. Retensi sekret (b.4501),
- Manual Hyperinflation, Chest Fisioterapi, ACBT, Humidifikasi/inhalasi (Sesuai SOP).
10
d. sesak nafas/tachypnoea (b 4400),
- Posisioning, Deep Breathing, rilaksasi, perbaikan sirkulasi (sesuai SOP).
e. Kemampuan latihan rendah (b.4548),
- Mobilitas, ADL dan latihan progresif ( Sesuai SOP).
3. Problem Keterbatasan Aktivitas : Berjalan dan bergerak (d.450-469):
: Beraktivitas terbatas, berjalan terbatas, bekerja terbatas.
: Latihan jalan, senam, bersepeda statik (sesuai SOP).
4. Problem Keterbatasan Partisipasi:
Perlu alat tranportasi (e.5401) dan edukasi dan latihan ( e.5851) sesuai analisa hasil evaluasi
dan kebutuhan .
5. Treatment goals and plan of care
Sarana dan Prasarana
1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer, spirometri/peak flow , IR/MWD, Nebulizer
2. Prasarana : Ruangan fisioterapi dengan alat altihan.
C. Bronchitis
Definisi
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paruparu). Penyakit ini
biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Penderita yang memiliki
penyakit menahun (misalnya, penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia
lanjut, bronkitis dapat bersifat serius. Secara umum, bronkitis dibagi menjadi dua jenis, yaitu
bronkitis akut dan bronkitis kronis.
PROSES FISIOTERAPI
Anamesis
Pada kondisi ini yang menjadi keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pasien batuk
disertai dahak dan sesak napas secara terus-menerus.
Pemeriksaan Spesifik
1. Pemeriksaan ekspansi thorak
Pemeriksaan ekspansi thorak menggunakan midline dengan mengukur pada 3 titik yaitu
pada axilla, ics v, dan xiphoideus sehingga didapatkan hasil mengalami penurunan ekspansi
thorak.
2. Pemeriksaan sesak napas
Pemeriksaan sesak napas menggunaka Borg Scale untuk mengetahui seberapa sesak napas
yang sedang dirasakan. Hasil yang didapatkan menunjukkan nilai 5 (Sesak mengganggu).
3. Pemeriksaan spasme otot
Pemeriksaan spasme otot dengan cara palpasi untuk mengetahui otot-otot pernapasan yang
mengalami spasme. Didapatkan hasil terdapat spasme pada otot pectoralis mayor dan
trapezius upper.
4. Pemeriksaan sputum
11
Pemeriksaan sputum dengan cara auskultasi berdasarkan suara krakel untuk mengetahui
letak dan banyak sputum pada penderita.
Permasalahan Fisioterapi
1. Impairment
Impairment yang dijumpai pada pasien dengan kondisi bronkitis kronis ini adalah:
a) adanya sesak napas
b) adanya sputum
c) adanya spasme otot-otot pernapasan
d) adanya penurunan ekspansi thorak.
2. Functional limitation
Keterbatasan fungsi yang dirasakan oleh pasien dengan kondisi bronchitis kronis ialah
Pasien mengalami hambatan dalam melakukan pekerjaannya dikarenakan sesak nafas dan
mudah lelah.
3. Disability
Pasien memiliki hambatan saat melakukan aktivitas dan bersosialisasi dengan masyarakat
dikarenakan adanya sesak nafas dan mudah lelah.
Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Sinar Infra Merah
Lakukan tes sensibilitas tajam tumpul pada area otot pectoralis mayor dan trapezius upper
kemudian posisikan pasien senyaman mungkin. Pada area yang diterapi bebas dari pakaian.
Persiapkan alat IR dengan mengarahkan sinar infra merah tepat tegak lurus pada otot
pectoralis mayor dan trapezius upper dengan jarak 45 cm dengan waktu penyinaran 10 menit
pada tiap bagian. Terapis memberikan informasi efek rasa hangat yang muncul pada sinar
infra merah, apabila pasien merasakan panas yang berlebihan saat terapi berlangsung
diharapkan dapat memberitahukan kepada terapis.
