Download - Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
1/35
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
SKIZOFERNIA
Disusun oleh:
Home Group 6
Ahmad Hifni Bik (1106053275)
Dwi Laksono (1106089073)
Elvyna Trinanda Daeng (1106053060)
Eva Prasetya Maulina (1106003604)
Ismi Arummaningtyas (1106053395)
Masreni Rajagukguk (1106005534)
Sitta Diani Fichara (1106053110)
Trismoria Sinurat (1106089161)
Wulan Nurhidayah (1106012741)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2013
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
2/35
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Skizofernia yang merupakan tugas dari mata kuliah
Keperawatan Dewasa IV di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ice
Yulia Wardani SKp., M.Kep., selaku fasilitator mata ajar Keperawatan Dewasa IV yang telah
membimbing dalam proses pembelajaran, serta teman-teman yang telah ikut berpartisipasi
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan
dapat menambah wawasan bagi kita semua.
Depok, April 2013
Tim Penyusun
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
3/35
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI .ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Rumusan Masalah ..2
1.3 Tujuan Penulisan ...2
1.4 Metodologi Penulisan 2
1.5 Sistematika Penulisan ... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia......................................3
2.1.1 Definisi Skizofrenia . 3
2.1.2 Etiologi Skizofrenia... 3
2.1.3 Tanda dan Gejala Skizofrenia. 7
2.2 Waham dan Harga Diri Rendah. 15
2.3 Hubungan Waham dan Harga Diri Rendah. 18
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien Waham 22
3.2 Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional dan Kronis................. 25
3.3 Kasus dan Pembahasannya.........................27
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ... 30
4.2 Saran ..30
DAFTAR PUSTAKA 31
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
4/35
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangSkizofrenia secara harfiah bukan berarti jiwa yang terpisah (schizein=
terpisah;phrenia= jiwa), tetapi orang dengan skizofrenia dapat melihat dunia dengan
cara yang berbeda dari orang di sekitar mereka. Mereka bisa mendengar/ melihat/
merasakan hal yang tidak dialami oleh orang lain (halusinasi), misalnya mendengar
suara (yang cenderung menjadi halusinasi yang paling umum). Mereka memiliki
keyakinan yang tak tergoyahkan dalam hal yang tidak benar (delusi), misalnya bahwa
orang membaca pikiran mereka, mengendalikan pikiran mereka atau berencana
menyakiti mereka. Ketika dunia mereka tampak menyimpang akibat adanya
halusinasi dan delusi, orang dengan skizofrenia dapat merasa takut, cemas dan
bingung. Mereka bisa menjadi begitu kacau sehingga mereka dapat merasa takut
sendiri dan juga dapat membuat orang di sekitar mereka takut.
Skizofrenia terjadi di seluruh dunia. Penyakit ini mempengaruhi sekitar 1%
orang semasa hidup mereka dan angka penyakit sangat mirip dari negara ke negara.Berdasarkan data yang dikeluarkan World Health Organization (WHO), penderita
gangguan psikis dengan diagnosis skizofrenia telah menjangkiti kurang lebih 24 juta
jiwa di seluruh dunia (WHO, 2010). Dari jumlah 24 juta jiwa tersebut, di Indonesia
tercatat sebanyak 1.928.663 juta jiwa dengan skizofrenia. Meskipun skizofrenia hanya
menjangkiti sedikit bagian dari populasi, menurut WHO skizofrenia merupakan
kelainan psikis yang menempati peringkat kedua dalam penyakit yang menyebabkan
beban paling besar setelah penyakit jantung. Beban yang ditimbulkan skizofrenia
terutama dirasakan oleh pihak keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
skizofrenia.
Melihat prevalensi kasus skizofrenia tersebut, dan dampak skizofrenia
terhadap penderita maupun keluarga penderita, tentu sangat penting untuk mengetahui
dan memahami penatalaksanaan keperawatan dan medis yang tepat untuk pasien
skizofrenia. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang skizofrenia
mencakup definisi, tanda dan gejala, serta asuhan keperawatan untuk pasien
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
5/35
2
skizofrenia. Di samping skizofrenia, makalah ini menjelaskan tentang waham dan
harga diri rendah, beserta penyelesaian masalah untuk kasus skizofrenia paranoid.
1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi schizofrenia?2. Bagaimana tanda dan gejala serta penyebab schizofrenia?3. Apa definisi waham serta tanda dan gejala waham dan penyebabnya?4. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan diagnosa waham?
1.3 Tujuan PenulisanMahasiswa mampu:
1. Mengetahui dan menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta penyebabSchizofrhenia
2. Mengetahui diagnosa dan penatalaksanaan medis schizofrenia3. Mengetahui pengertian, tanda dan gejala, dan penyebab waham4. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan gangguan waham5. Mengetahui kaitan antara HDR dengan waham
1.4 Metode PenulisanDalam menyusun makalah ini, kami melakukan metode belajar Problem Based
Learning (PBL). Pada awal pertemuan, setiap anggota kelompok mendapatkan sub
pokok bahasan masing-masing, lalu masing-masing anggota kelompok melakukan
belajar mandiri untuk mempelajari materi dan menyusun LTM. Pertemuan selanjutnya
setiap anggota menyampaikan hasil belajarnya kepada anggota kelompok lainnya.
Setelah itu menyusun makalah dari hasil diskusi dan bahan LTM masing-masing
anggota kelompok.
1.5 Sistematika PenulisanMakalah ini disusun dengan sistematika cover, kata pengantar, daftar isi, BAB 1
pendahuluan, BAB 2 isi, BAB 3 asuhan keperawatan, BAB 4 penutup dan daftar
pustaka. BAB 1 adalah pendahuluan makalah yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB 2 adalah
isi yang berisi penjelasan lingkup sub pokok bahasan. BAB 3 adalah asuhan
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
6/35
3
keperawatan yang terkait dengan kasus dan BAB 4 adalah penutup yang berisi
kesimpulan dan saran.
