Download - MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM …
MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
Al QUR’AN DI YAYASAN IHYA UL UMMAH KOTA
BAMBU UTARA II PALMERAH JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Haidar Ghozali
11150540000020
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2021 M
MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
Al QUR’AN DI YAYASAN IHYA UL UMMAH KOTA
BAMBU UTARA II PALMERAH JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Haidar Ghozali
11150540000020
Pembimbing
Dr. Tantan Hermansah, M.Si.
NIP: 19760617200501006
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2021 M
i
ABSTRAK
Haidar Ghozali
Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Quran Di Yayasan
Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta
Barat
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses manajemen
pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
membaca Al-Quran di Yayasan Ihya Ul Ummah dalam program
Rumah Quran beserta kendala dalam melakukan pemberdayaan.
Penelitian ini menggunakan studi kasus pendekatan kualitatif
dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan
observasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan
yang dilakukan oleh pengurus Rumah Quran memiliki dampak
yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitarnya dengan adanya
jumlah santri yang setiap tahunnya bertambah dari 200 orang santri
kini Rumah Quran memiliki kurang lebih 8000 santri di beberapa
cabang Rumah Quran. Selain itu, santri – santri yang dibina dalam
program Rumah Quran memiliki keahlian dalam hal mengajar
sehingga santri yang dahulunya sebagai siswa kini banyak yang
menjadi pengajar dan mengabdikan ilmunya di Rumah Quran dan
lembaga pendidikan lain.
Kata Kunci: pemberdayaan masyarakat, kemampuan
membaca Al-Quran
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT,
yang berkat nikmat dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Pemberdayaan
Masyarakat Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al
Qur’an Di Yayasan Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II
Palmerah Jakarta Barat” sebagai syarat dalam memperoleh gelar
sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, juga
kepada para keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua
termasuk umat Baginda Nabi Muhammad yang selalu merindukan
dan dirindukan Baginda Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa dalam
proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun
berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan
berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan
penuh sadar dan ketulusan pula kepada :
1. Kedua orangtua, Rohmat dan Sri Rumiyati yang senantiasa
mendo’akan, mengalir selalu perhatian dan motivasi semangat
dengan penuh cinta kasih yang diberikan kepada penulis
iii
terutama dalam menyelesaikan penulisan skripsi dan kepada
adik tercinta Hilmi Husaimi dan Azka kaylaturrahmah yang
senantiasa mendo’akan dan memberi semangat.
2. Prof. Dr. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc MA., Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW, MSW., Wakil Dekan I Bidang
Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Sihabuddin N, M.Ag., Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Cecep Sastra Wijaya MA., Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Muhtadi, M.Si., Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., Sekretaris Program
Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Dr. Tantan Hermansah, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan
dengan sangat baik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
iv
10. Dr. Abdul Rozak, MA., Dosen Pembimbing Akademik
mahasiswa PMI ‘15 yang telah membina etika dan moral saya
beserta kawan-kawan lainnya di dalam proses perkuliahan.
11. Dosen-dosen pengajar selama perkuliahan; Prof. Dr. H. Asep
Usman Ismail, MA., Drs. Yusra Kilun, M.Pd., Nurul Hidayati,
S.Ag., M.Pd., Wati Nilamsari, M.Si., Rosita Tandos,
M.ComDev., Ph.D., M. Hudri, M.Ag. Dicky Andika, M.Si
beserta seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu
memberikan ilmunya selama perkuliahan.
12. Kawan-kawanku sekalian, keluarga besar Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam khususnya angkatan tahun
2015, Yauma, Soleh, Halim, Cenov, Firzi, Imam, Fakhriy,
Fajar, Iqbal, Irul, Desta, Salman, Dini, Putri, Riza, Munah,
Septi, Cici, Laily, Sarah, Sabil, Mety, Kiki, Ardini, Tami,
Inung, Rian
13. Sahabat seperjuangan Saifuddien Zhuhri, Habibi Ahmad Dalili
dan Muhammad Faiz Zindan Balliyan yang senantiasa
memberi semangat dan do’a kepada penulis.
14. Sayidah, S. E., sebagai Managing Director Yayasan Ihya Ul
Ummah yang membantu mempermudah akses dalam proses
mencari data pada skripsi ini dan terima kasih juga kepada
seluruh bagian yayasan dan masyarakat yang terlibat.
15. Kepada abang sepupu, Abdul latif yang memotivasi dan
membantu perkuliahan peneliti hingga skripsi ini selesai.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang
telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
v
Semoga semua pihak yang telah mendoakan, membantu, dan
memberikan dukungan mendapat perlindungan dan segala
kebaikan dari Allah SWT. Akhir kata dengan segala kekurangan,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya.
Jakarta, 23 Juli 2021
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 3
C. Batasan Masalah...................................................................... 3
D. Rumusan Masalah ................................................................... 3
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 4
F. Metode Penelitian.................................................................... 5
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................ 5
2. Macam dan Sumber Data .................................................. 6
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 7
4. Teknik Analisa Data .......................................................... 8
5. Teknik Validasi Keabsahan Data ...................................... 9
6. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 9
G. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................... 10
H. Sistematika Penulisan............................................................ 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemberdayaan dan Pemberdayaan Masyarakat
............................................................................................... 14
B. Tujuan dan Fungsi Pemberdayaan Masyarakat..................... 17
C. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ....................................... 20
vii
D. Perencanaan Partisipatif ........................................................ 22
1. Tujuan Perencanaan Partisipatif ...................................... 23
2. Manajemen Perencanaan Partisipatif .............................. 23
3. Perencanaan Partisipatif dalam Program Pemberdayaan
Masyarakat ...................................................................... 25
E. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat .................................. 27
F. Pendekatan Metode Pemberdayaan....................................... 29
1. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) ................. 30
2. Metode Partisipasi Assesment dan Rencana ................... 33
G. Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan
Masyarakat ............................................................................ 34
1. Konsepsi Dasar................................................................ 34
2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi ..................................... 37
3. Prinsip Monitoring dan Evaluasi ..................................... 38
H. Kendala dalam Pemberdayaan .............................................. 39
I. Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an ................ 39
J. Kerangka Berpikir ................................................................. 48
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Profil Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah .................................. 50
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 51
C. Struktur Organisasi................................................................ 54
D. Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab Organ Yayasan, dan
Kegiatan Yayasan.................................................................. 54
E. Maksud dan Tujuan Kegiatan Yayasan................................. 62
F. Visi Dan Misi ........................................................................ 62
G. Manajemen Yayasan Ihya Ul Ummah .................................. 63
viii
H. Flow Chart Pelaksanaan Manajemen Yayasan Ihya Ul
Ummah .................................................................................. 65
I. Strategi Yayasan.................................................................... 73
J. Sarana Prasarana Yayasan..................................................... 73
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat pada Program
Rumah Qur’an ....................................................................... 75
B. Perencanaan Partisipatif dalam Program Rumah Qur’an
............................................................................................... 76
1. Program Berantas Buta Huruf Al-Qur’an ....................... 78
2. Program Tahsin Tilawah ................................................. 79
3. Program Tahfidz Qur’an ................................................. 82
4. Program PTQ Adiba ........................................................ 84
C. Sosialisasi Program Rumah Qur’an ...................................... 86
D. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Rumah
Quran ..................................................................................... 87
E. Monitoring dan Evaluasi terhadap Program Rumah Qur’an
............................................................................................... 89
F. Kendala Dalam Pelaksanaan Program Rumah Qur’an
............................................................................................... 91
BAB V PEMBAHASAN
A. Pemberdayaan Masyarakat pada Program Rumah Qur’an
............................................................................................... 95
B. Perencanaan Partisipatif dalam Program Rumah Qur’an
............................................................................................... 96
C. Faktor Sosialisasi Program Rumah Qur’an ........................... 98
ix
D. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Rumah
Qur’an ................................................................................. 100
E. Monitoring dan Evaluasi terhadap Program Rumah Qur’an
............................................................................................. 102
A. Kendala Dalam Pelaksanaan Program Rumah Qur’an ....... 104
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................. 106
B. Implikasi .............................................................................. 107
C. Saran .................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Wilayah Kecamatan Palmerah Kelurahan Kota Bambu
Utara ............................................................................................ 52
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ........................................ 58
Gambar 2.2 Rekam Jejak Rumah Qur’an ................................... 61
Gambar 2.3 Peta Wilayah Kecamatan Palmerah ........................ 63
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Yayasan Ihya Ul Ummah ........ 64
Gambar 2.5 Alur Penerimaan Tenaga Kerja ............................... 76
Gambar 2.6 Alur Evaluasi Penilaian Tenaga Kerja .................... 78
Gambar 2.7 Alur Penerimaan Santri Baru .................................. 79
Gambar 2.8 Alur Pengadaan Barang / Peralatan ......................... 80
Gambar 2.9 Periode Anggaran Mingguan .................................. 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Institut Ilmu Quran Jakarta mencatat sekitar 65 persen umat
Islam di Indonesia tidak bisa membaca Al-Quran alias buta
aksara Alquran dan hanya sekitar 20 persen saja yang bisa
membaca Al-Quran. Hal ini disebabkan berbagai macam faktor
seperti kesibukan, faktor malu, faktor lingkungan dan sistem
pengajaran yang rumit. Sedangkan jika umat Islam mengerti
akan isi kandungan AL-Quran akan tercermin pada sikap dan
tingkah laku kesehariannya (bnq.anamfalpesantren, 2017).
Fenomena banyaknya masyarakat terutama di Jakarta yang
masih buta aksara Quran membuat salah satu yayasan
bertempat di Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta Barat
yaitu Yayasan Ihya Ul Ummah, terketuk hatinya untuk
mengajarkan membaca Al-Quran dan mengamalkan isinya
terlebih lagi di wilayah Palmerah merupakan wilayah yang
tingkat buta aksara Qurannya tinggi serta wilayah dengan
tingkat kemaksiatan yang cukup tinggi, dimana sering terjadi
tawuran antar remaja, perjudian dan narkoba.
Yayasan Ihya Ul Ummah bergerak di bidang pengajaran
Quran dengan mendirikan Rumah Quran sebagai program
yang fokus pada pemberantasan buta huruf Al-Qur’an. Seluruh
program pengajaran dan kegiatan di Rumah Qur’an Ihya Ul
Ummah diberikan secara gratis, dan dilaksanakan oleh tenaga
pengajar yang berpengalaman dan bersertifikat.
2
Sejak berdiri tahun 2011, Yayasan Ihya Ul Ummah
memiliki santri sebanyak 220 santri, kemudian meningkat di
tahun 2012 sebanyak 355 santri, hingga di tahun 2017 yayasan
memiliki santri sebanyak 1170 santri, 70 santri yatim dan 34
guru pengajar seperti yang tercantum pada tabel 1.1 berikut ini
:
Tabel 1.1 Rekam Jejak Rumah Quran
Sumber : Yayasan Ihya Ul Ummah 2021
Keberhasilan yayasan dalam mendidik dan mengajarkan
membaca Al-Quran ini tidak terlepas dari manajemen
pemberdayaan masyarakat sekitar serta pemberian metode
membaca Al-Quran yang mudah dipraktekkan dan mudah
dipahami oleh para santri sehingga setiap tahun santri dan
pengajar di yayasan ini semakin bertambah banyak. Namun
dibalik keberhasilan yayasan dalam mengajarkan membaca Al-
Quran, terdapat kendala dan hambatan yang dialami pada saat
menjalankan program – program membaca Al-Quran.
Hambatan tersebut datang dari intern yayasan dan ekstern
yayasan, dimana hambatan intern datang dari kemampuan
mengajar guru – guru dan hambatan ekstern datang dari
3
masyarakat sekitar yayasan yang belum bersedia untuk
mengikuti program Rumah Quran.
Proses manajemen pemberdayaan yang dilakukan yayasan
dalam mengajarkan membaca dan memahami Al-quran beserta
hambatan yang dihadapi ditengah kondisi Kota Bambu Utara
II yang sarat akan kemaksiatan ini membuat penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Manajemen
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan Ihya Ul
Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah masih ada
masyarakat di Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta Barat
yang belum dapat membaca Al-Quran.
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah proses
manajemen pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Quran di Yayasan Ihya Ul Ummah
Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta Barat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka peneliti
dapat merumuskan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Yayasan Ihya Ul Ummah dalam program
4
Rumah Qur’an untuk meningkatkan kemampuan membaca
Al-Qur’an pada masyarakat Kota Bambu Utara II?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung
dalam melakukan manajemen pemberdayaan
meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui proses manajemen pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Ihya Ul
Ummah dalam program Rumah Qur’an untuk
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada
masyarakat Kota Bambu Utara II.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung
dalam melakukan manajemen pemberdayaan
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara teoritis yaitu untuk
menambah khazanah ilmu dakwah, khususnya yang
berhubungan dengan unsur-unsur masyarakat Islam.
Adapun secara praktis penelitian ini yaitu:
a. Manfaat Akademis
1) Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan
memperoleh kesarjanaan (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5
2) Menambah khazanah keilmuan, khususnya
memperkaya model-model dalam pengembangan
masyarakat.
3) Untuk menambah pengetahuan dan khazanah bagi
peneliti khususnya menyangkut pemberdayaan
masyarakat melalui program tentang mempelajari
Al-Qur’an sehingga masyarakat menjadi lebih
mengerti tentang ilmu Al-Qur’an khususnya dalam
hal membaca.
b. Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan
menjadi contoh lembaga atau yayasan swasta lainnya
dengan melihat dan mengaplikasikan pemberdayaan
berlandaskan Al-Qur’an.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data
pada suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci (Albi Anggito, 2018). Penjelasan serupa
mengenai penelitian kualitatif dijelaskan oleh Denzin dan
Lincoln dalam (Muh. Fitrah, 2017) yakni penelitian
kualitatif merupakan fokus perhatian dengan berbagai
metode yang mencakup pendekatan interpretatif dan
naturalistik terhadap subjek kajiannya. Hal ini berarti
bahwa peneliti kualitatif mempelajari benda – benda dalam
6
konteks alaminya yang berupaya untuk memahami atau
menafsirkan fenomena dari sisi makna yang dilekatkan
pada manusia.
Penelitian tentang manajemen pemberdayaan Yayasan
Ihya Ul Ummah di masyarakat Kota Bambu Utara II
Palmerah Jakarta Barat ini relevan dengan menggunakan
penelitian kualitatif karena memenuhi karakteristik
penelitian kualitatif, terutama dalam hal pengungkapan
data secara mendalam melalui wawancara, observasi dan
kajian dokumen terhadap apa yang dilakukan para
informan, bagaimana mereka melakukan kegiatan, untuk
apa kegiatan-kegiatan dilakukan dan mengapa mereka
mengikuti program pemberdayaan Rumah Qur’an dalam
realitas yang sesungguhnya.
2. Macam dan Sumber Data
Data pada dasarnya adalah kombinasi dari berbagai
jenis pengamatan baik secara kuantitatif maupun kualitatif
yang diperlukan untuk mengungkapkan permasalahan serta
untuk mengetahui solusi dari masalah tersebut dengan
menggunakan metode perhitungan yang tepat dalam
sebuah penelitian (Tatang Ary Gumanti, 2018). Sumber
data yang akan ditelusuri untuk memperoleh data lapangan
terdiri atas 2 sumber yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu informasi yang
dikumpulkan oleh peneliti khusus untuk tugas
penelitian karena belum ada yang menerbitkan atau
7
mengumpulkan data tersebut (Tatang Ary Gumanti,
2018), sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber data
yang diperoleh langsung dari narasumber yang akan
diteliti dengan cara wawancara mendalam, narasumber
dalam penelitian ini yaitu kepala Yayasan Ihya Ul
Ummah, Majelis atau instansi yang ikut bekerjasama di
Rumah Qur’an, Anggota atau pegawai program
pemberdayaan Rumah Qur’an dan masyarakat yang
mengikuti program Rumah Qur’an.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh
pihak yang tidak terkait dengan penelitian namun
mengumpulkan data ini untuk beberapa tujuan lain
pada waktu yang berbeda di masa lalu (Tatang Ary
Gumanti, 2018).
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen
yang mendukung penelitian ini seperti buku-buku,
catatan dan transkrip serta dokumentasi lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan
beberapa tahap, yaitu:
a. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan wawancara secara langsung
informan atau responden, informasi dilakukan secara
langsung dari narasumber (Tatang Ary Gumanti, 2018).
8
Wawancara digunakan peneliti untuk mencari
permasalahan yang ingin diteliti dan juga data
mengenai hal-hal dari responden/narasumber yang
lebih mendalam. Mengenai pembuatan wawancara
disini, peneliti menggunakan wawancara terbuka dan
dilakukan dengan cara sistematis dengan menggunakan
unsur pertanyaan 5W+1H.
b. Observasi
Observasi memiliki ciri yang spesifik dalam
mencari data dibandingkan dengan teknik lain, yaitu
wawancara dan kuesioner. Observasi tidak sebatas
memakai komunikasi tetapi juga memperhatikan
objek-objek alam yang lainnya, tidak seperti teknik
wawancara dan kuesioner yang fokus memakai
komunikasi saja. Salah satu observasi yang sesuai
dengan penelitian kali ini adalah observasi partisipatif
(Suryana, 2010, p. 14). Hasil temuan dari observasi
akan peneliti lihat sebagai bahan perbandingan dengan
hasil yang diperoleh dari wawancara tersebut.
4. Teknik Analisa Data
Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan
pendekatan analisis model Miles dan Huberman (Emzir,
2012, pp. 129-133), yang didalamnya membahas tentang:
pertama, reduksi data adalah pengumpulan data,
memfokuskan, serta memilah dan memilih data mana saja
yang dibutuhkan. Kedua, model data yaitu suatu proses
pengumpulan data yang tersusun sesuai kriterianya
9
masing-masing. Ketiga, penarikan kesimpulan merupakan
langkah akhir pada sebuah kegiatan penelitian, dimana
isinya berisikan tentang ringkasan semua data yang
diperoleh sehingga muncul sebuah manfaat dan saran
untuk kedepannya.
5. Teknik Validasi Keabsahan Data
Teknik validasi keabsahan data adalah berfungsi
sebagai menjaga kebenaran dalam isi data yang telah
didapat, dari sini peneliti menggunakan teknik triangulasi,
menurut Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman
dalam buku Rohidi, teknik tersebut berupaya
membandingkan indeks-indeks yang ada, masing-masing
setiap indeks itu sendiri memiliki metode yang berbeda
pula untuk mendapatkannya, sehingga mengarahkan
kepada kesimpulan yang tepat (Rohidi, 1992).
6. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kota Bambu
Utara II Kecamatan Palmerah Jakarta Barat. Penetapan
lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian didasarkan atas
pertimbangan bahwa kondisi objektif wilayah penelitian
dengan warganya masih kurang mampu membaca Al-
Qur’an dalam segi tajwid. Alasan lain melakukan di tempat
tersebut, peneliti yakin bahwa Yayasan Ihya Ul Ummah
memiliki data dan sumber yang cukup dalam penelitian ini.
Kemudian dari sudut lokasi tempat penelitian dengan
rumah tinggal peneliti berdekatan, sehingga memudahkan
peneliti untuk melakukan penggalian data. Masa waktu
10
penelitian dilakukan selama 3 bulan dimulai dari
pertengahan Juni 2019 sampai dengan selesai.
G. Tinjauan Kajian Terdahulu
Sebelum peneliti melakukan penelitian, alangkah baiknya
peneliti melakukan survey atau meninjau skripsi terdahulu
yang memiliki hampir sama dengan skripsi yang akan ditulis,
dengan demikian peneliti akan memandang perbedaan dan
persamaan yang akan diteliti. Skripsi yang hampir sama
tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Kuntarto dengan judul
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Seni
Membaca Al-Quran Pada Santri di Pesantren An –
Najah Purwokerto. Hasil dari penelitian ini adalah
pemberdayaan yang dilakukan dengan metode
pengajaran membaca Al-Quran telah memberikan
dampak yang sangat besar kepada lingkungan sekitar
pondok pesantren yaitu santri menjadi lebih cepat
dalam memahami bacaan Quran dan lebih mudah
dalam menghapalkannya (Kuntarto, 2016).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Kayyis Fithri Ajhuri
dan Moch. Saichu dengan judul Pemberdayaan Taman
Pendidikan Al-Quran melalui Penguatan SDM di
Masjid Nurul Fikri Watu Bonang, Badegan, Ponorogo.
Hasil penelitian ini adalah dengan adanya
pemberdayaan taman pendidikan Al-Quran,
masyarakat yang mendapatkan pengajaran menjadi
11
lebih paham dan mampu menghapal Al-Quran dengan
cara yang mudah (Saichu, 2018).
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bagian yang terdiri dari Pendahuluan,
memuat tentang Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan teoritis adalah penegasan landasan teori
dari isi penelitian yang meliputi; Manajemen
Pemberdayaan, Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-Qur’an, dan Kerangka berpikir
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Gambaran umum latar penelitian membahas
tentang informasi dari objek penelitian yang
meliputi Profil program Rumah Qur’an dan segala
sesuatu yang berhubungan mengenai keadaan
objektif masyarakat di Yayasan Ihya Ul Ummah
Kota Bambu Utara II Kecamatan Palmerah Jakarta
Barat.
12
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai data dan temuan
penelitian, yaitu proses manajemen pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Ihya Ul
Ummah dalam program Rumah Qur’an.
BAB V PEMBAHASAN
Pembahasan adalah bentuk pengolahan data yang
menjadi informasi sehingga karakteristik data bisa
dipahami dan bermanfaat untuk solusi
permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam
penelitian ini membahas tentang proses manajemen
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
Yayasan Ihya Ul Ummah dalam program Rumah
Qur’an yang meningkatkan kemampuan
masyarakat yang masih terbata-bata dalam
membaca Al-Qur’an menjadi lebih baik lagi serta
output setelah mengikuti program Rumah Qur’an
bagi keberdayaan masyarakat setempat dan faktor-
faktor penghambat dan pendukungnya.
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian
yang telah dibuat yaitu meliputi Kesimpulan dan
Saran.
13
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka yaitu suatu daftar yang berisi semua
sumber bacaan atau rujukan yang digunakan
sebagai bahan acuan dalam penulisan karya ilmiah.
LAMPIRAN
Lampiran berisi semua hal yang diperlukan seperti
dokumen-dokumen penelitian dan penulisan hasil-
hasilnya menjadi suatu karya tulis ilmiah, dan
analisis data menjadi suatu karya tulis ilmiah, dan
analisis data yang tidak dicantumkan dalam naskah.