2. Chest Fisioterapi
Fisioterapi dada dengan menggunakan beberapa tehnik seperti postural drainage,
tapotement, batuk efektif, breathing exercise.
a. Postural Drainage
Postural drainage adalah posisi tubuh dengan menggunakan gravitasi untuk
membantu mengalirkan sekresi (mukus) dari segmen paru-paru pasien. Pada setiap
posisi, bronchus segmental pada area yang akan dialirkan harus tegak lurus dengan
lantai.
b. Tapotement
Tapotement adalah pengetokan dinding dada dengan tangan. Untuk melakukan
tapotement, tangan dibentuk seperti mangkuk dengan memfleksikan jari dan
meletakkan ibu jari bersentuhan dengan jari telunjuk. Perkusi dinding dada secara
mekanis akan melepaskan sekret. Indikasi untuk perkusi dilakukan pada pasien yang
mendapatkan postural drainage.
c. Batuk Efektif
Latihan batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan sekret
secara maksimal.
d. Breathing Exercise
12
Latihan napas yang terdiri atas pernapasan diafragma dan purse lips breathing.
Tujuan latihan pernapasan adalah untuk mengatur frekuensi dan pola napas,
memperbaiki fungsi diafragma,memperbaiki mobilitas sangkar thorak dan mengatur
kecepatan pernapasan sehingga bernapas lebih efektif. Latihan ini meningkatkan
inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan kecemasan,
menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernapasan yang tidak berguna dan tidak
terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernapasan, dan mengurangi kerja pernapasan.
D. Gangguan Pleura
Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau
eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Rongga pleura adalah rongga yang terletak
diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada, diantara permukaan viseral dan
parietal.Dalam keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung sedikit cairan sebanyak
10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura parietalis dan viseralis, dengan fungsi
utama sebagai pelicin gesekan antara permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan. Jenis
cairan lainnya yang bisa terkumpul di dalam rongga pleura adalah darah, nanah, cairan
seperti susu dan cairan yang mengandung kolesterol tinggi. Efusi pleura bukan merupakan
suatu penyakit, akan tetapi merupakan tanda suatu penyakit. Pada gangguan tertentu, cairan
dapat berkumpul dalam ruang pleural pada titik dimana penumpukan ini akan menjadi bukti
klinis, dan hampir selalu merupakan signifikasi patologi.
Anamnesis
Pengumpulan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan
dari permukaan pleura. Adanya ganggguan nyeri dada dan gangguan pernapasan.
Pemeriksaan
1) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis rongga dada pemeriksaan cairan pleura torasentesis
(pengambilan cairan pleura)
2) Pemeriksaan objektif
Postural drainage
Rencana penatalaksanaan
1) Tujuan
Mengurangi nyeri dada dan pola nafas kembali efektif
2) Prinsip terapi
Mengurangi nyeri dada, mengurangi cairan yang berlebihdan sesak nafas
3) Edukasi
Latihan posisi postural drainage
4) Kriteria rujukan
Dari dokter
Prognosis
13
Sangat bervariasi dan tergantung padaa factor penyebab dan ciri efusi pleura.
Sarana dan prasarana
1) Sarana : Bed
2) Prasarana : Ruangan fisioterapi
Penegakan diagnosa
Adanya nyeri yang berhubungan dengan penekanan rongga pleura oleh penimbunan cairan
yang berlebih sehingga pola nafas yang tidak efektif dan menganggu pertukaran gas oksigen
pada alveoli.
E. Pnemonia
Definisi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi
akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan
paru-paru . dan sel–sel tubuh mengalami kekurangan oksigen. Pneumonia adalah gangguan
menular /peradangan paru pada parenkim paru-paru. Kebanyakan pasien memiliki gejala
demam, menggigil, gejala gangguan paru (batuk, dyspnea, produksi sputum berlebih,
pleuritic, nyeri dada), dan satu atau lebih infiltrat/opacities pada hasil foto x-ray dada.
Anamnesis:
Didapatkan pada anak dibawah 3 tahun atau lansia dengan adanya sering kali batuk
berdahak, sputum exudat, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang
pendek, nyeri dada tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan bernafas dalam
atau batuk. Kadang-kadang berdarah , sakit kepala atau mengeluarkan banyak keringat dan
kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, kelelahan,kulit menjadi pucat, mual,
muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi
gejala yang lain.
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi napas dan suhu meningkat)..
- Tekanan darah menurun.
