MODUL PERKULIAHAN
Etik UMB
Tujuan Hidup dan Motivasi Pencapaian Pribadi
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis Manajemen
03 900004 Islahulben, SE., MM
Abstract Kompetensi
Kita perlu menetapkan Tujuan hidup agar kita dapat termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut
Setelah membaca modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk : mengidentifikasi manfaat penetapan tujuan dan dapat memotivasi diri untuk mencapai tujuan
2015 2 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
Tujuan Hidup dan Motivasi Pencapaian Prestasi
1.1 Pengantar
Sehebat – hebatnya seseorang jika tidak memiliki tujuan yang jelas tidak akan pernah
mencetak prestasi. Valentino Rossi tidak akan pernah juara motor GP jika tidak ada garis
finish. Christian Ronaldo tidak akan mencetak gol jika tidak ada gawang. Hal ini juga berlaku
dalam semua aspek kehidupan
Bremer : bagaimana kita bisa berharap sampai, bila kita tak tahu kemana kita pergi
Benyamin Disraeli : rahasia sukses terletak pada penetapan tujuan
1.2 Mengapa Tujuan Penting ?
Seorang pria yang sedang melakukan perjalan berhenti di sebuah
persimpangan. Di persimpangan tersebut dia bertanya kepada seorang pria
tua, ―jalan ini akan membawa saya kemana?‖ Si orang tua menjawab, ―Tujuan
anda ingin pergi kemana?‖ Pria itu menjawab, ―Saya t idak tahu‖ Kemudian
orang tua itu berkata, ―Ambil jalan yang mana saja. Tidak ada bedanya kan?‖
Memang benar, ket ika kita t iodak tahu arah tujuan kemana kita ak an pergi,
memilih jalan mana pun akan membawa kita sampai ke ujung jalan.
Tujuan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang ingin diwujudkan atau dicapai oleh
manusia (Srijanti, dkk 2006). Tujuan merupakan pedoman dan arah bagi manusia untuk
bekerja dan mengisi kehidupannya. Dalam menjalani kehidupan, manusia diciptakan Allah
sebagai mahkluk yang digerakkan oleh sejumlah tujuan agar hidupnya menjadi bermakna.
Semua orang yang sukses dan menonjol di bidangnya memiliki karakteristik yang sama,
yaitu:
1. Mengetahui tujuan hidup
2. Mempunyai strategi dan program kegiatan untuk mencapai tujuannya
3. Mempunyai tekad kuat untuk mencapai tujuannya.
2015 3 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
Berdasarkan waktu pencapaiannya, tujuan dapat dibedakan menjadi:
1. Tujuan Jangka Pendek
2. Tujuan Jangka Menengah
3. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan dapat juga dirumuskan untuk periode lebih lama dari 5 tahun.
Namun pencapaian tujuan akan lebih mudah dicapai dan dievaluasi jika di pecah dalam
periode yang relatif pendek. Ketika Anda sudah menetapkan tujuan yang ingin dicapai
dalam waktu satu, atau tiga atau lima tahun ke depan maka mulailah membuat catatan-
catatan tentang langkah-langkah yang sudah dan perlu dilakukan untuk mewujudkannya.
: < 1 tahun
: 1 – 3 tahun
: 3 – 5 tahun
1.3 Menetapkan Tujuan
Tujuan merupakan pagar yang menjaga Anda tetap berada dalam jalur menuju cita-cita
Anda. Buat tujuan yang realistis. Tujuan yang terlalu ambisius seringkali tidak dapat
tercapai. Jika itu terjadi, dapat mengikis kepercayaan diri Anda. Sebaiknya, di awal buatlah
tujuan kecil dan dapat diraih kemudian tingkatkan secara bertahap (Greenwald, 2010)
Menyusun tujuan yang berkualitas perlu SMART. Clements (2006) menguraikan unsur-
unsur tujuan yang berkualiatas, yaitu:
1. Specific (khusus)
Rumuskan tujuan secara spesifik. Maksudnya tujuan tidak bermakna ganda terhadap apa
yang ingin Anda capai. Tujuan perlu fokus pada definisi spesifik bidang-bidang perilaku
kinerja.