Setiap lampiran diberi nomor urut.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemberdayaan dan Pemberdayaan
Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang
mengandung arti “kekuatan”, dan merupakan terjemahan dari
istilah dalam bahasa Inggeris “empowerment”, sehingga dapat
dijabarkan bahwa pemberdayaan mengandung arti
memberikan daya atau kekuatan kepada kelompok yang lemah
yang belum mempunyai daya/kekuatan untuk hidup mandiri,
terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok/kebutuhan dasar
hidupnya sehari-hari seperti makan, pakaian/sandang,
rumah/papan, pendidikan, kesehatan. Memberikan kekuatan
atau power kepada orang yang kurang mampu atau miskin atau
powerless memang merupakan tanggungjawab
pemerintah,namun seharusnya mendapat dukungan penuh dari
berbagai pihak, terutama masyarakat itu sendiri yang menjadi
kelompok sasaran yaitu dengan ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan setiap program/kegiatan pemberdayaan.
Di Indonesia, istilah pemberdayaan sudah dikenal pada
tahun 1990-an di banyak NGO, baru setelah konferensi Beijing
1995 pemerintah menggunakan istilah yang sama. Dalam
perkembangannya istilah pemberdayaan telah menjadi wacana
publik dan bahkan seringkali dijadikan kata kunci bagi
kemajuan dan keberhasilan pembangunan masyarakat.
Paradigma pemberdayaan adalah paradigma pembangunan
15
manusia, yaitu pembangunan yang berpusat pada rakyat yang
merupakan proses pembangunan yang mendorong prakarsa
masyarakat berakar dari bawah (Alfitri, 2011).
Pemberdayaan sebagai sebuah proses adalah merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan mengoptimalkan
keberdayaan (dalam arti kemampuan dan keunggulan
bersaing) kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
didalamnya individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai sebuah proses, pemberdayaan merujuk
pada kemampuan untuk berpartisipasi, memperoleh
kesempatan dan mengakses sumber daya dan layanan yang
dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas hidup (baik secara
individual, kelompok dan masyarakat dalam arti yang luas).
Melalui pemahaman tersebut, pemberdayaan dapat diartikan
sebagai suatu proses yang terencana untuk meningkatkan
skala/upgrade utilitas dari objek yang diberdayakan
(Poerwoko, 2012).
Robert Chambers seorang ahli yang pemikiran dan
tulisannya banyak dicurahkan untuk kepenti-ngan upaya
pemberdayaan masyarakat berpendapat bahwa, pemberdayaan
masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nila-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan
paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered
(berpusat pada manusia), Participatory (partisipatif),
empowering (memberdayakan) and sustainable
(berkelanjutan). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata
memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme
16
untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety net),
yang pemikirannya akhir-akhir ini lebih banyak dikembangkan
sebagai upaya untuk mencari alternatif terhadap konsep
pertumbuhan pada masa yang lalu (Alfitri, 2011).
Pada hakekatnya, pemberdayaan masyarakat tidak hanya
ditujukan pada individual, tetapi juga secara berkelompok,
sebagai bagian dari aktualisasi eksistensi manusia. Untuk itu,
manusia/ masyarakat dapat dijadikan sebagai tolok ukur secara
normatif, yang menempatkan konsep pemberdayaan
masyarakat sebagai suatu bagian dari upaya untuk membangun
eksistensi masyarakat secara pribadi, keluarga, dan bahkan
bangsa sebagai aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Untuk itu dalam kegiatan, pemberdayaan masyarakat
dibutuhkan adanya pengenalan terhadap hakekat manusia yang
akan memberikan sumbangan untuk menambah wawasan
dalam menerapkan berbagai konsep atau program
pemberdayaan kepada masyarakat.
Menurut Edi Suharto, pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah
sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam :
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, tetapi juga bebas dari kelaparan,
kebodohan dan kesakitan.
2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan masyarakat dapat meningkatkan
17
pendapatannya dan memperolehbarang-barang dan jasa
yang dibutuhkan dan berkualitas
3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputusan yang mempengaruhi mereka (Suharto, 2014).
B. Tujuan Dan Fungsi Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat
kekua-saan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang
memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal
(persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal
(ditindas oleh struktur sosial yang tidak berlaku adil). Untuk
melengkapi pemahaman tentang pemberdayaan perlu diketahui
tentang konsep kelompok lemah dan penyebab
ketidakberdayaan yang mereka alami.
Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai
kelompok lemah atau tidak berdaya, seperti kelompok :
1. Lemah secara struktural, yaitu lemah secara kelas
(masyarakat yang kelas sosial ekonominya rendah), gender
maupun etnis (kelompok minoritas), yang mendapatkan
perlakuan kurang/ tidak adil dan diskriminasi.
2. Lemah secara khusus, yaitu seperti manula, anak-anak,
remaja, penyandang cacat, gay-lesbian, masyarakat terasing
3. Lemah secara personal, yaitu orang-orang yang mengalami
masalah pribadi atau keluarga (Suharto, 2014).
Menurut Mardikanto dan Poerwoko, tujuan
pemberdayaan meliputi berbagai upaya perbaikan, yaitu
18
1. Perbaikan pendidikan (better edukation) artinya,
pemberdayaan harus dirancang sebagai suatu bentuk
pendidikan yang lebih baik. Perbaikan pendidikan yang
dilakukan melalui pemberdayaan tidak hanya terbatas pada
perbaikan materi, perbaikan metode, perbaikan
menyangkut waktu dan tempat, serta hubungan fasilitator
dan penerima manfaat, tetapi seharusnya yang tak kalah
pentingnya adalah bagaimana perbaikan pendidikan non
formal dalam proses pemberdayaan mampu menumbuhkan
semangat dan keinginan untuk terus belajar tanpa batas
waktu dan umur.
2. Perbaikan aksesibilitas (better accessibility) artinya,
Seiring tumbuh dan berkembangnya semangat belajar
sepanjang hayat, diharapkan dapat memperbaiki
aksesbilitas, utamanya aksesbilitas terhadap sumber
informasi/inovasi, sumber pembiayaan/keuangan,
penyedia produk, peralatan dan lembaga pemasaran.
3. Perbaikan tindakan (better action) artinya, melalui bekal
perbaikan pendidikan dan aksesibilitas dengan beragam
sumber daya (SDM, SDA dan sumber daya lainnya/buatan)
yang lebih baik, diharapkan akan melahirkan tindakan-
tindakan yang semakin membaik
4. Perbaikan kelembagaan (better institution) artinya,
dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan,
diharapkan dapat memperbaiki kelembagaan masyarakat,
terutama pengembangan jejaring kemitraan-usaha,
19
sehingga dapat menciptakan posisi tawar (bargaining
posisition) yang kuat pada masyarakat
5. Perbaikan usaha (better business) artinya, perbaikan
pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibilitas,
kegiatan, dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan
dapat memperbaiki usaha/bisnis yang dijalankan.
6. Perbaikan pendapatan (better income) artinya, perbaikan
bisnis yang dijalankan, diharapkan akan dapat
memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk
pendapatan keluarga dan masyarakatnya.
7. Perbaikan lingkungan (better environment) artinya,
perbaikan pendapatan dapat memperbaiki lingkungan
(fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali
disebabkan karena faktor kemiskinan atau terbatasnya
pendapatan.
8. Perbaikan kehidupan (better living) artinya, tingkat
pendapatan yang memadai dan lingkungan yang sehat,
diharapkan dapat memperbaiki situasi kehidupan setiap
keluarga serta masyarakat.
9. Perbaikan masyarakat (better community) artinya,
situasi kehidupan yang lebih baik, dan didukung dengan
lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan
dapat mewujudkan kehidupan masyarakat yang juga lebih
baik (Poerwoko, 2012).
20
C. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Muhammad Oos Anwas, dalam kegiatan
pemberdayaan khususnya yang ditujukan kepada masyarkat,
aparat/agen pemberdayaan perlu memegang beberapa prinsip
dalam pemberdayaan masyarakat, yang menjadi acuan dalam
pelaksanaan sehingga kegiatan dapat berjalan dengan benar
dan tepat, sesuai dengan hakikat dan konsep pemberdayaan.
Beberapa prinsip pemberdayaan masyarakat yang dimaksud
meliputi:
1. Pemberdayaan dilaksanakan dengan penuh demokratis,
penuh keikhlasan, tidak ada unsur paksaan, karena setiap
masyarakat mempunyai masalah, kebutuhan, dan potensi
yang berbeda, sehingga mereka mempunyai hak yang sama
untuk diberdayakan;
2. Setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat sebaiknya
berdasarkan pada kebutuhan, masalah, dan potensi yang
dimiliki kelompok sasaran. Hal ini dapat diketahui dengan
jelas jika proses identifikasi dan sosialisasi pada tahap awal
berlangsung dengan melibatkan penuh kelompok sasaran;
3. Sasaran utama pemberdayaan adalah masyarakat, sehingga
harus diposisikan sebagai subjek/pelaku dalam kegiatan
pemberdayaan, dan menjadi dasar utama dalam
menetapkan tujuan, pendekatan, dan bentuk-bentuk
kegiatan pemberdayaan;
4. Menumbuhkan kembali nilai-nilai budaya dan kearifan
lokal, seperti jiwa gotong royong, yang muda menghormati
orang yang lebih tua, dan yang lebih tua menyayangi yang
21
lebih muda, karena hal ini menjadi modal sosial dalam
pembangunan;
5. Dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,
karena merupakan sebuah proses yang membutuhkan
waktu, dilakukan secara logis dan sederhana menuju ke hal
yang lebih kompleks;
6. Memperhatikan keragaman karakter, budaya dan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sudah mengakar
atau berlangsung lama secara turun temurun;
7. Memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat,
terutama aspek sosial dan ekonomi;
8. Tidak ada unsur diskriminasi, utamanya terhadap
perempuan;
9. Selalu menerapkan proses pengambilan keputusan secara
partisipatif, seperti penetapan waktu, materi, metode
kegiatan dan lain-lain;
10. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam berbagai
bentuk, baik yang bersifat fisik (materi, tenaga, bahan)
maupun non fisik (saran, waktu, dukungan);
11. Aparat/agen pemberdayaan bertindak sebagai Fasilitator
yang harus memiliki kemampuan/kompetensi sesuai
dengan potensi, kebutuhan, masalah yang dihadapi
masyarakat. Mau bekerjasama dengan semua
pihak/institusi maupun lembaga masyarakat /LSM yang
terkait (Anwas, 2014).
22
D. Perencanaan Partisipatif
Perencanaan partisipatif mulai dikenal secara luas sejak
munculnya metode partisipatif yang biasa disebut
Participatory Rural Appraisal (PRA). Metode ini menekankan
adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam merencanakan
pembangunan (penyelesaian masalah), mulai dari pengenalan
wilayah, pengidentifikasian masalah sampai pada penetapan
skala prioritas. Perencanaan partisipatif mengandung makna
adanya keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan
pembangunan, mulai dari melakukan analisis masalah yang
dihadapi, memikirkan bagaimana cara mengatasinya,
menemukan rasa percaya diri dalam mengatasi masalah,
sampai pada tahap mengambil keputusan tentang alternatif
pemecahan masalah yang mereka hadapi (Hamid, 2018).
Ada 3 (tiga) alasan utama mengapa perencanaan
partisipatif dibutuhkan, yaitu (Hamid, 2018) :
1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat untuk
mendapatkan informasi tentang kondisi, kebutuhan
dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadiran
mereka program pembangunan akan gagal.
2. Masyarakat akan lebih mudah mempercayai kegiatan
atau program pembangunan jika mereka terlibat
secara langsung, mulai dari proses persiapan dan
perencanaan, karena masyarakat akan lebih
mengetahui seluk beluk program, sehinggga akan
lahir rasa memiliki terhadap program/ kegiatan yang
akan dilaksanakan
23
3. Timbulnya anggapan bahwa, suatu hak demokrasi
jika masyarakat dilibatkan dalam proses
pembangunan mulai dari awal sampai berakhirnya
kegiatan.
1. Tujuan Perencanaan Partisipatif
Tujuan diterapkannya perencanaan partisipatif adalah
untuk menciptakan sebuah wadah sebagai upaya untuk
belajar, lebih dari terjun langsung kedalam proses
pemecahan suatu masalah, hal ini diharapkan agar dapat
meningkatkan:
a. Identifikasi kebutuhan yang dirasakan masyarakat
b. Pemberdayaan kelompok masyarakat lokal yang
kurang beruntung
c. Integrasi sistem pengetahuan lokal ke dalam desain
proyek/program
d. Proses belajar dua arah antara proyek dengan
masyarakat lokal sebagai penerima manfaat
e. Politik komitmen dan dukungan
f. Pertanggungjawaban di pemerintahan lokal
2. Manajemen Perencanaan Partisipatif
Manajemen perencanaan partisipatif merupakan kon-
sekuensi logis dari adanya implementasi pemberdayaan
masyarakat. Masyarakat yang mempunyai peran utama
sebagai pengelola perencanaan, mulai dari tahap
identifikasi masalah dan kebutuhan, identifikasi potensi
lokal, pendayagunaan sumber-sumber lokal, penyusunan
dan pengusulan rencana, hingga evaluasi dari mekanisme
24
perencanaan yang difasilitasi oleh praktisi program atau
pengurus sebuah program (Hikmat, 2010).
Pengurus program berposisi sebagai pihak fasilisator
dalam rangka peningkatan aksesibilitas terhadap sumber-
sumber lokal. Oleh karena itu, para pengurus program
harus memiliki keterampilan dalam rangka menciptakan
kemampuan-kemampuan internal masyarakat.
Keterampilan diri tersebut meliputi beberapa hal, yaitu:
1) Negosiasi : yaitu keahlian meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam hal penawaran program, proyek, dan
kegiatan yang diusulkan masyarakat kepada sumber-
sumber lokal.
2) Pengambilan keputusan : yaitu keahlian meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengambil keputusan
secara demokratis, transparan, dan memperhatikan
akuntabilitas masyarakat itu sendiri.
3) Pelibatan berbagai pihak (stakeholder) di tingkat lokal
: yaitu keahlian meningkatkan kemampuan
mengidentifikasi semua unsur masyarakat yang
seharusnya memiliki peran-peran yang optimal dalam
pembangunan. Stakeholder ini harus diidentifikasi
bersama-sama dengan masyarakat, siapa saja, peran
apa, dan apa kontribusinya terhadap pembangunan
masyarakat sebagai anggota stakeholder primer.
Seandainya ada unsur-unsur yang seharusnya terlibat di
luar komunitas lokal, dapat dikategorikan sebagai
anggota stakeholder sekunder (Hamid, 2018).
25
3. Perencanaan Partisipatif dalam Program
Pemberdayaan Masyarakat
Proses penyusunan perencanaan program
pemberdayaan masyarakat, betul-betul harus dijalankan
secara terpadu, antara fasilitator beserta seluruh
stakeholder (termasuk masyarakat penerima manfaat),
karena tahapan ini merupakan hal yang sangat penting yang
akan menentukan berhasil tidaknya suatu program
pemberdayaan masyarakat. Pada tahapan ini akan
diketahui masalah-masalah sesungguhnya yang secara
nyata dihadapi oleh masyarakat, faktor-faktor penyebab
terjadinya masalah, dan langkah-langkah apa yang akan
dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah.
Selanjutnya, seluruh hasil kesepakatan hendaknya dibuat
secara tertulis sehingga akan menjadi acuan dalam bekerja,
serta menghindari terjadinya saling menyalahkan ketika
terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki. Prinsip dasar dan
paling utama, yang harus selalu diingat dan
diimplementasikan oleh para fasilitator dalam penyusunan
suatu perencanaan program pemberdayaan masyarakat,
adalah harus bersifat partisipatif (bottom up).
Perencanaan program dapat didefinisikan sebagai
suatu prosedur kerja bersama-sama masyarakat dalam
upaya untuk merumuskan masalah (keadaan-keadaan yang
belum memuaskan), dan upaya pemecahan yang mungkin
dapat dilakukan demi tercapainya tujuan dan penerima
manfaat yang ingin dicapai. Berikut dikemukakan
26
beberapa pokok pikiran manajemen partisipatif, meliputi
(Subianto, 2009):
1) Perencanaan program, merupakan suatu proses yang
berkelanjutan: artinya, perencanaan program
merupakan suatu rangkaian kegiatan pengambilan
keputusan yang tidak pernah berhenti sampai
tercapainya tujuan (kebutuhan, keinginan, minat) yang
dikehendaki.
2) Perencanaan program, dirumuskan oleh banyak pihak
artinya, dirumuskan oleh fasilitator bersama-sama
masyarakat penerima manfaat dengan didukung oleh
para spesialis, praktisi, dan penentu kebijakan yang
berkaitan dengan upaya-upaya pembangunan
masyarakat setempat.
3) Perencanaan program, dirumuskan berdasarkan fakta
(bukan dugaan) dan dengan memanfaatkan sumber
daya yang tersedia yang mungkin dapat digunakan.
4) Perencanaan program, meliputi perumusan tentang
keadaan, masalah, tujuan, dan cara (kegiatan) untuk
mencapai tujuan.
5) Perencanaan program, dinyatakan secara tertulis.
6) Perencanaan program, merupakan pernyataan tertulis
tentang keadaan, masalah, tujuan, cara mencapai
tujuan, dan rencana evaluasi atas hasil pelaksanaan
program yang telah dirumuskan.
27
E. Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat
Sosialisasi, adalah upaya mengkomunikasikan kegiatan
untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui
sosialisasi akan membantu untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat serta pihak-pihak yang terkait mengenai program,
dan kegiatan-kegiatan apa saja yang telah direncanakan. Proses
sosialisasi menjadi sangat penting, karena dengan sosialisasi
akan sangat menentukan minat dan ketertarikan masyarakat
untuk ikut serta atau berpartisipasi pada suatu program
pemberdayaan masyarakat (Subianto, 2009).
Sosialisasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
tidak bisa dipandang dengan sebelah mata, karena momen ini
justru merupakan suatu hal yang sangat berharga, dan
menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan/program
pemberdayaan. Melalui kegiatan sosialisasi, para pengurus
yang bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan
pemberdayaan, dapat mengkomunikasikan dan mengetahui
secara jelas, langsung dari masyarakat calon penerima
manfaat, tentang berbagai hal penting yang dibutuhkan,
sekaligus memberikan berbagai informasi kepada masyarakat
tentang program/kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan,
seperti (Hamid, 2018):
1. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat.
2. Kebutuhan utama masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya.
3. Materi apa yang akan menjadi pokok pembahasan.
28
4. Metode yang paling tepat untuk diterapkan dalam
menyampaikan materi agar dapat dimengerti, dipahami,
dan dapat dijalankan oleh masyarakat sebagai pelaku
utama.
5. Waktu yang terbaik untuk melakukan berbagai kegiatan
pemberdayaan (penyuluhan, pelatihan/kursus,
demonstrasi/ praktek dll).
6. Bentuk partisipasi atau dukungan yang diharapkan dari
masyarakat.
7. Bentuk dan partisipasi yang diharapkan dari para
pemangku kepentingan (tokoh-tokoh masyarakat,
pemerintah setempat, mitra usaha dll).
8. Fasilitas/bantuan-bantuan apa saja yang disiapkan oleh
pelaksana/pemerintah.
Kegiatan sosialisasi sebaiknya dilaksanakan lebih dari
satu kali, karena proses ini merupakan tahapan pengenalan,
serta mengingat tingkat penerimaan masyarakat akan hal-hal
yang baru bukanlah sesuatu yang instan, mereka membutuhkan
waktu dan pembuktian yang cukup untuk dapat menerima, dan
memberikan respon yang positif terhadap suatu kegiatan. Hal
ini disebabkan, karena kegiatan pemberdayaan masyarakat
membutuhkan waktu yang cukup panjang (bisa sampai
beberapa tahun). Faktor lain yang menyebabkan sehingga
kegiatan sosialisasi tidak cukup jika hanya dilaksanakan satu
kali saja, adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
pengalaman masyarakat, karena hal ini sangat menentukan
tingkat pemahaman dan penyerapan suatu informasi.
29
Selain itu, Pemberdayaan masyarakat sangat terkait erat
dengan perubahan pola pikir, perilaku dan pola hidup, sehingga
masyarakat akan membutuhkan waktu untuk berfikir dan
memahaminya. Dalam proses sosialisasi, para penggagas
pemberdayaan hendaknya juga memberikan pemahaman
kepada masyarakat calon penerima manfaat, bahwa tugas dan
tanggung jawab yang mereka emban adalah sebagai fasilitator
atau pendamping, sehingga masyarakat dapat memahami sejak
awal bahwa merekalah yang bertindak sebagai pelaku utama,
dan berperan secara aktif dalam pelaksanaan seluruh tahapan
program/ kegiatan pemberdayaan.
F. Pendekatan Metode Pemberdayaan
Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam implementasi program pemberdayaan masyarakat,
adalah ketepatan dalam menetapkan berbagai metode selama
pelaksanaan suatu kegiatan pemberdayaan , seperti dalam
penyampaian materi atau kegiatan penyuluhan. Sehingga bisa
lebih mudah diterima, dimengerti, dan mudah dipahami oleh
kelompok sasaran atau masyarakat. Para pengurus pelaksana di
lapangan sudah mengetahui secara jelas bahwa masyarakat
yang akan diberdayakan rata-rata mempunyai tingkat
pendidikan yang minim, bahkan mungkin ada yang buta huruf,
sehingga metode yang sangat dibutuhkan tentunya melalui
suatu tindakan nyata, atau dengan kata lain kita lebih banyak
melakukan praktek dari pada berteori.
30
Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat selama
ini, ada beberapa metode yang sering diterapkan pada
pelaksanaan kegiatan/program pemberdayaan masyarakat,
antara lain (Nawawi, 2013) :
1. Metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
Secara harfiah metode ini diartikan sebagai pengkajian
desa secara partisipatif. Dalam pengembangan masyarakat,
PRA bisa diaplikasikan di desa (rural) dan di kota (urban),
maupun sub urban, sehingga akan lebih mewakili jika PRA
diartikan sebagai kajian masyarakat secara partisipatif.