- Sesak napas, demam, batuk, dan nyeri dada
- Terdapat bunyi mengi (wheezing) dan ronchi
- Inspeksi :
a. Regio kepala dan leher :
– Ditemukan hiperarthropi otot-otot asesoris pernapasan
– Bahu nampak sedikit elevasi karena ketegangan otot asesori pernapasan.
b. Analisis bentuk dada dan postur :
14
– Bahu nampak sedikit elevasi dan protraksi bahudi karenakan pada saat
ekspirasi selalu menggunakan otot aksesori pernapasan (m.scaleni
sternocledomastoideus)
– Postur tubuh cenderung forward
c. Pola napas : frekuensi nafas yang meningkat (tachypnea) dan tachycardia (1:4)
- Pemeriksaan :
- Palpasi :
– Pump hundle movement
– Bucket hundle movement
- Perkusi : Sonor rendah.
- Auskultasi : wheezeng daerah retensi skret
- Pemeriksaan spirometri : Fev1dibawah 80 %.
2. Pemeriksaan Penunjang
- Sample sputum
- Pemeriksaan Lab darah :
a. Kadar Hb : 12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl
b. Jumlah leukosit : 5000 – 10.000 /μl
c. Jumlah trombosit : 150.000 – 400.000 /μl
d. Hematokrit : 35 – 45 %
e. LED : 0 – 10 mm/jam (pria), 0 – 20 mm/jam (wanita
dilakukan untuk menentukan jenis pneumonia, tes dahak dilakukan untuk menentukan
apakah itu adalah infeksi jamur atau bakteri. Tes darah dilakukan untuk memeriksa
jumlah sel darah putih pasien, ini dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat
keparahan pneumonia, serta untuk menentukan apakah itu adalah infeksi virus atau
bakteri. infeksi bakteri akan menghasilkan jumlah darah yang memiliki peningkatan
jumlah neutrofil jumlah darah yang memiliki peningkatan jumlah limfosit akan
menunjukkan infeksi virus.
- Chest X-Ray : untuk mendukung problematik yang ada.
Penegakkan Diagnosa
Body Structure &Function :
- Ketegangan otot asesori pernafasan.
- Penurunan ventilasi pulmonal dan mobilitas thoraks
- Retensi Sputum.
- Lab darah normal
Keterbatasan Partisipasi : Makan seimbang, lingkungan sehat
Keterbatasan Aktivitas : Penurunan Tranvers dan ambulasi
Diagnosis Fisioterapi : Penurunan tranvers dan ambulasi karena sesak nafasan ,
retensi mukus, demam, spasme otot asesoris (trapezius dan
stenokledomastoideus).
15
Rencana Penatalaksanaan
1. Tujuan : -Membebaskan jalan nafas dan memobilisasi sputum
- Meningkatkan ventilasi dan ketersediaan oksigen.
- meningkatkan kemampuan ambulasi
2. Prinsip Terapi : - Relaksasi dengan penurunan tonus otot pernapasan
- Mengurangi penumpukan sputum
- Perbaikan ventilasi pada paru
3. Kriteria Rujukan : Dokter spesialis
Intervensi.
1. Memobilisasi sputum : Inhalasi, Chest Fisioterapi, latihan batuk/ huffing , suction,
Incentive spirometri ( sesuai SOP).
2. Rileksasi: Manipulasi, MLD, Breathing exercise ( sesuai SOP).
3. Perbaikan ventilasi: ACBT, Breathing technigue, Mobilisasi toraks, incentive spirometri
(sesuai SOP). (Madjoe & Marais, 2007)
Prognosis
Di kalangan lansia atau orang yang memiliki masalah paru-paru lain penyembuhan mungkin
memakan waktu lebih dari 12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan di
rumah sakit, mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang memerlukan
perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 30–50%. Komplikasi bisa muncul
terutama di kalangan lansia dan mereka yang memiliki masalah kesehatan dasar. Ini bisa
termasuk, antara lain: emfisema, abses paru-paru, bronkiolitis obliteran, sindrom kesulitan
pernafasan.
Sarana dan Prasarana
1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer, Nebulizer
2. Prasarana : Ruangan Terapi
F. Bedah Thorax
Definisi
G. Bronchiectasis
Definisi
Bronchiectasis adalah kondisi yang ditandai dengan dilatasi abnormal di bronki dan kehancuran
dinding bronkial, dan bisa muncul di seluruh pohon trakeobronkial atau bisa terbatas pada satu
segmen atau lobus. Bronchiectasisdidefinisikan sebagai kelainan pada pelebaran bronki. Proses
ini terjadi dalam konteks infeksi kronis saluran pernapasan dan peradangan.
