TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH PENDIDIKAN MULTIKULTUR
“Cara Memelihara dan Melestarikan Realitas Kemajemukan
Bangsa Indonesia dalam Berbagai Aspek Supaya Tidak Bercerai
Berai di Kabupaten Banyuwangi”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Masalah
Kewarganegaraan
Disusun Oleh:
Anis Zaqiyatun N (124254082)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PMPKN
PRODI S1 PPKN
2014
Cara Memelihara dan Melestarikan Realitas Kemajemukan Bangsa
Indonesia dalam Berbagai Aspek Supaya Tidak Bercerai Berai di Kabupaten
Banyuwangi
1. Aspek Agama
Agama merupakan suatu lembaga atau institusi yang mengatur kehidupan
rohani manusia. Atau bisa dikatakan sebagai keyakinan dalam naluri setiap insan
akan kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, perintah dan larangan dari
Tuhan YME, kitab sebagai pegangan dalam menjalankan kehidupan. Keyakinan
ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara
menghambakan diri, yaitu:
menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin
berasal dari Tuhan, dan
menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dan lain-lain yang diyakini berasal
dari Tuhan.
Dengan demikian, agama adalah penghambaan manusia kepada Tuhannya.
Didalam agama terdapat 3 unsur, yaitu manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka
suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut
dapat disebut agama. Lebih luasnya lagi, agama juga bisa diartikan sebagai jalan
hidup. Yakni bahwa seluruh aktivitas lahir dan batin pemeluknya diatur oleh
agama yang dianutnya. Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul,
bagaimana kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara agama
yang menjadi panutannya.
Agama merupakan salah satu dasar ikatan sosial yang berbeda dengan
dasar ikatan sosial lainnya, aktivitas sosial yang penghayatannya bersifat sangat
pribadi. Karenanya cenderung berkaitan dengan kepekaan emosional (perasaan).
Agama merupakan hal yang sensitive sehingga mudah mengundang konflik
horizontal yang berarti dapat menghambat proses integrasi sosial dalam
masyarakat. Kemajemukan masyarakat Indonesia sangat berpengaruh dalam
berbagai sendi dan bidang kehidupan bangsa Indonesia. Khususnya pada aspek
agama. Akhir-akhir ini marak sekali diskriminasi yang mengatasnamakan agama,
padahal dilain pihak konflfik tersebut beum jelas akar permasalahannya. Di dalam
semua ajaran agama, diperintahkan bahwa umatnya tidak boleh melakukan
diskriminasi agama. Untuk itu kemajemukan agama pelu dipelihara dan
dilestarikan dengan baik supaya tercipta keadaan yang damai dan tertib.
Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh Bupati Banyuwangi
A. A Anas dalam menjaga kemajemukan agama di Kabupaten Banyuwangi:
- Dialog Agama
Dialog adalah upaya untuk menjembatani bagaimana benturan bisa
diminimalisir. Dialog antar umat beragama merupakan sarana yang efektif
menghadapi konflik antar umat beragama. Pentingnya dialog sebagai sarana
untuk mencapai kerukunan, karena banyak konflik agama yang anarkis atau
melakukan kekerasan. Di dalam Negara Indonesia yang pluralitas agama,
dialog menjadi pilihan alternatif yang ideal dalam penyelesaian konflik antar
umat beragama. fenomena konflik antar umat beragama harus ditangani,
karena berdampak sangat negatif. Untuk menghadapi fenomena ini, para
pemuka lintas agama tingkat pusat sampai tingkat daerah melakukan dialog
antar umat beragama. Tak terkecuali Bupati A. A. Anas yang tak pernah luput
untuk memepertemukan para pemuka di Kabupaten Banyuwangi dalam
rangka melaksanakan dialog agama. Tujuannya tak lain yaitu untuk
menyambung tali silaturahmi antar umat beragama di Banyuwangi. Anas
tidak mau jika rakyat Banyuwangi mempunyai konflik atas nama agama.