Participatory Rural Appraisal (PRA) ditafsirkan
sebagai “pendekatan dan teknik-teknik pelibatan masyarakat
dalam proses-proses pemikiran yang berlangsung selama
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, serta pemantauan dan
evaluasi program pembangunan masyarakat”. PRA dalam
pelaksanaannya mengandung 11 prinsip, yaitu :
a. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
Tanpa mengabaikan kelompok manapun di dalam
masyarakat, mengutamakan pemberian kesempatan pada
kelompok yang selama ini kurang diberi kesempatan berperan
pada berbagai proses pembangunan masyarakat. Kelompok ini
adalah kelompok yang termarjinalkan/terpinggirkan,
sedangkan kelompok lain sudah berdaya dengan kekuatannya
sendiri.
b. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
31
Masyarakat yang selama ini terpinggirkan, melalui PRA
diberi kemampuan mengkaji keadaan, mengambil keputusan,
mengevaluasi program, serta melakukan koreksi. Upaya ini
dapat terlaksana jika kelompok yang kuat bisa ikhlas
mengangkat kelompok marjinal
c. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, dan orang luar sebagai
fasilitator
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat kegiatan
pembangunan (people centered development), sedangkan
orang luar sebagai fasilitator. Berikan kesempatan warga
masyarakat/penerima manfaat menjadi “tuan” di wilayahnya
sendiri, dengan kata lain posisi masyarakat sebagai subjek
pembangunan.
d. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
Pengalaman masyarakat setempat dengan fasilitator
tidak jarang berbeda. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar,
untuk memilih metode yang tepat sesuai dengan kondisi
setempat. Kondisi ini akan membawa perubahan “maju” dalam
arti yang sesungguhnya. Berikan kesempatan kepada
masyarakat untuk belajar sambil berpraktek (learning by
doing).
e. Prinsip santai dan informal
Suasana santai dan informal sangat cocok agar
masyarakat dengan fasilitator lebih mudah menyatu, akrab,
luwes/tidak ada suasana asing/kaku. Fasilitator yang akan
datang ke lokasi hendaknya menyesuaikan dengan waktu
32
lowong masyarakat setempat, bukan sebaliknya dan tanpa
protokoler penyambutan.
f. Prinsip triangulasi
Untuk mendapatkan informasi yang tepat, benar,
relevan dari berbagai informasi yang dapat dihimpun, harus
dilakukan check, recheck and crosscheck. Triangulasi
dilakukan dengan melibatkan berbagai kelompok yang
beragam.
g. Prinsip mengoptimalkan hasil
Dari sekian banyak informasi yang dapat kita
kumpulkan “lupakan” saja yang tidak dibutuhkan karena bisa
bias. Setelah diambil keputusan yang tepat perlu adanya
gerakan motivasi, agar sebanyak mungkin masyarakat
berperan serta.
h. Prinsip orientasi praktis
Gunakan PRA sebagai alat pengembangan masyarakat,
yang kita perlukan justru adalah tindak lanjutnya bersama
masyarakat untuk membangun, setelah mendapat informasi
untuk memahami masalah yang ada dalam masyarakat. Jangan
sampaikan teori-teori yang sulit dipahami dan tidak mampu
dilaksanakan oleh masyarakat.
i. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Setelah tiga atau enam bulan hasil kegiatan perlu
dievaluasi. Mungkin diperlukan adanya perbaikan-perbaikan
atau koreksi, dan bisa juga penyempurnaan dilakukan karena
adanya tuntutan perubahan masyarakat (rising demand).
33
Evaluasi sangat diperlukan guna mendapatkan umpan balik,
untuk bahan perencanaan pada tahap selanjutnya.
j. Prinsip belajar dari kesalahan
Kesalahan-kesalahan dan kekurangan adalah sesuatu
yang wajar, akan tetapi setelah satu periode dievaluasi
didapatkan “feedback” guna penyempurnaan kegiatan
berikutnya. Oleh karena itu, jangan tunjukkan rasa kecewa dan
kekesalan pada awal proses ketika masyarakat ikut serta dan
melakukan suatu kesalahan
k. Prinsip keterbukaan
PRA terbuka untuk penyempurnaan-penyempurnaan.
Hal ini sangat diperlukan untuk perbaikan konsep, dan teknik
yang sangat berguna.
Dalam metode PRA dikenal lima dasar program yaitu:
1) Penjajagan/pengenalan kebutuhan
2) Perencanaan kebutuhan
3) Pelaksanaan/pengorganisasian kegiatan
4) Pemantauan kegiatan
5) Evaluasi kegiatan.
2. Metode Partisipasi Assesment dan Rencana
Rencana ini sebenarnya sejalan dengan/mirip-mirip
dengan metode PRA. Metode ini diadopsi dari dua sumber,
yaitu Field Book WSLIC-2 Project World Bank dan
Participatory Analysis Techniques DFID- World Bank.
Metode Partisipatori Assesment (MPA) terdiri atas empat
langkah : menemukan masalah, menemukenali potensi,
34
menganalisis masalah dan potensi, serta memilih solusi
pemecahan masalah.
G. Monitoring dan Evaluasi Dalam Program Pemberdayaan
Masyarakat
1. Konsepsi Dasar
Dalam proses pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat, tahapan monitoring (pemantauan) dan evaluasi
merupakan hal yang sangat penting. Melalui kegiatan
monitoring, akan dapat diketahui efektivitas dan efisiensi
(merupakan tujuan utama dari manajemen) program atau
kegiatan yang dilaksanakan.
Pemantauan secara terus menerus pada proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan dengan
cara mengikuti langsung kegiatan atau membaca hasil laporan
dari pelaksanaan kegiatan. Monitoring adalah proses
pengumpulan informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi
selama proses implementasi atau penerapan program (Suharto,
2014).
Pemantauan (monitoring) menyediakan pengetahuan
yang relevan dengan kebijakan tentang akibat dari kebijakan
yang diambil sebelumnya. Pemantauan membantu menilai
beberapa hal (Dunn, 2003), yaitu :
a. Tingkat kepatuhan
b. Menemukan akibat-akibat yang tidak diinginkan dari
kebijakan dan program
c. Mengidentifikasi hambatan dan rintangan
implementasi,
35
d. Menemukan letak pihak-pihak yang bertanggung
jawab pada setiap tahap kebijakan
Sedangkan pengendalian (controlling) merupakan
proses monitoring terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan
sumber daya organisasi, untuk memastikan bahwa aktivitas
yang dilakukan tersebut akan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dan tindakan koreksi dapat dilakukan untuk
memperbaiki penyimpangan yang terjadi.
Pengendalian manajemen adalah suatu usaha yang
sistematik (Siswanto, 2012) untuk:
a. Menetapkan standar kinerja dengan sasaran
perencanaan,
b. Mendesain sistem umpan balik informasi,
c. Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang
telah ditetapkan
d. Menentukan apakah terdapat penyimpangan dan
mengukur signifikasi penyimpangan tersebut
e. Mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya yang sedang
digunakan sedapat mungkin secara efisien dan efektif
untuk mencapai sasaran dan tujuan.
Sedangkan evaluasi adalah mengukur berhasil tidaknya
program yang dilaksananakan, apa sebabnya berhasil dan apa
sebabnya mengalami kegagalan, serta bagaimana tindak
lanjutnya. Kegiatan evaluasi senantiasa didasarkan pada hasil
dari monitoring. Evaluasi adalah pengidentifikasian
36
keberhasilan dan/atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau
program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu:
a. On-going evaluation atau evaluasi terus menerus
b. Ex-post evaluation atau evaluasi akhir
Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval
periode waktu tertentu, misalnya per tri-wulan atau per-
semester, selama proses implementasi (biasanya pada akhir
phase atau tahap suatu rencana).
Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah
implementasi suatu program atau rencana. Berbeda dengan
monitoring, evaluasi biasanya lebih difokuskan pada
pengidentifikasian kualitas program. Evaluasi berusaha
mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada
pelaksanaan atau penerapan program.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka
beberapa pokok pengertian tentang evaluasi, mencakup:
a. Evaluasi adalah kegiatan pengamatan dan analisis
terhadap sesuatu keadaan, peristiwa, gejala alam, atau
suatu obyek.
b. Membandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan
pengalaman atau pengetahuan yang telah kita ketahui
dan atau miliki.
c. Melakukan penilaian, atas segala sesuatu yang diamati,
berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang
dilakukan.
Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa
evaluasi harus obyektif, dalam arti harus:
37
a. Dilakukan berdasarkan data atau fakta, bukan
berdasarkan pra-duga atau intuisi seseorang (yang
melakukan evaluasi)
b. Menggunakan pedoman-pedoman tertentu yang telah
ditetapkan terlebih dahulu
2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring atau pemantauan, pengendalian
dan evaluasi dalam pelaksanaan program atau kegiatan
pemberdayaan masyarakat, mempunyai kedudukan yang
sangat penting, sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan
atau kegagalan kegiatan, sekaligus merumuskan dan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang
bersifat fisik maupun non fisik, dengan mengaitkannya antara
perencanaan dengan pelaksanaan, sesuai dengan prinsi-prinsip
dalam manajemen. Untuk itu semua pihak yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan perlu memahami betul tentang tujuan
dilaksanakannya monitoring dan evaluasi.
Adapun tujuan dilaksanakannya monitoring (Suharto,
2014) adalah untuk:
a. Mengetahui penggunaan sumber – sumber yang
direncanakan,
b. Bagaimana implemntasi dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan.
c. Apakah rentang waktu implementasi terpenuhi secara
tepat atau tidak.
d. Apakah setiap dalam perencanaan dan implementasi
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
38
Sedangkan tujuan dilaksanakannya evaluasi adalah untuk:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada
kelompok sasaran
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi
lain yang mungkin terjadi di luar rencana (externalities).
3. Prinsip Monitoring dan Evaluasi
Hal yang paling mendasar dalam melakukan monitoring
dan evaluasi adalah untuk mengetahui terlebih dahulu kegiatan
dan obyek apa saja yang dapat dijadikan bahan atau sasaran.
Ada lima objek atau sasaran yang dapat dijadikan bahan
monitoring dan evaluasi (Suharto, 2014):
a. Program: Program adalah seperangkat aktivitas atau
kegiatan yang ditujukan untuk mencapai suatu
perubahan tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu.
b. Kebijakan: kebijakan adalah ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak
yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam
mencapai tujuan tertentu.
c. Organisasi: organisasi adalah sekumpulan dua orang
atau lebih yang bersepakat untuk melakukan kegiatan
tertentu demi mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan, kementerian pemerintahan atau
lembaga swadaya masyarakat adalah beberapa contoh
organisasi.
39
d. Produk atau Hasil: Produk adalah keluaran atau output
yang dihasilkan dari suatu proses kegiatan tertentu.
Misalnya, buku atau pedoman pelatihan.
e. Individu: individu yang dimaksud dalam hal ini adalah
orang atau manusia yang ada dalam suatu organisasi
atau masyarakat. Umumnya monitoring dan evaluasi
terhadap individu difokuskan kepada kemampuan atau
performa yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan
dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
organisasi atau masyarakat.
H. Kendala dalam Pemberdayaan
Beberapa kendala dalam pemberdayaan menurut
(Priyatna, 2012) adalah :
1. Fear, merupakan suatu ketakutan seseorang jika dihukum,
tidak mendapatkan dukungan atau perlindungan yang
dijanjikan, takut mengalami kegagalan dan takut
kehilangan pekerjaan.
2. Role Clarity, merupakan ketakutan yang dirasakan dengan
adanya perubahan akibat pemberdayaan itu sendiri
dikarenakan kurang memiliki pemahaman untuk mengenal
sistem yang baru.
3. Resistnace to change, merupakan ketakutan dengan adanya
pemberdayaan yang dilakukan akan mengarah pada
perubahan yang tidak diinginkan.
I. Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian Meningkatkan
40
Peningkatan asal kata dari tingkat yaitu lapis atau
lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan.
Tingkat dapat juga berarti pangkat, taraf dan kelas. Sedangkan
untuk peningkatan berarti kemajuan menjadi lebih baik dari
sebelumnya, secara umum peningkatan merupakan upaya
untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun
kuantitas. Peningkatan juga diartikan penambahan
keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain
itu pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan
sebagainya.
Kata peningkatan biasanya digunakan untuk arti yang
positif. Contoh peningkatan hasil belajar, peningkatan
keterampilan menulis, peningkatan motivasi belajar.
peningkatan tersebut memiliki arti yaitu usaha untuk membuat
sesuatu menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Suatu upaya
untuk tercapainya peningkatan biasanya diperlukan
perencanaan dan eksekusi yang baik. Perencanaan dan
eksekusi ini harus saling berhubungan dan tidak menyimpang
dari tujuan yang telah ditentukan.
Kata peningkatan juga dapat menggambarkan
perubahan dari suatu keadaan atau sifat yang negatif berubah
menjadi positif. Sedangkan yang dihasilkan dari sebuah
peningkatan yaitu dapat berupa kuantitas dan kualitas.
Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses. Sedangkan
kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek karena
terjadinya proses yang memiliki tujuan yang berupa
peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan dapat ditandai
41
dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana
saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut
maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian
yang telah diharapkan.
Menurut (Kurniawan, 2001) dalam kamus bahasanya
istilah peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti
berlapis-lapis dari sesuatu yang tersusun sedemikian rupa,
sehingga membentuk susunan yang ideal. Sedangkan
peningkatan adalah kemajuan dari seseorang dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Peningkatan adalah
proses, cara, perbuatan untuk menaikkan sesuatu untuk usaha
kegiatan dalam memajukan ke arah yang lebih baik lagi
daripada sebelumnya (FIP-UPI, 2007).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik
atau pekerja sosial untuk membantu masyarakat dalam
meningkatkan proses pembelajaran sehingga dapat lebih
mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan meningkat
apabila terdapat perubahan dalam proses pembelajaran.
2. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat,
artinya dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada
masyarakat berarti ada suatu indikasi bahwa masyarakat
tersebut mampu untuk menyimpan dan menampilkan kembali
dari sesuatu yang diamatinya (Ahmadi, 1998).
Kemampuan memiliki unsur yaitu skill (keterampilan).
keterampilan adalah salah satu unsur dari kemampuan yang
42
dapat dipelajari pada unsur penerapannya. Suatu keterampilan
merupakan keahlian yang bermanfaat untuk jangka panjang
(Nurdin, 2004).
Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh
dengan cara mempelajarinya di sekolah sebagai pendidikan
formal walaupun faktor-faktor pendukung khususnya
kemampuan membaca Al-Qur’an berawal dari Pendidikan non
formal maupun informal. Keterampilan membaca ini
merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan
penting bagi perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat
komunikasi bagi kehidupan manusia. Seseorang akan
memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-
pengalaman baru dengan cara membaca. Orang yang mampu
mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya,
dan memperluas wawasannya biasanya diperoleh melalui
bacaan yang mereka baca. Dalam hal ini penulis berpendapat
sumber bacaan terdahsyat adalah Al-Qur’an.
Pendapat Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan
(Tarigan, 1984), membaca adalah sebuah proses untuk
memperoleh pesan yang ingin disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Proses membaca ini
menuntut supaya kelompok dari kata-kata yang merupakan
bagian dari suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan
sekilas ketika membaca dan supaya makna dari kata-kata
secara individual akan dapat diketahui. Jika proses tersebut
tidak terpenuhi, maka isi pesan yang tersurat dan tersirat tidak
43
akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak
berjalan dengan baik.
Berdasarkan firman Allah Swt, membaca Al-Qur’an
merupakan kewajiban, karena Allah SWT yang
memerintahkan. Wahyu yang pertama turun adalah perintah
membaca. Allah SWT berfirman:
خلق الذي رب ك باسم اقرأ
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan,” (QS. Al-Alaq: 1) (Departemen Agama RI,
2015).
Wahyu pertama yang disampaikan Allah Swt. kepada
Nabi Muhammad Saw.melalui perantara malaikat Jibril adalah
perintah membaca karena dengan membaca, Allah Swt.
mengajarkan tentang ilmu pengetahuan. Negara-negara maju
berawal dari semangat membaca. Membaca di sini menurut
penulis adalah membaca ayat-ayat kauniah (Al-Qur’an) dan
membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta).
Di ayat lain Allah Swt. berfirman:
لة وأقم الكتاب من إليك أ وحي ما اتل لة إن الص تنهى الص
نكر الفحشاء عن ولذكر والم تصنع ون ما يعلم والل أكبر الل
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
44
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut:
45) (Departemen Agama RI, 2015).
Berdasarkan ayat tersebut maka dapat dipahami bahwa
membaca Al-Qur’an merupakan kewajiban dan erat
hubungannya dengan shalat karena apabila dalam shalat tidak
dibacakan ayat suci Al-Qur’an (surat Al-Fatihah) maka
shalatnya tidak sah.
Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan
kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju
dan meningkatkan potensi diri. Oleh sebab itu, peran pekerja
sosial mengajarkan membaca di pendidikan non formal sangat
penting. Membaca sebagai suatu keterampilan, memandang
hakikat membaca itu sebagai suatu proses atau kegiatan yang
menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengolah hal-
hal yang dibaca untuk menangkap makna. Membaca
merupakan proses merekonstruksi informasi yang terdapat
dalam bacaan atau sebagai suatu upaya untuk mengolah
informasi dengan menggunakan pengalaman atau kemampuan
pembaca dan kompetensi bahasa yang dimilikinya secara
kritis.
Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu
aktivitas untuk menangkap intonasi bacaan baik yang tersurat
maupun tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara
literal, inferensial, evaluatif, kreatif dan apresiasi dengan
memanfaatkan pengalaman belajar membaca. Membaca
adalah proses yang rumit karena melibatkan banyak hal supaya
45
dapat dipahami dengan baik seperti aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual
membaca juga merupakan proses dari menerjemahkan simbol
tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Dalam aktivitas
membaca juga merupakan sebagai proses berpikir yang
mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi,
membaca kritis, dan pemahaman kreatif.
Tidak hanya membaca secara umum, aktivitas membaca
Al-Qur’an pun juga memerlukan proses dalam memahami
dasarnya terlebih dahulu sebelum membaca, salah satunya
dengan mengetahui pengertian Al-Qur’an itu sendiri yang
berasal dari kata Qara’a yang berarti bacaan. Pengertian ini
diambil dari sebuah ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
وق رآنه جمعه علينا إن *
ق رآنه فاتبع قرأنه فإذا *
“(17) Sesungguhnya Kami yang akan
mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya, (18)
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu.” (QS. Qiyamah: 17-18) (Departemen Agama
RI, 2015).
Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut istilah di
antaranya adalah wahyu Allah Swt. yang dibukukan, yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. sebagai suatu
mukjizat, membacanya dianggap ibadah dan sebagai sumber
utama agama Islam (Zakiah Daradjat, dkk, 2014). Al-Qur’an
46
adalah buku undang-undang yang memuat hukum-hukum
Islam. Dia (Al-Qur’an) merupakan sumber yang melimpahkan
kebaikan dan hikmah, pada hati yang beriman. Dia merupakan
sarana paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah
Swt.dengan membacanya.
Menurut Imam Jalaluddin Asy-Syuyuthi dalam
(Charisma, 1991), Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.untuk melemahkan
orang-orang yang menentangnya sekalipun dengan surat yang
pendek, membacanya termasuk ibadah.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami
bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan
yang dimiliki masyarakat dalam membaca dengan baik dan
benar berdasarkan tajwid untuk memperoleh pesan dari Al-
Qur’an.
3. Indikator Membaca Al – Qur’an
Kemampuan membaca Al-Quran merupakan sebuah
keterampilan yang dalam menguasainya harus memenuhi
indikator – indikator yang diantaranya adalah :
a. Kefasihan dan Adab dalam membaca AL-Quran, yaitu
dalam membaca Quran harus jelas dalam pelafalan atau
pengucapan lisan ketika membaca Al-quran.
b. Ketepatan pada Tajwidnya, yaitu ketepatan dalam
membunyikan huruf – huruf baik yang berdiri sendiri
maupun huruf yang dirangkaikan (Ishak, 2017).
47
Menurut (Farida, 2019), indikator – indikator
kemampuan membaca Al – Qur’an dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Kelancaran membaca Al - Qur’an
Lancar ialah kencang (tidak terputus – putus, tidak
tersangkut, cepat dan fasih). Yang dimaksud penulis
dengan lancar adalah membaca Al – Qur’an dengan
fasih dan tidak terputus – putus.
b. Ketepatan membaca Al -Qur’an sesuai dengan kaidah
tajwid
Ilmu tajwid adalah mengucapkan setiap huruf (Al-
Qur’an) sesuai dengan makhrajnya menurut sifat – sifat
huruf yang seharusnya diucap. Ilmu tajwid berguna
untuk memelihara bacaan Al – Qur’an dari kesalahan
perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan
membacanya.
c. Kesesuaian membaca dengan makhrajnya
Secara garis besar makharijul huruf terbagi menjadi
5, yaitu :
1) Jawf artinya rongga mulut
2) Halq artinya tenggorokan
3) Syafatain artinya dua bibir
4) Khaisyum artinya dalam hidung
Sebelum membaca Al – Qur’an, sebaiknya seseorang
terlebih dahulu mengetahui makhraj dan sifat – sifat huruf.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Makharijul
huruf adalah membaca huruf – huruf sesuai dengan tempat
48
keluarnya huruf seperti tenggorokan, di tengah lidah, antara
dua bibir dan lain – lain.
J. Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka pikir diatas di atas, adanya keresahan
masyarakat Kota Bambu Utara II akibat rendahnya literasi dan
pemahaman akan kandungan Al-Quran sehingga kehidupan
masyarakat Kota Bambu Utara II jauh dari nilai – nilai Al-Quran,
maka dengan adanya program kelas membaca Al-Quran diharapkan
Masalah Solusi Hasil yang
diharapkan
49
masyarakat mengenal, mengerti, dan memahami Al-Quran dengan
metode yang mudah dipahami dan dimengerti.
50
BAB III
GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
A. Profil Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah
Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU) berdiri berawal
dari upaya memberantas buta huruf Alquran. RQIU menilai
tingginya buta huruf Alquran di berbagai jenjang usia
dikarenakan sedikitnya lembaga yang secara khusus
memberikan pendidikan baca dan menghafal Alquran.
Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU) merupakan salah
satu program unggulan Yayasan Ihya Ul Ummah yang secara
khusus dirancang untuk mendekatkan dan membumikan Al-
Qur’an di tengah-tengah masyarakat.