Anamnesis
16
Seorang pasien wanita berusia 35 tahun datang dengan keluhan demam tinggi, batuk,
gelisah, rewel, dan sesak napas sejak dua minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri
yang menjalar ke leher, bahu, dan perut.
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi nafas, suhu, dan tekanan darah)
- Pemeriksaan gerakan dasar (aktif, pasif, isometrik)
- Inspeksi : apakah ada perubahan pada raut wajah, bentuk dada atau sangkar
thoraks, melihat adanya oedema.
- Palpasi : menyentuh dan meraba, apakah ada piting oedema, suhu tubuh, nyeri
tekan pada daerah dada atau thoraks.
- Perkusi : mengetuk pada bagian dada atau thoraks dan abdomen. Melihat apakah
ada nyeri tekan dan kembung.
- Auskultasi : mendengar dengan stetoscop pada bagian dada dan punggung. Untuk
mengetahui adanya cairan pada paru-paru, suara nafas, detak jantung
- Pemeriksaan nyeri dada dengan VAS
- Pemeriksaan spirometer
2. Pemeriksaan Penunjang
- Radiografi
- Ultrasonografi
- CT Scan Dada
- Pemeriksaan Lab
Penegakkan Diagnosa
Keterbatasan Aktivitas : Berjalan jauh, Melakukanpekerjaanrumah
Struktur & Fungsi Tubuh : - Adanya sesak nafas
- Adanya penurunan ekspansi thoraks.
- Adanya spasme pada musculus upper trapezius dan m.
sternocleidomastoideus.
- Penurunan kapasitas paru
- Nyeri dada
Keterbatasan Partisipasi : Berolahraga, Berkebun
Diagnosis Fisioterapi : Penurunan kemampuan fungsional akibat gangguan napas
Rencana Penatalaksanaan
1. Tujuan : Mengembalikan kemampuan fungsional dengan meningkatkan dan
mempertahankan kekuatan serta daya tahan jantung paru.
2. Prinsip Terapi :- Meningkatkan ventilasi.
17
- Relaksasi lokal pada daerah dada dan punggung juga untuk memperbaiki sirkulasi
darah
- Memperbaiki ventilasi udara, melatih pernapasan diafragma, dan menjaga
ekspansi thorak
- Mempertahankan atau meningkatkan mobilitas chest dan thoracal spine.
- Meningkatkan toleransi aktifitas
- Menjaga mobilitas anggota gerak atas (pencegahan keterbatasan gerak)
3. Kriteria Rujukan: spesialis
Prognosis
Prognosis baik jika ditangani dengan cepat tergantung penyebab, beratnya gejala dan respon
terapi. Dan apabila tidak dapat ditangani dengan cepat akan menimbulkan komplikasi yang
lebih berat pada jalan nafas.
Sarana dan Prasarana
1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer, Nebulizer
2. Prasarana : Ruangan Terapi
H. Emphysema
Definisi
Emfisema adalah keadaan paru yang abnormal, yaitu adanya pelebara nrongga udara pada
asinus yang sifatnya permanen yang disebabkan oleh kerusakan pada dinding asinus.
Emfisemaa didefinisikan sebagai gangguan abnormal dan pembesaran alveoli secara
permanen. Masalah utama terdapat di dalam paru-paru ysitu runtuhnya dinding alveolar,
sehingga terjadi pembesaran ruang udara.
Anamnesis
Seorang pasien pria berusia 63 tahun datang dengan keluhan gangguan nafas sejak satu
minggu yang lalu. Pasien mengeluhkan sesak nafas disertai batuk berdahak. Pasien juga
merasa mudah lelah disertai nafas yang tersengal – sengal.
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi napas, suhu, dan tekanan
darah).Temuan pemeriksaan adalah frekuensi napas yang meningkat (tachypnea) dan
tachycardia.
Inspeksi :
- Bernafas dengan pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup) dan ekspirasi
panjang.
- Dada berbentuk barrel-chest. Sela iga melebar.
18
- Sternum menonjol.
- Retraksi intercostal saat inspirasi.
- Penggunaan otot bantu pernapasan.
Pemeriksaan : - Palpasi : vokal fremitus melemah.
Perkusi : hipersonor, hepar terdorong ke bawah, batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler normal atau melemah. Terdapat ronki samar-
samar. Wheezing terdengar pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.
