Transcript
Page 1: Menerobos Mttos lTskal - UNJsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/Kompas.pdf · nerja ekonomi Indonesia masih sangat bergantung pada progre-sivitas belanja pemerintah. Sebagai

Menerobos Mttos lTskal

acana pelebarandefisit fiskalmenjadi topik

hangat dalam diskusi"Tantangan PengelolaanAPBN" di KementerianKeuangan belum lama ini.

MenurutUU Nomor 17 Tahun2003 tentang keuangan negaradefisit anggaran dan utang di-batasi masing-masing sebesar 3persen dan 60 persen dari Pro-duk domestik bruto @DB).

Posisi rasio defisit pada level 3persen diklaim t6rlalu kecil un-tuk merangsang pertumbuhanekonomi. Pengalaman dalam li-ma tahun terakhir tarriPaknYamengonfirmasi tesis bahwa ki-nerja ekonomi Indonesia masihsangat bergantung pada progre-sivitas belanja pemerintah.

Sebagai komparasi, India danVietnam pada tahun lalu mem-beri toleransi rasio defisit ma-sing-masing 3,9 persen dan 4,5persen. Alhasil, mereka menik-mati pertumbuhan ekonomiyang relatif tinggi. Karena itu,untuk mencapai taryet Pertum-buhan ekonomi 5,2 persen Pada2012 rasio defisit perlu dilong-garkan untuk memberi ruangba-gi utang pada saat penerimaannegara sedang seret.

Dalam perspektif konseptual,stok utang saat ini adal'ah warisandari defisit pada mdsa lalu. Olehkarena itu, menjaga defisit Padatingkat yang moderat pada saatini akan mpnjamin rasio utangpada tingkat yang alnan di masa

mendatang. Dengan d6mikian,UU No l7/2OO3 adalah rambu-rambu pencegahan bagi peme-rintah dalam menempuh kebi-jakan fiskal.

Ketentuan yang ada dalam UUNo I/2003 sejatinya diadoPsidari kesepakatan Maastricht di

Uni Eropa- Lag pul4 tidak adalatar belakang ilmiah bagaimanaangka 3 persen dan 6O Persenditetapkan. Secara telaris, kedua-nya berasal dari simulasi DanaMoneter Internasional (IMF)berdasarkan nilai median datalintas negara yang menghubung-karr antara beberapa variabelekonomi malao dengan defisitdan utang.

Artinya, kaidah itu tidak se-harusnya dipandang sebagai po-sisi optimal yang berlaku mutlakdan permanen. Rasio utang ter-hadap PDB sebesar 6O persen,

misalhy4 lebih cocok untuk ne-gara maju. Sebaliknya rasio 4O

persen adalah saran untuk ne-gara berkembang yang dalamjangka panjang tak boleh dilang-gar. Alhasil, tak ada batasan yangkokoh antara kinerja pertum-buhan ekonomi dan rasio utang.Oleh karena itu, selama mdsihada cadangan kapasitas ekonomi(seperti pengangguran), pelebar-an deflsit fiska] tidak akan me-naikkan suku bung4 inflasi, ataudefisit transaksi berjalan. Kena-ikan defisit trerpotensi mening-katkan daya beli masyarakat.

Kekhawatiran lain atas tinggi-nya utang pada saat ini adalahbeban pembayaran melalui ke-naikan pajak di masa depan. Kla-im ini masih bisa diperdebatkan.Selama suku bunga utang masihlebih rendah daripada angka Per-tumbuhan PDB nominal, bebanutang akan tertutup pertumbuh-an alami penerimaan paiakalih-alih dengan kenaikan tarifpajak

Argumen lain, tingginya rasioutang menyebabkan ketidaksta-bilan ekonomi makro. Imbasny4iklim yang kondusif bagi per-tumbuhan ekonomi terganggudan kemampuan bayar utangmenj adi tidak berkelanjutan. Na-mun, data IMF yang dipakai se-

Oleh HARYO KUNCORO

bagai dasar perumusan kaidahfiskal di atas menunjukkan hu-bungan yang lemah altara rasioutang' dan ketidakstabilanmakroekonomi.

