Download - Manual Csl Geh 2013
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
PANDUAN MAHASISWACLINICAL SKILL LAB (CSL)
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
NAMA :
NIM :
2013
PENGANTAR
Panduan clinical skill lab (CSL) Sistem Gastroenterohepatologi ini terdiri atas 5 (lima)
keterampilan utama, yaitu :
1. Anamnesis keluhan utama yang berhubungan dengan Sistem Gastroenterohepatologi
dimana penggalian riwayat penyakit sudah lebih spesifik mengarah ke Sistem
Gastroenterohepatologi
2. Keterampilan pemeriksaan fisik dan keterampilan diagnostik. Diharapkan setelah
selesai mengikuti kegiatan ketrampilan klinik ini, mahasiswa mampu melakukan
anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik sehubungan sistem ini secara berurutan
serta mengetahui keadaan normal ataupun abnormal dari sistem ini.
3. Teknik pemasangan pipa nasogastrik
4. Pemeriksaan rektum (colok dubur)
5. Keterampilan cara membaca foto radiologi yang berkaitan dengan kelainan-kelainan
Sistem Gasteroenterohepatologi.
Buku panduan ini selain memuat panduan belajar langkah-langkah melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan ketrampilan klinik lain, juga berisi daftar tilik sebagai lembar
penilaian dari instruktur terhadap mahasiswa sebagai penilaian akhir serta membantu
dalam menilai kemajuan tingkat ketrampilan yang dilatih.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
dan penyusunan buku panduan ini.
Makassar, Oktober 2012
Koordinator Clinical Skill Lab (CSL)
Sistem Gastroenterohepatologi FK UNHAS
2
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
Pengertian
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, terlebih dahulu dilakukan komunikasi
antara dokter (pemeriksa) dan pasien yang disebut sebagai anamnesis. Kegiatan ini sangat
penting sebagai langkah awal yang dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan
diagnosis penyakit pasien. Keluhan yang diajukan seorang pasien yang diambil dengan
teliti akan banyak membantu menentukan diagnosis dari suatu penyakit. Banyak macam
keluhan yang diajukan oleh seorang penderita sistem saluran cerna. Walaupun demikian
tidak selalu keluhan-keluhan mengenai perut yang berhubungan dengan kelainan pada
saluran cerna, sehingga diperlukan suatu kesabaran dalam mengambil anamnesis dari
seorang pasien.
Pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi yang dalam hal ini abdomen umumnya
sama dengan pemeriksaan fisik secara umum meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, namun banyak dokter lebih memilih auskultasi dahulu sebelum palpasi. Dalam
pemeriksaan selanjutnya pada abdomen di samping ditemukan hasil pemeriksaan normal,
juga dapat ditemukan kelainan antara lain: distensi abdomen, adanya massa, bunyi
peristaltik yang meningkat atau menghilang dan lain-lain.
Di samping anamnesis dan pemeriksaan fisik, keterampilan diagnostik dalam hal
ini pemasangan pipa nasogastrik serta pemeriksaan rektum (colok dubur) juga dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis.
Indikasi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi dilakukan untuk :
1. Mengetahui diagnosis dari seorang pasien
2. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
3. Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien
3
4. Digunakan sebagai standar pelayanan dalam memberikan pelayanan paripurna
terhadap pasien
Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan
pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi secara berurutan dan mampu mengetahui
keadaan normal dan abnormal pada sistem tersebut.
Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan komunikasi/anamnesis dengan pasien secara lengkap
2. Mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik
3. Melakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara terperinci
4. Melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang ada
5. Mengenal dan menentukan berbagai bentuk dan bunyi abnormal dari abdomen
Media dan alat bantu pembelajaran :
- Daftar panduan belajar anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi
- Stetoskop, handscoen (sarung tangan), pipa nasogastrik
- Jelly, lap, sabun dan wastafel (air mengalir) untuk simulasi mencuci tangan
- Status penderita, pena
- Audio-visual
Metode pembelajaran :
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
4
Deskripsi Kegiatan
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran tanya &
jawab
30 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
2. Dua orang instruktur, 1 sebagai
dokter & 1 sebagai pasien
memberikan contoh bagaimana cara
melakukan anamnesa lengkap
Mahasiswa menyimak/mengamati
3. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan
instrukstur memberikan penjelasan
tentang aspek-aspek yang penting
4. Kegiatan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik pada manikin atau
probandus
5. Mahasiswa dapat memperhatikan dan
menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran
dengan umpan balik
100 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-
pasangan. Seorang mentor diperlukan
untuk mengamati 2 pasang
2. Setiap pasangan berpraktek, 1 orang
sebagai dokter (pemeriksa) dan 1
orang sebagai pasien secara serentak
3. Mentor memberikan tema khusus
5
atau keluhan utama kepada pasien
dan selanjutnya akan ditanyakan oleh
si pemeriksa (dokter)
4. Mentor berkeliling di antara
mahasiswa dan melakukan supervisi
menggunakan daftar tilik
5. Setiap mahasiswa paling sedikit
berlatih 1 kali
4. Curah pendapat / diskusi 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi : apa yang
dirasakan mudah atau sulit ?
Menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang berperan sebagai
pasien. Apa yang dilakukan oleh
dokter agar pasien merasa nyaman?
2. Instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan terakhir dan
memperjelas hal-hal yang masih
belum dimengerti
Total waktu 150 menit
PENUNTUN BELAJAR SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI
( Digunakan oleh Peserta )
NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUSA. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA 1 2 3
1. Ucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan jabat tangan
6
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :1. Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan tidak
sesuai urutannya atau ada langkah yang dihilangkan2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
urutannya, tetapi tidak efisien3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan benar, sesuai dengan urutannya dan
efisien TS (Tidak Sesuai) : Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai dengan keadaan
2. Persilahkan duduk berseberangan/berhadapan3. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan4. Tanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan5. Tanyakan keluhan utama (sebagai contoh: muntah darah)
dan menggali riwayat penyakit saat ini.Tanyakan :- onset dan durasi muntah darah : sejak kapan dan
bagaimana timbulnya- bentuk, warna dan jumlah muntah darah : bergumpal,
bercak-bercak, merah segar, merah tua atau seperti kopi- gejala lain yang berhubungan : nyeri epigastrium atau
rasa tidak enak pada epigastrium, nyeri abdomen, rasa tertarik pada perut, buang air besar warna hitam
6. Menggali penyakit dahulu dan yang berkaitan : sirosis, kanker, koagulopati, pernah dilakukan operasi untuk tukak peptik - Riwayat kebiasaan : minum alkohol, menggunakan obat
non-steroid antiinflamasi atau jamu, minum yang bersifat korosif
- Riwayat keluarga : penyakit yang diderita menyebabkan perdarahan
7. Menggali penyakit dahulu dan yang berkaitan
B. PEMERIKSAAN FISIK GASTROENTEROHEPATOLOGI 0 1 21. Inspeksi
1. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya meliputi kaki sampai kepala, atau meliputi abdomen, di belakang pemeriksa
2. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya meliputi kaki sampai kepala, atau meliputi abdomen, di belakang pemeriksa
3. Pemeriksa berada di sisi kanan pasien, dengan kepala pemeriksa sedikit lebih tinggi dari abdomen pasien.
4. Periksa rambut, konjungtiva, sklera dan kulit5. Inspeksi dilakukan beberapa menit untuk melihat kulit
toraks, kontur abdomen (datar, cembung, atau cekung), kontur usus, skar, kongesti vena, peristaltik usus yang tampak atau adanya massa,
6. Lihat distensi abdomen : asites, obesitas, kehamilan, massa dan neoplasma
7
Auskultasi1. Penderita diminta rileks dan bernafas normal2. Pusatkan perhatian pertama pada suara yang ada di abdomen
dengan menggunakan membran stetoskop di atas mid-abdomen untuk mendengarkan bising usus
3. Tentukan frekuensi bising usus normal atau abnormal (frekuensi normal: 5-12 kali/ permenit)
4. Letakkan steteskop pada empat kuadran abdomen 5. Mulailah melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang
benar :- Bunyi peristaltik dapat didengarkan di bawah umbilikus
diatas suprabupik, atau dapat dilakukan di berbagai tempat.