Tingginya angka buta huruf al Qur’an pada lapisan
masyarakat bawah di berbagai jenjang usia, ditambah dengan
sedikitnya lembaga yang secara khusus memberikan
pengajaran al Qur’an di masyarakat, pada akhirnya membuat
Yayasan Ihya Ul Ummah memutuskan untuk menjadikan
Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah sebagai program yang khusus
fokus pada pemberantasan buta huruf al Qur’an.
Seluruh program pengajaran dan kegiatan di Rumah
Qur’an Ihya Ul Ummah diberikan secara gratis, dan
dilaksanakan oleh tenaga pengajaran yang berpengalaman dan
bersertifikat. Awal tahun pelajaran 2015-2016, Rumah Qur’an
Ihya Ul Ummah mendidik sejumlah 1064 orang santri yang
tersebar dalam tiga program pengajaran; pemberantasan buta
51
huruf al Qur’an, perbaikan bacaan al Qur’an dan penghafalan
al Qur’an.
Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU) memiliki 4
program yaitu berantas buta huruf, tahsin tilawah, tahfizh al
Qur’an dan ADIBA. Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU)
pada tahun 2011 memiliki santri sejumlah 220 orang.
Kemudian berkembang tahun 2012 menjadi 355 orang
selanjutnya tahun 2013 bertambah lagi menjadi 510. Pada
tahun 2014 bertambah dengan adanya santri yatim dan jumlah
santri total 866. Tahun 2015 bertambah menjadi 1.170 orang.
Gambar 2.2 Rekam Jejak Rumah Qur’an
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Kelurahan Kota Bambu
Kecamatan Palmerah dengan luas wilayah sebesar 750,59
Ha, terbagi menjadi 6 kelurahan, 61 RW (Rukun Warga) dan
711 RT (Rukun Tetangga), memiliki jumlah penduduk
sebanyak 214.836 jiwa yang terdiri dari 109.536 penduduk
laki-laki dan 105.240 penduduk perempuan dengan tingkat
kepadatan penduduk sebesar 286 jiwa/Ha Berdasarkan letak
52
geografisnya Kecamatan Palmerah terletak antara 106,430
Bujur Timur dan 60,1230 Lintang Selatan serta berada 4 s.d 7
Km di atas permukaan laut.
Batas-batas wilayah Kecamatan Palmerah:
a. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Grogol
Petamburan.
b. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Gambir
Jakarta Pusat.
c. Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Tanah
Abang- Jakarta Pusat dan Kecamatan Kebayoran
Lama-Jakarta Selatan.
d. Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan
Kebayoran Lama-Jakarta Selatan
Tabel 1.1 Wilayah Kecamatan Palmerah Kelurahan Kota
Bambu Utara
Luas
(Km2)
Wide Area
(Km2)
Jumlah
Total
No. Kelurahan Kepala
Keluarga
Families Head
RT RW
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Palmerah 2,11 176 17 22 047
2 Slipi 0,97 80 7 6 206
3 Kemanggisan 2,33 114 9 12 090
4 Kota Bambu Utara 0,63 108 9 9 138
5 Kota Bambu Selatan 0,61 83 9 7 838
6 Jati Pulo 0,87 150 10 11 150
Jumlah 7,52 711 61 68 469
53
2014 7,52 711 61 65 547
2013 7,51 711 61 66 747
2012 7,51 711 61 66 747
Sumber: BPS Kota Administrasi Jakarta Barat Palmerah Dalam Angka 2016
Penduduk wilayah Kecamatan Palmerah merupakan
potensi Sumber Daya Manusia yang dimiliki wilayah ini.
Tetapi pertumbuhan jumlah penduduk yang tak terkendali akan
terjadi suatu masalah yang dapat menghambat pembangunan.
Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian jumlah
penduduk dan jumlah pengangguran yang semakin lama
semakin meningkat (Barat, 2016).
PETA WILAYAH KECAMATAN PALMERAH
Gambar 2.3 Peta Wilayah Kecamatan Palmerah
54
Peta ini adalah ruang lingkup geografi kecamatan palmerah
Jakarta Barat cukup luas dan diperlukan pula pemberdayaan terkait
Al-Qur’an dan ekonomi ditambah wilayah tersebut wilayah
perkotaan yang padat dan terkenal dengan masalah perihal tersebut
maka kepedulian dari yayasan tersebut untuk membawa kembali
masyarakat ke jalan yang lurus, yakni jalan Allah dan supaya patuh
terhadap titah islam dan islam tetap bertumbuh serta berkembang
agar mempengaruhi kualitas keimanan dan kehidupan masyarakat.
C. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Yayasan Ihya Ul Ummah
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Yayasan Ihya Ul Ummah
D. Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab Organ Yayasan, dan
Kegiatan Yayasan.
1. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Organ Yayasan
Kewenangan Pembina meliputi:
Chief Of Director
Direktur Anahl
Direktur Anaml
Deputi Chief Of Director
Manjaer Operasional
Direksi Pendidikan Al-Qur'an
Direktur
Manajer RQIU
Manajer PTQ Adiba
Majelis Pengembangan Kurikulum dan
Pengajar
Direkturat
Muslimah
Direktur
Deputi / Manajer
Muslimah Institute
Ketua Majelis Taklim
Direktorat Wakah Infaq dan Sedekah
(WAQFAH)
Direktur
Deputi
Direktorat Rumah Asuh
Bekasi
Direktur
Direktorat Pengasuh Yatim
Direktur
Manajer Pembinaan
Karakter Remaja (GEN
IHYA)
Badan Pelaksana
ECIEC Tartila
Direktur
Deputi
55
a. Membuat keputusan mengenai perubahan anggaran
dasar;
b. Mengangkat dan memberhentikan anggota pengurus
serta anggota pengawas.
c. Menetapkan kebijakan umum yayasan berdasarkan
Anggaran Dasar yayasan;
d. Mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran
tahunan yayasan;
e. Membuat keputusan mengenai pembubaran dan
penggabungan yayasan.
2. Tugas dan Wewenang Pengurus
a. Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan
Yayasan untuk kepentingan Yayasan.
b. Pengurus wajib menyusun Program Kerja dan
Rancangan Anggaran Tahunan Yayasan untuk
diserahkan Pembina.
c. Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala
hal yang ditanyakan oleh Pengawas.
d. Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan
penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya dengan
mengindahkan peraturan perundang – undangan yang
berlaku
e. Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di
luar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala
kejadian, dengan pembatasan terhadap hal – hal sebagai
berikut:
56
1) Meminjam atau meminjamkan uang atas nama
Yayasan (tidak termasuk mengambil uang Yayasan
di Bank).
2) Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan
penyertaan dalam usaha baru untuk melakukan
penyertaan dalam berbagai bentuk usaha, baik di
dalam maupun di luar negeri.
3) Memberi atau menerima pengalihan atas harta
tetap.
4) Membeli atau dengan cara lain mendapatkan
memperoleh harta tetap atas namaYayasan.
5) Menjual atau dengan cara lain melepaskan
kekayaan Yayasan serta menggunakan/membebani
kekayaan Yayasan.
6) Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang
terafiliansi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus,
dan atau Pengawas Yayasan atau seorang yang
bekerja pada Yayasan, yang perjanjian tersebut
bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan
Yayasan.
7) Perbuatan mengurus sebagaimana diatur dalam
ayat (5) huruf a, b, c, d, e, dan f harus mendapat
persetujuan dari Pembina
3. Kewenangan Pengawas
Sesuai dengan Pasal 43, kewenangan Pengawas adalah:
a. Yang berhak melakukan pemeriksaan keuangan,
dokumen-dokumen dan pembukuan Yayasan adalah
57
pengawas. Oleh karena itu sudah selayaknya dipilih
orang yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam
bidang keuangan dan akuntansi sehingga dapat
mengawasi pelaksanaan tata kelola yayasan yang baik.
b. Pengawas berhak Mengetahui segala tindakan yang
telah dijalankan oleh Pengurus.
c. Pengawas dapat memberhentikan sementara anggota
Pengurus dengan menyebutkan alasannya.
d. Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung
sejak tanggal pemberhentian sementara, wajib
dilaporkan secara tertulis kepada Pembina.
4. Tanggung Jawab Organ Yayasan
Tanggung jawab bagi pengurus Yayasan atas
kepengurusannya hanya untuk kepentingan dan tujuan
Yayasan. Tugas wewenang dan tanggung jawab Pengurus
adalah mengurusi Yayasan untuk kepentingan Yayasan
sesuai dengan maksud dan tujuannya dalam pengurusan
sehari-hari. Sebelum adanya Undang – Undang Yayasan,
Pengurus menjalankan kepengurusan Yayasan sesuai
dengan kebijakan yang dianggap tepat dan didasarkan pada
peluang yang tersedia dan sudah menjadi kebiasaan dalam
dunia Yayasan. Sebenarnya kebijakan itu harus didominasi
oleh kebijakan dari Pendiri, Pembina atau Pengawas pada
waktu itu yang terkadang cenderung menimbulkan konflik
internal Yayasan.
58
Yayasan yang tidak masuk kriteria Pasal 71 ayat (2)
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan
adalah sebuah tempat yang tetap mempertahankan
keadaannya untuk tidak berstatus badan hukum yang
mengarahkan kita pada keyakinan bahwa pihak yang
berada dalam posisi pengurus dalam struktur organ
yayasan tersebut adalah pihak yang akan dituntut
pertanggung jawabannya apabila suatu perbuatan hukum
yang dilakukan atas nama yayasan dapat menimbulkan
kerugian mengenai data-data kepada pihak ketiga, karena
kepengurusan yayasan adalah bagian dari sebuah tanggung
jawabnya, sebagaimana dalam Undang – Undang yang
menyatakan bahwa kepengurusan Yayasan merupakan
bagian dari kewajibannya. Pasal 13A Undang – Undang
Yayasan menyebutkan juga demikian, dikatakan bahwa,
“perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pengurus atas
nama Yayasan sebelum Yayasan memperoleh status badan
hukum menjadi tanggung jawab Pengurus secara
beruntun”.
5. Kegiatan Pendidikan di Yayasan.
Program Bidang Sosial dan Kemanusiaan.
a. Penyelenggaraan Bakti Sosial
Tujuannya membantu meringankan beban masyarakat
tidak mampu. Bentuknya seperti pembagian sembako
gratis, penyaluran baju layak pakai. Dilaksanakan di
sekitar daerah Yayasan.
b. Pembuatan kencleng
59
Tujuannya, menghimpun dana masyarakat umum.
Dilaksanakan di sekitar daerah Yayasan.
c. Manajemen keuangan para guru Qur’an
Tujuannya, memfasilitasi anggota guru untuk lebih bisa
mengatur keuangan keluarganya, sehingga dapat
termanajemen pemasukan dan pengeluaran menjadi
lebih baik
d. Penyelenggaraan perpustakaan
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi setiap anggota
perpustakaan dengan menyediakan bahan bacaan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan dan pemahaman
keilmuan. Tempat di sekretariat Yayasan.
e. Kegiatan olah fisik rutin
Tujuannya, meningkatkan kualitas fisik dan rohani.
Seperti olahraga bela diri, futsal, tenis meja, dan lain-
lain.
6. Program Kerja Bidang Keagamaan
a. Training dakwah
Bertujuan untuk memberikan pemahanan dan pelatihan
kepada pengurus yaitu cara menyampaikan dakwah dan
Tabligh kepada masyarakat umum.
b. Training Ziz dan Waf
Bertujuan untuk meningkatkan ilmu tentang ZisWaf.
Dalam bentuk mengundang pemateri dan pembedah buku.
c. Training tata cara mengurus jenazah
Bertujuan untuk menambah ilmu bagi pengurus
ataupun santri tentang praktek dan teori pengurusan
60
jenazah. Dengan cara mengundang pemateri dan
melakukan praktek.
d. Majelis Taklim
Bertujuan untuk menjalin silaturahmi, meningkatkan
pengetahuan mengenai Islam. Dalam bentuk mengadakan
majelis Tak’lim dengan mengundang pemateri.
e. Menyelenggarakan kepanitiaan Qurban
Bertujuan untuk mengelola Qurban di masyarakat
sekitar Yayasan, pengadaan hewan Qurban, membagikan
hasil kurban kepada masyarakat. Dengan cara mengelola
tabungan Qurban, jasa penyembelihan hewan Qurban dan
mengurus serta menyalurkan daging Qurban.
f. Kegiatan Ramadhan
Mengisi Bulan Ramadhan dengan kegiatan positif.
Dengan mengadakan Tarbiyah Islam.
g. Mengadakan acara kemanusiaan bersama bidang
kemanusiaan
h. Silaturahmi halal bihalal
Adapun susunan pengurus fungsional Yayasan ihya ul ummah
Periode tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Chief Of Director : Feri A. Ibrahim, MA
Direktur Anahl : Fitria Suherdi
Direktur Anaml : Subhan
Deputi Chief Of Director : Ririn Rahmawati, SE
Manajer Operasional : Erni Asma Thaher
1. Direksi Pendidikan Al-Qur’an
61
Direktur : Riyamah
Manajer RQIU : Ermi Asma Thaher
Manajer PTQ Adiba : Fujhi H. Aslam Barton
Majelis Pengembangan
Kurikulum & Pengajar
Qur’an : Arfaruddin, S. Pd.I
Sunarti, S. Pd
2. Direktorat Muslimah
Direktur : Novia Dewi, S.Pd.I
Deputi / Manajer
Muslimah Institute : Sayidah, SE
Ketua Majelis Taklim : Sunarti, S.Pd
3. Direktorat Wakaf Infaq & Sedekah (WAQFAH)
Direktur : Abdul Hakim
Deputi : Putra Fajar Firdaus
4. Direktorat Rumah Asuh Bekasi
Direktur : Arfaruddin, S.Pd.I
5. Direktorat Pengasuhan Yatim
Direktur : Fitri Atika Rahma, SE
Manajer Pembinaan Karakter Remaja (GEN IHYA): Putra Fajar
Firdaus
6. Badan Pelaksana ECIEC Tartila
Direktur : Novia Dewi, S.Pd
Deputi : Riyamah
62
E. Maksud dan Tujuan Kegiatan Yayasan
Adapun maksud dan tujuan kegiatan Yayasan yaitu
sebagai berikut:
1. Meningkatkan atau membangun Sumber Daya Manusia
(SDM) dan fasilitas pendidikan dan kemasyarakatan demi
tercapainya upaya peningkatan kualitas pendidikan dan
indeks pembangunan manusia.
2. Mengembangkan dakwah agama di masyarakat demi
terciptanya masyarakat yang taqwa, berbudi luhur,
berpengetahuan mumpuni, cakap dan terampil serta
bertanggungjawab.
3. Memberikan bantuan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
4. Melakukan kegiatan di bidang sosial, kemanusiaan, dan
keagamaan.
5. Mendirikan lembaga pendidikan non formal, yaitu
mengelola Rumah Qur’an Ihya Ul Ummah (RQIU),
Pengelolaan dan Pemberdayaan Yatim, Pemberdayaan
Muslima (Bunda Tangguh).
F. Visi Dan Misi
1. Visi
“Mewujudkan tatanan masyarakat yang mecintai Al-
Qur’an sehingga menjadikan tatanan masyarakat dijalan
Allah dengan melayani umat seutuhnya”
2. Misi
a. Membangun dan mendekatkan umat dengan Islam.
63
b. Menjadi mitra dalam pemberdayaan umat terutama
dalam bidang Pendidikan, ekonomi dan kesehatan
melalui program-program yang dikelola.
c. Menjadi contoh inspirasi dan motivasi bagi umat dalam
perubahan menuju ke arah yang lebih baik
3. Slogan
“Serving Empowering Ummah”
G. Manajemen Yayasan Ihya Ul Ummah
Adapun manajemen yayasan Ihya Ul Ummah meliputi
manajemen sumber daya manusia, manajemen administrasi
umum dan akademis dan manajemen keuangan yang
dijelaskan sebagai berikut:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia, bertujuan untuk
menyiapkan tenaga kerja yang profesional, memenuhi
standar melalui proses seleksi sehingga memperoleh
sumber daya manusia yang berkualitas. Selain
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,
manajemen sumber daya juga merencanakan kesejahteraan
sebagai motivasi bagi tenaga kerja untuk semakin
berprestasi.
2. Manajemen Administrasi Umum dan Akademis
a. Manajemen Administrasi Umum
Manajemen administrasi umum berfungsi untuk
mempersiapkan sistem administrasi umum yang
64
berkaitan dengan kegiatan operasional umum kegiatan
seperti:
1) Penerimaan santri baru
2) Penerimaan guru atau tenaga kerja baru
3) Pengarsipan dokumen – dokumen
4) Pengadaan dan distribusi barang peralatan atau
perlengkapan kegiatan
b. Manajemen Administrasi Akademis
Adapun tugas dari manajemen administrasi akademis
untuk mengontrol pelaksanaan pelajaran, antara lain:
1) Administrasi guru
2) Administrasi pengajaran
3) Administrasi penilaian dan evaluasi
3. Manajemen Keuangan
Adapun tugas dan fungsi manajemen keuangan adalah
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan perencanaan keuangan (membuat
anggaran keuangan baik mingguan, bulanan dan
tahunan)
b. Melakukan evaluasi dan perbaikan perencanaan
keuangan
c. Melakukan pengawasan keuangan Yayasan
d. Melakukan pencatatan transaksi keuangan (penerimaan
dan pengeluaran)
e. Melakukan pengecekan atas kebenaran laporan
keuangan.
65
H. Flow Chart Pelaksanaan Manajemen Yayasan Ihya Ul
Ummah
Adapun pelaksanaan manajemen yayasan Ihya Ul Ummah
dijelaskan sebagai berikut:
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Alur proses penerimaan tenaga kerja baru
Tentu saja dalam manajemen perlu mengaitkan 10
fungsi dari manajemen yakni:
1) Forecasting, Meramalkan pola pikir seseorang dari
konsep berpikir calon pekerja maupun karyawan
guna membaca atau mengetahui isi pemikiran dan
tujuan dalam bergabung
2) Planning and budgeting, merancang dan
menganggarkan keuangan dan konsep dalam
penggunaanya serta kemampuan dalam mengelola
keuangan dan menyusun rencana yang bijak.
3) Organizing, mampu berorganisasi dan bergaul
guna untuk memudahkan menjalin hubungan
komunikasi.
4) Staffing, mampu mengoptimalkan kemampuannya
serta potensi yang terdapat pada internal maupun
eksternal.
5) Directing, mampu menguasai arahan dan mampu
memberikan arahan dalam konsep gagasan.
66
6) Leading, bukan hanya mampu bicara ataupun
berkomunikasi melainkan pula harus mampu
bertindak secara nyata.
7) Coordinating, mampu berkoordinasi secara cepat
dan tanggap.
8) Motivating, mampu memberikan dorongan bagi
dirinya sendiri dan sekitar.
9) Controlling, mampu mengendalikan dan
mengawasi.
10) Reporting, mampu menyusun laporan ataupun
berkomunikasi dalam sifat yang formal.
Gambar 2.5 Alur Penerimaan Tenaga Kerja
Permintaan Tenaga Kerja
Pengumpulan Data Calon Tenaga Kerja
Proses Interview & Seleksi
Hasil Seleksi
Penolakan
Lamaran
Lamaran Diterima &
Tandatangan
Perjanjian
67
b. Alur Evaluasi Penilaian Tenaga Kerja
Adapun alur evaluasi penilaian tenaga kerja yang
dilakukan pada yayasan Ihya Ul Ummah dijelaskan
sebagai berikut:
1) Data yang disiapkan berkaitan perilaku dan hasil
kerja tenaga kerja baik guru atau staf yayasan
berupa catatan, laporan, pencapaian, hasil
bimbingan terakhir dan sebagainya.
2) Gunakan data-data yang telah dipersiapkan tersebut
sebagai acuan dalam melakukan penilaian dan
umpan balik. Form Penilaian ini berupa draft
sementara.
3) Diskusikan draft penilaian tersebut dengan
pimpinan yayasan untuk memutuskan penilaian
akhir yang fair.
4) Setelah penilaian akhir diputuskan lakukan
pertemuan dengan tenaga kerja baik guru atau staf
yayasan yang akan dievaluasi. Pertemuan
sebaiknya dilakukan di tempat dan waktu yang
nyaman.
5) Serahkan hasil penilaian akhir tersebut ke tenaga
kerja baik guru atau staf yayasan dan berikan waktu
untuk yang bersangkutan membaca hasil tersebut.
6) Dalam pembahasan ini kemukakan dasar penilaian
dengan bahasa yang baik dan berikan kesempatan
68
bagi yang bersangkutan untuk menyampaikan
pendapat atau tanggapan.
7) Langkah terakhir adalah rencana pengembangan
tenaga kerja baik guru atau staf yayasan.
Gambar 2.6 Alur Evaluasi Penilaian Tenaga Kerja
2. Manajemen Administrasi Umum dan Akademis
a. Alur Penerimaan Santri Baru
Adapun alur penerimaan santri baru pada yayasan
Ihya Ul Ummah dijelaskan sebagai berikut:
Persiapan Data Penilaian
Buat Draft Penilaian
Diskusi dengan Pimpinan
Pertemuan dengan Tenaga
Kerja yang Dinilai
Penyerahan Hasil
Pembahasan Hasil
Rencana Pengembangan Karyawan
69
1) Calon santri datang ke tempat pendaftaran
2) Mengisi formulir pendaftaran
3) Tes saringan masuk dan wawancara
4) Evaluasi dan penyaringan kelas
5) Daftar ulang
6) Selesai
Gambar 2.7 Alur Penerimaan Santri Baru
b. Alur Pengadaan Barang atau Perlengkapan Kegiatan
Adapun alur pengadaan barang atau perlengkapan
kegiatan pada yayasan Ihya Ul Ummah dijelaskan
sebagai berikut:
Calon Santri
Mengisi Formulir
Test & Wawancara
Evaluasi Penyaringan Kelas
Daftar Ulang
Selesai
70
1) Guru atau Staff membuat daftar permintaan
keperluan peralatan / barang
2) Menyerahkan kepada bagian administrasi umum
3) Jika barang ada administrasi umum langsung
memberikan kepada guru atau staff yang
bersangkutan
4) Jika barang tidak ada maka administrasi umum
membuat pengajuan anggaran untuk membeli
barang tersebut.
