“METODE DAKWAH USTADZ MUFAKHIR DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN AGAMA TERHADAP
JAMAAH MASJID BAITURRAHMAH LEGOSO”
Oleh :
Nur Hidayat
Nim : 106051001858
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
“METODE DAKWAH USTADZ MUFAKHIR DALAM
MENINGKATKAN PEMAHAMAN AGAMA TERHADAP
JAMAAH MASJID BAITURRAHMAH LEGOSO”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh :
Nur Hidayat
Nim : 106051001858
Dibawah Bimbingan :
Hj. Umi Musyarofah, MA NIP : 197108161997032002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul METODE DAKWAH USTADZ MUFAKHIR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN AGAMA TERHADAP JAMAAH MASJID BAITURRAHMAH LEGOSO, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 23 Juli 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 23 Juli 2010
Sidang Munaqosyah
Ketua,
Drs. Study Rizal LK, M.Ag NIP : 19640428 199303 1 002
Sekretaris,
Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag NIP : 150 321 584
Penguji I
Dr. Hj. Roudhonah, M.A NIP : 19580910 198703 2 001
Penguji II
Dra. Armawati Arbi, M.Si NIP : 19650207 199103 2 002
Pembimbing
Hj. Umi Musyarofah, M.A NIP : 197108161997032002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli. saya (Nur Hidayat) sebagai Penulis
dan yang ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan atau plagiat dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 02 Juli 2010
(Nur Hidayat)
ABSTRAK Nur Hidayat 106051001858 Metode Dakwah Ustadz Mufakhir Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama
Terhadap Jamaah Masjid Baiturrahmah Legoso
Dakwah merupakan sumber penyebaran pengetahuan agama. Islam dapat dikenal oleh umat manusia berkat jasa dakwah nabi Muhammad SAW. Hingga banyak manusia yang menjadi pengikut sah agama Islam. Dewasa ini dakwah bukan lagi sekedar menyebarluaskan agama Islam, akan tetapi dakwah sudah menjadi kebutuhan yang sangat urgen yaitu mengembalikan umat Islam seutuhnya. Banyaknya umat Islam yang masih minim pengetahuan dan pemahaman agama, banyaknya umat Islam yang masih menganggap agama hanyalah sekedar kedok belaka dan lain sebagainya. Salah satu fungsi dakwah dalam Islam adalah meningkatkan ukhuwah Islamiah hingga umat ini benar-benar menjalankan syari’at Islam secara utuh artinya tidak setengah-setengah.
Metode menjadi sangat urgen dalam dakwah. Karena sebaik apapun materi yang disampaikan jika cara yang digunakan kurang baik atau kurang tepat maka materi akan susah untuk diterima oleh mad’u. Persoalan metode dakwah menjadi perlu untuk dikaji sebagai penunjang keberhasilan dakwah secara umum. Berbagai karakter mad’u atau jamaah dapat dipecahkan melalui metode dakwah atau penggunaan metode dakwah secara tepat disesuaikan dengan sasaran dakwah.
Dalam penelitian ini penulis mengambil penelitian mengadakan penelitian terhadap salah satu tokoh pengajar pengajian tafsir di masjid Baiturrahmah yaitu ustadz Mufakhir. Dengan tujuan mengungkap beberapa persoalan yang berkaitan dengan metode penyampaian dakwah. Antara lain : Bagaimana metode dakwah ustadz Mufakhir dalam pengajian tafsir? dan Apa saja materi yang disampaikan ?
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Yaitu mengadakan observasi secara langsung terhadap obyeknya dengan mengikuti kegiatan keagamaan tersebut, dan untuk mengungkap fenomena peneliti mengadakan interviu kepada ustadz Mufakhir dan beberapa jamaah pengajian tafsir.
Secara umum metode penyampaian tafsir al-Qur’an yang digunakan oleh ustadz Mufakhir adalah ceramah, tanya jawab dan diskusi jika diperlukan. Sedangkan materi yang disampaikan sesuai dengan materi ayat yang dikupas. Misalnya pada ayat 34 yang menceritakan tentang nabi Adam a.s, malaikat dan iblis ketika masih tinggal disurga dan terdapat munasabahnya pada surat lain. Penggunaan metode yang tepat menjadi jalan mudahnya mad’u dalam menerima materi yang disampaikan. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi da’i untuk meningkatkan metode agar lebih variatif sehingga mad’u atau jamaah tidak mudah bosan.
i
KATA PENGANTAR
حيمحمن الربسم اهللا الر
Al-Hamdulillah segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas
segala limpahan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya. Sehingga dengan karunianya
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
tetap tercurahkan hanya kepada kekasih Allah Muhammad SAW. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis sadari betul bahwa terselesaikannya skripsi ini adalah merupakan
kebanggaan yang besar, dan tentunya berkat dukungan do’a dan dorongan
motivasi bahkan juga bantuan sarana sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
Maka penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak DR. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Drs.
Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan I. Drs. Mahmud Djalal, MA
selaku Pembantu Dekan II. Drs. Study Rizal, LK, MA.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
3. Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi ini.
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan pengalaman yang
sangat berharga.
ii
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan
pelayanan yang baik untuk menunjang penyusunan skripsi ini sampai akhir.
6. Kedua orang tua penulis ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan
dukungannya selama kuliah hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini, baik
dalam segi materi dan yang paling utama adalah ridho serta do’anya, yang tak
pernah lelah dilantunkan kepada Allah SWT demi tercapainya cita-cita
anaknya. Mudah-mudahan Allah selalu melimpahkan rahmat kepadanya
hingga mendapatkan tempat yang mulia disisinya amie.en!.
7. Kakak-kakakku tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungannya
selama kuliah hingga terlaksananya skripsi ini, sehingga dengan ketulusannya,
adikmu ini dapat menyelesaiknnya. Mudah-mudahan Allah memberikan
kemudahan dalam segala keinginanmu.
8. Istriku tercinta yang tak pernah lelah dalam memberikan dukungan
semangatnya hingga skrisi ini dapat selesai. Mudah-mudahan cinta dan kasih
sayang kita dirahmati oleh Allah SWT sehingga menjadi keluarga yang
sakinah, mawaddah dan warohmah.
9. Sahabat-sahabatku dan teman-temanku KPI C angkatan 2006 Syukron
katsiron atas semuanya.
10. Ustadz Abdul Mufakhir Muhammad, M.A yang telah membantu menyediakan
waktu untuk wawancara dan lain sebagainya dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda.
iii
iv
11. Seluruh jamaah pengajian tafsir masjid Biaturrahmah, dan khusunya kepada
bapak Sugeng, bapak Sulhan, dan bapak Sarkum yang telah bersedia menjadi
obyek penelitian. Semoga Allah membalas kebaikan bapak-bapak sekalian.
12. Seluruh pengurus masjid Baiturrahmah yang telah banyak membantu
memberikan fasilitas dan lain sebagainya dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah senatiasa mencatat amal kebaikan dan memberikan pahala-Nya.
13. Teman-teman KKN Pabuaran 2009. Sungguh kesan yang indah dan tak
terlupakan yang memberikan pengalaman yang berarti dalam hidup ini. Miss
you all the best tim KKN PBR is Okey.
14. seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, meskipun tak
tertulis semuanya tapi tak mengurangi rasa terima kasih atas bantuannya.
Semoga Allah memberikan balasan pahala. Amien ya Robbal Alamin.
Semoga akhir dari penyelesaian skripsi menjadi awal kreatifitas yang
bermanfaat bagi kita semua. Sehingga dapat membangun sendi-sendi ajaran Islam
yang mengarahkan kita semua kejalan yang diridloi Allah SWT. Amien ya Robbal
Alamien.
Ciputat, 02 Juli 2010
(Nur Hidayat)
DAFTAR ISI ABSTRAK …………………………………………………………………... i KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… vi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………...................... viii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………….... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...……………………………... 6
D. Metodologi Penelitian ……………………………………….. 8
E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………... 10
F. Sistematika Penulisan ……………………………………….. 11
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………… 13
A. Metode dan Ustadz …………………………………………….. 13
B. Dakwah dan Hukumnya ……………………………………... 19
C. Unsur-unsur Dakwah ………………………………………... 33
D. Pemahaman Agama ………………………………………….. 36
E. Jama’ah …………………………………………………….... 39
BAB III BIOGRAFI USTADZ MUFAKHIR DAN GAMBARAN UMUM
MASJID BAITURRAHAMAH ………………………………... 41
A. Biografi dan Karya-Karya Ustadz Mufakhir ………………… 41
B. Latar Belakang Berdirinya Masjid Baiturrahamah ………….. 44
C. Visi dan Misi ………………………………………………… 45
vi
vii
D. Struktur Kepengurusan Masjid Baiturrahamah …………….. 46
E. Kegiatan Masjid Baiturrahmah Secara Umum ……………… 48
BAB IV ANALISIS METODE DAKWAH USTADZ MUFAKHIR … 50
A. Metode Penyampaian Yang Digunkan Ustadz Mufakhir …… 50
B. Materi …………………………... …………………………… 66
C. Keberhasilan dan Hambatan ……………………………….... 70
BAB V PENUTUP ……………………………………………………… 76
A. Kesimpulan …………………………………………………... 76
B. Saran-saran …………………………………………………... 78
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 80
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemahaman agama adalah persoalan yang pokok yang harus dikaji
secara serius demi membangun dan mengembangkan ukhuwah Islamiyah.
Pada dasarnya setiap persoalan tidak akan sempurna tanpa adanya pemahaman
yang mendalam. Misalnya pemahaman terhadap agama ini adalah merupakan
sumber utama dalam meningkatkan kualitas keagamaan seorang umat. Dengan
demikian proses untuk menggali sebuah pemahaman menjadi bahasan yang
penting, karena akan menjadi jembatan bagi umat untuk meraih pemahaman
tersebut. Mustahil seorang umat dapat menjalan agamanya dengan baik tanpa
adanya pemahaman yang mendalam. Sebuah contoh, bagaimana seorang
muslim dapat menjalankan syari’at Islam sedangkan dia tidak paham atas
segala apa yang terkandung dalam syari’at.
Islam adalah agama dakwah dilihat dari teori maupun pada prakteknya.
Hal ini sudah terbukti mulai dari zaman nabi Muhammad SAW hingga
sekarang. Nabi Muhammad diturunkan kebumi dalam rangka membawa
agama Islam dengan penyebaran melalui dakwah. Beliau menjadi pemimpin
dakwah Islam dalam waktu yang lama dan telah berhasil menarik banyak
penganut dari kaum kafirin1.
1 Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam. (Jakarta : Widjaja, 1981) h. 4
1
2
Melalui dakwah agama Islam dapat tersebar diberbagai penjuru negara,
termasuk di Indonesia Islam tersebar diberbagai wilayah melalui dakwah.
Dakwah adalah sumber dari penyebaran agama Islam, akan tetapi dakwah juga
merupakan suatu keharusan untuk dilaksanan setiap muslim dalam rangka
Amar ma’ruf dan Nahi mungkar. Berdasarkan firman Allah :
☺
☺
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imron : 104).
Tugas kewajiban dakwah dalam Islam bukan sesuatu yang dipikirkan
sambil lalu, melainkan sesuatu yang sejak semula diwajibkan bagi pengikut-
pengikutnya.2
Dengan demikian siapapun yang merasa dirinya adalah golongan umat
Islam mempunyai beban kewajiban untuk melaksanakan dakwah, yaitu
menegakkan agama Allah serta mengajak manusia kejalan yang ridhoi Allah
SWT. Selain dakwah merupakan kewajiban umat muslim dakwah juga
merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidup ini. Ketika manusia
sedang dilanda kegundahan, kecemasan dengan timbulnya berbagai hal yang
menjadi timbulnya sebuah tanda-tanya, maka disitulah manusia sangat
membutuhkan siraman rohani sebagai pencerahan. Diamping itu dakwah juga
2 Ibid h.5
3
memberikan tuntunan kepada umat Islam terutama yang berpengatahuan
minim dalam hal agama Islam.
Firman Allah dalam Surat An-Nahl :125
☺
☺
☺
☺
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-nahl :125).
Kandungan ayat diatas menjelaskan tentang tata cara dalam berdakwah.
Pada dasaranya dakwah adalah sebuah penyampaian materi keagamaan atau
siraman rohani dengan tujuan memperbaiki dan membangun jiwa yang Islami.
Akan tetapi metode dalam dakwah sangat diperlukan dalam menyampaikan,
karena akan menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam dakwah.
Dalam Islam dakwah bukan berarti hanya sekedar menyampaikan materi saja
tetapi cara atau metode itu lebih penting. Sejarah dakwah nabi Muhammad
SAW membuktikan tata cara dakwah beliau sangat mulia. Yaitu tidak adanya
pemaksaan terhadap kaum kafir meskipun sudah banyak kaum kafir yang
menghina ajakan nabi bahkan juga menyakiti nabi Muhammad SAW.
Sejarah diatas dapat dijadikan contoh bagi para da’i sekarang ini bahwa
materi yang bagus bukan menjadi patokan keberhasilan, tetapi metode yang
4
bagus itulah yang akan menjadi penentu keberhasilan. Berhasil atau tidaknya
dakwah sangat bergantung sekali pada da’i dalam memberikan pengaruh
kepada mad’u. Meskipun keberhasilan dakwah tidak hanya ditentukan oleh
da’i, akan tetapi da’i lah yang memegang peranan penting dalam menentukan
keberhasilan dakwah.
Menurut Dr. Ahmad Mubarrok, M.A dimungkan berbagai hal :
1. Kemungkinan pertama karena pesan dakwah yang disampaikan oleh da’I
memang relevan dengan kebutuhan masyarakat merupan suatu
keniscayaan yang tak mungkin ditolak sehingga mereka menerima pesan
dakwah itu dengan antusias.
2. Kemungkinan kedua factor pesona da’I yakni disebut mempunyai daya
tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah menerima
dakwahnya, walaupun kualitas dakwahnya boleh jadi sederhana.
3. Kemungkinan ketiga karena kondisi psikologi masyarakat yang sedang
haus siraman rohani dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif kepada
setiap da’I sehingga pesan dakwah yang sebenarnya kurang jelas
ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran yang jelas.
4. Kemungkinan keempat adalah kemasan yang menarik masyarakat yang
semula acuh tak acuh terhadap agama dan juga terhadap da’I setelah
melihat kemasan lain (misalnya ; kesenian, stimuli, ataupun program
pengembangan masyarakat) maka paket dakwah berhasil menjadi stimuli
5
yang menggelitik persepsi masyarakat dan akhirnya mereka pun merespo
secara positif.3
Ustadz Mufakhir adalah salah satu pengajar pegajian rutin dimasjid
Baiturrahmah. Ini yang membuat penulis tertarik mengadakan penelitian
mengenai metode yang digunakan. Terlebih yang diajarkan dalam pengajian
rutin tersebut adalah tafsir Al-Qur’an, sedangkan yang menjadi sasaran
utamanya adalah orang-orang yang kebanyakan berpengatahuan minim
terhadap agama. Selain itu melihat dari tingkat materi yang disajikan ini
sangat berat dihadapkan pada orang yang belum ada basic menterjemahkan
bahkan untuk memahami Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
untuk menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat Islam. Maka sudah patutlah
umat Islam untuk mempelajari untuk dapat memahaminya secara menyeluruh.
Fungsi dari diturunkannya kitab suci Al-Qur’an akan menjadi kurang
manfaatnya apabila belum bisa memahaminya kemudian menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Jika Al-Qur’an sudah dapat dipahami setidaknya
dapat dijadikan pegangan yang kuat bagi umat Islam. Menaggapi persoalan ini
peran seorang da’i atau ustadz sangat penting. Guna menyampaikan isi
kandungan Al-Qur’an terhadap para jama’ah. Tentunya yang menjadi factor
utamanya adalah bagaimana metode dalam penyampaian materi tafsir Al-
Qur’an. Metode merupakan penentu sampainya materi yang disampaikan
kepada jama’ah. Karena dengan adanya metode yang baik dan tepat jama’ah
3 Dalam Ahmad Syafi’i Maarif dan Said Tuhu Leley (ed) Al Qur’an dan tantangan
moderenisasi,(Yogyakarta : Sipres 1990) cet. Ke 1, h. 2
6
akan lebih mudah dalam menerima dan memahami tafsir Al-Qur’an tersebut.
Sebagus apapun materi yang disampaikan jika jama’ah sulit memahaminya
maka penyampaianpun akan menjadi sia-sia.
