Oleh Kelompok 1
Arsad Suni A d a mFatimahIndriyaniMardiahNurlina
St. Khaeruni
Oleh Kelompok 1
Arsad Suni A d a mFatimahIndriyaniMardiahNurlina
St. Khaeruni
MIDDLE RANGE THEORY KEPERAWATAN
Pamela.G.Reed
PendahuluanModel konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktek keperawatan
Salah satunya adalah Pamela G. Reed yang mengembangkan teori ttg “Self- Transendensi”, yang mengatakan bahwa pengembangan konsep diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu Inwardly (batiniah), Outwardly (lahiriah) dan Temporally (duniawi)
Ciri Middle Range Theory Menurut Meleis, A. I. (1997), Mid-Range Theory
memiliki cirri-ciri sbb :Ruang lingkup terbatas,Memiliki sedikit abstrak,Membahas fenomena atau konsep yang lebih
spesifik, danMerupakan cerminan praktik (administrasi, klinik,
pengajaran)Menurut Whall (1996), kriteria sebuah mid-range
theory yaitu :Konsep dan proposisi spesifik tentang keperawatan Mudah diterapkan Bisa diterapkan pada berbagai situasi Proposisi bisa berada dalam suatu rentang
hubungan sebab akibat
Konsep Kunci Self-Trancendence Theory
1.Vulnerability Kesadaran seseorang akan adanya kematian. Diartikan sebagai konteks bagi perkembangan atau kematangan di usia senja atau pada akhir kehidupan. Konsep vulnerable meningkatkan kesadaran akan situasi mendekati kematian termasuk di dalamnya adalah keadaan gawat seperti disabilitas, penyakit kronik, kelahiran, dan pengasuhan.
2. Self Transcendence Bernard Lonergan, (1975), Transendensi diri
berarti suatu gerak melampaui apa yang telah dicapai. Suatu gerak dari yang kurang baik menjadi baik dan dari yang baik menjadi lebih baik.
Pamela G Reed, Self Transcendence didefiniskan sebagai pengembangan konsep diri dibatasi secara mulitidimensi yaitu : Inwardly (batiniah) : introspeksi diri terhadap
pengalaman-2 yg pernah dialami. Outwardly (lahiriah) : Pentingnya berinteraksi dg
lingk. Temporally (duniawi) : menjadikan pengetahuan
atau pengalaman masa lalu sbg pelajaran untuk mencapai tujuan masa depan.
3.Well-Being
Didefiniskan sebagai perasaan sehat secara menyeluruh baik fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual yang menunjukkan suatu kesejahteraan dan keadan yang baik.
4 Moderating-Mediating Factors
Variabel kontekstual dan personal yg bisa mempengaruhi proses transendensi diri terhadap kondisi yang baik, dimana dapat memperkuat dan memperlemah hubungan vulnerabilities dan transendensi diri atau antara transendensi diri dan keadaan well being. Contoh variabel tersebut adalah usia, sex, kemampuan kognitif, pengalaman hidup, persepsi spiritual, lingkungan sosial, dan riwayat masa lalu.
5. Point of Intervention Berdasarkan teori transendensi diri, terdapat dua poin intervensi : Tindakan keperawatan yg
langsung berfokus pd sumber-sumber dari dalam diri sendiri
Berfokus pada beberapa faktor dari luar atau lingkungan
Asumsi Mayor
1. Health / Kesehatan
2. Nursing / Keperawatan
3. Person / Manusia
4. Environment / Lingkungan
Pernyataan Teoritis Model teori self transcendence mengusulkan tiga macam hubungan : Peningkatan vulnerability dihubungkan dengan
peningkatan self transcendence.
Self transcendence berhubungan secara positif dengan kesejahteraan (well-being).
Faktor-faktor personal dan eksternal bisa mempengaruhi hubungan antara vulnerability dengan self transcendence dan antara self transcendence dan well- being.
+
Vulnerability Self-transcendence + Well-Being
+ - + -
Factor-faktor personal danKontextual yang berhubungan dengan secara media atau hubungan moderate
+
Point
intervensi utk + -
meningkatkan
Self-transcedence
Skema 2 : Teori Model Self-Trancendence
TINJAUAN KASUSKASUS :
Ny. K, usia 60 tahun memiliki 3 orang anak yang saat ini sudah
berusia di atas 30 tahun. Suami Ny. K, baru saja meninggal 7 bulan
yang lalu karena menderita penyakit kronis. Pernikahan mereka telah
berusia 40 tahun pada saat suaminya meninggal. Dua orang anaknya
bertempat tinggal sangat jauh dari rumah Ny. K, Sedangkan seorang
anak perempuan bersama dengan suaminya dan dua orang anak,
yang satu masih usia pra sekolah dan yang satunya lagi SMP, tinggal
tidak jauh dari rumah Ny. K. Selama suaminya sakit, Ny. K sendiri
yang merawatnya. Ia menghabiskan banyak waktu dan mengalami
kelelahan dalam merawat suaminya, namun setelah suaminya
meninggal dia merasa sangat kesepian karena ditinggal seorang diri
di rumahnya. Selain itu, dia juga kehilangan selera makan sehingga
tidak memiliki kekuatan untuk beraktivitas di luar rumah dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya serta berinteraksi dengan
anak dan keluarganya.
