Download - MENTERI KEHAKIMAN
1.
MENTERI KEHAKIMAN
REPUSLIK .INt>ONESIA
KBTERANGAN PBMERINTAH·
DIHADAPAN SIDANG PARIPURNA
MHNGBNAI
RANCANGAN UNDA.NG-UNDANG TENTANG PBRUBAHAN I
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TABON 1982
TBNTANG BAK CIPTA
Assalamu' alaikum w. w.
Saudara Plmpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat,
:·.· 'f .
'l'e:rlebih dahulu, izinkanlah kami menga.Jak para hadirin untuk
memanjatkan puji syukur -kita kepada Allah Swt, yang karena rakhmat dan ·
k~a-Nya, telah memungkinkan .kita semua be:rtemu · dalam sidang y~g ·:.nuu. ini. . . t '
Selain itu. Saudara Pimpinan yang terhormat. perkenankanlah puJ.a.
kami, atas nama Pem~rintah, mengucapkan terim~ kas~ atas .. kese~paifl:n
yang dli>erikan kepada Pemerintah untuk me11:yampmk.an keterangan ·menge ..
nai Rancangan Undang-uridang · tentang Perubahan Und~g-undang Nomor G
Tahun 1982 tentang Hak Cipta, .Yang telah disampaikan oleh · Bapak Presi- ~
den kepada Dewan Perwaldl~ Rakyat dengan aurat belia.u N:~or R-03/PU/ 111/1987 tanggal 25 ~aret 198?.
Sidan.g Dewan yang terhormat.
Telah llma tahun lebih. sejak Undang-~dang ~omor 6 Tabun 1982
tentang Bak Cipta disahkan pada tanggal 12 . April 1982. bangsa Indonesia
memilild perang~t Undang-undang yang mengatur perlin.dungan hukum ,
bagi karya cipta mereka di. bidang ilmu penget&huen, seni, dan sastra.
Sela.ma waktu. itu pula, cukup banyak pengalaman yang telah memperkaya khasanah pandangan dan kebidupan kita di bidanft-bldang tersebut. B~rba~ gal hal 'ttmbul dan / menyadarkan kita mengenai. kekurangan atau kelemahan yang harus segera ldta perbm1d demi kepentingan dan masti depan kita/
. . I
/. I
. aendiri •••
" !
2
sendiri. Sejauh ini, Pemerintah memandang pengalaman terse but sebagai
pelajaran yang benar-benar bermanfa.at.
Betapapun memang harus diakui, bahwa konsepsi tentang Hak Cipta seba
gai hak perorangan yang bersifat eksklusif dan tidak berwujud, dan
pengaturannya dalam kerangka sistim hukum , memang kita pelajari dari
sistim hukum asing.
De.lam hubungan ini, 1dranya Dewan yang terhormat juga sependapat de
ngan Pemerintah bahwa masalah penghormatan terhadap pribadi ataupun
hak yang melekat padanya pada dasarnya juga merupakan sikap budaya
yang dimiliki bangsa Indonesi'it. Tetapi bahwa kemudian hak terse but
terjabar secara lugas dalam tatanan hukum positif terutama di bidang
kehidupan· ekonomi J memang merupakan konsep yang relatif baru bagi
bangsa Indonesia.
Sidang yang terhormat,
Mungkin masih segar pula dalam ingatan kita. betapa besarnya
keyakinan kita semua sewaktu menyusun Rancangan Undang-undang ten
tang Hak Cipta yang kemudian disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
yang terhormat, tentang perlunya ditumbuhkan sikap hidup untuk meng
hormati dan menghargai sesuatu karya cipta di bidang ilmu pengetahuan,
seni, dan sastra. Ini semua memang bukan tanpa pertimbangan, dan bukan
pula tan pa dasar apapun. Penghorrnatan dan penghargaan terhadap sesuatu
karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, da.n sastra ~, bukan saja
menyangkut pengakuan hak seseorang atas karya ciptanya. Ia tidak pula
sekedar peng·akuan terhadap hak Pemilik atau Pemegang Hak Cipta untuk
menikmati manfaat ekonomi dalam arti tertentu atas haknya.
- Lebih dari itu semua, Iangkah pembaharuan hukum yang kita
Iakukan dengan pembuatan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982, dengan
sadar memang kita arahkan terutama pada upaya penciptaan iklim yang
mampu merangsang gairah bangsa Indonesia untuk menciptakan karya-karya
di bidang-bidang tersebut. Iklim inilah yang diupayakan melalui pengakuan
terhadap hak dan sekaligus pemberian sistem perlindungan hukum terha
dap hak tersebut.
Terciptanya iklim seperti itulah yang sebenarnya ingin diwujudkan,
dikembangkan, dan semakin dimantapkan. Dalam rangka pembangqnan
nasional, iklim seperti Hu sungguh diperlukan. Sebab; hanya dengan
begitu
- 3
begitu dapat diharapkan tumbuh dan berkembangnya gairah untuk berkar-'
ya dan mencipta di bidang ilmu pengetahuan, ~eni, dan sastra. Sudah
terlalu sering kita semua mendenga:r pendapat tentang pentingnya per~nan
ilmu pengetahuan dan teknologi bagi keh~dupan sesuatu bangsa dan masa
depannya.
