Modul 5 PEMODELAN 3D, 4D, 5D, 6D, DAN 7D SERTA SIMULASINYA DAN LEVEL OF DEVELOPMENT (LOD)
1
BAB 1 PENDAHULUAN
2
DESKRIPSI SINGKATMata pelatihan ini memaparkan mengenai pengetahuanpemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkait BIM sertasimulasinya dan Level of Development (LOD). Secara umumpengetahuan pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D terkaitBIM serta simulasinya dan Level of Development (LOD)mengacu pada topik pemodelan 3D dan simulasinya,penjadwalan proyek (scheduling) model 3D, estimasi biayamodel 5D, sustainability model 6D, facility managementmodel 7D, serta karakteristik dari Level of Development.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Kompetensi DasarSetelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini pesertadiharapkan dapat menjelaskan pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D,dan 7D terkait BIM serta simulasinya dan Level ofDevelopment (LOD). Secara umum pemodelan 3D, 4D, 5D,6D, dan 7D terkait BIM serta simulasinya membahastentang pemodelan-pemodelan dari sisi disain, dari sisipenjadwalan, dari sisi estimasi biaya dari sisi sustainabilitydan dari sisi manajemen fasilitas. Sedangkan Level ofDevelopment (LOD) membahas tingkat pengembangandilihat dari karakternya.
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok1. Pemodelan 3D dan Simulasinya (LOD 100, 200, 300 dan 350)
a. Karakter Level of Development (LOD)b. Level of Development (LOD)c. Definisi Level of Developmentd. Model Dimensi (D) dalam BIMe. Pemodelan 3Df. Langkah-langkah Pemodelan 3D, Input data dan Pemrosesang. Contoh Pemodelanh. Simulasi Pemodelan 3D (secara berkelompok)
2. Penjadwalan Proyek (Scheduling) model 4D dan Estimasi Biaya (estimating) model 5D (LOD 400 dan 500)
a. Ruang Lingkup Model 4D dan 5Db. Langkah-langkah Pemodelan 4D dan 5Dc. Simulasi Pemodelan 4d dan 5D (secara berkelompok)
3. Sustainability model 6Da. Ruang Lingkup Sustainability Model 6Db. Langkah-langkah pemodelan 6Dc. Langkah-langkah Analisis Energid. Simulasi Pemodelan 6D (secara berkelompok)
4. Facility Management model 7Da. Ruang Lingkup Facility Management Model 7Db. Langkah-langkah pemodelan 7Dc. Simulasi Pemodelan 7D (secara berkelompok)
3
2.1. Spesifikasi Level of Development (LOD)• Spesifikasi Tingkat Pengembangan atau Level of Development (LOD) adalah referensi yang memungkinkan praktisi
dalam Industri konstruksi untuk menentukan dan mengartikulasikan dengan tingkat kejelasan konten danreliability yang tinggi Building Information Models (BIMs) pada berbagai tahap dalam desain dan proseskonstruksi.
• Spesifikasi LOD menggunakan definisi LOD dasar yang dikembangkanoleh AIA (American Institute Architects) untuk AIA G202-Bangunan2013 Building Information Modeling Protocol Form1 (FormatProtokol Pemodelan Informasi) dan diselenggarakan oleh CSIUniformat 2010. Ini mendefinisikan dan mengilustrasikankarakteristik model elemen sistem bangunan yang berbeda diTingkat Pengembangan yang berbeda. Artikulasi yang jelas inimemungkinkan pembuat model untuk membatalkan baik apa modelmereka dapat diandalkan, dan memungkinkan pengguna jasa untukmemahami dengan jelas kegunaan dan menerima keterbatasanmodel mereka.
• Maksud dari Spesifikasi ini adalah untuk membantu menjelaskankerangka kerja LOD dan men-standarisasi penggunaannya sehinggamenjadi lebih berguna sebagai alat komunikasi.