7
Dengan berbagai pertimbangan yang telah terurai, maka penulis
mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Metode Dakwah Ustadz
Mufakhir Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Terhadap Jamaah
Masjid Baiturrahmah Legoso”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Demi tercapainya sebuah hasil penelitian yang maksimal dan focus
pada pokok pembahasan maka peneliti membatasi masalah yang akan
dibahas yaitu : Pemahaman agama yang dimaksud adalah pemahaman
mengenai kandungan/tafsir Al Qur’an yang diajarkan Oleh Ust. Mufakhir
dalam pengajian rutin.
b. Perumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dikaji adalah bagaimana Metode dakwah
Ustadz Mufakhir dalam meningkatkan pemahaman agama jamaah melaui
pengajian rutin dilihat dari unsure-unsur dakwah. Antara lain :
1. Bagaimana metode dakwah ustadz Mufakhir dalam pengajian tafsir?
2. Apa saja materi yang disampaikan ?
C. Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Akademis
Secara akademis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui urgennya
sebuah metode dalam dakwah. Dalam penelitian ini ingin mengungkap
8
penggunaan metode dakwah ustadz Mufakhir dalam pengajian tafsir
dimasjid Baiturrahmah.
b. Tujuan Praktis
Dengan penelitian ini peneliti bertujuan agar semua da’i dapat
memahami dan mengetahui pentingnya penggunaan metode dalam dakwah
demi menunjang pemahaman mad’u terhadap materi yang disampikan
da’i, dan pemahaman agama secara khusus pada materi pengajian tafsir al
Qur’an terhadap jamaah masjid Baiturrahmah.
2. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah input
dan informasi dalam pengembangan teori-teori dakwah sehingga dapat
dijadikan tendensi bagi umat Islam dalam pengembangan dakwah,
khususnya pada pengajian pendalaman al Qur’an/tafsir yang dapat
memberikan sumbangan secara spiritual terhadap kita semua baik
secara personal maupun universal.
2. Praktis
1) Sebagai masukan terhadap umat Islam terlebih untuk para da’i
sehingga lebih meningkatkan metode atau cara penympaian dalam
dakwah. Sehingga para mad’u atau jamaah lebih mudah dalam
memahami segala apa yang disampaikan oleh da’i, sehingga
jamaah dapat memahami materi yang disampaikan dan apa yang
9
telah didapatkan dapat diaplikasikan kedalam kehidupan sehari hari
dan tercapai konsep “Fiddunya Khasanah Wafil Akhiroti
Khasanah”.
2) Menyumbangkan informasi tentang pentingnya dakwah (siraman
rohani dan lain sebagainya) untuk menambah pemahaman agama
sehingga dapat dijadikan pondasi dalam meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan dan berpacu menuju “Baldatun Thoyyibatun
Warobbul Ghofur”.
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor Mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.4
2. Sifat Penelitian
Adapun sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, dengan tujuan
untuk menggambarkan suatu fenonema keagamaan dengan variable
pengamatan yang ditentukan secara jelas dan spesifik.
3. Subyek dan Objek Penelitian
4 Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2000. Cet. 11 h. 3
10
Subyek dalam penelitian ini adalah Ustadz Mufakhir selaku pengajar
Tafsir pada pengajian rutin di Masjid Baiturrahmah, dan yang menjadi
objek penelitiannya adalah para jamaah yang mengikuti pengajian rutin
Sabtu malam Minggu ba’da magrib di masjid Baiturrahmah, Tepatnya
yang berada di jalan Legoso raya no 30 B Pisangan Tangerang Banten.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk menunjang kemudahan dan keberhasilan dalam penelitian ini
yang berdasarkan pertimbangan obyek yang akan diteliti, maka peneliti
memilih tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1) Wawancara
Peneliti melakukan wawancara (interview) tatap muka secara
lisan dengan ustadz yang bersangkutan dan mengajukan bebrapa
pertanyaan kepada para jamaah yang aktif mengikuti pengajian tafsir
yang disajikan oleh Ustadz tersebut.
2) Observasi
Peneliti menggunakan observasi dengan cara berperan sebagai
jamaah sekaligus menjadi pengamat langsung pada kelangsungan
pengajian rutin, dan peneliti mengkonsentrasikan pada metode yang
digunakan dan materi yang disampaikan oleh ustadz, Serta dasar-dasar
penyampaian kandungan yang dipakai dalam menerangkan kepada
para jamaah. Peneliti juga mengamati kondisi jamaah ketika akan
11
berlangsung, sedang berlangsung dan setelah ustadz selesai
menjelaskan serta saat dibuka sesi Tanya jawab dan diskusi.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan data-data yang dikumpulkan untuk
mendukung sebuah penelitian dan analisis penelitian tentunya yang
berkaitan dengan judul penelitian yang telah ditentukan. Selain itu
dokumentasi diperlukan dalam rangka meneluisuri dasar-dasar metode
dakwah yang dipakai oleh ustadz tersebut.
5. Tehnik Analisa Data
Peneliti mendalami serta mengkaji materi pengajian yang
disampaikan kemudian dipadukan dengan hasil wawancara tatap muka
dengan ustadz/pengajar yang bersangkutan, kemudian peneliti melanjutkan
kepada para jamaah dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan para
jamaah mengenai pengajian yang telah disampaikan. Kemudian diambil
kesimpulan bagaimana peran ustadz Mufakhir dalam meningkatkan
pengetahuan para jamaah khususnya dalam materi tafsir.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini sebagai penunjang hasil akhir peneliti
mengkaji penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penulisan
tokoh. Antara lain :
12
Sopyan, Metode Dakwah Habib Hasan bin Ja’far Assegaf pada
jamaah Majlis Ta’lim Nurul Mustofa Di Jakarta Selatan. Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. penulis menjelaskan metode
yang digunakan tokoh tersebut pada majlis ta’lim.
Muhammad Maulana, Metode Dakwah K.H. Kosim Nurzeha,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.
Secara umum dilihat dari teori penelitian ini adalah sama. Akan
tetapi perbedaannya adalah pada tokoh yang ditulis. Kemudian yang
menjadi kelebihan dari penelitian ini adalah metode dakwah dalam
menyampaikan materi tafsir.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini disesuaikan
dengan pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian. Adapun secara
rincinya adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian dan sitematika penulisan.
BAB II Landasan Teori meliputi,
Konsep Metode, Pengertian dakwah, Unsur-unsur dakwah, macam-
macam dakwah dan serta pemahaman jamaah.
13
BAB III Biografi Ustadz Mufakhir dan Gambaran umum Masjid
Baiturrahmah meliputi :
Riwayat pendidikan, kiprah dalam dakwah, dan karya-karyanya,
kemudian latar belakang berdirinya Masjid Baiturrahmah, visi-misi,
strukutur kepengurusan, dan kegiatan.
BAB IV Pembahasan meliputi :
Metode dakwah yang dipakai, dasar-dasar materi yang disampaikan,
kondisi jamaah ketika menerima materi, kondisi jamaah ketika
dibuka sesi Tanya jawab dan diskusi, hasil akhir Keberhasilan dan
hambatan
BAB V Penutup :
Kesimpulan dan saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode dan Ustadz
1. Pengertian Metode, Metode Dakwah dan Macam-macamnya
a. Pengertian Metode
Metode menurut bahasa berasal dari dua kata yaitu ‘meta’
(melalui) dan ‘hodos’ (jalan, cara).1 Metode menurut istilah adalah
cara yang teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud
(dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya).2 Pengertian lainnya, kata
metode berasal dari bahasa latin, Methodus yang berarti cara. Dalam
bahsa Yunani Methodus cara atau jalan. Seangkan dalam bahasa
Inggris method dijelaskan dengan metode atau cara.3
Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki
pengertian “Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan
secara jelasuntuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana
sistem, tata pikiran manusia”.4
Abdul Kadir Munsyi, mengartikan metode sebagai cara untuk
menyampaikan sesuatu.5 Sedangkan dalam metodologi pengajaran
Islam disebut bahwa metode adalah “Suatu cara yang sistematis dan
1 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. 1991. Cet. 1, h 61 2 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di
Indonesia), h. 35 3 Woyo Wasito, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Cy Pres,1974, h.208 4 Elyas Anten, Ashi Injilizi Arabig, (Mesir :Elyas modern Press 1951), h. 438
5 Abdul Kadir Masyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya : Al-Ikhlas 1981, h.438
13
14
umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”6. Kaitannya
dengan pengajaran agama Islam sudah tentu pembahasan selalu
berkaitan dengan hakikat penyampaian materi terhadap peserta didik
agar lebih mudah dicerna.
Melihat dari berbagai pengertian diatas maka dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa metode dalam arti yang umum adalah suatu
cara atau jalan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga
tujuan tersebut dapat dicapai dengan semaksimal mungkin.
b. Pengertian Metode Dakwah
Dakwah adalah sebuah penyampaian materi keagamaan, jadi
metode dakwa adalah cara atau jalan dalam menyampaikan materi
keagamaan tersebut. Metode dakwah merupakan salah satu jalan atau
cara dalam meyampaikan seruan. Karena dakwah membutuhkan cara
atau proses penyampaian yang tepat demi tercapainya sebuah tujuan
akhir. Misalanya penyusunan materi yang tepat, pemilihan bahasa
yang mudah dimengerti, adanya bahasa tambahan dan lain sebagainya
sebagai penarik simpati mad’u. Dengan demikian dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa metode dakwah adalah jalan atau yang dipakai juru
dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam), dalam
menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting
peranannya, suatu peran walaupun baik, tetapi disampaikannya lewat
6 Soelaiman Yusuf, Slamet Susanto, Pengantar Pendidikan social. (Surabaya : Usaha
nasional, 1981), h. 38
15
metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolah oleh si penerima
pesan.7
Menerut beberapa ahli metode dakwah yaitu :
a) Raifudin, metode dakwah adalah cara berdakwah dengan cepat
sehingga materi dakwah dapat diterima oleh obyek dakwah.
b) Dr. Abdul Karim Zaidan, metode dakwah yaitu ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan cara penyampaian dan berusaha
menyelamatkan yang akan merintangi.
Dari berbagai difinisi diatas, maka pengertian metode dakwah
adalah cara penyampaian materi dakwah yang digunakan oleh da’i
dalam menyampaikan materi. Sehingga mad’u dapat lebih mudah
menerima pesan yang disampaikan.
c. Macam-macam Metode Dakwah
Membahas metode dakwah terdapat beberapa kerangka dasar metode
dakwah yang terkandung dalam firman Allah Surat An-Nahl ayat 25 :
☺ ☺
☺
☺
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
7 Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Prenada Media, 2004),cet ke-1 h.48.
16
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An Nahl :125)
Berdasarkan kandungan ayat diatas maka dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa dalam dakwah terdapat tiga metode yaitu :
a) Al Hikmah
Maksud dari kata al Hikamah yang terkandung dalam ayat diatas
berarti “perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
anatara yang hak dan yang batil. Selain itu kata hikmah sering kali
diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu sutu pendekatan
sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan
apa yang didakwahkan atas kemauannya sendiri, sehingga tidak
merasakan adanya paksaan, konflik, maupun rasa tertekan. Adapun
definisi dakwah secara umum adalah ketepatan dalam perkataan,
perbuatan, keyakinan serta melakukan sesuatu pada tempatnya.8
b) Mauidloh Khasanah
Ali Mustofa Ya’qub menyatakan bahwa mauidloh khasanah
adalah ucapan yang berisi nasihat yang baik. Dimana nasihat tersebut
dapat bermanfaat bagi pobyek dakwah (yang mendengarkannya), atau
argument-argument yang memuaskan sehingga audience dapat
membenarkan apa yang telah disampiakan oleh da’i.
8 Siti Muriah “Metode Dakwah Kontemporer”, Yogyakarta : Mitra Pustaka 2000. Cet. Ke
1. h. 29
17
Mauidloh khasanah dalam penyampaianya da-pat melalui
beberapa bentuk, anatar lain dalam bentuk tuturan kisah-kisah umat
terdahulu, dalam bentuk peringatan atau dalam bentuk berita gembira,
dalam bentuk pelukisan surga dan penghuninya, serta neraka dan
penghuninya dalam bentuk ungkapan perumpamaan mencari
kesamaan.9 Adapun dakwah yang dapat dikategorikan kedalam
metode mauidloh khasanaha adalah : Silaturohim (kunjungan
keluarga), pengajian berkala dimasjid atau majlis ta’lim, ceramah
umum, tabligh, dsb.10
c) Mujadalah
Mujadalah merupakan cara terakhir dalam menyampaikan
dakwah, manakala kedua cara sebelumnya dirasa tidak cukup. Sayyid
Qutub Menyatakan dalam menerapkan metode mujadalah (diskusi) ini
perlu diperhatikan hal-hal sebgai berikut :
1) Tidak merendahkan pihak lawan, atau menjelek-jelekkan, karena
tujuan diskusi bukan semata mencari kemengan, melainkan
memudahkan mereka agar sampai pada kebenaran.
2) Tujuan diskusi semata-mata untuk menunjukkan kebenaran sesuai
ajaran Allah.
2. Pengertian Ustadz
9 H. M. Masyhur Amin, ”Dakwah Islam dan Pesan Moral” Yogyakarta : Al Amin Press,
1997. Cet Ke-1 h.29 10 Op. Cit. h 20-21
18
Ustadz berasal dari bahasa arab yaitu “Ustadzun” yang berarti guru
laki-laki atau “Ustadzatun” yang berarti guru perempuan11. Akan tetapi
sebagai mana yang ada dikalangan masyarakat Indonesia yang dinamakan
ustadz atau ustadzah adalah seorang guru yang mengajarkan ilmu-ilmu
agama. Misalnya dari tingkat yang paling kecil ; pengajar TPA, Pengajar
Privat, guru ngaji, kemudian yang tingkatannya lebih besar, misalnya yang
mengajar dipesantren, yang mengajar dimasyarakat dan yang menjadi
pembicara dimajlis-majlis ta’lim dan lain sebagainya. Lain halnya dengan
yang ada di timur tengah, yang dikatakan sebagaim ustadz adalah orang
yang setidaknya hafal al qur’an 20 juz. Ini menggambarkan bahwa yang
dikatakan seorang uistadz adalah orang yang mempunyai pemahaman
lebih mengenai ilmu agama. Namun sedikit perbedaannya yaitu kalau di
timur tengah yang dikatakan seorang ustadz adalah orang yang
mempunyai pengalaman lebih didalam ilmu agama. Akan tetapi adanya di
masyarakaty kita selain mempunyai pengetahuan lebih tentang agama juga
harus mengamalkan serta mengajarkannya pada masyarakat. Selain itu
sebagai seorang ustadz harus bisa dijadikan sebagai tolak ukur dan suri
tauladan yang baik dalam berbagai persoalan.
Sebagimana diatas telas dijrlaskan pengertian ustadz, adapun
pengertian ustadz dilihat dari sisi episomologis, penegrtian ustadz
11 Abdul Muthollib, Kamus Bahasa Arab, Toha Putra Surabaya : 1998.
19
mengacu kepada orang yang paham secara mendalam tentang agama
Islam, mengamalkan dan mengajarkannya kepada yang lain.12
Secara sosiologis siapun orangnya mempunyai peluang untuk
menjadi ustadz. Tentunya dengan beberapa syarat secara keilmuan, yaitu
mempunyai pengetahuan lebih dalam agama mengamalkan serta dapat
mengajarkan kepada orang lain. Kita bisa menjadi ustadz bagi orang lain,
begitu pula orang lain pun bisa menjadi ustadz kita. Pengertian ustadz
hanya dimahkotai atribut social. Semisal alim,jujur, pintar,dan sebagainya.
Semua orang bisa belajar tentang agama dan semua mengajar.13
B. Dakwah dan Hukumnya
1. Pengertian Dakwah
Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa arab
(da’a, yadu’u, da’watan) yang berarti menyeru, memanggil mengajak.
Adapun pengertian dakwah menurut istilah (terminology) adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kejalan yang benar sesuai dengan perintah
Allah. SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia akhirat.14
Sedangkan menurut DR Wardi Bachtiar, dakwah adalah suatu proses
upaya mengubah sesuatu situasi kepada situasi yang lebih baik sesuai
ajaran Islam, atau proses mengajak manusia kejalan Allah yaitu al Islam.15
12 “Ustadz..?” http://ipikbandung.blogspot.com/2010/05/15/ustadz.html. 13 Ibid. 14 Toha Yahya Umar, “Ilmu Dakwah” Jakarta : Wijaya, 1998. cet ke-3 h 1 15 DR. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : Logos. 1997. h 31
20
Dakwah merupakan sebuah proses usaha untuk merubah sesuatu
yang jelek untuk menjadi baik, yangkurang baik untuk menjadi lebih baik
menurut ajaran agama Islam. Dakwah sebagai peristiwa adalah aktualisasi
iman manusia-manusia beriman yang dimanifestasikan dalam suatu
kegiatan dalam bidang kemasyarakatan dalam usaha mewujudkan ajaran
Islam pada semua sendi kehidupan.
Pernyataan dakwah menurut A. Ilyas Ismail : Pada perkembangan
saat ini, dakwah tidak lagi difahami sebagai tabligh semata, tetapi juga
dipandang sebagai pembudayaan nilai-nilai Islam, dan usaha membangun
sistem Islam secara menyeluruh dalam realitas kehidupan. Dilihat dari segi
bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa arab yaitu da’wah, merupakan
bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madly), yad’u (mudlari’), yang
berarti seruan, ajakan, atau panggilan.16 Sayyid Quthub menegaskan
bahwa sesungguhnya dakwah adalah ajakan ke jalan Allah, bukan ke jalan
da’i atau kaumnya. Tiada bagi da’i dari dakwah yang dilakukan, kecuali
menjalankan tugas dan kewajibannya kepada Allah SWT.