2. Measurable (terukur)
Tujuan yang terukur berarti mengandung alat ukur. Jika tujuan tidak dapat diukur, kita akan
sulit mengevaluasi pencapaiannya. Pengukuran merupakan cara untuk memantau
kemajuan, apakah tujuan telah tercapai atau belum.
2015 4 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
Contohnya: saya ingin meningkatkan indeks prestasi saya. Pernyataan tujuan tersebut
belum terukur. Agar terukur maka seharusnya, ―saya ingin meningkatkan indeks prestasi
saya menjadi di atas 3.0‖ (karena sebelumnya 2,50).
3. Achievable (dapat dicapai)
Tujuan dicapai dengan kemampuan yang ada. Oleh karena itu tujuan yang baik berada
dalam batas kemampuan orang yang membuat tujuan. Tujuan selanjutnya ditingkatkan
secara bertahap sehingga memberi tantangan namun dapat dicapai. Tujuan yang sangat
tinggi menyebabkan sulit dijangkau dan bisa menimbulkan frustasi.
4. Realistic (realistis)
Tujuan yang realistis adalah tujuan yang layak dan dapat dicapai dengan kondisi yang ada.
5. Relevant (relevan)
Tujuan dibuat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Tujuan yang relevan akan
membantu seseorang mencapai misi-nya atau mencapai tujuan yang lebih besar.
6. Time frames (batas waktu)
Tujuan dicanangkan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan yang baik ditetapkan awal
dan akhirnya, sehingga jelas kapan diadakan penilaian
1.4 Apa itu Motivasi Berprestasi(Achievement Motivation)
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang. Dorongan itu
memaksa seseorang untuk bergerak atau bertindak. Sedangkan motivasi berprestasi ialah
motivasi yang menyebabkan orang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi
sebelumnya.
Motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dapat digolongkan menjadi
tiga bagian, yakni:
1. Motivasi fisik – material.
Manusia terdorong untuk melakukan suatu perbuatan bisa karena keinginan untuk
mendapatkan imbalan fisik material, misalnya dengan terpenuhinya kebutuhan jasmani,
baik berupa barang atau uang. Motivasi seperti ini sangat lemah dan sifatnya sangat
sementara. Misalnya orang yang melakukan sesuatu untuk sekadar mendapat makanan
guna menutupi rasa lapar, maka ketika sudah kenyang ia akan kehilangan
2015 5 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
motivasi. Sebaliknya, ia pasti akan kehilangan motivasi untuk melakukan perbuatan yang
justru membuat ia lapar, misalnya berpuasa. Apalagi memperjuangkan suatu kebenaran,
yang mungkin akan membuatnya menderita. Jadi, motivasi fisik material sekalipun ada dan
memang perlu, tapi sulit untuk dikembangkan untuk menjadi pendorong utama bagi manusia
dalam berusaha.
2. Motivasi psiko-emosional
Motivasi psiko-emosional akan menggerakkan manusia untuk berbuat karena suatu kondisi
kejiwaan yang ingin dimiliki seseorang ini seperti rasa kebahagiaan, kehormatan,
kebanggaan dan sebagainya. Orang sering menyebutnya kepuasan batin. Misalnya,
seseorang berani melakukan perlawanan keras terhadap orang yang dinilai telah merusak
nama baiknya. Atau berjuang mati-matian dengan mempertaruhkan harta dan jiwa demi
menjaga kemerdekaan. Dan sebagainya. Motivasi ini meski lebih kuat bila dibandingkan
dengan motivasi fisik – material, sebenarnya juga masih lemah dan sementara sifatnya.
3. Motivasi spiritual atau ruhiyah
Inilah motivasi terkuat yang terdapat pada diri manusia. Motivasi ini dibangun oleh
kesadaran seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dzat yang
menciptakan manusia, menghidupkan, memberi rizki dan mematikan serta akan meminta
pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya di dunia. Motivasi ibadah dan
pertanggungan inilah yang mampu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa
saja, meski harus mengorbankan harta, tenaga dan nyawa sekalipun, selama berjalan
dalam batas yang diperintahkan Allah SWT. Inilah konsep lillahi Ta’ala (demi Allah semata).