Begitu pula di bidang sosial-budaya, telah menjadi cita-cita kita bersama
untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang kokoh -dengan kepribadiannya
sendiri ditengah-tengah kehid-upan bangsa-bangsa di dunia yang juga terus
berubah dan berkembang.
Dalam hubungan ini, diharapkan semakin tumbuh subur dan berkembangnya
seni dan sast:r.a Indonesia di bidang lagu dan musik, film, penulisan karya-I
karya sasfrll, seni tari, seni drama, seni lukis, seni pahat, dan lain-
lainnya.
Dengan latar belakang pemikiran itulah Undang-undang Nomor 6 Tahun
1982 kit a susun bersama.
Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat.
Sekarang, pertanyaan yang timbul adalah bagaimanakah pengalaman
kita selama ini dan masalah apa sajakah yang melatarbelakangi diajukannya
Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang Nomor 6
Tahun 1982 tersebut.
Sebagaimana Saudara Pimpinan dan para Anggota yang 'terhormat mengeta
hui, baik dari laporan ataupun. berbagai pemberitaan pers, sejak beberapa
tahun terakhir ini kian sering kits. dengar tenta:ng semakin besar dan
meluasnya pclanggaran terhadap Hak Cipta. Latar belakang dari itu semltia,
pada dasarnya memang berkisar pada keinginan untuk mencari keuntungan
finansial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para Pemegang Hak
Cipta. Dampak dari kegiatan pelanggaran terse but telah sedemikian besarnya
terhadap ta.tan.an kehidupan bangsa di bidang ekonomi dan hukum.
Di bidang sosial-budaya, ·dampak yang timbui d~i semakin meluasnya
pembajakan tersebut begitu beraneka ragam.. Bagi para pelanggar atau para
pembajak, keadaan yang berlarut-larut tanpa adanya tindakan, akan sema
kin menimbulkan sikap bahwa pembajakan sudah merupakan hal yang biasa
dan tidak Iagi merupakan tip.dakan melanggar Undang-undang.
Bagi pa~a Pencipta ! keadaan tersebut semakin menumbuhkan sikap apatis,
dan sangat inenurunkan gairah mencipta.
Bagi •••
(
4
Bagi masyarnknt sebagai konsumen. semakin pula tumbuh sikap yang tidak
lagi memandnnf~ perlu untuk mempertanyakan apakah sesuatil barang te:rse
but merupaktm hasil pelanggaran hukum atau tidak. Makin tumbuh sikap
acuh tak acuh mengenai ya.ng baik atau buruk, apa yang, sah dan tidak
sah, kendati Negara kita a.dalah Negara yang berdasarkan ,Hukum.
Orang mempertrmyakan, sudah sedemikian parahkah sikap budaya dan
sikap hidup b11ngsa kita yang tidak menghormati dan menghargai lagi
se'suatu knrya cipta di bldang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra?
Pengamatan tcrhadap keadaan tersebut. ternyata memiliki pula dampak ter
·hadap hubung1.rn internasional kita.
Dengnn memperhatiknn semakin mcluasnya masalah dan akibat yang
timbul, rnaka Bopak Presiden pada tanggal 30 J'uli 1986 telah membentuk
dan menugask:m sebuah Tim Kcrja untuk :
Pertama
Kedua
mempelajari · dan menyelesaikan_ berbagai permasalahan yang
herkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undang
. an di bidang Hak Cipta, dan dl hidang, Mer-ek Perniagaan
dan Merek Perusahaan;
: , mempercepat penyelesaian penyusunan Rancangan Undang
undang tentang Paten.
Tim· kerja yanf{ dipimpin Saudara Menteri Muda/Sc~retaris, Kabinet tersebut
beranggotakan bebcrapa pejab9t senior dari Departemen Kehakimant Dep~r
temen Perdagangon, Departemen Perindustrian, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, T>t:partemen Penerangan, BPPT,. dan I"embaga Ilmu Pengetahu
an Indonesia.
Sejak pembentukannya, prioritas penanganan diberikan kepada penyelesaian
berbagai pcrmasalahan di bi dang Hak Cipta.
Bcrbagai pertemuBn diadakan deng·an Kamar Dagang dan Industri Indonesia
dan Af!oSiasi-aso~iasi yang berkepentingan erat dengan /Hak Cipta. Tujuan
nya adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mertgenai keadaan
yang sebenar.ny 8, serta bahan, saran, ataupun masukan lainnya. yang per
lu.
Asosiasi-asosiasi tersebut adalah :
Di bidang musik . 1. Paguyuban Artis Pencipta Pemusik Rekaman
Indonesia (PAPPRD,
2 • A sosiasi .•.
Di hiclang Buku
Di bidani~ Filu1
I rn. hidang KcLputer Prog·rftm
5
2. Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRl),
3, Asosiasi Pcrekam Nasional Indonesia (APND.
l • Ikatan Penerbit Indonesia (IKA Pl) ,
2. Himpµnan Pengarang IndoD:esia (AK SARA l ..
1. Perhimpunan Perusahaan Film Indonesia (PPFI),
2. Gabungan Pengusaha Rekaman Video (GABSl
REVn
1. Asosiasi PerusahBan Nasional Informatika (AP
Nn, 2. Ikatan Pemokai Komputer Indonesia (IPKINl.
