Download - Makalah zat aditif
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ucapkan syukur atas kehadirat Allah SWT. karena berkat-Nya
lah makalah kami yang berjudul “Zat Aditif” dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupa
kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami Bapak Drs. Arif
Rachman Ibrahim, M.Sc. yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Harapan
kami makalah ini dapat bermanfaat dengan baik dan dapat memberikan konstribusi
sebagaimana mestinya dalam mata kuliah Kimia Bahan Makanan di masa mendatang.
Palembang, Oktober 2012
Penyusun
Page 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
1.1 Latar belakang.............................................................................................................3
1.2 Tujuan..........................................................................................................................3
1.3 Rumusan masalah........................................................................................................3
BAB II ISI.........................................................................................................................4
2.1 Pengertian ...................................................................................................................4
2.2 Tujuan penggunaan zat aditif......................................................................................4
2.3 Macam-macam zat aditif.............................................................................................5
2.4 Zat aditif makanan.......................................................................................................12
2.5 Keuntungan dan kerugian penggunaan zat aditif........................................................13
2.6 Pengaruh penggunaan zat aditif bagi kesehatan tubuh manusia.................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................................18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA 19
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada umumnya dalam pengolahan makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan
produk makanan yang disukai dan berkualitas baik dengan harapan memiliki nilai jual yan
tinggi. Makanan yang tersaji harus tersedia dalam bentuk dan aroma yang lebih menarik,
rasa enak dan konsistensinya baik serta awet. Untuk mendapatkan makanan seperti yang
diinginkan maka sering pada proses pembuatannya dilakukan penambahan Bahan
Tambahan Makanan (BTM) atau yang sekarang lebih dikenal dengan Bahan Tambahan
Pangan (BTP).
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah
dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Bahan Tambahan Pangan yang
diizinkan adalah Pewarna, Pemanis, Pengawet, Penyedap rasa dan aroma, Pemutih,
Antikempal, Antioksidan, Pengatur keasaman, Pengemulsi, pemantap, dan pengental,
Sekuesteran, Pengeras, dan Penambah Gizi.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Page 3
Zat aditif adalah zat yang biasa ditambahkan kedalam suatu jenis makanan atau
minuman, sehingga makanan atau minuman tersebut lebih menarik. Umumnya, zat aditif
tidak memiliki nilai gizi. Zat ini berfungsi untuk zat tambahan seperti mengawetkan
makanan, menambah rasa dan aroma, dan mempermudah proses pembuatan makanan
ataupun minuman, dan sebagainya.
Pada zaman dulu, teknik pengolahan makanan hanya menggunakan bahan-bahan
alami, seperti kunyit, cabe, gula, pandan, dsb. Karena manusia tidak hanya puas dengan
bahan alami dalam memenuhi kebutuhan dan peningkatan kualitas hidupnya, maka
dibuatlah bahan sintesis.
2.2 Tujuan penggunaan zat aditif
1. Meningkatkan nilai gizi pada makanan.
Manusia memerlukan makanan untuk mendapatkan energi yang digunakan untuk
memperbaiki sel-sel yang telah aus, pertumbuhan badan, menjaga suhu badan dan
menjaga badan agar tidak terserang penyakit. Makanan yang bergizi merupakan
makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.
Seringkali vitamin-vitamin ditambahkan ke dalam makanan atau minuman untuk
menambah gizi. Misalnya, penambahan vitamin D ke dalam susu, penambahan vitamin
A ke dalam margari atau mentega, dan penamabahan vitamin C ke dalam sari buah-
buahan.
2. Memperbaiki daya tarik makanan
Penambahan zat aditif ke dalam makanan akan memperbaiki daya tarik dan cita
rasa makanan. Makanan yang berwarna menarik, aroma yang sedap, serta cita rasa
yang khas akan lebih disukai oleh masyarakat bila dibandingkan dengan makanan yang
biasa saja.
2.3 Macam- macam zat aditif
1. Zat Pewarna
Page 4
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan
menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa
digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a. Zat pewarna alami
Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu. Zat warna
yang berasal dari pigmen tumbuhan yang banyak terdapat pada klorofil (terdapat pada
daun-daun yang berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain
yang berwarna oranye-merah) dan kokineal. Zat pewarna alami yang biasa digunakan
antara lain daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange).
Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan upaya
menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetisk
Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan
pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan
warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama. Pewarna buatan
untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan
bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi
secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu:
Warna kuning : tartrazin, sunset yellow
Warna merah : allura, eritrosin, amaranth, carmoisine
Warna biru : biru berlian
Warna oranye :sunsetyellow FCF
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan
warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit.
Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah
mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan pewarna alami mudah
mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun
belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan
dan minuman. Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan
dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke
dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu,
kamu harus berhati-hati ketika membeli makanan atau minuman yang memakai zat
Page 5
warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna yang dipakai sebagai zat aditif
pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-benar pewarna makanan
dan minuman.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye
dan lake. Dye merupakan zat bewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam
air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan.
Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat
tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok
untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang
mengandung lemak dan minyak.
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman.
Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Zat pemanis alami
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain
itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis
alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami
secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah
gemuk badannya sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang mengandung
pemanis alami terlalu tinggi.
b. Zat pemanis buatan atau sintetik
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi
sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit kencing
manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti
pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium
siklamat, kalsium siklamat, aspartam (lihat Gambar 8.12), dan dulsin. Pemanis buatan
memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Garam-
garam siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan kemanisan
sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki
kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%. Walaupun pemanis
buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari
konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan.
Page 6
Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan
terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh
lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan
senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan
penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa
gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.
3. Zat Pengawet
Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan
atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan
cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan
minuman. Zat pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan
dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak
berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena
bakteri/jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat
dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau
bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-
toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang
menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi
tanpa membahayakan kesehatan. Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet
dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan.
a. Zat pengawet alami
Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai
untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan
untuk mengawetkan ikan.
b. Zat pengawet sintetik
Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia.
Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau
kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium
benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan.
Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa
(NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam
fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat
Page 7
pengawet. Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang
tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud,
di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti
mayat atau binatang yang sudah mati.
Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan
asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain
formalin, ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan
makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat
desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab
membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih
kenyal.
Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam
pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan
dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di
antaranya:
a. Gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit
b. Gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat
c. Terjadinya komplikasi pada otak dan hati dan,
d. Menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di
negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet
sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan
makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan
menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat
tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas
makanan.
Zat ini ditambahkan dengan tujuan mengawetkan makanan/minuman sehingga
tahan lama dan tidak mudah rusak/busuk. Penggunaan zat ini harus tidak
mempengaruhi kesehatan tubuh dalam jumlah yang tidak berlebih. Ada salah satu jenis
zat pengawet yang berbahaya bagi tubuh meskipun sedikit penggunaannya. Zat itu
adalah ‘boraks’ yang biasa dijual dengan nama ‘anti buluk’ yang ditambahkan pada
berbagai makanan terutama makanan berterigu, juga formalin yang aslinya merupakan
pengawet yang digunakan untuk mengawetkan mayat.. Boraks dan formalin sudah
Page 8
dinyatakan terlarang untuk dimakan sekalipun dalam jumlah yang sedikit, tapi di
Indonesia zat ini masih sering digunakan.
Pengawet lainnya yang biasa dipakai antara lain ;asam benzoat, asam sorbat,
natrium dan kaliumnya, belerang diaksoda, metil atau propel p-hidroksi benzoate,
natrium bisulfit (biasanya ditambahkan pada sirup, saus tomat, terasi, minuman ringan,
ikan yang diawetkan, sosis, margarine, manisan, kecap), asam propionat, natrium dan
kaliumnya, kalium nitrat dan nitrit, natrium nitrat dan nitrit yang biasa digunakan pada
daging, keju, roti dan ikan asap.
4. Zat Penyedap Rasa dan Aroma
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai untuk
meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos,
kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Selain zat penyedap cita rasa yang
berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini
beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. Oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika
dicampur dengan zat penyedap ini.
b. Etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada
makanan.
c. Amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang
d. Amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan
beraroma seperti buah apel.
Penyedap sintetis lainnya adalah mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa),
asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dan lain-lain.