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
7/35
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia2.1.1 Definisi Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisah
atau pecah, dan phrenyang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya
atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom
skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simptom positif, simptom
negatif, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. Skizofrenia merupakan
suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan
penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan
sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
2.1.2 Etiologi SkizofreniaAda beberapa faktor berikut ini yang menyebabkan skzofrenia, di antaranya
adalah:
1. Faktor NeurobiologiPenelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan
adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum
diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu
dengan munculnya simptom skizofrenia. Terdapat beberapa area tertentu
dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang menjadi patologis, yaitu
sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis. Keempat area
tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin
melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi
sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul
pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan
dan sosial.
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
8/35
5
2. Hipotesa DopaminMenurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan
aktivitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan
akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor
dopamine, turunnya nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan
observasi bahwa ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat
antipsikotik dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor
dopamine D2. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik, seperti
amphetamine, dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.
3. Faktor GenetikaPenelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan
merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren.
Resiko seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat
anggota keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika
hubungan keluarga dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan
keberadaan pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya
skizofrenia, dan kembar satu telur memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami skizofrenia.
4. Faktor Psikososiala. Teori Tentang Individu Pasien
Teori PsikoanalitikFreud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi
perkembangan, yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis.
Jika neurosis merupakan konflik antara id dan ego, maka psikosis
merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud, kerusakan
ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom
skizofrenia. Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia
merepresentasikan waktu dimana ego belum atau masih baru terbentuk.
Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta
kerusakan ego-yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang
buruk-turut memperparah symptom skizofrenia. Hal utama dari teori
Freud tentang skizofrenia adalah dekateksis obyek dan regresi sebagai
respon terhadap frustasi dan konflik dengan orang lain. Harry Stack
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
9/35
6
Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh
kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya, terutama yang
berhubungan dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah,
yaitu cemas berlebihan.
Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia,
kerusakan ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol
terhadap dorongan dari dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan
tersebut terjadi akibat distorsi dalam hubungan timbal balik ibu dan
anak.
Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis
bagi masing-masing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat
mungkin mengindikasikan persepsi individu bahwa dunia dalamnya
telah hancur. Halusinasi mungkin merupakan substitusi dari
ketidakmampuan pasien untuk menghadapi realitas yang obyektif dan
mungkin juga merepresentasikan ketakutan atau harapan terdalam yang
dimilikinya.
b. Teori PsikodinamikBerbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan
psikodinamik setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap
berbagai stimulus. Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan
kesulitan dalam setiap fase perkembangan selama masa kanak-kanak dan
mengakibatkan stress dalam hubungan interpersonal.
Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan
dengan onset akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat
kaitannya dengan adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan
faktor biologis, dan karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi
tertentu. Sedangkan gangguan dalam hubungan interpersonal mungkin
timbul akibat konflik intrapsikis, namun mungkin juga berhubungan dengan
kerusakan ego yang mendasar.
Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan
psikodinamik dibangun berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom
psikotik memiliki makna dalam skizofrenia. Misalnya waham kebesaran
pada pasien mungkin timbul setelah harga dirinya terluka. Selain itu,
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
10/35
7
menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia dianggap merupakan
hal yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia.
c.Teori BelajarMenurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-
kanak ia belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara
pikir yang tidak rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya
juga memiliki masalah emosional.
1. Teori Tentang KeluargaBeberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami
nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku
keluarga yang patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress
emosional yang harus dihadapi oleh pasien skizofrenia. Antara lain:
a. Double BindKonsep yang dikembangkan oleh Gregory Bateson untuk
menjelaskan keadaan keluarga dimana anak menerima pesan yang
bertolak belakang dari orangtua berkaitn dengan perilaku, sikap
maupun perasaannya. Akibatnya anak menjadi bingung menentukan
mana pesan yang benar, sehingga kemudian ia menarik diri kedalam
keadaan psikotik untuk melarikan diri dari rasa konfliknya itu.
b. Schims and Skewed FamiliesMenurut Theodore Lidz, pada pola pertama, dimana terdapat
perpecahan yang jelas antara orangtua, salah satu orang tua akan
menjadi sangat dekat dengan anak yang berbeda jenis kelaminnya.
Sedangkan pada pola keluarga Skewed, terjadi hubungan yang tidak
seimbang antara anak dengan salah satu orangtua yang melibatkan
perebutan kekuasaan antara kedua orangtua, dan menghasilkan
dominasi dari salah satu orang tua.
c. Pseudomutual and Pseudohostile FamiliesDijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa keluarga men-
suppress ekspresi emosi dengan menggunakan komunikasi verbal
yang pseudomutual atau pseudohostile secara konsisten. Pada
keluarga tersebut terdapat pola komunikasi yang unik, yang mungkin
tidak sesuai dan menimbulkan masalah jika anak berhubungan dengan
orang lain di luar rumah.
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
11/35
8
d. Ekspresi EmosiOrang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis,
kejam dan sangat ingin ikut campur urusan pasien skizofrenia.
Banyak penelitian menunjukkan keluarga dengan ekspresi emosi yang
tinggi (dalam hal apa yang dikatakan maupun maksud perkataan)
meningkatkan tingkat relapse pada pasien skizofrenia
e. Teori SosialBeberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan
urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia.
Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini adalah
dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan
keparahan penyakit.
2.1.3 Tanda dan Gejala SkizofreniaGejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut
Bleuler, yaitu primer dan sekunder. Waham primer tidak dapat dipahami secara
psikologi atau tidak berasal dari keadaan psikologi lain, sedangkan waham
sekunder menurut Mayer-Gross dalam Maramis (1998), merupakan cara untuk
menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain.
1. Gejala-gejala primer :a.Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran,
terutama asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah
timbul ide lain, atau terdapat pemindahan maksud, atau juga menyamakan
semua hal, contohnya seorang perawat yang dimarahi dan dipukuli,
kemudian seorang lain yang ada di sampingnya juga dimarahi dan dipukuli.
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini
dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi
kadang-kadang sampai beberapa hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain
didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan
pikiran atau pressure of thoughts. Bila suatu ide berulang-ulang timbul
dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.
Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada
inkoherensi sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
12/35
9
pikiran melayang selalu ada efori. Ide timbul sangat cepat, tetapi masih
dapat diikuti, masih bertujuan.
b. Gangguan afek dan emosiKedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita
menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti
keadaan keluarganya dan masa depannya. Parathimi : apa yang seharusnya
menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih
atau marah. Paramimi: penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi
ia menangis. Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris
dinamakan incongruity of affect dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan
inadequat. Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak
mempunyai kesatuan, umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita
menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa. Semua ini merupakan
gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia. Gangguan afek dan
emosi lain adalah : emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti
dibuat-buat, seperti penderita yang sedang bermain sandiwara. Yang
penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk
melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu
sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.
Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang
berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan
membenci satu orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu
hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.
c. Gangguan kemauanBanyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan
kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak
dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan
itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju
dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus. Atau mereka menganggap
hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.
Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan
berbulan-bulan. Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan
stupor katatonik.
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
13/35
10
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan
terhadap suatu permintaan. Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal
yang berlawanan pada waktu yang sama, umpamanya mau makan dan tidak
mau makan; atau tangan diulurkan untuk berjabat tangan, tetapi belum
sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk kedalam ruangan,
tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi sebelum suatu
perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan. Otomatisme :
penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari
luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.
d. Gejala psikomotorJuga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan.
Kelompok gejala ini oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala
skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.
Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila
gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang
kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalam keadaan stupor tidak
menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-
hari, berbulan-bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya pada
skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat
disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin
juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan penderita
dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin
mengatakan apa-apa lagi.
2. Gejala-gejala sekunder :a.Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat
bizarre. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya
adalah fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak
mengubah sikapnya yang bertentangan, umpamanya penderita berwaham
bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh
melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross membagi waham dalam dua
kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis atau
tafsiran yang bersifat waham (delutional interpretations).
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
14/35
11
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab
apa-apa dari luar. Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat
skizofrenia. Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat
seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata
dunia akan kiamat sebab ia melihgat seekor anjing mengangkat kaki
terhadap sebatang pohin untuk kencing.
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan
merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia
lain. Waham dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif,
waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan
sebagainya.
b. HalusinasiPada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan
hal ini merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain.
Paling sering pada keadaan sskizofrenia ialah halusinasi (oditif atau
akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan.
Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi
citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya
penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang
menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun
dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia
lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak
organik bila terdapat maka biasanya pada stadium permulaan misalnya
penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka orang yang
menakutkan.
c. Diagnosa SkizofreniaDiagnosa keperawatan terkait penyakit skizofrenia:
Ansietas (berat)1. Hambatan komunikai verbal2. Koping defensif3. Ketidakmampuan koping keluarga4. Gangguan proses keluarga5. Gangguan identitas pribadi6. Ketakutan
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
15/35
12
7. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan8. Defisit perawatan diri9. Ketidakpatuhan10. Gangguan proses berpikir11. Risiko mutilasi diri12. Hambatan interaksi social13. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain14. Disfungsi seksual
Para ilmuwan mengasumsikan selama lebih dari 100 tahun, bahwa
skizofrenia membutuhkan beberapa bentuk intervensi biologis. Sekitar
tahun 1930, beberapa perawatan biologis banyak dicoba. Salah satunya
adalah injeksi dosis besar insulin, untuk menginduksi koma pada orang
yang menderita skizofrenia. Namun, pemeriksaan lebih dekat menunjukkan
risiko besar penyakit serius dan kematian. Selama masa ini, psycosurgery
termasuk lobus prefrontal diperkenalkan, dan pada akhir 1930,
electroconvulsive therapy (ECT) diajukan sebagai pengobatan untuk
skizofrenia. Seperti perawatan drastic sebelumnya, semangat awal untuk
ECT memudar, karena ditemukan bahwa ECT tidak bermanfaat untuk
sebagian besar orang yang menderita skizofrenia. ECT terkadang
direkomendasikan untuk orang yang mengalami episode-episode sangat
parah dari depresi. (Barlow & Durand, 2005).
Skizofrenia merupakan indikasi utama untuk menggunakan obat-
obatan antipsikotik. Agen ini efektif untuk menekan gelaja selama episode
psikotik akut, dan ketika dikonsumsi untuk pasien kronis, dapat mengurangi
dengan baik adanya risiko relaps (kekambuhan). Efek awal dapat terlihat
pada hari ke 1-2, namun perubahan substansi biasanya membutuhkan 2-4
minggu, dan efek penuh mungkin tidak berkembang untuk beberapa bulan.
Semua agen tradisional antipsikotik sama keefektifannya, meskipun respon
pasien mungkin lebih baik terhadap salah satu obat dibanding obat lainnya.
Perlu dicatat bahwa obat antipsikotik tidak mengubah patologi yang
mendasari skizofrenia. (Lehne., 1998).
d. WahamWaham merupakan salah satu gangguan proses pikir yang berupa
suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/ terus menerus
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
16/35
13
namun tidak sesuai dengan kenyataan (Mata Ajar Keperawatan Dewasa IV,
Mustikasari). Klien skizofrenia biasanya mengalami waham dalam fase
psikotik penyakit. Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan
tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin aneh atau bisa
pula tidak aneh tetapi tidak mungkin misalnya FBI mengikuti saya.
Walaupun begitu, keyakinan tersebut tetap dipertahankan meskipun telah
diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Karakteristik
umum waham skizofrenia adalah klien memegang keyakinan ini dengan
kepastian total, langsung dan segera. Karena klien percaya pada ide waham,
ia akan bertindak sesuai dengan ide tersebut.
1. Rentang respon Neurobiologi Respon adaptif
Pikiran logis adalah pendapat atau pertimbangan yang dapatditerima akal
Persepsi akurat adalah pandangan dari seseorang tentang suatuperistiwa secara cermat.
Emosi konsisten dengan pengalaman adalah kemantapan perasaanjiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
Perilaku sesuai yaitu kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitandengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau
ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.
Hubungan sosial yaitu hubungan seseorang dengan orang laindalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat.