Analisis Kasus Berdasarkan kasus di atas, hasil analisa mennunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang sedang dihadapi oleh Ny. K yaitu : Ny. K telah berusia lanjut. Respon berduka yang berkepanjangan akibat
kematian Suaminya Interaksi dengan lingkungan sosial terganggu Interaksi dengan anggota keluarga terganggu Penurunan selera makan Kelemahan fisik Penurunan aktivitas Merasa kesepian tinggal seorang diri Tinggal terpisah dari anak-anaknya
Penyelsaian Masalah Dari contoh kasus tersebut diatas, kelompok mencoba melakukan penyelasaian masalah dengan pendekatan konsep kunci yaitu
Vulnerabel
Inwardly
Outwardly
Temporally
Transendensi diri
Well-Being
1. Vurnerabel yaitu meningkatkan kesadaran Ny. K bahwa kematian adalah merupakan hal yang akan dialami oleh setiap orang yang masih hidup dan akan disertai kesedihan serta kedukaan berlanjut sampai berbulan-bulan setelah masa kehilangan tersebut. Bagaimana jika seandainya keadaan menjadi terbalik, pengalaman yang sama terjadi pada dirinya sedangkan Suaminya sendiri yang mengalami hal yang saat ini dia alami, akan sangat berbeda dan bahkan lebih sulit bagi Suaminya untuk menerima hal tersebut. Sehingga, perawat akan membantu Ny. K untuk melakukan refleksi terhadap dirinya dan terhadap pengalaman tersebut. Refleksi dan instrospeksi yang dilakukan oleh Ny. K adalah merupakan inti dari self transcendence.
2.Dari segi inwardly (batiniah), perawat menekankan adanya proses introspeksi terhadap pengalaman masa lalu yang dialami oleh Ny. K yang kemudian dapat menjadi fasilitas memperoleh kepulihan dan kesehatannya kembali. Introspeksi diri bisa meliputi menggali kembali kepercayaan dan keyakinan dalam diri, nilai-nilai pribadi, dan mimpi-mimpi yang ingin dicapai yang nantinya akan menjadi penyemangat atau motivator untuk mencapai kondisi yang sehat secara utuh (well being).
3. Dari segi outwardly (lahiriah), perawat memberikan dorongan untuk memulai kembali hubungannya dengan dunia luar termasuk berinteraksi dengan anak dan keluarganya, lingkungan sosialnya dan kembali beraktivitas serta dapat menikmati masa tuanya dengan penuh kebahagian. Dengan menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya, anak dan menantunya akan lebih membuatnya menikmati kebahagiaan dan kesenangan. Selain itu, dengan cara tersebut, Ny. K akan merasa puas telah membantu anak dan menantunya menjaga anak-anaknya. Bila kebahagiaan dan kesenangan telah terbangun, masalah fisik, nafsu makan, perasaan kesepian, dan perasaan berduka yang dialaminya selama ini berangsur-angsur akan hilang, sehingga Ny. K akan memperoleh kesehatannya kembali
4. Dari segi temporally (duniawi/saat ini), dari hasil refleksi dan introspeksi dari pengalaman masa lalunya, Ny. K bisa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya di masa lalu itu untuk mencapai apa yang dia harapkan di masa yang akan datang dengan melakukan/menerapkannya pada masa kini.
Dari beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam menyelesaikan masalah Ny. K, ada dua poin yang secara umum menjadi inti intervensi keperawatan yaitu, menggali sumber-sumber yang ada pada diri Ny. K dan berfokus pada faktor-faktor yang berpengaruh pada hubungan vulnerabel dan transendensi diri; hubungan antara transendensi diri dan kondisi sejahtera.
KESIMPULAN 1.Kelebihan
Baik digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terkait dengan masalah psikososial.
Faktor spiritual cukup dipertimbangkan dalam penyelesaian masalah klien.
2.Kekurangan Banyak variabel dalam teori, seperti vulnerability dan
transendensi diri serta kondisi sejahtera yang masih abstrak, sehingga masih terdapat kesulitan diterapkan dalam praktik.
Pembahasan teori tidak mudah untuk dipahami sehingga sulit dicerna oleh para perawat yang akan mengaplikasikannya ke dalam praktik.
Terbatas digunakan hanya pada kasus-kasus yang berhubungan dengan adanya masalah psikologis dengan kurang mempertimbangkan penangan fisiknya.
Lanjutan3.Teori self transcendence termasuk dalam kelompok
mid-range theory karena memiliki kriteria : konsep dan variabel sedikit, sebahagian masih bersifat abstrak, dapat digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi kesehatan manusia, bersumber dari grand theory dan pengalaman-pengalaman praktik, dan berfokus pada fenomena yang lebih spesifik.
4.Ketidakjelasan dan keabstrakan teori self transcendence dapat menjadi pemicu dilakukannya penelitian-penelitian yang bisa menjadi bahan perbaikan bagi teori tersebut.
Sekian dan Terima Kasih