5. Zat Pemutih
Selain zat pewarna makanan kita mengenal zat pemutih makanan. Zat pemutih ini
baik digunakan untuk memperbaiki warna bahan makanan tanpa merusak komposisi bahan
makanan. Misalnya, tepung yang masih baru biasanya berwarna kuning kecoklat-coklatan
atau kuning keabu-abuan. Zat pemutih tersebut dapat digunakan untuk memutihkan tepung
tersebut. Contoh-contoh pemutih yang aman digunakan dalam makanan adalah :
- Oksida klor
- Hidrogen peroksida
Page 9
- Benzoil peroksida
- Natrium hipoklorit Na(ClO)
- natrium stearil fumarat
- azodicarbonamide (E 927)
- carbamide (E927b)
- kalium bromate (E92)
- L-sistein (E920, E921
Ada zat pemutih yang memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pemutihwarna zat
makanan juga sebagai pereaksi untuk menjadikan bahan makanan itu larut dalam air.
Misalnya, Natrium hipo-klorit digunakan agar pati yang tidak larut dalam air menjadi larut
dalam air.
6. Zat Anti Kempal
Zat aditif ini ditambahkan pada makanan yang berbentuk bubuk dengan tujuan agar
tidak mengempal atau menggumpal. Contohnya adalah kalsium, aluminium natrium, dan
kalsium aluminium silikat yang biasa ditambahkan pada garam meja, gula bubuk, soda kue
dan makanan lain yang berbentuk bubuk.
7. Zat Antioksidan
Zat antioksidan ditambahkan pada makanan dengan tujuan untuk mencegah ketengikan.
Zat itu antara lain Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), asam
askorbat dan tokoferol.
8. Zat Pengatur Keasaman
Zat ini berfungsi untuk menjadikan makanan lebih asam, lebih basa atau untuk
menetralkan makanan, biasa digunakan pada minuman, buah maupun sayuran kalengan.
Zat ini antara lain aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat .
9. Zat Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental
Zat ini ditambahkan pada makanan untuk memperbaiki kehomogenan dan
stabilitas. Contoh : monogliserida, digliserida, lesitin, gelatin, garam fosfat, kalsium
glukonat, kalsium sitrat, agar-agar, asam alginat dan gom. Di Indonesia sering digunakan
borax dan bleng (jawa) yang berbahaya bagi kesehatan.
Page 10
10. Zat Sekuantran (zat pengikat logam)
Sekuestran merupakan bahan penstabil yg digunakan dalam berbagai makanan
olahan. Sekuestran mengikat logam dalam bahan makanan, sehingga menjaga kestabilan
bahan. Sekuestran yang paling sering digunakan adalah asam sitrat dan turunannya.
Contoh lainnya :
- Kalium sitrat (dalam es krim)
- Etilendiamintetraasetat / Kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA (Ethylene
Diamine Tetra Atetic Acid)
- Asam fosfat (pada lemak dan minyak makan)
11. Zat Pengeras
Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan.
Contohnya antara lain :
- Aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol)
- Kalium glukonat (pada buah kalengan)
12. Zat Penambah gizi
Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk
memperbaiki gizi makanan. Contoh :
1. Asam askorbat
2. Feri fosfat
3. Kalsium
4. Vitamin A
5. Vitamin D
6. Vitamin C
7. Vitamin B1, B6, B12
8. Niasin
9. Asam Folat
10. Pantotena
2.4 Zat aditif makanan
Page 11
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat
aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di
definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna,
penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental,
dan anti gumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah
merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan
daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan sebagai
zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme.
Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam
memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan mana yang berbahaya.
Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) aditif sengaja, yaitu
aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk
meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan
bentuk dan rupa, dan lain sebagainya. Dan kedua, (b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang
terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin,
asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat
serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat
metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan
sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun
demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga
mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen
yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.
Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan,
berikut adalah beberapa contoh zat aditif :
Zat aditif Contoh Keterangan
Pewarna Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah
coklat (coklat), wortel (orange)
Pewarna alami
Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine
(Merah), Brilliant Blue FCF (biru),
Tartrazine (kuning), dll
Pewarna sintesis
Page 12
Pengawet Natrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam
Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
Terlalu banyak
mengkonsumsi zat
pengawet akan
mengurangi daya
tahan tubuh terhadap
penyakit
Penyedap Pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar Penyedap alami
Mono-natrium glutamat/vetsin
(ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida,
amil asetat, dll
Penyedap sintesis
Antioksidan Butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi
toluena (BHT), tokoferol
Mencegah Ketengikan
Pemutih Hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil
peroksida, natrium hipoklorit
-
Pemanis
bukan gula
Sakarin, Dulsin, Siklamat Baik dikonsumsi
penderita diabetes,
Khusus siklamat
bersifat karsinogen
Pengatur
keasaman
Aluminium amonium/kalium/natrium sulfat,
asam laktat.
