Download - Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
1/25
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
2/25
Modul Workshop
bagaimana mendefindapat digunakan:
i. Blok. Bila blodibatasi jalan,dan berapa pbawah ini.
ii. Sub Blok. Bilajalan lingkungdipisahkan ole
Penggabungan dua atmemperhatikan polaBlok “kecil” yang damemiliki homogenitatidak homogen sebaiakan menjadi sub blo
G
iii. Superblok. Bioleh jalan kol
1-2
isikannya. Berikut diterangkan beberapa
didefinisikan sebagai bagian kawasanmaka semua bagian kawasan yang dibatasi
un ukuran luasnya akan menjadi blok se
Gambar 1. 1Ilustrasi Blok
blok didefinisikan sebagai bagian kawasann, maka blok 3, 4, 5 dan 6 yang merupaka
h gangakan menadi satu kesatuan blok sepe
au beberapa blok “kecil” menjadi satu bl enggunaan lahan yang ada pada masing-mat digabung menjadi satu kesatuan blokpenggunaan lahan. Blok “kecil” yang pe
nya tidak digabungkan karena pada ahirntersendiri.
mbar 1. 2Ilustrasi Blok dan Sub Blok
la blok didefinisikan sebagai bagian kawktor sekunder, maka akan lahir super blok
variasi blokyang
erencanaan yangoleh jalan apapunerti gambar 1 di
yang dibatasi olehblok “kecil” yang
rti pada gambar 2.
k sebaiknya harusasing blok “kecil”.baru adalah yangggunaan lahannyaa blok “kecil” ini
san yang dibatasiang berisikan blok
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
3/25
Modul Workshop
dan sub bloketerkaitan fsuperblok sifpenyamaan fredevelopmen
b. Zona dan Sub ZonaZona adalah peruntperumahan, zona per
setiap blok fisik tidasatu zona atau sub-zlebih zona atau sub zmenjadi sub blok fisikContoh pendetailan smenjadi PerumahanPerumahan KepadataKepadatan Sangat Rditetapkan lebih rinci
A.2 Kedudukan RDTR dan P
Kedudukan RDTR adalah sebKabupaten/Kota dan peratpemanfaatan ruang. Sesuai2010 tentang Penyelenggarmenetapkan bagian dari wilawilayah yang akan disusunstrategis kabupaten/kota.
1-3
. Penetapan superblok sebaiknya harungsi antar blok di dalam setiap suptnya futuristik sehingga harus diiringi
ungsi antar blok, revitalisasi lingkun.
Gambar 1. 3Ilustrasi Super Blok
kan ruang pada blok kawasan. Contohagangan dan jasa serta zona industri.Peru
harus selalu homogen, melainkan bisa tna peruntukan. Jika pada suatu blok fisikna peruntukan ruang, maka blok fisik termengikuti zona atau sub zona peruntukann
buah zona menjadi sub zona adalah ZonaKepadatan Sangat Tinggi, Perumahan
n Sedang, Perumahan Kepadatan Rendandah.Apabila diperlukan,peruntukan ruanlagi menjadi sub-sub zona.
raturan Zonasi dalam Rencana Tata Ruan
agai rencana rinci dari Rencana Tata Ruauran zonasi sebagai salah satu peranketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintahaan Penataan Ruang, setiap RTRW kabyah kabupaten/kota yang perlu disusun RD
RDTRtersebut merupakan kawasan perkot
s memperhatikanr blok.Penetapandengan program
an atau bahkan
zona adalah zonantukan ruang pada
erdapat lebih dariterdapat dua atausebut dapat dibagiya.Perumahan dirinciepadatan Tinggi,
dan Perumahang sub zona dapat
g Wilayah (RTRW)kat pengendalianNomor 15 Tahun
paten/kota harusR-nya.Bagian dari
aan atau kawasan
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
4/25
Modul Workshop
Gambar 1. 4Hubung
Rencana Tata Ruang danpembangunan. Keduanya bdimana rencana pembangudengan kebijakan dan strateruang berfungsi sebagai berpruang supaya dapat dimanf
perencanaan tersebut ditunj
Gambar 1. 5Kedudukan RDTR
UU 26/2007 tentang Penataaterdiri dari pengaturan, peproduk dari kegiatan peren
1-4
n Antara Produk Rencana dan Wilayah Perenc
encana Pembangunan merupakan dua perpadu memberikan pelita bagi pembaan berperan sebagai penentu visi pem
gi untuk mewujudkan visi tersebut, sedanran sebagai penerjemah visi rencana pematkan secara optimal. Kedudukan RDTR
kkan oleh gambar 5.
alam Rencana Tata Ruang danSistem PerencaNasional
n Ruang menjelaskan bahwa penyelenggarambinaan, pelaksanaan dan pengawasan.anaan tata ruang, tepatnya sebagai hasi
anaannya
ilar penentu arahgunan Indonesia,
bangunan disertaigkan rencana tataangunan ke dalamdalam dua sistem
naan Pembangunan
an penataan ruangRDTR merupakan
l dari penyusunan
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
5/25
Modul Workshop
rencana rinci tata ruang. Kediagram di bawah ini.