Di bidang· filn!, konsl;lltasi dan masukan-masukan diterimu pula dari Asosi
asi-asosiasi FihY? Mandarin dan . Eropa.-Amerika, serta Asosiasi Industri
Rekaman Vid(!n ( AGlREV I).
Begitu pulu di bidang komputer progrum, konsultasi mengenai dampak d~ri
kemungkinan pcmherian perlindungan hukum pada komputer program terha--. .
dap hartr.t• l~cmputcr program (khususnya untuk Personal Computer /PC) ,
telah pulo. dikonsultusikan lagi dengan Asosiasi Industri Komputer Indonesia
(AIKIL
Selain itu, pm·tcmuan konsultasi telnh pula dilakukan Tim tersebut dengan
para ahli di bi dang ini.. Kcsemuanya, kemudian dikaji ulang yang akhirnya
menghasilkan Hancangan .Undang-undvng ini.
Snudnra Pimpinan dan para Ariggota Dewan yang terhormat.
Uutu¥. nwlcngkapi gambaran tentang keadaan yang selama ini
terjadi~ · berikut ·ini kami sampaika.n beberapa kesimpulan yang diperolelf
dari pertennwn terutama dengan Asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan
Hak Ciptu tadi.
Pertama : Pf:Jm1ggarnn terhadap Hak Cipta te:rutama yang berupa pembajak
nn, oleh A F:u:iusi-asosiasi tersebut telah dinilai mencapai titik yang mem
bahayakuu trr:·ativitas mencipta.
Ke<l~a : t .. ncuman pidana dalam Undang-:undang Nomor 6 Tahun 1982 ten
tang flak Cipta dinilai terlalu. ringan dan penerapannya-pun juga dini~ai
terlalu lunak. Hal ini menjadikan Undang-undang terscbut tidak lagi ma.mpu
bcrperan sel wg-rii penangkal tindak pidtma pembajakan Hak Cipta tersebut.
Ketiga •.•
. ;
6
Ketiga : . Dirw:·~Hkan kurangnya koordinasi dan kesamaan pandengan, sikap,.
serta· tind:-1kan dfontnra aparat penegak hukum dalam menghadapi masnlah
pclanggaran Hak Cipta tersebut..
Keempat : lVJasih kura1~gnya tingkat pemahaman mengenai nrti dsn fungsi
Hak Cipta serta ketentuan-ketentuan Undang-undang Hak Cipta dikalangan
masyarakat padc:l umumnya• dan bahkan. dikalangan Pencipta pada khusus
nya. Sidflnf"' yang terhormat ..
Sf\<> a ru ngak rinci, selanjutnya kami tampilkan bcberapa data kwan
titutif yang <Jil<tporkan olch Asosiasi-asosia.si te1·sebut kepada Pemerintah.
Kami ambilkiln kasus di bidang musik, lagu don film, yaitu bidang-bidang
yang ternyuta paling menderita karena tindak pidana pembajnkan.
Di bidang nrnsik dan lagu., pembajakan berlangsung te~hadap khrya cipta
b~.\k Indonesiu rnaupun asing. Yang terakhir ini, terutama lagu-lagu asing
dari barat ..
Menurut A SI HI. kerugian yang didf'tita perusahaan reknman kaset yang
berisi musilr 1ugu-lagu . Indonesia karena pembajakan terse but, secara
keseluruhan, mencapai Rp 900 juta lebih per bulan atau kurang lebih 10
milyar rupinh pc:r. tahun.
Khusus mcnr,cnai rnusik dan lagu using, reaksi kemudian berdatangan dari
luar negeri. Dalam bidang film, baik PPFI ~ GABSIREVI, ataupun ASIREVI,
semuanya menyatakan bahwa pemhajakan film nasional ataupun impor,
tcrmasuk yt.tng· berupa rekaman video, terus rneningkat. Apabila dalam
tahun 1983 kr<~atat 30 judul film yang dibajak, maka dalam .tahun 1985-
1986, 90% c1ttri selurun judul film bahkan telah dihajak kc dalam bentuk
video sebelum bf!redar secara resmi.
Kejadian seru pa, berlangsung pulu di bid~ng B uku. Sekalipun dalam jumlah
atau nilai memang belum sebesar kerugian yang terjadi di bidang musik dan
lagu, tetapi haik IKAPI ataupun AKSARA sangat menyarankan agar segera
diamhil langkah-langkah untuk menghentikan · pelanggaran-pelanggaran
terhadap Bak Ci pt a.
Demikian pula dalam usaha untuk lebih menumbuhkan industri komputer di
rlalam ncgeri t masyarakat komputer yang terwakili dalam APNI (jasa
perdagangan), I PK IN (pemakai l atuupun AIKI (pembuat), meminta dan
menyarankun agar komputer program dapat dengan . tegas dinyatakan sehs
gai karya eipta yang dilindungi.
