Download - Mengenal Khawarij
Mengenal Khawarij (1)Khawarij adalah salah satu golongan dari tubuh umat islam yang mengkafirkan pelaku dosa besar dan keluar dari pemerintahan yang sah
Pendahuluan
Diantara usaha para pelaku kebatilan untuk menjauhkan manusia dari kebenaran adalah dengan mengaburkan makna kebenaran dan memberikannya citra yang buruk. Sebaliknya, mereka akan berusaha memodifikasi dan menghiasi kebatilan sehingga terlihat indah dan benar di mata manusia. Maka kebenaran dan kebatilan akan terlihat terbalik, yang benar terlihat batil, dan yang batil terlihat benar.
Diantara bentuk perusak citraan tersebut adalah label khowarij yang diberikan kepada dakwah salafiyah. Hal ini sudah terjadi bahkan sejak zaman Imam Ahmad, yang juga dialami oleh Syaikhul Islam dan muridnya Ibnul Qoyyim1, begitu juga dengan dakwah tauhid yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahhab.2
Maka tidak perlu heran jika para pengusung dakwah salaf di indonesia pun mengalami hal yang serupa. Orang orang yang mengajak kepada tauhid, dan meninggalkan penyembahan kepada kuburan, meninggalkan bidah bidah dan khurofat di labeli sebagai khowarij yang merupakan salah satu aliran menyimpang dalam tubuh umat islam.
Maka disinilah tentunya kita sebagai ahlul hak, selain mengetahui kebenaran itu sendiri yang direpresentasikan oleh dakwah salafiyah, kita juga harus mengetahui kebatilan yang salah satu bentuknya adalah paham khowarij. Dengan itu kita bisa membedakan antara manhaj salafiyah dan manhaj khorijiyah. Kitapun menjadi lebih yakin, bahwa jalan yang kita tempuh adalah benar.
Definisi khawarij dan nama-nama mereka
Para ulama berbeda beda dalam mendefinisikan khawarij, namun secara umum bisa disimpulkan bahwa khawarij adalah salah satu golongan dari tubuh umat islam yang mengkafirkan pelaku dosa besar dan keluar dari pemerintahan yang sah.3 Adapun
dinamakan khawarij karena mereka keluar (khuruj) dari pemerintah yang sah. Meskipun mereka berasumsi bahwa sebab penamaan khawarij adalah karena mereka keluar (khuruj) dari rumahnya untuk berjihad di jalan Allah4, tapi toh faktanya mereka keluar bukan dalam rangka berjihad di jalan Allah, tapi justru keluar dari ketaatan kepada kepemimpinan kaum muslimin yang sah.
Selain khawarij mereka juga dinamakan sebagai Haruuriyah, dinisbatkan kepada tempat pendahulu mereka berkumpul untuk memerangi Ali bin Abi Thalib, yaitu Haruro. Mereka juga dinamakan As Syurroh, karena mereka mengatakan kami telah menjual (Syaroinaa) diri kami di dalam ketaatan kepada Allah. Dan nama nama yang lainnya seperti Al Maariqoh dan Al Muhakkimah. Namun nama Khawarij adalah yang paling sering digunakan dibandingkan nama nama yang lainnya.5
Sejarah kemunculan Khawarij
Adapun sejarah kemunculannya para ulama berbeda beda menjadi 3 pendapat :
Yang pertama menyatakan bahwasanya Khawarij muncul pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Yaitu ketika seseorang yang dikenal dengan nama Dzul Khuwaishiroh At Tamimi mengatakan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam –yang ketika itu beliau sedang membagikan harta rampasan perang-, “berlaku adil lah wahai Rasulullah!”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menjawab, “celaka engkau, siapa lagi yang akan berlaku adil kalau aku tidak berlaku adil”. Melihat hal tersebut, Umar bin Khattab pun berkata, “biarkan saya membunuhnya wahai Rasulullah”. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda, “biarkan dia! Sesungguhnya dia memiliki pengikut yang sholat kalian terasa remeh dibandingkan sholatnya, puasa kalian terasa remeh dibandingkan dengan puasanya, mereka terlepas dari agama sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya……”6
Dalam riwayat lain disebutkan, “sesungguhnya akan lahir dari orang ini suatu kaum yang membaca al qur’an tapi tidak sampai melewati kerongkongannya, mereka membunuh orang islam dan membiarkan para penyembah berhala, mereka terlepas dari islam sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya kalau aku
menjumpai mereka sungguh akan aku perangi mereka sebagaimana memerangi kaum ‘Ad.”7
Adapun pendapat yang kedua8 menyebutkan bahwa khawarij muncul pada zaman kekhilafahan Utsman bin Affan, yaitu mereka para pemberontak yang mengepung rumah Utsman untuk kemudian membunuh beliau radhiyallahu ‘anhu.
Dan pendapat yang terakhir9 mengatakan khawarij muncul ketika mereka membelot dan keluar (khuruj) dari pasukan Ali bin Abi Thalib ketika terjadi peristiwa tahkim antara Ali dan Muawiyah radhiyallahu anhuma.
Kalau kita melihat ketiga pendapat diatas bisa kita simpulkan bahwa pada zaman Rasulullah belum muncul khawarij sebagai sebuah kelompok yang memiliki kekuatan, namun hanya sekedar adanya kejadian personal –yang karena tamak dengan harta- memprotes kebijaksanaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam membagikan harta rampasan perang. Yang dari orang ini lah muncul orang orang yang nantinya menjadi kelompok khawarij. Maka bisa dikatakan bahwa benih khawarij telah tumbuh pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Adapun pada masa Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, meskipun muncul kelompok yang keluar (khuruj) dari ketaatan –bahkan sampai membunuh- kepada Utsman selaku khalifah kaum muslimin, namun motif mereka masih sebatas faktor kemarahan. Setelah kejadian itu pun mereka berpencar dan tidak berkumpul menjadi sebuah kelompok yang memiliki kekuatan.