Respon transisi Pikiran kadang menyimpang yaitu keadaan dimana individu
mengalami kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil
kesimpulan
Ilusi yaitu persepsi atau respon yang salah terhadap stimulussensori.
Reaksi emosi berlebihan atau berkurang adalah emosi yangdiekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
17/35
14
Perilaku ganjil / tak lazim yaitu perilaku aneh yang tidak enakdipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal
orang lain.
Menarik diri yaitu keadaan dimana individu melakukan perilakumenghindar dari orang lain.
Respon maladaptif Gangguan pikiran atau delusi yaitu keyakinan yang salah yang
secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang
lain dan bertentangan dengan realita sosial.
Halusinasi adalah suatu kondisi dimana individu memilikipersepsi yang salah terhadap rangsangan
Sulit berespon emosi yaitu keadaan dimana individu menurunnyakemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan,
keakraban dan kedekatan.
Ketidakteraturan yaitu keadaan dimana individu mengalamiketidak selarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
Isolasi sosial yaitu suatu keadaan kesepian yang dialamiseseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam.
Menurut Janice Clack,1962 klien yang mengalami gangguan
jiwasebagian besar disertai halusinasi dan delusi yang meliputi beberapa
tahapan antara lain :
a. Tahap Comforting:Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa,
klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan koping
imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.
b. Tahap Condeming:Timbul kecemasan moderate, cemas biasanya makin meninggi,
selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut
apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang irasakan sehingga
timbul perilaku menarik diri (Withdrawl)
c. Tahap Controling:Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
18/35
15
tetapi suara tersebut terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkan
klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut
hilang klien merasa sangat kesepian/sedih.
d. Tahap Conquering:Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila
tidak diikuti perilaku klien dapat bersipat merusak atau dapat timbul
perilaku atau risiko bunuh diri.
Berdasarkan perilaku seseorang ketika waham, waham dibagi menjadi
berikut:
a. Waham kebesaran (grandiose), yaitu percaya bahwa mereka memilikikemampuan dan misi khusus. Mereka meyakini bahwa mereka memiliki
kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Contoh : saya ini pejabat departemen
kesehatan atau saya presiden republic Indonesia.
b. Waham agama yaitu meyakini bahwa ia memiliki keyakinan terhadapsuatu agama secara berlebihan, diucapkan secara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Contoh : kalau saya mau surge, saya harus
berpakaian putih setiap hari.
c. Waham kemiskinan (poverty) yaitu waham yang berupa kepercayaanbahwa mereka telah dibuat miskin.
d. Waham rasa bersalah (guilt) yaitu percaya bahwa mereka telahmelakukan kejahatan dan pantas dihukum.
e. Waham ketidakberadaan (nihilistic) yaitu percaya bahwa mereka tidakberarti atau tidak ada. Mereka meyakini bahwa mereka sudah tidak ada
di dunia ini. Contoh : ini alam kubur saya, semua yang ada disini
adalah roh-roh.
f. WahamHypocondriacalyaitu percaya bahwa mereka mengidap suatupenyakit fisik.
g. Waham penganiyaaan (persecutory) yaitu percaya bahwa semua orangberkonspirasi melawan mereka.
h. Waham reference yaitu percaya bahwa mereka dipengaruhi olehmajalah/televisi.
i. Waham kecemburuan (jealously) yaitu percata bahwa pasangan merekatidak setia meskipun tidak ada buktinya. Mereka meyakini seseorang
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
19/35
16
atau kelompok yang berusaha merugikan/ mencederai dirinya yang
diucapkan berulang kali dan tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh :
saya tahu, seluruh saudara ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka iri dengan kesuksesan saya.
j. Waham penuh cinta (amourus) yaitu percaya bahwa orang lain sedangjatuh cinta dengan mereka.
k. Waham infestation (serbuan) yaitu percaya bahwa mereka diserbu olehserangga atau parasite
l. Wahampassitivity experiences yaitu percaya bahwa mereka disuruhmelakukan sesuatu atau merasan emosi atau dikendalikan dari luar.
m.Waham somatik meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh : saya sakit kanker setelah dilakukan tes
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda bahwa ia terserang penyakit
kanker.
n. Waham sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yangdisisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.
o. Waham siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isipikiranya, padahal dia tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang
tersebut.
p. Waham kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol olehkekuatan dari luar.
Waham sekunder tidak dapat dipahami secara psikologi karena muncul darisejumlah kelainanlain seperti pikiran atau gangguan afek, misalnya pasien
depresi bisa percaya bahwa ia telah melakukan dosa yang tidak terampuni,
walaupun kehidupannya relative baik.
2.2 Waham dan Harga Diri RendahKlien yang memiliki gangguan proses pikir waham memiliki tanda dan gejala
sebagai berikut : menarik diri, tidak peduli lingkungan, bicara dan tertawa, ketakutan,
marah tanpa sebab, bermusuhan dan curiga, komunikasi kacau (sesuai dengan waham),
perawatan diri terganggu.
Sedangkan harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten, dan bernilai
(Potter, P.A. & Perry, A. G. 2005). Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri
dan orang lain yang bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Harga diri juga
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
20/35
17
dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan
dalam hidup. Seseorang dengan harga diri tinggi biasanya menunjukkan keberhasilan
yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya pribadi. Namun berbeda dengan orang yang
memiliki harga diri rendah ketika berhasil cenderung mengatakan bahwa keberhasilan
yang diraihnya adalah keberuntungan dan atau atas bantuan yang lain ketimbang
kemampuan pribadi (Marsh, 1990 dalam Potter & Perry, 2005).
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :
227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah merupakan evaluasi diri dari
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif baik langsung maupun tidak
langsung. Pendapat senada dikemukan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri
rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif
mengenai diri atau kemampuan diri. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat
kesimpulan, harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional
maupun kronis atau menahun.
Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang
berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:
1. Data subjektif:a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihanc. Perasaan tidak mampud. Rasa bersalahe. Sikap negatif pada diri sendirif. Sikap pesimis pada kehidupang. Keluhan sakit fisikh. Pandangan hidup yang terpolarisasii. Menolak kemampuan diri sendiri
j. Pengurangan diri/mengejek diri sendirik. Perasaan cemas dan takutl. Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positifm.Mengungkapkan kegagalan pribadin. Ketidak mampuan menentukan tujuan
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
21/35
18
2. Data objektif:a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktif pada diri sendiric. Perilaku destruktif pada orang laind. Penyalahgunaan zate. Menarik diri dari hubungan sosialf. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalahg. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)h. Tampak mudah tersinggung/mudah marah
Harga diri rendah dapat berisiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptif, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes
RI, 1998:336). Isolasi Sosial menarik diri sering ditunjukkan dengan perilaku antara
lain:
a. Enggan untuk memulai hubungan/pembicaraanb.Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lainc. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang laind.Kurang spontan ketika diajak bicarae. Apatisf. Ekspresi wajah kosongg.Menurun/tidak adanya komunikasi verbalh. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara.
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara situasional,
yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba. Misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, dan lainnya. Sedangkan yang kronik, perasaan
negatif terhadap diri telah berlangsung lama. Harga diri rendah kronis terjadi
merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak
diselesaikan atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feedback
dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan
lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga
diri rendah.
Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah kronis juga dipengaruhi
beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural.
Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
22/35
19
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan
harga diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-
pikiran negatif dan tidak berdaya.
Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah konis sangat berhubungan
dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal
yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak
mempercayai anaknya, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis
kelamin dan peran dalam pekerjaan
Faktor sosial seperti status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya
harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan
rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu. Sedangkan
faktor kultural dapat memberikan tuntutan peran sesuai kebudayaan sering
meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara lain seperti wanita sudah harus
menikah jika umur mencapai duapuluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup
individualisme.
Akumulasi faktor predisposisi ini baru menimbulkan kasus harga diri rendah
kronis setelah adanya faktor presipitasi. Faktor presipitasi dapat disebabkan dari
dalam diri sendiri dan dari luar, antara lain ketegangan peran, konflik peran, peran
yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan
transisi peran sehat-sakit.
2.3 Hubungan Waham dan Harga Diri RendahWaham ditandai dengan keyakinan klien akan sesuatu yang mustahil. Misalnya
klien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau
kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam
tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang
lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis,
suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak
percaya kepada orang lain, dan gelisah. Perbedaan kemunculan waham ini dipengaruhi
oleh jenis waham yang dialami oleh klien.
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
23/35
20
Waham dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam menilai realitas.
Kemampuan ini akan menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi
dengan realitas kehidupan. Orang yang normal memiliki daya nilai untuk menilai situasi
secara benar dan bertindak yang sesuai dengan situasi tersebut dengan memperhatikan
kaidah sosial yang berlaku di dalam kehidupan sosial budayanya. Pada gangguan jiwa
berat atau kepribadian antisosial maka daya nilai sosialnya sering terganggu. Perlu
dilakukan uji daya nilai untuk mengetahui kemampuan menilai situasi secara benar dan
bertindak yang sesuai dalam situasi imajiner yang diberikan.
Klien yang dinilai tidak mampu mengenali realitas, sering melakukan defends
mechanism. Defends mechanism ini bersifat alamiah dan timbul karena individu
berkeinginan untuk mempertahankan diri dari ancaman-ancaman yang timbul dari
realitas yang tidak mampu ia tanggulangi. Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan
semakin hari semakin banyak, karena pada dasarnya manusia ingin bertahan dari jenis-
jenis ancaman yang dialaminya, di antaranya:
- Denialatau penolakan, dilakukan dalam bentuk melupakan atau melakukan tindakan-tindakan lain yang bertentangan dengan suatu realitas yang tidak menyenangkan.
- Projection, yaitu menumpahkan pengalaman dan penghayatan atau ingatan yang tidakmenyenangkan di dalam dirinya pada hal atau pihak lain
- Kompensasi, yaitu melakukan tindakan untuk mengurangi atau menyembunyikankekurangan yang dirasakannya
- Fantasi, yaitu realitas-realitas yang tidak menyenangkan yang dipersepsikan justrusebagai hal yang menyenangkan
Pada klien dengan harga diri rendah, akan terjadi gangguan interaksi sosial.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang dapat
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Harga diri klien yang rendah
menyebabkan klien merasa malu sehingga biasanya klien lebih suka sendiri dan
menghindar untuk berinteraksi dengan orang lain. Klien mengurung diri dan menarik diri
dari interaksi sosial dan lingkungannya sehingga hal ini dapat menyebabkan klien
berfikir mengenai sesuatu yang tidak realistik. Pemikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan ini akhirnya dapat memunculkan terjadinya halusinasi. Halusinasi adalah
persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua
sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. Hal ini
disebabkan karena klien hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
24/35
21
berlebihan. Pada awalnya klien menjadikan halusinasi sebagai pelarian dari masalah
yang dihadapinya, namun kemudian halusinasi tersebut justru menguasai dirinya.
Akhirnya seseorang tersebut mengalami waham sehingga tidak bisa membedakan antara
kehidupan nyata dan khayalannya.
Menurut Keliat (1998), gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan klien
menilai dan berespon pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan. Klien tidak mampu memberikan respon secara akurat, sehingga tampak
perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Hal ini disebabkan karena
terganggunya fungsi kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi
motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan
kemampuan menilai dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial
mengakibatkan kemampuan berespon terganggu yang tampak dari perilaku nonverbal
(ekspresi muka, gerakan tangan) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
Sebagai seorang perawat, penting mengetahui definisi, penyebab, dan dampak dari
waham serta keterkaitannya dengan risiko gangguan jiwa yang lain. Setiap risiko
gangguan jiwa dapat menimbulkan manifestasi gangguan jiwa yang lebih buruk. Oleh
karena itu, dengan mengetahui waham secara lebih rinci mulai dari definisi hingga
penatalaksanaannya diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang
tepat guna membantu pemulihan kondisi kesehatan klien.
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
25/35
22
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Waham1.Pengkajian
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat perawat gunakan sebagai panduan
untuk mengkaji pasien waham.
a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi yang berulang ulang diungkapkan danmenetap?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu atau apakah pasien cemassecara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidaknyata?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?e. Apakaah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?f. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuata fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?