BAB II. PEMODELAN 3D DAN SIMULASINYA SERTA LOD 100, 200, 300, 350, 400, 500
Dokumen Level of Development (LOD)
LOD tidak menentukan apa tingkat pembangunanyang harus dicapai pada titik dalam proyek, tetapimeninggalkan spesifikasi perkembangan modeluntuk pengguna dokumen ini.
Tujuan utama diadakannya dokumen ini adalah:• Untuk membantu tim, termasuk pemilik, untuk
menentukan pengiriman BIM dan untukmendapatkan gambaran yang jelas tentang apayang akan dimasukkan dalam BIM dapatdikirimkan
• Untuk membantu manajer desain menjelaskankepada tim mereka informasi dan detail yangperlu disediakan di berbagai titik di proses desain
• Untuk memberikan standar yang dapatdireferensikan oleh kontrak dan rencanapelaksanaan BIM
BIM Level of Development (AIA 2013)
2.2. Level of Development (LOD)
Kerangka Level Pengembangan (LOD) membahas beberapa masalah yang muncul ketika BIM digunakansebagai alat komunikasi atau kolaborasi, yaitu ketika seseorang selain yang menulis, mengekstrakinformasi darinya:
• Selama proses desain, membangun sistem dan komponen berkembang dari ide konseptual yangtidak jelas ke deskripsi yang tepat.
• Sangat mudah salah menafsirkan ketepatan di mana elemen dimodelkan.
• Dimensi tak tertulis dapat diukur dengan presisi, informasi perakitan sering ada sebelumdiselesaikan, dll. Kerangka kerja LOD memungkinkan pembuat model untuk menyatakan denganjelas keandalan elemen model yang diberikan.
• Rencana kerja desain menjadi sangat penting - penting bagi pengguna model untuk mengetahuikapan informasi akan tersedia untuk merencanakan pekerjaan mereka. Kerangka kerja LODmemfasilitasi ini
Memperjelas Konsep
Menghindari Salah Tafsir
Skala Dimensi Akurat
Informasi Waktu
6
LOD kadang-kadang diartikan sebagai Level of Detail (Tingkat detil) daripada Level of
Development (Tingkat pengembangan). Spesifikasi ini menggunakan konsep Levels of
Development. Ada perbedaan penting.
Level of Detail Level of Development
• Tingkat Detail pada dasarnya adalah
seberapa banyak detail dimasukkan dalam
elemen model.
• Level of Detail dapat dianggap sebagai
input ke elemen.
• Tingkat Pengembangan adalah sejauh
mana geometri elemen dan informasi
terlampir telah dipikirkan - sejauh mana
anggota tim proyek dapat bergantung
pada informasi saat menggunakan model.
• Level of Development adalah hasil yang
andal
Level of Development vs. Level of Detail
2.3. Definisi Level of Development (LOD)
Untuk membantu lebih jauh
standardisasi dan penggunaan
konsep LOD secara konsisten,
dan untuk meningkatkan
kegunaannya sebagai dasar
untuk kolaborasi, AIA setuju
untuk mengizinkan BIMForum
menggunakan definisi LOD
terbaru dalam Spesifikasi ini
Definisi LOD yang digunakan
dalam Spesifikasi ini identik
dengan yang diterbitkan dalam
Dokumen Praktik Digital yang
diperbarui AIA, dengan dua
pengecualian:
Pertama
• kelompok kerja mengidentifikasi kebutuhan akan LOD yang akan menentukan elemen-elemen model yang cukup dikembangkan untuk memungkinkan koordinasi terperinci antara disiplin - misalnya deteksi benturan / penghindaran, tata letak, dll. Persyaratan untuk level ini adalah lebih tinggi dari 300, tetapi tidak setinggi 400, sehingga ditunjuk LOD 350. Dokumen AIA tidak termasuk LOD 350, tetapi Panduan dan Petunjuk terkait referensi itu.