Baru kemudan pada masa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu -khususnya setelah terjadinya perang Siffin yang di akhiri dengan peristiwa tahkim-, muncul khawarij sebagai sebuah kelompok yang memiliki kekuatan serta memiliki pandangan politik dan ideologi yang berbeda dari kaum muslimin10.
(bersambung)
___
Catatan kaki
1 Lihat Syarh Qosidah Nuniah Ibnul Qoyyim, Muhammad Khalil Harros (1/324-325), cet 1; 1435, Dar Imam Ahmad
2 Tuduhan bahwa dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan dakwah Khawarij di bantah oleh Muhammad Hisyam At Thohiri dalam desertasinya “Taqriirot Aimmatud Da’wah Fie Mukholafati Manhajil Khowarij Wa Ibthoolihi” (Ghoros, Cet 1: 1429 H, Kuwait)
3 Lihat Fikrul Khowarij Was Syiah Fie Mizani Ahlis Sunnah, Dr Ali As Shalabi, (cet 1; 1429 H) Dar. Andalus, hal. 13-14
4 Mereka berdalil dengan firman Allah dalam surat An Nisa ayat 100
5 Lihat Ushul Wa Tarikhul Firoq Al Islaamiyah, Mushtofha bin Muhammad Mushthofa (Darul Kautsar, cet 2: 1432 H, Qohiroh) hal. 83
6 HR. Muslim, (2/743 dan 744)
7 HR Bukhori (2/232) dan Muslim (2/741 dan 742)
8 Ini merupakan pendapat Ibn Abil Izz Al Hanafi (Lihat: Syarah Tohawiyah, hal. 472)
9 Ini merupakan pendapat kebanyakan ulama (lihat Ushul Wa Tarikhul Firoq, hal. 88)
10 Ushul Wa Tarikhul Firoq, hal. 88-89
Siapakah Khawarij (bagian 01)
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Khawarij berasal dari kata kha-ra-ja [arab: خرج] yang artinya keluar. Kaitannya dengan
pemerintahan, kata kha-ra-ja memiliki arti keluar dari ikatan baiat kepada pemerintah
yang sah. Tentang makna khawarij, para ulama menyampaikan berbagai definisi,
diantaranya seperti yang dijelaskan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, bahwa kelompok
khawarij adalah nama kelompok yang memberontak khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib
radhiyallahu ‘anhu. Beliau juga menjelaskan bahwa sikap mereka memberontak kepada
Ali merupakan sebab mengapa mereka dinamai khawarij. Abul Hasan Al-Asy’ari
mengatakan,
لما حكم والسبب الذي سموا له خوارج خروجهم على علي
Sebab mengapa mereka diberi nama khawarij adalah karena mereka memberontak Ali,
disebabkan peristiwa tahkim. [Maqalat Al-Islamiyin, Al-Asy’ari (1/207), dan Al-Milal wan
Nihal, As-Syahrastani (1/132)].
Kelompok khawarij pertama adalah mereka yang memberontak Ali bin Abi Thalib,
setelah beliau menerima keputusan tahkim seusai perang Shiffin. Kelompok ini juga
memiliki nama lainnya, selain nama kkhawarij. Diantaranya: Haruriyah, As-Syarrah, Al-
Mariqah, Al-Muhkimah. Dan mereka menerina berbagai sebutan ini, selain nama Al-
Mariqah. Mereka mengingkari nama ini, karena mariqah artinya yang menembus. Sikap
berlebihan mereka dalam beragama, menyebabkan mereka tembus (kebablasen) dalam
islam, sebagaimana panah yang menembus binatang sasaran, karena saking kuatnya.
(Maqalat Islamiyin, Al-Asy’ari, 1/207).
Sebagian ulama ada yang mengatakan, pertama kali munculnya khawarij telah ada
sejak zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantara ulama yang berpendapat
demikian adalah Ibnu Hazm dalam Al-Fashl fil Milal wal Ahwa (4/157). Dan As-
Syahrastani dalam Al-Milal wan Nihal (1/134).
Mereka berpendapat, khawarij pertama adalah seorang yang bernama Dzul
Huwaishirah, yang memprotes Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika membagi
emas yang dikirim oleh Ali bin Abi Thalib dari Yaman.