2. Diagnosa dan IntervensiDiagnosa 1 : Hambatan interaksi sosial
Intervensi dan rasional :
Bantu klien mensurvei kenalan-kenalan dan mengidentifikasi siapa saja darimereka yang berpotensi menjadi teman.Memfokuskan upaya klien pada orang dan
situasi nyata membuat pelajaran keterampilan dan bersosialisasi menjadi realistis
dan sangat bermakna.
Diskusi dengan klien dengan cara-cara untuk memulai interaksi dengan orang lain.Memberi informasi mengenai keterampilan bersosialisasi dan berkomunikasi
memfasilitasi rasa kompetensi klien.
Ajarkan klien tetang cara mengekspresikan perasaan dengan cara yang dapatditerima secara sosial melalui kegiatan bermain peran. Ekspresi perasaan yang
sesuai dapat terasa sulit bagi klien yang mempertahankan jarak emosional dengan
orang lain.
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
26/35
23
Bantu klien menyatakan secara verbal perasaan-perasaan yang tidak nyaman ataunegatif. Mengungkapkan perasaan secara verbal akan mencegah peningkatan
ansietas dan menurunkan kemungkinan kembalinya pikiran waham.
Bantu klien mengidentifikasi situasi-situasi yang jika kurang memilikiketerampilan sosial yang sesuai akan mengganggu interaksi sosial. Umpan balik
membantu klien mengembangkan kesadaran akan adanya masalah dalam interaksi
sosial yang khusus dan memfasilitasi keinginan klien untuk berubah.
Ciptakan kesempatan untuk klien agar memiliki interaksi dengan kelompok kecildan interaksi dengan teman sebaya. Kontak dengan kelompok kecil dan interaksi
dengan teman sebay dapat meningkatkan rasa percaya dan berbagi.
Beri kesempatan interaksi untuk klien dengan membantu membuat kontak denganteman dan anggota keluarga yang diinginkan. Orang yang dekat dengan klien
dapat membantunya melakukan keterampilan interaksi dan meningkatkan
pengalaman bersosialisasi.
Ajarkan dan kuatkan keterampilan sosial melalui penggunaan model peran danbermain peran.Penguatan keterampilan sosial yang baru didapat mendorong klien
untuk sering menggunakan keterampilan tersebut.
Diagnosa 2 : Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
Intervensi dan rasional:
Bantu klien untuk mendiskusikan kegelisahan pribadinya mengenai perlakuan yangtidak sesuai dengan orang lain. Mendorong klien untuk menyatakan
kekhawatirannya mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang lain
memungkinkan penilaian terhadap waham kejar dan potensial terjadi kekerasan.
Minta klien untuk mendiskusikan rasa marahnya dan cara sesuai untuk mengatasiperasaan negatif ini, klien harus belajar menggunakan pilihan yang tidak memakai
kekerasan dalam upayanya memuaskan kebutuhan.
Identifikasi faktor resiko, misalnya riwayat stres yang hebat, kekerasan dalamkeluarga, dan penyerangan fisik. Riwayat memiliki faktor resiko ganda
mengindikasikan kemungkinan lebih besar untuk menggunakan kekerasan sebagai
metode koping.
Contohkan cara yang sesuai untuk mengekspresikan kemarahan menurunkankemarahan dan berespons terhadap bahasa yang kasar. Mengajarkan klien tentang
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
27/35
24
cara-cara yang bisa diterima dalam mengekspresikan kemarahan dan megurangi
kegelisahan adalah sebuah langkah untuk mengatasi perasaan agresif.
Ajari klien cara menoleransi persaan frustasi dengan memberikan contoh caramenangani gangguan situasi sehari-hari dan dengan mengidentifikasi pikiran
otomatis dan perilaku yang muncul dalam situasi frustasi tertentu. Jika klien
mengembangkan keterampilan menangani masalah dengan baik, perilaku agresif
akan jarang terjadi.
Beri kesempatan untuk mengeluarkan energi agresif dengan cara berolahraga ataumelakukan aktivitas fisik lain. Mempelajari cara melepaskan energi yang dapat
diterima di masyarakat memampukan klien untuk melakukan kontrol diri.
Beri umpan balik positif atas cara-cara klien dalam berupaya mengatasi frustasidan menangani kecenderungan untuk berperilaku agresif. Umpan balik positif akan
mendorong klien untun terus menerapkan keterampilan baru yang sudah dipelajari
dalam menangani frustasi dan sifat marahnya.
Bantu klien mengenali situasi yang berpotensi memicu terjadinya kehilangankontrol diri. Pengalaman dalam mengenali dan mendiskusikan situasi yang
berpotensi bersifat kekerasan dapat mengurangi stres dan meminimalkan perasaan
terancam dibeberapa peristiwa.
Bantu klien mempelajari pemecahan masalah dan keterampilan bernegosiasi untukmenggantikan perilaku suka berargumentasi. Mempelajari pemecahan masalah dan
keterampilan bernegosiasi sebagai pengganti dari perilaku argumentasi akan
megurangi ketergantungan klien pada tindak kekerasan.
3. Asuhan keluargaSelain dengan pentalaksanaan keperawatan pasien dengan waham dapat dibantu
pemulihan masalah kejiwaannya dengan bantuan keluarganya, karena keluarga
merupakan unsur terdekat dengan individu. Berikut beberapa penatalaksaan yang bisa
dilakukan atau diterapkan didalam keluarga :
Ajarkan keluarga tentang cara berkomunikasi dengan anggota keluarga yangmempunyai gangguan waham.
Beri penguatan realita dengan cara mendiskusikan beberapa peristiwa nyata dalamkehidupan
Sediakan kesempatan kepada anggota keluarga untuk menyatakan kekhawatiransecara verbal
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
28/35
25
Ajarkan anggota keluarga tentang cara-cara untuk menerima individu yangmemiliki gangguan
Beri informasi mengenai kelompok pendukung dan agen komunitas
Ajarkan keluarga untuk memantau nutrisi, hidrasi, pola istirahat-tidurklien.Beritahu keluarga klien tentang teknik penatalaksanaan stress dan tentang
cara mengenali serta mengintervensi jika orang tersebut berperilaku agresif.