Saudara
~·· -
, ... I
Sauda:ra Pimpinan dan para Ang-gota yang terhormat.
Masukan-masukan yang diterima Pemerintah tidak lrnnya berkisar
. pada hal-hd yang berkaitan dengnn pelanggaran dan pembajalrnn. serta
pemildran ataupun sa:ran-saran untuk mengatasinya. Masalah tersebut
memang merup::.kan masalah pokok. Tetapi di samping itu, dalam upaya (
pening·katan ptmgaturan da:n perlindungan Hak Cipta tersebut, diterima
banyak sumbangan pild.ran fi~~engenai kemungkinan penyempurnaan berbagai
ketentuan dalam Undang·-undang· Nomor 6 Tahun 1982 tersebut. Hal itu
ti.dak saja nwr1.f;enai masalah pemi~anaan ~, tBtapi juga menjangkau masalah
lingkHp bm·lukunya · Undang-undung, jangka waktu perlindungan, dan -
lain -la.in ..
Selnnjutnya Pemerintah ingin mengg·1makan kesempatan ini untuk
menjell:lskan duduk pcrsoalannya secarH proporsional, terutama sehubungan
dengan adanyn berbagai pandangan, pertanyaan, atau kadangkain keraguan
bahwa langkah-langkah yang cliambil sekarang ini ~ disebabkan oleh karena
tekanan-tekanu.H dari luar negcri. Dalam hal ini, kiranya Saudara Pimpinan
dan para Anggota yang terhormat juga sependapat denga.n Pemerintah,
bahwa sebagai bangsa yang bernegara, merdeka, dan berdaulat t keputusan
mengenai npa yang. paling baik untuk dirinya haruslah diambil oleh bangsa
itu sendiri. dan bukan karena adanya tekanan. Scjauh ini, adanya per
ubahan · tcrhadap bebcrapa ketentuan yang memiliki dampak keluar atau
terhadap Pcmeganr, Bak Cipta using itulah yang agaknya menimbulkan
kesnn tersebut. Untuk menghilangkan keragu-raguan dan kesan yang tim
bul, berikut ini kami sampaikan penjelasannya.
Salah satu citu-cita dalam kehidupan kebangsaan sebagaimana kita tegaskan
dalam Pemb-nkaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah ikut serta dalam
rnelaksanaknn ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan kei1di1an sosial. Seiring dengan eita-cita itu · pula, maka sistim
hukum yang kita ciptakan bukan saja harus mampu mencerminkan aspirasi,
kebutuhan, dan kepentingan kita J tetapi juga perlu untuk selalu diarahkan
agar sedaput mungkin selaras pula dengan aspirasi, kebutuhan ~ dan ke-
. pentingan bangsa-bangsa lain.
Dalam kehidupan kita sehari-hari-pun~ kita menem·ui keadaan tersebut.
Apabila mnrmlahnya. menyangkut kepcntingan, tidak seorangpun akan mera
sa senang apnbila kepentingannya dirugikan .. Sebagai prinsip urnum, ia
tidak
- 8 -
tidak ingin dirugikan karena ia merasa tidak merugikan siapapun. Karena
ia tidak merugikan siapapun, maka ia tidak · mau pula dirugikan oleh siapa
pun.
Kita semua berkeyakinan, bahwa hanya dengan adanya keselarasan dan
keseimbangan dalam kellidupan an tar bangsa, maka ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dapat
terwujud.
Bangsa Indonesia jelas ingin menjadi dsn mendudukkan 'diri sebagai anggota
ll_l8.syarakat dunia yang terhormat dan bertanggung jawab dalam mewujudkan
tatanan kehidupan dun,ia yang seperti itu. Da.lam kerangka keselarasan dan
keseimbangan ini pula, ha.I lain yang perlu dijelaskan adalah faktor keber
ad!ian konvenai internasional di bidang perlindungan Bak Cipta,.
l)alam ·h:ubungan antar bangsa, maka konvensi inilah yang pada hakekatnya
merupakan titik temu atau simpul terkaitnya kepentingan hukum berbagai
bangsa c;lan negara di dunia.
Oleh karena suatu ketika kita harus pula mempertimbangkan keikutsertaan
kita dalam konvensi, baik hal itu karena alasan kepentingan . nasional, atau
· hubungan an tar bangsa, ataupun dalan:i rangka peningkatan kerjasama per
dagangan, ekonomi dan politik, adalah wajar bilamana dalam batas-batas ' -
tertentu , sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan nasional, kit1;1 .mulai
dapat pula mempertimbangkan beberapa ketentuan dalam .konvensi yang te
lah dapat kita tcrima dalam peraturan perundang-undan<?;an nasional kita.
Sedangkan masnlah kapan kita akan iku.t serta secara nyata dalam Konvensi
tersebut, kiranya Dewan yang terhormat sependapat dengan Pemerintah,
hal itu kiranya masih perlu dipelajari dan dikaji secara mendalam dengan
sikap hati-hati.
Dalam kaitan inilah, Pemerintah menyampaikan perubahan ke arah penyem
purnaan beberapa ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982.