Menurut Sayyid Quthub, selain sebagai ajakan kejalan tuhan,
dakwah juga merupakan ajakan kepada suatu bentuk kehidupan yang
sempurna, kehidupan dalam semua bentuk dan seluruh maknanya yang
sempurna. Sebagaimana firman Allah SWT Q.S. Al-Anfal: 24:
16 Ismail, A. Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah, Jakarta: Penamadani, 2006. h. 144.
21
☺
☺
☺
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu*, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya** dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (Q.S. Al-Anfal: 24)
Menurut Quthub, ayat ini menunjukan dengan jelas seruan yang
dituju oleh dakwah Islam, yaitu seruan kepada kehidupan yang sempurna,
kehidupan dalam semua bentuk dan segala seginya. Seruan ini menurut
Quthub, mengandung ajakan kepada lima hal pokok yang akan mengantar
manusia memperoleh kehidupannya yang sempurna. Kelima hal pokok
tersebut adalah:17
1. Seruan kepada aqidah tauhid yang akan membebaskan manusiadari
penyembahan kepada selain Allah (prinsip tauhid).
2. Seruan kepada hukum-hukum Allah dalam arti seruan untuk
membangun dan mengatur kehidupan denagn undang-undang
Allah (prinsip Syar’iah).
17 Ibid., h. 145.
22
3. Seruan kepada system hidup atau konsep mengenai kehidupan
yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan, yang tidak lain adalah
system Islam itu sendiri.
4. Seruan kepada kemajuan dan kemuliaan hidup denagn aqidah dan
system Islam untuk kemudian membebaskan manusia dari
perbudakan dan pennyembahan terhadap sesama manusia.
5. Seruan kepada perjuangan dan jihad Islam untuk dapat
mewujudkan dan mengokohkan sistem Allah dimuka bumi.
Kemudian dijelaskan juga dalam al-Qur’an bahwa diantara
maknanya yang positif adalah firman Allah SWT, “Bagi-Nya dakwah
yang haq.” Dan firman-Nya dalam surat Yunus ayat 25.
Artinya : Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Q.S. yunus :25)
Didalam suratnya, Rosulullah SAW. Berbicara kepada Heraclius,
“saya mengajak kamu dengan di’ayah (da’wah),” maksudnya dakwah
Islam, yaitu kalimat syahadah dan ajaran Allah. Oleh karena itu, orang
yang beriman di masa Fir’aun berkata,
23
⌧
☯
☺
Artinya : Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir Maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu. (Q.S. al Mu’min : 41)
Yang terkadung dalam ayat diatas adalah Allah menyeru kepada
hambanya agar mengikuti seruan Allah menuju jalan keselamatan,
kedamaian dengan melakukan sesuatu yang menyebabkan mereka masuk
surga. Dan dengan ayat-ayat diatas jelas bahwa ada dakwah menuju surga
dan ada dakwah menuju neraka. Kemudian orang-orang yang tidak
mendengarkan seruan Allah dan menentang utusan Allah yang mulia ia
akan menjadi orang yang merugi dan mendapat balasan dari Allah yaitu
masuk kedalam neraka. Oleh karena itu,mereka akan dating kelak dihari
kiamat dalam keadaan menyesal, karena mereka tidak mau menyambut
orang yang menyeru kepada Allah. Mereka berkata sebagaimana
dijelaskan dalam al Qur’an ;
Artinya : "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Q.S. Ibrahim :44)
24
Atas dasar itulah maka ada orang yang mengajak kepada ketaatan
dan berbuat kebajikan, adapula yang mengajak kearah kemaksiatan dan
kemungkaran. Karenanya, Rosulullah SAW. Disebut sebagai seorang da’i.
Allah berfirman ;
⌧
☯
Artinya : Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. (Q.S. al Ahzab : 45-46).
Dari berbagai dasar diatas menunjukkan bahwa dakwah adalah salah
satu cara untuk menyeru atau mengajak kepada kebaikan. Karena hal ini
sudah dilakukan sejak Islam ada, bahkan cara-cara yang dipakai oleh
agama dan para utusan Allah sebelum kita pun tidak jauh berbeda.
Dakwah bertujuan mengajak manusia untuk kembali pada kehidupan yang
hakiki yaitu jalan yang lurus yang diridloi oleh Allah SWT.
2. Hukum Dakwah Menurut Al Qur’an
Dakwah merupakan kewajiban yang syar’i selain manusia dituntut
untuk mencari ilmu dan mengamalkan. Kewajiban tersebut berdasarkan
dalil-dalil sebagai berikut :
a. Firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 104 :
25
☺ ☺
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imron : 104).
Ayat ini secara jelas menunjukksn wajibnya berdakwah, karena
ada Lam Amr (Lam yang berarti perintah) dalam kalimat Wal takun.
Sedang kalimt Minkum menunjukkan fardlu kifayah. Karena itu,
seluruh umat Islam diperintahkan agar sebagian mereka melaksanakan
kewajiban ini. Ketika ada sekelompok orang yang melaksanaknnya
maka kewajiban ini gugur dari yang lain. Jika tidak ada seorangpun
yang melaksankannya maka seluruh umat Islam akan berdosa. Ketika
seorang muslim melihat kemungkaran yang dilakukan secara terang-
terangan , maka Rosululloh SAW mewajibkan setiap umat muslim
untuk mengubah kemungkaran tersebut, sebagimana sabdanya :
يستطع لم ن فا, فبلسانه تطعيس لم انف ,هبيد غيرفلي منكرا منكم رأى من
. االيمان ضعافأ وذالك, فبقلبه
Barang siapa diantara kamu melihat suatu kemungkaran, ubahlah ia dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya; itulah selemah-lemah iman. (HR. Muslim)18
b. Firman Allah dalam surat al Baqoroh 159-160 :
☺
18 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, Solo : Era Intermedia, 2005 h. 32 Cet.5
26
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang
Telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati. Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. al Baqoroh :159-160)
Ibnu Katsir mengatakan, bahwa ini merupakan ancaman keras
bagi orang yang menyembunyikan ajaran yang dibawa oleh para rosul,
berupa petunjuk yang menjelaskan tentang berbagai petunjuk yang
benar, dan petunujuk yang bermanfaat untuk hati, sebagaimana
dijelaskan Allah kepada para hamba-Nya dalam kitab-kitab-Nya yang
diturunkan kepada para rosul-Nya.19
c. Firman Allah dalam surat al Maidah ayat 63 :
19 Ibid h.33
27
☯ ⌧
Artinya : Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang Telah mereka kerjakan itu. (Q.S. al Maidah : 63).
Ibnu Jarir At-Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa
ia berkata “dalam al Qur’an tidak ada satu ayat pun yang lebih keras
dalam mengolok-olok Dari pada ayat ini.”
Abu Bakar As Shidiq r.a. berkata tentang penafsiran ayat
tersebut, “wahai umat manusia, sesungguhnya kamu telah membaca
ayat ini, akan tetapi kamu menempatkannya pada posisi yang tidak
tepat. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rosulullah SAW
bersabda :
. بعقابه يعمهم نأ اهللا أوشك واليغيره المنكر وارأ إذا الناس إن
Sesungguhnya manusia itu apabila melihat kemungkaran dan mereka tidak mengubahnya, Allah akan menimpakan adzab kepada mereka secara merata.20
d. Firman Allah dalam surat Al ‘Ashr ayat 1-3 :
☺
20 Ibid h.34
28
Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al Ashr : 1-3)
Dalam surat ini, Allaha SWT. Bersumabah bahwa pada dasarnya
manusia itu dalam kerugian, kecuali orang yang mempunyai empat
kriteria. Yaitu beriman, beramal sholeh, saling menasehati dalam
kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. Baik sabar dalam
menghadapi takdir, melaksanakan ketaatan, maupun sabar dalam
mengahdapi musibah karena telah melakukan amar ma’ruf dan nahi
mungkar dan mengembalikan hokum kepada Allah.perintah yang dibawa
oleh nabi adalah perintah untuk melakukan amal kebajikan, dan larangan
yang dibawa oleh Nabi adalah larangan dari berbuat mungkar.21
Untuk mengetahui yang ma’ruf dan yang mungkar diperlukan ilmu
dan fiqih, oleh karena itu, mempunyai ilmu dan fiqih untuk melaksanakan
kewajiban ini merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim. Sedang
memberanikan diri melakukan ini dengan kebodohan, dapat
mengakibatkan kerusakan dan kecenderungan memperturutkan hawa
nafsu. Oleh karena itu para ulama menafsirkan kata Bashirat dalam firman
21 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, Solo : Era Intermedia, 2005 h. 34 Cet.5
29
Allah SWT. (Yusuf :108) dengan burhan’aqli dan syar’i, atau ma’rifat dan
tahqiq.22
3. Kebutuhan Yang Mendesak Secara Sosial
Sebagaimana dakwah itu merupakan kewajiban syar’i, ia juga
merupakan kebutuhan masyarakat, karena beberapa alasan sebagai
berikut :
a. Manusia membutuhkan orang yang bisa menjelaskan kepada mereka
apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk menegakkan hujah atas
mereka. Ini adalah tugas para rosul, karena tidak ada hukuman tanpa
didahului peringatan. Tepat sekali firman Allah SWT.
Artinya : ….. dan kami tidak akan meng'azab sebelum kami mengutus seorang rasul.(Q.S. Al Isro’ :15).
Adalah suatu keharusan untuk mendakwahi manusia, agar orang
yang binasa, binasanya dengan keterangan yang nyata, dan agar orang
yang hidup, hidupnya dengan keterangan yang nyata pula.
b. Kondisi kehidupan saat ini diwarnai oleh kerusakan, ketamakan, dan
hawa nafsu, sementara pelakunya menginginkan kerusakan tersebut
tersebar dimasyarakat agar masyarakat menjadi seperti mereka.
Mereka mengajak masyarakat kepada kerusakan. Sebab mereka senang
22 Ibid h.35
30
berbuat keji tersebut tersebar dimasyarakat, sebagaimana dijelaskan
dalam firman Allah,
☺⌧ ⌧ ⌧
☯ Artinya : Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana
mereka Telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)…... (Q.S. An Nisa’ :89).
Oleh karena itu, engkau melihat bagaimana mereka saling
bekerja sama dan tolong-menolong antara mereka dengan yang
lain.Allah SWT berfirman :
☺ ☺
⌧ ☺
☺
☺ ⌧
Artinya : Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka Telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. At Taubah : 67)
Maka dari itu, adalah sebuah keharusan bagi orang-orang
beriman untuk saling menolong dalam menegakkan kebaikan agar ia
tersebar luas, dan tolong-menolong dalam keutamaan agar merata,
31
sehingga tidak ada fitnah, dan agama menjadi milik Allah. Allah
berfirman :
☺ ☺
☺
☺ Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, (Q.S. At-Taubah : 71)
Karena kita harus menghadapi orang-orang yang berbuat
kerusakan di bumi sampai kekuatan mereka hancur, sehingga mereka
menjadi seperti seorang wanita yang menguraikan benang yang sudah
dipintal dengan kuat dan menjadi cerai berai kembali. Namun, ini tidak
mungkin terklaksana kecuali dengan keberadaan para da’i yang
menghidupkan kembali kewajiban amar ma’ruf dan nahi mungkar. Jika
tidak maka orang-orang bodoh itu akan “melubangi kapal” yang kita
naiki karena memperturutkan hawa nafsu dan keinginan mereka,
sehingga tidak seorang penumpang pun yang selamat. Hal ini
sebagaimana digambarkan dalam hadits rosulullah SAW. berikut :
Dari Nu’man bin Basyir r.a. dari Nabi SAW. bahwa beliau
bersabda :
ب أصاعلى شفينة ففيها آمثل قوم استهموا ئم على حدوداهللا والواقع مثل القا
إذاستقوا من الماء فكان الذين فى أسفالها , بعضهم أعالها وبعضهم على أسفلها
32
Perumpamaan orang yang tegak dijalan Allah dan yang meninggalkannya, seperti orang-orang yang berdesakan diatas kapal. Sebagian berada diatas dan sebagian lain berada diabwah. Orang-orang yang ada dibawah, apabila mengambil air haruis melewati orang-orang yang ada di atasnya. Maka mereka berkata, ‘Bagimana jika kita lubangi saja bagian yang dibawah kita ini, sehingga tidak usah menganggu yang diatas?’. Jika orang-orang yang diatas membiarkan apa yang mereka inginkan niscaya tenggelmlah semuanya. Tetapi jika mencegahnya, selamatlah mereka dan selamtlah semuanya. (HR. bukhari).
c. Telah diragukan bahwa kepunahan dan kehancuran umat itu
disebabkan oleh kefasikan para pembesar dan orang-orang kaya
diantara mereka, serta banyaknya kemungkaran di seantero negeri,
sehingga tidak ada lagi orang yang memerintahkan kebajikan dan
melarang kemungkaran. Orang zalim tidak pernah mendengarkan
kalimat haq yang diucapkan, sehingga kezaliman itu semakin
merajalela dan kekejian makin tersebar. Kemungkaran berada di atas
laksana buih diatas air. Padahal, kekuatan umat itu terletak pada
sejauhmana mereka berpegang kepada kebenaran dan menegakkan
keadilan. Rosulullah SAW. Bersabda,
“apabila kalian melihat umatku merasa takut kepada yang zalim uantuk mengatakan kepadanya ‘hai orang yang zalim!’ maka berarti ia telah berdamai dengan mereka.” (HR. Ahmad)
d. Takut terhadap laknat Allah yang menimpa masyarakat yang tidak
melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, sebagaimana yang pernah
33
menimpa Bani Israil. Peristiwa itu dijelaskan dalam riwayat sebagi
berikut :
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata bahwa rosulullah SAW
bersabda,
“Sesungguhnya cacat pertama yang merasuki Bani Israil seseorang bertemu dengan rekannya, kemudian ia berkata, “Wahai saudarakau, bertakwalah kepada Allah, dan tinggalkanlah apa yang kamu lakukan karena ia tidak halal bagimu.” Esok harinya ia bertemu lagi dengannya dan berbuat serupa, tetapi tidak melarangnya, karena telah menjadi teman makan, minum, dan teman duduknya. Keteka mereka berbuat demikian, Allah menyiksa sebagian mereka dengan sebagian yang lain.”
Kemudian Rosulullah SAW membacakan firman Allah SWT :
⌧
☺
⌧ ☯
⌧
⌧
⌧
Artinya : (78) Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian
34
itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (79) Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (80). Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. (8)1. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S. Al Ma’idah : 78-81).
Kemudian Rosulullah SAW. bersabda :
“Tidak, Demi Allah kalian benar-benar akan menyuruh yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau Allah akan menyiksa dengan hati sebagian kalian atas sebagian yang lain, kemudian (Allah) melaknati kalian sebagaimana melaknati mereka.”(Riyadh Ash-Shalihin, h.106)23
Begitulah beberapa kebutuhan yang mendesak secara sosial
manusia terhadap da’wah berdasarkan berbagai tanda-tanda yang
diterangkan dalam beberapa dasar diatas.
C. Unsur-unsur dakwah
1. Subyek Dakwah
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat at
Taubah ayat 71 :
☺ ☺
☺
23 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, Solo : Era Intermedia, 2005 h. 42 Cet.5
35
☺ ☺
⌧
⌧
Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. At Taubah : 71)
Dari kandungan arti ayat diatas maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa setiap muslim secara personal berkewajiban untuk
menyampaikan dakwah, dalam artian menjadi subyek dalam dakwah.
Akan tetapi yang paling utama (khusus) adalah para da’I atau da’iyah
yakni mereka yang memngambil keahlian khusus dalam bidang dakwah
Islam, dengan kesungguhan yang luar biasa. Termasuk yang memiliki
berbagai cara dalam menyampaikan dakwah kepada mad’u, atau yang
disebut juga dengan ilmu retorika. Selain ayat diatas sebagai tendensi
masih banyak pula ayat-ayat lain dan hadits nabi Muhammad SAW yang
menyeru agar kita semua menyampaikan dakwah demi syiar Islam.
Misalnya adalah penjelasan tentang amar ma’ruf nahi mungkar dan
perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera dakwah
Islam. Merekalah yang mampu mengajakan agama, baik berupa tulisan,
36
ceramah, meaupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat
memahaminya.
2. Objek dakwah
Yang dimaksud sebagai objek dakwah adalah orang-orang yang
dituju sebagai sasaran penyampaian dakwah. Orang-orang yang menjadi
objekm dakwah sangat bervariasi, sehingga da’i sebagai subyek dakwah
haru pandai-pandai dalam menyiasati cara penyampaian dakwah, sehingga
juru dakwah harus menegetahui betul siapa yang menjadi objek
dakwahnya.
Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu
masyarakat. Adapun pemahaman dari berbagai lapisan masyarakat ini
sangatlah beragam, tergantung dari cara memandangnya. Dipandang dari
sosiologi, masyarakatb itu mengalami struktur dan mengalami perubahan-
perubahan.24
Manusi yang menjadi obyek dakwah akan diajak secara kaffah,
mereka yang bersifat heterogen, dari sudut ideologi, misalnya atheis,
animis, musyrik, munafik, bahkan ada juga yang muslim akan tetapi
seorang muslim yang fasik atau penyandang dosa dan maksiat, dari sudut
lain juga berbeda baik intelektualitas, status social, kesehatan, pendidikan,
dan lain-lain25.
3. Materi Dakwah
24 Op.cit. h. 35 25 Toha Yahya Umar, “Ilmu Dakwah” Jakarta : Wijaya, 1998. cet ke-3 h 1
37
Menurut H. Endang saifuddin Anshari, secara garis besar Islam
terdiri atas aqidah, syariah, dan akhlaq.
a) Aqidah Islam
Secara epistemologis aqidah berarti “ikatan” atau “angkutan” secara
teknis berarti “kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo”.
Pembahasan mengenai aqidah pada umumnya berkisar pada arkanul
iman.
b) Syariat Islam
Syariat secara epistemologis berarti “jalan”. Syariat Islam adalah satu
system norma Ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dengan
tuhan, manusia dengan manusia, serta hubungan manusia dengan
makhluq lainnya.
c) Aklaq Islam
Secara etimologi akhlaq berarti perbuatan dan berkaitan dengan kata
“Kholiq” yang berarti pencipta dan “Makluq” yang berarti yang
diciptakan.26
D. Pemahaman Agama
Pilar dakwah adalah amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kemudian salah
satu tujuan dakwah yang terkandung dalam pilar dakwah adalah untuk
memahamkan para mad’u terhadap agama. Realita yang tidak dapat kita
elakkan diantaranya banyak orang yang mengaku Islam akan tetapi sangat
26 H. Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam (Pokok-pokok Pikiran Tentang Paradigma
dan Sistem Nilai), Jakarta : Gema Insani, 2004. h. 44-46.
38
Pemahaman yang benar tentunya sangat dibutuhkan sekali oleh umat
Islam terutama umat Islam yang masih awam. Jika kita mengingat kembali
pada ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT, yaitu suarat Al Alaq
ayat 1-5 :
Artinya : (1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
(2). Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al Alaq : 1-5).
Berdasarkan pada kandungan ayat diatas yang diawali dengan kata
bacalah dan kemudian Allah mengulang kembali pada ayat yang ke tiga
dengan tujuan agar manusia mau memahami apa yang diajarkan oleh Allah
39
melaui kitabnya. Bukan sekedar membaca, tetapi memahaminya, karena
dengan memahami manusia akan tahu apa yang dimaksud didalamnya.
Begitu juga mengenai agama yang telah difirmankan oleh Allah melalui
wahyu yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW. adalah untuk dipelajari
agar manusia itu paham kemudian melaksanakan segala ketentuan yang
terkandung didalamnya. Akan tetapi jika manusia tidak paham maka
bagaimana dia bisa mengetahuia maksud yang sebenarnya. Maka dari itu
memberikan pemahaman merupakan salah satu hal yang penting dalam
dakwah.
Semua itu harus dijelaskan oleh seorang da’i dengan perkataan yang
baik, dengan pengajaran yang baik dan kalaupun harus berdebat, maka dengan
debat yang lebih baik, disertai dengan argument-argumen yang kuat. Seorang
da’i tidak bisa mewajibkan manusia dengan pa yang ia bawa, kecuali dia dapat
membuat manusia puas menerima apa-apa yang ia katakana. Membuat puas
umat itu membutuhkan penyampaian yang baik, kata-kata yang mudah
dimengerti, dan pemahaman yang jelas serta pengenalan terhadap dakwah
sebelum memberikan beban berupa apapun ; menyampaikan penjelasan
sebelum melimpahkan tanggung jawab kepadanya.27
Al Qur’an diturunkan untuk mengenalkan kepada manusia tentang empat
persoalan, sebelum memberikan beban kepada merekan dengan perintah
apapun. Empat persoalan itu adalah :
27 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah, Solo : Era Intermedia, 2005 h. 284 Cet.5
40
1. Mengenalkan kepada mereka tentang Rabb (yang menciptakan, memberi
rizki, dan memelihara) mereka, agar mereka beribadah kepada-Nya.
2. Mengenalkan akan diri mereka, agar mereka memahami hakikat
keberadaan atau eksistensi mereka.
3. Mengenalkan tentang alam semesta, agar mereka menggunakan dan
memakmurkannya.
4. Mengenalkan kepada mereka tentang akhir perjalanan hidup yang
menanti-nanti mereka di akhirat.
jika manusia dapat mengenal dan memahami berbagai perintah dan
larangan Allah maka Insya Allah manusia akan lebih baik dalam
melaksanakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar.
E. Jama’ah
Menurut bahasa ‘Jamaah’ diambil satu dari kata dasar Jama’a
(mengumpulkan) yang berkisar pada al-Jam’u (kumpulan), al-ijma’
(kesepakatan), dan al-Ijtima’ (perkumpulan) yang merupakan antonim (lawan
kata) at-Tafarruq (perpecahan). Ibnu Faris berkata: “Jim Mim dan A’in adalah
satu dasar yang menunjukan berkumpulnya sesuatu. Di katakan, Jama’tu asy-
syai’a jam’an (aku mengumpulkan sesuatu).
41
Menurut istilah para ulama aqidah, ‘Jama’ah’ adalah generasi salaf dari
umat ini, meliputi para sahanat Nabi, Tabi’in dan semua orang yang mengikuti
mereka dengan baik sampai hari kiamat. Mereka adalah orang-orang yang
bersepakat untuk menerima kebenaran yang nyata dari Al-Qur’an dan as-
Sunnah. Menurut bahasa Arab pengertiannya ialah dari kata Al-Jamu’ dengan
arti mengumpulkan yang tercerai berai. Adapun dalam Asyari’ah, Al-Jamaah
adalah orang-orang yang telah sepakat berpegang dengan kebenaran yang
pasti sebagaimana tertera dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dan mereka itu ialah
para sahabat, tabi’in. Sebagaimana pernyataan Ibnu Mas’ud ra: “Al-Jamaah
itu adalah apa saja yang mecocoki kebenaran, walaupun engkau sendirian
(dalam mencocoki kebenaran itu)”. Maka kamu adalah Al-Jama’ah28.
Sedangkan pengertian Jama'ah Muslimin (Al-Jama'ah) sebagaimana
yang dijelaskan oleh sahabat Rasulullah shallalahu alaihi Wasallam yaitu :
"Al-jamaatu huwa mujama'atu ahlulhaqqi wain qollu"(Al-jama'ah adalah
tempat berkumpulnya ahli haq walaupun sedikit)
Tidak berseberangan dengan berbagai pengertian diatas yang dimaksud
jama’ah oleh penulis dalam penelitian ini adalah khusus orang-orang yang
mengikuti pengajian tersebut. Jadi jama’ah adalah orang-orang atau peserta
pengajian tafsir al Qur’an oleh Ustadz Mufakhir di masjid Baiturrahmah.
28 http://file.al-Islam.chm diakses pada 18 Mei 2010
41
BAB III
BIOGRAFI USTADZ MUFAKHIR DAN GAMBARAN UMUM MASJID
BAITURRAHMAH
A. Biografi, Dan Karya-Karya Ustadz Mufakhir
1. Biografi
Ustadz Mufakhir bernama lengkap Abdul Mufakhir Muhammad.
Lahir di Glumpang Bungli Nangro Aceh Darussalam Tanggal 2 Maret
1963. Beliau adalah putra dari Tengku H. Muhammad Arief dan Hj. Cek
Rahmah binti Hasan. Beliau adalah seorang ustadz yang ramah, murah
senyum dermawan dan terhadap apa saja yang menjadi tanggung
jawabnya. Kedermawanannya dapat dilihat dari semangatnya dalam
membentuk organisasi orang-orang Aceh yang bertujuan untuk
mengumpulakan zakat sesama orang Aceh. Kemudian Hasil pengumpulan
zakat dibagikan kepada orang fakir miskin. Termasuk tukang ojek yang
berada dilingkungan tempat tinggalnya. Sehingga banyak orang yang salut
terhadap sikap ustadz Mufakhir. Beliau juga seorang teman yang baik,
karena selalu bisa diajak bermusyawarah oleh teman-temannya jika ada
masalah. Bahkan banyak teman beliau yang menjadikan sebagai konsultan
keluarga dan lain sebaginya1.
1 Hasil Wawancara dan Pengamatan tanggal 2 Juni 2010.
41
42
Selain sebagai ustadz beliau adalah seorang kepala rumah tangga dan
seorang ayah dari empat anak. Diantaranya adalah Ummu Layyinah,
Khalilah Mumtahanah, Nikmal ‘Abdu dan Shulhatul Laiya2.
2. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan Formal
1) Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cot Glumpang , pidie NAD, tamat
1975.
2) Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri Kembang Tanjung,
Pidie tamat 1978.
3) Madrasah Aliyah Negeri Sigli, tamat tahun 1981.
4) Sarjana Muda Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
NAD, tamat 1985.
5) Sarjana Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry NAD,
tamat 1987.
6) Pascasarjana Institut Ilmu Al-qur’an , Jakarta, tamat 2002
7) Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2004 – sekarang
b. Pendidikan Non Formal
1) Pesantren Salafiyah Puuk Kembang Tanjung Sigli, NAD 1976-
1978
2) Studi Purna Ulama IAIN Ar-Rainary Banda Aceh NAD 1989.
2 Daftar Riwayat Hidup Ustadz Mufakhir Muhammad M.A
43
3) Kursus Bahasa Inggris Kelas Conversation LDC IAIN Ar-Raniry
Banda Aceh NAD 1990
3. Karya-karya Ustadz Mufakhir
Adapun Karya-karya ustadz Mufakhir adalah “Membangun Hidup
dengan Qur’an”. Yang didalamnya menceritakan tokoh-tokoh yang
mendapat hidayah dari Al Qur’an, yang pada intinya mengajak manusia
untuk selalu berpegang teguh pada Al Qur’an baik secara duniawi maupun
Ukhrowi. Kemudian “Ada Kebahagiaan dalam Al Qur’an” merupakan
karya kedua yang ditulis oleh ustadz Mufakhir. Yang pada intinya jika
manusia ingin bahagia Dunia akhirat maka carilah didalam kandungan
Qur’an. Kemudian karya-karyanya yang lain adalah :
a) Metode taklif zakat Menurut Al-Qur’an (Pusat Penelitian Agama
Negeri IAIN Ar Raniry, 1998).
b) Buku 4 wawasan zakat diterbitkan oleh PP. Taman Iskandar Muda
Pusat zakata tahun 2010
c) Buku tafsir fase kajian surat Al-Fatihah dan surat – surat dalam juz
amma diterbtkan oleh Bale Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase Jakarta, 2001
d) Al-Shabru dalam perspektif Hadst ( jurnal Al-Mu’ashirah Fakultas
Ushuluddin IAINAr-Raniry, 2006).
e) Perkawinan Budak menurut Al-Qur’an ( jurnal Al-Mu’ashirah
Fakultas Ushuluddin IAINAr-Raniry, 2006).
44
f) Buku “ Pencerahan Intelektual ( Referensi untuk khatib dan
penceramah di NAD)”, 2007
4. Aktivitas Dawah
a. Sebagai Ustadz pengajar Tafsir Al-Qur’an di Masjid Baiturrahmah
Legoso, Musholla Perwira Pertamina Pusat, Meunasah Fattahillah
Ciputat, Masjid Jabalul Rahmah Gintung, Musholla Rodlotul Jannah,
2004- sekarang. Pengajian Darussalam Pondok Indah2008-sekarang.
b. Penceramah Tetap Kuliah Subuh Masjid Raya Baiturrahman Banda
Aceh NAD 2002 – 2004.
c. Dosen tetap Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh 1991 –
Sekarang.
d. Dosen Pendidikan Agama ASM di Komputer Banda Aceh, 1992 –
1998.
e. Dosen pendidikan Agama AKPER DEPKES NAD 1995 – 1998
f. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam PTIQ NAD 2001 – 2004
g. Dosen Bahasa Aceh Sekolah Bahasa POLRI Jakarta 2005
B. Latar Belakang Berdirinya Masjid Baiturrahamah
Masjid Baiturrahamah didirikan pada tahun 1982 an yang didasari
kebutuhan tempat ibadah dan demi syiar Islam. Realitanya seiring
perkembangan zaman yang merujuk semakin banyaknya penduduk disekitar
jalan legoso raya yang sama sekali belum mempunyai rumah ibadah yang
berupa masjid. Adapun tempat ibadah pada waktu itu hanya berupa Musholla
45
kecil itupun yang dibangun oleh orang secara pribadi yang belum diwakafkan.
Kemudian berdasarkan syiar Islam yang menjadi sangat urgen untuk dibangun
sebuah masjid disekitar kelurahan pisangan. Bersamaan dengan itu H. Umar
Pagae membangun sebuah sekolah yang berada disekitar jalan legoso Raya
beserta sebuah masjid yang tujuannya adalah melengkapi saranya sekolah
(untuk anak sekolah).
Setelah beberapa waktu kemudian masyarakat bermusyawarah yang
keputusannya mengusulkan agar masjid yang dibangun oleh H. Umar pangae
untuk diwakafkan kepada masyarakat umum. Dengan berbagai upaya
masyarakat akhirnya masjid yang berada dijalan legoso raya no 30 b
diwakafkan kepada masyarakat. Sejak itulah masjid mulai dibangun dan
dikembangkan oleh masyarakat sampai sekarang3.
C. Visi dan Misi
1. Visi Masjid Baiturrahamah
Yang menjadi visi didirikannya masjid Baiturrahamah adalah untuk
dijadikan tempat ibadah, terutama adalah ibadah sholat Jum’at dan jamaah
sholat lima waktu bagi masyarakat sekitar sehingga dapat mengembangkan
syiar Islam.
2. Misi Masjid Baiturrahmah
a. Membangun masyarakat Islami untuk melestarikan budaya sholat
berjamaah.
3 Hasil Wawancara dengan DKM Masjid Baiturrahmah 3 Juni 2010
46
b. Menjadi sarana penerimaan zakat infaq dan shodaqoh
c. Menjadi pengayom masyarakat Islam
d. Menjadi sumber cahaya bagi semua kalangan masyarakat Islam
e. Membangun umat yang sejahtera akhirat
f. Menjadi sumber kebersamaan dan persatuan umat Islam
g. Menetralisir perbedaan dan menciptakan kesetaraan status social
D. Struktur Kepengurusan Masjid Baiturrahamah
Penasehat : Ibu Hj. Umar Pangae
H. Adib Mawardi
Ir. H. M. Syafuan
Ketua Ta’mir : DR. H. Alimuddin Al Muntala
Ust. Sulhan Harahap
Sekretaris : Ustadz Nur Hidayat
Ustadz Rahmat
Bendahara : Sugeng Waluyo
Seksi-seksi
Seksi ibadah : Kor. H. Anwar
1. Zulfan armiya
2. H. Muhammad
3. Agus jaya
4. H. Muchlis rifa’i
Seksi Pendidikan : Kor. Moh. Ishaq
1. Komaruddin
2. Yusroni
3. Maysari n.
4. Nafarif s.e
47
Seksi Sos/ Masyarakat : Kor. Zaenal a. (rw)
1. Soleh (rt)
2. Sudibyo (rt)
3. H. Rohmat (rt)
4. Iskandar (rt)
5. Ya’qub (rt) n
6. M. Nur (rt)
7. Askar
Seksi Sarana dan Prasarana : Kor. H. Hadi r.
1. Darmadi
2. Gunanto
3. Edi susanto
4. Sarkum
5. Hamdan
Seksi Keamanan Dan Kebersihan : Kor. Boman p.
1. M. Sholeh
2. Rianto
3. Elon
Seksi Remaja Masjid : Kor. Zakki amani
1. Ali afdhol
2. Rizki
3. Husen
4. Sapto aribowo
5. Septiano
6. Faisal
48
E. Kegiatan Masjid Secara Umum
Kegiatan umum masjid Baiturrahamah tidak jauh berbeda dengan
masjid-masjid lain. Akan tetapi terdapat beberapa kegiatan yang mungkin
jarang dilakukan oleh masjid lain.
Kegiatan masjid baiturrahmah terbagi dalam tiga agenda, yaitu :
Kegiatan ritin (rutinitas harian masjid dan Mingguan), Kegitan bulanan dan
Kegitan jangka panjang tahunan.
1. Kegiatan Rutin :
a. Jama’ah sholat lima waktu
b. Sholat jum’at setiap hari Jum’at
c. Pengajian rutin bapak-bapak dan remaja setiap sabtu malam minggu
d. Pengajian majlis ta’lim kaum ibu setiap hari minggu pagi.
e. Pelayanan bagi orang yang hendak masuk Islam/muallaf (jika ada).
f. Pelayanan perputakaan remaja
g. Tahlil bersama setiap malam jum’at
2. Kegitan Bulanan :
a. Gotong royong bersih-bersih dan disekitar lingkungan masjid
b. Santunan anak yatim di akhir bulan
c. Rapat persiapan kegiatan besar dan pembangunan.
d. Kegiatan pengembangan kreatifitas remaja
3. Kegiatan Tahunan :
a. Penerimaan zakat, Infaq dan Shodaqoh
b. Peringatan hari Besar Islam
49
c. Penyaluran Zakat kepada masyarakat yang tidak mampu disekitar
masjid Baiturrahamah
d. Pelaksanaan pembangunan dan penambahan sarana masjid.
e. Rapat evaluasi akhir tahun seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan4.