Guru atau Staf membuat daftar
permintaan barang / peralatan
Daftar permintaan diserahkan kepada
Administrasi Umum
Administrasi Umum mengecek
ketersediaan barang / peralatan
Tersedia Tidak Tersedia
1 2
1 2
Memberikan
barang /
peralatan yang
dibutuhkan
Membuat
pengajuan
permintaan
barang /
peralatan
71
Gambar 2.8 Alur Pengadaan Barang / Peralatan
3. Manajemen Keuangan
Contoh alur manajemen keuangan ialah alur
pembuatan anggaran mingguan. Anggaran mingguan
dibuat untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran
mingguan kegiatan operasional kegiatan. Ada alurnya
adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan laporan pengeluaran minggu
sebelumnya
b. Mengumpulkan daftar permintaan yang diperlukan
untuk minggu depan dari bagian Administrasi Umum
c. Bagian keuangan membuat laporan anggaran
mingguan
72
Gambar 2.9 Periode Anggaran Mingguan
Sumber: Yayasan Ihya Ul Ummah (2020)
No Keterangan Nilai (RP)
A Bagian Administrasi & Akademis :
1 Fotocopy formulir pendaftaran (100 lbr x 100) 10.000
2 Beli refil stempel 30.000
3 Beli alata tulis (bolpoint, pensil, tipex,penghapus) 20.000
4 Beli spidol untuk kelas 3 box 75.000
Sub Total 135.000
B Bagian Administrasi Umum
1 Pembayaran listrik 352.500
2 Pembayaran air (pdam) 135.200
Sub Total 487.700
C Bagian Rumah Tangga Yayasan
1 Pembelian air minum (galon) : 10 Galon x 15.000 150.000
2 Pembelian air mineral gelas : 5 Dus x 20.000 100.000
3 Pembelian pengharum ruangan : 10 x 9.000 90.000
4 Pembelian sabun pembersih piring gelas 2 x 15.000 30.000
5 Pembelian sabun pembersih lantai dan toilet : 5 x 10.000 50.000
6 Pembersihan Ac : 5 x 50,000 250.000
Sub Total 670.000
Grand Total Anggaran 1.292.700
Sisa Kas Minggu Lalu 250.000
Pengajuan Dana Kas 6 - 11 Januari 2020 1.042.700
Palmerah, 03 - Januari - 2020
Mengetahui
Pelaksana Menyetujui
Administrasi Umum Bagian keuangan
PERIODE : 6 -11 JANUARI 2020
ANGGARAN MINGGUAN
73
I. Strategi Yayasan
Yayasan Ihya Ul Ummah, Palmerah Jakarta ini memiliki
strategi sebagai berikut:
1. Disiplin
2. Belajar
3. Berlatih
4. Berkarya
5. Inovatif
J. Sarana Prasarana Yayasan
Sarana prasarana yayasan Ihya Ul Ummah tergolong cukup
lengkap. Fasilitas yang disediakan antara lain:
1. Gedung belajar
Lokasi Yayasan Ihya Ul Ummah dimulai RQIU,
Najma, Muslima (bunda tangguh) dan Pemberdayaan
Yatim. bertempat di satu komplek atau gang dan sudah
bercabang di dekat pasar slipi. Pada pagi hari aktivitas
dilakukan oleh ibu-ibu untuk belajar Al-Qur’an dan
pelatihan manajemen keuangan rumah tangga dan siang
hari di isi oleh anak-anak yatim untuk belajar dan
melakukan aktivitas produktif, tetapi ada pagar pembatas
untuk membatasi setiap kegiatan yang berbeda untuk setiap
programnya.
2. Fasilitas olahraga
Yayasan Ihya Ul Ummah memiliki lapangan olahraga
yang biasa digunakan sebagai pusat kegiatan berolahraga
terletak di bagian depan pintu masuk yayasan.
74
3. Perpustakaan
Perpustakaan yang dimiliki berisi koleksi buku – buku
pelajaran, buku – buku cerita dan bahan bacaan lainnya
4. Musholla
Musholla merupakan bangunan yang sangat penting di
Yayasan Ihya Ul Ummah, karena keberadaannya
merupakan simbol bagi Yayasan. Di Musholla santri –
santri melakukan aktifitas ibadah sholat berjamaah.
5. WC santri, guru dan pegawai
6. Ruang Multimedia
Ruang ini berfungsi untuk memberikan santri – santri
pembelajaran melalui media elektronik. Santri – santri
biasanya lebih menyukai belajar dengan cara melihat
secara langsung daripada hanya mendengar keterangan dari
guru saja.
7. Ruang Komputer
Yayasan Ihya Ul Ummah sudah memiliki Ruang
Komputer, Jumlahnya ada sekitar 20 komputer.
8. Ruang Unit Kesehatan
Ruang Unit Kesehatan Ihya Ul Ummah adalah tempat
santri – santri yang mengalami sakit dan membutuhkan
pertolongan pertama, di ruang inilah tersedia obat – obatan
dan juga juru Pembina ruang unit kesehatan yang akan
membantu.
75
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dari hasil wawancara peneliti dengan para informan yang
terdiri dari 4 anggota pengurus Rumah Quran yaitu Ibu Riyamah,
Ibu Ermi, Ustadz Arfaduddin dan Ustadz Fuji Aslam serta 3 santri
Rumah Quran yaitu Yudi, Andi dan Novi, berikut beberapa temuan
dilapangan tentang manajemen pemberdayaan masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran di Yayasan Ihya
Ul Ummah adalah sebagai berikut :
A. Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat pada Program
Rumah Qur’an
Rumah Quran merupakan program yang di bentuk dalam
Yayasan Ihya Ul Ummah untuk meningkatkan kemampuan
membaca Al-quran. Latar belakang didirikannya Rumah
Quran ini dikarenakan melihat fenomena masyarakat sekitar
terutama anak usia Sekolah Dasar belum mampu membaca
Al-Quran sebagaimana kutipan wawancara penulis dengan
Ibu Riyamah selaku Direktur Rumah Quran:
“Awal terbentuknya di pelopori oleh Ustadz Feri,
yang memiliki yayasan ini. Dulu beliau melihat
lingkungan sekitar sini tuh anak – anak usia SD yang
seharusnya sudah bisa membaca Al-Quran justru
belum bisa bahkan ga mengenal huruf – huruf hijaiyah,
dari sinilah kita buat suatu program yang namanya
Berantas Buta Huruf Al-Quran”
(wawancara dengan Ibu Riyamah Direktur Rumah
Quran Ihya Ul Ummah,2019).
76
Dari fenomena tersebut pihak yayasan memiliki inisiatif
untuk membentuk suatu program yaitu Berantas Buta Huruf
Al-Quran dengan melakukan survey radius 1 KM dari sekitar
yayasan guna mendata berapa banyak masyarakat yang sama
sekali tidak dapat membaca Al-Quran dan berapa banyak
masyarakat yang bisa membaca Al-Quran namun belum benar
panjang pendeknya bacaan seperti kutipan wawancara berikut:
“Rencana awal kita lakukan survey ke masyarakat
sekitar, berapa banyak yang tidak bisa membaca
Quran, berapa banyak yang sudah bisa tapi belum
lancar panjang dan pendeknya, belum benar
makhrajnya, nah setelah diketahui kita buatlah
program Berantas Buta Huruf Al-quran untuk yang
benar – benar belum mengenal huruf dan pelafalannya,
dan kita buat program Tahsin Tilawah untuk yang
sudah bisa membaca Al-quran tapi belum benar
pengucapannya. Kemudian kita mendata dalam radius
1 KM dari yayasan, kita ajakin masyarakat untuk
mengaji di Rumah Quran secara door to door”
(wawancara dengan Ibu Riyamah Direktur Rumah
Quran Ihya Ul Ummah,2019).
B. Perencanaan Partisipatif dalam Program Rumah Quran
Bermula dari satu program awal yang digagas oleh pihak
yayasan, lalu dikembangkanlah beberapa program untuk
menunjang peningkatan kemampuan membaca Al-Quran
pada masyarakat sekitar. Pengurus Rumah Quran memiliki
target bahwa program yang terlaksana dapat diikuti oleh
masyarakat sekitar yayasan dengan tujuan merubah kondisi
mereka yang tidak paham akan membaca Al-Quran menjadi
77
orang yang mengenal dan melaksanakan isi Al-Quran seperti
yang tercantum pada kutipan wawancara berikut:
“Programnya banyak ya mas, ada Berantas Huruf
Quran, Tahsin Tilawah, Tahfizh Quran dan ADIBA...
Sasarannya masyarakat sekitar sini mas, ada anak,
remaja dan dewasa...” (wawancara dengan Ibu
Riyamah Direktur Rumah Quran Ihya Ul
Ummah,2019)
Tujuan dari pembentukan program – program tersebut
adalah untuk mengenalkan hingga taraf menghapalkan Al-
Quran yang sasarannya adalah masyarakat disekitar yayasan
yang menjadi santri di Ihya Ul Ummah seperti kutipan
wawancara berikut ini:
“Program Berantas Buta Huruf Quran, tujuannya
untuk mengenalkan dan mempelajari bacaan atau
huruf – huruf hijaiyah kepada santri yang belum paham
sama sekali sehingga mereka bisa membaca huruf –
huruf tersebut. Tahsin Tilawah, tujuannya untuk
memperbaiki bacaan Quran santri agar sesuai dengan
kaidah membaca Quran. Tahfizh Quran, tujuannya
untuk memberi wadah santri dalam menghapal Quran.
ADIBA, tujuannya untuk memberi wadah santriwati
dari berbagai profesi yang ingin menghapal Al-Quran”
(wawancara dengan Bapak Arfaduddin Majelis
Pengembangan Kurikulum dan Pengajar Rumah
Quran,2019)
“Kami targetkan adalah warga sekitar di Palmerah
ini, karena dulu sewaktu Yayasan kami berdiri, disini
masih banyak kemaksiatannya mas, jadi kami tergerak
untuk merubah lingkungan yang kurang baik kearah
yang lebih baik lagi sesuai dengan ajaran agama… Oh
tidak, santri disini terdiri dari anak – anak, umahat,
remaja ada juga bapak – bapaknya”(wawancara
78
dengan Bapak Arfaduddin Majelis Pengembangan
Kurikulum dan Pengajar Rumah Quran,2019).
Ada 4 program utama yang diterapkan dalam Rumah
Quran, yaitu:
1. Program Berantas Buta Huruf Al-Quran
Program ini merupakan program yang pertama
dibentuk oleh yayasan guna memperkenalkan huruf –
huruf Al-Quran kepada masyarakat yang tidak mengenal
huruf hijaiyah seperti kutipan wawancara berikut:
“Program Berantas Buta Huruf Quran , merupakan
program yang ditujukan untuk santri yang benar –
benar tidak mengetahui huruf – huruf Al-quran jadi
kita ajarkan dari nol atau bisa dibilang objek dari
program ini masyarakat yang benar – benar tidak
mengetahui huruf – huruf hijaiyah, tidak tau
bagaimana pengucapannya, tidak tau bentuknya
seperti apa, tidak tau tanda bacanya seperti apa, lalu
kita ajarkan dari awal……targetnya masyarakat
sekitar sini yah, baik anak – anak maupun dewasa bisa
ibu rumah tangga atau bapak – bapaknya” (wawancara
dengan Ibu Ermi Thaher, Manajer Operasional Rumah
Quran,2019)
Pada program Berantas Buta Huruf Quran, santri yang
mengikuti program ini diajarkan mengenal huruf – huruf,
memperkenalkan cara membaca, memperkenalkan cara
menulis dengan metode privat, metode berkelompok atau
metode kelas sehingga setiap santri yang belajar mampu
mengikuti dan mempelajarinya. Program ini meruapakan
program yang dibuka dengan sistem semester atau 6 bulan
sekali pihak yayasan membuka pendaftaran bagi santri baru
79
dengan biaya pendaftaran 100 ribu saja untuk 2 tahun seperti
dikutip pada wawancara berikut:
“Metode pengajarannya ada yang privat, satu lawan
satu, ada yang classical atau dalam bentuk kelompok”
(wawancara dengan Ibu Ermi Asma Thaher, Manajer
Operasional Rumah Quran,2019)
“Untuk program – program tersebut kami
laksanakan dan kami buka pendaftarannya dengan
sistem semester atau 6 bulan sekali ada pendaftaran
santri baru” (wawancara dengan Bapak Arfaduddin,
Majelis Pengembangan Kurikulum dan
Pengajar,2019)
“Ada mas, setiap siswa yang mendaftar di pungut
biaya 100rb untuk 2 tahun dengan mengikuti program
Berantas Buta Huruf Quran, Tahsin Tilawah dan
tahfizh Quran, kalo ada yang belum lulus, ya diulang
sampai peserta tersebut dinyatakan lulus….”
(wawancara dengan Ibu Riyamah, Direktur Rumah
Quran,2019)
“Pas awal diajarin huruf – huruf hijaiyahnya dulu
mas, pake buku gitu, susah juga sih soalnya belum
pernah liat..hehehe..trus lama – lama jadi tau dan jadi
bisa…. Kalo ujian ada 2 jenis mas, ada yang ditulis dan
ada yang di tes baca, itu setiap 3 bulan sekali ada tes
tulis dan tes baca….” (wawancara dengan Yudi, santri
Rumah Quran)
2. Program Tahsin Tilawah
Program Tahsin Tilawah merupakan program yang
dibentuk untuk mengajarkan santri tentang pelafalan,
panjang pendeknya bacaan Al-Quran. Program ini
diperuntukkan bagi santri yang sudah bisa membaca Al-
Quran namun belum tepat makhrajnya atau bagi santri
80
yang telah lulus program Berantas Buta Huruf Quran
dengan nilai minimal 80. Metode pengajaran program
tahsin disesuaikan dengan kondisi santri dengan tiga
metode :
a. metode privat, yaitu metode pengajaran dengan
memberikan materi sesuai dengan kemampuan santri
menerima pelajaran atau dapat disebut metode belajar
satu – persatu.
b. metode klasikal – individu, yaitu metode belajar
bersama – sama dalam suatu kelompok kecil.
c. metode klasikal – kelompok, yaitu metode belajar
bersama – sama dalam suatu kelompok atau dalam
suatu kelas seperti dikutip pada wawancara berikut:
“Program tahsin adalah program untuk santri yang
sudah bisa membaca Al-Quran tapi secara pengucapan
belum benar lafaz dan makhrojnya. Program tahsin
disini dilaksanakan dalam 3 cara mas, ada yang privat,
klasikal-individu dan klasikal-kelompok. Itupun
berdasarkan kondisi santrinya ya, apakah harus privat
atau harus klasikal-individu atau klasikal-kelompok
karena setiap santri punya latar belakang atau kondisi
pribadinya masing – masing” (wawancara dengan Ibu
Ermi Asma Taher, Manajer Operasional Rumah
Quran,2019)
“...indikator lolos jika santri menerima nilai
minimal 80...” (wawancara dengan Bapak Arfaduddin,
Majelis Pengembangan Kurikulum dan Pengajar
Rumah Quran,2019)
Pengajaran tahsin yang dilakukan oleh Rumah Quran
menggunakan Metode Ihya yang di susun berupa buku dengan
81
judul Metode Ihya jilid 1-4. Metode tahsin versi Ihya ini
berbeda dengan sistem membaca iqro yang terdiri dari 10 jilid,
jika metode iqro dibaca dengan cara cepat, lancar dan benar,
namun metode Ihya mengedepankan metode cara membaca
perlahan, diayun secara tahqiq dan tartil seperti kutipan
wawancara berikut ini:
“Kalo metode iqro ada 10 jilid ya biasanya, dengan
metode secara acak dengan target CLB (cepat,lancar dan
benar) sedangkan tahsin menggunakan metode diayun
dan pelan – pelan membacanya dengan cara tahqiq dan
tartil supaya keaslian membaca Al-Quran tetap terjaga”
(wawancara dengan Ibu Ermi Asma Taher, Manajer
Operasional Rumah Quran,2019)
Pada metode pengajaran ini pengajar mengajarkan materi
yang akan dipelajari dengan cara menyampaikan materi secara
bertahap dari yang paling mudah dipahami sampai yang sulit
dipahami sesuai dengan kemampuan kecerdasan santri.
Pengajar meminta santri untuk mengulang – ulang bacaan agar
santri lebih mudah menguasai bacaan. Kemudian pengajar
meminta santri untuk mempraktekkan bacaan Al-Quran sesuai
yang ada di buku panduan Metode Ihya. Pengajar menyimak
bacaan yang diucapkan oleh santri dan langsung memberikan
teguran jika santri keliru dalam membacanya dan hal ini harus
diperhatikan oleh santri lainnya. Untuk proses pengajaran
terakhir, pengajar memberikan evaluasi dan memberikan
semangat kepada seluruh santri guna memberikan penguatan
dan motivasi seperti dikutip dalam wawancara berikut:
“Biasanya pengajar memberikan materi terlebih
dahulu sesuai dengan tingkat pengelompokkan santri,
82
lalu pengajar meminta santri untuk membaca bacaan
Al-Quran yang sudah tercantum di buku panduan,
kemudian di tes satu persatu sekaligus dievaluasi
panjang pendeknya seperti apa sehingga santri yang
lain mengetahui kesalahan bacaannya seperti apa.
Setelah selesai biasanya pengajar memberikan
motivasi, penguatan kepada santri supaya tidak lelah
untuk terus belajar…” (wawancara dengan Ibu Ermi
Asma Taher, Manajer Operasional Rumah
Quran,2019).
“belajarnya kayak diajarin tajwidnya, panjang
pendeknya gitu mas… Kalo ujian ada 2 jenis mas, ada
yang ditulis dan ada yang di tes baca, itu setiap 3 bulan
sekali ada tes tulis dan tes baca…” (wawancara dengan
Andi, santri Rumah Qur’an)
3. Program Tahfidz Quran
Program Tahfidz Quran adalah salah satu program
meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada Rumah
Quran dengan syarat santri yang memasuki program ini harus
lulus dari program tahsin sebelumnya seperi dikutip dari hasil
wawancara berikut:
“Program Tahfizh ini diperuntukkan bagi santri
yang sudah lulus program tahsin dan ingin menghapal
Al-Quran lebih dalam lagi, biasanya santri yang bisa
masuk program ini harus memiliki nilai min 80 dari
program tahsin, jika belum santri harus mengulang
pembelajarannya agar memiliki nilai tersebut…”
(wawancara dengan Ibu Ermi Asma Taher, Manajer
Operasional Rumah Quran,2019)
Tujuan dari program Tahfidz Quran ini adalah:
a. membantu mengembangkan potensi santri kearah
pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilannya
83
yang disesuaikan dengan lingkungan berdasarkan Al-
Quran dan Sunnah;
b. mempersiapkan santri dari segi pengetahuan dan
keterampilan keagamaan;
c. santri terbiasa membaca Al-Quran dengan lancar dan
fasih sesuai dengan kaidah ilmu tajwid;
d. santri terbiasa mengerjakan shalat lima waktu dengan
bacaan Al-Quran yang benar;
e. santri dapat menguasai hafalan surat pendek atau ayat
Al-Quran;
f. santri dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar;
santri dapat berperilaku sosial yang baik sesuai ajaran
Islam
Tujuan tersebut sesuai dengan kutipan wawancara berikut
ini :
“Tujuannya membantu santri mengembangkan
potensinya dalam menghapal Al-Quran, membantu
membentuk sikap santri, menambah pengetahuan dan
keterampilan, terbiasa membaca Al-Quran, menjaga
shalat 5 waktu dengan bacaan yang benar, menguasai
hafalan sejumlah surat pendek atau ayat Al-Quran,
dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar,
terutama dapat berperilaku yang baik ya mas sesuai
ajaran Islam” (wawancara dengan Ibu Ermi Asma
Taher, Manajer Operasional Rumah Quran,2019).
Dalam pengajaran tahfidz ini, ada beberapa indikator
kemampuan membaca Al-Quran yang harus dicapai oleh setiap
santri yang mengikuti program ini yaitu kefasihan, ketepatan
84
tajwid, ketepatan pada makhrajnya serta kelancaran membaca
Al-Quran seperti dikutip dalam wawancara berikut ini :
“Ada mas, yang pertama kefasihan dalam membaca
Al-Quran yaitu jelas dalam pelafalan atau pengucapan
lisan, kedua ketepatan pada tajwidnya, ketiga ketepatan
pada makhrajnya, dan keempat kelancaran membaca
Al-Quran yang artinya tidak ada hambatan dalam
membaca, tidak tersendat – sendat, membaca dengan
lancar, cepat dan benar…” (wawancara dengan Ibu
Ermi Asma Taher, Manajer Operasional Rumah
Quran,2019).
Maka indikator kemampuan membaca Al-Quran pada
program Tahfidz Quran ini dapat simpulkan sebagai berikut:
a. santri fasih dalam membaca Al-Quran dengan
pelafalan dan pengucapan yang jelas;
b. santri dapat membaca Al-Quran dengan tajwid dan
makhraj yang tepat baik pada huruf yang berdiri
sendiri maupun dalam rangkaian;
c. santri dapat membaca Al-Quran secara lancar tidak
tersendat – sendat, benar dan tepat.