Saudara Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormlilt.
Setelah mengutarakan beberapa l:lal yang melatarbelakangi penyu
sunan Rancangan Undang-undang terse but, sekarang izinkanlah , kami
menjelaskan pokok-pokok perubahan itu sendiri.
Secara keseluruhan, materi perubahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta pada dasarnya menyangkut hal-hal pokok se~agai ber
ikut :
, Pertama .••
9
Pertama,. masafah pemida.naan;
Kedua. masalah lingkup berlakunya Undang-undang;
Ketiga, · masalah jangka waktu berlakunya Hak Cipta;
Keempat, masalah hubungan antnra negara dan Pemegang Hak Cipta.
Selain hal-ha.l pokok tersebut, perubahan lainnya pada dasarnya hanya
bersifat penyempurnaan redaksi untuk lebih_ memperjelas runiusan, ataupun
bersifa.t penyesuaian sehubungan dengan adlinya perubahan-perubahan po-) ' . ~ -+ •
kok tersebut.
Berikut ini, kami sampaikan penjel~san. atas perubahan...,perubahan tersebut.
I . Masalah pemidanaan.
Terdapat empat bidang perubahan di sektor ini.
Bidang pertama, menyangkut ancaman pidana seperti diatur dalam Pasa.J
44 ..
Arah perubahan pada dasarnya adalah memperberat ancaman pidana
terhadap pelanggaran Hak Cipta. Apabila semula hanya diancam pidana
penjara pa.ling lama 3 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 5 juta,
diubah menjadi pidana penjara pa~ing lama 5 tahun atau pidana denda
paling ban yak Rp 25 ju ta.
Dengan perubahan ini, a.ncaman pidana lainnya sebaga.imana selama ini
ditentukar1 dalam Pasal 44 ayat (2) dan ayat (3), disesuaikan pula.
Perubahan k~ arah yang lebih berat ini, pada. dasarnya dimak
s-udkan sebagai salah satu upaya. untuk lebih meningkatkan daya tangkal
Undang-undang .· tersebut terhadap pelanggaran Hak Cipta dan sekaligus
membuat jcra pelangga:r. Selain itu perubahan-perubahan tersebut juga
dimaksudkan sebagai upaya penyesuaian. Dalam hal pidana penjara, per
ubahan dari 3 tahun menjadi paling lama 5 tahun, didasarkan pa_da per
timbangan untuk memenuhi syarat minimal ketentuan penahanan sebagai
mana dikehendaki Pasal 21 ayat 4. a. Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pida.na. Sebagaimana Saudara Pimpinan dan para Anggota yang terhor
mat memaklumi, berdasarkan ketentu.an tersebut. penahanan hanya dapat
dilakukan terhndap tersangka dan terdakwa yang melakukan tindak
pidana dan/atau pe:rcobaan roaupun pemberian bantuan dalam tindak
pidant-t tersebut dalam ha.I tindak pidana itu diancam dengan pidana
penjara lima tahun atau lebihs
Demikian
10
Demikian pula peningkatan · batas maksimum pidana denda, didasarkan
atas pertimbangan bahwa hasil pembajakan Hak . Cipta, menyangkut nilai
uang yang sangat jauh lebih besar ..
Namun . demikian dengan tetap memberikan kebebasan kepads. Hakim
untuk mengambil putusan apapu,n sesuai dengan keyakinannya, Ran
cangan Undang-und~ng ini memberikan ancaman pidana penjara dan
pidana denda baik secara kumulatif maupun alter:na.tif • ...
Bidang kedua, bertalian dengan klasifikasi tindak pidana.
Apabila pelanggaran terhadap Hak Cipta selama ini diklasifikasi sebagai -·
tindak pidana aduan. dalam Rancangan Undang-undang akan diubah
sebagai tindak pidana biasa. Hal ini berarti, bahwa tindakan Negara
terhadap para pelanggar Hak Cipta tidak lagi semata-mata did~arkan
. atas penga.duan '1-ari. Pemegang Hak Cipta. Tindakan akan dilakukan baik
atas d.asar· pengaduan Pemegang Hak Cipta maupun ntas dasar laporan
atau informasi dari piha.k lainnya. Untuk it_u · e:paratur penegak hukum
diminta untuk bersikap lebih aktif dalam mengatasi pelanggaran Hak
Cipta ini.
Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dilakukannya perubahan ini
an tar a lain :
1) Berdasarkan pengalaman selama ini, kerugian yang ditimbulkan dari
adanya pelanggaran Hak Cipta t ::>rnyata tidak l:-:.nnya diderita oleh Pe
megang Hak Cipta ..
Negara tidak pula memperoleh Pajak Penghasilan atas. keuntungan
yang diperoleh dari pembajakan te-rsebut.
Selain itut tanpa kita sadari, tatanan sosial, hukum, dan ekonomi,
telah terancam pula.
2) Pelanggaran atas Hak Cipta,, sebagai halt milik perorangah, lebih
tepat diklasifikasi sebagai delik biasa sepe~ti halnya terhadap pencu
rian, per&mpasan, pen:ipuan.