Gambar 1. 6Kedudukan Ren
A.3 Kriteria Penyusunan RD
RDTR Kabupaten/Kota disusu
1. RTRW Kabupapemanfaatan1:5000
2. RTRW Kabupaperlu disusun
3. RTRW Kabupabelum dilengk
Pada kondisi yang sesuai denberikut Peraturan Zonasinyadengan kriteria 3, maka pkriteria penyusunan RDTR da
1-5
udukan RDTR dalam sistem penataan ruan
ana Rinci dan Peraturan Zonasi dalam Sistem
R Kabupaten/Kota dan Peraturan Zonasi
n apabila memenuhi salah satu dari tiga kri
ten/Kota belum dapat dijadikan acuan druang karena tingkat ketelitian petanya
en/Kota sudah mengamanatkan bagian daDTR-nyaen/Kota disusun pada tingkat ketelitianpi dengan Peraturan Zonasi
gan kriteria 1 dan 2, maka pemerintah harsesuai amanat Permen PU 20/2011. Padamerintah cukup menyusun Peraturan ZoPZ ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
g ditunjukkan oleh
Penataan Ruang
eria berikut:
alam pelaksanaanbelum mencapai
i wilayahnya yang
eta 1:5000 tetapi
us menyusun RDTRondisi yang sesuaiasi saja. Ilustrasi
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
6/25
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
7/25
Modul Workshop
1-7
Gambar 1. 10Contoh RDTR Kawasan Perkotaan
d. Kawasan strategis yang memiliki ciri kawasan perkotaan . Lingkup wilayahperencanaan ini merupakan gabungan antara lingkup wilayah perencanaan kedua(kawasan fungsional) dan lingkup wilayah perencanaan ketiga (kawasan perkotaan).Contoh wilayah perencanaan tipe ini adalah kawasan strategis yang dilihat darisudut kepentingan ekonomi (kawasan pusat perdagangan dan jasa).
Gambar 1. 11Contoh RDTR Kawasan Strategis Perkotaan
e. Bagian wilayah yang berupa kawasan pedesaan dan direncanakan menjadikawasan perkotaan . Lingkup wilayah perencanaan dapat berupa kawasan pedesaanyang akan didorong pembangunannya menjadi pusat kegiatan baru. Contoh wilayahjenis ini adalah kawasan pusat permukiman baru.
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
8/25
Modul Workshop
1-8
Gambar 1. 12Contoh RDTR Kawasan Pedesaan yang Direncanakan sebagai Kawasan Perkotaan
Wilayah perencanaan RDTR tersebut disebut sebagai Bagian Wilayah Perencanaan (BWP)
dalam materi teknis rencana. Setiap BWP terdiri atas Sub BWP yang ditetapkan denganmempertimbangkan:
• Morfologi BWP;• Keserasian dan keterpaduan fungsi BWP; dan• Jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan BWP dengan
memperhatikan rencana struktur ruang dalam RTRW
A.5 Masa Berlaku RDTR
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5(lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5(lima) tahun jika:
o Terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota yang mempengaruhi BWP RDTRo Terjadi dinamika internal kabupaten/kota yang mempengaruhi pemanfaatan
ruang secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skalabesar, perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas wilayahdaerah
B. Muatan RDTR
Penyusunan RDTR saat ini berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20Tahun 2011. Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa muatan RDTR terdiri atas:
a. Tujuan penataan BWP;b. Rencana pola ruang;c. Rencana jaringan prasarana;d. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;e. Ketentuan pemanfaatan ruang; danf. Peraturan zonasi
Modul ini akan membahas 5 muatan pertama, yaitu tujuan penataan BWP, rencana polaruang, rencana jaringan prasarana, penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
9/25
Modul Workshop
1-9
dan ketentuan pemanfaatan ruang. Pembahasan mengenai muatan peraturan zonasidisajikan dalam modul terpisah.