Pemeriksaan spirometri
2. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Lab
- Chest X-Ray
Penegakkan Diagnosa
Keterbatasan Aktivitas : Berjalan jauh
Struktur & Fungsi Tubuh : - Impairment dinding asinus
- Peradangan pada bronchiolus
- Penurunan kapasitas paru
- Limitasi inspirasi
Keterbatasan Partisipasi : Berolahraga
Diagnosis Fisioterapi : Sesak nafas disertai penumpukan sputum yang tercetus
akibat kelelahan dan udara dingin sehingga terjadi
gangguan bernafas
Rencana Penatalaksanaan
1. Tujuan : Mengatasi gangguan pernapasan pasien
2. Prinsip Fisioterapi:
- Membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan efisiensi batuk.
- Mengatasi gangguan pernapasan pasien
- Memperbaiki gangguan pengembangan thoraks.
- Meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan
- Mengurangi spasme/ketegangan otot-otot leher pasien
3. Kriteria Rujukan : bila 6 kali tindakan tidak mencapai tujuan.
Prognosis
Prognosis untuk pasien yang memiliki emfisema bervariasi, tergantung pada tingkat
keparahan kondisi dan apakah pasien terus merokok. Meskipun emfisema bersifat progresif
dan ireversibel, pasien yang berhenti merokok dan menerima terapi oksigen umumnya
memiliki harapan hidup yang lebih panjang
Sarana dan Prasarana
19
1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer, Nebulizer
2. Prasarana : Ruangan Terapi
I. TB Paru
Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakt radang parenkimparu karena infeksi kuman
mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, yang terutama menyerang saluran pernapasan, walaupun juga
dapat melibatkan semua sistem tubuh.
Anamnesis
a. Umum: Demam, menggigil, berkeringat di malam hari, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, dan kelelahan. clubbing kuku signifikan.
b. Problem paru: Jika TB tidak menjadi aktif, paling sering melibatkan paru-paru (sekitar
90% dari kasus). (1) Nyeri dada berkepanjangan, (2) batuk memproduksi sputum.
Sekitar 25% dari orang mungkin tidak memiliki gejala apapun. Kadang-kadang, orang
mungkin batuk darah dalam jumlah kecil, dan dalam kasus yang sangat jarang, infeksi
dapat mengikis ke arteri pulmonalis atau aneurisma, yang mengakibatkan pendarahan
masif. TBC dapat menjadi penyakit kronis dan menyebabkan jaringan parut yang luas
di lobus atas paru-paru. Lobus paru bagian atas lebih sering terkena TBC daripada
yang lebih rendah. Ini mungkin karena baik aliran udara yang lebih baik dibawah, atau
getah bening drainase yang buruk dalam paru-paru bagian atas.
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi nafas, suhu, dan tekanan darah)
- Pemeriksaan auskultasi : adanya wheezing
- Nyeri dada
- Inspeksi statis dan dinamis
- Pemeriksaan : -Palpasi
-Perkusi
-Auskultasi
- Pemeriksaan gerakan dasar (aktif, pasif, isometrik)
- Pemeriksaan ekspansi thoraks
- Sesak nafas disertai nyeri
- Pemeriksaan Spirometer
- Pasien cenderung lemah dan kurus
2. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Lab : Pemeriksaan sputum, darah, uji tuberkulin
- Rontgen dada
20
- CT Scan
Penegakkan Diagnosa
Struktur & Fungsi Tubuh :
- Nyeri gerak pada dada saat protraksi dan retraksi
- Spasme pada otot m.sternocleidomastoideus
- Penurunan ekspansi thoraks
- sesak nafas
- jalan nafas yang terganggu akibat sekres exudat
- inspirasi terbatas
Keterbatasan Aktivitas : Berjalan terbatas/ADL terbatas
Keterbatasan Partisipasi : Pola hidup sehat, lingkungan bersih, tidak merokok.
Diagnosis Fisioterapi : Aktivitas terbatas karena sesak nafas dan ventilasi rendah..
Rencana Penatalaksanaan
1. Tujuan : Membebaskan jalan nafas dan mengembalikan fungsional
2. Prinsip Terapi :
- Efisiensi bernafas/ bergerak.