4. Program PTQ Adiba
Program PTQ Adiba adalah program pesantren tahfidz
Quran khusus untuk santriwati yang ingin menghapal Al-
quran dengan lingkungan yang aman, nyaman, dan berkumpul
dengan santriwati yang lain dapat menambah motivasi dalam
menghapal Al-Quran seperti dikutip dalam wawancara
berikut:
85
“Program ADIBA adalah program tilawah Quran
khusus muslimah yang kita sediakan tempat bermukim,
agar muslimah yang mendaftar kesini mendapatkan
tempat dan lingkungan yang nyaman demi
menghapalkan Al-Quran..” (wawancara dengan Ustadz
Fuhji Aslam Manajer PTQ Adiba,2019)
Kegiatan utama di PTQ Adiba meliputi:
a. Kegiatan harian, meliputi semua kegiatan santri yang rutin
dilakukan setiap hari seperti kegiatan belajar formal.
b. Kegiatan mingguan, yaitu kegiatan yang dilakukan dalam
jangka mingguan seperti senam santri dan lainnya.
c. Kegiatan tahunan, yaitu kegiatan yang biasanya dilakukan
satu tahun sekali seperti kegiatan haul yayasan dab
lainnya, seperti di kutip pada wawancara berikut ini :
“Disini ada empat kegiatan utamanya ya mas yang
pertama kegiatan harian, yaitu kegiatan santri rutin
seperti kegiatan belajar formal, yang kedua kegiatan
mingguan yaitu kegiatan yang dilakukan beberapa kali
dalam seminggu seperti senam santri, setoran hapalan
dan lainnya, yang ketiga adalah kegiatan bulanan yaitu
kegiatan yang dilakukan satu bulan sekali seperti kerja
bakti bersama masyarakat sekitar, yang keempat
kegiatan tahunan yaitu kegiatan yang dilakukan setiap
tahunnya sepeti acara haul, Upacara 17an dll…”
(wawancara dengan Ustadz Fuhji Aslam, Manajer PTQ
Adiba,2019)
Santri yang telah lulus dalam program tahsin, dapat
melanjutkan program menghapal Al-Quran secara intensif dan
lebih fokus di PTQ Adiba ini seperti dikutip dalam wawancara
berikut:
“Ada mas, syaratnya sudah lulus program tilawah
Quran, kalo syarat usia dan lain – lain tidak ada ya,
86
yang penting dia mau menghapal Al-Quran…”
(wawancara dengan Ustadz Fuhji Aslam, Manajer PTQ
Adiba,2019)
“Dulu saya ikutan tahsin, terus setelah lancar saya
naik kelas ke tahfizh, kata Ustadz, kalo di tilawah sudah
lancar saya bisa lanjut ke PTQ Adiba... Di Adiba
program belajarnya menyenangkan, ketemu banyak
teman – teman di pondok menghapal quran jadi mudah
dan cepat... Ujiannya dalam bentuk tes lisan kak, kita
dites udah hapal berapa juz, kalo sesuai dengan kriteria
kita disuruh menghapal melanjutkan juz yang sudah
ada…” (wawancara dengan Novi, santri Rumah
Qur’an).
Pada PTQ Adiba, santri yang ingin menghapal Al-Quran
bisa diikuti oleh masyarakat yang memiliki pekerjaan
sekalipun, seperti karyawan, mahasiswa, pekerja freelance
dan lainnya sehingga dalam menghapal Al-Quran mereka
tidak meninggalkan kesibukan dan aktivitas mereka sehari –
hari.
Program – program dalam Rumah Quran yang dibentuk
merupakan fasilitas yang ditawarkan oleh pihak pengurus
kepada masyarakat sekitar Palmerah yang pada akhirnya
diharapkan adanya partisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan hingga tahap evaluasi dari masyarakat demi
kemajuan program dan peningkatan kualitas membaca Al-
Quran pada masyarakat Palmerah.
C. Sosialisasi Program Rumah Quran
Untuk mensosialisasikan program Rumah Quran,
dibentuklah tim khusus yang disebut tim media yang bertugas
87
menyebarkan informasi, program serta buletin dakwah
melalui media cetak, elektronik serta media sosial berupa
facebook, twitter, instagram dan website seperti dikutip dari
wawancara berikut:
“Untuk mensosialisasikan program Rumah Quran,
kita bentuk tim khusus yang disebut tim media yang
bertugas menyebarkan informasi, program serta buletin
dakwah melalui media cetak, elektronik serta media
sosial berupa facebook, twitter, instagram dan website.
Tim media ini menjadi ujung tombak penyebaran
program Rumah Quran hingga keluar wilayah
Palmerah…” (wawancara dengan Ibu Riyamah,
Direktur Rumah Quran, 2019)
D. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program
Rumah Quran
Selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
membaca Al-Quran serta menghapalkannya, Rumah Quran
juga melakukan serangkaian pemberdayaan kepada
masyarakat sekitar yayasan dengan cara mendidik santri –
santri yang berpotensi untuk dijadikan kader pengajar di
yayasan, Rumah Quran melakukan pemberdayaan terhadap
santri yatim yaitu dengan mengadakan kelas belajar yang
mempelajari ilmu pengetahuan dan komputerisasi selayaknya
pelajaran di sekolah formal terutama untuk santri yatim yang
mengalami putus sekolah, dengan tujuan agar santri ini
mempunyai bekal pengetahuan yang nantinya dapat
bermanfaat untuk kelanjutan pendidikannya. Santri yatim pun
diberikan pelatihan pengembangan minat dan bakat sehingga
para santri mengetahui dan mengembangkan minat dan bakat
88
mereka yang pada akhirnya dapat menentukan masa depan
mereka kelak. Pemberdayaan pun dilakukan kepada ibu – ibu
rumah tangga atau umahat dengan cara mengajarkan
membaca Al-Quran serta membentuk suatu majelis ta’lim
yang nantinya dapat dijadikan sarana untuk berdakwah di
kalangan ibu rumah tangga seperti dikutip pada wawancara
berikut:
“Ada mas,pemberdayaannya kita fokuskan ke
umahat atau ibu – ibu serta anak yatim, dengan cara
mengadakan majelis ta’lim. Selain itu kita juga
mendidik para santri disini sebagai kader pengajar di
yayasan, sehingga selain kita mengajarkan baca quran
namun kita juga membentuk santri disini untuk bisa
menjadi guru yang dapat mengajar” (wawancara
dengan Ibu Riyamah, Direktur Rumah Quran,2019)
“Ada mas, kita dulu awalnya menempati ruko kecil,
jumlah pengurus juga baru beberapa orang, setelah kita
adakan program untuk santri, ada beberapa santri yang
punya potensi dalam hal mengajar, maka kami rektrut
untuk menjadi tenaga pendidik disini, sehingga selain
kehadiran kami disini untk mendidik kami juga
berusaha agar santri kami menjadi mandiri dari segi
skill dan finansial juga mas sehingga mereka bisa
menjadi kader – kader Ihya yang berkualitas…”
(wawancara dengan Bapak Arfaduddin, Majelis
Kurikulum dan Pengajar Rumah Quran,2019).
Sejalan dengan misi Yayasan Ihya Ul Ummah adalah
menjadi mitra dalam pemberdayaan umat terutama dalam
bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan melalui program –
program yang dikelola, Rumah Quran terus melakukan
pembenahan dan perbaikan program demi melayani dan
89
memberikan pendidikan serta pelatihan pada semua santri dan
masyarakat disekitar yayasan.
E. Monitoring dan Evaluasi terhadap Program Rumah
Quran
Dalam sebuah organisasi, tahap perencanaan dan
pelaksanaan tidaklah berjalan dengan baik tanpa adanya
monitoring dan evaluasi terhadap program yang telah
dilaksanakan. Pada setiap program di Rumah Quran terdapat
monitoring dan evaluasi yang diterapkan oleh pengurus
Rumah Quran. Evaluasi program ini berbentuk rapat bulanan
pengurus yang didalamnya membahas semua draft rencana
program kerja dan realisasinya. Apabila realisasi program
kerja sesuai dengan draft rencana program maka program
dikatakan berhasil, namun jika realisi program kerja tidak
tercapai target rencana program kerja maka pengurus
mencarikan alternatif yang dapat dijadikan solusi. Hasil
evaluasi ini dilaporkan kepada pihak yayasan serta pihak
Kementerian Agama untuk dijadikan landasan monitoring
sebagaimana tercantum pada wawancara berikut ini:
“Ada mas, setiap bulan kita adakan evaluasi
program dan kita laporkan kepada pengawas dan
pemilik yayasan... Tujuannya agar program yang kita
lakukan terkontrol dari segi perencanaan,
pelaksanaannya apa yang sudah direncanakan apa yang
sudah dilaksanakan, lalu kita buat laporan evaluasi
yang kita sebut laporan bulanan untuk pihak yayasan
yang diwakilkan oleh pemilik yayasan dan pihak
pengawas yang diwakilkan oleh pihak Kementerian
Agama…pertama yang dijadikan evaluasi adalah draft
90
rencana program kerja nya dan realisasi dilapangannya
seperti apa, apakah sesuai atau tidak dengan rencana
program kerja yang sudah disusun sebelumnya, jika
realisasinya tercapai berarti rencana program kerjanya
berhasil tapi kalo belum tercapai kita bahas, faktor apa
saja yang menghambat, yang membuat program tidak
berjalan sesuai rencana, kemudian kita carikan
solusinya, kalo ada kaitan dengan anggaran kita
buatkan anggarannya dengan seoptimal mungkin, tapi
kalo tidak ada anggarannya kita coba cari solusi lain
yang lebih efektif dan efisien tanpa harus
mengeluarkan modal besar…” (wawancara dengan Ibu
Riyamah, Direktur Rumah Quran,2019).
Untuk menunjang semua program Rumah Quran,
dibutuhkan pengajar dengan kriteria yang telah ditentukan
oleh pihak pengurus Rumah Quran serta diadakan evaluasi
demi mendapatkan pengajar yang berkualitas seperti dikutip
dari wawancara berikut ini :
“Ada mas, yang kita evaluasi adalah kinerja
pengajar yah dalam bentuk laporan dan catatan lalu kita
diskusikan dengan pimpinan yayasan dan pengawas,
jika sudah kita panggil pengajar tersebut untuk
dievaluasi dan kemudian yang bersangkutan diminta
untuk membaca hasil tersebut, jika sudah pengajar yang
bersangkutan bisa mengungkapkan pendapatnya,
langkah terakhir diadakan rencana pengembangan
pengajar tersebut baik dalam bentuk pelatihan atau
seminar” (wawancara dengan Ibu Riyamah, Direktur
Rumah Quran,2019).
Dalam tahap evaluasi para pengajar, pengurus yayasan
pun memberikan suatu pelatihan – pelatihan atau seminar
mengenai metode pengajaran sehingga diharapkan pengajar
91
yang lebih mampu untuk memberikan pengajaran kepada para
santri seperti dikutip dari wawancara berikut:
“Pelatihan yang dilakukan dalam bentuk pemberian
materi pengajaran, bagaimana menjadi guru yang dapat
dimengerti oleh murid, bagaimana menjadi guru yang
dapat menerangkan dengan baik, bagaimana menjadi
guru yang bisa membuat bahan ajar yang baik, jadi
pelatihan atau seminar yang kita lakukan lebih ke arah
meningkatkan skill guru nya mas sehingga dia punya
bekal untuk mengajar disini atau bahkan terjun ke
masyarakat yang lebih luas lagi” (wawancara dengan
Ibu Riyamah, Direktur Rumah Quran,2019).
Untuk program – program di Rumah Quran, para santri
mengikuti evaluasi dengan tujuan mengetahui tingkat
pengetahuan dan pemahaman mengenai huruf hijaiyah dan
cara membacanya. Evaluasi ini dalam bentuk tes lisan dan
tulisan yang dilakukan 3 bulan sekali. Kriteria kelulusan
adalah jika santri mendapatkan nilai minimal 80 jika tidak
tercapai maka santri yang bersangkutan harus mengulang
materi pelajaran hingga ia benar – benar dinyatakan lulus.
F. Kendala Dalam Pelaksanaan Program Rumah Quran
Dalam menjalankan visi misi dan tujuan yayasan yaitu
mewujudkan tatanan masyarakat yang mencintai Al-Quran
sehingga menjadikan tatanan masyarakat dijalan Allah dengan
melayani umat seutuhnya, Rumah Quran sebagai bagian dari
Yayasan Ihya Ul Ummah tak luput dari kendala dan hambatan
serta faktor pendukung yang menyertai perjalanan program di
Rumah Quran. Beberapa kendala yang dialami oleh Rumah
92
Quran terutama pada saat berdiri adalah banyaknya penolakan
dari masyarakat sekitar ketika diajak untuk mengaji.
Rendahnya kemampuan ekonomi dan lingkungan yang tidak
kondusif dengan banyaknya kemaksiatan membuat
masyarakat lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan sehari –
hari mereka sehingga minat untuk mengaji tidak terbersit sama
sekali dibenak mereka, inilah yang menjadi tantangan
tersendiri bagi pengajar Rumah Quran untuk memberikan
penyadaran seperti dikutip pada wawancara berikut:
“Pada awal program memang agak sulit mas, untuk
memberi kesadaran pada warga sekitar sini, mungkin
karena rendahnya faktor ekonomi, jadi mereka lebih
fokus untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari ya mas,
jadi ga fokus untuk belajar quran, untuk makan sehari
– hari saja mereka harus berjuang nyari uang mas.
Sampai kita tawarin door to door mas, mau ngaji ga,
rata – rata ya pada nolak, tapi lama kelamaan mereka
mau juga mas, Alhamdulillah…”(wawancara dengan
Ibu Ermi Asma Taher, Manajer Operasional Rumah
Quran,2019).
Berdirinya Rumah Quran dengan program – programnya
terus membawa perubahan sedikit demi sedikit di lingkungan
sekitar yayasan. Perlahan namun pasti masyarakat sekitar
mulai tertarik dan menjadi santri di Rumah Quran dengan
mengikuti program yang berbeda – beda, ada yang masuk
program Berantas Buta Huruf Al-Quran, ada yang masuk
program Tahsin Tilawah, ada pula yang sudah lulus program
Tahsin kemudian masuk ke program Tahfidz Quran.
Setiap program memiliki hambatan dan kendalanya
masing – masing seperti dikutip pada wawancara berikut ini:
93
“Kendalanya dari santri yang mengikuti program
ini mas, ada yang cepat bisa mengikuti pelajaran ada
juga yang lambat dalam memahami metode tahsin, tapi
kita terus berusaha untuk mengajari mereka sampai
mereka paham. Selain itu kita juga kekurangan tenaga
pengajar juga, sehingga kita berusaha mencetak tenaga
pengajar dari santri – santri yang punya potensi untuk
mengajar” (wawancara dengan Ibu Ermi Asma Taher,
Manajer Operasional Rumah Quran,2019).
“Kendala bisa dari intern dan ekstern ya mas, kalo
dari intern kita kekurangan tenaga pendidik yang
bersertifikat nasional untuk dijadikan pengajar, kalo
kendala eksternnya datang dari santrinya mas,
terkadang kesibukan mereka tidak tentu ada yang
karyawan, ibu rumah tangga, mahasiswa, mereka
punya kesibukan sendiri hingga mereka punya sedikit
waktu untuk belajar pada program tilawah ini”
(wawancara dengan Ibu Ermi Asma Taher, Manajer
Operasional Rumah Quran,2019).
“Kendala ada ya mas, terutama di tenaga pengajar,
berhubung program ADIBA ini santrinya semuanya
akhwat, jadi tenaga pengajar akhwatnya pun kita
kekurangan…”(wawancara dengan Ustadz Fuhji
Aslam, Manajer PTQ Adiba,2019).
Dari wawancara diatas, kendala yang dihadapi oleh
Rumah Quran adalah kurangnya pengajar dan kendala dari
kondisi santri dengan latar belakang yang berbeda – beda
memberikan warna tersendiri bagi pihak pengurus Rumah
Quran untuk menanganinya. Namun dengan adanya kendala
tersebut membuat pengurus Rumah Quran mencari cara agar
kendala yang ada dapat diatasi, salah satunya dengan
membina, mengkader, memberi pelatihan dan peningkatan
94
skill kepada santri yang potensial untuk dijadikan pengajar di
Rumah Quran, dan untuk mengatasi kendala dari santri, pihak
pengurus terus memberikan motivasi dan orientasi kepada
seluruh santri agar tetap istiqomah dalam mempelajari Al-
Quran seperti kutipan wawancara berikut:
“...Pelatihan yang dilakukan dalam bentuk
pemberian materi pengajaran, bagaimana menjadi guru
yang dapat dimengerti oleh murid, bagaimana menjadi
guru yang dapat menerangkan dengan baik, bagaimana
menjadi guru yang bisa membuat bahan ajar yang baik,
jadi pelatihan atau seminar yang kita lakukan lebih ke
arah meningkatkan skill guru nya….Oh banyak mas,
terutama masalah motivasi yah, kadang yang namanya
keimanan kan naik turun ya, kadang rajin, kadang
malas, belum istiqomah, tapi tetap kita berikan
motivasi bahwa belajar mengaji bukan hanya sekedar
membaca dan rutinitas tapi sebagai bekal untuk
menghadapi “tantangan” hidup karena santri kita kan
rata – rata anak dan remaja ada juga ibu rumah tangga,
dan juga sebagai mahkota untuk orang tua kita kelak di
surga buat santri yang telah yatim” (wawancara dengan
Ibu Riyamah, Direktur Rumah Quran,2019).
95
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pemberdayaan Masyarakat pada Program Rumah
Qur’an
Analisis mengenai manajemen pemberdayaan masyarakat
dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran di
Yayasan Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah
Jakarta Barat akan peneliti analisa secara analisis deskriptif
disajikan dalam pemaparan yang bersifat naratif.
Adanya fenomena masyarakat baik dari tingkat anak –
anak, remaja hingga dewasa yang tidak dapat membaca Al-
Quran telah membuat pengurus Yayasan Ihya Ul Ummah
tergerak untuk membantu, mendidik serta mengajarkan cara
membaca dan memahami isi Al-Quran agar mereka menjadi
manusia yang memiliki pemahaman agama, pemahaman ilmu
pengetahuan, penguasaan teknologi sehingga mereka menjadi
manusia yang berguna baik bagi diri mereka sendiri dan bagi
masyarakat sekitarnya. Konsep berpikir yang muncul dari
pengurus yayasan ini sejalan dengan pengertian pemberdayaan
yang mengandung arti memberikan daya atau kekuatan kepada
kelompok yang lemah dan belum memiliki daya/kekuatan
untuk hidup mandiri, terutama untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya seperti pangan, sandang, papan, pendidikan dan
kesehatan (Hamid, 2018).
Pemberdayaan yang dilakukan pengurus Rumah Quran
merupakan sebuah proses yang merujuk pada kemampuan
96
untuk berpartisipasi, memperoleh kesempatan dan mengakses
sumber daya dan layanan yang dibutuhkan untuk memperbaiki
kualitas hidup serta meningkatkan skala utilitas dari objek yang
diberdayakan (Poerwoko, 2012).
Untuk mencari data kelompok masyarakat yang buta
huruf Quran dan yang sudah bisa membaca namun belum
benar makhrajnya, pihak pengurus Rumah Quran melakukan
survey dengan radius 1 KM disekitar yayasan sembari
mengajak dan memperkenalkan adanya program di Rumah
Quran untuk mengaji di Rumah Quran. Apa yang dilakukan
oleh pihak yayasan sejalan dengan teori bahwa pemberdayaan
masyarakat dibutuhkan adanya pengenalan yang nantinya akan
menambah wawasan keilmuan dengan tujuan dapat memenuhi
kebutuhan dasar yaitu pendidikan, sehingga mereka terbebas
dari kebodohan dan kesakitan. Selain itu dengan adanya
pemberdayaan ini masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan keputusan yang
mempengaruhi kondisi mereka (Suharto, 2014).
B. Perencanaan Partisipatif dalam Program Rumah Quran
Melihat kondisi masyarakat sekitar Palmerah yang tidak
dapat membaca Al-Quran dengan benar, maka pengurus
yayasan membentuk beberapa program membaca Al-Quran
diantaranya program Berantas Buta Huruf Quran, Tahsin
Tilawah Quran, Thafidz Quran, dan Pesantren Tilawah Quran
Adiba. Program ini ditujukan untuk masyarakat sekitar
yayasan baik anak – anak, remaja hingga dewasa yang
97
diharapkan dapat diikuti, dilaksanakan dan diaplikasikan pada
kehidupan sehari – hari sehingga masyarakat dapat
berpartisipasi dalam program yang telah dibentuk. Dalam
proses membentuk program hingga pelaksanaan evaluasi
program, pengurus Rumah Quran melibatkan peran dari
masyarakat dalam bentuk keikutsertaan masyarakat dalam
program – program Rumah Quran, menerima kritik dan saran
demi kemajuan program serta peningkatan kualitas
kemampuan membaca Al-Quran masyarakat Palmerah.
Pengurus Rumah Quran berperan sebagai penggagas sekaligus
fasilisator dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Quran
masyarakat sejalan dengan teori bahwa fasilisator harus
memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) negosiasi, yaitu
pengurus menawarkan program kepada masyarakat dalam
rangka meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca Al-
Quran, (2) Pengambilan keputusan yaitu pengurus mengambil
keputusan secara demokratis, transparan dan memperhatikan
akuntabilitas masyarakat itu sendiri terkait program – program
Rumah Quran, (3) Pelibatan berbagai pihak, yaitu kemampuan
mengidentifikasi semua unsur masyarakat sehingga dapat
mengatur partisipasi masyarakat dalam program Rumah Quran
(Hamid, 2018).
Pada perencanaan program, pengurus Rumah Quran
menerapkan manajemen partisipatif hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh P. Subianto (Subianto, 2009) yaitu :
98
1. perencanaan program dilakukan berkelanjutan artinya
dalam pengambilan keputusan merencanakan program
tidak pernah berhenti sampai tercapainya tujuan yang
dikehendaki.
2. perencanaan program dirumuskan oleh banyak pihak, baik
dari pihak pengurus maupun masyarakat dalam bentuk
kritik dan saran.
3. perencanaan program dirumuskan berdasarkan fakta dan
dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk
digunakan.
4. perencanaan program meliputi perumusan tentang
keadaan, masalah, tujuan dan cara kegiatan untuk
mencapai tujuan
5. perencanaan program dinyatakan secara tertulis tentang
keadaan, masalah, tujuan cara mencapai tujuan dan
rencanaevaluasi atas hasil pelaksanaan program.
C. Faktor Sosialisasi Program Rumah Quran
Supaya program – program Rumah Quran dapat
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuannya, pihak
pengurus Rumah Quran membentuk suatu tim khusus yang
disebut tim media, tugasnya adalah mensosialisasikan program
– program Rumah Quran baik secara offline maupun online
dalam bentuk brosur, buletin dakwah, facebook, twitter,
instagram maupun website. Selain sebagai sarana
mempromokan program – program, sosialisasi ini bertujuan
untuk menciptakan dialog antara pengurus dan masyarakat
99
dalam rangka meningkatkan pemahaman mengenai program
dan kegiatan yang telah direncanakan serta untuk mengetahui
seberapa besar ketertarikan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam program Rumah Quran demi pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat dalam meingkatkan kemampuan
membaca Al-Quran.
Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pengurus ini sejalan
dengan teori bahwa sosialisasi adalah upaya
mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog
dengan masyarakat dalam meningkatkan pemahaman terkait
program dan kegiatan apa saja yang direncanakan. Melalui
sosialisasi para pengurus bertindak sebagai fasilitator dalam
kegiatan pemberdayaan, dapat mengkomunikasikan dan
mengetahui secara jelas kepada masyarakat calon penerima
manfaat tentang berbagai hal yang dibutuhkan sekaligus
memberikan informasi mengenai kegiatan/program (Hamid,
2018).
Sosialisasi yang dilakukan pengurus Rumah Quran
dilakukan secara rutin dan kontiyu dengan maksud agar
kegiatan serta program yang direncanakan mendapat respon
baik peningkatan jumlah santri yang ikut berpartisipasi dalam
program maupun respon dalam bentuk kritik serta saran yang
membangun demi keberhasilan program – program Rumah
Qurban. Hal ini sejalan dengan teori bahwa kegiatan sosialisasi
sebaiknya dilaksanakan lebih dari satu kali, karena proses ini
adalah proses pengenalan serta tingkat penerimaan masyarakat
100
akan hal – hal yang baru bukanlah sesuatu yang instan, mereka
membutuhkan waktu dan pembuktian yang cukup untuk dapat
menerima dan memberikan respon yang positif terhadap suatu
kegiatan. Selain itu pemberdayaan masyarakat sangat terkait
dengan perubahan pola pikir, perilaku dan pola hidup, sehingga
masyarakat akan membutuhkan waktu untuk berpikir dan
memahaminya sehingga pengurus Rumah Quran sebagai
fasilitator perlu memberikan pemahaman sejak awal bahwa
masyarakatlah yang berperan secara aktif dalam pelaksanaan
seluruh tahapan program (Hamid, 2018).
D. Fungsi Pemberdayaan Masyarakat melalui Program
Rumah Quran
Selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
membaca Al-Quran serta menghapalkannya, Rumah Quran
juga melakukan serangkaian pemberdayaan kepada
masyarakat sekitar yayasan dengan cara mendidik santri –
santri yang berpotensi untuk dijadikan kader pengajar di
yayasan, Rumah Quran melakukan pemberdayaan terhadap
santri yatim yaitu dengan mengadakan kelas belajar yang
mempelajari ilmu pengetahuan dan komputerisasi selayaknya
pelajaran di sekolah formal terutama untuk santri yatim yang
mengalami putus sekolah, dengan tujuan agar santri ini
mempunyai bekal pengetahuan yang nantinya dapat
bermanfaat untuk kelanjutan pendidikannya. Santri yatim pun
diberikan pelatihan pengembangan minat dan bakat sehingga
para santri mengetahui dan mengembangkan minat dan bakat
101
mereka yang pada akhirnya dapat menentukan masa depan
mereka kelak. Pemberdayaan pun dilakukan kepada ibu – ibu
rumah tangga atau umahat dengan cara mengajarkan membaca
Al-Quran serta membentuk suatu majelis ta’lim yang nantinya
dapat dijadikan sarana untuk berdakwah di kalangan ibu rumah
tangga. Langkah yang dilakukan oleh pengurus ini sesuai
dengan teori tujuan pemberdayaan yaitu memperkuat
kekuasaan, khususnya kelompok lemah yang memiliki
ketidakberdayaan baik kondisi internal maupun eksternal
(Suharto, 2014). Selain itu pemberdayaan melalui program
Rumah Quran juga melahirkan kader – kader pendidik dan
pangajar yang siap sedia mengabdikan dirinya dan ilmu untuk
mengajar santri – santri di Rumah Quran, hal ini sesuai dengan
teori tujuan pemberdayaan dari segi perbaikan :
1. pendidikan, yang artinya pemberdayaan harus dirancang
sebagai suatu bentuk pendidikan yang lebih baik.
Perbaikan pendidikan yang dilakukan melalui
pemberdayaan tidak hanya terbatas pada perbaikan materi,
perbaikan metode, perbaikan menyangkut waktu dan
tempat, serta hubungan fasilitator dan penerima manfaat,
tetapi seharusnya yang tak kalah pentingnya adalah
bagaimana perbaikan pendidikan non formal dalam proses
pemberdayaan mampu menumbuhkan semangat dan
keinginan untuk terus belajar tanpa batas waktu dan umur
serta mengaplikasikan ilmunya agar bermanfaat bagi orang
lain.
102
2. perbaikan tindakan, artinya, melalui bekal perbaikan
pendidikan dan aksesibilitas dengan beragam sumber daya
(SDM, SDA dan sumber daya lainnya/buatan) yang lebih
baik, diharapkan akan melahirkan tindakan-tindakan yang
semakin membaik.
3. perbaikan lingkungan, artinya, perbaikan pendapatan dapat
memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena
kerusakan lingkungan seringkali disebabkan karena faktor
kemiskinan atau terbatasnya pendapatan.
4. perbaikan kehidupan, situasi kehidupan yang lebih baik,
dan didukung dengan lingkungan (fisik dan sosial) yang
lebih baik, diharapkan dapat mewujudkan kehidupan
masyarakat yang juga lebih baik.
E. Monitoring dan Evaluasi terhadap Program Rumah
Quran
Untuk mewujudkan tujuan dari masing – masing program
Rumah Qur’an, pengurus mengadakan sebuah monitoring dan
evaluasi berbentuk rapat bulanan pengurus yang didalamnya
membahas semua draft rencana program kerja dan realisasinya.
Apabila realisasi program kerja sesuai dengan draft rencana
program maka program dikatakan berhasil, namun jika realisi
program kerja tidak tercapai target rencana program kerja
maka pengurus mencarikan alternatif yang dapat dijadikan
solusi. Hasil evaluasi ini dilaporkan kepada pihak yayasan
serta pihak Kementerian Agama untuk dijadikan landasan
103
monitoring, yaitu proses pengumpulan informasi tentang apa
yang sebenarnya terjadi selama proses implementasi atau
penerapan program (Suharto, 2014).
Monitoring yang dilakukan oleh Rumah Quran sesuai
dengan tujuan dari monitoring itu sendiri dalam hal menilai :
(1) tingkat kepatuhan antara pelaksana program dan draft
program, (2) menemukan akibat yang tidak diinginkan dari
pelaksanaan program, (3) menemukan hambatan dan mencari
solusinya, (4) mengevaluasi semua penanggungjawab setiap
program (Dunn, 2003).
Sedangkan menurut Edi Suharto, ada 5 objek atau sasaran
yang dapat dijadikan bahan monitoring dan evaluasi pada
program Rumah Quran yaitu (Suharto, 2014):
1. Program, monitoring dan evaluasi terhadap program yang
dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kinerja dari pelaksana program.
2. Kebijakan, monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan
terkait program – program di Rumah Quran, baik kebijakan
untuk program, santri, dan pengajar.
3. Organisasi, monitoring dan evaluasi terhadap organisasi
yang diterapkan Rumah Quran adalah memonitoring dan
mengevaluasi kinerja dari pengajar dan stafnya dalam
menjalankan program.
4. Produk atau Hasil, memonitoring dan mengevaluasi hasil
dari program Rumah Qur’an dalam bentuk nilai akademik
santri, nilai sikap dan perilaku santri.
104
5. Individu, memonitoring dan mengevaluasi para pengajar
dan staf dari segi kinerja maupun dari segi kepribadian.
F. Kendala Dalam Pelaksanaan Program Rumah Quran
Dalam menjalankan visi misi dan tujuan yayasan yaitu
mewujudkan tatanan masyarakat yang mencintai Al-Quran
sehingga menjadikan tatanan masyarakat dijalan Allah dengan
melayani umat seutuhnya, Rumah Quran sebagai bagian dari
Yayasan Ihya Ul Ummah tak luput dari kendala dan hambatan
serta faktor pendukung yang menyertai perjalanan program di
Rumah Quran. Beberapa kendala yang dialami oleh Rumah
Quran terutama pada saat berdiri adalah banyaknya penolakan
dari masyarakat sekitar ketika diajak untuk mengaji.
Rendahnya kemampuan ekonomi dan lingkungan yang tidak
kondusif dengan banyaknya kemaksiatan membuat masyarakat
lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka
sehingga minat untuk mengaji tidak terbersit sama sekali
dibenak mereka, inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi
pengajar Rumah Quran untuk memberikan penyadaran.
Kenyataan ini sesuai dengan teori kendala pemberdayaan yaitu
role clarity atau suatu ketakutan yang dirasakan dengan adanya
perubahan akibat pemberdayaan itu sendiri dikarenakan
kurang memiliki pemahaman untuk mengenal system yang
baru sehingga menimbulkan resistance change yaitu ketakuan
dengan adanya pemberdayaan yang dilakukan akan mengarah
pada perubahan yang tidak diinginkan (Priyatna, 2012).
105
Kendala juga dialami oleh Rumah Qur’an dari santri yang
sulit memahami pelajaran membaca hingga kendala minimnya
pengajar yang profesional di Rumah Quran. Selain itu, kendala
datang dari minimnya dana yang dimiliki pihak yayasan,
namun seiring berjalannya waktu, Rumah Qur’an mulai
dikenal oleh masyarakat hingga ke luar daerah, hal ini
mendatangkan donator untuk ikut berpartisipasi dalam
program – program Rumah Qur’an.
Untuk mengatasi kendala minimnya pengajar, pihak
pengurus menggagas ide untuk memberdayakan santri yang
berprestasi untuk dilatih, dibina dan diarahkan menjadi
pengajar di yayasan, hal ini sesuai dengan teori Robert
Chambers dalam (Alfitri, 2011) bahwa konsep pemberdayaan
bersifat people centered, participatory, empowering dan
sustainable sehingga pemberdayaan difokuskan kepada
kemampuan atau performa yang dimiliki oleh individu yang
bersangkutan dalam rangka melaksanakan tugas-tugas sebagai
pengajar yang diharapkan ia dapat memberikan pengajaran
yang baik dan jelas kepada santri agar setiap santri dapat
memahami materi pembelajaran walaupun sesulit apapun.
106
BAB VI
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Program – program yang dijalankan pada Rumah Quran
sangat membantu masyarakat sekitar Yayasan untuk
meningkatkan kualitas membaca Al-Quran yang tadinya sama
sekali tidak mengenal huruf hijaiyah kini lebih paham bahkan
banyak pula yang menjadi pengajar dan mengabdikan ilmu di
Rumah Quran.
Seiring berjalannya waktu, jumlah santri di Rumah Quran
semakin bertambah yang awalnya hanya 200 orang, kini
berjumlah 8000 orang yang tersebar di beberapa cabang
Rumah Quran. Ini membuktikan bahwa pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan Yayasan Ihya Ul Ummah
memberikan dampak yang sangat luar biasa dari sejak berdiri
tahun 2011 hingga kini.
Serving Empowering Ummah menjadi slogan Yayasan
Ihya Ul Ummah untuk memberikan pelayanan dibidang
pendidikan, kesehatan dan ekonomi kepada lingkungan sekitar
melalui manajemen pemberdayaan sehingga masyarakat
memiliki daya atau kekuatan untuk merubah keadaan hidupnya
yang awalnya tidak mengenal ajaran agama kini menjadi
pribadi – pribadi yang taat pada agamanya.
107
B. Implikasi
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah disimpulkan,
peneliti menangkap adanya implikasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
sehubungan dengan manajemen pemberdayaan masyarakat
kota Bambu Utara II sebagai berikut:
1. Yayasan Ihya Ul Ummah sebagai penggerak dan
fasilitator telah membantu masyarakat kota Bambu Utara
II mengatasi masalah kemampuan membaca dan
memahami Al-Qur’an.
2. Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Quran ini berkembang hingga
keluar kawasan Kota Bambu Utara II
C. Saran
Berdasarkan implikasi yang telah diuraikan, maka
peneliti memberikan saran, sebagai berikut:
1. Bagi Yayasan Ihya Ul Ummah, hendaknya memperluas
cakupan dengan melakukan sosialisasi keluar daerah
bahkan keluar kota sehingga tidak hanya masyarakat
Palmerah saja yang mengetahui adanya Rumah Qur’an.
2. Bagi Yayasan Ihya Ul Ummah hendaknya memperluas dan
mencari donatur dalam skala lebih tinggi untuk mendukung
perluasan program Rumah Quran.
3. Bagi masyarakat, hendaknya mendukung manajemen
pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas masyarakat.
108
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adi, I. (2001). Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Investasi Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Ahmadi, H. (1998). Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Albi Anggito & Johan Setiawan. (2018). Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Sukabumi, Jawa Barat: CV.Jejak.
Albi Anggito, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Sukabumi: CV Jejak.
Al-Dury, S. (2011). Dasar-dasar Ilmu Tajwid. Jakarta: CV.Daar
Al-Kutub Al-Ilmiyah Al-Itqon.
Alfitri. (2011). Community Development, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Annuri, H. (2010). Panduan Tahsin Tilawah Al-Quran dan Ilmu
Tajwid (Cet. I; Jakarta: Al-Kautsar, 2010), h. vii. Jakarta:
Al-Kautsar.
Anwas, M. O. (2014). Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global.
Bandung: Alfabeta.
Barat, B. P. (2016). PALMERAH DALAM ANGKA 2016. Jakarta:
Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Barat.
Bulaeng. (2016). Peningkatan Kemampuan Membaca al-Qur’an
Dengan Tartil Melalui Metode Iqra Pada Siswa Kelas
Tinggi di SD Inpres Tinggimae Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa. UIN Alauddin.
Charisma, M. (1991). Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an.
Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Departemen Agama RI. (2015). Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahan. Jakarta: PT. Macananjaya Cemerlang.
109
Dunn, W. N. (2003). Public Policy Analysis. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.
Emzir. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data.
Jakarta: Rajawali Pers.
Fauzi, W. (2009). Implementasi Program BTQ (Baca-Tulis-
Qur’an) Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al-
Qur’an Siswa di SMAN O2 BATU, Skripsi. Malang: UIN
Malang.
FIP-UPI, T. P. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT
Imperial Bhakti Utama.
Gumanti, Moeldjadi, Utami. (2018). Metode Penelitian Keuangan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Hamid, H. (2018). Manajemen Pemberdayaan Masyarakat.
Makassar: De La Macca (IKAPI SULSEL).
Hikmat, H. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:
Humaniora.
Huraerah, A. (2011). Pengorganisasian dan Pengembangan
Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan Berbasis
Kerakyatan. Bandung: Humaniora.
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif Cet.1. Jakarta:
Gaung Persada.
Kurniawan, D. (2001). Kamus Praktis Bahasa Indonesia.
Surabaya: Fajar Mulya.
Luthfiyah, F. &. (2017). Metodelogi Penelitian : Penelitian
Kualitatif, Tindakan Kelas dan Studi Kasus. Sukabumi,
Jawa Barat: CV.Jejak.
Maryani & Roselin. (2019). Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: CV.Budi Utama.
Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif Cet.1.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
110
Muh. Fitrah, L. (2017). Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas &
Studi Kasus. Sukabumi: CV Jejak.
Mulyono, S. (2017). Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Muttaqin, I. (2007). Efektifitas Penerapan Metode Iqro’ dalam
Pembelajaran Al-Qur’an Bagi Ibu-Ibu Usia Lanjut di
Mushalla Baitul Ikhlas Lingkungan Gomong Barat
Mataram, Skripsi. Mataram: IAIN.
Nawawi, Z. (2013). Manajemen Pemerintahan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Nurdin, M. (2004). Kiat Menjadi Guru Profesional Cet. I.
Jogjakarta: Prismasophie.
Poerwoko, T. M. (2012). Pemeberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Robert C. Bogdan and sari Knop Biklen. (1982). Qualitative
Reseach for Eduication. London: Allyn & Bacon.
Rohidi, T. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Siswanto, H. (2012). Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Soekanto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Baru.
Jakarta: Rajawali Pers.
Soetomo. (2006). Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Subianto, P. (2009). Membangun Kembali Indonesia Raya.
Jakarta: Institut Garuda Nusantara.
Suharto, E. (2014). Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama.
Suprihanto, J. (2018, 4 17). Manajemen. Manajemen, p. 8.
Suryana. (2010). Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian
Kuantitatif dan kualitatif. Bandung: UPI.
111
Syafe’I, A. (2001). Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam.
Bandung: Gerbang Masyarakat Baru.
Tarigan, H. (1984). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tatang Ary Gumanti, E. M. (2018). Metode Penelitian Keuangan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Zakiah Daradjat, dkk. (2014). Metodik Khusus Pengajaran Agama
Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Zubaedi. (2013). Pengembangan Masyarakat: Wacana dan
Praktik. Jakarta: Kencana.
Zulfison dan Muharram. (2003). Belajar Mudah Membaca Al-
Quran dengan Metode Mandiri Cet. I. Jakarta: Ciputat
Press.
.
Jurnal:
Firmansyah, H. (2012). Ketercapaian Indikator Keberdayaan
Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Fakir Miskin (
P2FM ) di Kota Banjarmasin. Jurnal Agribisnis Perdesaan,
02(02).
Ishak, M. (2017). Pelaksanaan Program Tilawah AlQuran dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca AlQuran Siswa di
MAS AlMasum STABAT. Edu Riligia.
Koswara, R. (2014). Manajemen Pelatihan Life Skill Dalam Upaya
Pemberdayaan Santri Di Pondok Pesantren. Empowerment,
43.
Kuntarto. (2016). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PELATIHAN SENI BACA AL-QURAN
PADA SANTRI DI PESANTREN AN-NAJAH
PURWOKERTO. Pengembangan Sumber Daya
Perdesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan, 1-9.
112
Priyatna, A. (2012). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif
Pengukuran Keberdayaan Komunitas Lokal. Jurnal
Ketahanan Sosial Masyarakat, 1-12.
Ropiah, S. (2019). mplementasi Fungsi Perencanaan Yayasan
dalam Meningkatkan Kualitas Pemberdayaan Masyarakat.
Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol.4 No.2.
Saichu, K. F. (2018). Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Quran
(TPQ) melalui Penguatan SDM di Masjid Nurul Fikri Watu
Bonang Badegan Ponorogo. Jurnal Qalamuna, 175-195.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat-surat.
Lampiran 2: Dokumentasi.
Proses wawancara:
Kondisi lingkungan Yayasan Ihya Ul Ummah
Kegiatan Yayasan Ihya Ul Ummah
Lampiran 3: Transkrip Wawancara.
HASIL WAWANCARA
Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan
Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta
Barat
Informan: Ibu Riyamah, Direktur Pendidikan Al-Quran
Waktu: 2019
1. Bagaimana awal terbentuknya program Rumah Quran
ini Bu?
Awal terbentuknya di pelopori oleh Ustadz Feri, yang memiliki
yayasan ini. Dulu beliau melihat lingkungan sekitar sini tuh
anak – anak usia SD yang seharusnya sudah bisa membaca Al-
Quran justru belum bisa bahkan ga mengenal huruf – huruf
hijaiyah, dari sinilah kita buat suatu program yang namanya
Berantas Buta Huruf Al-Quran.
2. Bagaimana perencanaan awal program Rumah Quran ini
Bu?
Rencana awal kita lakukan survey ke masyarakat sekitar,
berapa banyak yang tidak bisa membaca Quran, berapa banyak
yang sudah bisa tapi belum lancar panjang dan pendeknya,
belum benar makhrajnya, nah setelah diketahui kita buatlah
program Berantas Buta Huruf Al-quran untuk yang benar –
benar belum mengenal huruf dan pelafalannya, dan kita buat
program Tahsin Tilawah untuk yang sudah bisa membaca Al-
quran tapi belum benar pengucapannya. Kemudian kita
mendata dalam radius 1 KM dari yayasan, kita ajakin
masyarakat untuk mengaji di Rumah Quran secara door to
door.
3. Program – program apa saja yang ada di Rumah Quran
ini Bu?
Programnya banyak ya mas, ada Berantas Huruf Quran,
Tahsin Tilawah, Tahfizh Quran dan ADIBA
4. Siapa saja yang menjadi sasaran program Rumah Quran
ini Bu?
Sasarannya masyarakat sekitar sini mas, ada anak, remaja dan
dewasa
5. Bagaimana cara pihak yayasan dalam mensosialisasikan
program Rumah Quran ini Bu?
Untuk mensosialisasikan program Rumah Quran, kita bentuk
tim khusus yang disebut tim media yang bertugas
menyebarkan informasi, program serta buletin dakwah
melalui media cetak, elektronik serta media sosial berupa
facebook, twitter, instagram dan website. Tim media ini
menjadi ujung tombak penyebaran program Rumah Quran
hingga keluar wilayah Palmerah.
6. Dalam melaksanakan programnya, adakah
pemberdayaan pada masyarakat sekitar sini Bu?
Ada mas,pemberdayaannya kita fokuskan ke umahat atau ibu
– ibu serta anak yatim, dengan cara mengadakan majelis ta’lim.
Selain itu kita juga mendidik para santri disini sebagai kader
pengajar di yayasan, sehingga selain kita mengajarkan baca
quran namun kita juga membentuk santri disini untuk bisa
menjadi guru yang dapat mengajar.
7. Apa dampak positif dari keberadaan Rumah Quran ini
Bu?
Dampaknya, masyarakat yang dulunya suka narkoba, judi dan
lainnya jadi berubah mas, minimal karena termotivasi dari
anak – anaknya yang ngaji disini, mereka kan malu sama
anaknya. Anak – anak disini yang tadinya tidak bisa membaca
Quran jadi bisa membaca Quran.
8. Adakah pendaftaran santri untuk program Rumah Quran
ini Bu?
Ada mas, setiap siswa yang mendaftar di pungut biaya 100rb
untuk 2 tahun dengan mengikuti program Berantas Buta Huruf
Quran, Tahsin Tilawah dan tahfizh Quran, kalo ada yang
belum lulus, ya diulang sampai peserta lulus, jika sudah lulus
maka santri akan di arahkan ke program ADIBA, disana di
pungut biaya pendaftaran lagi
9. Apakah program ini ada evaluasinya Bu?
Ada mas….pertama yang dijadikan evaluasi adalah draft
rencana program kerja nya dan realisasi dilapangannya seperti
apa, apakah sesuai atau tidak dengan rencana program kerja
yang sudah disusun sebelumnya, jika realisasinya tercapai
berarti rencana program kerjanya berhasil tapi kalo belum
tercapai kita bahas, faktor apa saja yang menghambat, yang
membuat program tidak berjalan sesuai rencana, kemudian kita
carikan solusinya, kalo ada kaitan dengan anggaran kita
buatkan anggarannya dengan seoptimal mungkin, tapi kalo
tidak ada anggarannya kita coba cari solusi lain yang lebih
efektif dan efisien tanpa harus mengeluarkan modal besar”
10. Hal – hal apa saja yang dijadikan bahan eveluasi Bu?
Pertama yang dijadikan evaluasi adalah draft rencana program
kerja nya dan realisasi dilapangannya seperti apa, apakah
sesuai atau tidak dengan rencana program kerja yang sudah
disusun sebelumnya, jika realisasinya tercapai berarti rencana
program kerjanya berhasil tapi kalo belum tercapai kita bahas,
faktor apa saja yang menghambat, yang membuat program
tidak berjalan sesuai rencana, kemudian kita carikan solusinya,
kalo ada kaitan dengan anggaran kita buatkan anggarannya
dengan seoptimal mungkin, tapi kalo tidak ada anggarannya
kita coba cari solusi lain yang lebih efektif dan efisien tanpa
harus mengeluarkan modal besar.