B.1 Tujuan Penataan Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
Tujuan penaatan BWP berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pola Ruang,Rencana Jaringan Prasarana, Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya,ketentuan pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi sekaligus menjaga konsistensi dankeserasian dengan RTRW. Perumusan Tujuan Penataan BWP, didasarkan kepada beberapapertimbangan, yaitu:
Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Isu strategis BWP yang antara lain dapat berupa potensi, permasalahan maupun
urgensi penanganan lainnya Karakteristikspesifik BWP
Tujuan penataan BWP dirumuskan dengan mempertimbangkan: Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah kabupaten/kota; Fungsi dan peran BWP; Potensi investasi; Kondisi sosial dan lingkungan BWP; Peran masyarakat dalam pembangunan; dan Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut
Contohnya adalah tujuan penataan ruang Kota Salatiga dan Kelurahan Sidorejo Lor, KotaSalatiga. Kota Salatiga memiliki tujuan penataan ruang sebagai berikut:
“Mewujudkan Koridor Ampenan-Mataram-Cakranegara (AMC) sebagai KawasanPerdagangan dan Jasa dan Ikon Kota Mataram Metro“
Untuk menjaga keserasian dengan tujuan tersebut, maka tujuan penataan KelurahanSidorejo Lor ditetapkan sebagai berikut:
“Mewujudkan Sidorejo Lor sebagai pusat pendidikan dan olahraga di kawasan Kendal–Ungaran–Semarang–Salatiga–Purwodadi (Kedungsepur) yang berkelanjutan didukung sektorperdagangan dan jasa yang berwawasan lingkungan”
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
10/25
Modul Workshop
Gambar 1. 13Kot
B.2 Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang dalam
antara lain meliputi hutan libawahnya, zona perlindungaindustry, dan RTNH, ke dalaberfungsi sebagai zoning ma
Rencana pola ruang berfungs
a. Alokasi ruang untukfungsi lingkungan dal
b. Dasar penertiban izinc. Dasar penyusunan RTd. Dasar penyusunan ren
Rencana pola ruang dirumus
a. Daya dukung dan dayb. Perkiraan kebutuhan
pelestarian fungsi lin
Rencana pola ruang dirumus
a. Mengacu pada rencanb. Memperhatikan rencac. Memperhatikan miti
perubahan ikliim; dan
1-10
a Salatiga dan Kelurahan Sidorejo Lor, Kota S
DTR merupakan rencana distribusi subzon
dung, zona yang memberikan perlindungasetempat, perumahan, perdagangan danblok-blok. Rencana pola ruang dimuat dal
bagi peraturan zonasi.
sebagai:
erbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta km BWP;pemanfaatan ruang;L; dan
cana jaringan prasarana.
an berdasarkan:
tamping lingkungan hidup dalam BWP; dan ruang untuk pengembangan kegiatan so
kungan.
an dengan kriteria:
a pola ruang yang telah ditetapkan dalam R na pola ruang bagian wilayah yang berbatas asi dan adaptasi bencana pada BWP,
latiga
peruntukan yang
terhadap zona dijasa, perkantoran,am peta yang juga
giatan pelestarian
sial ekonomu dan
RW;an;termasuk dampak
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
11/25
Modul Workshop
d. Menyediakan RTH dekonomi masyarakat
Ketentuan rencana pola ruan
a. Rencana pola
ketelitian miinformasi geo
b. Cakupan rencbatasan 4 (ekabupaten/kointernasional
c. Rencana polayang tersusun
d. Peta rencanae. Peta rencana
Rencana pola ruang dihasilka
a. Delineasi fisik; deline Wilayah peren Sub wilayah p Blok
b. Delineasi fungsi; dline Zona Subzona
Gambar 1.
1-11
n RTHN untuk menampung kegiatan so
g adalah:
ruang digambarkan pada peta dengan
imal 1:5000 dan mengikuti ketentuanrafisana pola ruang meliputi ruang darat/ rmpat) mil laut yang diukur dari garia atau sampai batas negara yang
ruang dapat digambarkan ke dalam bebsecara beraturan mengikuti ketentuan yangola ruang berfungsi sebagai zoning map baola ruang harus sudah menunjukkan batasa
n dari overlay peta-peta yang didelineasi b
si fisik dapat dilakukan berdasarkan:anaanrencanaan
asi fungsi dilakukan berdasarkan:
14(a) Delineasi Fisik dan (b) Delineasi Fungsi
sial, budaya, dan
kala atau tingkat
mengenai sitem
uang laut dengans pantai wilayahisepakati secara
rapa lembar petaberlakui peraturan zonasi
n hingga persil
rdasarkan:
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
12/25
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
13/25
Modul Workshop
1-13
2. Kebutuhan pelayanan dan pengembangan BWP3. Rencana Pola Ruang RDTR4. Sistem Pelayanan, terutama pergerakan sesuai fungsi dan peran BWP
Rencana jaringan prasarana dirumuskan dengan kriteria:
1. Memperhatikan rencana struktur bagian wilayah lainnya dalam wilayahkabupaten/kota dan/atau wilayah administrasi kabupaten/kota sekitarnya yangberbatasan langsung dengan BWP;
2. Menjamin keterpaduan dan prioritas pelaksanaan pembangunan prasarana danutilitas pada BWP;
3. Mengakomodasi kebutuhan pelayanan prasaranadan utilitas BWP; dan4. Mengakomodasi kebutuhan fungsi dan peran pelayanan kawasan di dalam struktur
ruang BWP
Peta rencana jaringan prasaranadigambarkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1)
Peta rencana jaringan prasarana memuat jaringan jalan dan sistem prasaranawilayah lainnya yang digambarkan pada satu lembar peta secara utuh dan dapatdigambarkan secara tersendiri untuk masing-masing rencana jaringan prasarana;
2) Rencana jaringan prasarana digambarkan dalam peta dengan skala atau tingkatketelitian 1:5.000 dan mengikuti ketentuan mengenai sistem informasi geografisyang dikeluarkan oleh kementerian /lembaga yang berwenang;
3) Untuk BWP yang memiliki wilayah pesisir dan laut dapat dilengkapi denganpetabatimetri yang menggambarkan kontur laut.