- Menekankan inspirasi breathing
- Mengurangi sesak nafas, nyeri gerak pada dada saat gerakan protaksi dan retraksi,
- Menurunkan spasme pada otot m.sternocleidomastoideus,
- Meningkatkan ekspansi thoraks
3. Intervensi : ...............................................................................................SOP
4. Kriteria Rujukan : 6-12 intervensi tidak mencapai 75%
Prognosis
Pada penyakit TB primer (sejumlah 1–5% dari kasus), perkembangan ini muncul segera
setelah infeksi awal. Namun, pada kebanyakan kasus, suatu Infeksi laten muncul tanpa
gejalan yang nyata. Kuman yang dorman ini menghasilkan tuberkulosis aktif pada 5–10%
dari kasus laten ini, dan pada umumnya baru akan muncul bertahun-tahun setelah infeksi.
Pada orang yang juga terinfeksi oleh ―M. tuberculosis‖ dan HIV, resiko adanya reaktivasi
meningkat hingga 10% per tahun. Peluang terjadinya kematian karena tuberkulosis adalah
kurang lebih 4% pada tahun 2008, turun dari 8% pada tahun 1995.
Sarana dan Prasarana
1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer,stetoscoope, Nebulizer. Incentive spirometri
2. Prasarana : Ruangan Terapi
J. Pneumothorax
Definisi
21
Pneumotoraks adalah adanya udara bebas di ruang pleura yang menyebabkan paru-paru
collapse secara parsial ataupun keseluruhan. Pneumotoraks didefinisikan sebagai kondisi
dimana adanya udara dalam ruang pleura, yang merupakan ruang antara paru-paru dan
dinding dada.
Anamnesis
Seorang pasien pria berusia 25 tahun datang dengan keluhan nyeri dada yang tiba – tiba
seperti tertusuk sejak 1 bulan yang lalu disertai dengan batuk dan sesak nafas saat
beraktifitas.
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi nafas, suhu, dan tekanan darah)
- Pemeriksaan gerakan dasar (aktif, pasif, isometrik)
- Inspeksi : - Posture : membungkuk
- Ekstremitas : clubbing finger
- Syanosis : Pada kuku
- Pola nafas : tachypnea
- Palpasi :
- Palpasi Fremitus (menggunakan kedua telapak tangan/sisi ulnar) : Fremitus
menurun
- -Palpasi Mediastinum (pada posisi trachea) : kontra lateral (tidak
terkena)/mediastinum bergeser
- Mobility Chest (gerakan upper,middle, & lower lobus) : ada gangguan mobility
chest & asimetris
- Nyeri pada dinding chest dan otot scaleni
- Nyeri saat deep breathing dan batuk
- Perkusi : hyper resonant
- Auskultasi : bunyi nafas menurun
- Pemeriksaan ekspansi thoraks
- Pemeriksaan sesak nafas dengan Borg scale
- Pemeriksaan spasme otot-otot pernafasan
- Pemeriksaan nyeri dada dengan VAS
- Pemeriksaan Spirometer
Pemeriksaan Penunjang
- Rontgen Thoraks
- CT Scan dada
- USG dada
- Pemeriksaan Lab : Torakosintesis, Biopsi, dan Bronkoskopi
22
Penegakkan Diagnosa
Keterbatasan Aktivitas : Berjalan jauh, Pekerjaan Rumah
Struktur & Fungsi Tubuh : - Abnormal breathing pattern
- Penurunan ekspansi sangkar thoraks
- Disfungsi otot-otot pernapasan
- Penurunan kapasitas paru
- Nyeri
Keterbatasan Partisipasi : Berolahraga, Berkebun
Diagnosis Fisioterapi : Penurunan kemampuan fungsional akibat gangguan pada
pernafasan
Rencana Penatalaksanaan
Tujuan : Mengembalikan kemampuan fungsional dan membebaskan jalan nafas
Prinsip Terapi :
- Meningkatkan oksigenisasi
- Meningkatkan dan mempertahankan kekuatan serta daya tahan otot
pernafasan
- Membersihkan mucus
- Meningkatkan volume paru
- Fasilitasi pergerakan sekresi bronchial
- Menjaga mobilitas anggota gerak atas (pencegahan keterbatasan gerak)
Kriteria Rujukan : Dokter spesialis
Prognosis
Jika kasus pneumotoraks mendapatkan pengobatan sejak awal, maka prognosis akan sangat
baik. Tingkat kekambuhan pneumotoraks dapat sampai setinggi 30% pada ipsilateral dan
10% pada kontralateral. Insiden kekambuhan yang tercatat paling tinggi adalah setelah
episode pertama dan pada pasien yang berpartisipasi dalam kegiatan seperti menyelam di
laut dalam. Pasien dengan cystic fibrosis memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi untuk
mengalami kekambuhan.
