Merger, Akuisisi, Konsolidasi dan Pemisahan Perusahaan
Oleh : Edwin Lantang Parubak
Merger, Akuisisi, Konsolidasi dan Pemisahan Perusahaan digunakan dalam
para pelaku bisnis untuk melakukan restrukturasi perusahaan, ekspansi perusahaan
atau memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Perusahaan-perusahaan
yang sedang bermasalah (terus-menerus merugi) juga dapat diupayakan terhindar dari
kebangkrutan dengan cara Merger, Akuisisi, Konsolidasi dan Pemisahaan
Perusahaan.
Merger
Merger adalah salah satu strategi ekspansi perusahaan atau restrukturisasi
perusahaan dengan cara menggabungkan dua perusahaan atau lebih. Dalam merger
hanya ada satu perusahaan yang dibiarkan hidup, sementara perusahaan lainnya
dibubarkan tanpa likuidasi.
Merger terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Merger Horizontal adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis
(usahanya sama), misalnya merger antara dua perusahaan roti, perusahaan
sepatu.
b. Merger Vertikal adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan
yang saling berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan.
Contohnya: perusahaan pemintalan benang merger dengan perusahaan kain,
perusahaan ban merger dengan perusahaan mobil.
c. Merger Konglomerat adalah merger antara berbagai perusahaan yang
menghasilkan berbagai produk yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya,
misalnya perusahaan sepatu merger dengan perusahaan elektronik atau
Page 1
perusahaan mobil merger dengan perusahaan makanan. Tujuan utama
konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan Badan Usaha dengan cepat
dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah dengan saling bertukar
saham antara kedua perusahaan yang disatukan.
Tujuan Merger antara lain:
a. Diversifikasi untuk pertumbuhan.
b. Diversifikasi menurut pasar atau pelanggan untuk mengimbangi faktor-faktor
musiman, untuk menetralisir pasar produk yang menurun, dan sebagainya.
c. Perluasan,penyempurnaan,atau komplementasi lini produk.
d. Mendapatkan kemampuan riset dan pengembangan yang diperlukan.
e. Penciptaan atau perolehan lini produk baru.
f. Integrasi, sehingga mendapatkan penawaran yang cukup dari bahan-baku atau
suku cadang yang kritis.
g. Perluasan pasar, termasuk pasar di luar negeri yang belum dijamah.
h. Memperbaiki manajemen.
i. Memperoleh fasilitas-fasilitas pengolahan atau riset yang baru.
Syarat Merger:
Hazel J.Johnson (1995) menyatakan, prasyarat yang harus dianalisis terlebih
dahulu dari kedua Bank yang akan melakukan merger adalah:
1. Kondisi keuangan masing-masing Bank, merger sesama bank sehat atau
karena collapse.
2. Kecukupan modal
Page 2
3. Manajemen, baik sebelum atau sesudah merger
4. Apakah merger dapat memberi manfaat bagi pengguna jasa Bank tersebut.
Kelebihan dan Kekurangan Merger:
Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding
pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001, p.641)
Kekurangan Merger
Merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para
pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan
persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001,
p.642).
Alasan mengapa perusahaan melakukan Merger
Pada umumnya tujuan dilakukannya merger adalah mendapatkan sinergi atau
nilai tambah. Keputusan untuk merger harus menjadikan dua tambah dua sama
dengan lima. Nilai tambah yang dimaksud adalah lebih bersifat jangka panjang
dibanding nilai tambah yang bersifat sementara saja. Oleh karena itu, ada tidaknya
sinergi suatu merger tidak bisa dilihat sesaat setelah merger itu terjadi, tetapi
diperlukan waktu yang cukup panjang. Sinergi yang terjadi sebagai akibat dari
penggabungan usaha bisa berupa turun naiknya skala ekonomis, maupun sinergi
keuangan yang berupa kenaikan modal.
Adapun beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan melalui merger, yaitu:
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar
saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi.
Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika
Page 3
melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat
mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi
(economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya
overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah
pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika
perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena
fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi
internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal.
Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki
likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan
dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya
dana dengan biaya rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak
adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan
yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar
untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan
perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan
atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki
kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang
menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini
perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah
pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang
Page 4
diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari
pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimalisasi kesejahteraan pemilik.
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang
lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas
dan saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil.
g. Melindungi diri dari pengambilalihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan
yang tidak bersahabat. Usaha suatu perusahaan dalam mengambil alih
perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang. Oleh
karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk
ditanggung oleh perusahaan yang berminat (Gitman, 2003, p.714-716).
Konsolidasi
Konsolidasi adalah situasi di mana perusahaan yang terpisah menjadi satu.
Kadang-kadang digambarkan sebagai merger, meskipun secara teknis ini adalah dua
situasi yang berbeda. Dalam merger, baru bisnis terbentuk ketika satu perusahaan
menyerap yang lain, dalam konsolidasi, perusahaan bergabung pada istilah yang
relatif sama untuk membentuk satu perusahaan baru. Namun, kedua istilah ini sering
digunakan secara bergantian. Konsolidasi dapat juga dikatakan menyatukan seluruh
sumber daya, peluang dan kekuatan untuk memenangkan persaingan jangka panjang,
Memenangkan persaingan berarti menjadi yang terbaik dalam melayani kebutuhan
konsumen/klien saat ini dan dimasa datang.
Konsolidasi dilakukan dengan mengevaluasi kondisi usaha saat ini, diteruskan
dengan pengembangan strategi usaha jangka panjang, strategi tersebut dibuat lebih
terperinci dalam bentuk perencanaan dengan sasaran bergerak ke jangka menengah
dan panjang yang meliputi pengembangan sistem manajemen agar perencanaan dan
implementasi bisa sejalan, memberikan perioritas pada pengembangan yang
Page 5
dilakukan secara terus menerus, pengembangan pasar dilakukan sistimatis dan
efisiensi menjadi acuan prestasi.
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU RI Nomor 40 Tahun 2007, peleburan
(konsolidasi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan terbatas
atau lebih, untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan tebatas yang
baru yang karena hukum memperoleh akitva dan pasiva dari perseroan terbatas yang
meleburkan diri dan status badan hukum perseroan tebatas yang meleburkan diri
berakhir karena hukum. Sementara Pasal 1 angka PP Nomor 27 Tahun 1998,
peleburan (konsolidasi), adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan
terbatas atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan
terbatas baru dan masing-masing perseroan terbatas yang meleburkan diri menjadi
bubar.
Tujuan Konsolidasi antara lain:
Secara alamiah usaha yang dimulai dengan skala kecil perorangan mengalami
fase-fase perkembangan mulai dari start up, bertahan hidup dan tumbuh. Pada saat
perusahaan mencapai periode tumbuh maka perlu dilakukan konsolidasi dengan
serius, jika konsolidasi dilakukan setengah hati maka perusahaan akan mengalami
stagnasi atau malah mundur.
Fase perkembangan usaha ditandai mulai tahap perusahaan yang baru mulai
usaha dimana perusahaan masih rugi, selanjutnya akan beranjak memasuki periode
bertahap hidup. Periode ini adalah lanjutan masa belajar bagi perusahaan, kekurangan
pengalaman dan jaringan bisnis yang belum tumbuh membuat manajemen sering
membuat kesalahan, Periode ini ditandai oleh penjualan belum stabil, naik turun
dengan cepat, pasar belum kuat, sales kecil, belum terarah jelas, motivasi mulai labil,
sering kali kurang kreatif dan inovatif (produk/pasar), biasanya pengusaha cenderung
tertutup, strategi pemasaran lemah atau bahkan tidak ada dan belum ada manajemen
usaha (tidak merasa perlu) serta sumber modal yang terbatas mulai menipis. Setelah
perusahaan cukup mengenal lingkungan bisnisnya, jaringan mulai terbentuk,
Page 6
kesalahan operasional mulai berkurang maka perusahaan akan memasuki periode
pertumbuhan, dengan ciri-ciri penjualan meningkat tajam dengan cepat, sering
menolak permintaan, pasar tidak mampu dipenuhi seluruhnya, kapasitas tidak
memadai, umumnya “over confidence” (investasi tidak tepat), hanya sedikit yang
peningkatan penjualannya disebabkan strategi pemasaran yang baik, manajemen
produksi tidak mendukung (produk gagal/reject meningkat), manajemen usaha belum
teratur, modal kerja tidak pernah cukup, muncul pesaing baru (biasanya harga lebih
rendah).
