Pekanbaru, Oktober 2013
MATERI KONSEP PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN
SUMBER DAYA MANUSIA
1. Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia
Untuk memahami lebih jauh tentang pengembangan sumber daya manusia (PSDM )
berikut ini dapat dikemukakan beberapa pengertian :
1. Bank dunia ( world bank )
Menurut world bank pengembangan sumber daya manusia meliputi seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan di bidang pendidikan dan latihan,
kesehatan, gizi, penurunan fasilitas, kemampuan berwirausaha dan administrasi, dan
termasuk kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi.
2. United nations development programme (UNDP)
UNDP memberikan batasan berdasarkan pengertian pembangunan manusia.
Pembangunan manusia menyangkut partisipasi manusia dalam proses pembangunan
dalam suatu negara yaitu pembangunan dari manusia (of the people), oleh manusia
(by the people)dan untuk manusia(for the people).
3. Canadion international development agency (CIDA)
Titik beratnya adalah manusia sebagai inti dan sasaran pembangunan yang
dalam jangka pendek berkaitan dengan pendidikan dan latihan.
4. Louis Emmerij
Seorang pakar ekonomi memberikan pengertian pembangunan sumber daya manusia ,
merupakan kegiatan-kegiatan untuk memproduksi SDM terampil melalui pendidikan
dan latihan, juga mencakup upaya untuk memanfaatkan SDM tersebut.
b. Aspek pengembangan sumber daya manusia
1. Konsep normatif
Konsep normatif adalah konsep mengenai apa yang seharusnya ada dalam
kaitan dengan sumber daya manusia. Sebagaimana diungkapkan terdahulu, secara
operasional sumber daya manusia memiliki sekurang- kurangnya tiga fungsi yaitu
sebagai pengambil keputusan, penguasa, atau pemilik dari seluruh proses
pembangunan kedua sebagai pelaksana dari keputusan-keputusan yang telah
dibuat dan ketiga adalah sebagai pencairan hasil-hasil pembangunan.
Bilamana diperhatikan GBHN 1993, maka jelas terlihat adanya suatu
keinginan untuk menempatkan manusia dalam posisi sentral dalam keseluruhan
proses pembangunan. Sering dikatakan bahwa manusia adalah subjek sekaligus
objek pembangunan. Ini berarti bahwa ketiga fungsi diatas ingin di tegakkan
dalam proses pembangunan, sehingga martabat rakyat indonesia dapat
ditingkatkan dan bangsa indonesia dapat memainkan peran yang sewajarnya
dalam masyarakat dunia.
Dalam hubungan ini dapat pula diperhatikan dimensi normatif yang penting
dari pengertian sumber daya manusia yaitu individu dan masyarakat indonesia.
Jadi kondisi normatif yang ingin diciptakan menyangkut bukan saja masing-
masing individu, tetapi juga masyarakat. Hal ini masyarakat perlunya dicarikan
sekumpulan kebijaksanaan dan instrumen yang memberi keseimbangan peran
antara individu dan kolektivitas.
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa sumber daya manusia dalam fungsinya
selaku pelaku dan pengambil keputusan akhir dalam proses pembangunan perlu
ditingkatkan sikap dan tekad kemandirian baik sebagai individu maupun selaku
masyarakat. Sikap dan tekad kemandirian ini penting dalam rangka meningkatkan
kualitas SDM.
Kualitas SDM yang tinggi amat dibutuhkan agar manusia dapat melakukan
peran sebagai pelaksana yang handal dalam proses pembangunan kualitas ini
menyangkut banyak dimensi dan meliputi keterampilan termasuk keterampilan
intelektual, sifat mengambil inisiatif dan kreatif, bertanggung jawab, hormat, dan
lain-lain. Agar berbagai kualitas manusia ini dapat diwujudkan maka kemandirian
itu perlu berkembang.