4 Buku Besar Agenda Kegiatan Masjid Baiturrahmah.
50
BAB IV
ANALISIS METODE DAKWAH USTADZ MUFAKHIR
A. Metode Penyampaian Materi Tafsir Ustadz Mufakhir
1. Metode dakwah Ustadz Mufakhir pada pengajian Tafsir Al-Qur’an
tanggal 8 Mei 2010 – 12 Juni 2010
Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan penulis selama 6
(enam) kali pertemuan adalah sebagi berikut :
a. Metode Dakwah Pada Tanggal 8 Mei 2010
Materi Metode Tafsir Metode Dakwah
S. al-Baqoroh : ayat 34
Kemurkaan Allah terhadap Iblis ketika iblis membangkang untuk bersujud kepada nabi Adam a.s.
1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.
2. Membacakan terjemahnya.
3. Membacakan dan menerang munasabah ayat.
4. Memberikan keterangan maksud kandungan ayat tersebut beserta dengan munasabahnya.
1. Ceramah, yang berisi Pertama, kemurkaan Allah terhadap Iblis yang membangkang ketika diperintahkan untuk bersujud kepada nabi adam. Maksud dari kata sujud disini adalah menghormati bukan menyembah karena yang berhak disembah hanyalah Allah. Kedua, ancaman bahwa kita akan selalu digoda untuk dijerumuskan kedalam kesesatan oleh iblis kecuali kita menjadi orang yang mukhlis.
5. tanya jawab.
pertanyaan :
Orang yang muklis itu orang yang seperti apa sih ustadz?
2. Menjawab Pertanyaan
a. Didalam diri manusia itu ada dua ajakan yaitu mengarah kepada kebaikan dan yang mengajak untuk melakukan kemaksiatan. Karena kadang kala dalam melakukan
50
51
kebaikan timbul rasa sombong atau kadang juga setan berbisik dalam hati kita agar kita melakukan kemaksiatan dengan membayang-bayangi kenikamatan melakukan kemaksiatan. Bahkan yang lebih kacau lagi kita digiring melakukan amal baik tetapi untuk riya. Tetapi jika kita dapat meneguhkan hati kita dengan selalu berusa untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan iklas maka kita akan selamat.
6. Diskusi tentang bagaimana puasanya orang yang sakit parah.
3. Ustadz Mufakhir memberikan kesempatan kepada jamaah tentang kasus itu. Kemudian memberikan jawaban untuk menyelesaikan.
Pada pertemuan ini dalam metode ceamah ustadz Mufakhir lebih
banyak memberikan nasehat agar lebih hati-hati dalam berbuat karena
iblis dan anak turunnya selalu berusaha untuk menyesatkan manusia yang
beriman kepada Allah. Setiap perbuatan itu ada yang hanya mendapat izin
Allah dan ada yang mendapat izin dan ridlonya. Adapun perbedaan izin
adalah jika izin Allah perbuatan kita bisa berlangsung tetapi Allah tidak
restu. Sebenarnya Allah bisa saja memusnahkan iblis pada waktu itu akan
tetapi Allah memberikan izin. Sedangkan ridlo Allah adalah perbuatan
kita mendapat restu dari Allah SWT.1
1 Observasi Pengajian Tafsir Masjid Baiturrahmah 8 Mei 2010
52
b. Metode Dakwah Pada Tanggal 15 Mei 2010
Materi Metode Tafsir Metode Dakwah
S. al-Baqoroh :
Ayat 102-103
Tuduhan orang Yahudi terhadap nabi Sulaiman a.s.
1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.
2. Membacakan terjemahnya.
3. Menceritakan Asbabun Nuzul ayat.
4. Memberikan keterangan maksud kandungan ayat tersebut beserta contohnya.
1. Ceramah, yang berisi cerita tentang kisah-kisah nabi terdahulu yang dimusuhi orang Yahudi. Ustadz Mufakhir lebih banyak bercerita tentang nabi-nabi terdahulu dengan kisah-kisah dulu. Dengan tujuan memberikan contoh keteguhan nabi Sulaiman a.s. pada saat beliau berdakwah.
5. Tanya-Jawab.
pertanyaan jamaah :
a. siapa sih sebenarnya orang Yahudi itu ustadz?
b. Mengapa mereka memusuhi nabi ?
2. Menjawab Pertanyaan
a. yang dimaksud orang yahudi disini adalah orang-orang non muslim yang memusushi nabi ketika berdakwah.
b. Sebenarnya mereka juga manusia biasa akan tetapi mereka telah diperdaya syaitan-syatan untuk tidak percaya pada ajaran yang dibawa nabi. Bahkan mereka menuduh nabi melakukan sihir padahal merekalah yang sebenarnya yang melakukan sihir untuk membuat kekacauan.
Ustadz Mufakhir lebih menerangkan tentang kisah-kisah nabi
terdahulu sebagai acuan agar jamaah lebih meningkatkan iman dan taqwa
kita kepada allah SWT. dan mengingatkan bahwa Nabi Muhammad SAW
diutus untuk menunjukkan jalan yang lurus termasuk untuk memberikan
contoh yang baik kepada umat manusia dengan membawa agama Islam.
53
c. Metode Dakwah Pada Tanggal 22 Mei 2010
Materi Metode Tafsir Metode Dakwah
S. al-Baqoroh :
Ayat 119-121
Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani.
1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.
2. Membacakan terjemahnya.
3. Memberikan keterangan maksud kandungan ayat tersebut beserta contohnya.
1. Ceramah, yang berisi peringatan kepada umat muslim agar tidak mengikuti langkah-langkah Yahudi dan Nasrani. Dalam hal ini usatdz Mufakhir menjelaskan bahayanya meniru Yahudi apalagi mengikutinya. Karena orang Yahudi tidak akan senang kepada kita hingga kita terpengaruh olehnya. Benar-benar sebagai muslim harus berhati-hati apalagi didalam perkembangan zaman yang semakin maju. Contohnya penjajahan moral sekarang ini.
4. Tanya-Jawab.
pertanyaan jamaah :
Sebagian kelompok mengatakan bahwa memaki celana panjang hingga menutupi mata kaki itu hukumnya haram. Apa iya ustadz?
2. Menjawab Pertanyaan
a. Mengenai hal itu Sayyidina Usman bin Affan pernah bertanya kepada nabi kemudian nabi menjawab. Hal itu tidak apa-apa, yang dilarang adalah dengan berpakaian begitu kemudian timbul rasa sombong, Itu yang dilarang.
Ustadz Mufakhir menerangkan tentang lika-liku kehidupan dan
berbagai macam godaan dan lebih banyak memeberikan peringatan dan
nasehat kepada jamaah untuk selalu waspada dengan berbagi hal.
Terutama pengaruh perkembangan zaman yang semakin menggoda dan
banyak menjerumuskan anak-anak muda khususnya.
54
d. Metode Dakwah Pada Tanggal 29 Mei 2010
Materi Metode Tafsir Metode Dakwah
S. al-Baqoroh :
Ayat 172-173
Menjelaskan tentang makan yang halal dan makanan yang haram.
1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.
2. Membacakan terjemahnya.
3. Memberikan keterangan maksud kandungan ayat tersebut beserta contohnya.
1. Ceramah, yang berisi Nasehat kepada orang Islam agar mencari rizki yang halal dan yang baik. Karena ada juga rizki yang halal tetapi kurang baik untuk dikonsumsi. Ustadz mufakhir memberikan contoh misalnya kita punya penyakit darah tinggi kemudian dokter menganjurkan agar menghindari makan sate. Nah disini sate halal akan tetapi kurang baik untuk kesehatan jadi hendaknya dihindari.
4. Tanya-Jawab.
pertanyaan jamaah :
a. Misalnya kita dikasih makanan orang tapi hasil curian itu bagaimana hukumnya?
b. bagaimana hukumnya menyedekahkan hasil korupsi ?
2. Menjawab Pertanyaan
a. Hukumnya ya tetap haram jika kita makan karena kita tahu itu adalah hasil curian. Lain halnya jika kita tidak tahu maka hukumnya dima’fu atau dimaafkan.
b. Sedekah adalah perbuatan baik akan tetapi korupsi adalah perbuatan yang dialrang oleh agama maka sedekah yang demikian akan sia-sia. Karena menurut Allah perbuatan baik itu harus dilandasai dengan perbuatan yang baik pula. Artinya kita tidak boleh mencampur adukkan perkara buruk dengan perkara baik jika ingin mendapatkan kebaikan.
Pada kesempatan ini ustadz Mufakhir lebih kepada nasehat agar
menghindari dari berbagai makanan yang halal akan tetapi tidak baik untuk
tubuh kita, lebih-lebih kita memakan makanan yang diharamkan oleh Allah.
55
e. Metode Dakwah Pada Tanggal 5 Juni 2010
Materi Metode Tafsir Metode Dakwah
S. al-Baqoroh :
Ayat 180-182
Membahas mengenai wasiat dan hukumnya.
1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.
2. Membacakan terjemahnya.
3. Memberikan keterangan maksud kandungan ayat tersebut beserta contohnya.
1. Ceramah, yang berisi ancaman bagi orang yang telah merubah wasiat berdasarkan pada penafsiaran ayat yang telah telah diuraikan. Ustadz Mufakhir menjelaskan tentang wasiat yang berarti sebuah keharusan yang harus dilaksanakan sesuai dengan wasiat yang diberikan. Dengan memberikan contoh kepada jmaah dengan sebuah perumpamaan pengurangan harta yang telah diwasiatkan.
4. Tanya-Jawab.
pertanyaan jamaah :
a. Bagaimana jika wasiat itu tidak dilaksanakan?
b. Jika wasiat itu lebih banyak dari pada sisa harta warisnya bagaimana ?
c. Tapi bagaimana jika wasiatnya memang begitu?
2. Menjawab Pertanyaan
a. Wasiat adalah sebuah amanat dan jika yang diamanati tidak melaksanakan, maka yang mendapatkan dosa adalah orang tidak melaksanakan wasiat tersebut meskipun dia termasukm ahli waris.
b. kita kembali lagi pada ayat tadi yaitu dalam berwasiat yang ma’rur adalah tidak lebih dari sepertiga harta yang ditinggalkan.
c. Kalau begitu jika dirasa itu tidak adil dan khawatir itu menjadi dosa maka boleh didamaikan dengan cara menyuruh orang yang ber-wasiat untuk tidak melebihi batas-batas yang telah ditentukan syara.
Pada sesi ini yang paling ditekankan dalam penyampaian ustadz Mufakhir
adalah hukum melaksanakan wasiat bagi orang yang ditinggalkan. Dengan
memberikan contoh wasiat yang dilaksanakan digugat kembali oleh ahli waris.
56
f. Metode Dakwah Pada Tanggal 12 Juni 2010
Materi Metode Tafsir Metode Dakwah
S. al-Baqoroh :
Ayat 183-185
Kewajiban berpuasa bagi setiap muslim.
1. Membacakan ayat yang akan dikaji/dibahas.
2. Membacakan terjemahnya.
3. Memberikan keterangan maksud kandungan ayat tersebut.
Ceramah, yang berisi anjuran agar umat Islam selalu mengerjakan puasa Romadlon. Karena puasa romadlon merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Contohnya umat nabi terdahulu juga diwajibakan berpuasa romadlon sebagaimana kita juga. Kewajiban puasa romadlon seperti wajibnya kita mendirikan sholat lima waktu.
4. Tanya-Jawab
pertanyaan jamaah :
a. apakah orang hamil juga wajib berpuasa?
b. apakah orang yang sedang haid dibulan romadlon juga wajib mengkodho/ menggantikan puasa?
2. Menjawab Pertanyaan
a. sebenarnya orang hamil juga wajib berpuasa, akan tetapi dia boleh tidak berpuasa dibulan romadlon jika dia menghawatirkan dirinya. Itupun dia harus menggantikan puasa romadlonnya setelah ia melahirkan sebanyak yang ia tinggalkan. Misalnya 5 hari ya harus diganti lima hari.
b. Orang yang sedang haid juga harus menggganti puasanya sama seperti orang hamil. Yang tidak diganti adalah sholat lima waktu.
Pada sesi ini ustadz Mufakhir dalam ceramahnya lebih menekankan
pada anjuran untuk melaksanakan kewajiban beribadah yang dibebankan
kepada umat muslim. Dengan contoh bagaimana nabi-nabi terdahulu yang
telah mendakwahkan kepada kaumnya tentang kewajiban berpuasa.
57
2. Penggunaan Metode dalam Penyampaian Tafsir
Berdasarkan penjelasan metode dakwah pada bab sebelumnya bahwa
metode adalah suatu cara atau jalan dalam menyampaikan materi dakwah.
Adapun metode dakwah yang digunakan oleh ustadz Mufakhir adalah
sebagaimana pada keterangan dibawah. Akan tetapi penyampaian keseluruhan
materi disampaikan melalui keterangan-keterangan yang sudah dibahasakan
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh jamaah. Sikap tersebut menurut
hasil wawancara dengan beliau diambil karena menyesuaikan dengan jamaah.
Baik dilihat dari usia jamaah yang rata-rata diatas 40 tahun, atau tingkat
pemahaman jamaah. Sehingga penyampaiannya tentunya disampaikan sesuai
dengan kemampuan para jamaah dalam menangkap atau memahami materi-
materi yang telah disampaikan. Merupakan tujuan utamanya dalam
menyampaikan materi adalah memberikan penjelasan mengenai materi, bukan
sekedar menyampaikan materi tanpa melihat kondisi jamaah atau pemahaman
jamaah. Hal ini dapat dilihat dari materi yang disampaikan setiap pertemuan
tidak sama. Artinya bukan berarti melenceng dari urutan materi, tapi
perbedaannya dilihat beliau dari kerumitan materi yang berujung pada
sulitnya jamaah memahaminya. Misalnya berdasarkan pada beberapa
observasi penulis ketika pengajian tafsir Al-Qur’an sedang berlangsung.
Adapun hasilnya adalah :
58
1. Pembukaan (waktu 2 – 3 Menit)
a. Sebelum penyampaian materi ustadz Mufakhir mengucapkan salam
dan muqoddimah.
b. Kemudian ustadz memberitahukan ayat-ayat yang akan dikaji dengan
tujuan agar para jamaah dapat menyimak secara seksama ayat yang
akan dipelajari/ditafsirkan.
2. Penyampaian Materi (waktu 25 – 35 menit)
a. Ustadz membacakan ayat-ayat yang akan ditafsirkan kedalam bahasa
yang mudah dipaham (bahasa Indonesia), dengan memperjelas bacaan
sesuai dengan makhorijul huruf dan tajwid secara benar.
b. Ayat yang telah dibaca diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
c. Kemudian ustadz Mufakhir mulai memberikan penjelasan mengenai
asbabun nuzul dan jika ada munasabahnya dengan ayat lain, maka
ayat tersebut juga ikut dibacakan dan diterjemahkan. Adapun
penjelasan atau keterangan ayat yang disampaikan kepada para jamaah
adalah maksud yang terkandung dalam ayat tersebut. Untuk
mempermudah penjelasan maka diperlukan juga cerita/kisah-kisah
umat terdahulu yang berkaitan dengan keterangan ayat tersebut.
Sehingga penjelasan yang disampaikan melalui metode dapat diterima
oleh jamaah dengan jamaah.
59
3. Sesi Tanya-jawab (Waktu 10 – 15 menit)
a. Sebagai penunjang pemahaman yang lebih matang, setelah keterangan
dan berbagai penjelasan dirasa cukup maka dibuka sesi tanya jawab.
b. Tanya jawab yang dilakukan adalah dengan tujuan menghilangkan
keraguan bagi para jamaah yang masih janggal atau belum bisa
memahami secara akal tentang kandungan ayat tersebut. Kadang juga
ada jamaah yang mengkaitkan keterangan ayat dengan kenyataan yang
ada sekarang ini.
c. Kemudian ustadz Mufakhir menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
timbul dari pemikiran atau pemahaman jamaah mengenai persoalan
yang berkaitan dengan ayat tersebut. Selain itu sebagai penguat
penjelasan kadang juga disampaikan berdasarkan hadits-hadits yang
berkaitan dengan keterangan materi.
4. Penutup (waktu 2 – 3).
a. Sebagai penutup ustadz Mufakhir mengulang kembali penjelasan ayat
dengan cara menyimpulkan secara singkat.
b. Penutupan pengajian.
60
5. Diskusi (tidak tentu)
Jika ada jamaah yang masih belum puas mengenai beberapa
keterangan pada sesi tanya jawab maka dibantu dengan diskusi singkat untuk
membantu jamaah yang masih belum memahami secara matang2.
Beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa pemahaman jamaah itu
lebih penting dari pada materi yang disampaikan. Dengan kata lain lebih
berguna sediki-demi sedikit dari pada tidak sama sekali. Hal ini dilakukan
dengan dasar tujuan, antara lain adalah :
a. Jamaah dapat menyimak dengat seksama pada materi yang sedang
disampaikan.
b. Jamaah secara mudah menerima materi yang sedang disampaikan
c. Jamaah dapat menerima beberapa materi yang sulit dipahami secara
mufrodatnya ataupun siyakul kalamnya.
d. Jamaah dapat meresapi materi secara mendalam sehingga apa yang
diterima dapat dipahami secara mendalam
e. Jamaah dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bahkan
memberikan penjelasan kepada orang lain tentang materi yang telah
dipahami.
2 Hasil Observasi 8 Mei-12 Juni 2010 Pengajian Tafsir Al-Quran Masjid Baiturrahmah.
61
Adapun ayat-ayat yang disampaikan dimulai dari surat al Fatihah dan
kemudian dilanjutkan pada surat Al-Baqoroh ayat 1 dan seterusnya. menurut
pendapat ustadz Mufakhir yang telah ditemui dan diwawancarai oleh penulis,
berpendapat bahwa dengan adanya pembahasan materi atau penyampaian
materi yang sangat berurutan dapat menarik jamaah untuk selalu mengikuti
pengajian tersebut. Karena dalam benak jamaah akan terlintas kalau tidak
mengikuti akan ketinggalan materi atau ada ayat-ayat yang sudah disampaikan
tetapi terlewatkan. Selain itu rasa penasaran jamaah akan timbul ketika pada
akhir suatu pertemuan, misalnya penasaran bagaimana kandungan ayat yang
seterusnya. Metode ini dilakukan oleh ustadz Mufakhir dengan tujuan
membangkitkan semangat jamaah dari dalam jiwa jamaah itu sendiri. Karena
pada hakikatnya setiap orang itu mempunyai rasa keingintahuan atau
penasaran terhadap sesuatu yang belum terungkap, termasuk juga jamaah
pada pengajian tafsir. Ibarat sebuah sinetron yang selalu membuat penasaran
para penonton mengenai episode yang selanjutnya3.
Salah satu tujuan penyampaian beliau adalah untuk memberikan
penjelasan yang sejelas jelasnya hingga jamaah dapat menerima dan
memahami secara naqli atau aqli. Karena menurut ustadz Mufakhir jangan
sampai dalam menyampaikan hanya da’i, atau guru saja yang puas tapi dalam
benak jamaah belum menemukan kepuasan sebab apa yang disampaikan
3 Hasil Wawancara dengan Ustadz Mufakhir 20 Juni 2010
62
belum bisa dipaham. Penyampaian akan menjadi sia-sia jika seorang
penceramah atau seorang guru yang hanya menonjolkan retorikanya yang
bagus akan tetapi mad’u atau jamaah belum bisa menerima apa yang telah
disampaikan. Beliau mengatakan “ada dua belah pihak yang harus dipenuhi
kepuasannya. Yaitu pertama kita sebagai da’i atau guru dengan keyakinan
bahwa kita benar-benar paham dan yakin atas beberapa materi yang telah
disampaikan, jangan sampai dalam menyampaikan kita masih ragu dan
menimbulkan kegundahan bagi kita. Karena bila yang kita sampaikan salah
maka sangat sulit sekali kita untuk menarik kembali. Kemudian yang kedua
adalah jamaah atau mad’u. sebagai seorang da’i atau guru kita harus bisa
memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya dan memudahkan para jamaah
dengan semudah-mudahnya. Agar jamaah tidak kesualitan dalam menangkap
materi yang disajikan dan yang paling utama adalah tablig yang kita
sampaikan sampai kepada jamaah. Selain itu jangan sampai kita seperti yang
dikatakan orang munafik kepada nabi terdahulu “Ma Nafqohu Katsiron”
artinya yang kamu sampaikan itu banyak tapi kami tidak paham sedikitpun
apa yang telah kamu sampaikan. Jadi yang terpenting adalah apa yang telah
kita sampaikan itu “dalla qolla” singkat padat tapi sampai pada jamaah.4”
Memahami Al Qur’an memang tak semudah memahami bahasa arab
biasa, karena didalamnya banyak yang mengandung pengertian atau maksud
4 Hasil Wawancara dengan Ustadz Mufakhir 20 Juni 2010
63
yang tersembunyi bagi orang yang belum belajar tafsir. Dengan demikian
sangat penting kita belajar memahmi maksud yang terkandung dalam Al
Qur’an yaiitu melalui belajar tafsir. Sebagimana hasil observasi yang
menunjukkan bahwa ustadz Mufakhir merupakan sesosok guru yang tepat
untuk para jama’ah yang pengetahuan agama kurang. Karena beliau dapat
menyesuaikan porsi baik dalam bahasa maupun penjelelasan materi. Sehingga
apa yang telah disampiakan tidak terlalu sulit untuk diterima oleh berbagai
tabakat masyarakat.
Selain membahas kandungan ayat-ayat dan maksudnya sebagai
pendukung atau untuk mempermudah ustadz Mufakhir juga menceritakan
Asbabun Nuzul yang berkaitan dengan ayat yang dibahas. Dengan tujuan agar
jamaah mengetahui sebab diturunkannya ayat tersebut, serta agar lebih
memudahkan jamaah dalam memahami ayat atau materi yang disampaikan.
Karena menurut ustadz Mufakhir Al qur’an itu sangat membutuhkan sejarah
agar umat Islam atau jamaah pada khususnya dapat menerima secara akal atau
nalar. Tanpa menjelaskan Asbabun nuzul jamaah akan kesulitan dalam
memahami kandungan ayat. Terutama pada ayat-ayat yang mengandung
maksud yang tersembunyi. Ayat ini akan sulit dipahami bagi orang yang
belum menguasai tafsir. Salah satu missal kata اال pada ayat 94 surat Al
A’raaf :
64
Artinya : Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu
negeri, melainkan kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. (Q.S. Al A’raaf : 94).
Maksud dari kandungan ayat diatas adalah pada kata Illa yang berarti
kecuali atau melainkan mengandung cerita berbalik kesejarah nabi-nabi
terdahulu. Secara keseluruhan maksudnya adalah “Allah telah mengutus nabi
(nabi turun dulu) tapi mereka malah menghina,mencaci maki, tidak
menghormati nabi bahkan menganiyaya nabi, kemudian Allah murka dan
memberikan hukuman kepada kaum itu”. Ayat semacam ini jamaah akan
merasa kesulitan dalam memahaminya kecuali setelah diceritakan sejarahnya.
Selain itu hasil wawancara dengan beliau, beliau menyatakan dengan
menjelaskan asbabun nuzul dan menceritakan kisah-kisah nabi terdahulu itu
supaya bagi orang yang berilmu (pendidikannya tinggi) itu dapat menyadari
bahwa Al Qur’an itu diturunkan bukan hanya kepada kaum yang bodoh saja
akan tetapi juga diperuntukkan kepada kaum yang sudah pandai. Bahkan juga
banyak bahasa-bahasa Al Qur’an yang lebih bagus daripada penyair-penyair
Arab yang pandai membuat syair dengan bahasa yang bagus. Termasuk juga
65
agar mereka (para penyair) terpesona dengan bahasa Al Qur’an yang jauh
lebih indah.
Kemudian apabila ayat yang disajikan kepada jamaah ada kaitannya
dengan ayat lain, beliau juga menyampaikan serta ayat tersebut. Dengan
tujuan untuk memperjelas penjelasan ayat yang disampaikan. Karena pada
dasarnya ada beberapa ayat yang sulit untuk memahaminya kecuali
menghubungkan dengan ayat lain yang berkaitan dengan ayat tersebut. Istilah
keterkaitan atau korelasi dalam ayat menurut ilmu tafsir dinamakan dengan
Munasabah. Munasabah artinya adalah hubungan, keterkaitan atau korelasi
yang pada dasarnya adalah sebuah penjelasan ayat satu dengan yang lain,
atau lanjutan sebuah kandungan ayat dengan ayat yang lain. Biasanya
munasabah disampaikan oleh beliau dengan tujuan untuk melengkapi
penjelasan ayat yang disampaikan. Karena menurut beliau tafsir adalah
sebuah uangkapan, penjelasan dan keterangan menurut bahasa kita supaya
mudah dipaham, dan apabila ditemukan ayat yang mempunyai munasabah
dengan ayat lain, maka mau tidak mau harus ikut serta disampaikan, dengan
tanda kutip jika ingin memberikan pemahaman kepada jamaah.
66
B. Materi
1. Materi Pengajian Tafsir Al-Qur’an Masjid Baiturrahmah
Sebagaimana yang telah diuraikan penjelasan materi pada bab
sebelumnya. Bahwa secara singkat materi adalah bahan utama dalam
berdakwah, inti dari penyampaian dakwah, atau bisa disebut isi dakwah yang
berupa ajakan, himbauan, kabar gembira, ancaman dan lain sebaginya. Pada
penelitian ini yang dikaji adalah materi dakwah ustadz Mufakhir dalam
pengajian tafsir masjid Baiturrahmah. Salah satu contoh materi yang
disampaikan oleh ustadz Mufakhir pada ayat 30 surat Al Baqoroh yang
membahas mengenai kisah nabi Adam as :
⌧
Artinya : Dan (Ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Q.S. Al Baqoroh : 34)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan sujud kepada nabi Adam as. sujud
di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud
memperhambakan diri, Karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah
semata-mata kepada Allah. Kemudian ayat ini berkaitan dengan ayat 30 - 40
surat al Hijr:
67
☺
⌧
☺
☺
☺
Artinya :
30. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama,
31. Kecuali iblis. ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu.
32. Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?"
33. Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau Telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk"
34. Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, Karena Sesungguhnya kamu terkutuk,
68
35. Dan Sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat".
36. Berkata Iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) Maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan,
37. Allah berfirman: "(Kalau begitu) Maka Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,
38. Sampai hari (suatu) waktu yang Telah ditentukan,
39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya,
40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (Q.S. Al- Hijr : 30 – 40).
Munasabah dari ayat 34 pada surat Al Baqoroh adalah adalah ayat 30
hingga ayat 40 pada surat Al Hijr. Ketika ustadz menjelaskan tafsir ayat 34
surat Al-Baqoroh maka ustadz Mufakhir menjelaskan munasabahnya untuk
memudahkan para jamaah dalam memahami ayat tersebut, karena pada ayat
34 surat al Baqoroh hanya sedikit sekali penjelasannya kecuali dijelaskan pula
munasabahnya. Karena jika tidak maka jamaah akan kesulitan dalam
memahaminya5.
2. Referensi Penyampaian Materi
Sebelum menyampaikan materi kepada jamaah ustadz Mufakhir
mempersiapkan materi yang akan disampaikan terlebih dahulu. Beliau
mempersiapkannya dengan membaca ayat yang menjadi bahan materi,
5 Hasil Observasi 16 Mei 2010 Pengajian Tafsir Al-Quran Masjid Baiturrahmah.
69
kemudian mencari sumber bacaan sebagai penambahan wawasan. Sehingga
dalam menyampaikan beliau tidak lagi ragu dan benar-benar yakin bahwa
materi yang disampaikan adalah benar. Adapun buku-buku atau kitab-kitab
yang dibaca pra pengajaran disesuaikan pada ayat yang bersangkutan
misalnya, ayat tentang hukum, maka beliau terlebih dahulu membaca buku-
buku yang berkenaan dengan hukum-hukum didalam Al Qur’an.
Didalam ayat-ayat Al Qur’an jika dikategorikan/klasifikasikan
sebenarnya hanya ada beberapa kategori. Misalnya tentang hukum, tentang
akhlaq, tentang sejarah, dan tergantung bagaimana cara mengkategorikannya.
Bisa juga diklasifikasikan berdasarkan tempat diturunkannya ayat tersebut.
Seperti ayat-ayat yang diturunkan di Makkah atau ayat-ayat yang diturunkan
di Madinah. Bahkan juga ayat-ayat sebelum dan seseudah nabi Muhammad
Isro mi’roj. Dengan demikian lebih memudahkan kita dalam mempelajari
tafsir dan menyampaikannya kepada jamaah.
Adapun dasar-dasar buku yang dipakai ustadz Mufakhir sebagai
penunjang penjelasan dan pemantapan pemahaman belaiu sebelum mengajar
adalah :
a. Ibnul Aroby
b. Ahkamul Qur’an
c. Tafsir Al baidlowi
d. Tafsir Al Misbah
70
e. Tafsir Hamka
f. Ibnu Katsir
g. Dan lain sebagainya.
Akan tetapi tidak selalu semuanya yang dipakai, artinya buku-buku yang
dibaca sebelum pengajaran selalu disesuaikan dengan ayat-ayat yang akan
disampaikan. Menurut beliau apabila ayat tersebut membahas mengenai
hukum maka sebagai penunjangnya beliau membaca ahkamul Qur’an yaitu
khusus membahas mengenai hukum-hukum yang ada dalam Al Qur’an.
Sedangkn yang sifatnya umum sebagai perbandingan belaiu menggunakan
tafsir Al Misbah, tafsir Ibnu katsir dan lain sebagainya. “Dengan adanya
persiapan, maka pada waktu timbul pertanyaan dari jamaah beliau tidak
kesulitan untuk menjawabnya, dan menjawabnya dengan mantap. Sehingga
kita puas jamaahpun puas” kata beliau6.
C. Keberhasilan dan Hambatan
Pada dasarnya setiap kegiatan secara universal akan mengalami dua hal,
yaitu berhasil dan gagal, dan tentunya tidak terlepas dari berbagai persoalan
termasuk faktor pendukung dan faktor penghalang/penghambat. Faktor pendung
ialah berbagai faktor yang dapat mempermudah dan memperlancar jalannya suatu
kegiatan hingga kegiatan tersebut dapat menuai hasil. Sedangkan faktor
6 Hasil Wawancara dengan Ustadz Mufakhir 20 Juni 2010
71
penghambat ialah segala macam faktor yang dapat mempersulit baik jalannya
suatu kegiatan ataupun hasilnya. Misalnya adanya pengajian tafsir yang ada di
masjid Biaturrahmah dapat berjalan dengan lancer dan hasilnya para jamaah dapat
menerima materi yang telah disampaikan karena penjelasan dari ustadz Mufakhir
yang mudah untuk diterima.
1. Keberhasilan
Berdasarkan berbagai sumber yang dikumpulkan oleh peneliti
menyatakan pengajian yang ada dimasjid Baiturrahamah sangat efektif,
terutama dalam meningkatkan pengetahuan agama kepada para jamaah. Hal
ini dapat terlihat melalui beberapa sudut. Misalnya kondisi jamaah setelah
mendapatkan materi dari ustadz Mufakhir yang dapat dilihat secara langsung
mana jamaah yang sudah paham ataupun jamaah yang belum paham. Bahkan
menurut ustadz Mufakhir sendiri jamaah yang belum paham akan terlihat dari
raut wajahnya, dan jika ada jamaah lain menanyakan persoalan yang berkaitan
dengan materi yang disampaikan dia hanya melihat tanpa berfikir dan tidak
pula menyambung atau mengembangkan pertanyaan yang ada.
Kemudian peneliti menggabungkan dari hasil wawancara dengan ustadz
Mufakhir dan beberapa jamaah yang mengikuti pengajian tafsir dimasjid
Baiturrahmah. Yaitu diantaranya ada beberapa poin keberhasilannya setelah
mengikuti pengajian tafsir dimasjid Baiturrahmah yang disampaikan oleh
Ustadz Mufakhir, diantaranya adalah :
72
a. Jamaah dapat menerima materi yang telah disampaikan oleh ustadz
Mufakhir dikarenakan ustadz Mufakhir menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti.
b. Jamaah menjadi tahu kandungan ayat-ayat al Qur’an bukan sekedar tahu
arti tapi juga penerapannya.
c. Jamaah dapat mengetahui kategori ayat ; misalnya ayat-ayat yang
menerangkan tentang sejarah, ayat-ayat yang menerangkan tentang
ahklaq, ayat-ayat yang mengadung hukum-hukum, dan lain sebaginya.
d. Jamaah dapat mengetahui secara mudah asbabun nuzul dari ayat-ayat yang
telah disampaikan.
e. Jamaah dapat mengathui ayat-ayat yang berkaitan dari segi ma’nawi
ataupun dari asbabun nuzul.
f. Melalui pengajian tafsir jamaah secara jelas dapat mengetahui dasar-dasar
syariat, sehingga menambah kemantapan jamaah dalam melakukan
perintah dan semakin jera melakukan larangan karena ancaman syariat
yang terdapat dalam ayat al Qur’an yang telah dipahami.
g. Dengan mengetahui kandungan ayat secara utuh (bukan sekedar arti)
maka jamah dapat mengamalkan syari’at yang terkandung dalam ayat.
