edisi 02 tahun ke 102012
Laporan Utama
Wawancara
Apa Kata Mereka
Pembelajaran
04
26
22
38
Edisi Bahasa Indonesia
INOVASI D
AN KREASI
UNTUK KUA
TKAN
KELEMBAG
AAN AMPL
Media Informasi Air Minum dan Sanitasi
Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan
(AMPL) di Indonesia terus bergeliat. Setidaknya ini
bisa dilihat dari alokasi anggaran pemerintah pusat
dan daerah dalam bidang air minum dan penyehatan
lingkungan yang terus meningkat. Adanya kepedulian
dan perbaikan ini tidak bisa dilepaskan dari program
yang mulai terarah dan didukung komitmen yang
terus tumbuh dari para pengambil kebijakan.
Di awal tahun 2000-an, muncul kesadaran bersama
di antara pihak-pihak terkait di tingkat pusat untuk
bersinergi membangun air minum dan penyehatan
lingkungan. Tidak bisa lagi pembangunan sektor
ini dilakukan secara sendiri-sendiri atau sektoral.
Fakta sebelumnya menunjukkan, banyak kegiatan
pembangunan sektor ini terhenti bersamaan dengan
berhentinya sebuah proyek/program. Kenapa? Karena,
sarana dan prasarana yang dibangun sekadar untuk
mengejar target. Bukan bagaimana agar sarana itu bisa
berkesinambungan dan dipelihara dengan baik oleh
masyarakat.
Kenyataan ini mendorong terbentuknya kelompok
kerja air minum dan penyehatan lingkungan (Pokja
AMPL) di pusat. Benar saja, keberadaan Pokja AMPL
mampu merangkai berbagai kepentingan yang terkait
dengan air minum dan penyehatan lingkungan. Hal-hal
yang sulit dikerjakan bersama, mulai dibahas bersama-
sama dan dicari jalan keluarnya bersama pula. Sinergi
ini menghasilkan berbagai kebijakan dan program
yang kemudian diimplementasikan.
Keberadaan Pokja AMPL di tingkat pusat pun akhirnya
menular dan ditularkan ke daerah. Hasilnya, pelan tapi
pasti, perhatian daerah terhadap pembangunan AMPL
mulai tumbuh. Sekat-sekat sektoral mulai terkoyak.
Sikap saling membutuhkan terangkai dalam bingkai
kerja sama yang sebenarnya sangat informal tersebut.
Mereka seperti menemukan sebuah gaya baru dalam
bersinergi antar instansi.
Hanya saja, dinamika perjalanan Pokja AMPL tidak
selamanya mulus. Berbagai kendala muncul. Perlu ada
upaya terus menerus agar bagaimana Pokja AMPL ini
kuat dan mampu menghadapi berbagai tantangan.
Diperlukan inovasi dan daya kreasi yang senantiasa bisa
menyegarkan kelembagaan ini.
Hal serupa juga diperlukan di level masyarakat di mana
muncul kelembagaan air minum dan penyehatan
lingkungan bersamaan dengan berjalannya denyut
pembangunan. Bagaimana pun kelembagaan di
level pengguna ini memegang peran penting dalam
menjaga dan memelihara sarana dan prasarana yang
telah dibangun.
Walhasil, penguatan kelembagaan sangat diperlukan
dalam percepatan pembangunan air minum dan
sanitasi ini. Selamat membaca!
Maraita ListyasariPemimpin Redaksi
Inovasi dan Kreasi untukDari Editor
Kuatkan Kelembagaan AMPL
02 Majalah PercikNovember 2012
Diterbitkan oleh : Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional Penanggung Jawab : Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas, Direktur Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Direktur Pengembangan Air Minum, Kementerian Pekerjaan Umum, Direktur Bina Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna, Kementerian Dalam Negeri, Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri, Direktur Penataan Perkotaan, Kementerian Dalam Negeri PembinaNugroho Tri Utomo Pemimpin Redaksi : Maraita Listyasari Redaktur : Eko Wiji Purwanto Editor : Aldy Mardikanto, Nur Aisyah Nasution Tim Penyusun : Nissa Cita Adinia, Cheerli, Kelly Ramadhanti , Indriany, Yusmaidy, Hendra Murtidjaja, Mujiyanto, Joko Prasetyo, Eko Budi Harsono Disain : E. Sunandar Sirkulasi / Sekretariat : Agus Syuhada, Nur Aini
DAFTAR ISI
MENGUATKAN KELEMBAGAAN AMPLKeberadaan Kelompok Kerja (Pokja) AMPL semakin dirasakan manfaatnya di daerah. Pokja telah menjadi sebuah kebutuhan untuk koordinasi & sinergi lintas sektor terkait pembangunan AMPL
04
34
Media Informasi Air Minum dan Sanitasi
Majalah PercikNovember 2012 03
Cover : E. SunandarFoto Cover : Nury Sybli (Arisan Jamban / Bangka)
Alamat Redaksi Majalah Percik : Jl. RP Soeroso 50 Jakarta Pusat, Telp/Fakx : 021- 31904113, Situs Web : http//www.ampl.or.id, Email: [email protected], [email protected]
Redaksi menerima kiriman tulisan/ artikel dari luar. Isi berkaitan dengan air minum dan penyehatan lingkungan
Kelembagaan kuat, masyarakat peduli.