Delik aduan, sesunggu.hnya leb~h tepat apabila dikaitkan dengan
pelanggaran terhaqap kehormatan atau . martabat seperti ipisalnya
penghinaan, perkosaan, dan menjadi kurang tepat _ apabila diterapkan
pada pelal}ggaran Hak Cipta yang lebih berdall.}pak ekonomi, sosial,
dan tatanan hukum pada umumnya.
Saudara , ....
Saudara Pimpinan dan Para Anggota yang te~hormat.
Masalah ketiga yang terkait dengan pe~ubahan di bidang pemida
naan ini adalah penambahan ketentuan tentang perampasan basil pelanggar
an Hak ,Cipta oleh Negara untuk dihancurkan •. Penambahan ketentuan ini
dimaksudkan untuk sedapat mu:ngkin mengurangi kerugian baik moril atau
pun ekonomi dari Pemegang Hak Cipta. Dengan demikian, basil pelanggaran
terse but tidak sekedar dirampas.
Be.rang tersebut pada prinsipnya tidak · boleh diperdagangkan dan harus
dihancm•kan. I
Hal keempat yang berkaitan pula, adalah penegasan adanya hak Pemegang
Hak Cipta untuk mengajukt;in tun tu tan perdata kepada pelangga:r, -t.anpa
mengurangi hak Negara untuk melakukan tun tu tan pidana.
II. Masalah lingkup berlakunya Undang-undang Hak Cipta.
Rencana perubahan lainny~ yang penting . adalah perbaikan ketentuan
ten tang pemberian perlindungan terhadap · Ciptaan Asing. Selama ini,
Ciptaan orang asing hanya akan dilindungi apabila untuk pertama kali
diumumkan di Indonesia.
Dengan demikian, ciptaa.n yang sebelumnya telah pernah diumumkan di
negara lafa, tidak mungkin akan memperoleh perlindungan hukum di Indo
nesia.
Ketentuan ini dirasakan sulit untuk dilaksanakan. Perubahan dalam
Rancangan Undang-undang yang sekarang ini, pada pokoknya diarahkan
pada pemberian perlindungan hukum, apabila Negara dari Pemegang Hak
Cipta yang bersangkutan :
a. memiliki perjanjian bilateral di bidang perlindungan Hak Cipta d~ngan
negara kita, atau
b. ikut serta dalam perjanjian multilateral di bidang perlindungan Hak
Cipta, dan negara kita ikut pula sebagai pihak di dalamnya.
Tctapi karena keikutsertaan dalam sesuatu perjanjian multilateral
serupa itu memer!ukan waktu yang cukup lam$ untuk mengkajinya,. dan se
ringkali harus diikuti dengan penyesuaian substantif terhadap standar
minimal yang ditetapkan dalam pei•janjian tersebut, maka adanya perjanjian
yang bersifat bilateral setidalmya akan dapat menjadi jembatan bagl keduat ,
negara untuk saling memberi perlindungan hukum.
Deng an ...
12
Deq.gan perubahan ini, kita harapkan Undang-undang Hak Cipta ldta akan
mampl:l memberi sumbangan bagi upaya pening.katan hubungan antar bangsa
terutama di bidang perdagangan.
III. Masalah jangka waktu berlakunya Hak Cipta -. Dalam Rancangan Undang-undang ini, perubahan dilakukan dalam
dua segi :
1. mengenai jangka waktu itu sendiri j
2. mengenai penerapan pengatu:rannya.
Kiranya Saudara Pimpinan dan para Anggota yang terhormat · telah memak
lumi, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 p.ada dasarnya memberikan
perlindungan selama pencipta hidup da.n terus berlangsung hingga 25 tahun
setelah pencipta yang bersangkutan meninggal dunia (untuk mudahnya : I •
"selama hidup plus 25 tahun").
Jangka waktu terse but be.rlaku untuk seluruh ciptaan, kecuali fotografi
dan sinematografi yang lamanya hanya 15 tahun ~ Ada.pun rencana perubah
annya adalah, menjadi "selama hict-ap plus 50 tahun". Dengan demikian,
jangka waktu perlindungan menjadi lebjh lama ..
Sidang Dewan yang terhormat ..
Dalam hubungannya dengan rencana perubahan ~ersebut, Pemerin
tah memandang perlu untuk membarfa- -;:.n penjelasan me·;1genaJ Iatar belakang .
pemikiran yang e.da, serta kaitennya denga:1 prinsip yang sejak semula Id.ta
anut tentang fungsi sosial dari suatu hak milik. Sekarang ini, jangka
waktu "selama hidup plus 25 tahun" t dinilai sebagai perwujudan fungsi
sosial itu sendiri. Hal itu diberlakukan untuk seluruh ciptaan, kecuali
fotografi dan sinematografi ~ sehing.ga perwujudan prinsip fungsi sosial
hany~ clibatasi dalam arti perpendekan jangka waktu tersebut.. Sebagaimana
kita semua memaklumi, apabila yang dijndika.n . patokan Konvensi Bern,
jangka waktu tersebut berlangsung "selarna hid up plus 50 _tahun n.