- Bila peristaltik tidak segera terdengar dalam 1 menit, lanjutkan mendengar selama 5 menit.
- Di atas dan di kanan umbilikus mendengarkan bunyi bergerumuh dari hepatic rub (rub terdengar seperti menggesekkan telapak tangan kuat-kuat)
6. Bruit dari karsinoma pankreas di kiri regio epigastrium dan splenik friction rub di lateral (bruit terdengar seperti aliran melewati celah sempit, bersifat periodik sesuai kontraksi sistolik)
7. Catat hasil auskultasi
Palpasi1. Tangan pemeriksa harus hangat sesuai suhu ruangan/tubuh2. Pasien diminta menekuk kedua lutut, & bernapas dengan
mulut terbuka 3. Lakukan percakapan dengan pasien sambil melakukan
palpasi4. Lakukan palpasi ringan :
- Telapak tangan secara perlahan-lahan ditempatkan di abdomen dengan jari-jari adduksi kemudian ditekan lembut ke dinding abdomen dengan kedalaman 1 cm
- Kuku jari jangan sampai menusuk dinding abdomen5. Lakukan palpasi dalam dengan langkah yang sama pada
palpasi ringan namun menekan lebih dalam (4-5 cm)6. Pada saat gerakan menekan ke bawah, ujung jari masuk ke
dinding abdomen dan menemukan struktur dibawahnya dengan rata-rata tekanan ke atas dan ke bawah 4-5 cm
7. Perhatikan wajah atau ekspresi pasien saat melakukan palpasi
8
8. Palpasi kuadran kiri abdomen :- Tujuan : menemukan palpable lien (dengan metode
Schuffner & metode Hacket), & ginjal kiri- Normal tidak ditemukan massa yang dapat di palpasi - Lakukan bimanual palpasi dengan tangan kanan
dimasukkan di belakang margin kosta kiri pada garis midaksillaris, dan tangan kiri ditempatkan dibawah toraks sehingga jari-jari dibengkokkan dibawah tulang iga.
- Pasien diminta bernafas dalam, pada saat tercapai inspirasi dalam, tangan kanan dimasukkan lebih dalam di belakang margin kosta dan dinaikkan, sementara tangan kiri menaikkan costovertebra bagian belakang.
- Dilakukan beberapa kali sesuai irama inspirasi sambil menempatkan posisi tangan kanan berganti tempat/ arah
9. Palpasi kuadran kanan abdomen :- Tujuan: menemukan palpable hepar, ginjal kanan - Tangan kanan dengan jari-jari adduksi dimasukkan
dibawah margin tulang rusuk kanan dengan permukaan volar tangan menyentuh permukaan abdomen, sensasi taktil akan diterima ujung-ujung jari.
- Supinasi tangan kiri ditempatkan dibawah toraks kanan- Saat inspirasi dalam, tangan kanan digerakkan ke arah
superior dan profunda pada saat inspirasi akhir tercapai, secara bersamaan area costovertebra kanan dinaikkan oleh tangan kiri
10. Apabila ditemukan nyeri yang langsung terjadi pada saat melakukan palpasi abdomen, kepala pasien dapat ditinggikan lagi memakai bantal
11. Blumberg’s sign (+)/ rebound tenderness: terasa sakit jika ditekan ujung jari perlahan-lahan ke dinding abdomen di area kiri bawah, kemudian secara tiba-tiba menarik kembali jari-jari. Rovsing’s sign (+): terasa sakit jika ditekan di area kiri bawah Psoas sign (+): terasa sakit jika tungkai bawah difleksikan ke arah perut
9
Straight raising leg sign (+) : terasa sakit jika tungkai diangkat ke atas dengan lutut ekstensiDunphy’s sign (+): terasa sakit di area McBurney saat batuk
12. Apabila ditemukan massa pada abdomen, dilakukan penilaian dalam hal: lokasi, ukuran, besar, kekenyalan, mobilitas dan pulsasi
Perkusi1. Lakukan perkusi pada ke empat kuadran abdomen 2. Perkusi batas paru-hepar di garis midklavikula kanan,
dimulai dari ICS II ke bawah3. Bunyi resonan dada menjadi redup ketika mencapai hepar,
dilanjutkan ke bawah, bunyi redup menjadi tympani bila perkusi di atas kolon