2. Konsep teknis.
Konsep teknis merupakan konsep yang perlu diadakan sesuai situasi dan
kondisi tertentu bagi mengimplementasi dan konsep normatif. Konsep teknis akan
memberi petunjuk mengenai apa yang perlu dilakukan dan kendala-kendala yang
dihadapi.
Keinginan yang kuat untuk menempatkan manusia dalam posisi sentral dalam
pembangunan tercermin dalam berbagai sasaran dalam naskah repelita VI.
Peningkatan taraf hidup kecerdasan dan kesejahteraan lahir batin akan terealisir
bilamana produksi barang dan jasa bisa meningkat dengan cara menambah input
dalam proses produksi. Produksi akan meningkat bila memanfaatkan lebih
produktif input yang ada.
Peningkatan jumlah produksi barang dan jasa yang dibutuhkan bagi
peningkatan taraf hidup kecerdasan dan kesejahteraan lahir batin dilakukan
melalui peningkatan peran serta, efesiensi dan produktivitas. Secara lebih teknis
peningkatan barang dan jasa akan mengutamakan peningkatan produktivitas
semua faktor produksi. Produktivitas total tersebutlah yang akan dituju.
Peran yang meningkat dari produktivitas ini di jabarkan dalam repelita VI
dalam bentuk meningkatnya produktivitas total sebesar 16,9% pada akhir pelita V
menjadi 21,8% pada akhir pelita VI memang tambahan modal dan tenaga kerja
dibutuhkan tetapi yang dijadikan andalan utama dalam pelita VI maupun
seterusnya adalah peningkatan produktivitas. Selanjutnya berbagai sasaran sumber
daya manusia langsung juga sudah dinyatakan antara lain dibidang usaha
terbentuknya struktur dunia usaha yang lebih seimbang dan saling menyangga,
antara yang besar, menengah, dan kecil.
c. Indikator pembangunan manusia dan sumber daya manusia
Pembinaan kualitas penduduk melalui peningkatan program keluarga
sejahtera saat ini sedang giat-giatnya dilakukan. Keluarga perlu didorong untuk
dapat melaksanakan kedelapan fungsinya yaitu :
a. Keagamaan
b. Pembudayaan
c. Cinta kasih
d. Perlindungan
e. Reproduksi
f. Ekonomi
g. Sosialisasi dan pendidikan
h. Pelestarian lingkungan
Penetepan kebijaksanaan (pembangunan kaualitas penduduk) diarahkan pada
terwujudnya kualitas penduduk sebagai potensi sumber daya manusia, pengguna
dan pemelihara lingkungan dan pembina keserasian manusia dalam lingkungan
hidup untuk mewujudkan pembangunan secara berkelanjutan. Kualitas penduduk
sebagaimana ditetapakan dalam UU No. 10 tahun 1992 adalah kondisi penduduk
dalam aspek fisk dan non fisik serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa,dan merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati
kehidupan sebagai manusia yang berbudaya berkepribadian dan layak.
d. Kualitas fisik penduduk
Kualitas fisik penduduk adalah kualitas badaniah atau jasmaniah
penduduk jasmaniah terpengaruh oleh kondisi tubuh kesehatan,gizi, olahraga,
serta kebersihan rumah dan alam sekitarnya. Kualitas fisik penduduk terbentuk
sejak periode pra lahir, pada saat mana tubuh-tubuhnya terbentuk berdasarkan
genetika.kemudian, kualitas bawaan ketubuhan tersebut akan dipengaruhi unsur-
unsur lingkungan seprrti gizi, perawatan kesehatan, dan lingkungan.