Materi rencana jaringan meliputi:
1. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan2. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan3. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi4. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum5. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase6. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah7. Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
B.3.1 Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
Rencana pengembangan jaringan pergerakan merupakan seluruh jaringan primer dansekunder pada BWP yang meliputi:
o Jalan arterio Jalan kolektoro Jalan lokalo Jalan lingkungano Dan lain-lain
Rencana pengembangan jaringan pergerakan yang masuk dalam kategori “dan lain-lain”adalah jaringan pergerakan yang belum termuat dalam RTRW seperti jalan masuk-keluarterminal barang, terminal penumpang, hingga pangkalan angkutan umum, jalan moda
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
14/25
Modul Workshop
1-14
transportasi umum (keluar-masuk terminal hingga pangkalan serta jalan keluar-masukparkir).
B.3.2 Rencana Pengembangan Jaringan Energi
Rencana pengembangan jaringan energy/kelistrikan merupakan penjabaran dari jaringandistribusi dan pengembangannya berdasarkan prakiraan kebutuhan energi/kelistrikan diBWP yang termuat dalam RTRW, yang terdiri atas:
1) Jaringan substransmisi yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari sumberdaya terbesar (pembangkit)menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yangterletak di BWP (jika ada);
2) Jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, dan SUTT) yang berfungsi untukmenyalurkan daya listrik dan jaringan substransmisi menuju jaringandistribusisekunder, yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung yang meliputi:
i. Gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari jaringansubstransmisi (70-500 kv) menjadi tegangan menengah 20 kv; dan
ii. Gardu hubung yang berfungsi untuk membagi daya listrik dari gardu indukmenuju gardu distribusi;
3) Jaringan distribusi sekunder yang berfungsi untuk menyalurkan ataumenghubungkan daya listrik tegangan rendah ke konsumen, yang dilengkapi denganinfrastruktur pendukung berupa gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkantegangan primer (20 kv) menjadi tegangan sekunder (220 v/380 v).
B.3.3 Rencana Pengembangan JaringanTelekomunikasiRencana pengembangan jaringan telekomunikasi terdiri atas:
1) Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi yang berupa penetapanlokasi pusat automatisai sambungan telepon;
2) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel yang berupa penetapanlokasi stasiun telepon otomat, rumah kabel, dan kotak pembagi;
3) Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang berupapenetapan lokasi menara telekomunikasi termasuk menara Base TransceiverStasion (BTS);
4)
Rencana pengembangan sistem televisi kabeltermasuk penetapan lokasi stasiuntransmisi;5) Rencana penyediaan jaringan serat optik; dan6) Rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi
B.3.4 Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Rencana pengembangan jaringan air minum berupa rencana kebutuhan dan sistempenyediaan air minum, yang terdiri atas:
1) Sistem penyediaan air minum wilayah kabupaten/kota yang mencakup sistemjaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan;
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
15/25
Modul Workshop
1-15
2) Bangunan pengambil air baku;3) Pipa transmisi air baku dan instalasi produksi;4) Pipa unit distribusi hingga persil;5) Bangunan penunjang dan bangunan pelengkap;6) Bak penampung
B.3.5 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Rencana pengembangan jaringan drainase terdiri atas:
1) Sistem jaringan drainase yang berfungsi untuk mencegah genangan; dan2) Rencana kebutuhan sistem jaringan drainase yang meliputi rencana jaringan
primer, sekunder, tersier, dan lingkungan di BWP;
Dalam hal kondisi topografi di BWP berpotensi terjadi genangan, maka perlu dibuat kolamretensi sistem pemompaan, dan pintu air
B.3.6 Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
Jaringan air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat (onsite) dan/ atauterpusat (offsite). Sistem pembuangan air limbah setempat, terdiri atas:
1) Bak septik (septic tank) ; dan2) Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)
Sistem pembuangan air limbah terpusat, terdiri atas:
1) Seluruh saluran pembuangan; dan2) Bangunan pengolahan air limbah
B.3.7 Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
Penyediaan prasarana lainnya direncanakan sesuai kebutuhan pengembangan BWP,misalnya BWP yang berada pada kawasan rawan benacana wajib menyediakan jalurevakuasi bencana yang meliputi jalur evakuasi dan tempat evakuasi sementara yangterintegrasi baik untuk skala kabupaten/kota, kawasan maupun lingkungan.
B.4 Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditujukan untuk mengembangkan,melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan pembangunan ataumelaksanakan revitalisasi di kawasan yang dianggap memiliki prioritas tinggi sebagai dasarpenyusunan RTBL dan rencana teknis sektor lainnya
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya ditetapkan dengan kriteria:
a. Merupakan faktor kunci yang mendukung perwujudan rencana pola ruang danrencana jaringan prasarana, serta pelaksanaan peraturan zonasi di BWP;
b. Mendukung tercapainya agenda pembangunan dan pengembangan kawasan;
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
16/25
Modul Workshop
1-16
c. Merupakan Sub BWP yang memiliki nilai penting dari sudut kepentingan ekonomi,sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsidan daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya yagsesuai dengan kepentingan pembangunan BWP; dan/atau
d. Merupakan Sub BWP yang dinilai perlu dikembangkan, diperbaiki, dilestarikan,dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkanpertimbangan ekonomi, sosial-budaya, dan/atau lingkungan.