Dengan adnaya dilog agama yang dilakasanakan oleh bupati banyuwangi,
diharapka nantinya akan tumbuh rasa saling pengertian yang objektif dan
kritis, untuk menumbuhkan pengenalan yang lebih mendalam kepada orang
lain dan kemudian melahirkan keperdulian kepada sesame manusia, untuk
menciptakan ketemtraman didalam masyarakat, untuk menolong dan
melayani orang lain menghadapi krisis kemanusiaan. Dengan adnaya dialog
agama tersebut, maka persoalan bisa dicarikan solusinya.
- Mengadakan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB)
Forum ini di adakan oleh Bupati Banyuwangi dengan melakukan
konsolidasi damai dengan menggelar sarasehan peningkatan kerukunan umat
beragama. Acara yang menghadirkan seluruh tokoh Forum Kerukunan Antar
Umat Beragama (FKUB), yakni Paroki Gereja Katolik, Romo Hubertus
Tangguh Ardy W Pr, Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja (Bamag) Pdt
Salmon Cory, Ketua Walubi, Eka Wahyu Widayat, Ketua Muhammadiyah,
Suhadak A, Ketua LDDI, Suryono dan perwakilan dari PHDI dan Konghucu,
I Wayan Merta dan Cahyadi di gelar di Vihara Jaya Manggala, Desa
Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupten Banyuwangi. Abdulah Azwar
Anas, bersama Ketua FKUB, Moh Yamin, LC. Dalam paparannya, Bupati
Anas mengajak kepada seluruh pimpinan umat di Bumi Blambangan tidak
hanya memberikan khutbah untuk kepentingan golongan. Lebih dari itu, kata
Bupati Anas, bisa bersama-sama membangun komunikasi dalam bagaimana
memberikan motivasi dan pengarahan yang tepat kepada masyarakat.
sarasehan ini dilakukan pemkab guna menjaga kerukunan antar umat
beragama yang telah terbina. Bisa saja sarasehan ini dilaksanakan di vihara,
di masjid, gereja, atau pura.
- Pesta Kopi Kemiren
Pesta ini dtidak diadakan langsung oleh Bupati banyuwangi, namun
diadakan langsung oleh masyarakat suku Osing di desa adat, Desa Kemiren
Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Pada pesta rakyat Kemiren ini
siapapun boleh menikmati kopi yang dihidangkan warga setempat. Termasuk
mantan menteri BUMN Republik Indonesia (RI), Dahlan Iskan. Pesta kopi
bertajuk 10.000 cangkir kopi ini berlangsung sederhana namun meriah. Di
tiap depan rumah berjajar meja lengkap dengan kursi dan perlengkapan untuk
minum kopi. Seperti cangkir dan alasnya yang terbuat dari keramik, toples
kaca dengan bentuk khas berisi bubuk kopi dan gula serta tremos air. Warga
luar desa yang ingin menikmati kopi dipersilahkan duduk dikursi. Dan
dibuatkan kopi serta dilayani layaknya saudara sendiri. Kopi dihidangkan
dengan sedikit gula. Jika ingin menambah rasa manis, tinggal menambahkan
gula sesuai selera. Jajanan tradisional khas Using menjadi menu pelengkap,
setelah jeda menyeruput kopi. Yang lebih mengasyikan, di pesta kopi ini
sangat kental dengan suasana persaudaraan. Menikmati kopi sambil
bercengkrama, bersenda gurau sembari diiringi alunan musik tradisional.
Semua yang datang di Kemiren dianggap sebagai saudara yang harus
dihormati dan dihargai. Atmosfir kerukunan yang mulai tak ditemukan di
perkotaan. Tujuan dari pesta kopi ini tak lain yaitu untuk saling menjaga
kerukunan antar umat beragama dan menjaga silaturahmi antar saudara
meskipun mereka tak slaing kenal.
2. Aspek Etnik/ Suku Bangsa
Etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang
mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa,
dan sebagainya. Upaya untuk memelihara dan melestarikan etnik atau suku
bangsa di Kabupaten banyuwangi, Bupati A. A. Anas selalu mensosialisasikan hal
hal sebagai berikut:
- Saling menghormati antar masyarakat
Sikap saling menghormati selalu disosialisaikan oleh Anas, mengingat suku
Osing (suku asli Banyuwangi yang mempunyai sifat keras dan mudah emosi.