11. Apa tujuannya diadakan evaluasi kinerja program Bu?
Pelaporannya seperti apa?
Tujuannya agar program yang kita lakukan terkontrol dari segi
perencanaan, pelaksanaannya apa yang sudah direncanakan
apa yang sudah dilaksanakan, lalu kita buat laporan evaluasi
yang kita sebut laporan bulanan untuk pihak yayasan yang
diwakilkan oleh pemilik yayasan dan pihak pengawas yang
diwakilkan oleh pihak Kementerian Agama.
12. Untuk pengurusnya apakah ada evaluasi tersendiri Bu?
Faktor apa saja yang dievaluasi Bu?
Ada mas, yang kita evaluasi adalah kinerja pengurus yah dalam
bentuk laporan dan catatan lalu kita diskusikan dengan
pimpinan yayasan dan pengawas, jika sudah kita panggil
pengajar tersebut untuk dievaluasi dan kemudian yang
bersangkutan diminta untuk membaca hasil tersebut, jika sudah
pengajar yang bersangkutan bisa mengungkapkan
pendapatnya, langkah terakhir diadakan rencana
pengembangan pengajar tersebut baik dalam bentuk pelatihan
atau seminar.
13. Pelatihan atau seminar seperti apa yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pengajar Bu?
Pelatihan yang dilakukan dalam bentuk pemberian materi
pengajaran, bagaimana menjadi guru yang dapat dimengerti
oleh murid, bagaimana menjadi guru yang dapat menerangkan
dengan baik, bagaimana menjadi guru yang bisa membuat
bahan ajar yang baik, jadi pelatihan atau seminar yang kita
lakukan lebih ke arah meningkatkan skill guru nya mas
sehingga dia punya bekal untuk mengajar disini atau bahkan
terjun ke masyarakat yang lebih luas lagi.
13. Apakah ada kendala yang berasal dari santri Bu?
Oh banyak mas, terutama masalah motivasi yah, kadang yang
namanya keimanan kan naik turun ya, kadang rajin, kadang
malas, belum istiqomah, tapi tetap kita berikan motivasi bahwa
belajar mengaji bukan hanya sekedar membaca dan rutinitas
tapi sebagai bekal untuk menghadapi “tantangan” hidup karena
santri kita kan rata – rata anak dan remaja ada juga ibu rumah
tangga, dan juga sebagai mahkota untuk orang tua kita kelak di
surga buat santri yang telah yatim.
HASIL WAWANCARA
Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan
Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta
Barat
Informan: Ibu Ermi Asma Thaher,Manager Operasional Rumah
Quran Ihya Ummah
Waktu: 2019
1. Apa saja yang menjadi program dari Rumah Quran di
yayasan ini Bu?
Program utama dari yayasan ini adalah Berantas Buta Huruf
Quran, Tahsin Tilawah, Tahfizh Quran dan ADIBA
2. Bisakah dijelaskan apa itu program Berantas Buta Huruf
Al-Quran Bu ?
Program Berantas Buta Huruf Quran , merupakan program
yang ditujukan untuk santri yang benar – benar tidak
mengetahui huruf – huruf Al-quran jadi kita ajarkan dari nol
atau bisa dibilang objek dari program ini masyarakat yang
benar – benar tidak mengetahui huruf – huruf hijaiyah, tidak
tau bagaimana pengucapannya, tidak tau bentuknya seperti
apa, tidak tau tanda bacanya seperti apa, lalu kita ajarkan dari
awal.
3. Siapa saja target dari Program Berantas Buta Huruf
Alquran ini Bu?
Targetnya masyarakat sekitar sini yah, baik anak – anak
maupun dewasa bisa ibu rumah tangga atau bapak – bapaknya.
4. Bagaimana metode pengajarannya Bu?
Metode pengajarannya ada yang privat, satu lawan satu, ada
yang classical atau dalam bentuk kelompok.
5. Adakah hambatan dalam menjalankan program Berantas
Buta Huruf Quran ini Bu?
Pada awal program memang agak sulit mas, untuk memberi
kesadaran pada warga sekitar sini, mungkin karena rendahnya
faktor ekonomi, jadi mereka lebih fokus untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari ya mas, jadi ga fokus untuk belajar
quran, untuk makan sehari – hari saja mereka harus berjuang
nyari uang mas. Sampai kita tawarin door to door mas, mau
ngaji ga, rata – rata ya pada nolak, tapi lama kelamaan mereka
mau juga mas, Alhamdulillah.
6. Untuk Program Tahsin Tilawah, apakah bisa dijelaskan
lebih lanjut Bu?
Program tahsin adalah program untuk santri yang sudah bisa
membaca Al-Quran tapi secara pengucapan belum benar lafaz
dan makhrojnya. Program tahsin disini dilaksanakan dalam 3
cara mas, ada yang privat, klasikal-individu dan klasikal-
kelompok. Itupun berdasarkan kondisi santrinya ya, apakah
harus privat atau harus klasikal-individu atau klasikal-
kelompok karena setiap santri punya latar belakang atau
kondisi pribadinya masing – masing.
7. Apa bedanya metode iqro dan metode tahsin Ihya Bu?
Kalo metode iqro ada 10 jilid ya biasanya, dengan metode
secara acak dengan target CLB (cepat,lancar dan benar)
sedangkan tahsin menggunakan metode diayun dan pelan –
pelan membacanya dengan cara tahqiq dan tartil supaya
keaslian membaca Al-Quran tetap terjaga.
8. Untuk metode mengajar tahsinnya seperti apa Bu?
Biasanya pengajar memberikan materi terlebih dahulu sesuai
dengan tingkat pengelompokkan santri, lalu pengajar meminta
santri untuk membaca bacaan Al-Quran yang sudah tercantum
di buku panduan, kemudian di tes satu persatu sekaligus
dievaluasi panjang pendeknya seperti apa sehingga santri yang
lain mengetahui kesalahan bacaannya seperti apa. Setelah
selesai biasanya pengajar memberikan motivasi, penguatan
kepada santri supaya tidak lelah untuk terus belajar.
9. Adakah kendala yang dihadapi dalam Program Tahsin
Tilawah ini Bu?
Kendalanya dari santri yang mengikuti program ini mas, ada
yang cepat bisa mengikuti pelajaran ada juga yang lambat
dalam memahami metode tahsin, tapi kita terus berusaha untuk
mengajari mereka sampai mereka paham.
10. Untuk Program Tahfizh Quran, bisa dijelaskan lebih detail
Bu?
Program Tahfizh ini diperuntukkan bagi santri yang sudah
lulus program tahsin dan ingin menghapal Al-Quran lebih
dalam lagi, biasanya santri yang bisa masuk program ini harus
memiliki nilai min 80 dari program tahsin, jika belum santri
harus mengulang pembelajarannya agar memiliki nilai
tersebut.
11. Apakah tujuan dari program Tahfidz Quran ini Bu?
Tujuannya membantu santri mengembangkan potensinya
dalam menghapal Al-Quran, membantu membentuk sikap
santri, menambah pengetahuan dan keterampilan, terbiasa
membaca Al-Quran, menjaga shalat 5 waktu dengan bacaan
yang benar, menguasai hafalan sejumlah surat pendek atau ayat
Al-Quran, dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar,
terutama dapat berperilaku yang baik ya mas sesuai ajaran
Islam.
12. Adakah indikator kemampuan dalam program Tahfizh ini
Bu?
Ada mas, yang pertama kefasihan dalam membaca Al-Quran
yaitu jelas dalam pelafalan atau pengucapan lisan, kedua
ketepatan pada tajwidnya, ketiga ketepatan pada makhrajnya,
dan keempat kelancaran membaca Al-Quran yang artinya tidak
ada hambatan dalam membaca, tidak tersendat – sendat,
membaca dengan lancar, cepat dan benar.
13. Adakah kendala yang dihadapi untuk program Tahfizh
Quran ini Bu?
Kendala bisa dari intern dan ekstern ya mas, kalo dari intern
kita kekurangan tenaga pendidik yang bersertifikat nasional
untuk dijadikan pengajar, kalo kendala eksternnya datang dari
santrinya mas, terkadang kesibukan mereka tidak tentu ada
yang karyawan, ibu rumah tangga, mahasiswa, mereka punya
kesibukan sendiri hingga mereka punya sedikit waktu untuk
belajar pada program tilawah ini.
HASIL WAWANCARA
Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan
Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta
Barat
Informan: Ustadz Fujhi Aslam, Manajer PTQ ADIBA
Waktu: 2019
1. Apa yang dimaksud dengan program ADIBA ini, ustadz?
Program ADIBA adalah program tilawah Quran khusus
muslimah yang kita sediakan tempat bermukim, agar muslimah
yang mendaftar kesini mendapatkan tempat dan lingkungan
yang nyaman demi menghapalkan Al-Quran.
2. Mengapa ADIBA hanya diperuntukkan untuk muslimah
Ustadz ?
Karena kebanyakan santri kita yang lulus tahsin dan layak
masuk program ini adalah muslimah yang selain sebagai santri
disini merekapun memiliki aktivitas lain seperti ada yang
karyawan, mahasiswa, dan ibu rumah tangga namun mereka
tidak perlu khawatir jika sehari – hari bekerja sambil
menghapal Quran, karena kita sediakan pondokan untuk
bermukim dengan suasana yang mendukung untuk menunjang
hapalan Quran mereka.
3. Kegiatan apa saja yang diterapkan pada program ADIBA
ini Ustadz?
Disini ada empat kegiatan utamanya ya mas yang pertama
kegiatan harian, yaitu kegiatan santri rutin seperti kegiatan
belajar formal, yang kedua kegiatan mingguan yaitu kegiatan
yang dilakukan beberapa kali dalam seminggu seperti senam
santri, setoran hapalan dan lainnya, yang ketiga adalah
kegiatan bulanan yaitu kegiatan yang dilakukan satu bulan
sekali seperti kerja bakti bersama masyarakat sekitar, yang
keempat kegiatan tahunan yaitu kegiatan yang dilakukan setiap
tahunnya sepeti acara haul, Upacara 17an dll.
4. Adakah kendala dalam menjalankan program ADIBA ini
Ustadz?
Kendala ada ya mas, terutama di tenaga pengajar, berhubung
program ADIBA ini santrinya semuanya akhwat, jadi tenaga
pengajar akhwatnya pun kita kekurangan
5. Bagaimana solusinya dalam mengatasi kendala tersebut
Ustadz?
Untuk sementara pengajarnya kita ambil dari pengajar –
pengajar tahsin dan tilawah jadi mereka punya dobel ngajar.
6. Apakah ada syarat khusus untuk mengikuti program
ADIBA ini Ustadz?
Ada mas, syaratnya sudah lulus program tilawah Quran, kalo
syarat usia dan lain – lain tidak ada ya, yang penting dia mau
menghapal Al-Quran
7. Bagaimana mekanisme evaluasi pada program ADIBA ini
ustadz?
bagi santri ADIBA kita lakukan tes terlebih dahulu sebelum
mengikuti program, jika telah lulus tes kita perbolehkan
mengikuti program ini. Di Adiba metode evaluasinya adalah
tes hapal Quran yah, setiap satu bulan sekali santri disini kita
tes hapalnnya sudah sampai mana.
HASIL WAWANCARA
Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan
Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta
Barat
Informan: Bapak Arfaduddin, Staf Kurikulum dan Pengajar
Quran
Waktu: 2019
1. Mengapa di bentuk program seperti berantas buta
huruf Quran, tahsin dan tilawah ini Pak? apa
tujuannya?
Program Berantas Buta Huruf Quran, tujuannya untuk
mengenalkan dan mempelajari bacaan atau huruf – huruf
hijaiyah kepada santri yang belum paham sama sekali
sehingga mereka bisa membaca huruf – huruf tersebut.
Tahsin Tilawah, tujuannya untuk memperbaiki bacaan
Quran santri agar sesuai dengan kaidah membaca Quran.
Tahfizh Quran, tujuannya untuk memberi wadah santri
dalam menghapal Quran
ADIBA, tujuannya untuk memberi wadah santriwati dari
berbagai profesi yang ingin menghapal Al-Quran.
2. Siapa saja yang menjadi target pelaksanaan program
tersebut?
Kami targetkan adalah warga sekitar di Palmerah ini,
karena dulu sewaktu Yayasan kami berdiri, disini masih
banyak kemaksiatannya mas, jadi kami tergerak untuk
merubah lingkungan yang kurang baik kearah yang lebih
baik lagi sesuai dengan ajaran agama.
3. Kapan program tersebut dilakukan?
Untuk program – program tersebut kami laksanakan dan
kami buka pendaftarannya dengan sistem semester atau 6
bulan sekali ada pendaftaran santri baru.
4. Dimana program tersebut dilaksanakan?
Semua program terpusat di yayasan mas, kecuali ADIBA
ada tempat tersendiri.
5. Bagaimana cara mengevaluasi program – program
tersebut? apa saja indikatornya?
Untuk evaluasi program kepada santri, kami lakukan tes
tertulis dan tes lisan setiap 3 bulan sekali, indikator lolos
jika santri menerima nilai minimal 70. Untuk mengevaluasi
program – program dari yayasan, kami sebagai pengurus
setiap satu bulan sekali mengadakan rapat kinerja.
6. Apakah anggotanya hanya anak – anak saja sebagai
santrinya Bu?
Oh tidak, santri disini terdiri dari anak – anak, umahat,
remaja ada juga bapak – bapaknya.
7. Apakah program yang dilakukan oleh yayasan ada
kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat disekitar
sini Bu?
Ada mas, kita dulu awalnya menempati ruko kecil, jumlah
pengurus juga baru beberapa orang, setelah kita adakan
program untuk santri, ada beberapa santri yang punya
potensi dalam hal mengajar, maka kami rektrut untuk
menjadi tenaga pendidik disini, sehingga selain kehadiran
kami disini untk mendidik kami juga berusaha agar santri
kami menjadi mandiri dari segi skill dan finansial juga mas
sehingga mereka bisa menjadi kader – kader Ihya yang
berkualitas.
8. Selain kendala yang dihadapi, adakah faktor
pendukung yang memberikan dukungan bagi
Program Rumah Quran Pak?
Banyak mas, dulu kita ga punya kepercayaan dari
masyarakat untuk memulai program awal kita, tapi lama
kelamaan masyarakat mulai percaya bahwa Rumah Quran
memberikan kebaikan bagi kehidupan mereka, dulu juga ga
ada donator yang mau ngedukung kita, lama kelamaan
banyak donator yang memberikan dukungan materi
maupun dukungan fasilitas belajar jadi membuat kita juga
semakin termotivasi mas buat memberikan yang terbaik
untuk umat.
9. Kira – kira jumlah santri yang ada saat ini berapa Pak?
Kurang lebih 8000an lebih mas untuk santri yang telah
menerima manfaat ilmu dan manfaat fasilitas dari kita baik
berupa hasil mengjadi di Rumah Quran maupun fasilitas
dari program lain.
HASIL WAWANCARA
Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan
Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta
Barat
Informan: Yudi, Santri di Yayasan Ihya Ul Ummah
Waktu: 2019
1. Apakah sebelumnya anda pernah belajar Al-Qur’an?
Tidak mas
2. Bagaimana pendapat Anda mengenai program
peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an Rumah
Qur’an di Yayasan Ul Ummah?
“Al-Qur’an ,,? Dulu dipikiran saya Al-Qur’an itu gak penting.
Orang tua saya aja gak baca Al-Qur’an ngapain juga saya
baca?. Terpenting buat saya nilai di sekolah gak jelek, gak
dimarahin sama orang tua. Tapi suatu hari kok saya lihat
banyak anak – anak yang bergabung di rumah Qur’an, waktu
saya perhatikan dari luar, tiba – tiba saya disamperin sama
salah satu pengurusnya, diajak masuk tapi saya gak mau mas,
karena waktu itu saya masih pegang prinsip saya, yang
terpenting nilai bukan Al-Qur’an. Tapi saya perhatikan terus
kok makin banyak anak – anak yang bergabung, pas saya lagi
lihat dari luar, lagi – lagi disamperin sama pengurusnya dan
disitu saya mau pas diajak masuk, begitu saya masuk saya
kaget banget mendengar anak – anak yang sedang membaca
Al-Qur’an, wah suaranya merdu sekali didengar dan singkat
cerita saya mulai mengikuti membaca Al-Qur’an bahkan saat
ini kedua orang tua saya pun mengikuti membaca Al-Qur’an.”
3. Lantas bagaimana ceritanya anda bisa bergabung dengan
rumah Qur’an?
... Tapi suatu hari kok saya lihat banyak anak – anak yang
bergabung di rumah Qur’an, waktu saya perhatikan dari luar,
tiba – tiba saya disamperin sama salah satu pengurusnya, diajak
masuk tapi saya gak mau mas, karena waktu itu saya masih
pegang prinsip saya, yang terpenting nilai bukan Al-Qur’an.
Tapi saya perhatikan terus kok makin banyak anak – anak yang
bergabung, pas saya lagi lihat dari luar, lagi – lagi disamperin
sama pengurusnya dan disitu saya mau pas diajak masuk,
begitu saya masuk saya kaget banget mendengar anak – anak
yang sedang membaca Al-Qur’an, wah suaranya merdu sekali
didengar dan singkat cerita saya mulai mengikuti membaca Al-
Qur’an bahkan saat ini kedua orang tua saya pun mengikuti
membaca Al-Qur’an.
4. Program Rumah Quran apa saja yang diikuti?
Awal masuk saya ikut program berantas buta huruf Qurannya
mas, soalnya saya ga paham sama sekali sama tulisan arab dan
huruf – hurufnya.
5. Bagaimana proses pembelajarannya?
Pas awal diajarin huruf – huruf hijaiyahnya dulu mas, pake
buku gitu, susah juga sih soalnya belum pernah
liat..hehehe..trus lama – lama jadi tau dan jadi bisa.
6. Bagaimana proses evaluasi atau ujian materinya?
Kalo ujian ada 2 jenis mas, ada yang ditulis dan ada yang di tes
baca, itu setiap sebulan sekali ada tes tulis dan tes baca.
HASIL WAWANCARA
Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan
Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta
Barat
Informan: Andi, Santri di Yayasan Ihya Ul Ummah
Waktu: 2019
1. Apakah sebelumnya anda pernah belajar Al-Qur’an?
Pernah mas, tapi dulu jadi banyak yang lupa hehehe
2. Bagaimana pendapatmu mengenai program Rumah
Quran ini?
Program – programnya bagus – bagus mas, awalnya saya ga
minat eh, pas jadi santrinya saya jadi suka
3. Lantas bagaimana kamu bisa bergabung dengan Rumah
Quran ini?
Awal masuk karena diajakkin sama Ustadz disini mas, disuruh
ngaji, saya ga mau, tapi ustadz disini terus ngajakin saya, dan
akhirnya saya mau ikut.
4. Program Rumah Quran apa saja yang diikuti?
Pas awal diajarin huruf – huruf hijaiyahnya dulu mas, pake
buku gitu, susah juga sih soalnya belum pernah
liat..hehehe..trus lama – lama jadi tau dan jadi bisa
5. Bagaimana proses pembelajarannya?
belajarnya kayak diajarin tajwidnya, panjang pendeknya gitu
mas
6. Bagaimana proses evaluasi atau ujian materinya?
Kalo ujian ada 2 jenis mas, ada yang ditulis dan ada yang di tes
baca, itu setiap 3 bulan sekali ada tes tulis dan tes baca.
7. Setelah mengikuti program Rumah Quran apa yang
dirasakan sekarang?
Alhamdulillah mas, saya jadi bisa baca dan nulis Al-Quran,
kalo dulu mah ga bisa sama sekali, sekarang udah bisa dan saya
jadi bisa ngajarin adik – adik saya juga dirumah.
HASIL WAWANCARA
Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Di Yayasan
Ihya Ul Ummah Kota Bambu Utara II Palmerah Jakarta
Barat
Informan: Novi, Santri di Yayasan Ihya Ul Ummah
Waktu: 2019
1. Apakah sebelumnya anda pernah belajar Al-Qur’an?
Pernah kak
2. Bagaimana pendapatmu mengenai program Rumah
Quran ini?
Programnya bagus – bagus kak, gurunya juga baik – baik
3. Lantas bagaimana kamu bisa bergabung dengan Rumah
Quran ini?
Awalnya saya diajakin sama Ustadz Aslam, tadinya saya ga
mau ikut, tapi pas lihat banyak yang ngaji saya jadi ingin ikutan
juga.
4. Program Rumah Quran apa saja yang diikuti?
Dulu saya ikutan tahsin, terus setelah lancar saya naik kelas ke
tahfizh, kata Ustadz, kalo di tilawah sudah lancar saya bisa
lanjut ke PTQ Adiba
5. Bagaimana proses pembelajarannya?
Di Adiba program belajarnya menyenangkan , ketemu banyak
teman – teman di pondok menghapal quran jadi mudah dan
cepat.
6. Bagaimana proses evaluasi atau ujian materinya?
Ujiannya dalam bentuk tes lisan kak, kita dites udah hapal
berapa juz, kalo sesuai dengan kriteria kita disuruh menghapal
melanjutkan juz yang sudah ada.
7. Setelah mengikuti program Rumah Quran apa yang
dirasakan sekarang?
Yang dirasakan banyak sekali manfaatnya kak, sekarang saya
jadi pengajar juga disini padahal awalnya dulu saya ga bisa
sama sekali baca quran, secara panjang pendeknya belum
lancar, tapi lama kelamaan jadi bisa dan akhirnya bisa
mengajar dan mengabdikan ilmu saya disini.