Keadaan ekonomi dan tingkat pendidikan sangat menentukan kualitas
fisik penduduk. Kesadaran tentang kesehatan dan kemauan menggunakan
pelayanan kesehatan yang tersedia sangat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang
hubungan antara kesehatan dengan kualitas tubuh. Kemampuan ekonomi
penduduk sangat menentukan apakah kebutuhan gizi dapat dipenuhi “ basic-
needs “penduduk yang merupakn persyaratan dasar kesehatan hanya dapat
dipenuhi bila kehidupan ekonomipun memadai. Dari segi praktis kualitas fisik
penduduk meliputi kebugaran, jasmani, kesehatan, daya tahan fisik.
e. Kualitas Non Fisik Penduduk
Kualitas non fisik penduduk ternyata sangat abstrak dan sulit untuk
diukur,. Variabel yang dianggap terkait dengan kualitas fisik pun bermacam-
macam sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Ukuran-ukuran yang
objektif untuk mengukur dan memahaminya pun belum tersedia. Kualitas non
fisik manusia biasanya ditentukan oleh aspek-aspek, sosial, spritual, dan mental
dari pribadi manusia bersangkutan. Namun secara makro nilai-nilai yang dianut
oleh masyarakat kecenderungan-kecenderungan yang terdapat dalam masyarakat
tentunya sangat mempengaruhi kualitas non fisik penduduk.
Dalam masyarakat industri seperti saat ini, masyarakat menunjukkan
kecenderungan buat untuk menguasai IPTEK dan mengontrol berbagai dimensi
duniawi yang bernilai material manusia ingin mengambil dan menguasai
sebanyak-banyaknya aset, relasi, kekusaan, dan lain-lain yang mendorong
terkuasainya lebih banyak dana dan materi, sehingga menimbulkan budaya
sekunder-material dalam masyarakat.
Sebaiknya kualitas non fisik terbentuk karena nilai-nilai material atau kualitas
rohaniah yang kasat mata kendatipun tidak kasat mata, artinya tidak langsung
terekspresi dalam bentuk fisk, namun sikap dan perilaku penduduk dalam semua
matranya akan dipengaruhi oleh kualitas non fisik.
Dalam matranya sebagai pribadi atau individu, kekuatan non fisiknya akan
menentukan keseluruhan reaksinya terhadap lingkungan. Kualitas non fisik yang
mantap akan menciptakan mental pribadi yang berketuhanan tinggi. Dalam
matranya sebagai anggota keluarga atau sebagai anggota kelompokpun demikian.
Bila masyarakat tersusun dan pribadi-pribadi yang kualitas non fisiknya baik,
maka masyarakat akan memiliki kualitas keseluruhan yang baik pula. Namun hal
ini sulit dicapai karena dalam budaya manapun selalu ditemukan “penyakit-
penyakit” dalam masyarakat karena adanya kepentingan yang berbeda, yang
dapat mengganggu keseimbangan sosial budaya dalam masyarakat.
2. Konsep Pembangunan Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Pembangunan
Terdapat banyak aspek dan masalah yang diketahui termasuk ke dalam
pembangunan, sehingga pembangunan tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang. Hal ini
menyebabkan kesulitan dalam mendefinisikan pembangunan, terutama bukan karena
orang tidak faham yang dimaksud dengan pembangunan itu, tapi justru karena ruang
lingkup pembangunan tersebut begitu banyak, sehingga hampir tidak mungkin untuk
menyatukan semuanya menjadi suatu bentuk rumusan sederhana sebagai suatu definisi
yang komplit: “Inilah dia pembangunan itu.”
Menurut Soetomo (2008), pembangunan sebagai proses perubahan dapat
dipahami dan dijelaskan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat
dalam hal sumber atau faktor yang mendorong perubahan tadi, misalnya yang
ditempatkan dalam posisi lebih dominan, sumber perubahan internal atau eksternal.