Kedua
• sementara LOD 500 termasuk dalam definisi LOD AIA, kelompok kerja tidak merasa perlu untuk melanjutkan mendefinisikan dan mengilustrasikan LOD 500 dalam Spesifikasi ini karena berkaitan dengan verifikasi lapangan. Dengan demikian, diperluas deskripsi dan ilustrasi grafis dalam Spesifikasi ini terbatas pada LOD 100-400.
8
Definisi Dasar Level of Development (LOD)
LOD Definisi Dasar
100 Elemen Model dapat ditampilkan secara grafis dalam Model dengan simbol atau
representasi generik lainnya, tetapi tidak memenuhi persyaratan untuk LOD 200. Terkait
dengan Elemen Model (yaitu biaya per kaki persegi, tonase HVAC, dll.) dapat diturunkan
dari Elemen Model lainnya.
200 Elemen Model secara grafis diwakili dalam Model sebagai sistem umum, objek, atau
perakitan dengan perkiraan jumlah, ukuran, bentuk, lokasi, dan orientasi. Informasi non-
grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model.
300 Elemen Model secara grafis direpresentasikan dalam Model sebagai sistem, objek atau
perakitan spesifik dalam hal kuantitas, ukuran, bentuk, lokasi, dan orientasi. Informasi non-
grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model.
400 Elemen Model secara grafis direpresentasikan dalam Model sebagai sistem, objek, atau
perakitan tertentu dalam hal kuantitas, ukuran, bentuk, orientasi, dan antarmuka dengan
sistem bangunan lain. Informasi non-grafis juga dapat dilampirkan ke Elemen Model.
500 Elemen Model secara grafis diwakili dalam Model sebagai sistem, objek atau perakitan
tertentu dalam hal ukuran, bentuk, lokasi, kuantitas, dan orientasi dengan detail, informasi
fabrikasi, perakitan, dan pemasangan. Informasi non-grafis juga dapat dilampirkan ke
Elemen Model.
9Pihak-pihak yang terkait BIM
BIM merupakan sistem, manajemen, metodeatau runutan pengerjaan suatu proyek yangditerapkan berdasarkan informasi terkait darikeseluruhan aspek bangunan yang dikelola dankemudian diproyeksikan ke dalam model 3dimensi. Di dalamnya melekat semua informasibangunan tersebut, yang berfungsi sebagaisarana untuk membuat perencanaan,perancangan, pelaksanaan pembangunan, sertapemeliharaan bangunan tersebut besertainfrastrukturnya bagi semua pihak yang terkait didalam proyek seperti konsultan, owner, dankontraktor.
2.4. Model Dimensi (D) dalam BIM
BIM
Facility Manager
Owner
General Contractor
Architect
Structure Engineer
Detailer
Mechanical Engineer
Fabricator
Site Manager
Erector
10
• Model Dimensi Dalam BIM3D 1. Model Kondisi eksisting:
a. Laser scaning b. Ground penetration (Konversi Radar (GPR)
2. Model Logistik dan safety 3. Animasi, rendering, walktrough 4. BIM Pre-Pabrikasi 5. Laser accurate BIM driven field layout
4D SCHEDULING
1. Simulasi tahapan proyek 2. Mempelajari penjadwalan:
a. Perencanaan akhir b. Just in Time (JIT) mengirim peralatan c. Instalasi simulasi detil
3. Validasi visual untuk persetujuan pembayaran
5D ESTIMATING
1. Pemodelan konsep real time dan perencanaan biaya 2. Ekstrak kuantitas untuk mensuport detil estimasi biaya 3. Trade verification dari model pabrikan:
a. Struktur baja b. Pembesian c. Mekanikal dan plumbing d. Elektrikal
4. Value Engineering: a. Skenario b. Visualisasi c. Ekstak kuantitas
5. Solusi Pre-fabrication: a. Ruang peralatan b. MEP c. Multi-trade Prefabriacation d. Arsitektural unik dan elemen-elemen struktur