Dengan demikian pengajian tafsir sangatlah berpengaruh dalam
meningkatkan pengertahuan agama jamaah. Pengaruhnya dapat dilihat
berbagai poin diatas setelah mengikuti pengajian tafsir. Sehingga dengan
73
mengikuti pengajian tersebut jamaah bukan hanya sekedar dapat membaca al
Qur’an, akan tetapi jamaah juga dapat mengetahui maksud yang terkadung
dalam ayat yang diabacanya. Menurut penuturan beberapa jamaah yang telah
diwawancarai oleh peneliti, dengan adanya mengetahui kandungan ayat-ayat
al Qur’an mereka lebih mawasdiri dalam mejaga perbuatan mereka. Dengan
demikian secara tidak langsung peningkatan yang ada memberikan dorongan
positif terhadap jamaah sehingga jamaah mempunyai pegangan atau pedoman
hidup yang kuat, yaitu berpegang teguh terhadap ajaran al Qur’an. Memang
secara harfiah diakui ataupun tidak, jika kita hanya bisa membaca dan
membaca tanpa mengetahui maksud yang terkandung didalamnya, maka al
Qur’an hanya sebagai sebuah bacaan bukan sebuah petunjuk. Sedangkan awal
mula tujuan al Qur’an diturunkan kebumi adalah sebagai petunjuk umat
manusia khususnya yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Sebagaimana penjelasan firman Allah dalam surat al Baqoroh ayat 2 :
☺ Artinya : Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa.(Q.S. al Baqoroh : 2).
Pengajian tafsir selain pengamalan mencari ilmu hingga ke liang lahat
juga bermanfaat memberikan petunjuk kepada para jamaah baik dalam
kehidupan duniawi ataupun ukhrowi. Dalam penggalian ilmu agama bukan
74
hanya sekedar tahu dan bisa saja, akan tetapi yang terpenting adalah
menggerakkan hati kita untuk mengamalkan segala sesuatu yang telah
diajarkan oleh ilmu tersebut. Sehingga hikmah ilmu agama adalah untuk
menyongsong kehidupan fiddunnya Hasanah Wafil Akhiroti Hasanah yaitu
selamat sejahtera didunia dan selamat sejahtera diakhirat nanti.
2. Hambatan
Dalam pengajian tafsir yang ada dimasjid Baiturrahmah terdapat
beberapa hambatan mengenai pemahaman jamaah terhadap materi yang
disajikan oleh ustadz Mufakhir. Diantaranya adalah :
a. Waktu yang kurang panjang sehingga baik menurut ustadz Mufakhir
ataupun jamaah pengajian tersebut, menyatakan bahwa waktu yang
disediakan kurang. Sehingga dari ustadz Mufakhir kadang kurang leluasa
dalam menyampaikan materi, terutama pada materi yang membutuhkan
banyak penjelasan serta hubungan materi terhadap ayat-ayat yang lain.
b. Minimnya kemampuan sebagian jamaah dalam pengetahuan agama.
Maksudnya ada beberapa jamaah yang pengetahuan dasar agamanya
sedikit sekali sehingga merasa kesulitan untuk berfikir menghubungkan
materi dengan fakta.
c. Kurangnya pengetahuan mengenai ilmu alat (ilmu Nahwu dan ilmu
shorof) dan bahasa arab sehingga jika terdapat mufrodat yang sulit atau
banyak persamaan dan lain sebagainya jamaah sulit untuk memahaminya.
75
d. Ada beberapa jamaah yang usianya sudah sangat lanjut. Sehingga
tanggapan pada materi yang disajikan lama untuk memahaminya, dan
kadang juga hanya sebagian materi yang bisa dipaham dari beberapa
materi yang disajikan. Tapi hanya sedikit sekali yang usianya sudah
terlalu lanjut.
Hambatan-hambatan diatas merupakan hambatan yang sudah lazim
dalam pendidikan non formal. Karena dalam pendidikan nonformal tidak ada
pembatasan antara usia maupun kemampuan. Akan tetapi pada dasarnya
pendidikan non formal juga tidak pernah mengukur bobot materi yang
disajikan. Namun menurut penuturan ustadz yang bersangkutan, hal ini sudah
diminimalisir yaitu dengan adanya berbagai penyesuaian yang tertulis pada
metode diatas. Bahkan secara garis besar penyampaian ustadz Mufakhir bisa
dikatakan sangat pelan-pelan dan tarjetnya hanya kemudahan jamaah dalam
menerima, pemahaman jamaah terhadap materi dan pengamalan jamaah
terhadap kehidupan sehari-hari.
76
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hasil akhir penelitian pada Metode dakwah ustadz Mufkhir pada pengajian
tafsir yang ada dimasjid Baiturrahmah terdapat beberapa kesimpulan. Yaitu :
1. Metode dakwah ustadz Mufakhir dalam menyampaikan pengajian tafsir
Al-Qur’an dimasjid Baiturrahmah adalah :
a. Ceramah,
Ceramah digunakan ustadz Mufakhir Ketika dalam tahap awal dalam
menjelaskan materi tafsir Al-Qur’an yang terdiri dari ayat-ayat Al-Qur’an.
Adapun yang dijelaskan yaitu Asbabun nuzul, kandungan ayat yang
meliputi terjemahan ayat kemudian penjelasan maksud terjemahan ayat
tersebut. Kaitannya dengan metode dakwah adalah cara penyampaiannya
berupa ceramah yang beirisi nasehat. Untuk menyesuaikan kepada para
jamaah yang rata-rata berpengetahuan agama yang minim, serta menjadi
prioritas utama yaitu pemahaman jamaah terhadap materi yang
disampaikan. Maka Ustadz Mufakhir menggunakan bahasa yang
sederhana supaya mudah dipaham.
76
77
b. Tanya-jawab
Tanya-jawab diadakan untuk memberikan kesempatan kepada para
jamaah yang kurang mengerti atau belum bisa menerima materi secara
keseluruhan.
c. Diskusi
Apabila kedua sesi diatas dirasa belum cukup maka diadakan diskusi
singkat untuk membantu memahami materi.
Metode seorang guru atau da’i merupakan kunci utama dalam
penyampaian sebuah materi. bagaimana cara menjelaskan dan penjelasan
materi yang disampaikan terhadap para murid atau para mad’u. Metode faktor
utama dalam menunjang sebuah keberhasilan dalam dakwah. Sebaik apapun
materi yang disampaikan akan sia-sia jika metode yang digukan kurang tepat
sehingga mengakibatkan terhambatnya materi terhadap mad’u. Seperti yang
disampaikan oleh ustadz Mufakhir ada dua belah pihak yang perlu dipenuhi,
yaitu mad’u sebagai sasaran dakwah supaya paham dan diterapkan pada
kehidupan sehari hari dan kita sendiri sebagai da’i merasa puas dengan apa
yang telah kita sampaikan.
78
2. Materi
Materi yang disampaikan pada pengajian tafsir masjid baiturrahmah
Legoso adalah Surat Al-Baqoroh ayat satu sampai seterusnya. Materi berisi
penjelasan kandungan ayat yang dikemas dalam keterangan-keterangan atau
penjelasan. Seperti yang diuraikan pada bab sebelunya inti materi
menerangkan tentang pembangkangan Iblis terhadap perintah Allah sehingga
Allah menjadi murka kepada iblis, dan iblis dinyatakan terkutuk atau sesat.
B. SARAN-SARAN
1. Kepada pengurus masjid Baiturrahamah sebagai penyelenggara agar
menyediakan waktu yang lebih panjang. Agar pengajian tafsir dapat
dikembangkan baik dari sisi ustadz Mufakhir sebagai pengajar agar lebih
leluasa dalam menerangkan, dan dari segi jamaah agar terdapat banyak waktu
untuk bertanya.
2. Kepada para ustadz umumnya agar terus mengembangkan metodenya dalam
menyampaikan materi, khususnya kepada ustadz Mufakhir agar metodenya
ditambah bukan hanya ceramah yang lebih banyak. Sehingga para jamaah
lebih mudah dalam memahami materi dakwah yang disampaikan dan jamaah
dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan tercapai sebuah
tujuan akhir yaitu ridlo Allah SWT.
3. Kepada masyarakat agar lebih giat mengikuti berbagai kegiatan keagamaan
terutama dalam mencari ilmu agama. Karena pentingnya menambah
79
pengetahuan agama, sehingga dapat dijadikan landasan dalam hidup untuk
mecapai sebuah kebahagian didunia dan kebahagiaan yang hakiki yaitu
kebahagiaan akhirat.
4. kepada mahasiswa UIN secara umum dan khususnya kepada mahasiswa
Fakultas Dakwah agar sungguh dalam menggali ilmu agama sehingga dapat
menjadi kader-kader da’i yang professional, yang dapat membawa umat
manusia selamat dunia dan akhirat.
80
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, W. Thomas, The Preaching of Islam. Jakarta : Widjaja, 1981 Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. 1991. Cet. 1 Anten, Elyas, Ashi Injilizi Arabig, Mesir :Elyas modern Press 1951. Azis, Moh Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta : Prenada Media, 2004,cet ke-1 Amin, H. M. Masyhur ”Dakwah Islam dan Pesan Moral” Yogyakarta : Al Amin
Press, 1997. Cet Ke-1 Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. 1991. Cet. 1
Aziz, Abdul Jum’ah Amin Fiqih Dakwah, Solo : Era Intermedia, 2005
Anshari, H. Endang Saifuddin Wawasan Islam (Pokok-pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Nilai), Jakarta : Gema Insani, 2004
Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : Logos. 1997.
Hasanuddin, H. Hukum Dakwah (Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di
Indonesia), Jakarta : Rosdakarya 1991 Ismail, A. Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran
Dakwah Harakah, Jakarta: Penamadani, 2006. Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2000. Cet. 11 Muriah, Siti “Metode Dakwah Kontemporer”, Yogyakarta : Mitra Pustaka 2000. Cet.
Ke 1. Maarif, Ahmad Syafi’i dan Leley, Said Tuhu (ed) Al Qur’an dan tantangan
moderenisasi, Yogyakarta : Sipres 1990 Cet ke.1 Muthollib, Abdul Kamus Bahasa Arab, Toha Putra Surabaya : 1998.
80
81
Masyi, Abdul Kadir, Metode Diskusi dalam Dakwah, Surabaya : Al-Ikhlas 1981. Ramayulis, Psikologi Suatu Pengantar Agama, Jakarta : Kalam Ilahi, 2002
Soekanto,Saerjono, Struktur Masyarakat. Jakarta :CV rajawali,1984
Umar, Toha Yahya “Ilmu Dakwah” Jakarta : Wijaya, 1998. cet ke-3 Wasito, Woyo, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Cy Pres,1974. Yusuf, Soelaiman dan Susanto, Slamet, Pengantar Pendidikan social. Surabaya :
Usaha nasional, 1981.
Zaini, Syahminan, Berilmu dalam Islam, Jakarta : Perkumpulan Pecinta al-Qur’an
dan Assunnah, 2004
BERITA WAWANCARA DENGAN USTADZ Drs. H. ABDUL MUFAKHIR
MUHAMMAD MA. SELAKU PENGAJAR TAFSIR AL QUR’AN DI MASJID
BAITURRAHAMAH
1. Bagaimana cara / metode ustadz dalam menyampaikan materi tafsir kepada
jamaah?
J : kalau kita lihat dari segi metode atau cara berarti kita tidak bicara seperti metode
maudlu’I tahlili dan lain sebagainya. Misalnya untuk jamaah atau masyarakat
yang kita pakai adalah metode gabungan. Sehingga metode yang kita gunakan itu
mudah dipahami oleh semua tabakat (tingkatan) masyarkat. Jadi kita terlalu fokus
seperti mengajar diperguruan tinggi, pakai maudlu’i, pakai tahlili, pakai
muqorron, ada satu metode gabungan yang menurut kita mudah dipahami. Jadi
memudahkan masyarakat untuk memahami bahasa seorang penceramah, seorang
da’i atau seorang guru terhadap jamaah yang mengikuti pengajian ini.
2. Apa tujuan ustadz meggunakan metode tersebut?
J: Tujuan saya menggunakan metode ini, pertama ; adalah satu upaya untuk
memudahkan jamaah dalam memahami. Karena betapapun misalnya kita
menerangkan jangan sampai dalam hati masyarakat nanti ada ungkapan seperti
umat nabi terdahulu, yang mengatakan ; misalnya setelah dakwah disampaikan
“Wama Nafqohu Katsiron” yang kamu sampaikan itu banyak tapi kami nggak
paham sedikitpun. Jadi kita upayakan yang kita sampaikan ”Dalla Waqolla”
singkat da padat. Jadi kita upayakan dalam menggunakan metode ini supaya
jamaah dapat memahami dengan mudah apa yang kita sampaikan, ini yang paling
penting. Jadi yang penting apa yang kita sampaikan, tabligh yang kita sampaikan
itu sampai kepada masyarakat atau jamaah, ini yang paling pokok dalam
bertabligh. Jadi bukan hanya kita menampakkan retorika kita yang hebat tapi
masyarakat susah, susah memahminya. Bahkan saya berdo’a apa yang saya
sampaikan baik dalam khutbah ataupun dalam mengajar itu mudah dipahami
orang.
3. Apakah metode yang ustadz gunakan sangat efektif membantu untuk para
jamaah?
J: Kalau menurut saya itu juga berdasarkan pengakuan jamaah itu cocok untuk
mereka. Sehingga kadang-kadang ada jamaah, dia tinggal di Pamulang pernah itu,
kan saya dah lama ngajar disini sejak tahun 2004 akhir saya ngajar disini sampai
sekarang masih ngajar. Jadi pernah sesekali setelah saya selesai ngajar, ustadz
saya ini dari Pamulang saya tahu ada pengajian disini, saya senang mengikuti
pengajian ini karena bapak menggunkan bahasa yang mudah, menurut
pemahaman mereka. Jadi saya ambil kesimpulan bahwa metode yang saya
gunakan ini efektif. Buktinya mereka dapat memahami apa yang saya sampaikan,
artinya ada respon balik, jadi adalah pembinaan untuk senantiasa hadir. Ini perlu
untuk kita dan untuk jamaah. Jadi kadang-kadang ada penceramah yang puas
dirinya saja jamaahnya tidak. Jadi yang diinginkan adalah ada dua belah pihak
yang merasa ridlo.
4. Sebelum menyampaikan tafsir kepada para jamaah apakah ustadz
membutuhkan persiapan?
J: Oh ya itu perlu, kalau penceramah naik tanpa persiapan turun tanpa
penghormatan. Kita harus membaca dulu meskipun disana kita tidak membawa
kitab, tidak perlu lah dinampakkan ini lah kitab-kitab. Tidak perlu lah banyak
kitab nanti jadi seperti keledai membawa kitab. Kitab yang ada didepan tidak
dipahami. Jadi persiapannya gini, malam ini ada ayat yang membahas masalah
hukum sebelumnya saya sudah membaca ahkamul Qur’an jadi pegangannya Ibnul
Arobi, karena bahsa beliau itu mudah. Kalau tentang hukum yaitu ahkamul
Qur’an karya Ibnu Arobi itu pedoman saya dalam memahami ayat-ayat
hokum.yang ada dalam Al Qur’an. Kalau akhlaq itu ada disetiap tafsir tapi kalau
masalah hokum yang paling banyak adalah di ahkamul Qur’an. Tadinya ada
banyak yang spesialis membahas tentang hokum, namanya ahkamul Qur’an. tapi
saya hanya mengambil dari Ibnu Arobi saja tidak al Qisos karena ini yang paling
mudah bahasanya untuk saya pahami dan dipahami oleh para jamaah kita. Bahkan
untuk mahasiswa yang paling disenangi ahkamul Qur’an adalah ibnul arobi ini.
Lebih mudah sehingga ada ayat-ayat hokum kita juga menerangkan, tapi kan
perlu persiapan. Kalau misalnya pas mau ceramah tidak dilihat dulu nanti
biasanya seorang penceramah akan membawa kejanggalan akan kikuk dia, ini apa
ini maksudnya. Tapi kalau kita membaca kita akan lebih mantap dalam
menerangkan. Yang penting seorang guru harus lebih yakin tapi yakin dalam
kebenaran, ada juga yakin tapi buat salah, nah gak boleh nanti susah cabut
kembali. Jadi bagi seorang guru atau seorang da’i jadi apa yang mau disampaikan
itu dia udah paham menurut kadar kemampuannya. Jadi kalau ditanya apa perlu
ada persiapan misalnya cerita tentang sejarah saya buka dulu Tafsir Al Baidlowi,
tafsir al Baidlowi ini banyak cerita tentang sejarah al Qur’an. Kalau misalnya
perlu kisah-kisah nabi ada ini Qoshosul Anbiya’. Sehingga pendalaman terhadap
suatu materi itu tidak terabaikan oleh yang menyampaikan pesan-pesan agama.
Jadi jangan menganggap enteng dan rendah karena ini bukan perguruan tinggi.