Disamping itu, sebagai proses perubahan juga dapat dilihat dari intensitas atau
fundamental tidaknya perubahan yang diharapkan, melalui transformasi struktural
ataukah tidak. Sebagai proses mobilisasi sumberdaya juga dapat dilihat pandangan dan
penjelasan yang berbeda, misalnya pihak yang diberi kewenangan dalam
pengelolaannya diantara tiga stakeholders pembangunan, yaitu negara, masyarakat, dan
swasta. Perbedaan pandangan juga menyangkut level pengelolaan sumber daya tersebut,
tingkat lokal, regional, atau nasional. Perspektif yang berbeda juga dapat menyebabkan
pemberian perhatian yang berbeda terhadap sumber daya yang ada. Perspektif tertentu
lebih memberikan perhatian pada sumber daya alam dan sumber daya manusia,
sedangkan perspektif yang lain disamping kedua jenis sumber daya tersebut juga
mencoba menggali, mengembangkan dan mendayagunakan sumber daya sosial yang
sering disebut juga dengan modal sosial atau energi sosial. Bahkan dalam masing-
masing perspektif yang bersikap terhadap sumber daya manusia juga dapat dijumpai
pandangan dan perlakuan yang berbeda. Disatu pihak dijumpai perspektif yang
melihatnya sebagai sekedar objek yang sama dengan sumber daya alam yang dapat
digerakkan dan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pembangunan, dan dilain pihak
melihatnya sebagai aktor atau pelaku dari proses pembangunan itu sendiri.
Pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis, bukan dilihat sebagai
konsep statis yang selama ini sering kita anggap sebagai suatu kesalahan yang wajar.
Pembangunan pada dasarnya adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir.
”Development is not a static concept. It is continuously changing“, artinya juga bisa
dikatakan bahwa pembangunan itu sebagai “never ending goal”. Proses pembangunan
sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan supaya
menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri (self sustaining
proces) tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang
dikonsepsikan sebagai usaha pemerintah belaka. Pembangunan tergantung dari suatu
“innerwill”, dan proses emansipasi diri, dan suatu partisipasi kreatif dalam proses
pembangunan hanya menjadi mungkin karena proses pendewasaan (Tjokroamidjoja dan
Mustapadijaja dalam Nawawi, 2009).
Banyak pakar memberikan definisi tentang pembangunan. Dalam tulisan-tulisan
mengenai pembangunan tersebut, pengertian-pengertian seperti modernisasi, perubahan
sosial, industrialisasi, westernasi, pertumbuhan (growth), dan evolusi sosio-kultural
biasanya selalu dikaitkan dalam menyusun suatu definisi pembangunan. Namun
demikian, menurut para ahli, istilah tersebut di atas terasa kurang sesuai dengan yang
sesungguhnya dimaksud dengan pembangunan. Frey dalam Zulkarimen Nasution (2004)
menyebutkan bahwa pengertian pertumbuhan (growth) terasa terlalu luas, sedangkan
industrialisasi terlalu sempit. Begitu pun dengan istilah westernisasi yang terasa bersifat
parokial (sempit wawasannya).
Menurut Rogers dalam Zulkarimen Nasution (2004), pembangunan diartikan
sebagai proses yang terjadi pada level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan
modernisasi menunjuk pada proses yang terjadi pada level individu. Yang paling sering,
kalaupun kedua pengertian istilah tersebut dibedakan, maka pembangunan dimaksudkan
yang terjadi pada bidang ekonomi, atau lebih mencakup seluruh proses analog dan
seiring dengan itu, dalam masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai suatu istilah teknis, pembangunan berarti membangkitkan masyarakat di
negara-negara sedang berkembang dari keadaan kemiskinan, tingkat melek huruf
(literacy rate) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan sosial (Seers dalam
Zulkarimen Nasution, 2004 Menurut Seers dalam Zulkarimen Nasution (2004).
Menurut Sondang P. Siagian (2008), pembangunan didefinisikan sebagai
rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar
yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building).
b. Karakteristik Pembangunan
Berdasarkan beragamnya pengertian pembangunan di atas, maka karakteristik
pembangunan dapat dilihat dari perkembangan paradigma pembangunan yang
berlangsung dari waktu ke waktu. Berikut ini merupakan paradigma yang aktivitas
pembangunannya didasarkan pada tiga karakterstik, yaitu integral, universal, dan
partisipasi total (patriotproklamasi.blogspot.com).