Kisahnya disebutkan dalam hadis dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau
menceritakan,
gنiم gلlصnحp nمg ت وظr ل pرgقnم r nدiيم nةr فiي أ gب iذpهnي nمnنi ب gي lهi مiنn ال سpولi الل nى رnلi iي طnالiبr إ بn gنp أ nعnثn عnلiي� ب ب
pعi اب lالرnو ، iلg ي nخg gدi ال ي nزnو rسi اب nح iنg عi ب nرgقn gنi حiصgنr وnاأل nةn ب gن nي gنn عpي nي nفnرr ب nعnةi ن ب gرn gنn أ nي مnهnا ب nسnقnف : nالnا. قnهi اب nرp ت
gنiا مnذnهi nحnقl ب nحgنp أ lا ن pن iهi: ك اب nحgصn جpل� مiنg أ nر nالnقnف ، iلg gنp الط�فnي iمlا عnامiرp ب nةn وnإ nث gنp عpال gقnمnةp ب iمlا عnل إ
iاءnم lالس pرn ب nي خi iين gت nأ مnاءi، ي lي السiف gنnم pينiمn nا أ nن iي وnأ pون مnنg nأ n ت nال : “أ nالnقnف ، lيi lب iكn الن nغn ذnل nل : فnب nالnق .iءn هnؤpال
pوقpل gحnم iةn ي gح� nث� الل gهnةi ك ب nجg زp ال iاشn gنi ن nي nت ن gجnوg رiفp ال gشpم iنg nي gن gعnي iرp ال جpل� غnائ nر nامnقnف : nالnاء¨”. ق nسnمnاحا وn صnبgنn رgضi أ
n nهgلi األ nحnقl أ وnلnسgتp أn ! أ nكnلg : “وnي nالnق !nهl lقi الل lهi، ات سpولn الل nا رn : ي nالnقnف ،iار nزi مlرp اإل nشpم iس
g أ lالر .”nهl lقiيn الل nت ي
Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib mengirim emas kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dengan wadah kulit yang disepuh dengan daun. Emas itu belum dibersihkan dari
tanah tambangnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaginya kepada 4
orang: Uyainah bin Hishn, Al-Aqra’bin Habis, Zaid Al-Khoil, dan yang keempat ada 2
orang: Alqamah bin Ulatsah atau Amir bin Thufail. Ada salah seorang sahabat yang
mengatakan, ‘Kami lebih berhak untuk menerimannya dari pada mereka itu.’ Komentar
inipun didengar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau bersabda,
‘Apakah kalian akan mencelaku padahal aku adalah manusia kepercayaan Dzat yang
berada di atas? Padahal wahyu dari langit datang kepadaku siang – malam.’
Tiba-tiba berdirilah seseorang, matanya cekung, pipinya menonjol, dahinya nonong,
jenggotnya lebat, kepala gundul, dan sarungnya tersampir. Dia mengatakan, ‘Wahai
Rasulullah, bertaqwalah kepada Allah.’ Spontan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
marah dan beliau menjawab,
‘Celaka kau, bukankah aku penduduk bumi yang paling bertaqwa kepada Allah.’
Abu Said kembali melanjutkan,
nونp nك nنg ي lهp أ nعnل n، ل : “ال nالn؟! قpهnقp nضgرiبp عpن n أ nال lهi، أ سpولn الل nا رn iيدi: ي gوnل gنp ال iدp ب ال nخ nالnق . pلpج lى الرlلnو lمp ثgمn �ي ل iن lهi : “إ سpولp الل nر nالnق .iهi gب gسn فiي قnل nي iهi مnا ل ان nسiلi nقpولp ب nمg مiنg مpصnل± ي iد�: وnك ال nخ nالnقnل�ي”. فnصp ي
pهl iن : “إ nالnقnف± فnقpم nوpهnو iهg nي iل nظnرn إ pمl ن : ث nالnق .” gمpهn pطpون قl ب pشn n أ lاسi وnال gقpبn عnنg قpلpوبi الن nن nنg أ pومnرg أ أnمnا قpونn مiنg الد�ينi ك pرgمn ، ي gمpه nرiاجn ن nح pزiاو nجp n ي طgبا ال nر iهl nابn الل iت gلpونn ك nت gضiئi هnذnا قnوgم� ي جp مiنg ضiئ pرgخn ي
nودpمn gلn ث lهpمg قnت nن pل قgتn pهpمg أل gت ك nرgد
n iنg أ nئ lةi.ل مiي lالر gنiم pمgه lالس pق pرgمn ي
Kemudian orang itu pergi. Khalid bin Walid menawarkan diri, ‘Wahai Rasulullah,
bolehkah saya penggal lehernya.’ ‘Jangan! Barangkali dia masih shalat.’ Pinta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Khalid mengatakan, ‘Betapa banyak orang yang shalat, namun dia mengucapkan
dengan lisannya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.’
‘Aku tidak diperintahkan untuk melihat hati manusia dan juga tidak membedah perut
manusia.’ Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian Nabi melihat orang itu, beliau bersabda,
“Akan keluar dari keturunan orang ini, sekelompok orang yang membaca kitab Allah di
lisan, namun tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama,
sebagaimana panah melesat tembus dari hewan sasaran. Jika aku menjumpai mereka,
akan kubunuh mereka sebagaimana hukuman yang dijatuhkan untuk kaum Tsamud.
(HR. Ahmad 10585, Bukhari 4004, dan Muslim 1763)
Ibnul Jauzi rahimahullah memberi catatan hadis ini dengan mengatakan,
pلiدgعn ! وnمnنg ي nكnلg أول الخوارج وأقبحهم حالة ذو الخويصرة التميمي. وفي لفظ أنه قال له: “وnيpلiدgعn pنg أ nك nمg أ iنg ل تn إ gر iسnخnو nتg ب iخ gدnق ، gلiدgعn nمg أ iذnا ل إ
Khawarij pertama dan yang paling jelek keadaannya adalah Dzul Huwaishirah At-
Tamimi. Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya, “Celaka kau, siapa yang bisa adil jika aku tidak adil. Kamu betul-betul rugi
jika aku tidak adil.”
فهذا أول خارجي خرج في اإلسالم، وآفته أنه رضي برأي نفسه، ولو وقف لعلم أنه ال رأيفوق رأي رسول الله وأتباع هذا الرجل هم الذين قاتلوا علي بن أبي طالب
Inilah khawarij pertama yang memberontak dalam islam. Sisi cacat orang ini: dia lebih
menyetujui pendapat pribadinya. Andaikan dia diam, dia akan menyadari bahwa tidak
ada pendapat yang lebih benar melebihi pendapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Pengikuti orang inilah yang memerangi Ali bin Abi Thalib. (Talbis Iblis, hlm. 90).