Sebenarnya dulu awal dari pada belajar itu dimasjid-masjid sebelum ada sekolah-
sekolah. Jadi misalnya dimasjid Baiturrahmah ini ada pengajian tafsir, masjid
Fathullah ada pengajian Fiqh. Malam Sabtu kesana semua dan malam Minggu
jamaah kesini semua. Sehingga seorang guru harus memahami terlebih dahulu
untuk memantapkan materi yang akan disampaikan. Kalau saya yang sudah sudah
seperti itu.
5. Dasar apa saja yang ustadz gunakan dalam menyampaikan materi?
J : Kalau untuk kita rata-rata orang Indonesia orang banyak baca tafsir Al Misbah,
kalau mau carai bahasa yang bagus ada dalam tafsir al Azhar atau tafsir Hamka.
Kemudian banyak lagi seperti tafsir ibnu Katsir dan beberapa kitab tasir lain
sesuai dengan kebutuhan ayat yang mau disampaikan. Kalau untuk orang kita ini
Misbah kan sudah diakui bahwa penjelasan kita itu bagus dan untuk jamaah kita
di Indonesia ini bagusnya ini untuk membaca yaitu tafsir al Misbah, disamping
membaca kitab-kitab arab. Karena kan tidak semua orang bisa membaca kitab-
kitab arab. Jadi yang sudah diterjemahkan orang itu harus dihargai.
6. Apakah ustadz pernah mengalami kesulitan dalam memberikan
pemahaman kepada jamaah?
J : Oh ya, ada memang saya pernah melihat dari raut wajah para jamaah, ada pernah
memang sesekali, tapi paham cepat bahwa ini sulit dimengerti. Tapi kemudian
kita cari cara yang mudah dalam bahasa sehari-hari, ini apa ni misalnya
maksudnya. Iya kan! Jadi kita jangan menerangkan dengan bahasa yang sulit
dimengerti oleh masyarakat. Misalnya nanti ada ayat yang berbalik kebelakang,
kan tidak paham orang. Misalnya apakah denganmeninggalanya Muhammad
kamu akan berbalik kebelakang? Apa itu maksudnya, jadi bahasa-bahasa yang
seperti ini harus kita jelaskan. Bahwa berbalik kebelakang ini adalah setelah
meninggalnya nabi nanti orang akan meninggalkan sunah-sunahnya, akan
meninggalkan al Qur’an dan tidak ada lagi orang setia pada Rosulullah. Nah
bahasa- bahasa yang seperti ini harus dijelaskan dan kalaun seorang guru atau
seorang penceramah, seorang pendakwah harus bisa membaca wajah-wajah
jamaah ketika dia menemukan kesulitan-kesulitan. Artinya jangan dibiarkan
berlalu saja.
7. Menurut ustadz apa ada peningkatan pengetahuan agama antara seorang
muslim yang sudah belajar tafsir dengan yang belum?
J : Oh ya.. ya.., kalau dilihat itu dimana-mana ya sangat jauh bedanya. Saya sejak
tahun 2002 mengajar bimbingan tafsir dimasjid Baiturrahman Banda Aceh, nah
itu ada pengakuan masyarakat karena kita mulai dari surat pertama dengan ayat
perayat yang kita sampaikan, masyarakat yang tidak hadir kemasjid itu dengan
radio. Jadi pas saya diundang acara disuatu tempat ada ibu-ibu “ustadz kita sudah
sampai ayat 53 ya surat al Baqoroh. Rupanya dia mengikuti. Ha.. jadi peningkatan
pengetahuan agama itu jelas dibandingkan dengan orang yang tidak pernah sama
sekali belajar tafsir, jauh berbeda.
8. Apa manfaat mengetahui/memahami al Qur’an secara mendalam?
J : Ya sebenarnya kalau kita sudah dapat mendalami al Qur’an dalam, itu
menyenangkan dan melezatkan. Artinya kalau kita dapat memahami dan
mengetahui al Qur’an secara dalam ketika membaca al Qur’an seperti ada cerita
berikutnya. Jadi siapa yang ingin berbicara dengan Allah hendaklah membaca al
Qur’an. Jadi kalau sudah nampak dalam tapi menurut mereka masing-masing itu
sudah ada kelezatan, jangankan sudah mendalami Qur’an, orang yang bisa
menterjemahkan saja walaupun belum mengetahui asbabun nuzul sudah ada daya
tarik dalam memahami al Qur’an ini. Paling nanti dia terhenti atau mentok pada
kalimat-kalimat yang nanti dia gak bisa paham, ada yang dalam al Qur’an hanya
dengan asbabun nuzul baru dia paham. Dalam contoh ayat :
nah itu jauh dari terjemahnya dan tidak diutus kepada suatu negeri seseorang
nabi… dan kalau illa itu langsung diterjemahkan itu dah salah, kecuali disiksa
mereka, apa sebab. Kan tidak ada sebab mereka. Nah ini butuh penjelasan! Jadi
sebelum illa itu diterjemahkan ada pemahaman kenapa mereka disiksa karena
setelah nabi diutus mereka itu mengingkari Allah, mengingkari nabi, menghina
nabi. Nah itu baru Allah baru datangkan adzab. Bukan Allah ngutus nabi
kemudian langsung mengadzab mereka karena dah ada nabi bukan! Kalau mereka
mengingkari nabi. Jadi kata-kata illa ini kan tidak ada kata setelahnya tapi itu
harus dijelaskan apa maksud dalam al Qur’an. Termasuk menggunakan Nahwu
shorof, jadi kata-kata istisna seperti illa tadi itu ada penjelasan sebelum. Tidak
memaksa diri lah dalam memahami, tapi harus membaca.
Yang diwawancarai
Drs. H. Abdul Mufakhir Muhammad, MA Pengajar Pengajian Tafsir Masjid Baiturrahmah
Pewawancara
Nur Hidayat Penulis/peneliti
BERITA WAWANCARA DENGAN JAMAAH PENGAJIAN TAFSIR MASJID
BAITURRAHMAH
1. Bagaimana menurut bapak mengenai cara penyampaian ustadz Mufakhir?
J: Penyampaian ustadz mufakhir dalam hal tafsir al Qur’an saya kira cukup mudah
dimengerti. Secara umum saya dapat memahami karena dalam menerangkan
suatu ayat beliau cukup gamblang.
2. Apakah bapak pernah mengalami kesulitan dalam memahami
penyampaiannya ustadz Mufakhir ?
J: Kesulitannya itu tadi pada tata bahasa al Qur’an, karena jelas bigroun saya bukan
dari agama, tapi secara keseluruhan cukup bagus mengenai penjelasan ustadz
Mufakhir.
3. Mengenai penjelasan ustadz Mufakhir apakah sudah cocok menurut bapak?
J: Menurut saya sudah cukup cocok, karena beliau selalu menceritakan mengenai
sejarahnya, kemudian mengenai aplikasi kehidupan sehari-hari. Jadi
penafsirannya cukup baik Karena sudah cukup memenuhi syarat bagi orang
seperti saya mengenai suatu ayat yang ada hubungannya dengan sejarah maupun
arti dari ayat itu sendiri dan bahasanya yang mudah untuk dipahami.
4. Apa tujuan bapak mengikuti pengajian tafsir ini?
J: Yang jelas tujuan saya mengikuti pengajian ini untuk menuntut ilmu sesuai yang
diajarkan oleh ustadz mufakhir itu sendiri. Bahwa dengan menuntut ilmu kita
akan mudah dalam kehidupan ini. Dan yang keduanya dengan mengikuti
pengajian tafsir ini saya sedikitnya dapat mengetahui tentang apa arti sebenarnya
kehidupan ini, mungkin juga arti dari suatu ayat untuk kehidupan sehari-hari.
5. Menurut bapak, apa ada peningkatan pengetahuan agama setelah bapak
mengikuti pengajian ini?
J: Jelas ada tapi kalau disbanding dengan sekolah agama secara khusus sangat
sedikit sekali. Karena mungkin saya hanya mendengar satu minggu satu kali dan
waktunya juga terbatas sangat sedikit sekali, tapi cukup membantu sekali.
6. apa manfaat memahami tafsir Al Qur’an ?
J: kalau menurut saya dengan memahami tafsir otomatis saya dapat mengintrospeksi
diri saya sendiri mengenai perbuatan saya, apakah sudah sesuai apa yang
dikatakan dalam l Qur’an, sesuai yang dikatakan oleh pak mufakhir tadi. Jadi saya
mugkin mengenai sekarang tentang sholat berjamaah. Sholat jamaah kan kata pak
ustadz pahalanya 27 kali dengan sholat sendiri, ya kalau saya hitung dengan
sholat sendiri berarti saya harus sholat wajib 27 kali sesuai dengan sholat jamaah
Cuma dengan satu kali. Jadi saya kira cukup membantu bagi saya yang memang
pengetahuan agamanya kurang.
Yang diwawancarai
Bapak Sugeng Jamaah Pengajian Tafsir Masjid Baiturrahmah
Pewawancara
Nur Hidayat Penulis/peneliti
BERITA WAWANCARA DENGAN JAMAAH PENGAJIAN TAFSIR MASJID
BAITURRAHMAH
1. Bagaimana menurut bapak mengenai cara penyampaian ustadz Mufakhir?
J : Menurut saya cara penyampaiannya sudah cukup bagus, terutama untuk
diterapkan masyarakat sini.
2. Apakah bapak pernah mengalami kesulitan dalam memahami
penyampaiannya ustadz Mufakhir ?
J : Ya kadang-kadang ada, yaitu ketika beliau menjelaskan mengenai suatu ayat yang
dibawa terlalu jauh kesana kemari. Nah itu kadang membuat kita kehilangan jejak
dari penjelasan ayat yang disampaikan.
3. Mengenai penjelasan ustadz Mufakhir apakah sudah cocok menurut bapak?
J : Ya seperti yang saya katakana tadi, memang keseluruhan bagus. Cuma kadang-
kadang ada kita yang ketinggalan, tapi jarang.
4. Apa tujuan bapak mengikuti pengajian tafsir ini?
J : Untuk menambah pengetahuan khususnya dibidang agama. Karena pengetahuan
agama itu harus digali terus untuk meningkatkan iman dan taqwa kita kepada
Allah dan memperbaiki kehidupan kita sehari-hari.
5. Menurut bapak, apa ada peningkatan pengetahuan agama setelah bapak
mengikuti pengajian ini?
J : Jauh dibanding pengetahuan agama saya sebelumnya, karena pengajian tafsir ini
sangat membantu sekali meningkatkan pengetahuan agama.
6. apa manfaat memahami tafsir Al Qur’an ?
J : Mencari ilmu agama dalam bidang agama, yang intinya menambah pengetahuan
agama dan bagaimana pengaplikasiannya untuk kehidupan sehari hari.
Yang diwawancarai
Bapak Sulhan Harahap Jamaah Pengajian Tafsir Masjid Baiturrahmah
Pewawancara
Nur Hidayat Penulis/peneliti
BERITA WAWANCARA DENGAN JAMAAH PENGAJIAN TAFSIR MASJID
BAITURRAHMAH
1. Bagaimana menurut bapak mengenai cara penyampaian ustadz Mufakhir?
J: Cara penyampaiannya ya bagus, terus penyampaiannya itu enak didengar jadi
cepat menangkap gitu, meskipun tidak semuanya. Apa yang dia utarakan kita
mengerti dan cepat memahami. Karena bahasanya lebih santun, jadi kita
mendegarkan ustadz Mufakhir lebih seneng. Makanya kalau saya tidak ada
halangan Insya Allah saya akan selalu hadir untuk belajar disitu.
2. Apakah bapak pernah mengalami kesulitan dalam memahami
penyampaiannya ustadz Mufakhir ?
J: Beberapa itu saya tidak pernah mengalami kesulitan. Tapi ada pengalaman saya
yang membikin semangat saya lagi, bapak Mufakhir cerita tentang sholat qodlo,
apabila kita mempunyai hutang sholat yang terdahulu kita bayar dengan qodlo.
Nah sedangkan yang kita mempunyai qodlo, yang kedengaran saya dulu itu,
sebelum mendengar bapak Mufakhir ditafsir al Qur’an itu. Jadi ada kebingungan
saya waktu itu, karena ya bapak tahu sendirilah pengetahuan saya masih
rendah agama. Kedengaran saya pada waktu itu yang mempunyai qodlo
diharamkan untuk sholat sunnat. Nah disitu ada keraguan saya, ya memang pada
waktu itu saya banyak meninggalkan sholat tapi apa saya salah sholat sunnat itu.
Nah akhirnya ada pemecahannya kata ustadz Mufakhir waktu mengajar tafsir,
jangan salah kita kan menurut al Qur’an ya mungkin berbeda pendapat ada. Cuma
intinya bagi yang lebih mudah untuk saya, dari pada kita memikirkan saya punya
hutang sholat, sedangkan harus kita bayar misalnya sekian tahun berapa yang
harus kita bayar qodlo. Sedangkan kata ustadz mufakhir dengan sholat sunnat itu
untuk meringankan sholat, atau memungkinkan untuk menutup sholat yang kita
tinggalkan. Nah saya punya beban rasanya terbuka dengan keterangan itu. Itu
karena menurut kadar kemampuan kita masalahnya, nah saya senang dengar
penjelasan itu karena yang selama ini beban yang terpendam dalam hati saya jadi
lega. Awalnya saya berfikir berarti saya sholat sunnat, sholat tahajjud itu sia-sia
karena haram hukumnya. Tapi Allah lebih tahu kemampuan saya. Setelah
mendengarkan penjelasan ustadz Mufakhir semuanya jadi lega.
3. Mengenai penjelasan ustadz Mufakhir apakah sudah cocok menurut bapak?
J: Ya kalau untuk….. mengenai penjelasan ya? Kalau mengenai penjelasan sangat
akurat walaupun saya bukan bidang tafsir, tapi untuk masuk diakal kita dengan
kemampuan iman kita. Ya iman sebatas kaya saya ini ya Alhamdulillah kaya
bapak Abdul Mufakhir itu menerangkan tentang agamanya itu lebih jelas dan
lebih rinci. Walaupun kadang-kadang kita ngaji kesana kemari kan mencari ilmu
namanya, dari mana yang lebih mudah untuk saya tapi tidak memberatkan hati
saya untuk menambah iman dan taqwa kita kepada Allah gitu. Lebih jelas lah
istilahnya.
4. Apa tujuan bapak mengikuti pengajian tafsir ini?
J: Ya tujuan saya satu, setelah saya membaca al Qur’an meskipun saya tidak tahu
bacaan saya benar atau salah tapi saya jadi tahu apa kandungan dari al Qur’an itu
sendiri. Makanya saya butuh pemandu untuk belajar, pas dimasjid Baiturrahmah
ada pengajian tafsir dengan penyampaian yang sangat bagus yang sangat halus
sedangkan saya merasa terbangkit dan belajar hal itu. Sedangkan tujuan saya
belajar aalah ingin tahu apa isi kandungan dalam al Qur’an itu sebenarnya. Jadi
sedikit demi sedikit belajar untuk memacu mengerti al Qur’an dan untuk
menambah iman dan taqwa kita kepada Allah.
5. Menurut bapak, apa ada peningkatan pengetahuan agama setelah bapak
mengikuti pengajian ini?
J: Ya saya Alhamdulillah bisa mengikuti pengajian tafsir ini karna banyak paparan
dan penjabaran yang sangat jelas buat saya. Bagi saya yang ilmunya dangkal
dengan adanya menghikuti pengajian tafsir yang banyak menjelaskan tentang
jamaah, tentang sholat jangan ditunda-tunda dan lain sebgainya, saya menjadi
termotivasi dengan adanya pengajian ini. Dulu saya jarang sholat berjamaah tapi
setelah mengikuti pengajian tafsir ini dan pengajian-pengajian yang lain, saya jadi
lebih giat mengikuti jamaah.
6. apa manfaat memahami tafsir Al Qur’an ?
J: Ya manfaatnya terutama masalah tafsir, yang tidak tahu menjadi tahu, yang
tadinya tidak mengerti jadi mengerti. Yang tadinya kita tahu apa yang kita baca,
tapi setelah belajar tafsir kita jadi tahu apa kewajiban seorang muslim dan
tentang ibadah yang lainnya. Meskipun kita tidak tahu secara detailnya tapi
setidaknya ayat demi ayat, surat demi surat sedikit banyaknya kita jadi tahu.
Yang diwawancarai
Bapak Sarkum Jamaah Pengajian Tafsir Masjid Baiturrahmah
Pewawancara
Nur Hidayat Penulis/peneliti
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, menerangkan bahwa benar :
Nama : Nur Hidayat
Alamat : Jl. Legoso raya no 30 B. Pisangan Ciputat Tangerang
Mahasiswa : Jurusan komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
NIM : 106051001858
Telah melakukan penelitian (observasi/riset/interview dsb.) di Pengajian
Tafsir al- Qur’an masjid Baiturrahmah Legoso, dengan tujuan melengkapi data
skripsi yang berjudul Metode dakwah Ustadz Mufakhir Dalam Meningkatkan
Pemahaman Agama Terhadap Jamaah Masjid Baiturrahmah Legoso.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Ciputat, 12 Juli 2010
Mengetahui Ketua Ta’mir Masjid Baiturrahmah
DR. H. Alimuddin Al Muntala, M.A