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya sekurang-kurangnya memuatLOKASI yang merupakan satu kesatuan tematik, seperti kota lama, sentra perindustrianrakyat, kawasan permukiman tradisional atau kawasan baru yang berkembang cepat,kawasan rawan bencana serta TEMA PENANGANAN yang terdiri dari perbaikan,pengembangan kembali, pengembangan baru atau pelestarian.
B.5 Ketentuan Pemanfaatan Ruang
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan RDTR dalambentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunansampai akhir tahun masa perencanaan sebagaimana diatur dalam pedoman ini.
Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi sebagai:
a. Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi pengembanganBWP;
b. Arahan untuk sektor dalam penyusunan program;c. Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan dan
penyusunan program tahunan untuk setiap jangaka 5 (lima) tahun; dand. Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
Ketentuan Pemanfaatan Ruang disusun berdasarkan:
a. Rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana;b. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;d. Masukan dan kesepakatan dengan para investor; dane. Prioritas pengembangan BWP dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai
dengan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) daerah dan rencanapembangunan jangka menengah (RPJM) daerah, serta rencana terpadu dan program
investasi infrastruktut jangka menengah (RPI2JM)
Ketentuan pemanfaatan ruang disusun dengan kriteria:
a. Mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana jarringan prasarana diBWP serta perwujudan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;
b. Mendukung program penataan ruang wilayah kabupaen/kota;c. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu
perencanaan;d. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam
jangka waktu tahunan maupun lima tahunan; dan
e. Terjaganya sinkronisasi antarprogram dalam satu kerangka program terpadupengembangan wilayah kabupaten/kota.
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
17/25
Modul Workshop
1-17
Program dalam Ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:
a. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas
Program pemanfaatan ruang prioritas merupakan program-program pengembanganBWP yang diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan tingkat kepentingan atau
diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk mewujudkan rencana pola ruangdan rencana jaringan prasarana di BWP sesuai tujuan penataan BWP
b. Lokasi
Lokasi merupakan tempat dimana usulan program akan dilaksanakan.
c. Besaran
Besaran merupakan perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan programprioritas pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.
d. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD) kabupaten/kota, APBD Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN), swasta, dan/atau masyarakat.
e. Instansi Pelaksana
Instansi pelaksana merupakan pihak-pihak pelaksana program prioritas yangmeliputi pemerintah seperti satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dinas teknisterkait, dan/atau kementerian/lembaga, swasta, dan/atau masyarakat.
f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Program direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yangdirinci setiap 5 (lima) tahunan dan masing-masing program mempunyai durasipelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan program prioritasdisesuaikan dengan pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP daerahkabupaten/kota.
C. Prosedur Penyusunan RDTR
Penyusunan RDTR memiliki tahapan-tahapan baku yang harus dilalui oleh perencana secarasekuensial. Hal ini mengandung arti bahwa setiap tahapan harus diselesaikan secara urut
satu-persatu untuk menjamin kelengkapan data dan informasi yang dibutuhkan di tahapanberikutnya. Prosedur penyusunan RDTR secara garis besar terbagi ke dalam 5 tahapan,yaitu:
1. Pra Persiapan Penyusunan2. Persiapan Penyusunan3. Pengumpulan Data4. Pengolahan dan Analisa Data5. Perumusan Konsep Perencanaan
Sumber lain menyebutkan bahwa penyusunan RDTR mengikuti prosedur yang kurang-lebih
sama sebagai berikut:1. Menyiapkan Peta Dasar dan Peta Penggunaan Lahan Eksisting
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
18/25
Modul Workshop
1-18
2. Survei pengumpulan data3. Perumusan tema kawasan4. Penyusunan rencana pola ruang5. Analisis kebutuhan prasarana6. Penyusunan rencana jaringan prasarana7. Pemilihan Sub Kawasan Prioritas8. Penyusunan Program Pemanfaatan Ruang9. Penyusunan Peraturan Zonasi10. Penyusunan Rancangan Perda RDTR
Sepuluh tahapan diatas dapat dirangkum dalam 5 tahapan yang dijelaskan sebelumnya,dimana tahap 1 (penyiapan peta dasar) termasuk ke dalam tahap persiapan penyusunandan tahap 3-9 (perumusan tema kawasan hingga penyusunan peraturan zonasi) termasukke dalam tahap perumusan konsep. Tahap 10, penyusunan Rancangan Perda RDTR, dapatdimasukkan ke dalam rangkaian prosedur penyusunan RDTR atau dapat pula berupakegiatan terpisah. Penjelasan lebih lanjut mengenai setiap tahap adalah sebagai berikut:
1. Pra Persiapan PenyusunanPada tahap pra persiapan, tim penyusun diminta untuk memahami benarpermintaan user seperti tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja. Pemahamantersebut kemudian diterjemahkan ke dalam metodologi pelaksanaan pekerjaan danrencana kerja yang dibuat dengan mempertimbangkan batasan waktu, SDM dananggaran. Dengan selesainya tahap ini maka tim penyusun siap untuk bekerja.