Pemikiran mengenai he1 ini memang perlu ditinjau ulang ~ Perwujud
an fungsi sosial seyogyanya tidak perlu harus diartika.n d&n dijelmakan
dalam ?entuk pendeknya jangka ws.ktu perlindungan.. Kelemahan da.ri cara
berfikir yang ada selama ini dapat dika.ji dalam kasus fotografi dan sine
matografi.. Apakah karena jangka wsktu perlindm4rannya hanya 15 tahun,
Hak .....
13
Halt Cipta di kedua bldang tersehut dapa.t dikatakan memenuhi fungsi
sosial. ?
Benarkah anggapan tersebut t sekalipun masyarakat tidak mungkin rnemetik
manfaat sedikitpun selama n':'.:'tsa perlindungan terse but.?
Bertolak dari pemikiran ini, Saudara. p1;:upinan dan para Anggota yang ter
hcjrmat !t Pemerintah berpendapat seyogya.nya jangka waktu terse but dapat
ditetapk.an "s.elama hidu.p plus 50 tahun'~. Batas imaginer selama 50 tahun
tersebut, pada dasar·".ya jug·a dikenal Undang-undang Nomor G 'fahun 1982.
Sedangkan bagaimana metyujudkan prinsip tentang fungsi sosial
tersebut secarn lebih efek\if, Perilerintah memperkenalka.n mekanisme ten
ta.ng kewajiban untuk mewujudkan ciptaan atau memberi lisensi kepada
pihak lain-. Meka.nisme ini lazim dikenal sebagai ncompulsory licensing".
Melalui mekanisme ini, malm sekil'"a.nya Negara memandang perlu atau menilai
bahwa sesuatu ciptaa.n sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat,
Negara dapat mewajibkan Pernegang· Hak Cipta yang bersangkutan untuk
menterjemahkan atau memperbanyaknya di Indonesia. Negara dapat pula
mewajibkan Pemegang Ha.k Cipta untuk memberi izin atau lisensi kepada
pihak la.inn ya untuk menterjemahkan a tau memperbanyaknya · dengan imbalan
yang wajar. \
Deng an titik tolak pemikiran ini, maka perwujudan fungsi sosial tidak
semata.-mata bersifat formal, tetapi dapat lebih operasional dan substantif.
Saudara Pimpinan dsn para Anggota yang terhormat ..
Segi lai.n dari peruba.han di bidang ini adale.h penerapan pengatur
annya.. Hingga sa.at ini, jangka wnktu perlindungan "selama hidup plus 25
ta.hun" diberlakukim umum. Artinya ~ seluruh ciptaan diberi perli.ndungan
atas Hak Cipta.-nya untuk waktu yang sama.
Tidak dibedakan, misa.lnya, an tar a jangka waktu perlindungan Hak Cipta
seorang pencipta lagu t dengan hak cipta karya rekaman atas lagu tersebut
yang dimiliki oleh peru.saha.an_ rekaman 4
Dengan kata lain, tidak dibedakan antara Hak Cipta yang asli (orisinan
daripa.da yang turunan (de1,.ivs.tif). Dari segi keadilan hal ini perlu diper .....
ha~i~mn.
B.erda.sarkan pemikii-an meng·enai hal ini, dalam Rancangan Undang
undang ird direncanakan pernbedaan jangka wa.ktu perlindungan tersebut ·
dengan memperhatikan sifnt HaJ:~ Cipta tersebut ..
Kecuali •••
14 -
Kecuali beberapa ciptaan seperti fotografi, komputer program, .dan karya
yang bersifat bunga rampai, yang secara khusus ~anya diberi perlindung
an selama 25 tahun, maka untuk Hak Cipta yang bersifat orisinal diberi
perlindungan "selama hidup. plus 50 tahun". Ini ~erlaku untuk misalnya
Hak Cipta atas ciptaan lagu atau musik, ciptaan buku, dan lain-lain.
Sedangkan untuk yang bersifat turunan. seperti misalnya untuk rekaman
musik/lagu oleh perusahaan rekaman, untuk penerbitan buku oleh perusa
haan penerbit, Hak Cipta diberikan Lanya untuk selnma 50 tahun saja.
IV. Masalah hubuhgan antara Negara d~'n Pemegang Hak Cipta.
Dua masalah utama di bidang ini, berkaitan dengan peniadaan
ketentuan tentang pengambilalihan atau "expropriation" sesuatu Hak Cipta
sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (3) dan ayat (4) Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1982, dan penggantian ketentuan Pasal 15 dan 16 dengan
mekanisme "compulsory licensing".
Berbeda dengan hak milik lainnya di bidang "~ntellectueJ property". H~
Cipta sebenarnya bukanlah hak yang lahir karena diberikan oleh Negara.
Dibandingkan misalnya dengan Paten . atau Merek Perusahaa~ dan Merek
Perniagaan (Merek Dagangl, serta ·nesain Produk Industri yang kesemua
nya · tergolong dalam "industrial property", yang semuanya lahir karena
dimohonkan kepada dan diberikan oleh Negara, Hak Cipta tumbuh bersama
an dengan lahirnya suatu karya clpta, suatu ciptaan. Oleh karenanya
sudah sepantasnya dipertimbangkan apabila tidak Jikenakan pengambil
alihan.