Sarana dan Prasarana
Sarana : Bed, Sphygmomanometer, Nebulizer
Prasarana : Ruangan Terapi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
23
FORM PENILAIAN SIKAP (AFEKTIF DAN PRAKTEK PROFESIONAL)
HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________
EVALUASI AFEKTIF
No NIM Nama Mahasiswa
Nilai Nilai
Total Tanggung
Jawab Disiplin Kerjasama Kejujuran Prakarsa Sopan Santun
1
2
3
4
5
EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
No NIM Nama Mahasiswa
Nilai Nilai
Total Keamanan Prilaku
Profesional Akuntabilitas Komunikasi
Kompetensi
Budaya
Pengembangan
Profesional
1
2
3
4
5
Kriteria penilaian: Penilai, 1 = sangat kurang
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik ___________________________________
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
24
FORM PENILAIAN PRESENTASI JURNAL
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai
1 Format presentasi (power point) 10
2 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir
penalaran 10
3 Penguasaan metodelogi penelitian 10
4 Review jurnal
- Materi jurnal 20
- Diskusi dan kemampuan argumentasi 20
- Kelayakan (feasibility) 20
5 Performance presentator
- Bahasa dan sopan santun 10
Jumlah 100
Penilai,
( )
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
25
FORM PENILAIAN REVIEW JURNAL
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Materi Nilai Maksimal Nilai
1 Penguasaan konsep dan sistematika berfikir
penalaran 20
2 Penguasaan metodelogi penelitian 10
3 Review jurnal
- Materi jurnal 30
- Kelayakan (feasibility) 30
- Format penulisan 10
Jumlah 100
Penilai,
( )
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
26
FORM PENILAIAN PRESENTASI KASUS
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
No Aspek Penilaian Nilai Maksimal Nilai
Penilaian Status Klinis
1 Pemeriksaan Subjektif 4
2 Pemeriksaan Objektif
- Vital Sign 2
- Pemeriksaan Per-Kompetensi 4
3 Diagnosis
- Impairment 2
- Activity Limitation 2
- Participation Restriction 2
- Contextual Factor 2
4 Prognosis 2
5 Planning
- Jangka Panjang & Pendek 2
- Clinical Reasoning 3
6 Prosedur Intervensi
- Metode Pelaksanaan & Dosis 4
- Clinical Reasoning 6
7 Edukasi & Home Program 2
8 Evaluasi 3
Format Penilaian Presentasi
1 Penguasaan konsep dan penalaran klinis 25
2 Diskusi dan kemampuan argumentasi 25
3 Format presentasi dan bahasa 10
TOTAL 100
Penilai,
( )
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
27
FORM PENILAIAN TUGAS LAPANGAN
NAMA MAHASISWA :
NIM :
STASE :
TEMPAT :
HARI/TANGGAL :
Aspek yang nilai Rentan Nilai Bobot Nilai
Assessment 0-100 25%
Diagnosis Fisioterapi (ICF) 0-100 25%
Planning 0-100 25%
Intervensi 0-100 25%
Total Nilai
Penilai,
(
)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
28
FORM PENILAIAN UJIAN BAGIAN / OSCE
STASE KARDIOPULMONAL
NAMA PESERTA :
NIM :
TEMPAT :
TANGGAL :
PRAKTIK PROFESIONAL (PROFESSIONAL PRACTICE)
N
o Komponen Penilaian Kinerja
Subjektif Jumla
h Poin 0 1 2 3 4
1 Keamanan (Safety)
2 Perilaku Profesional (Professional Behaviour)
3 Akuntabilitas (Accountability)
4 Komunikasi (Communication)
5 Kompetensi Budaya (Cultural Competence)
6 Pengembangan Profesional (Professional
Development)
TOTAL POIN
MANAJEMEN PASIEN (PATIENT MANAGEMENT)
N
o Komponen Penilaian Kinerja
Objektif Subjektif Jumla
h Poin 0 1 0 1 2 3 4
ASSESMENT
Anamnesis Umum
1 Peserta memperkenalkan diri
2 Peserta menanyakan identitas pasien
Anamnesis Khusus
1 Peserta menanyakan keluhan utama
pasien