6D SUSTAINABILITY
1. Analisis konsep energi (via Dprofiler) 2. Analisis detil energi (via Eco tech) 3. Sustainable element tracking 4. LEED tracking
7D APLIKASI FACILITY MANAGEMENT
1. Strategi Life cycle BIM 2. BIM as-builts 3. BIM embedded O&P Manuals 4. COBe data population dan extraction 5. Perencanaan Pemeliharaan BIM dan Technical support 6. BIM file hosting on lend Lease’s digital excharge system
Secara umum, BIM didefinisikan pada dua kepentingan yang
berbeda, yaitu:
• Adanya kerjasama antar stakeholder, yang secara
efisien bertukar informasi (baik data maupun geometri),
berkolaborasi dalam mengefisienkan proses
pembangunan/konstruksi (kesalahan semakin sedikit,
konstruksi semakin cepat), menghasilkan bangunan
lebih mudah dioperasikan, serta dapat meminimalisir
produksi limbah sekaligus mengeluarkan biaya yang
lebih murah. Dengan demikian, kunci BIM tidak hanya
ditekankan pada model tiga dimensi akan tetapi
bagaimana suatu informasi dikembangkan, dikelola,
dibagi, melalui kolaborasi yang lebih baik.
• BIM juga dapat dilihat sebagai platform perangkat lunak
yang memungkinkan untuk mengkoordinasikan atau
menggabungkan karya masing-masing stakeholder
menjadi satu Model Informasi Bangunan berorientasi
obyek tiga dimensi (3D) dengan informasi yang melekat
di dalamnya.
11
Karakteristik khas BIM adalah sebagai berikut:
2.5. Pemodelan 3D
• informasi mengenai suatu proyek konstruksi disimpan dalam database (bukan dalam drawing file atau spreadsheet). Informasi dalam database (gambar kerja, penjadwalan, estimasi biaya, dll) dapat diedit dan ditinjau ulang melalui format presentasi yang familiar bagi masing-masing pengguna (arsitek, ahli struktur, estimator, pekerja bangunan) namun tetap dapat dilihat ke dalam model informasi yang sama.
Produk BIM diciptakan dan beroperasi pada database digital melalui kolaborasi.
• Informasi ini dapat didistribusikan pada masing-masing anggota tim melalui sebuah jaringan atau sharing file dan masing-masing dapat bekerja secara independent.
Dalam BIM, setiap perubahan direfleksikan pada semua presentasi/visualisasi.
• sehingga setiap penggantian komponen dalam database akan mengubah komponen lainnya
Mengelola berbagai perubahan dalam database mulai dari tahap desain, konstruksi, dan operasional.
• Pembentukan data dimulai sejak arsitek menuangkan sketsa pada survey awal, terus berkembang ke dalam rencana bangunan dengan informasi yang melekat berupa ketinggian lantai, potongan, dan jadwal.
Menyimpan berbagai data dan informasi untuk dapat dipergunakan kembali.
12
Pemodelan Informasi Bangunan umumnya digunakan selama perancangan, konstruksi
dan operasi agar:
• Memberikan dukungan untuk proses
pengambilan keputusan proyek
• Antar stakeholder memiliki pemahaman yang
jelas
• Memvisualisasikan solusi desain
• Membantu dalam proses desain dan koordinasi
desain
• Meningkatkan keselamatan selama konstruksi
dan sepanjang siklus hidup bangunan
• Mendukung analisis biaya dan siklus hidup
proyek
• Mendukung transfer data proyek ke perangkat
lunak pengelolaan data selama pengoperasian
• Menekan biaya dengan jumlah anggota
tim yang lebih sedikit dan meminimalisir
penggunaan kertas karena interaksi
secara digital.