Bila ditanamkan, dibina dan dijaga dengan sebaik-baiknya, motivasi ini akan mampu
membentuk pribadi yang konsisten, teguh dan berani. Pada masa Rasulullah, motivasi ini
mampu menggetarkan musuh pada Perang Badar meski pasukan musuh berjumlah tiga kali
lipat dari pasukan kaum Muslimin. Pada masa sekarang, kita dapati pada pejabat yang
jujur. Mereka berani menolak uang suap milyaran rupiah meski sesungguhnya dari segi
materi uang sebanyak itu tentu sangat menggiurkan. Tapi keimanannya kepada Allah
mencegahnya untuk berbuat seperti itu.
Maka, motivasi yang harus dibangun oleh setiap manusia dalam mewujudkan aktivitas
kehidupannya adalah motivasi spiritual semata. Dengan motivasi ini, seseorang akan
terpacu untuk berikhtiar terus-menerus disertai dengan sikap tawakal dan pantang berputus
harapan hingga akhirnya meraih keberhasilan dengan izin Allah Yang Maha Pemurah lagi
Penyayang. Inilah motivasi berprestasi yang sesungguhnya.
2015 6 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
Adalah fitrah jika kondisi manusia itu labil. Keimanan seseorang itu fluktuatif. Motivasi juga
cenderung naik turun. Ada kalanya kita merasa di puncak motivasi. Terkumpul bola
semangat yang sangat besar di atas tangan kita. Namun kadangkala kita juga merasa
sangat malas. Sama sekali tidak ada gairah untuk melakukan sesuatu. Saat itulah motivasi
kita turun.
Memang itu wajar. Akan tetapi kehidupan menuntut kita untuk senantiasa berprestasi.
Lingkungan akan memberi kita penghargaan apabila kita berprestasi. Tapi lingkungan juga
akan menghina kita jika tidak produktif. Islam pun mengajarkan demikian. Jika hari ini tidak
berbeda dengan hari kemarin, merugilah kita. Jika lebih buruk? Parah lagi, kita termasuk
orang-orang celaka. Dan jika hari ini lebih baik dari sebelum-sebelumnya, masuklah kita ke
dalam golongan orang-orang yang beruntung.
Kondisi di atas cukup bertentangan. Satu sisi kita dituntut prestatif, tetapi di sisi lain kita juga
punya rasa malas. Lantas, bagaimana cara kita menghilangkan rasa malas? Atau
bagaimana caranya menigkatkan motivasi?
Sebenarnya yang paling berhak meningkatkan motivasi kita adalah diri kita sendiri. Kitalah
yang lebih menentukan keberhasilan kita. Dan kita pun bisa mengusahakan peningkatan
motivasi itu melalui beberapa cara.
Menurut Anis Matta dalam bukunya, Model Manusia Muslim, motivasi atau kemauan dapat
dibangun dengan pemantapan tujuan hidup. Sedini mungkin, cobalah kita merumuskan
tujuan hidup kita sebenarnya. Karena orang yang tidak punya tujuan akan mudah
terombang-ambing oleh masalah.
Rumusan tujuan hidup ini hendaknya sejelas mungkin. Tidak cukup kita hanya bercita-cita
menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, agama, dan keluarga. Tetapi labih jauh lagi,
rumuskan dengan cara apa kita akan menjadi orang berguna. Misalnya kita ingin berguna
dengan menjadi seorang entrepreneur. Alasannya ingin memberi kesempatan kerja bagi
orang lain. Setidaknya itu lebih jelas dari cira-cita sebelumnya.
Jika sudah, cobalah visualisasikan tujuan itu sedetil-detilnya. Bayangkan gagahnya kita
menjadi seorang entrepreneur. Jalan-jalan sambil menggenggam handphone. Bolak-balik ke
luar negeri karena urusan bisnis. Pakaian rapi, rambut klimis, wangi, dan segar. Kendati
kaya, kita pun tidak lupa akan kewajiban sebagai seorang hamba. Tak pernah kita lalai
mendirikan shalat, shaum, tilawah, infaq, nikah, da’wah, dan berakhir dengan meraih gelar
syuhada. Penggambaran cita-cita yang detil ini akan membuat kita lebih bersemangat.
2015 7 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
Jika kita masih merasa malas, cobalah analisis. Mengapa rasa malas itu muncul? Apakah
karena kita merasa tidak cocok terhadap jenis aktivitas tertentu? Jika itu alasannya, kita pun
bisa menyiasatinya. Cobalah cintai pekerjaan itu. Caranya dengan mencari tahu beribu
manfaatnya. Dengan mengetahui manfaat, kita akan lebih bersemangat dalam bekerja.