Sampai pada satu titik tertentu perusahaan harus melakukan konsolidasi
karena kondisi usahanya mulai mengalami kesulitan mempertahankan pertumbuhan
penjualan, tingkat pertumbuhan pasar mulai lambat, persaingan yang makin ketat
harga, kualitas, pesaing terus bertambah, marjin laba statis. Kondisi ini akan dialami
jika strategi pengembangan usaha tidak ada, sasaran masih jangka pendek, umumnya
hanya administrasi keuangan yang baik, pengembangan pasar dan produk dilakukan
sporadis tidak sistimatis, penjualan tidak naik cenderung statis, produksi dibawah
kapasitas bahkan akan cenderung surut jika konsolidasi tidak dilakukan sama sekali,
penjualan menurun drastis, tidak mampu lagi bersaing dipasar, likuiditas makin sulit,
kapasitas produksi akan terus menurun. Kondisi ini sering terjadi pada usaha kecil
yang beranjak menjadi perusahaan menengah.
Permasalahan yang harus dipecahkan pada tahap awal konsolidasi adalah
tujuan dan sasaran bisnis yang ingin anda capai dimasa datang atau posisi seperti apa
bisnis anda lima atau sepuluh tahun mendatang.
Permasalahan dalam menetapkan sasaran bisnis adalah :
1. Menarik garis antara sasaran yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi
usaha dan lingkungan usaha saat ini, garis tersebut adalah sasaran antara atau
tahap-tahap pengerjaannya.
2. Memperkirakan kondisi lingkungan atau peluang dan tantangan dimasa datang
sehingga sasaran yang ingin anda capai lebih realistis.
Page 7
Alasan mengapa perusahaan melakukan Konsolidasi
Untuk memutuskan bergabung dengan perusahaan lain bukanlah perkara yang
mudah. Keputusan bergabung diambil karena suatu alasan yang sangat kuat. Jadi
sebelum melakukan penggabungan badan usahanya, setiap perusahaan tentu
mempunyai maksud ter¬tentu yang ingin dicapainva. Demikian pula jenis
penggabungan yang akan dipilih juga dilakukan dengan berbagai macam
pertimbangan. Terdapat beberapa alasan suatu bank atau suatu perusahaan untuk
melakukan penggabungan secara Konsolidasi.
Alasan yang biasa dipakai yaitu antara lain :
1. Masalah Kesehatan
Apabila bank sudah dinyatakan tidak sehat oleh Bank Indonesia setelah melalui
beberapa perbaikan sebelumnya, maka sebaik¬nya bank tersebut melakukan
penggabungan. Pilihan pengga¬bungan tentunya dengan bank yang sehat. Jika
bank yang diga¬bungkan sama-sama dalam kondisi tidak sehat maka sebaiknya
pilihan penggabungan adalah konsolidasi atau dapat pula diakui¬sisi oleh bank
lain yang sehat.
2. Masalah Permodalan
Apabila modal suatu bank dirasakan kecil sehingga sulit untuk melakukan
perluasan usaha, maka bank dapat bergabung dengan satu atau beberapa bank
sehingga modal dimiliki menjadi be¬sar. Sebagai contoh Bank Maras hanva
memiliki modal 5 milyar dengan 12 buah cabang bergabung dengan Bank
Mangkol yang memiliki modal 10 milyar clan memiliki 20 cabang. Gabungan
kedua bank tersebut sekarang memiliki modal 15 milyar dan 32 cabang. Dengan
adanya penggabungan atau usaha peleburan otomatis lebih mudah untuk
mengembangkan usahanya. Yang jelas setelah melakukan penggabungan modal
dan cabang dari beberapa bank yang ikut bergabung akan bertambah besar.