Ada juga ulama yang berpendapat, pertama kali munculnya khawarij terjadi di zaman
Utsman. Mereka memberontak Utsman, sampai akhirnya mereka membunuh Khalifah
Utsman secara zalim. Sebagaimana keterangan Dr. Nashir Ali A’idh dalam Aqidah Ahlus
Sunah wal Jamaah (3/1141).
Al-Hafidz Ibnu Katsir juga menyebut Ghaugha yang memberontak Utsman dan
membunuh Utsman dengan sebutan Khawarij (Al-Bidayah wan-Nihayah, 7/202).
Hadis-hadis yang Mencela Khawarij
Terdapat banyak hadis yang mencela Khawarij. Berikut diantaranya,
Hadis pertama, hadis dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,
Ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau sedang
membagi ghanimah, tiba-tiba datang Dzul Huwaishirah. Salah seorang dari Bani Tamim.
Dia mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, bersikaplah adil!’ spontan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam langsung menjawab, ‘Celaka kamu, siapa yang bisa adil jika aku tidak adil.
Kamu akan merugi jika aku tidak adil.’ Umar menawarkan diri, ‘Wahai Rasulullah,
izinkan aku untuk memenggal lehernya.’
Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
n آنn ال gرpقg ءpونn ال nرgقn ، ي gمiهiامn nامnهp مnعn صiي iهiمg وnصiي nت nهp مnعn صnال nت pمg صnال nحnدpك nحgقiرp أ ابا ي nحgصn nهp أ iنl ل دnعgهp، فnإ
iحgدnى وnدp، إ gسn جpل� أ nر gمpهp nت lةi…. آي مiي lالر gنiم pمgه lالس pق pرgمn nمnا ي قpونn مiنg الد�ينi ك pرgمn ، ي gمpهn اقiي nرn اوiزp ت nجp ي
iاسl قnةr مiنn الن gرpف iينiى حnلnع nونpج pرgخn ، وnي pرnد gرnدn nضgعnةi ت gلp الب وg مiثn nةi، أ أ gرnالم iيgدn gلp ث gهi مiث عnضpدnي
‘Biarkan dia. Dia memiliki kelompok yang ibadah mereka jangan rajin, sehingga kalian
akan diremehkan shalat kalian jika dibandingkan dengan shalat mereka atau
meremehkan puasa kalian jika dibandingkan puasa mereka. Mereka membaca Al-
Quran, namun tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat keluar dari islam
sebagaimana anak panah melesat nembus binatang sasarannya… tanda-tanda mereka,
orangnya kehitaman, salah satu bahunya seperti payudara wanita atau seperti sepotong
daging yang bergerak. Mereka memberontak di waktu terjadinya perpecahan
masyarakat.’
Mendengar sabda ini, Abu Said mengatakan ketika menyampaikan hadis ini,
nا nن nهpمg وnأ nل iي طnالiبr قnات بn gنn أ nنl عnلiيl ب هnدp أ gشn lهi ، وnأ سpولi الل nر gنiم nيثiدnحg مiعgتp هnذnا ال nي س� nن هnدp أ gشn فnأ
pهn nعnت lذiي ن iي� ال lب nعgتi الن gهi عnلnى ن nي iل تp إ gرnظn lى ن iهi حnت iيn ب pت pمiسn فnأ gت جpلi فnال lالر nكi iذnل مnرn بn مnعnهp، فnأ
Saya bersaksi saya mendengar hadis ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Saya juga bersaksi bahwa Ali bin Abi Thalib memerangi mereka dan saya ikut
bersamanya. Dilakukanlah pencarian model orang tersebut, kemudian dihadapkan
kepada pra sahabat, sampai aku melihat persis seperti yang disebutkan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari 3610 & Muslim 1064)
Makna: ‘Mereka melesat keluar dari islam sebagaimana anak panah melesat nembus
binatang sasarannya’
Saking kencengnya mereka dalam beragama, sehingga melupakan banyak aturan
islam. Mengkafirkan kaum muslimin dan memberontak pemerintah yang sah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan, seperti anak panah yang melesat
sangat kencang hingga tembus binatang sasarannya.
Hadis kedua, hadis dari Suwaid bin Ghafalah, dari Ali bin Abi Thalib, bahwa beliau
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
،iةl nرiي gب gرi قnوgلi ال ي nخ gنiم nونp nقpول i ي nم nحgال فnهnاءp األ pس iانn ن gسn nحgدnاثp األ مnانi قnوgم� أ lالز iرiي آخiف pج pرgخn ي nس iذnا lةi، فnإ مiي lالر gنiم pمgه lالس pق pرgمn nمnا ي قpونn مiنg الد�ينi ك pرgمn ، ي gمpه nرiاجn ن nح pزiاو nجp n ي آنn ال gرpقg ءpونn ال nرgقn ي
iةnامn gقiي nوgمn ال lهi ي gدn الل ن iع gمpهn nل iمnنg قnت nجgرا ل iهiمg أ gل iنl فiي قnت ؛ فnإ gمpوهp pل pمpوهpمg فnاقgت nقiيت ل
Akan keluar di akhir zaman, sekelompok kaum yang pengalamannya kurang
(pemahaman agamanya sedikit), akalnya bodoh. Mereka mendengung-dengungkan
ucapan terbaik yang ada di muka bumi ini. mereka membaca Al-quran, namun tidak
melewati tenggorokannya. Mereka melesat dari agama, sebagaimana anak panah
melesat dari hewan sasaran. Jika kalian menjumpai mereka, bunuhlah mereka. Karena
membunuh mereka ada pahalanya di sisi Allah, bagi yang berhasil membunuh mereka.