• Kecepatan kerja lebih tinggi karena
ketika suatu perubahan dilakukan dalam
database secara otomatis akan
terkoordinasikan dalam proyek.
• Kualitas lebih tinggi karena adanya
perencanaan dan pengelolaan informasi
yang terkontrol sehingga membuat
proses konstruksi lebih efektif dan efisien
PERANCANGAN (DISAIN)
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
OPERASI BANGUNAN
13
Kebutuhan Informasi pada PemodelanA. Informasi Proyek:
a. Definisi Proyek, tipologi, lokasi, koordinatb. Memodelkan kondisi eksistingc. Analisis tapakd. Validasi program ruang dan perangkat (equipment)
B. Informasi Model:1. Level of Development (LoD) Tahap Konseptual
Tahap Skematik Tahap Pengembangan Rancangan Tahap Konstruksi Tahap Khusus
2. Pemodelan Arsitektural Model spasial dan material Visualisasi untuk komunikasi dan analisis fungsional Pengecekan standar Evaluasi strategi keberlanjutan
3. Pemodelan dan Analisis Struktural4. Pemodelan dan Analisis MEP Analisis energi
Analisis distribusi beban listrik Analisis aliran udara Analisis pencahayaan Analisis engineering lainnya
5. Quantity Take-off dan Perencanaan Biaya6. Pemodelan Konstruksi Clash Detection/ coordination
Digital fabrication Perencanaan skedul konstruksi dan urutan pekerjaan (4D)
7. Pengelolaan Fasilitas/ As-built Models
COBie/ Commissioning Handover/ Commissioning System Security Assessment dan Perencanaan Tanggap Bencana
14
Clash Detection
Clash Detection adalah proses dimana menemukan "Clash" pada modelBIM. Deteksi benturan/bentrokan (Clash Detection) mempunyai artiyang sangat penting ketika ingin menghapus permasalahan yangditemukan selama peninjauan. Deteksi benturan/ bentrokan bisadibedakan menjadi tiga jenis:
a. Hard clash (Bentrokan keras)
• Bentrokan keras hanya ketika dua benda menempati ruang yang sama (mis., pipa melewati dinding di mana tidak ada pembukaan).
b. Soft clash/clearance clash (Bentrokan lembut)
• Bentrokan lembut mengacu pada toleransi atau ruang yang diizinkan; sebagai contoh, zona penyangga antara komponen yang tersisa untuk menyediakan ruang untuk masa depan pemeliharaan.
c. 4D/workflow clash (4D / Bentrokan alur kerja)
• Bentrokan 4D / alur kerja mengacu pada bentrokan dalam penjadwalan kru kerja, pengiriman material / materialisasi pengiriman benturan, dan masalah waktu lainnya.
2.6. Langkah-langkah Pemodelan 3D, Input Data dan
Pemrosesan
MODEL 3D
• Model 3D (Desain 3D) merupakan perwakilan dari lebar, panjang, dan tinggi suatu benda. Pemodelan 3D adalah prosedur pengembangan model 3 Dimensi menggunakan perangkat lunak khusus.
PROSEDUR
• Prosedur ini dilakukan sebagai proses untuk menciptakan sebuah model yang mewakili objek sebenarnya secara tiga dimensi.
OBYEK
• Objek yang dibuatkan modelnya bisa berupa objek hidup ataupun benda mati.
DATA GEOMETRIS
• Sebuah model tiga dimensi dibuat dengan menggunakan sejumlah titik dalam ruang 3D, yang dihubungkan dengan berbagai data geometris seperti garis, bidang datar, dan permukaan melengkung yang menghasilkan bentuk 3 Dimensi utuh menyerupai objek yang dijadikan model.
VISUAL PROYEK
• Pemodelan 3D dapat memperlihatkan kondisi eksisting serta memvisualisasikan keluaran proyek konstruksi.
2.7. Contoh Pemodelan
Diberikan demo pemodelan dengan menggunakan TEKLA.