Karakteristik pembangunan integral mengandung arti bahwa program
pembangunan disatu sektor tidak bisa dipisahkan dengan pembangunan disektor lain.
Pembangunan ekonomi misalnya, tidak terlepas dari pembangunan sumber daya manusia
yang berkualitas, pembangunan politik yang adil dan jujur serta bersih dari
penyimpangan, pembangunan hukum yang berkeadilan, pembangunan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang bertumpu pada kekuatan sendiri, serta pembangunan sosial budaya
yang berakhlak. Dalam Paradigma ini, karakteristik pembangunan yang bersifat integral
akan meniadakan ketimpangan pembangunan antara ekonomi fisik yang dominan
(mercusuaris) dengan pembangunan sumber daya manusia, ilmu pengetahun dan
teknologi, kemandirian, serta sosial budaya.
Karakteristik pembangunan universal memberikan pengertian bahwa aset-aset
pembangunan haruslah dipergunakan untuk kepentingan lintas generasi, lintas teritorial,
dan bahkan lintas kehidupan (dunia akhirat). Lintas generasi berarti harus berkelanjutan
(sustainable), jangan sampai pembangunan sekarang menyebabkan terpuruknya
generasi-generasi yang akan datang. Mungkin pembangunan telah mengabaikan hal ini,
pembangunan-pembangunan fisik yang gegap gempita di masa lalu membuat generasi
sekarang menderita lantaran pembiayaannya melalui utang. Lintas teritorial maksudnya
adalah bahwa pembangunan disuatu tempat tidak menyebabkan tempat lain terlantar atau
bahkan terkena dampak negatifnya. Dalam paradigma ini, terdapat pula visi pemerataan
pembangunan dan pembangunan yang ramah lingkungan. Sedangkan lintas kehidupan
bermakna menginspirasikan pelaku-pelaku pembangunan supaya berbuat sambil
membangun pula akhirat yang lebih baik, aktivitas dalam hal ini merupakan ekspresi
relijius.
Karakteristik pembangunan partisipasi total adalah bahwa pembangunan harus
dilakukan oleh seluruh aktor pembangunan sesuai perannya. Untuk itu, diperlukan
pemberdayaan masyarakat agar mereka setara sebagai mitra pemerintah dalam
merumuskan kepentingan bersama. Kesetaraan ini tidak hanya dari segi kedudukannya
tetapi juga kualitasnya, sehingga diperlukan pendidikan politik.
c. Ciri-ciri Pembangunan
Pada dasarnya, ciri-ciri pembangunan itu dapat dilihat dari pengertian
pembangunan itu sendiri. Ciri-ciri pembangunan yang dikemukakan disini adalah
berdasarkan tujuh ide pokok yang muncul dari definisi pembangunan yang diberikan
oleh Sondang P. Siagian (2008), yaitu:
1. Pembangunan merupakan suatu proses. Berarti pembangunan merupakan rangkaian
kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang
disatu pihak independen akan tetapi dipihak lain merupakan “bagian” dari sesuatu
yang bersifat tanpa akhir (never ending). Banyak cara yang dapat digunakan untuk
menentukan pentahapan tersebut, seperti berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil
tertentu yang diharapkan akan diperoleh.
2. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk
dilaksanakan. Dengan perkataan lain, jika dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara terdapat kegiatan yang kelihatannya seperti pembangunan,
akan tetapi tidak ditetapkan secara sadar dan hanya terjadi secara sporadis atau
insidental, maka kegiatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembangunan.
3. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek. Seperti dimaklumi, merencanakan berarti mengambil
keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dilakukan pada jangka waktu tertentu
di masa depan.
4. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan.
Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu negara bangsa
untuk berkembang dan tidak sekedar mampu mempertahankan kemerdekaan,
kedaulatan, dan eksistensinya. Perubahan mengandung makna bahwa suatu negara
bangsa harus bersikap antisipatif dan proaktif dalam menghadapi tuntutan situasi yang
berbeda dari jangka waktu tertentu ke jangka waktu yang lain, terlepas apakah situasi
yang berbeda itu dapat diprediksikan sebelumnya atau tidak. Dengan perkatan lain,
suatu negara bangsa yang sedang membangun tidak akan puas jika hanya mampu
mempertahankan status quo yang ada.
5. Pembangunan mengarah pada moderntias. Modernitas di sini diartikan antara lain
sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik daripada sebelumnya, cara berpikir yang
rasional dan sistem budaya yang kuat tetapi fleksibel.
6. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan perdefinisi
bersifat multidimensional, artinya modernitas tersebut mencakup seluruh segi
kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, serta pertahan dan keamanan.
7. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa,
sehingga negara bangsa yang bersangkutan semakin kokoh fondasinya dan semakin
mantap keberadaannya.
d. Tujuan Pembangunan
Tujuan pembangunan di negara manapun tentunya untuk kebaikan
masyarakatnya dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Siagian
dalam Nawawi (2009), pada umumnya komponen yang dicita-citakan dalam
keberhasilan pembangunan adalah bersifat relatif dan sukar membayangkan tercapainya
“titik jenuh yang absolut”, dan yang sudah tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi,
seperti: keadilan sosial; kemakmuran yang merata; perlakuan yang sama dimata hukum;
kesejahteraan material, mental, dan spiritual; kebahagian untuk semua; ketentraman;
serta keamanan. Untuk mencapai tujuan ini, maka masyarakat harus lebih berpartisipasi
dalam kegiatan pembangunan yang meliputi keterlibatan aktif, keterlibatan dalam
memikul beban dan tanggung jawab, serta keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat
(Tjokroamidjojo dalam Nawawi, 2009).
Menurut Zulkarimen Nasution (2004), yang menjadi tujuan umum (goals)
pembangunan adalah proyeksi terjauh dari harapan-harapan dan ide-ide manusia,
komponen-komponen dari yang terbaik yang mungkin, atau masyarakat ideal yang
terbaik yang dapat dibayangkan. Tujuan khusus (objectives) pembangunan adalah tujuan
jangka pendek, biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran dari suatu
program tertentu. Sedangkan target pembangunan adalah tujuan-tujuan yang dirumuskan
secara konkret, dipertimbangkan rasional dan dapat direalisasikan sebatas teknologi dan
sumber-sumber yang tersedia, yang ditegakkan sebagai aspirasi suatu situasi yang ada
dengan tujuan akhir pembangunan.
e. Visi dan Misi Pembangunan
Agar program-progam pembangunan dapat berjalan dengan baik sebagaimana
yang telah dituangkan dalam prioritas pembangunan, maka visi dan misi pembangunan
haruslah selaras dengan tujuan pembangunan, sehingga dapat menumbuhkan komitmen
pelaksana pembangunan untuk mewujudkan visi menjadi kenyataan dalam proses kreatif
dan intuitif. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan. Sedangkan misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Agar dapat menentukan visi pembangunan dengan jelas, maka haruslah dapat
menjawab pertanyaan ”dalam pembangunan apa kita sekarang berada?”. Langkah-
langkah yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan itu adalah:
1. Menganalisis skala, lingkup, ukuran, bauran hasil pembangunan, dan aktivitas
pembangunan saat ini;
2. Memandang ke depan dengan cara membandingkan celah antara apa yang
sesungguhnya dicapai dengan apa yang ingin dicapai;
3. Celah tersebut digunakan oleh pelaksana pembangunan untuk menentukan arah dan
pola organisasi di masa depan.
