Download - Makalah Tanggung Jawab Dokter (B2M1)
Tanggung Jawab Seorang Dokter dalam Kehidupan Masyarakat
Gracita Geminica
102013042 / E4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510
Email: [email protected]
Pendahuluan
Setiap manusia harus mempunyai rasa tanggung jawab, dimana rasa tanggung jawab
itu harus disesuaikan dengan apa yang telah kita lakukan. Tanggung jawab adalah sikap
untuk siap menerima kewajiban atau tugas yang diberikan sebagai akibat dari tindakan yang
dilakukan seseorang. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian
hidup manusia, bahwa setiap manusia akan dibebani dengan tangung jawab. Apabila
seseorang tidak mau bertanggung jawab, maka tentu ada pihak lain yang memaksa untuk
tindakan tanggung jawab tersebut. Dan apabila dikaji lebih lanjut, tanggung jawab itu sendiri
harus dipikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat.1
Dalam melakukan tindakan yang bertanggung jawab terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi tindakan tersebut seperti kepribadian dari orang itu sendiri. Pengertian
kepribadian itu sendiri adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang
menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut
“berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan
kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya
kepribadian”.2
Kepribadian yang dimiliki seseorang sangat berkaitan dengan etika yang merupakan
seperangkat aturan yang mengatur perbuatan dari dalam diri kita dan perbuatan itu datangnya
dari diri kita sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun sehingga orang yang memiliki
etika tidak mungkin membohongi dirinya sendiri.
1
Selain itu, kepribadian juga berkaitan dengan suara hati yang berasal dari orang itu
sendiri yang muncul karena adanya pengaruh dari orang-orang sekitar yang berperan penting
dalam hidup kita seperti keluarga, orang tua, sekolah, dan sebagainya.
Pengertian Sikap Pribadi
Dalam melakukan tindakan yang bertanggung jawab terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi tindakan tersebut seperti sikap pribadi atau kepribadian dari diri orang
itu sendiri. sikap didefinisikan sebagai keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan
untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam
menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga
memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau
situasi. Kepribadian itu sendiri didefinisikan sebagai organisasi dinamik dalam individu atas
sistem-sistem psikofisis yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap
lingkungannya. Secara etimologis, kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris
yaitu personality. Sedangkan istilah personality sendiri berasal dari bahasa latin “Person”
(kedok) dan “Personare” (menembus). Persona sendiri biasanya dipakai oleh para pemain
sandiwara pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi
tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan personare yaitu pemain sandiwara dengan
melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk gambaran
manusia tertentu.3
Dalam tindakan bertanggung jawab, individu perlu membentuk pola sikap tertentu
terhadap berbagai individu lain yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih
lama berbekas.4
2. Kebudayaan.
Pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian
seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang
2
menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola
reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap
dan perilaku yang lain.4
3. Orang lain yang dianggap penting.
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang
yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.4
4. Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut,
apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.4
5. Institusi Pendidikan dan Agama.
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat
dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah
antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan
dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.4
6. Faktor emosi dalam diri.
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor
emosional adalah prasangka.4
3
Etika dan Suara Hati
Seperti yang telah dikatakan dalam pendahuluan, kepribadian atau sikap pribadi yang
dimiliki seseorang sangat berkaitan dengan etika dan suara hati yang dimiliki orang tersebut.
Etika yang dimaksud adalah etika yang tidak memaksakan kebaikan atau keburukan, serta
kebenaran atau kesalahan yang terdapat dalam tindakan seseorang, melainkan bergantung
kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Pengertian etika berbeda dari ajaran moral, meskipun secara umum hampir sama,
tetapi etika dalam artian ini bukanlah sumber tambahan bagi ajaran moral. Etika merupakan
dasar tentang ajaran-ajaran moral atau dapat dikatakan sebagai kekurangan dan kelebihan
dari ajaran moral. Dikatakan sebagai kekurangan dari ajaran moral karena etika tidak
berwenang untuk menetapkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak. Selanjutnya
dikatakan sebagai kelebihan dari ajaran moral karena etika berusaha untuk mengerti mengapa
atau atas dasar apa kita harus hidup menurut norma-norma tertentu.