17
2.8. Simulasi Pemodelan 3D Secara Berkelompok
1.Persiapan Simulasi Pemodelan 3D
a. Peserta diminta mempersiapkan diri dengan mempelajari kembali materi pada BAB
II mengenai Pemodelan 3D yang telah dibahas sebelumnya.
b. Selanjutnya, Instruktur akan menyampaikan contoh suatu proyek BIM yang
menggunakan pemodelan 3D.
2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 3D
a. Peserta akan dibagi ke dalam 4 kelompok yang mana kelompok I adalah bidang
SDA, kelompok II bidang Jalan dan Jembatan, Kelompok III bidang Ke Cipta Karya
an, dan Kelompok IV bidang Perumahan. Apabila pembagian kelompok seperti ini
tidak dimungkinkan maka dapat dibagi 4 kelompok berdasarkan bidang-bidang yang
sejenis di antara peserta yang hadir.
b. Selanjutnya, Instruktur akan memberikan penugasan kepada setiap kelompok untuk
melakukan pemodelan 3D. Pada kegiatan simulasi ini sebaiknya Instruktur
didampingi minimal 3 Asisten.
BAB III. PENJADWALAN PROYEK MODEL 4D DAN ESTIMASI BIAYA MODEL 5 D (LOD 400 & 500)
18
3.1. Ruang Lingkup Model 4D dan Model 5D
Model 4D, menambahkan dimensi keempat yaitu jadwalproyek dengan model 3D. Sebuah model 4D BIMmenghubungkan elemen 3D dengan timeline pengirimanproyek untuk memberikan sebuah simulasi virtual dariproyek di lingkungan 4D. Model 5D, menghubungkan databiaya dengan daftar kuantitas yang dihasilkan dari model3D, sehingga memberikan estimasi biaya yang lebih akurat.Model 4D dihasilkan dengan kemampuanmemvisualisasikan urutan konstruksi, yaitu integrasi fasekonstruksi proyek dan urutan ke model tiga dimensi. Dapatmengandung berbagai tingkat rincian untuk digunakandalam berbagai fase konstruksi oleh pemilik, subkontraktor,dan lainnya.
Bagian utama dari pemodelan 4D dan 5D
adalah untuk menghubungkan jadwal kerja
dan biaya ke model 3D dan
memvisualisasikan pekerjaan konstruksi
sesuai dengan jadwal. Semua informasi yang
diperlukan dapat diperoleh dari model jika
visualisasi dilakukan sesuai dengan tanggal
kerja.
3.2. Langkah Permodelan 4D dan 5D dengan Tekla
Adalah mungkin untuk menghubungkan model yang berbeda di Tekla dan
menunjukkan model itu menurut tanggal kerja. Tools pada BIM Tekla seperti Model
Organizer Tekla, Task Manager, Visualisasi status Proyek, Phase Manager dan
sebagainya adalah alat yang diperlukan yang digunakan untuk memvisualisasikan
pekerjaan konstruksi.
20
Scheduling Menggunakan Tekla Structures
Pembuatan Time Schedule dengan Tekla didemokan menggunakan Komputer
21
3.3. Simulasi Pemodelan 4D & 5D Secara Berkelompok
1. Persiapan Simulasi Pemodelan 4D dan 5D
a. Peserta diminta mempersiapkan diri dengan mempelajari kembali materi pada BAB III
mengenai Pemodelan 4D dan 5D yang telah dibahas sebelumnya.
b. Selanjutnya, Instruktur akan menyampaikan contoh suatu proyek BIM yang menggunakan
pemodelan 4D dan 5D
2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 4D dan 5D
a. Peserta akan dibagi ke dalam 4 kelompok yang mana kelompok I adalah bidang SDA,
kelompok II bidang Jalan dan Jembatan, Kelompok III bidang Ke Cipta Karya an, dan
Kelompok IV bidang Perumahan. Apabila pembagian kelompok seperti ini tidak dimungkinkan
maka dapat dibagi 4 kelompok berdasarkan bidang-bidang yang sejenis di antara peserta
yang hadir.
b. Selanjutnya, Instruktur akan memberikan penugasan kepada setiap kelompok untuk
melakukan pemodelan 4D dan 5D. Pada kegiatan simulasi ini sebaiknya Instruktur didampingi
minimal 3 Asisten.