Karena kecenderungan manusia menyukai sesuatu yang memberinya manfaat. Rasulullah
SAW sendiri sering menjelaskan pahala-pahala yang akan didapat jika mengamalkan
amalan tertentu.
Selain itu, rasa cinta bisa dimunculkan juga dengan mencintai Sang Pemilik Cinta Yang
Kekal, yaitu Allah. Niatkanlah setiap aktivitas kita dengan harapan mendapat cinta dan ridha
dari Allah. Karena itu adalah sebaik-baik tujuan.
Rasa malas juga bisa dihilangkan dengan mulai bergerak. Bergerak di sini artinya ialah
memulai berbuat. Seringkali kita merasa malas sebelum mencoba bekerja. Belum apa-apa,
di benak kita muncul anggapan-anggapan penghambat. Namun coba abaikan anggapan itu.
Mulailah bekerja. Karena bisa jadi setelah itu kita ternyata menemukan ritme yang asyik di
sana. Sehingga kemudian kita mendapati diri kita larut dalam aktivitas.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan orang-orang yang begitu aktif dan
penuh vitalitas dalam bekerja. Bila kita seorang karyawan, akan kita temukan teman-teman
(atau Anda sendiri) yang berlainan intensitas dan cara kerjanya dalam menyelesaikan
tugasnya. Ada yang amat giat untuk mencapai sukses, ada yang sedang-sedang saja,
bahkan ada pula yang nampaknya tidak ada gairah.
Suatu ketika dalam benak kita mungkin mencuat pertanyaan, apa sih gerangan yang
melatar belakanginya? Pertanyaan ini telah lama digeluti oleh para ahli pendidikan,
ekonomi, sosiologi, psikologi, antropologi, sejarah dan disiplin ilmu yang erat kaitannya
dengan manusia.
Jawaban mereka bermacam-macam tergantung dari mana mereka memandang.
Namun demikian David McClelland Guru besar psikologi dari Harvard University,
Massachussett itu secara brillian mengupas kelemahan teori-teori para ahli antropologi,
sosiologi, sejarah geografi, dan bahkan psikoanalisis Freud sendiri yang menurutnya tidak
mampu menerangkan mengapa ada perbedaan intensitas kerja dan prestasi yang dicapai
oleh manusia satu dengan manusia lain, oleh bangsa satu dengan bangsa lain.
2015 8 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
Kritik Me Clelland itu terutama dialamatkan kepada ketakmampuan teori tersebut dalam
menjelaskan perbedaan secara individual; antara si Amir dengan si Anton, si Tiara dengan
si Nur. Kemudian sebagai puncak penelitiannya selama lima tahun (Januari 1947 - Januari
1952), ia mengemukakan konsep Motif Berprestasi (Achievement Motive).
Dalam buku-bukunya secara bergantian menggunakan teori ini dengan kebutuhan
berprestasi (need for Achievement disingkat n-Ach). Motif berprestasi inilah gerangan yang
menjadi motor penggeraknya.
Untuk mengetahui hal itu Clelland menyusun alat. untuk skala motif. la tidak secara
konsisten menentukan istilah yang digunakan antara ―Achievement motive‖ dan ―need for
Achievement‖. Mungkin karena keduanya mempunyai pengertian yang tidak jauh berbeda
atau sama saja. Motif berprestasi adalah keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa
banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan
pribadinya.
Sementara n-Ach ia beri pengertian dorongan untuk meraih sukses gemilang, hasil yang
sebaik-baiknya menurut ―standard‖ of exellence‖ yang akan lebih nampak dalam suasana
rivalitas-kompetitif.
―Standard kesempurnaan‖ itu lebih besar ditentukan atas dasar pertimbangan individu itu
sendiri ketimbang standar menurut ukuran lingkungan sosial. Kendatipun dalam
kenyataannya mungkin, bahkan pasti, merupakan hasil internalisasi diri, atau dibentuk oleh
ukuran-ukuran sosial dengan siapa orang itu berinteraksi.la menemukan, bahwa seseorang
yang abilitasnya inferior tapi memiliki n-Ach yang tinggi, akan lebih baik prestasinya
dibandingkan dengan mereka yang abilitasnya superior dengan n-Ach yang rendah.