Suara hati dapat juga dikatakan sebagai suara dari dalam jiwa seseorang atau hati
nurani. Hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satu
perbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baik atau
buruk secara moral. Dalam segala sesuatu yang ia katakan atau lakukan, manusia
berkewajiban mengikuti dengan seksama apa yang ia tahu, bahwa itu benar dan tepat.5
Tuntutan Profesi Dokter
Dalam dunia kedokteran ataupun profesi lainnya, terdapat tuntutan-tuntutan pekerjaan
yang harus dilakukan oleh seseorang yang menjalani profesi tersebut, contohnya dalam
profesi dokter terdapat beberapa tuntutan profesi, diantaranya adalah tuntutan
profesionalisme kedokteran dan tuntutan kelangsungan hidup seorang dokter.
Profesionalisme seorang dokter sangat dibutuhkan dalam dunia kedokteran maupun
dalam lingkungan masyarakat baik saat berhadapan dengan pasien maupun saat sedang
berhadapan dengan sesama dokter. Dalam skenario yang dibahas, dapat dilihat bahwa
profesionalisme seorang dokter memang sangat diperlukan. Untuk menunjukkan
profesionalisme seorang dokter, dokter diwajibkan mempertimbangkan apakah tindakan yang
4
akan dilakukannya sesuai dengan sumpah kedokteran, kode etik kedokteran, dan undang-
undang kedokteran.
Kode etik kedokteran dan undang-undang kedokteran tersebut harus dipertimbangkan
dan diingat oleh dokter dalam menjalankan profesinya.6
Yang kedua adalah tuntutan dalam kelangsungan hidup seorang dokter. Seperti yang
kita ketahui dalam skenario, dokter dipaksa untuk memenuhi permintaan hakim yang terjerat
kasus narkoba dengan bayaran sejumlah uang dan keluarga dokter tersebut diancam
kelangsungan hidupnya apabila tidak memenuhi permintaan hakim tersebut. Dalam kasus ini,
tuntutan kelangsungan hidup yang dapat diihat adalah tuntutan ekonomi dan nyawa dari
dokter dan keluarganya sendiri.
Dikatakan terdapat tuntutan ekonomi karena dapat kita lihat bahwa dokter akan
diberikan sejumlah uang apabila memenuhi permintaan hakim tersebut dan tindakan yang
akan dilakukan dokter selanjutnya tentu akan mempengaruhi status ekonomi dokter dan
keluarganya, apakah mereka akan menjadi kaya atau tidak. Selanjutnya dokter juga harus
mempertimbangkan kelangsungan hidup yang berkaitan dengan keselamatan nyawa dar
anggota keluarganya apabila ia menolak permintaan hakim tersebut. Karena untuk menjadi
seorang dokter yang profesional, dokter harus mengamalkan kode etik kedokteran dan
peraturan yang terdapat dalam undang-undang kedokteran itu sendiri, selain itu tindakan
dokter juga harus mencerminkan tanggung jawab.
Dimensi Dasar
Terdapat tiga dimensi dasar yang dapat ditemukan dalam skenario, yaitu dimensi
ontologis, dimensi epistemologi, dan dimensi aksiologi. Metafiska umum atau dimensi
ontologi mempermasalahkan adanya segala sesuatu yang ada atau berdasarkan fakta. Hal ini
berbeda dengan metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat yang ada. Yang yang
menjadi bahasan dalam ontologi adalah tentang ada. Mengapa “ada” dipersoalkan. Pada
kenyataannya kata “ada” mengandung permasalahan.7
Dimensi ontologi yang dapat kita jumpai dalam skenario adalah adanya fakta bahwa
dokter telah dipaksa untuk memenuhi permintaan hakim dan dokter bersama keluarganya
diancam kelangsungan hidupnya.
5
Yang kedua adalah dimensi epistemologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani
“ episteme “ dan “logos”. Episteme artinya “pengetahuan atau knowledge”, dan logos artinya
“teori”. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai teori pengetahuan.
Epistemologi memepersoalkan kebenaran pengetahuan. Pernyataan tentang kebenaran
diperlukan susunan yang tepat. Kebenaran pengetahuan disebut memenuhi syarat-syarat
epistemologi karena juga tepat susunannya, atau yang disebut logis.7
Dimensi epistomologi yang dapat kita jumpai dalam skenario adalah cara yang
dilakukan hakim tersebut untuk memaksa dokter dengan membawa sejumlah orang suruhan
kepada dokter untuk menekankan permintaan hakim.