4. Tentukan lokasi dan ukuran hepar
10
C. PEMERIKSAAN KHUSUS ASITES 0 1 21. Puddle sign:
- Pasien berbaring dengan prone posisi (tiarap) selama 5 menit dengan siku dan lutut naik
- Diafragma stetoskop diletakkan pada bagian tengah bawah perut (tempat pengumpulan cairan terbanyak)
- Pemeriksa kemudian mendengarkan suara yang dibuat oleh jari-jari yang diketukkan pada sisi lateral abdomen
- Ketukan jari dilanjutkan terus sambil sementara steteskop digerakkan menjauhi pemeriksa
- Apabila pinggiran dari kumpulan (puddle) cairan dicapai, intensitas suara akan lebih keras
2. Shifting dullness- Perkusi dari daerah mid-abdomen ke arah lateral,
tentukan batas bunyi timpani dan redup- Minta pasien berbaring pada posisi lateral- Ascites (+) bila terjadi perubahan bunyi dari tympani ke
redup pada lokasi yang sama
11
PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK (NASOGASTRIC TUBE/NGT)3. Fluid Wave (undulasi test) :
Tangan pemeriksa atau tangan pasien sendiri diletakkan di bagian tengah abdomen secara vertikal
Tekan tangan tsb pada dinding abdomen Mengetuk salah satu pinggang, sementara tangan
yang satu mempalpasi sisi yang lain Rasakan ada tidaknya gelombang cairan
Indikasi Pasien tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk bilas lambung (mengeluarkan cairan
lambung) Pasien ileus obstruktif/ileus paralitik dan pankreatitis akut untuk
dekompresi/menyalurkan cairan lambung keluar.
KontraindikasiPasien tidak kooperatif
Bahan dan Alat Selang nasogastrik (Nasogastric tube) Jeli silokain atau K-Y jelly Stetoscope Spoit 10 cc
12
Prosedur Tindakan1. Pasien dalam posisi telentang atau miring ke kiri atau ke kanan dengan kepala
sedikit di tekuk ke depan.2. Dilakukan pengukuran / perkiraan batas lambung, yaitu dari hidung ke telinga,
lalu dari telinga ke processus xiphoideus.3. Selang dimasukkan melalui hidung, setelah ujungnya diolesi jeli.4. Setelah mencapai lambung (biasanya pada tanda 3 strip hitam yaitu kira-kira 50
cm dari lambung) dimasukkan udara dengan spuit besar (50 cc) melalui selang. Hal ini menimbulkan suara yang bisa didengar dengan meletakkan steteskop kira-kira di atas lambung (perut kiri atas/sedikit agak ke epigastrium) jika terdapat banyak cairan lambung, cairan lambung keluar dari selang.
Penyulit Erosi pada esophagus atau lambung
COLOK DUBUR (RECTAL TOUCHE/RT)
PengertianPemeriksaan colok dubur adalah suatu pemeriksaan dengan memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi pelicin ke dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini membantu klinisi untuk dapat menemukan penyakit-penyakit pada rectum, anus, prostat, kandung kemih dan perineum.
Pada pemeriksaan colok dubur dinilai adalah tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernosus (BCR). Penilaian refleks ini dilakukan dengan cara merasakan adanya refleks jepitan pada sfingter ani pada jari akibat rangsangan sakit yang kita berikan pada glans penis. Bila refleks ini lemah atau negatif mungkin terjadi impotensi organik akibat lesi pada lower motor neuron di medulla spinalis. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan neurologi yang lain yang ada hubungan dengan kelainan dan keluhan-keluhan pada sistem urogenitalia, seperti pada lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang merupakan penyebab dari buli-buli neurogen. Colok dubur juga bertujuan untuk mencari kemungkinan adanya massa di dalam lumen rektum, dan menilai keadaan prostat itu sendiri.