Mungkin Anda tergoda untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk besar kecilnya atau
tinggi-rendahnya motif berprestasi pada diri seseorang. Terbentuknya motif berprestasi
amatlah kompleks, sekompleks perkembangan kepribadian manusia. Motif ini tidak lepas
dari perkembangan kepribadian tersebut, dan tidak pernah berkembang dalam kondisi
vakum. Seperti kita ketahui, betapa besarnya peranan kehidupan keluarga dalam
perkembangan kepribadian individu. Hubungan orang tua-anak sedikit demi sedikit
menampakan pola-pola kepribadian dan kemudian berkembang dengan segala
karakteristiknya mencakup sikap, kebiasaan, cara berfikir, motif-motif, dan sebagainya.
Pada masa di mana seseorang telah meninggalkan masa kanak-kanak, motif itu dipengaruhi
oleh lingkungan yang lebih luas lagi. Orang tua tidak lagi di-anggap sumber nilai atau figure
2015 9 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
ideal (Freud), atau satu-satunya ―significant person‖ (Sullivan), melainkan nilai-nilai sosial di
luar keempat dinding rumah. Di rumah, motif berprestasi anak bisa dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi keluarga, pendidikan dan pekerjaan orang tua, hubungan dengan saudara-
saudaranya, dan sebagainya.
Sementara di luar, ―dibentuk lewat hubungan yang penuh tantangan dengan teman-teman
sekerja rekan sekantor, hubungan dengan direktur, dan sebagainya. Tantangan
mengandung konotasi persaingan, kondisi mana dianggap sebagai stimulan utama n—Ach.
Disinilah Me Clelland (juga para ahli psikologi lain mendalami motif) bertolak dari teori
―Seleksi Alam‖ dan ―Lestasi bagi yang kuat‖, dari Charles Darwin (1809 - 1882).
Boleh anda cek sendiri. Kalau merasa motif berprestasi anda di tempat kerja kecil,
umpamanya, apa yang melatarbelakanginya? Ekonomi yang serba cukup, pimpinan yang
kurang menghargai prestasi, atau lingkungan tempat anda bekerja? Sebaliknya dengan
motif berprestasi, bekerja akan bertambah semangat. Beruntunglah Anda. Tapi periksa lagi
dari mana itu sumbernya?
Secara sederhana besar kecilnya motif dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam
menggapai ―standard of excellence‖. Ini tentunya hanya gejala saja yang banyak berguna
untuk menduga n—Ach seseorang. Agar anda dapat mengecek intensitas motif berprestasi
sendiri, ada baiknya secara terperinci dikemukakan ciri-cirinya. Ciri-ciri tersebut dapat
diidentifikasi dari segi kognisi, konasi, dan afeksi/emosi.
Dari segi kognisi dapat dikemukakan sbb:
1. Menyelesaikan tugas dengan hasil sebaik mungkin
2. Bekerja tidak atas dasar untung-untungan (gambling)
3. Berfikir dan berorientasi ke masa depan berusaha mengantisipasi hasil kerjanya
secara logic
4. Lebih mementingkan prestasi daripada upah yang akan diterimanya
5. Realistis menilai dirinya
6. Tidak boros, konsumtif, melainkan produktif
7. Menghargai hadiah yang diterimanya
8. Cenderung berorientasi ke dalam (inner orientation) kendati cukup tanggap terhadap
stimulasi lingkungan
Dari segi konasi dapat dikemukakan sbb:
2015 10 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
1. Bersemangat bekerja keras dan penuh vitalitas
2. Tidak mudah menyerah dan merasa bersalah kalau tidak berbuat sebaik mungkin
3. Tidak cepat lupa diri kalau mendapat pujian atas prestasinya
4. Dengan senang hati menerima kritik atas hasil kerjanya dan bersedia menjalankan
petunjuk-petunjuk orang lain selama itu sesuai dengan gagasannya
5. Lebih senang bekerja pada tugas-tugas yang sukar, cukup menantang untuk
berkreasi bukan yang monoton
Dari segi afeksi atau emosi dapat dikemukakan sbb:
1. Gembira secara wajar manakala memenangkan persaingan kerja dengan rekan-
rekannya
2. Selalu menjadikan pekerjaannya yang lalu sebagai umpan balik bagi penentuan
tindakan lanjutan
3. Segan bekerja dalam suasana bersaing (dalam arti positif) dan berusaha
meninggalkan rekan-rekannya jauh di belakang
4. Merasa menyesal kalau hasil kerjanya jelek, apalagi kalau diperlukan orang lain
5. Berprinsip bahwa upah yang diterima hendaknya sepadan dengan kualitas dan
prestasi kerjanya
6. Memperhitungkan risiko yang sedang dengan hasil yang dapat diduga daripada
risiko besar walaupun hasilnya besar.