3. Masalah Manajemen
Page 8
Manajemen bank yang sembrawut atau kurang profesional se¬hingga,
perusahaan terus merugi dan sulit untuk berkembang. Jenis bank inipun
sebaiknya melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha dengan bank
yang lebih profesional yang terkenal dengan kualitas manajemennya.
4. Teknologi dan Administrasi.
Bank yang menggunakan teknologi yang masih tradisional sa¬ngat menjadi
masalah. Dalam perkembangan yang sedemikian cepat diperlukan teknologi yang
canggih. Untuk memperoleh teknologi yang canggih diperlukan modal yang
tidak sedikit. Ja¬Ian keluar yang dipilih adalah melakukan penggabungan dengan
bank yang sudah memiliki teknologi yang canggih. Demikian pula bagi bank
yang kurang teratur dan masih tradisional dalam hal administrasinya, sebaiknya
bank melakukan penggabungan atau peleburan sehingga diharapkan
administrasinya menjadi lebih baik.
5. Ingin Menguasai Pasar.
Tujuan ingin menguasai pasar tidak diumumkan secara jelas kepada pihak luar
dan biasanya hanya diketahui oleh mereka yang hendak ikut bergabung. Dengan
adanya penggabungan dari beberapa bank, maka jumlah cabang dan jumlah
nasabah yang dimiliki bertambah. Tujuan ini juga dilakukan untuk
meng¬hilangkan atau melawan pesaing yang ada.
Akuisisi
Akuisisi perusahaan secara sederhana dapat diartikan sebagai
pengambilalihan perusahaan dengan cara membeli saham mayoritas perusahaan
sehingga menjadi pemegang saham pengendali. Dalam peristiwa akuisisi, baik
perusahaan yang mengambil alih (pengakuisisi) maupun perusahaan yang diambil
alih (diakuisisi) tetap hidup sebagai badan hukum yang terpisah.
Pengambilalihan perusahaan (akuisisi), sesuai Pasal 1 angka 11 UURI Nomor
40 Tahun 2007 tentang Persoroan Terbatas, adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham perseroan
Page 9
yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut. Sementara itu,
pengambilalihan (akuisisi), sesuai pasal 1 angka 3 PP Nomor 27 Tahun 1998, adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk
mengambilalih perusahaan baik seluruh ataupun sebagian besar saham perseroan
yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.
Pengambilalihan (akuisisi), sesuai pasal 1 angka 3 PP Nomor 57 Tahun 2010,
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk mengambilalih
saham badan usaha yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas badan usaha
tersebut. Pelaku usaha, sesuai dengan pasal 1 angka 8 PP Nomor 57 Tahun 2010,
adalah setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam
bidang ekonomi.
Contoh : pengambilalihan saham mayoritas pabrik rokok asal Indonesia (PT HM
Sampoerna) oleh perusahaan rokok asal Amerika (Philip Morris Ltd). Akibat akuisisi
tersebut, kendali perusahaan PT HM Sampoerna tidak lagi berada di tangan keluarga
besar Sampoerna tetapi sudah beralih tangan Philip Morris Ltd.
Layaknya peraturan hukum yang lain, maka dalam peraturan mengenai
akuisisi terdapat pula beberapa larangan terkait dengan akuisisi. Karena tidak
mungkin aksi korporasi tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu,
dan sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk melindungi kepentingan semua
pihak. Dalam UU. No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terdapat larangan
dalam akuisisi yang menyebutkan bahwa perbuatan hukum penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan wajib memperhatikan kepentingan pihak-pihak
sebagai berikut :
a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan;
b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan
c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Page 10
Berdasarkan objek yang diambil alih, akuisis dapat dibedakan menjadi empat
1. Akuisisi terhadap perusahaan
2. Akuisis aset atau aktiva perusahaan
3. Akuisisi kombinasi (saham dan aset)
4. Akuisisi secara bertahap
Tujuan Akuisisi antara lain:
1. Membeli product lines untuk melengkapi product lines dari perusahaan yang
akan mengambil alih.
2. Untuk memperoleh akses pada teknologi baru atau lebih baik pada perusahaan
yang menjadi objek pengambilalihan.