(HR. Bukhari 3611, dan Muslim 1066).
Makna: ‘Mereka mendengung-dengungkan ucapan terbaik yang ada di muka bumi ini’
Mereka mendengungkan kalimat: [ iهl iل ل lالi إ pمg gحpك ال iنi .’Tidak ada hukum, kecuali milik Allah‘ [إ
Namun dengan kalimat ini, mereka mengkafirkan sekian banyak kaum muslimin.
(Catatan kaki Muhammad Fuad Abdul Baqi untuk shahih Bukhari).
Hadis ketiga, hadis dari Yusair bin Amr, bahwa beliau bertanya kepada Sahl bin Huaif,
‘Apakah anda pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tentang
khawarij?’ Jawab Sahl: ‘Saya pernah mendengarnya. Beliau berisyarat dengan
tangannya ke arah timur, sambil bersabda,
iةl مiي lالر gنiم pمgه lالس pق pرgمn nمnا ي قpونn مiنg الد�ينi ك pرgمn ، ي gمpهn اقiي nرn nعgدpو ت n ي iهiمg ال nت ن iسg nل iأ آنn ب gرpقg ءpونn ال nرgقn قnوgم� ي
“Sekelompok kaum yang membaca Quran dengan lisannya namun tidak menembus
tenggorokannya. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari
sasarannya.” (HR. Muslim 1776).
Hadis keempat, dari Anas bin Malik dan Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
n آنn ال gرpقg ءpونn ال nرgقn ، ي nلgعiفg pونn ال يئ iسp gقiيلn وnي pونn ال ن iسgحp قnة�، قnوgم� ي gرpفnف� وn iال ت gي اخi مlتp pونp فiي أ nك ي nس
،iهiوقpى فnلnع lدn ت gرn lى ي جiعpونn حnت gرn n ي lةi، ال مiي lالر gنiم i هgم lالس nوق pرpم iالد�ين gنiم nونpق pرgمn ، ي gمpهn اقiي nرn اوiزp ت nجp يgهp فiي وا مiن pسg nي lهi وnل nابi الل iت iلnى ك nدgعpونn إ pوهp، ي nل nهpمg وnقnت nل iمnنg قnت nى ل iيقnةi، طpوب ل nخg لgقi وnال nخg ر� ال nش gمpه
gمpهg lهi مiن iالل وgلnى بn nانn أ nهpمg ك nل يgءr، مnنg قnات nش
Akan ada perselisihan dan perpecahan di kalangan umatku. Ada sekelompok orang
yang pinter ngomong, namun buruk dalam praktek. Mereka membaca Al-Quran, namun
tidak melewati tenggorokannya. Mereka melesat tembus dari agama, sebagaimana
anak panah tembus dari sasarannya. Mereka tidak akan kembali sampai anak panah itu
kembali ke selongsongnya. Merekalah sejelek-jelek makhluk. Berbahagialah orang yang
membunuh mereka dan yang mereka bunuh. Mereka mendengung-dengungkan untuk
kembali kepada kitab Allah, namun ajakan mereka bukan bagian dari kitab Allah. Siapa
yang memerangi mereka, dia lebih baik di sisi Allah, dari pada mereka.
Mendengar hadis ini, para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa ciri mereka?’
Jawab beliau:
gمpوهpيمi nن pمpوهpمg فnأ gت nي أ nا رnذi iيدp، فnإ ب gسl iيقp وnالت ل gحl يمnاهpمg الت iس
“Ciri mereka, suka cukur gundul, dan mencabuti rambut. Jika kalian melihat mereka,
bunuh mereka.” (HR. Ahmad 13036, Abu Daud 4766, dan sanadnya dishahihkan Syuaib
Al-Arnauth).
Makna: ‘Mereka tidak akan kembali sampai anak panah itu kembali ke selongsongnya’
Untuk menunjukkan bahwa sangat sulit bahkan mustahil mereka akan kembali sadar
dan meninggalkan pemikiran khawarijnya.
Siapakah Khawarij (bagian 02)
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Sebelumnya kita telah membahas beberapa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang mencela keberadaan khawarij, berikut karakter mereka, dan sikap yang tepat
ketika menjumpai mereka. Selanjutnya, kita akan menyebutkan komplotan khawarij
pertama di masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalibradhiyallahu ‘anhu. Dari kisah ini,
kita bisa mengambil pelajaran, betapa miripnya khawarij zaman dulu dan khawarij
sekarang.
Debat Ibnu Abbas dengan Khawarij
Kita awali dari cuplikan sejarah seusai perang Shiffin dan peristiwa Tahkim.
Sepulang dari peritiwa Shiffin (perang antara Ali dengan Muawiyah), Ali bin Abi Thalib
bersama seluruh pasukannya kembali ke Kufah. Beberapa mil sebelum sampai Kufah,
ada sekitar 14 ribu orang (menurut riwayat Abdurrazaq dalam Mushannaf) yang
memisahkan diri dari jamaah dan mencari jalur yang berbeda. Mereka tidak terima
dengan genjatan senjata antara Ali dengan Muawiyah.