Apabila sikap saling menghormati antar masyarakat terwujud maka setiap
orang akan memiliki perasaan yang sama, bahagia karena dihormati sehingga
memunculkan rasa menghormati orang lain.
- Menjaga Kerukunan Masyarakat
Kerukunan antar warag perlu selalu dipelihara dan dilestarikan supaya
kehidupan dalam masyarakat tetap aman dan damai. Masyarakat Banyuwangi
selalu menjaga kerukunan meskipun dalam lingkungannya terdapat berbagai
etnik atau suku. Etnik yang mendiami Kota Banyuwangi sendiri terdiri dari
etnik Jawa, Osing, Bugis, Bali, Madura, Tionghoa mereka selalu hidup
berdampingan dengan tentram, karena mayoritas diantara mereka selalu
mengamalkan ajaran Rosulullah dengan selalu menjaga kerukunan antar uamt
beragama.
3. Aspek Budaya atau Adat Istiadat
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Banyuwangi sangat kaya akan budaya lokal, untuk itu perlu dipelihara dan
dilestarikan kearifannya supaya tidak punah, karena budaya merupakan suatu
karya manusia yang bisa menjadi ikon tersendiri suatu daerah, tak terkecuali
Kabupaten Banyuwangi. Pemerintah Banyuwangi sendiri tiap tahunnya selalu
menggelar event untuk melestarikan budaya lokal Banyuwangi, di antaranya:
- Menggelar Banyuwangi Ethno Carnival
Pemerintah Kabupaten (Pemba) Banyuwangi sukses menggelar ajang
pariwisata tahunan, Banyuwangi Ethno Carnival (BEC). Event fesyen
berbasis budaya lokal ini, selalu mengusung tema budaya lokal di setiap
penyelenggaraannya. Tahun ini, tema yang diusung adalah Tari Seblang yang
merupakan tarian ritual tertua di Banyuwangi dan telah ditetapkan menjadi
Warisan Budaya Nasional oleh pemerintah pusat. Tari ini dimaksudkan
sebagai usaha memperoleh ketenteraman, keselamatan, dan kesuburan tanah
agar hasil panen melimpah. Ritual ini ditarikan seorang penari dalam kondisi
'trance' (kondisi tak sadarkan diri), sebagai penghubung warga desa dengan
arwah leluhurnya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan bahwa dalam
setiap event budaya wisata selalu mengusung budaya lokal. Ini berbeda
dengan kebanyakan daerah lain yang justru membawa tema budaya global ke
level lokal. Turut hadir dalam acara wisata itu, antara lain, Menteri Pariwisata
Arief Yahya dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O.
Blake. Puluhan ribu warga dan wisatawan berbaur menikmati ajang fesyen
budaya tahunan tersebut.
Dalam event ini sebanyak 500 peserta berparade di beberapa jalan
utama di Banyuwangi. Mereka mendefinisikan ritual Tari Seblang ke dalam
busana yang dipamerkan. Semuanya tampak meriah dan gemerlap tanpa
menghilangkan makna dari ritual Tari Seblang tersebut. Anas menjelaskan,
ritual Tari Seblang hingga sekarang masih lestari. Setahun diselenggaran dua
kali di desa yang berbeda, yaitu di Desa Olehsari dan Desa Bakungan. Di
Desa Olehsari, ritual ini digelar pada hari ketujuh setelah Idul Fitri dengan
penari gadis atau janda yang masih segaris turunan dari penari-penari Seblang
sebelumnya. Ia menari dalam keadaan tak sadarkan diri selama sepekan.