4. Evaluasi Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham Klien menyadari kaitan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan keyakinannya
(waham) saat ini
Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien Klien menggunakan obat sesuai program
3.2 Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Situasional dan Harga Diri RendahKronis
1. PengkajianPada pengkajian harga diri rendah situasional perawat harus mengkaji tanda
dan gejala yang mungkin timbul seperti mengkritik diri sendiri, perasaan tidak
mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap
kemampuan diri. Selain itu, perawat juga dapat mengamati penampilan seseorang
dengan harga diri rendah, terlihat kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapih, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah. Pengkajian harga diri rendah
situasional lebih memfokuskan pada keadaan atau situasi yang membuat harga diri
menjadi rendah.
2. Diagnosa keperawatanGangguan konsep diri: harga diri rendah situasional
3. Intervensi dan implementasi:a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien:
Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasienseperti kegiatan pasien, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan keluarga serta
lingkungan terdekat pasien Memberi pujian yang realistik / nyata
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
29/35
26
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan: Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan saat ini
berdasarkan kemampuan yang telah diidentifikasi
Membantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuandiri yang diungkapkan pasien
Memperlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktifc. Membantu pasien memilih / menetapkan kemampuan yang akan dilatih:
Mendiskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan dan memilihkemampuan yang akan dilatih
Memberikan dukungan dalam memilih kemampuan yang paling mudahdilakukanya
Membantu pasien memilih kemampuan sesuai dengan kondisi pasien saat inid. Melatih kemampuan yang dipilih pasien:
Memotivasi pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih Mendisukusikan cara melaksanakan kemampuan yang dipih Memberi contoh cara melaksanakan kemampuan dipilih Membantu pasien melakukan sendiri kemampuan yang dipilih
Memberikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukanpasien
e. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih: Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegitan yang telah dilatihkan
secara mandiri
Membantu pasien memasukan kemampuan yang telah dilatih dalam jadwalkegiatan sehari-hari,berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaan setelah pelaksanaan kegiatan
4. Evaluasi pasien dapat menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan pasien dapat memilih kegiatan yang akan dialkuakn sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
pasien dapat melaksanankan kemampuan yang telah dilatih pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
30/35
27
3.3 KasusSeorang wanita, 39 tahun, baru pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa karena sejak
sebulan yang lalu mengurung diri di kamar, menolak makan, minum, dan mandi. Hal ini
terjadi sejak bercerai dengan suaminya dua bulan yang lalu. Berdasarkan hasil
wawancara didapatkan data pasien sedang dicari cari seorang pangeran untuk dijadikan
permaisuri di suatu kerajaan inggris, pasien mengingatkan hal ini secara konsisten dan
berulang ulang
Pembahasan
Pada pengkajian untuk klien dengan gangguan jiwa, hal hal yang perlu dikaji
ialah faktor penyebab, faktor pencetus, mekanisme koping, dan perilaku klien. Faktor
penyebab gangguan waham antara lain faktor genetis, faktor neurobiologis; adanya
gangguan pada korteks prefrontal dan korteks limbik, kelainan neurotransmiter;
abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan glutamat, dan terakhir faktor psikologis.
Mekanisme koping klien dengan gangguan waham umumnya adalah regresi, proyeksi,
dan menarik diri. Tabel ini dapat dilihat untuk pengkajian perilaku klien dengan waham
Berhubungan dengan Perilaku
Kognitif:
- Ingatan- Perhatian
Bentuk & isi
pembicaraan
- Pengambilankeputusan
- Isi pikir
Pelupa, tidak berminat, kurang patuh
Kesulitan menyelesaikan tugas, konsentrasi terhadap tugas
Kesulitan mengkomunikasikan pikiran & perasaan
Kesulitan melakukan & menjalankan aktivitas
Delusi
Persepsi Halusinasi, ilusi, masalah integrasi sensori, pengenalan bagian nyeri
dalam tubuh kurangEmosi Alekstimia: kesulitan dalam pemberian nama & penguraian emosi
Apati: kurang memiliki perasaan, emosi, minat/ kepedulian
Gerakan Katatonia, kelenturan seperti lilin, gerakan mata abnormal, meringis,
apraksia, langkah yg tidak normal, efek samping ekstra piramidal
PerilakuAgitasi, perilaku berulang, kurang energi/ dorongan, kurang tekun
dlm bekerja/ sekolah
Hubungan Menarik diri, harga diri rendah, ketidaksesuaian sosial, stigma yg
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
31/35
28
berhubungan dengan penarikan diri oleh orang lain
Pada kasus ini, kemungkinan terbesar penyebab gangguan waham pada klien ialah
karena faktor psikologis, kemungkinan karena perceraian dengan suaminya yang
mengakibatkan klien berfikir ia tidak bisa membina hubungan rumah tangga yang baik.
Hal itu menjadi stressor untuk klien sehingga klien mengalami HDR kronis yang
kemudian berlanjut menjadi gangguan kejiwaan proses pikir; waham. Mekanisme
koping yang dilakukan klien adalah dengan menarik diri yaitu dengan mengurung diri di
kamar dan menolak makan dan minum.