Menjadi lebih asam,
lebih basa, atau
menetralkan makanan
Anti Gumpal Aluminium silikat, kalsium silikat,
magnesium karbonat, magnesium oksida.
Ditambahkan ke
dalam pangan dalam
bentuk bubuk
2.5 Keuntungan dan kerugian penggunaan zat aditif
1. Keuntungan penggunaan zat aditif
Mengetahui bila zat-zat aditif bukan hanya bahan-bahan yang secara alami
disediakan oleh alam, penggunaannya tentu saja ada keuntungan dan kerugiaannya.
Keuntungan penggunaan zat-zat aditif di atas antara lain :
Page 13
a. Zat aditif dapat mencegah reaksi yang dapat membahayakan kesehatan dari suatu
bahan makanan jika makanan tersebut sudah disimpan terlalu lama.
b. Membuat penampakan luar dari suatu makanan menjadi lebih menarik dan enak
rasanya (untuk penggunaan zat-zat aditif kecuali pengawet)
c. Penggunaan zat aditif dapata menghasilkan makanan yang tahan untuk disimpan
dalam waktu yang relatif lama.
d. Kenampakan luar yang cukup menarik, serta aroma yang menggoda, bisa
meningkatan nafsu makan seseorang.
2. Kerugian penggunaan zat aditif
Kerugian dari penggunaan zat aditif adalah kerugian dari penggunaan zat aditif
sintetis / buatan. Hal tersebut cukup menjelaskan bahwa zat aditif alami tidak berbahaya
bagi tubuh bila di konsumsi. Berikut beberapa kerugian menggunakan zat aditif buatan :
a. Pada beberapa jenis zat aditif, terdapat bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia.
b. Zat aditif buatan tidak memiliki nilai gizi bila dibandingkan dengan zat aditif
alami.
c. Zat aditif buatan menimbulkan efek ketergantungan. Contohnya, seseorang akan
merasa suatu makanan tidak enak bila hanya diberi garam karena ia sudah
terbiasa memakan makanan yang diberi vetsin.
2.6 Pengaruh penggunaan zat aditif bagi kesehatan tubuh manusia
Pada sub-bab sebelumnya, telah dibahas keuntungan dan kerugian penggunaan zat
aditif secara umum. Pada sub-bab ini, saya akan membahas secara khusus pengaruh
penggunaan zat aditif bagi kesehatan tubuh manusia. Terutama pengaruh penggunaan zat
aditif buatan.
Salah satu kerugian dari penggunaan zat aditif yang telah di sebutkan di atas adalah
terdapat beberapa jenis zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Untuk
memperjelasnya, berikut ini adalah akibat-akibat yang ditimbulkan dari penggunaan zat
aditif sintetis bagi kesehatan:
a. Pewarna
Sebenarnya penggunaan pewarna pada makanan tidak terlalu berpengaruh bagi
kesehatan tubuh manusia, asalkan pewarna tersebut adalah jenis pewarna untuk makanan
dan telah mendapatkan izin dari BPOM dan Departemen Kesehatan. Akan tetapi, akhir-
Page 14
akhir ini, banyak produsen makanan yang menggunakan pewarna tekstil ataupun benda
untuk membuat produk mereka terlihat menarik. Zat pewarna tekstil dan benda inilah yang
sebenarnya bersifat racun bagi tubuh kita. Berikut adalah dampak pengunaan zat pewarna
yang tidak sesuai dengan aturan :
1. Rhodamin B (pewarna tekstil) dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan keracunan
pada paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus.
2. Penggunaan zat pewarna dengan dosis terlalu tinggi dapat menyebabkan diare.
3. Pewarna sintetis makanan, dapat menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.
4. Menyebabkan hypertrophy, hyperplasia, carcinomas kelenjar tiroid.
5. Pewarna Tartazine dapat menyebabkan kanker, meningkatkan kemungkinan hyperaktif
pada masa kanak-kanak.