1.5 Pentingnya Motivasi Berprestasi
Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam bidang pekerjaan,
pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya prestasi yang pernah
diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktifitas.
Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J. Winardi, 2004):
...Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau
mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal
tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang berlaku.
Mencapai perporman puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan
dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara
berhasil.
Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut McClelland (dalam Alex Sabur, 2003:285)
adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik,
2015 11 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.
Ini disebabkan oleh virus mental.
Dari pendapat tersebut Alex Sabur mengartikan bahwa dalam psikis manusia, ada daya
yang mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya
tersebut, ia dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya pendorong tersebut
dinamakan virus mental, karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut
akan berkembang biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan
menimbulkan dampak dalam kehidupan.
McClelland juga berpendapat tentang motivasi berprestasi. McClelland dan Atkinson
menyebutkan: ―Setiap orang mempunyai tiga motif yakni motivasi berprestasi
(achievement motivation), motif bersahabat (affiliation motivation) dan motif berkuasa (power
motivation)‖.
Menurut McClelland dan Atkinson bahwa Achiement motivation should be characterzed by
high hopes of success rather than by fear of failure, artinya motivasi berprestasi merupakan
ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada
ketakutan kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland bahwa motivasi berprestasi
merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah
laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh
siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi
yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
Ahli lain yakni Gellerman menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi akan sangat senang kalau ia berhasil memenangkan suatu persaingan. Ia berani
menanggung segala risiko sebagai konsekuensi dari usahanya untuk mencapai tujuan.
Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah sebagai suatu cara
berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah
laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi.
Komarudin (1994) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi meliputi pertama
kecenderungan atau upaya untuk berhasil atau mencapai tujuan yang dikehendaki; kedua
keterlibatan ego individu dalam suatu tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat oleh
tanggapnya subjek; keempat motif untuk mengatasi rintangan atau berupaya berbuat
sesuatu dengan cepat dan baik.
2015 12 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
Sepanjang masa kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa seseorang
selalu punya harapan atau cita-cita. Antara individu yang satu dengan yang lainnya belum
tentu mempunyai harapan atau cita-cita yang sama. Misalnya waktu seseorang
menginginkan menjadi seorang dokter, tapi setelah dewasa menginginkan menjadi orang
yang sukses dan kaya. Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah
motif berprestasi atau motivasi berprestasi.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan yang
terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap
optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai
tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam
menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang
rendah.
Pada jaman dahulu, motivasi berprestasi pada remaja pada umumnya sangat tinggi
karena pada jaman dahulu fasilitas-fasilitas umum tidak selengkap saat ini. Belum
banyaknya sarana-sarana dan tempat-tempat hiburan yang banyak didatangi para remaja
sebagai tempat bergaul seperti halnya pada keadaan jaman dulu juga menyebabkan
mereka lebih memfokuskan diri dan berkosentrasi pada pelajaran sehingga motivasi
berprestasi mereka jauh lebih tinggi bila dibandingkan pada saat ini dimana fasilitas-fasilitas
umum semakin banyak sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktunya hanya untuk
bersenang-senang atau mungkin hanya untuk sekedar bergaul dengan teman.
Untuk mendapatkan sesuatu jauh lebih sulit dibandingkan dengan saat ini, dimana remaja
lebih mudah mendapatkan semua yang diinginkannya karena semakin canggihnya
teknologi. Hal ini bisa terjadi karena adanya pengaruh, dalam hal ini teman. Atau mungkin
keluarga tidak memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, keluarga
kurang menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang
diraihnya hanyalah sia-sia. Selain itu mungkin keluarga hanya memanjakan remaja dengan
uang sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan uang karena
mereka bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkan motivasi
berprestasi mereka rendah. Oleh karena itu kita diharapkan mampu meningkatkan
motivasi berprestasi secara efektif dan efisien
Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam
diri individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-
2015 13 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
individu yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan
membentuk individu menjadi pribadi yang kreatif.