BAB IV. SUTAINABILITY MODEL 6D
22
4.1. Ruang Lingkup Sustainability Model 6D
Siklus Hidup Bangunan didefinisikan sebagai seluruhsiklus kehidupan bangunan dari desain, melaluikonsepsi, hunian dan sampai pembongkaran(demolition). Hal ini menciptakan kebutuhan untukdesain yang efisien energi jangka panjang untuk ada disemua bangunan. Jadi di sebagian besar konstruksipada perusahaan, mereka menggunakan simulasienergi canggih dan paket analisis. Namun mereka sulituntuk ditangani, lebih mahal dan apalagi mereka tidakbisa untuk menilai semua energi karakteristik strategihemat energi dalam sebuah gedung. Jadi teknik yangmenarik yang akan digunakan untuk simulasi dananalisis energi komprehensif sangat dihargai. Salah satuteknik tersebut adalah aplikasi Pemodelan InformasiBangunan (BIM).
23
• Efisensi Energi
Bangunan yang telah dirancang, berkontribusi pada masalah lingkungan yang seriuskarena konsumsi energi yang berlebihan. Hubungan erat antara penggunaan energi digedung dan kerusakan lingkungan muncul karena solusi intensif energi berusahamembangun bangunan dan tuntutannya untuk pemanasan, pendinginan, ventilasidan pencahayaan menyebabkan penipisan sumber daya lingkungan yang sangatberharga. Efisiensi sumber energi dalam konstruksi baru dapat dipengaruhi denganmengadopsi pendekatan terpadu untuk membangun desain.
Konsep Disain Analisis Konstruksi O & P
24
• Disain Green Building
Building Information Modeling (BIM) dandisain green building adalah dua tren dalamindustri A/E/C yang tidak menunjukkantanda-tanda melambat.
• Keduanya menjadi semakin umumdalam pekerjaan konstruksi, dan pentinguntuk memahami bahwa keduanyaadalah komponen yang salingmenguntungkan dari proses desain.
• Keduanya merupakan konsep pentingyang dapat memperkuat dan mendukungsatu sama lain.
25
4.2. Langkah-langkah Pemodelan Model 6D
Pada Pemodelan 6D akan di fokuskan pada kemampuan analisis energi, BIM akan memberikanpengguna dengan rinci pemodelan energi akurat. Software yang biasa digunakan adalah AutodeskRevit (BK4ON4 & BK4MA2), tool Analisis Energi dalam Revit sendiri digunakan untuk melaksanakan ujikeberlanjutan. Tool ini sangat cocok untuk analisis energi dalam fase rancangan (rancangan).
Untuk membuat analisis energi Revit, kita harus masuk melalui akun Autodesk 360 kita, ini merupakanakun yang sama (Autodesk ID dan kata sandi) dan kita masuk untuk mengunduh perangkat lunakAutodesk. Ketika kita membuat analisis energi Revit, kita harus memiliki koneksi internet karenaanalisisnya akan dihitung menggunakan Server Autodesk 360.
• Pertama-tama buatlah massa konseptual, aktifkan lantai massal, tentukan pengaturan energi(terutama lokasi dan jenis bangunan) dan kirimkan simulasi energi ke layanan web AutodeskGreen Building Studio.
• Ketika peringatan muncul, simulasi selesai dan siap untuk dilihat. Anda juga dapat menampilkanbeberapa hasil simulasi untuk perbandingan berdampingan.