2 Menanyakan Riwayat Penyakit
Sekarang (RPS)/S7
3 Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu
(RPD)
4 Menanyakan Riwayat Penyakit
Keluarga (RPK)
5 Menanyakan Riwayat Penyakit
Penyerta (RPP)
6 Menanyakan Riwayat Sosial
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
29
Pemeriksaan Umum
1 Pemeriksaan Vital Sign
2 Pemeriksaan Kondisi Umum Pasien
3 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Statis
Inspeksi Dinamis
Palpasi
Auskultasi
Pemeriksaan Khusus
1 Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Aktif
Pasif
Isometrik Resisted
2 Pengukuran Kekuatan Otot
3 Pengukuran ROM
4 Pengukuran Antropometri
5 Pengukuran Nyeri
6 Pemeriksaan Spesifik
Untuk mendukung penegakan
diagnosis
Untuk menentukan diagnosis banding
7 Melakukan Pengukuran terkait
Diagnosis
DIAGNOSIS
1 Diagnosis Medis (penjelasan)
2 Diagnosis Fisioterapi
Impairment
Functional Limitation
Disability/Participant Restriction
PLANNING
1 Rencana Jangka Pendek
2 Rencana Jangka Panjang
INTERVENSI
1 Penerapan Intervensi Modalitas
2 Penerapan Intervensi Manual Terapi
3 Penerapan Intervensi Terapi Latihan
EDUKASI & HOME PROGRAM
1 Modifikasi faktor internal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
30
2 Modifikasi faktor eksternal
3 Home Program
EVALUASI
1 Evaluasi sesuai dengan pemeriksaan
awal
Total Poin
PERHITUNGAN NILAI AKHIR
N
o Penilaian Perhitungan Bobot (%) Nilai
1 Praktik Profesional (Professional
Practice)
(Jumlah Poin : 24) x
100 30%
2 Manajemen Pasien (Patient
Management)
(Jumlah Poin : 157)
x 100 70%
Total Nilai Akhir
Interpretasi :
Objektif …...………….,
…………………………
0 Tidak Dilakukan
1 Dilakukan Mengetahui,
Subjektif Penguji Bagian
0 Tidak Dilakukan
1 Kurang Baik
2 Cukup Baik
3 Baik (
)
4 Sangat Baik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM SARJANA FISIOTERAPI DAN PROFESI FISIOTERAPI Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telepon (0361) 222510, Fax. (0361) 246656
Laman : www.unud.ac.id, E-mail : [email protected]
31
FORM PENILAIAN MORNING REPORT
HARI/TANGGAL :__________________________STASE :__________________________TEMPAT :__________________________
No NIM Nama Mahasiswa Kehadiran Partisipasi
Aktif
Berpikir
Kritis
Kemampuan
Komunikasi
Time
Manajemen
Tata
Krama Nilai Total
1
2
3
4
5
Keterangan Penilaian
No Keterangan Nilai
1 Kehadiran
Hadir tepat waktu 4
Terlambat <15 menit 3
Terlambat <30 menit 2
Tidak hadir 0
2 Partisipasi
Memberikan komentar dan jawaban secara aktif 4
Kadang - kadang memberikan komentar dan jawaban 3
Hanya menjawab kalau ditanya 2
Diam saja 1
3 Berpikir kritis
Mempunyai materi dengan jelas 4
Ragu - ragu menyampaikan materi tapi benar 3
Materi yang disampaikan tidak jelas 2
Salah menyampaikan materi 1
4 Kemampuan komunikasi
Bahas jelas, mau menerima dan memberikan saran/kritik 4
Bahasa jelas, kurang bisa menerima kritik teman 3
Bahasa kurang jelas, tidak bisa menyampaikan kritik/saran 2
Tidak dapat menyampaikan komentar dengan jelas 1
5 Manajemen Waktu
Aktif berdiskusi dan menyampaikan materi secara efektif 4
Aktif berdiskusi, cenderung monopoli 3
Kurang aktif dan sering bicara ngelantur 2
Bicara dan ngobrol di luar materi diskusi 1
6 Tata krama
Tegar sapa dengan sopan kepada fasilitator dan teman saat
berdiskusi 4
Jarang melakukan tegur sapa kepada teman tapi masih bersikap
sopan 3
Sering memotong pembicaraan teman tanpa sopan santun 2
Bertindak dan bicara seenaknya 1
Penilai,
_____________________________________
32