1.6 Aspek Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006) menyatakan bahwa orang yang mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai Tanggung Jawab Pribadi.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri.
2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan.
Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri
(internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk
mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara
tuntas materi pelajaran.
3. Berusaha bekerja kreatif.
Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk
menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang
diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya
memperoleh prestasi yang tinggi.
4. Berusaha mencapai cita-cita
Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau
mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas,
belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Siswa akan
mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan membaca
kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan tugas
yang belum selesai. Keberhasilan pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh hasil
yang baik akan memungkinkan siswa mencapai cita-citanya.
5. Memiliki tugas yang moderat.
Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah. Siswa dengan motivasi berpretasi yang tinggi, yang harus mengerjakan
tugas yang sangat sukar, akan tetapi mengerjakan tugas tersebut dengan membagi
tugas menjadi beberapa bahagian, yang tiap bagian lebih mudah menyelesaikanya.
2015 14 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua
kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa
membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu mengikuti kegiatan
belajar dan mengerjakan soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta
memperbaiki tugas yang salah. Siswa juga akan melakukan kegiatan belajar jika ia
mempunyai buku pelajaran dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan
kegiatan belajar sendiri atau bersama secara berkelompok.
7. Mengadakan antisipasi.
Mengadakan atisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari
kegagalan atau kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan
menyiapkan semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah. Siswa datang
ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban
untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi
pelajaran yang akan di berikan guru pada hari berikutnya
1.7 Hubungan Motivasi dengan Perilaku
Handoko (1992), menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat
dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku.
Lewin (dalam Petri) mengungkapkan bahwa perilaku merupakan fungsi dari faktor personal
dan faktor lingkungan dalam pengertian bahwa perilaku itu timbul karena adanya dorongan
faktor internal dan kekuatan faktor eksternal. Sementara itu Watson (dalam As’ad)
menegaskan bahwa perilaku pada dasarnya bersifat mekanistis, yaitu timbulnya disebabkan
karena adanya stimulus. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu
stimulus.
Woodhworth (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya
motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada
suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku.
Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan
dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme
perilaku.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut
konsep Woodworth (dalam As’ad, 1982) mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu : (a)
2015 15 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu
berperilaku tertentu; (b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau
melakukan suatu perilaku tertentu; dan (c) persistensi; kecenderungan untuk mengulang
perilaku secara terus menerus.
Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam As’ad) yang menegaskan bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan
pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari
kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini
dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai
motivasional factor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu
: kekuatan dari dorongan yang ada pada individu; kebiasaan yang didapat dari hasil belajar;
serta interaksi antara keduanya.
Berdasarkan uraian di atas,konsep motivasi yang dikemukakan dalam kaitannya dengan
perilaku dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari
adanya need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang
menyebabkan timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan,
memberi arah, dan membuat persisten (perilaku berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk
mengatasi atau memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu
sendiri.
Strategi Sukses dalam Bekerja
Mencari Pekerjaan di saat sekarang ini memang dianggap sebagian orang tidak mudah. Jika
salah melangkah sedikit saja anda akan gagal meraih kesuksesan.. Jangan pernah anda
ragu-ragu dalam mengirimkan surat lamaran kerja pada perusahaan yang anda minati.
Cermati hal-hal penting seputar dunia kerja, terutama bagi anda yang masih belum ada
pengalaman kerja atau pemula. Promosikan diri anda sebaik-baiknya surat lamaran kerja
anda pada saat anda mengirimkan lamaran pekerjaan tadi. Sebelum melangkah dan melaju
ke depan buatlah analisa pada diri anda sendiri. Kenali jenis pekerjaan yang anda inginkan,
serta posisi dan gaji yang ingin anda dapatkan. Coba anda jujur pada diri sendiri saat anda
melakukan analisa tersebut.