2. Persiapan Penyusunan (Kajian Data Sekunder, Rencana Survei)Pada tahap persiapan penyusunan, tim penyusun berusaha memahami wilayah studimenggunakan data sekunder yang tersedia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
orientasi awal untuk memahami profil wilayah studi, supaya tim penyusun dalammemulai kegiatan perencanaan dapat berangkat dari isu-isu spesifik-meski masihberupa dugaan, bukan berangkat tanpa pengetahuan sama sekali. Dari hasil kajiandata sekunder ini tim penyusun dapat menentukan berapa lama waktu survei yangdiperlukan untuk memverifikasi dan melengkapi data sekunder yang didapat.
3. Pengumpulan DataPada tahap pengumpulan data, tim penyusun akan mengeksplor wilayah studidengan cara observasi lapangan untuk mendapatkan sense mengenai pemanfaatanruang eksisting. Tim akan menulis dan mencatat hal apapun yang dirasa relevandalam memahami wilayah studi lebih dalam. Yang tidak kalah penting, tim akan
melakukan banyak wawancara dan diskusi dengan para pemangku kepentinganuntuk mendapatkan aspirasi mereka tentang kondisi pemanfaatan ruang wilayahstudi.
4. Pengolahan dan Analisa DataPada tahap pengolahan dan analisa data, tim penyusun dituntut untuk mampumencari tahu isu pemanfaatan ruang utama pada wilayah studi. Hal ini akanmenjadi dasar untuk melakukan perencanaan nantinya. Untuk dapat merumuskanisu pembangunan utama, tim akan melakukan kompilasi dan analisis data yangsudah diperoleh di tahapan selanjutnya. Analisis data setidaknya dilakukan pada 5aspek pembangunan, yaitu fisik lingkungan, kependudukan, perekonomian, fasilitasumum dan fasilitas sosial dan prasarana perkotaan.
5. Perumusan Konsep Perencanaan
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
19/25
Modul Workshop
Pada tahap perumusaseperti yang diarahkrencana pola ruang,diprioritaskan pembazonasi. Tim dapat puini.
Gambar 1. 16
D. Peran Serta Masyarakat
Dalam menyusun RDTR, timdiatur oleh UU 26/2007 pasa65 menyebutkan pada ayatpemerintah dengan melibatk“Peran masyarakat dalam peantara lain, melalui:
a. partisipasi dalam p
b. partisipasi dalam p
c. partisipasi dalam p
Ayat terakhir, yaitu ayat ketata cara dan bentuk perapada ayat (1) diatur dengantentang Bentuk dan Tata Car
PP 15/2010 pasal 20 mensebagaimana dimaksud dala
a. proses penyusunan
b. pelibatan peran m
c. pembahasan ranca
1-19
n konsep perencanaan, tim penyusun meman oleh Permen PU 20/2011, yaitu tuju
rencana jaringan prasarana, penetapagunannya dan ketentuan pemanfaatan ru
la menambahkan pembuatan draft raperda
Prosedur penyusunan Rencana Detail Tata Ru
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
penyusun diwajibkan untuk melibatkanl 65, PP 15/2010 pasal 20 dan PP 68/2010.1 bahwa “Penyelenggaraan penataan ruan peran masyarakat”. Selanjutnya ayat 2
nataan ruang sebagaimana dimaksud pada
nyusunan rencana tata ruang;
manfaatan ruang; dan
ngendalian pemanfaatan ruang”
tiga, menyebutkan bahwa “Ketentuan lebimasyarakat dalam penataan ruang seba
eraturan pemerintah”. PP yang dimaksudPeran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
atakan bahwa “Prosedur penyusunan rePasal 19 ayat (1) meliputi:
rencana tata ruang;
syarakat dalam perumusan konsepsi rencan
gan rencana tata ruang oleh pemangku kep
uat muatan RDTRn penataan BWP,n sub BWP yangang dan peraturan
RDTR pada tahap
ng
asyarakat. Hal iniUU 26/2007 pasal
ng dilakukan olehenjelaskan bahwayat (1) dilakukan,
h lanjut mengenaigaimana dimaksudadalah PP 68/2010
ncana tata ruang
a tata ruang; dan
entingan”
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
20/25
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
21/25
Modul Workshop
Namun perlu diperhatikan bsepanjang tahun terselimutakibatnya walaupun setiap 1yang sama, sangat sulit untudari itu untuk keperluan pberumur setahun lalu masihsatelit tersebut dilengkapi d
Persoalan kedua, perencanalangsung didigitasi menjaditepat pada posisi geografisharus direktifikasi ulang atsatelit yang tidak direktifikatepat, yang pada akhirnyadatang.