Hal ini agaknyn akan lebih mudah dirasakan apabila diingat pula bidang- ·
bidang yang dicakup, yaitu ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Dalam
upaya pengernbangan iklirn penciptaan di bidang-bidang tersebut, Pemerin
tah berpendapat bahwa tidak seyogyanya diterapkan Iembaga pengambilalih
an terse but. Setidaknya, kalau-pun ada bidang-bidang yang dibutuhkan
untuk tujuan tertentu, atau bagi kemanfaatan masyarakat pada umumnya,
cukup apabila ditempuh cara lain yang lebih baik yaitu kewajiban untuk
rnelaksanakan a.tau mewujudkan karya--karya tersebut melalui mekanisme
"compulsory licensing" .. Langkah ini, sekiranya sidang yang terhormat
sependapat, akan semakin menunjukkan kedewasaan dan kematangan kita
sebagai bangsa.
Saudara '• ...
- 15
Saudara Pimpinan dan para Anggota yang terhormat.
Sejalan dengan pemikiran tersebut. Pemerintah juga meninjau
kembali ketentuan. Pasal 15 dan Pasal 16 Undang-undang Nomor 6 Tahun
1982 'tentang masalah "kepentingan nasional" dan penerapannya.
Sebagaimana kita mengetahui, selama ini kita. selalu mengalami kesulitan
apabila harus menjelaskan pengertian atau batasan atas kata-kata tersebut.
Kita bahkan tidak pernah tuntas benar memberikan ukuran, kriteria,
ataupun unsur-unsur yang pasti dari "kepentinga.n nasfonal" terse but.
Dari satu segi, istilah terse but me~ang tampak seakan-akan mampu membe
rikan keuntungan yuri.dis yang luas dan tidak terbatas. Namun begitu,
seandainya keuntungan tersebut benar-benar ada, pengalaman selama kita
memiliki Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 itupun menunjukkan bahwa
ketentuan Pasal 15 dan Pasal 16 tersebut dapat dikatakan belum pernah
terwujud, karena belum pernah dif!1anfaatkan_.
Selain itu, ketentuan kedua pasal tersebU:t secara keseluruhan juga
memerlukan pemikiran ulang.. Sekiranya "kepentingan nasional" menjadi titik
tolak, maka Negara-lab yang semestinya menjadi pihak yang paling berwe
nang untuk rnenentukan ada atau tidaknya "kepentingan nasional". Negara
lah yang paling mengetahui, .kapan "kepentingan nasional" benar-benar
memerlukannya .. Menjadi agak janggal, bilamana penentuan ada atau tidak
adanya "kepentingan nasional" diserahkan begitu saja kepada pihak
perorangan untuk menilai dan menentukan, serta kemudian mengambii
langkah sendiri-sendiri. Secara tidak langsung, keadaan terse but menim
bulkan kesan bahwa Negara . secara diam-diam memberi kesempatan dan
membiarkrul' warganegaranya melakuk11n tindakan yang merugikan pihak
lain. Berlangsungnya keadaan tersebut pada akhirnya akan ·menempatkan
Negara dalam situasi yang sulit,. baik ke dalam ataupun ke luar.
Sauda.ra Pimpinan dan para Anggota yang terhorma.t.
Demikianla.h pokok-pokok perubahan Undang-undang Nomor 6
Tahun 1982 yang disampaikan oleh Pemerintah. Selebihnya. berupa pene
gasan. penyempurnaan, dan penyesuaian beberapa ketentuan yang diperlu ....
kan karena adanya penyempurnaan terse but. Diantara yang perlu diberita
hukan a.dalah penegasan tentang karya rekaman musik dan komputer pro-.
gram sebagai karya yang memperoleh perlindungan. huk;lm.
Mengenaj ••• ·
- 16 -
Mengenai masalah komputer program, dapat dijelaskan bahwa beta
papun komputer program ini pada dasarnya memang merupakan karya di
bidang ilmu pengetahuan pula. Dengan meningkatnya peran dan pengguna
an komputer akhir-akhir ini serta di masa yang akan datang. dan mulai
tumbuhnya kemampuan bangsa dalam pembangunan industri komputer, · maka
diperlukan adanya pengakuan dan perlindungan hukum atas karya cipta. di
bidang ini.
Adapun mengenai penjelasan tentang langkah-langkah penyempur-
11aan dan penyesuaian lainnya, kir~nya telah cukup jelas diuraikan dalam
Rancangan Undang-undang tersebut.
Saudara Pimpinan dan para Anggota yang terhormat.
Demikianlah keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-undang
ini.
Sebagai akhir kata, atas nama Pemerintah kami menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada Saudara Pimpinan dan .para Anggota yang terhor
mat atas segaltt kesabaran dan perhatian untuk mengikuti keterangan
Pemerintah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu melimpahkan rakhmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat menyelesaikan tugas yang
berat tetapi mulia ini.
Wassalamu'alai.kum wr. wb.
Jakarta, ~.U Juni 1987
Atas nama Pemerintah
N R.I •
•
Ismail Saleh, S. H.