Menurut Anas, event wisata berbasis seni budaya juga menjadi ajang
konsolidasi budaya di daerah Banyuwangi. Sekaligus ini sebagai bagian dari
upaya mempelajari sejarah dan budaya. Saat ini, pelajaran sejarah dan budaya
semacam ini sudah saatnya diperkenalkan di luar kelas, tidak hanya di dalam
kelas
- Atraksi Budaya Barong Ider Bumi
Barong Ider Bumi yaitu upacara adat Suku Osing, yakni suku asli
Banyuwangi, yang dilaksanakan pada setiap hari kedua Bulan Syawal sesuai
penanggalan Islam. Atraksi budaya ini digelar di Desa Kemiren, sebuah desa
adat yang menjadi basis Suku Osing. Sesepuh adat Desa Kemiren, Timbul,
menjelaskan, Barong adalah semacam kostum dengan topeng dan pernak-
pernik sebagai penggambaran hewan yang menakutkan. Pada atraksi tersebut,
seluruh warga Desa Kemiren keluar rumah mengarak tiga barong Osing yang
diawali dari pusaran (gerbang masuk) desa ke arah barat menuju tempat
mangku barong sejauh dua kilometer.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelaskan, pelestarian
tradisi ini merupakan ikhtiar untuk tetap menjaga kearifan lokal di daerah
yang telah berjalan puluhan bahkan ratusan tahun. Menurut beliau Tradisi
Barong Ider Bumi dan tradisi-tradisi lainnya mulai dikemas sebagai bagian
dari wisata budaya yang bisa menciptakan perputaran ekonomi karena
sejumlah agenda budaya lokal itu dimasukkan dalam rangkaian Banyuwangi
Festival 2014
Berbeda dari daerah lain yang membawa tema global ke lokal,
Banyuwangi justru ingin membawa tema lokal ke ranah global agar bisa
terjalin saling kesepahaman untuk mewujudkan kehidupan dunia yang lebih
baik.
- Pelestarian Batik Banyuwangi
Salah satu potensi industri kreatif Banyuwangi adalah batik. Kerajinan
atau industri batik Banyuwangi masih belum setenar batik Madura atau
bahkan batik Solo atau Jogja. Disinilah potensi industri batik memiliki
peluang untuk dikembangkan, selain sebagai upaya pelestarian budaya
bangsa. Pemeritah Banyuwangi selalu menggelar acra Banyuwangi Batik
Festival tiap tahunnya. Untuk tahun 2014 sendiri diadakan pada tanggal 19-
26 September 2014 lalu. Ajang yang bertujuan untuk menggerakkan roda
pariwisata dan industri kreatif, sekaligus mengenalkan batik khas
Banyuwangi dimana untuk tahun 2014 ini, difokuskan untuk motif
batik Kangkung Setingkes.
Banyuwangi Batik Festival merupakan wahana untuk melestarikan
warisan budaya sekaligus menumbuhkan geliat usaha, serta memadukan pesta
yang menemalikan hubungan antara batik, fashion, gaya hidup dan sejarah.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, gelaran BBF ini
merupakan wujud komitmen pemerintah dan masyarakat Banyuwangi dalam
menumbuhkembangkan kekayaan budaya lokal, khususnya untuk
mengeksplorasi khazanah kekayaan batik lokal.
Rangkaian kegiatan dalam BBF seluruhnya bertema batik, mulai dari
pameran batik, parade fesyen, lomba cipta desain batik, hingga lomba
mewarnai batik. Corak Batik khas Banyuwangi tergolong motif batik
pesisiran dan banyak yang mengambil tema alam, dimana ada sekitar 44
motif, yang diantaranya Gajah Uling, Kangkung Setingkes, Sekar Jagad,
Paras Gempal, Kopi Pecah, Alas Kobong, serta beberapa motif lainnya.
4. Aspek Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-
kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan
abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili
Kumpulan kata atau kosakata itu
Bahasa dalam suatu wilayah perlu dipelihara dan dilestarikan, karena
bahasa juga merupakan suatu ikon tersendiri dari suatu wilayah. Tak terkecuali
Bahasa Osing, yaitu bahasa suku asli Banyuwangi. Untuk melestarikan Bahasa
Osing, IKAMABA yang merupakan Alumni MAN Banyuwangi menerbitkan
Kamus Boso Osing. Tujuan dari penerbitan Kamus Boso Osing yaitu untuk
melestarikan bahasa Osing agar bahasa asli Banyuwangi tidak punah tergerus oleh
masa dan tinggal lembaran-lembaran sejarah yang hanya bisa dibaca dan dikenang
saja oleh anak cucu kita.