Secara praktis, rektifikasi ulyang dapat dikenali pada ciKemudian ambil koordinatgeodetik yang memiliki ketel
Harga alat GPS geodetik yanSolusi yang dapat dilakukansemua kabupaten/kota dalakonsultan yang memiliki perdapat diolah menggunakanuntuk memperoleh hasil yadigunakan perangkat lunak G
1-21
ahwa wilayah nusantara yang terletak dii awan yang tidak dapat ditembus ole7 s/d 27 hari sekali satelit penginderaan jak dapat memperoleh citra yang benar-bennyusunan peta dasar RDTR, penggunaanisa ditolerir, dengan catatan kekurangan ingan survei lapangan
perlu mengerti bahwa citra satelit yang dipeta dasar, karena posisi citra tersebut b
yang sebenarnya. Karena itu sebelum didiu diberi koordinat geografis yang tepat
i ulang akan memberikan ukuran panjangakan menimbulkan persoalan hukum ya
ang citra satelit dapat dilakukan dengantra satelit, yang berada di sekeliling kawgeografis keenam titik tersebut denganitian lebih kecil dari 1m.
g diperlukan untuk melakukan rektifikasi uadalah melakukan pengadaan dan penggum satu provinsi yang sama. Cara lain, platan survei yang memadai.Data rektifikasiperangkat lunak GIS, seperti ArcGIS atag lebih baik dan dapat digunakan diman
lobal Mapper.
katulistiwa hampirkamera satelit,
uh melalui tempatr up to date.Makacitra satelit yangformasi pada citra
eroleh tidak dapatlum duduk secaragitasi citra satelit
. Pengunaan citraan luas yang tidakg serius di masa
emilih enam titiksan perencanaan.
menggunakan GPS
lang relatif mahal.aan bersama olehmerintah mencariulang citra satelitMapInfo. Namun
-mana, sebaiknya
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
22/25
Modul Workshop
Ga
Setelah direktifikasi ulang ciblok seperti contoh yang ditharus tergambar dalam ddigambarkan ulang sebagaidi bawah ini.
Gambar 1.
Persoalan ketiga, citra satPenggunaan lahan eksistingharus dilakukan denganperencanaan dan menandaisurvei lapangan kemudian dsehingga diperoleh peta pensebelumnya.
1-22
bar 1. 17Rektifikasi Ulang Citra Satelit
ra satelit kemudian harus didigitasi untuknjukan sebelumnya. Pada peta skala 1:5.
ua garis. Akibatnya, rencana jaringanaris tunggal yang berada di poros jalan se
18Ilustrasi Penggambaran Jaringan Prasarana
lit tidak dapat menginformasikan penghanya dapat diperoleh dari survei lapanga
embawa cetakan citra satelit kelilingjenis penggunaan lahan pada setiap ata
iplotkan ulang di atas peta dasar digitalggunaan lahan eksisiting seperti peta zona
menghasilkan peta00, jaringan jalanprasarana harus
erti pada ilustrasi
naan lahan kota.. Survei lapanganseluruh kawasan
bangunan. Hasilang sudah dibuat
si yang ditunjukan
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
23/25
Modul Workshop
1-23
E.2 Persoalan Terkait Rencana Pola Ruang
Di dalam RDTR, rencana pola ruang adalah inti produk rencana. Dimana rencana lainnyaharus disusun dengan mengikuti recana pola ruang. Rencana pola ruang RDTR disusunberdasarkan
Rencana pola ruang RTRW (khusus untuk RDTR di kota otonom) Pola pengunaan lahan yang ada Tema perancangan ruang yang ingin dituju Kaidah-kaidah perancangan
Penyusunan rencana pola ruang harus dilandasi dengan pengetahuan yang baik mengenaikondisi fisik , sosial, ekonomi dan budaya setempat, agar hasil rencana yang disusunnyalebih representatif.Penyusunan rencana pola ruang juga harus dilandasi dengan cita rasaseni atau sense of art agar hasil rencana yang disusunnya akan lebih memiliki “jiwa”.Pengaruh sense of art sangat tampak, terutama pada penyusunan rencana pola ruangkawasan baru yang masih beum terbangun.
Persoalan pertama terkait dengan tenaga ahli. Tim penyusun RDTR umumnya adalahkonsultan yang datang jauh dari luar kawasan perencanaan yang sebelumnya sama sekalitidak mengenal apa pun tentang kawasan perencanaan. Lebih dari itu konsultan umumnyabersifat generalis dalam arti mengerjakan semua pekerjaan tata ruang mulai dari RTRWprovinsi, kabupaten, kota s/d RDTR. Padahal untuk menyusun RDTR diperlukan suatukeahlian khusus yang sama sekali berbeda dengan menyusun RTRW.
Dalam penyusunan RTRW diperlukan keahlian dalam melihat kecenderunganperkembangan ekonomi wilayah. Sedangkan dalam penyusunan RDTR lebih diperlukansense of art . Untuk menghadapi hal ini, harus lebih selektif dalam memilih tenaga
konsultan dan harus mewajibkan konsultan untuk tinggal lebih lama guna lebih memahamikondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya kawasan perencanaan secara menyeluruh.