Peristiwa tahkim, kesepakatan damai antara Ali dengan Muawiyah radhiyallahu
‘anhuma, yang diwakilkan kepada dua sahabat Abu Musa Al-Asy’ari dan Amr bin
Ash radhiyallahu ‘anhuma, menjadi pemicu sebagian masyarakat yang sok tahu dengan
dalil untuk mengkafirkan Ali bin Abi Thalib. Karena peristiwa ini, pada saat Ali bin Abi
Thalib berkhutbah, banyak orang meneriakkan:
iهl iل iالl ل gمn إ الn حpك
“Tidak ada hukum, kecuali hanya milik Allah.”
Mereka beranggapan – dengan kebodohannya –, Ali telah menyerahkan hukum kepada
manusia (Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu), yang oleh mereka itu dianggap telah
meninggalkan hukum Allah.
Ali tetap melanjutkan perjalanan hingga sampai di Kufah. Ali sangat berharap mereka
mau kembali bergabung bersamanya. Untuk tujuan itu, beliau mengutus Ibnu Abbas
agar berdialog dengan mereka.
Ibnu Abbas menceritakan,
Jubah terbaik dari Yaman segera kupakai, kurapikan rambutku, dan kulangkahkan kaki
ini hingga masuk di barisan mereka di tengah siang.”
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma melanjutkan: “Sungguh aku melihat seolah diriku
masuk di tengah kaum yang belum pernah sama sekali kujumpai. Satu kaum yang
sangat bersemangat dalam ibadah seperti mereka. Dahi-dahi penuh luka bekas sujud,
tangan-tangan menebal bagaikan lutut-lutut unta. Wajah-wajah mereka pucat karena
tidak tidur, menghabiskan malam untuk beribadah.
‘Selamat datang wahai Ibnu Abbas, misi apa yang anda bawa?’ sambut mereka.
‘Aku datang dari sisi seorang sahabat nabi, menantu beliau. Al-Quran turun kepada para
sahabat, dan mereka lebih paham tentang tafsir Al-Quran dari pada kalian. Sementara
tidak ada satupun sahabat di tengah kalian. Sampaikan kepadaku, apa yang
menyebabkan kalian membenci para sahabat Rasulullah dan putra paman beliau (Ali bin
Abi Thalib)?’
‘Ada tiga hal..’ jawab orang khawarij tegas.
‘Apa saja itu?’ tanya Ibnu Abbas.
‘Pertama, dia menyerahkan urusan Allah kepada manusia, sehingga dia menjadi kafir.
Karena Allah berfirman, ‘Tidak ada hukum kecuali hanya milik Allah.’ Apa urusan orang
ini dengan hukum Allah?’
‘Ini satu..’ tukas Ibn Abbas
‘Kedua, Ali memerangi Muawiyah, namun tidak tuntas, tidak memperbudak mereka dan
merampas harta mereka. Jika yang diperangi itu kafir, seharusnya dituntaskan dan
diperbudak. Jika mereka mukmin, tidak halal memerangi mereka.’
‘Sudah dua.. lalu apa yang ketiga?’ kata Ibnu Abbas.
‘Dia tidak mau disebut amirul mukminin, berarti dia amirul kafirin.’
‘Ada lagi alasan kalian mengkafirkan Ali selain 3 ini?’ tanya Ibnu Abbas.
‘Cukup 3 ini.’ jawab mereka.
Anda bisa perhatikan, betapa miripnya khawarij dulu dan sekarang. Ayat yang
didengung-dengankan sama. Cara berfikir dan berlogika juga sama. Banyak
menggunakan mafhum kelaziman untuk mengkafirkan banyak manusia, siapa yang
setuju dengan selain hukum Allah maka dia setuju dengan kekafiran, dan siapa yang
setuju dengan kekafiran maka dia kafir. dst. Bagi anda yang pernah mendengar
ceramah para ’teroris’, para ‘buron polisi’ akan sering mendengarkan ayat ini diulang-
ulang.
Kita kembali kepada kisah Ibnu Abbas bersama Khawarij.
Mulailah Ibnu Abbas menjelaskan ke-salah pahaman mereka,
‘Apa pendapat kalian, jika aku sampaikan kepada kalian firman Allah dan sunah Nabi-
Nya, yang membantah pendapat kalian. Apakah kalian bersedia menerimanya?’
‘Ya, kami menerima.’ Jawab mereka.
‘Alasan kalian, Ali telah menunjuk seseorang untuk memutuskan hukum, akan
kubacakan ayat dalam firman Allah, bahwa Allah menyerahkan hukum-Nya kepada
manusia untuk menentukan harga ¼ dirham. Allah perintahkan agar seseorang
memutuskan hal ini. Allah berfirman,
nنiم nلn gلp مnا قnت اء� مiث nزnجnم�دا فnعn pمg مpت gك nهp مiن nل م� وnمnنg قnت pرpح gمp gت nن gدn وnأ pوا الصlي pل nقgت n ت pوا ال nمnن lذiينn آ �هnا ال يn nا أ ي
gمp gك iهi ذnوnا عnدgلr مiن pمp ب nحgك i ي lعnم الن
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika
kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, Maka
dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang
dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai sembelihan
yang dibawa ke ka’bah. (QS. Al-Maidah: 95)
Aku sumpahi kalian di hadapan Allah, apakah putusan seseorang dalam masalah kelinci
atau hewan buruan lainnya, lebih mendesak dibandingkan keputusan seseorang untuk
mendamaikan diantara mereka. Sementara kalian tahu, jika Allah berkehendak, tentu
Dia yang memutuskan, dan tidak menyerahkannya kepada manusia?.’ Jelas Ibn Abbas.
‘Keputusan perdamaian lebih mendesak.’ Jawab mereka.