Defisit siklisLemahnya hubungan antara

rasio utang dan instabilitas eko-nomi dipicu nilai-nilai ekstrem-rya (outlier). Oleh karena itu,efek peningkatan rasio utangyang dianggap meng[rambat ke-naikan PDB dapat dengan mudahditutup efek peningkatan Per-tumbuhan ekonomi yang dido-rong belanja publik

Dari sinilah pentingnya me-lihat komposisi utang secara le-bih detail alih-alih hanyaterfokuspada besaran utang agregat. De-ngan mengamati komposisiutang isunya akan berbeda darisekadar beban kewajiban ekster-nal. Pertanyaannya kemudian ti-dak melulu pada kemampuan ba-yar, tetapi'juga apakah negara

Iain akan bersedia terus memberiutang.

Ironisnya lagi, rumusan ke-hati-hatian fiskal tidak menawar-kan perlindungan terhadap Pe-rangkap dan risiko terhadaP aku-mulasi kewajiban eksternal yangdidorong utang sektor swasta. Al-hasil, kewajiban sektor privat Pa-da al<hirnya juga akan menjadikewajiban pemerintah. Istilahpopulernya too big to foil.

Dalam skala yang lebih luas,

keasyikan berpolemik dalammengidentifikasi beraPa batas

aman rasio defisit dan utang-ne-gara bisa mengalihkan perhatiandari peran penting kebijakan fis-kal dalam memacu perfumbuhandan pembangunan. Tentu saj4rasio defisit dan utang adalahindikator yang berguna untukmengendalikan beban pemerin-tah.

Secara konseptual, damPak

beban ekonomi jangl<a paniang

dari defisit dan utang Perlu diuraisecara Iebih komPrehensif de-ngan memperhitungkan kekaYa-

an bersih pemerintah. IntinY4analisis kebijakan fiskal Perlumencermati,dampak komPosisipengeluaran dan pajak Pada Per-tumbuhan ekonomi jarrgka Prn-jang.

Beberapa tesis dl atas me-nunjukkaa, besaran utang saja

tidak cukup untuk menjelaskanpotensi pertumbuhan ekonomisuatu negara. SetidaknYa, Peng-alaman negara-nega-ra Yang su-dah berusaha untuk memeliharadeflsit anggaran (yang ditunjuk-kan oleh .penurunan tingkatutang) dapat diterapkan Pada ne-gara berkembang meski dengan

tingkat utang yang tinggi.Secara empiris, kebijakan fls-

kal dengan mengubah-ubah rasiodefisit pada umumnya jarang di-lalnrkan karena berefek distorsifpada pasar keuangan. Alhasil, de-

ngan ruang fiskal terbatas, defisitAPBN sebagian besar dibiaYaipinjaman dalam negeri, dan ken-dala legislatif lainny4 otoritas fis-kal dituntut l<reatif dalam me-nyiasatinya.

Da]am kontela ini, Kemen-terian Keuangan daPat meneraP-kan defisit siklis, yaitu lebih dari 3persen pada saat resesi dan ku-rang dari 3 persen saat Periodeboom. Alhasil, dalam satu siklusbisnis, deviasi di atas akan salingmenghilangkan sehingga rasiodef,sit tahunan akan sama (atau

kurang dari) 3 persen sebagai-mana diamanatkan oleh UU.

Modifikasi semacarn ini di-pandang lebih elegan dariPadamemotong dan/atau menundabelanja yang sangat tidak populis.Dengan demikian, pertumbuhanPDB dan stabilitas ekonomi bisatercapai bersama-sama tanPa ha-rus menerobos kaidah yang se-

KOMPAS, SABTU, 17 DESEMBER 2016

jauh ini masih dianggaP sebagai

mitos fiskal.}IARYO KUNCORO

Direktur Riset SEEBI QheSocio-Ecbnomic and Educatt-

onal Bustness Institute)Jakartq Pengajar

Fakul t as Eko nomi U niv ers i t a s

Negeri Jakartq Doktor IlmuEkonomi Alumnus PPs

UGM YogYakarta

Top Related