Visi yang hendak dicapai memerlukan penjabaran kegiatan yang selaras dengan
visi tersebut. Menurut Suprayitno dalam Nawawi (2009), penjabaran dari kegiatan inilah
yang disebut dengan misi. Untuk menyatakan misi tersebut, maka harus memuat antara
lain:
1. Menentukan apa yang dicita-citakan organisasi.
2. Membedakan organisasi dengan organisasi lain.
3. Menjadikan kerangka untuk evaluasi aktivitas kini dan yang akan dating.
4. Menjamin kebulatan maksud dalam organisasi.
5. Menyediakan basis untuk memotivasi sumber-sumber organisasi.
6. Meyediakan standar untuk mengalokasikan sumber-sumber organisasi.
7. Menentukan sifat dan iklim bisnis yang diinginkan.
8. Menyediakan titik fokal untuk mengidentifikasikan tujuan dan arah organisasi.
9. Memungkinkan penerjemahan maksud organisasi ke da;am tujuan-tujuan yang cocok.
10. Memungkinkan penerjemahan tujuan ke dalam strategi dan aktivitas yang spesifik
lainnya.
f. Model-model Pembangunan
Menurut Nawawi (2009), berdasarkan paradigma pembangunan yang
berkembang (intergrating Development Paradigma) pada empat dasawarsa pertama
sejak awal 1950-an hingga sekarang, sedikitnya terdapat lima model-model
pembangunan, yaitu: model saling hubungan, model pertumbuhan, model pemerataan,
model pembangunan manusia, dan model peningkatan daya saing.
Model saling hubungan adalah model pembangunan yang mempunyai relevansi
antara paradigma administrasi publik dengan paradigma pembangunan sosial ekonomi
politik. Dalam model ini, tercatat perkembangan model-model pembangunan lainnya
yang mempengaruhi proses pembangunan di negara-negara berkembang dan terbagi ke
dalam tiga model, yaitu: (1) Model pertumbuhan Gross Nasional Produk (GNP); (2)
Model pemerataan dan pemenuhan kebutuhan pokok; (3) Model pembangunan kualitas
manusia.
Model pertumbuhan merupakan suatu model pembangunan yang sesuai dengan
paradigma pertumbuhan yang melandasi strategi pembangunan yang berorientasi pada
peningkatan pertumbuhan Gross Nasional Produk (GNP). Model ini beranggapan bahwa
hal tersebut dapat dicapai dengan menempuh industrialisasi dan penanaman modal secara
“big push” dengan semangat modernisasi dan superioritas. Untuk itu, maka peranan yang
dilakukan adalah melakukan perencanaan dan langkah-langkah kebijakan guna
petumbuhan ekonomi yang diinginkan yang mempunyai sasaran pada adanya perubahan
sosiokultural dan institusional, sehingga masyarakat memiliki orientasi dan sifat-sifat
“achievernent, universalism, dan fungtional specificity.
Model pemerataan dipandang sebagai pemerataan dalam berbagai aspek sosial,
lingkungan, dan kelembagaan. Model ini berawal pada pengembangan delivery service
system yang berhubungan langsung dengan kelompok sasaran pada organisasi lokal dan
sektoral. Pemberantasan pengangguran dan ketidakmerataan merupakan tujuan eksplisit
pembangunan dalam model ini. Hal tersebut disebabkan karena mekanisme pasar
terganjal oleh ketimpangan dalam pembagian pendapatan. Pembangunan yang
berorientasi pada pemerataan dan pemenuhan kebutuhan pokok, termasuk kesempatan
kerja dan berusaha, air bersih dan perumahan, dipandang sebagai strategi yang lebih
baik, yang nantinya akan berdampak pada kemandirian dan keadilan sosial.
Model pembangunan manusia didasari pada paradigma manusia yang
menekankan kegiatan dengan penuh tanggungjawab untuk membangkitkan kesadaran
dan kemampuan insani (Harmon dan Mayer dalam Nawawi, 2009) dan peningkatan
sumber daya manusia, baik secara individual maupun kolektif (UNDP dalam Nawawi,
2009). Korten sendiri menyebutkan jenis manajemen dan administrasi yang cocok dalam
rangka pelaksanaan model pembangunan kualitas manusia ini sebagai community based
resource management.