Prinsip pendekatan pada klien dengan waham ialah dengan tidak menyangkal tapi
juga tidak mendukung hal hal yang dikatakan klien terkait waham tersebut. Videbeck
(2001) berpandangan bahwa tanggung jawab perawat dalam menangani klien dengan
gangguan waham adalah menghadirkan dan mempertahankan realitas (Videbeck, 2001)
Maka, rencana intervensi yang dapat dilakukan ialah di bawah ini:
Dx : Gangguan proses pikir: Waham
Intervensi Rasional
Berbicara jelas dan tulus kepada klien Klien yang mengalami waham sangat sensitif
terhadap orang lain
Konsisten dalam menetapkan harapan,
menjalankan peraturan
Batasan yang jelas dan konsisten pada
struktur yang aman bagi klien
Jangan menjanjikan hal hal yang tidak dapat
perawat tepati
Janji yang tidak ditepati dapat membuat
hubungan tidak percaya
Dorong klien untuk berbicara tetapi jangan
memata matai untuk memperoleh informasi
Tindakan menyelidiki akan meningkatkan
rasa curiga klien
Berumpan balik positif untuk keberhasilan
klien
Mengenali pencapaian klien dapat
mengurangi ansietas
Mula mula, jangan berdebat atau mencoba
meyakinkan klien bahwa wahamnya salah
Argumen yang logis tidak bisa menganggu
pemikiran waham, dan juga dapat merusak
hubungan saling percaya
Berinteraksi pada klien berdasarkan hal hal
nyata
Berinteraksi dengan realitas dan
mempercepat penyembuhan waham klien
Kenali dan dukung pencapaian klien Dapat mengurangi ansietas dan
meningkatkan harga diri
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
32/35
29
Jangan bersikap menghakimi atau
merendahkan atau membuat lelucon
mengenai keyakinan klien
Waham dan perasaan klien bukan sesuatu
yang lucu bagi mereka
Jangan pernah menerima waham klien
sebagai realitas
Dapat memperburuk kondisi klien
Sisipkan keraguan tentang waham secara
langsung, segera setelah klien siap menerima
Ketika klien sudah percaya dengan perawat,
maka klien akan curiga dengan wahamnya
jika perawat merasa curiga
Upayakan diskusi mengenai pikiran waham
sebagai suatu masalah dalam kehidupan klien
Diskusi tentang masalah waham merupakan
fokus saat ini dan berdasarkan realitas
Kriteria evaluasi yang diharapkan adalah, klien dapat dihasilkan ialah:
Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini Klien dapat meningkatkan orientas terhadap realita Klien dapat meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan/ mengontrol waham Klien dapat menggunakan obat sesuai program
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
33/35
30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan yang melibatkan perilaku psikotik. Istilah
psikotik digunakan untuk mengkarakterisasikan suatu perilaku aneh, meskipun dalam arti
yang ketat biasanya melibatkan delusi dan/atau halusinasi. Gejala skizofrenia diantaranya
adalah waham dan harga diri rendah. Waham adalaha keyakinan yang salah dan
dipertahankan yang tidak memiliki dasar dalam realitas Sedangkan harga diri rendah adalah
perasaan negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan yang dimiliki. Klien harga diri rendah
cendrung mengurung diri dan menarik diri dari interaksi sosial dan lingkungannya sehingga
hal ini dapat menyebabkan klien berfikir mengenai sesuatu yang tidak realistik (waham).
Jadi, skizofrenia dapat terjadi bila sesorang mempunyai harga diri yang rendah lalu menarik
diri dari masyarakat lalu menampakan perilaku tidak lazim lalu kehilangan minat dan sibuk
berhalusinasi (waham).
4.2. Saran
Sebagai seorang perawat, penting untuk mengetahui definisi, penyebab, dan dampak
dari skizofrenia, waham dan harga diri rendah. Karena skizofrenia, waham dan harga diri
rendah saling berkaitan. Setiap risiko gangguan jiwa dapat menimbulkan manifestasi
gangguan jiwa yang lebih buruk. Oleh karena itu, dengan mengetahui skizofrenia, waham
dan harga diri rendah secara mendalam akan lebih memudahkan dalam pencegahan dan
proses penatalaksanaannya.
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
34/35
31
DAFTAR PUSTAKA
Waramis, W.F. 1994. catatan Ilmu Kedoktern Jiwa. Penerbit : Airlangga University Press.
Prawirohardjo, Soejono. 1973. Klasifikasi Penyakit Jiwa dan Aspek-Aspek pengobatannya.
Yogyakarta.e-smartschool
Kartini Kartono, 1986. Patologi Sosial 3 Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: CV.
Rajawali.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing ; Concepts, Process, and
Practice. Jakarta : EGC.
Stuart, G.W. & Sundeen, S. J. (1998).Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed. 3. Jakarta : EGC.
Stuart, G. W. & Laraatia, M. T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Ed.
S. Missouri : Mosby.
Barlow, D. H., & Durand, V. M. (2005).Abnormal Psychology; An Integrative Approach 4 th
edition. U.S.A : Thomson Wadsworth.
Lehne, R. A. (1998). Pharmacology for Nursing Care 3rd Edition. Philadelphia: W. B.
Saunders Company.
Wilkinson, J. M. & Ahern, N. R. (2011). Buku Saku Diagnosisi Keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC
Hibbert, Allison dkk : alih bahasa Rini cendekia (2004). Rujukan Cepat Psikiatri. Jakarta :
EGC
Ingram , I.M dkk ; alih bahasa Petrus Andrianto (1993). Catatan Kuliah Psikiatri edisi ke 6.
Jakarta : EGC
Keliat, BA. (1998). Seri Keperawatan Konsep Diri cetakan ke 3. Jakarta : EGC
Tomb, David A.(1999).Hos Psychitari 6th edition. USA : Lippincot
Videbeck, Sheila L; alih bahasa Renata Komalasari. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Bahan mata ajar Keperawatan Dewasa IV Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Proses Pikir : Waham , oleh : Mustikasari, S.Kp.,MARS
Carpenito, L. J. (1998).Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (1998). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri. Jakarta: EGC.
Stuart, G. W & Sundeen, S. J. (1998).Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Townsend, Mary C. (1998). Terj. Novi Helera C. D.Psychiatric Mental Health Nursing
Package. Edisi 3. Jakarta: EGC.Keliat, Budi Anna. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Komunitas. Jakarta : EGC
-
7/22/2019 Makalah Topik 3 HG 6-Askep Skizofrenia
35/35
Keliat, Budi Anna. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith. 2009. Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan NOC. Jakarta :
EGC
Stuart, G., W., & Laraia, M.,T. (1998). Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Missouri: Mosby.
Varcarolis, E., M. (2000).Psychiatric Nursing Guide. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Videebeck, Sheila, L. (2008).Buku Ajar Keperawatan Dewasa. Jakarta: EGC