3. Memperoleh pasar atau pelanggan baru.
4. Memperoleh hak pemasaran atau hak produksi yang belum dimiliki.
5. Memperoleh kepastian atas pemasokan bahan baku yang kualitasnya baik
yang dipasok perusahaan objek akuisisi.
6. Melakukan investasi atas keuangan perusahaan yang berlebih dan tidak
terpakai.
7. Mengurangi atau menghambat persaingan.
8. Mempertahankan kontinuitas bisnis.
Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi:
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut:
a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara
pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran
Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada
pihak Bidding firm.
Page 11
b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung
dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender
offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan,
akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak
bersahabat (hostile takeover).
d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak
ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui
akuisisi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643-644).
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran
dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara
setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi
merger.
c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum
dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.
Alasan mengapa perusahaan melakukan Akuisisi
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan
pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong
oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi akuisisi semakin banyak dilakukan dan
isu mengenai hal tersebut memang sudah hangat dibicarakan baik oleh para pengamat
ekonomi, ilmuwan, maupun praktisi bisnis sejak tahun 1990 (Payamta dan Setiawan,
2004).
Page 12
Bostman (1997:3) dalam Dewi (2004) mengungkapkan beberapa alasan mengapa
penggabungan usaha dapat menghasilkan nilai:
1. Hilangnya biaya tetap yang merupakan duplikasi.
2. Kondisi kesinambungan dalam proses produksi.
3. Manajemen aktiva lebih efisien.
4. Nilai dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan keringanan pajak yang belum
digunakan.
Suta (2000) juga mengemukakan alasan-alasan perusahaan melakukan akuisisi yakni:
1. Keuntungan dari segi operasi (operating advantage), melalui kemungkinan
pencapaian skala ekonomis.
2. Keuntungan dari segi finansial (financial advantage), yang didapat melalui
manfaat di pasar uang ataupun pasar modal.
3. Kemungkinan untuk meningkatkan pertumbuhan usaha, yakni dengan
mengakselerasi tingkat pertumbuhan dibandingkan dengan melalui ekspansi
internal.
4. Diversifikasi atas usaha perusahaan, sehingga dengan demikian dapat menjaga
agar perolehan tingkat keuntungan tidak mengalami fluktuasi.
Gurendrawati dan Sudibyo (1999) menjelaskan, bergabungnya perusahaan lebih
dimungkinkan akan saling menunjang kegiatan usaha, sehingga keuntungan yang
diperoleh jauh lebih besar dibandingkan jika melakukan sendiri-sendiri.
Ada lima alasan dilakukannya akuisisi, yaitu:
1. Keinginan untuk mengurangi kompetisi antar perusahaan atau ingin
memonopoli salah satu bidang usaha.
2. Untuk memanfaatkan kekuatan pasar yang belum sepenuhnya terbentuk.
3. Untuk mencapai skala ekonomi tertentu sehingga dapat menjadi lower cost
producer.
4. Untuk memperoleh sumber baku yang lebih murah.
Page 13
5. Untuk mendapatkan akses pasar/dana yang relatif murah karena kapasitas
hutang yang semakin besar serta kemampuan baik dalam hal teknologi.
Pemisahaan Perusahaan (Corporate Split)
Pemisahaan perusahaan sesuai pasal 1 angka 12 UU 40/2007 tentang perseroan
terbatas diartikan sebagai pembuat hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk
memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseoan terbatas
beralih karena hukum karena dua perseroan atau lebih, atau sebagian aktiva dan
pasiva perseroan beralih karena hukum kepada satu perseroan atau lebih.
Pemisahaan perusahaan dapat dibedakan menjadi 2 bagian yakni
Pemisahan murni (Split Off)
Pemisahan murni adalah pemisahaan perusahaan yang mengaibatkan seluruh
aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada dua perseroan atau
lebih dan perseroan yang melakukan pemisahaan usaha tersebut selanjutnya
berakhir karena hukum.
Pemisahaan tidak Murni (Spin off)
Pemisahan tidak murni adalah pemisahan perusahaan yang mengakibatkan
sebagian kativa dan pasiva pereroan beralih karena hukum kepada satu perseroan
lain atau lebih yang menerima peralihan dan perseroan yang melakukan
pemisahan tersebut tetap ada.
Page 14