Pemeriksaan ini menimbulkan rasa sakit dan menyebabkan kontraksi sfingter ani sehingga dapat menyulitkan pemeriksaan. Oleh karena itu perlu dijelaskan terlebih dahulu kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan, agar pasien dapat bekerja sama dalam pemeriksaan ini.
13
Tujuan PembelajaranTujuan Umum:Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan colok dubur secara benar.
Tujuan Khusus:Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu:
1. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan Colok Dubur.2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan Colok Dubur3. Melakukan pemeriksaan Colok Dubur sesuai dengan prosedur.
Metode pembelajaran :1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar2. Ceramah3. Diskusi4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)5. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
IndikasiRectal toucher merupakan bagian dari pemeriksaan fisik abdomen untuk kasus gastrointestinal, urologi, ginekologi dan pemeriksaan neurologi. Penyakit yang dapat ditemukan pada pemeriksaan recctal toucher
- Hemorrhoid- BPH & Ca prostat- Ileus- Peritonitis- Ca Recti, dll
KontraindikasiTidak ada kontraindikasi mutlak, hati-hati pada anak-anak pemeriksaan dapat menyebabkan vasovagal syncope, hati-hati pada pasien prostatitis.
Perlengkapan• Sarung tangan• K-Y Jelly
Posisi penderita• Berbaring terlentang dalam keadaan rileks
Posisi pemeriksa• Berdiri disebelah kanan penderita
14
Cara pemeriksaan • Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi anus dibawah penerangan yang baik (jika
ada hemoroid grade 4, tidak dilakukan RT)• Keadaan tonus sfingter anal diobservasi pada saat istirahat dan kontraksi volunter• Penderita diminta untuk “mengejan” seperti pada saat defekasi, untuk
memperlihatkan desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang menonjol seperti prolaps rekti dan tumor
• Jari telunjuk tangan kanan yang memakai sarung tangan dan dilubrikasi dengan K_Y jelly, disentuhkan perlahan ke anus.
• Tekanan yang lembut diberikan sampai sfingter terbuka dan jari dimasukkan lurus ke anus.
• Evaluasi keadaan ampula rekti• Isi rektal dan mukosa yang bisa dicapai oleh jari, dipalpasi.• Prostat dan serviks diperhatikan, bersama-sama dengan beberapa lesi diluar
rektum.
TEKNIK PENILAIAN FOTO RADIOLOGI GASTROENTEROHEPATOLOGI
1. FOTO BNO
1. Periksa identitas pasien (nama/umur)
15
Massa feces
Gambar 1. Pemeriksaan colok dubur
2. Periksa ada tidaknya marker pada foto yang akan dinilai3. Pasang foto pada light box seolah-olah penderita didepan pemeriksa4. Lakukan penilaian terhadap distribusi udara dalam abdomen (apakah ada
obstruksi, atau udara sampai ke distal).5. Identifikasi adanya gambaran herring bone, step leader, air fluid level, dan tanda-
tanda distensi dari usus (dan adanya udara bebas pada subdiafragma)6. Perhatikan psoas line kiri dan kanan serta pre peritonid line kiri dan kanan7. Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada.
2. FOTO MD (Barium meal)
1. Periksa identitas pasien (nama/umur)2. Periksa ada tidaknya marker pada foto yang akan dinilai3. Pasang foto pada light box seolah-olah penderita didepan pemeriksa4. Nilai posisi penderita berdasarkan posisi kontras (supine, prone dan erect)5. Perhatikan mukosa gaster dan duodenum (apakah ada filling defect maupun
additional shadow)6. Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada
3. FOTO COLON IN LOOP (Barium enema)
1. Periksa identitas pasien (nama/umur)2. Periksa ada tidaknya marker pada foto yang akan dinilai3. Pasang foto pada light box seolah-olah penderita didepan pemeriksa4. Lakukan terlebih dahulu penilaian foto BNO pasien5. Perhatikan posisi kontras sampai dimana.6. Perhatikan mukosa, hanstrasi, incisura dan kaliber lumen colon (apakah ada filling
defect, additional shadow)7. Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada
16