Persoalan kedua terkait dengan rencana pola ruang. Rencana pola ruang yang mengubahperuntukan pada umumnya akan memberikan persoalan baik secara finansial maupunsecara sosial bagi kelompok masyarakat (yang merasa dirugikan) dan pemerintah yanghendak mewujudkan rencana tersebut. Sebagai contoh, sebuah sub-zona perumahankepadatan sangat tinggi yang kumuh akan dirubah menjadi sub-zona perumahan kepadatantinggi dengan mengubah perumahan kumuh yang padat menjadi rumah susun yang lebihbesar daya tampungnya, lebih sehat, lebih rapi dan lebih tertib.Persoalannya, seringkalipemerintah daerah memiliki dana yang cukup untuk memberikan hunian pengganti danbiaya ganti rugi sesuai dengan PP 15 tahun 2010 pasal 168.
Untuk suatu kawasan perencanaan yang sudah terbangun, penyusunan rencana pola ruangakan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu:
• Membuat perubahan peruntukan ke arah yang lebih baik• Tidak membuat perubahan peruntukan tapi hanya meningkatkan kualitas
lingkungan melalui peningkatan kualitas jaringan prasarana pelayanan dan saranalingkungan
Pemilihan alternatif pembangunan harus mempertimbangkan kemampuan finansial daerah.Apabila implementasi dipaksakan maka bisa saja terjadi ada pihak yang dirugikan sepertidicontohkan di paragraf sebelumnya.
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
24/25
Modul Workshop
1-24
Persoalan ketiga terkait dengan rencana pola ruang pada kawasan yang belum terbangun.Sesuai dengan UU 26 tahun 2007, rencana pola ruang harus disusun untuk seluruh kawasanperencanaan, termasuk bagian kawasan yang belum terbangun. Bila pada bagian kawasanyang belum terbangun tidak ada rencana peruntukannya, maka sampai dengan 20 tahun kedepan kawasan tersebut tidak diperkenankan unuk dibangun. Persoalannya tanah padakawasan yang belum terbangun masih milik peroranganbukan milik pemerintah daerah.Penyusunan rencana pola ruang hingga kedalaman blok akan dapat menimbulkan gejolaksosial dan juga spekulasi harga tanah.
Persoalan Keempat, di dalam penyusunan rencana pola ruang adalah seringnya terjadikerancuan antara zona ( use ) dengan kegiatan. Konsep klasifikasi zona menurut Permen PU20/2011 adalah sub zona harus merupakan rincian dari zona. Oleh karena zona bersifat“use” maka sub-zona juga harus bersifat “use” pula namun lebih rinci. Begitu pula dengansub-sub zona yang merupakan rincian dari sub zona, seharusnya merujuk pada “use”,bukan jenis fisik. Namun peraturan membolehkan sub-sub zona dirinci mengikuti jenis fisikbangunannya. Hal inilah yang kadang menimbulkan kebingungan di lapangan.
E.3 Persoalan Terkait Analisis Kebutuhan Prasarana dan Rencana Jaringan Prasarana
Secara keseluruhan ada 6 jenis prasarana yang harus direncanakan di dalam RDTR, yaitu:
o Prasarana pergerakano Prasarana energi/kelistrikano Prasarana telekomunikasio Prasarana air bersiho Prasarana drainaseo Prasarana air limbaho Prasarana lainnya
Penyusunan rencana jaringan prasarana harus didasarkan pada:
o Rencana pola ruang;o Perkiraan kebutuhan prasarana; dano Jaringan prasarana yang sudah ada
Sehubungan dengan itu sebelum rencana jaringan prasarana disusun, terlebih dahulu harusdiperkirakan berapa besarnya kebutuhan layanan prasarana terkait. Perkiraan besarnya
kebutuhan prasarana harus dilakukan untuk setiap blok fisik, sehingga pada ahirnya akandapat diketahui kemana jaringan prasarana harus dibuat.
Persoalan pertama, standar teknis perencanaan yang ada umumnya sudah kadaluwarsa dantidak mengikuti perkembangan kebutuhan pasarana yang ada di masyarakat serta tidakmengikuti perkembangan teknologi prasarana itu sendiri. Untuk keperluan ini harus dicaristandar teknis perencanaan dari berbagai sumber, termasuk dari berbagai buku teks.Namun sebelum digunakan standar teknis tersebut terlebih dahulu harus dikalibrasi agarsesuai dengan kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya kawasan perencanaan.
-
8/19/2019 Modul Pelatihan Penyusunan RDTR
25/25
Modul Workshop
Ta
Persoalan kedua di dalam pedata tentang jaringan paraskapasitas dan kualitas jarimenimbulkan perencanaan jitu keterlibatan SKPD yangswasta yang melayani penydiperlukan.
el 1. 1Contoh Standar Kebutuhan Air
nyusunan rencana jaringan prasarana adalaarana yang ada sekarang. Baik gambar jangannya. Ketidaklengkapan data jaringaringan prasarana yang under atau over est
membidangi prasarana perkotaan, BUMDdiaan prasarana perkotaan dalam penyus
h tidak lengkapnyaringannya maupunn eksisting dapatimate .Oleh karenaBUMN/perusahaannan RDTR mutlak