6. Pewarna Sunset Yellow dapat menyebabkan kerusakan kromosom.
7. Pewarna Ponceau 4R dapat menyebabkan anemia dan menyebabkan kepekatan pada
hemoglobin.
b. Pemanis
Adanya pemanis buatan sebenarnya sangat membantu untuk orang yang menderita
penyakit Diabetes karena pemanis buatan tidak terlalu banyak mengandung gliserol (gula
darah). Namun, jika tidak disesuaikan dengan aturan, penggunaan pemanis buatan dapat
menyebabkan :
1. Kanker, terutama pada siklamat yang ternyata ditemukan adanya bahan karsinogenik
(bahan yang dapat memicu timbulnya kanker).
2. Infeksi atau kanker kantung kemih (saccarin).
3. Gangguan saraf dan tumor otak (aspartan)
4. Mutagenik
c. Pengawet
Belakangan ini, publik diramaikan oleh berita mengenai penggunaan formalin
(pengawet mayat) pada mie basah. Pengawet yang bukan merupakan pengawet khusus
untuk makanan tentu memiliki efek samping yang cukup besar terhadap kesehatan. Begitu
juga dengan penggunaan pengawet sintetis secara berlebihan.
1. Formalin, dapat menyebabkan kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan,
penyakit jantung dan merusak sistem saraf.
2. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat pengawet akan
mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai macam penyakit.
Page 15
3. Boraks, dapat menimbulkan rasa mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal,
serta gangguan pada otak dan hati.
4. Natamysin, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan
kulit.
5. Kalium Asetat dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal.
6. Nitrit dan Nitrat
Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang iawetkan.
Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa
menyebabkan keracunan, juga dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa
oksigen ke berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala,
anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
7. Sulfur dioksida, menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi
genetik, kanker dan alergi.
8. Kalsium dan Natrium propionate
Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan adalah 0,32% atau 3,2
gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis maksimumnya adalah
0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa
menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
9. Natrium metasulfat, dapat menyebabkan alergi pada kulit.
10. Asam sorbat.
Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit.
Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah
sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman bersoda 400.
d. Penyedap rasa dan aroma
Penyedap rasa yang paling sering digunakan oleh masyarakat pada umumnya adalah mono
natrium dan monosodium glutamate (vetsin). Namun, jenis penyedap ini pula lah yang
memiliki dampak yang cukup serius bagi kesehatan tubuh, yaitu :
1. Kelainan hati
2. Trauma
3. Hipertensi
4. Stress
5. Demam tinggi
6. Mempercepat proses penuaan
Page 16
7. Alergi kulit
8. Mual
9. Muntah
10. Migren
11. Asma
12. Ketidakmampuan belajar
13. Depresi
e. Anti-oksidan
Penggunaan BHA dan BHT dapat menyebabkan kelainan kromosom pada orang yang
alergi terhadap aspirin.Selain itu, penggunaan BHA jug adapt menyebabkan penyakit hati
dan memicu kanker.
Page 17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penggunaan zat aditif memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesehatan
tubuh manusia, terutama zat aditif sintetik. Hampir sebagian besar zat aditif sintetik
dapat menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, kerusakan
ginjal, kerusakan system saraf, dan lain-lain apabila penggunaan zat tersebut tidak
sesuai dengan takarannya.
Berbeda dengan bahan makanan yang alami. Bahan makanan yang alami adalah
kebalikan dari Bahan makanan yang mengandung zat sintetis atau buatan. Yaitu bahan
makanan yang alami lebih bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan tidak berbahaya jika
dikonsumsi.
Page 18
DAFTAR PUSTAKA
Lutfi. 2004. Sains Kimia Jilid 1 untuk SMP kelas VIII. Jakarta : Esis
TIM MGMP IPA SMP. 2007. Pendalaman Materi Sukses Ujian Nasional Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP Kelas 3. Jakarta : Akasia.
Karyadi, Benny. 1994. Kimia 2 untuk Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.Google.com akses tanggal 20 Oktober 2012 pukul 11.30
http://www.chem-is-try.org akses tanggal 19 Oktober 2012 pukul 11.45
http://id.wikipedia.org akses tanggal 19 Oktober pukul 20.00
Page 19