Yang terakhir adalah dimensi aksiologi. Aksiologi berasal dari kata “axios” dan
“logos”. Axios artinya “nilai atau sesuatu yang berharga”, logos artinya “teori”, maka arti
dari aksiologi adalah teori nilai. Aksiologi membahas masalah nilai, penyelidikan mengenai
kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai. Plato menjelaskan bahwa idea tentang kebaikan
atau yang lebih dikenal dengan Summum Bonum atau kebaikan tertinggi.7
Dimensi aksiologi berupa prinsip-prinsip dasar yang dijelaskan dalam integritas atau
tanggung jawab seorang dokter.
Asas Pemikiran
Dalam aktivitas berpikir kita tidak boleh melalaikan tumpuan pokok yang oleh logika
disebut asas pemikiran. Asas sebagaimana kita ketahui adalah pangkal atau asal darimana
sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka asas pemikiran adalah pengetahuan dimana
pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berpikir adalah
mutlak, dan salah benarnya suatu pemikiran tergantung terlaksana atau tidaknya asas-asas ini.
Ia adalah dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi:
1. Asas identitas
Adalah dasar dari semua pemikiran dan bahkan asas pemikiran yang lain. Kita tidak
mungkin dapat berpikir tanpa asas ini. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu
adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia
adalah Z dan bukan A, B atau C. Bila kita beri perumusan akan berhunyi: “Bila
proposisi itu benar maka benarlah ia.8
6
2. Asas Kontradiksi
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan
pengakuannya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin
pada saat itu ia adalah A sebab realitas ini hanya satu sebagaimana disebut oleh asas
dentitas. Dengan kata lain: Dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin
bersama-sama secara simultan. Jika hendak kita rumuskan, akan berbunyi: ‘Tidak ada
proposisi yang sekaligus benar dan salah”.8
3. Asas kemungkinan penolakan ketiga
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran kebenarannya
terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan
mutlak, karena itu disamping tidak mungkin benar keduanya juga tidak mungkin salah
keduanya. Mengapa tidak mungkin salah kedua-duanya’? Bila pernyataan dalam
bentuk positifnya salah berarti ia memungkiri realitasnya, atau dengan kata lain
realitas ini bertentangan dengan pernyataannya. Dengan begitu maka pernyataan
berbentuk ingkarlah yang benar, karena inilah yang sesuai dengan realitas. Juga
sebaliknya, jika pernyataan ingkarnya salah, berarti ia mengingkari realitasnya maka
pernyataan positifnya yang benar, karena ia sesuai dengan realitasnya. Pernyataan
kontradiktoris kebenarannya terdapat pada salah satunya (tidak memerlukan
kemungkinan ketiga). Jika kita rumuskan, akan berbunyi Suatu proposisi selulu dalam
keadaan benar atau salah’.8
4. Asas Mencukupkan atau keputusan
Menurut asas ini, tiap – tiap keputusan merupakan sebab bagi keputusan baru (akibat)
atau merupakan akibat dari keputusan yang lalu. Kepastian benar dari akibat, sangat
tergantung kepada benarnya sebab. Kalau keputusan yang menjadi sebab itu salah,
maka pastilah keputusan yang menjadi akibatnya itu salah.8
Dalam skenario, terdapat salah satu asas pemikiran yaitu asas mencukupkan atau
keputusan, karena disini dokter harus menyimpulkan sebuah keputusan yang benar agar
membuat keputusan baru yang juga benar.
7
Kesimpulan
Dokter yang berintegritas atau bertanggung jawab akan bersikap baik, profesional,
dan dapat mengendalikan tuntutan hidup yang ada, baik itu tuntutan profesionalime dalam
menjalankan profesi dokter maupun tuntutan kelangsungan hidup dari dokter beserta
keluarganya sendiri.
8
Daftar Pustaka
1. Wuryanano. The 21 principles to build and develop fighting spirit. Jakarta: Penerbit
PT Elex Media Komputindo; 2007.h.22
2. Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. Perilaku organisasi buku 1, Jakarta: Salemba
Empat; 2008.h.126-7
3. Hall CS, Lindsey G. Theories of personality. Jakarta: Kanisius; 2003
4. http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-
mempengaruhi/
5. http://katolisitas.org/5160/tentang-suara-hati
6. Redaksi Best publisher. Undang-undang kesehatan dan praktik kedokteran.
Yogyakarta: Penerbit Best Publisher; 2009
7. Wijoyo S. Laku lika-liku ilmu hukum. Airlangga University Press; 2005
8. Sumaryono E. Etika hukum relevansi teori hukum kodrat Thomas Aquinas.
Yogyakarta: Kanisius; 2002
9