• Gunakan hasil simulasi untuk memahami penggunaan energi bangunan untuk memindahkanproyek Anda menuju desain yang berkelanjutan.
26
4.3. Langkah-langkah Analisis Energi menggunakan
Autodesk Revit
Cara menganalisis energi menggunakan aplikasi Autodesk Revit didemokan
menggunakan Komputer
27
4.4. Simulasi Pemodelan 6D Secara Berkelompok
1. Persiapan Simulasi Pemodelan 6D
a. Peserta diminta mempersiapkan diri dengan mempelajari kembali materi pada BAB IV
mengenai Pemodelan 6D yang telah dibahas sebelumnya.
b. Selanjutnya, Instruktur akan menyampaikan contoh suatu proyek BIM yang menggunakan
pemodelan 6D
2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 6D
a. Peserta akan dibagi ke dalam 4 kelompok yang mana kelompok I adalah bidang SDA,
kelompok II bidang Jalan dan Jembatan, Kelompok III bidang Ke Cipta Karya an, dan
Kelompok IV bidang Perumahan. Apabila pembagian kelompok seperti ini tidak
dimungkinkan maka dapat dibagi 4 kelompok berdasarkan bidang-bidang yang sejenis di
antara peserta yang hadir.
b. Selanjutnya, Instruktur akan memberikan penugasan kepada setiap kelompok untuk
melakukan pemodelan 6D. Pada kegiatan simulasi ini sebaiknya Instruktur didampingi
minimal 3 Asisten.
BAB V. FACILITY MANAGEMENT MODEL 7D
28
5.1. Ruang Lingkup Facility Management Model 7D
Secara umun fungsi Facility Management(FM) adalah melakukan manajemen dalammengendalikan sarana dan prasarana yangdimiliki perusahaan berdasarkan dengankondisi kerja dan lingkungan kerja yangdilandasi dengan kebutuhan kerja dan dapatdimanfaatkan oleh seluruh elemen didalamperusahaan, seperti untuk administrasisarana dan prasarana hingga pengelolaanserta pemeliharaan dan perbaikan aset untukmenunjang pekerjaan karyawan.
29
5.2. Langkah-langkah Pemodelan Model 7D
Manajemen ruang yang akurat, efisien populasi database FM, dan menggunakan dataBIM untuk pemeliharaan pencegahan adalah tiga alasan umum untuk BIM untukberintegrasi lebih baik dengan FM; untuk mencapai ini pemilik perlumengembangkan pedoman BIM dan bersikeras merekam BIM untuk konstruksi danretrofit baru.
a. Space Management
b. Mengisi Database Aset dari BIM
c. Data BIM untuk Perawatan Preventif dan Retrofit
d. Merekam BIM
30
5.3. Simulasi Pemodelan 7D Secara Berkelompok
1. Persiapan Simulasi Pemodelan 7D
a. Peserta diminta mempersiapkan diri dengan mempelajari kembali materi pada BAB V
mengenai Pemodelan 7D yang telah dibahas sebelumnya.
b. Selanjutnya, Instruktur akan menyampaikan contoh suatu proyek BIM yang
menggunakan pemodelan 7D.
2. Pelaksanaan Simulasi Pemodelan 7D
a. Peserta akan dibagi ke dalam 4 kelompok yang mana kelompok I adalah bidang SDA,
kelompok II bidang Jalan dan Jembatan, Kelompok III bidang Ke Cipta Karya an, dan
Kelompok IV bidang Perumahan. Apabila pembagian kelompok seperti ini tidak
dimungkinkan maka dapat dibagi 4 kelompok berdasarkan bidang-bidang yang sejenis
di antara peserta yang hadir.
b. Selanjutnya, Instruktur akan memberikan penugasan kepada setiap kelompok untuk
melakukan pemodelan 7D. Pada kegiatan simulasi ini sebaiknya Instruktur didampingi
minimal 3 Asisten.
31