APPSANI, dari Tukang Sanitasi ke Tukang Advokasi
Gemricik, Merevitalisasi Cikapundung
Wawancara Guru Besar Hukum Lingkungan, Unpar Bandung
Wawancara Handy Legowo, Tim Pengarah Jejaring AMPL
Kiprah Pokja AMPL NTT
Studi Aspek Kelembagaan untuk Kinerja Pokja yang Lebih Baik
Bagaimana agar kelembagaan yang ada kuat, eksekutif peduli dan masyarakat pun tergerak.
Simak cerita menarik dari Asosiasi Pengelola dan Pemberdayaan Sanitasi Indonesia (APPSANI)
Tanpa surat tugas dan instruksi sekitar 36 dosen dari perguruan tinggi di Bandung berjibaku merumuskan masalah dan memberikan solusi terhadap permasalahan Cikapundung.
45
48
30
26
38
52
Media Informasi Air Minum dan Sanitasi
04 Majalah PercikNovember 2012
Majalah PercikNovember 2012 05
Keberadaan Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (AMPL) semakin dirasakan manfaatnya di daerah. Pokja
telah menjadi sebuah kebutuhan dalam hal koordinasi dan sinergi
lintas sektor terkait pembangunan AMPL.
MENGUATKAN KELEMBAGAAN AMPL
06 Majalah PercikNovember 2012
Sebuah survey pada pertengahan tahun ini yang
dilakukan oleh Pokja AMPL Nasional bersama Waspola
dengan judul Pemetaan Pokja AMPL Provinsi 2012
menunjukkan kondisi tersebut. Pokja AMPL yang
dulunya hanya berada di pusat (nasional) saat ini
berkembang ke seluruh daerah. Telah ada dan
berfungsi sebanyak 32 Pokja AMPL Provinsi dan 269
Pokja AMPL Kabupaten/Kota (219 pokja kabupaten dan
50 pokja kota).
Pokja AMPL Provinsi muncul pada 2004 seiring
munculnya perhatian terhadap sektor ini dan adanya
inisiasi dari Pokja AMPL Nasional. Setelah itu, Pokja
AMPL Provinsi terus tumbuh hingga saat ini. Faktor
kebutuhan dan adanya advokasi yang terus menerus
dari beberapa program/proyek di daerah mendorong
para pemangku kepentingan membentuk wadah
bersama yang bersifat inklusif, tidak birokratis, tanggap
dan responsif.
Pokja AMPL sebagai lembaga ad hoc memang tidak
memiliki otoritas, tetapi efektif sebagai pelumas
untuk mengisi kekurangan pelaksanaan koordinasi
lintas sektor serta mengisi kekosongan peran-peran
kementerian/lembaga/dinas yang belum berjalan
secara optimal. Makanya, faktor komitmen menjadi
penting dalam menjalin hubungan personal, egaliter
antar anggota, fleksibel, militan, inovatif dan kreatif
serta adanya seorang/sekelompok orang yang mau
berjuang (champion).
Sebagai sebuah kebutuhan, pembentukan
Majalah PercikNovember 2012 07
kelembagaan ini pun menular auranya ke tengah
masyarakat. Masyarakat pun membentuk wadah
tersendiri untuk mengelola sarana AMPL dan
praktek higiene di lingkungan mereka. Meski tidak
sama persis dengan kelembagaan yang ada di
birokrasi, kelembagaan berbasis masyarakat ini pun
tumbuh dengan cepat bersamaan dengan adanya
pembangunan AMPL di tengah-tengah mereka.
Kiprah Pokja AMPL Nasional
Sayangnya kinerja pokja belum dapat dikatakan
optimal. Survey yang dilakukan oleh Waspola itu
menunjukkan bahwa kinerja pokja dari ke-32 provinsi
di Indonesia itu beragam. Beberapa pokja beroperasi
secara aktif, namun beberapa pokja tidak.
Banyak faktor yang memengaruhinya hal tersebut.
Di antaranya adalah dukungan politik terhadap
pembangunan sektor ini, ketersediaan pendanaan
yang cukup serta kesadaran bersama untuk melakukan
koordinasi dan sinergi di antara para pelaku AMPL.
Di level nasional, terjadi dinamika atas kinerja pokja.
Namun, menurut mantan Direktur Perumahan dan
Permukiman Bappenas Basah Hernowo, banyak
kemajuan yang telah dicapai. Pokja yang embrionya
muncul pada 2002 itu telah berkembang. Awalnya
hanya di pusat, kini telah tumbuh di daerah.
Menurut orang yang menginisiasi lahirnya Pokja AMPL
Nasional ini, satu hal penting dari keberadaan pokja
adalah timbulnya kekompakan. Jadi jangan sampai
satu mengokupansi kewenangan pihak lain, kompak
saja, kita setara, katanya.
Ia kemudian menjelaskan filosofi hadirnya pokja
ini. Menurutnya, masing-masing institusi memiliki
ciri khas yang tidak dimiliki pihak lain. Misalkan PU,
mereka berbicara soal engineering, tapi tidak soal
beban masyarakat. Sebaliknya kesehatan tidak
bicara soal engineering tapi bicara soal kesadaran
masyarakat. Beda pula dengan Dalam Negeri soal
kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat. Masing-
masing punya tugas khusus, nah Bappenas lah yang
mengkoordinasikannya, jelas Basah yang kini menjabat
sebagai Direktur Kehutanan dan Sumber Daya Alam
Bappenas.
Kebersamaan itu telah melahirkan berbagai p