Model peningkatan daya saing merupakan model pembangunan yang dilakukan
melalui transformasi teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan
sistem informasi, modernisasi manajemen usaha, serta pembaruan kelembagaan,
reinventing goverment, banishing bureauracy, deregulasi dan debirokrasi,
perkembangan ek-commece, e-goverment dan lain sebagainya, yang secara keseluruhan
mengacu pada peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan yang didukung oleh
kemampuan dan keterampilan profesional, interaksi budaya, dan kegiatan bisnis antar
bangsa.
g. Konsep Pembangunan yang Ideal
Pembangunan sangat diperlukan untuk menciptakan suatu masyarakat yang lebih
baik dan maju sesuai tuntutan jaman. Pada dasarnya, pembangunan yang diharapkan
adalah pembangunan yang berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat, menurunkan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan berkeadilan sosial.
Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan dalam semua segi kehidupan dan
penghidupan bangsa menuntut komitmen seluruh komponen masyarakat. Idealnya,
berdasarkan strategi dan rencana pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah, semua
warga masyarakat turut menjadi “pemain” dan tidak ada yang sekedar menjadi
“penonton”. Memang benar bahwa jenis, intensitas, dan ekstensitas keterlibatan berbagai
pihak berbeda-beda karena pengetahuan, keterampilan, pemikiran intelektual, waktu,
tenaga, dan kesempatan yang dimiliki juga beraneka ragam. Meskipun penyelenggaraan
kegiatan pembangunan tidak menggunakan pendekatan “elitist”, namun kelompok elit
dalam masyarakat harus memberikan kontribusi yang lebih substansial dibandingkan
dengan warga masyarakat yang lain (Siagian, 2008).
h. Faktor Penghambat Pembangunan
Pembangunan merupakan proses perubahan secara sengaja untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan banyak dipengaruhi oleh
kondisi fisik dan nonfisik dari suatu masyarakat, sehingga akselerasi (percepatan)
pembangunan disetiap negara tidak sama. Menurut Tjokroamidjojo dalam Nawawi
(2009), Faktor yang mempengaruhi pembangunan dan mempunyai relevansi dengan
kondisi masyarakat antara lain:
1. Masyarakat yang masih tradisional;
2. Masyarakat yang bersifat peralihan;
3. Masyarakat maju (modern).
Menurut Didin S. Damanhuri (2010), berdasarkan problema empiris ekonomi
politik dan pembangunan di negara-negara sedang berkembang, faktor-faktor yang
menjadi tantangan, masalah, dan hambatan dalam menjalankan agenda pembangunan
yang dapat dijadikan peluang atau ancamannya adalah:
1. Globalisasi.
2. Kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan.
3. Industrialisasi, pertanian, dan informalisasi ekonomi.
4. Korupsi, kebocoran, dan inefisiensi.
5. Utang luar negeri.
6. Lingkungan (ekologi).
7. Birokrasi.
3. Kesimpulan
Bahwa Perkembangan dan Pembangunan sumber daya manusia sangat berkaitan atau
sangat berhubungan. Karena perkembangan adalah merupakan suatu proses yang pasti
dialami oleh setiap individu,dan bersifat kualitatif dan mencangkup segala aspek.
Sedangakan pembangunan adalah suatu proses dimana proses tersebut masih dalam
tahap perkembangan,sehingga untuk mendapatkan pembangunan yang baik maka
harus melewati tahap proses pembangunan yang baik pula.
4. Referensi
http://adimoenaf.blogspot.com/2011/08/konsep-dan-indikator-pengembangan.html
http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/
http://abjaykutai.blogspot.com/2010/11/konsep-pembangunan.html
http://aryoleader.blogspot.com/2010/04/konsep-pengembangan-sumber-daya-manusia.html