‘Allah juga berfirman tentang seorang suami dengan istrinya,
pهl pوnف�قi الل nحا ي iصgال pرiيدnا إ iنg ي iهnا إ هgلn nما مiنg أ iهi وnحnك nهgل nما مiنg أ pوا حnك gعnث iهiمnا فnاب gن nي قnاقn ب iش gمp فgت iخ gنi وnإ
nهpمnا gن nي ب
Jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang
hakam (juru damai) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan.
jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi
taufik kepada keduanya. (QS. An-Nisa: 35)
Aku sumpahi kalian di hadapan Allah, bukankah keputusan seseorang untuk
mendamaikan sengketa dan menghindari pertumpahan darah, lebih penting
dibandingkan keputusan mereka terkait masalah keluarga?
‘Ya, itu lebih penting.’ Jawab khawarij.
Alasan kalian yang kedua, ‘Ali berperang namun tidak tuntas, tidak menjadikan lawan
sebagai tawanan, dan tidak merampas harta mereka.’
Apakah kalian akan menjadikan ibunda kalian sebagai budak. Ibunda
A’isyah radhiyallahu ‘anha, kemudian kalian menganggap halal memperlakukannya
sebagai budak, sebagaimana budak pada umumnya, padahal dia ibunda kalian? Jika
kalian menjawab, ‘Kami menganggap halal memperlakukan dia (Aisyah) sebagai budak,
sebagaimana lainnya.’ berarti dengan jawaban ini kalian telah kafir. Dan jika kalian
mengatakan, ‘Dia bukan ibunda kami’ kalian juga kafir. Karena Allah telah menegaskan,
gمpهp مlهnاتp وnاجpهp أ gزn هiمg وnأ iسpفg nن iينn مiنg أ gمpؤgمiن iال وgلnى ب
n iي� أ lب الن
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan
isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. (QS. Al-Ahzab: 6).
“Dengan demikian, berarti kalian berada diantara dua kesesatan.”
“Apakah kalian telah selesai dari masalah ini?” tanya Ibn Abbas
‘Ya..’ jawab mereka.
Alasan kalian yang ketiga, Ali menghapus gelar amirul mukminin darinya. Saya akan
sampaikan kepada kalian kisah dari orang yang kalian ridhai (Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam) dan saya kira kalian telah mendengarnya. Bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pada saat Hudaibiyah, beliau mengadakan perjanjian damai dengan
orang musyrikin. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada Ali: “Tulis, ini
yang diputuskan oleh Muhammad rasulullah (utusan Allah).”
Maka orang-orang musyrik mengatakan, “Tidak bisa. Demi Allah, kami tidak mengakui
bahwa kamu rasul Allah. Kalau kami mengakui kamu Rasul Allah, kami akan
mentaatimu. Tulis saja, ‘Muhammad bin Abdillah.”
“Hapuslah wahai Ali, hapus tulisan utusan Allah. Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku
utusan-Mu. Hapus wahai Ali, dan tulislah: ‘Ini perjanjian damai yang diputuskan
Muhammad bin Abdillah.” Perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali.
“Demi Allah, Rasulullah lebih baik dari pada Ali. Namun beliau telah manghapus dari
dirinya gelar rasul Allah. Dan beliau menghapus hal itu, tidaklah menyebabkan beliau
gugur menjadi seorang nabi. Apakah kalian telah selesai dari masalah yang ini?” jelas
Ibnu Abbas.
“Ya..” jawab khawarij.
Sejak peristiwa ini, ada sekitar 2000 orang khawarij yang bertaubat dan kembali
bersama Ali bin Abi Thalibradhiyallahu ‘anhu. Sisanya diperangi oleh Ali bersama para
sahabat Muhajirin dan Anshar.
(Khashais Ali bin Abi Thalib, An-Nasai, hlm. 20).
Kutbah Ali di Depan Khawarij
Setelah berdebat dengan Ibnu Abbas, bertaubatlah sekitar 2 ribu orang khawarij.
Mereka balik ke Kufah, untuk bergabung bersama Ali bin Abi Thalib. Kemudian Ali
datang sendiri menemui mereka yang tersisa dan belum bertaubat. Ketika Ali datang,
mereka menyangka Ali telah berpihak kepada mereka. Mereka menganggap bahwa
Ali telah bertaubat kesalahannya – menurut anggapan mereka – dan menarik
kembali keputusan tahkim.
Merekapun mendengang-dengungkan hal ini di tengah Masyarakat. Hingga al-Asy’as
bin Qais al-Kindi menemui Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib, menyampaikan informasi
bahwa masyarakat membicarakan bahwa anda telah kembali (bertaubat) dari kekufuran
anda.
Keesokan harinya, pada hari jumat, Ali berkhutbah. Beliau menyinggung sikap orang-
orang yang memisahkan diri dari negara. Beliau mencela habis orang yang berpecah
belah. Ketika turun dari mimbar, beberapa orang di pojok masjid meneriakkan,
‘ لله إال حكم ’ال
Tidak ada hukum kecuali milik Allah.
”Hukum Allah, akan diterapkan kepada kalian.” Komentar Ali.
Kemudian beliau berisyarat dengan tangannya, menyuruh mereka diam. Hingga ada
salah satu dari khawarij itu yang maju, sambil menyumbat telinganya, dan membaca
firman Allah,
nينiر iاسnخg nنl مiنn ال pون nك nت nطnنl عnمnلpكn وnل ب gحn nي gتn ل ك nر gشn iنg أ nئ ل
”Jika kamu berbuat syirik, maka amalmu akan terhapus dan kamu akan menjadi orang
yang merugi.” (QS. az-Zumar; 65).