Mungkin yang paling penting saat ini dalam menapaki dunia kerja adalah mencari informasi
pekerjaan sebanyak-banyaknya. Dengan cara Membuka pergaulan seluas-luasnya adalah
2015 16 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
sebuah resep untuk mencari informasi kerja yang bermutu. Selain itu cobalah sarana
alternatif berikut untuk mencari informasi kerja.
Rajinlah membaca koran karena disana tiap hari selalu ada lowongan kerja.
Ikutan mailling list kampus . Biasanya di milis ini anda akan dapat info lowongan
kerja dari almamater.
Bergabunglah dengan Head hunter untuk mendapatkan informasi secara gratis
tentang info lowongan kerja. Mereka ini mengkhususkan diri sebagai penemu,
pengevaluasi dan penyeleksi kandidat tenaga kerja bagi perusahaan yang
membutuhkan.
Jika telah mendapatkan info kerja yang sesuai dan anda telah mengirimkan surat lamaran
kerja dan anda telah sampai pada sesi wawancara maka inilah tips dalam memulai
wawancara :
Datang tepat waktu
Kenakan Pakaian yang sopan. Untuk pria silakan memakai kemeja sedangkan untuk
wanita jangan sampai memakai rok mini.
Jabat erat tangan si pewawancara agar anda terkesan tegas namun bersahabat.
Aktif dalam percakapan dan ciptakan hubungan yang baik.
Percaya diri dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
Tatap mata lawan bicara anda.
Tunjukkan karakter, kompetensi dan kemampuan anda di sesi wawancara ini.
Karena disinilah perusahaan menilai pribadi anda.
Jangan mengkritik, dan menjatuhkan perusahaan, atasan anda maupun rekan kerja
anda. Karena hal ini akan menjatuhkan kredibilitas anda.
Sukses, banyak orang yang menginginkan untuk menjadikan hidupnya menjadi seperti itu,
sukses. Sukses dalam berbagai bidang; sukses dalam asmara, sukses dalam studi/sekolah,
atau sukses dalam mengejar karier/bekerja. Tapi bagaimana menjadi sukses itu? sukses
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang kita inginkan dan sukses bukan
merupakan akhir dari proses karena sukses merupakan awal dari proses sebelumnya.
Sukses adalah dambaan setiap orang, dan berikut ini beberapa tips untuk sukses dalam
bekerja. Dalam dunia kerja, seperti halnya pada pertandingan sepak bola/olah raga, dimana
mengenal kompetisi atau persaingan untuk mencapai kesuksesan dalam berkarir.
Berikut ini beberapa tips yang mungkin berguna untuk meraih sukses dalam bekerja:
2015 17 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
1. Selalu bersikap dan berfikir positif dan optimis
2. Menjalin kerja sama yang baik dengan rekan kerja lainnya
3. Bersikaplah ―dewasa‖ dengan mengakui kesalahan jika hal itu memang kesalahan
dari kita tanpa menyalahkan orang lain
4. Pahami aturan-aturan tertulis maupun tak tertulis dalam perusahaan kita bekerja,
sebelum berkompetisi mencapai target karier tertentu
5. Kembangkan terus sikap bertoleransi dan saling menghormati rekan kerja
6. Meskipun ada perbedaan dengan rekan kerja, tetap hargai mereka meskipun hal itu
merupakan kelemahan dan kekuatan mereka
7. Ciptakan suasana dan kondisi yang rapi di dalam tempat bekerja agar bisa lebih
konsentrasi
8. Buatlah prioritas dalam setiap tindakan/proses
9. Jangan pernah ragu-ragu di dalam membantu rekan kerja ketika mereka mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas
10. Jangan pernah iri/dengki hati ketika rekan kerja meraih kesuksesan tetapi jadikan
sebagai pemicu untuk lebih berusaha dalam mencapai sukses
11. Disiplin, rencana dan pengaturan waktu sesuai yang dijadwalkan
Ketika mengalami kegagalan, introspeksi diri dan selalu optimis untuk mencapai kesuksesan
di masa depan
2015 18 ETIK UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Islahulben, SE., MM http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Art iningrum, Primi, Kurniasih, Augustina, Nurgroho, Arissetyanto, 2013, Etika
dan Perilaku Profesional Sarjana, Graha I lmu, Yogyakarta
Febe Victoria Chen, 2012, Soft Skil l for success, Sikap Tepat Karier
Hebat,BIP Gramedia, Jakarta