Kemudian Ali radhiyallahu ‘anhu membaca firman Allah,
nونp pوقiن n ي lذiينn ال lكn ال فlن iخn ت gسn n ي lهi حnقÁ وnال iنl وnعgدn الل iرg إ فnاصgب
Bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah
orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan
kamu. (QS. ar-Rum: 60).
[Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 734].
Setelah tidak memungkinkan untuk disadarkan, Ali mengikat janji kepada mereka,
إن لكم عندنا ثالثا: ال نمنعكم صالة في هذا المسجد، وال نمنعكم نصيبكم من هذا الفيء ماكانت أيديكم مع أيدينا، وال نقاتلكم حتى تقاتلونا
Kalian memiliki 3 hak di hadapan kami, [1] kami tidak melarang kalian untuk shalat di
masjid ini, [2] kami tidak menghalangi kalian untuk mengambil harta rampasan perang,
selama kalian ikut berjihad bersama kami, [3] kami tidak akan memerangi kalian, hingga
kalian memerangi kami. (Tarikh al-Umam wa al-Muluk, at-Thabari, 3/114)
Akhirnya para khawarij ini berkumpul, untuk menentukan pemimpin mereka. Mereka
berkumpul di rumah Abdullah bin Wahb ar-Rasibi. Dia-pun berkhutbah di hadapan
mereka, dengan khutbah yang sangat memotivasi mereka untuk zuhud terhadap dunia,
berharap akhirat, menegakkan amar
makruf nahi munkar dan menjauh diri dari masyarakat yang penduduknya dzalim ini
(yaitu Ali dan rakyatnya). Sebagai bentuk pengingkaran terhadap hukum yang
menyimpang – menurut kebodohan mereka -.
Mereka kemudian menunjuk Zaid bin Hishn at-Thai (pemimpin gembong anti-Ali), tapi
dia menolak. Lalu menunjuk Huqus bin Zuhair, dia juga menolak, lalu Hamzah bin
Sinan, dan dia juga menolak. Lalu ditawarkan kepada Abu Aufa al-Absy, dia juga
menolak. Hingga ditawarkan kepada Abdullah bin Wahb, dan dia menerimanya. Ketika
menerima, dia mengatakan,
قا من الموت nرnأما والله ال أقبلها رغبة في الدنيا وال أدعها ف
”Demi Allah, aku tidak menerimanya karena berharap dunia, dan aku juga tidak
menolaknya karena lari dari kematian.” (an-Nihayah wal Bidayah, Ibnu Katsir, 7/316)
Dalam satu kesempatan perkumpulan mereka, Zaid bin Hishn at-Thai
berkhutbah menasehatkan mereka, dengan membaca beberapa firman Allah,
diantaranya,
Firman Allah,
iيلi ب nس gنnع nكlلiضp gهnوnى فnي iعi ال lب nت n ت gحnق� وnال iال lاسi ب gنn الن nي pمg ب رgضi فnاحgكn iيفnة فiي األ ل nخ nاكn gن عnل nا جl iن nا دnاوpودp إ ي
iهl الل
Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,
Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. (QS. Shad:
26)
Lalu firman Allah,
nون pرiافn gك iكn هpمp ال nئ pول lهp فnأ لn الل nزg nن iمnا أ pمg ب nحgك nمg ي وnمnنg ل
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka
itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. al-Maidah: 44)
Kemudian firman Allah,
nونpمi iكn هpمp الظlال nئ pول lهp فnأ لn الل nزg nن iمnا أ pمg ب nحgك nمg ي وnمnنg ل
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS. al-Maidah: 45)
dan firman Allah
nونpق iاسnفg iكn هpمp ال nئ pول lهp فnأ لn الل nزg nن iمnا أ pمg ب nحgك nمg ي وnمnنg ل
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. al-Maidah: 47)
Lalu dia melanjutkan khutbahnya,
”Saya bersaksi bahwa para ahli kiblat (kaum muslimin) telah mengikuti hawa nafsu,
membuang hukum Allah, dan berbuat dzalim dalam ucapan dan perbuatan.”
Hingga salah satu diantara mereka menangis, dan memotivasi orang disekitarnya
untuk memberontak Ali dan para sahabat. Dia mengatakan,
اضربوا وجوههم وجباههم بالسيوف حتى يطاع الرحمن الرحيم، فإن أنتم ظفرتم وأطيع اللهكما أردتم أثابكم ثواب المطيعين له العاملين بأمره
Sabet wajah dan jidat mereka dengan pedang, agar Dzat yang Maha ar-Rahman ar-
Rahim kembali ditaati. Apabila kalian menang, dan aku mentaati Allah sebagaimana
yang kalian inginkan, Allah akan memberikan pahala kepada kalian seperti pahala orang
yang taat kepada-Nya, mengamalkan perintah-Nya.!!?
al-Hafidz Ibnu Katsir ketika menyebutkan kisah mereka, beliau berkomentar,
وهذا الضرب من الناس من أغرب أشكال بني آدم، فسبحان من نوÄع خلقه كما أراد، وسبقفي قدره العظيم
Manusia model seperti ini adalah bentuk keturunan Adam yang paling aneh. Maha
Suci Dzat yang menciptakan jenis makhluk-Nya ini seperti yang Dia kehendaki. Semua
telah didahului oleh taqdir-Nya yang agung. (an-Nihayah wa al-Bidayah, 7/316)
Mereka sepakat bulat untuk menjauh dari wilayah Ali. Kemudian merekapun pergi diam-
diam, satu demi satu, agar tidak ketahuan, menuju tempat yang disepakati,
Nahrawan. Hingga mereka memiliki kekuatan.
Bersambung, insyaaAllah..