Download - MAKALAH perilaku keorganisasian
MAKALAH
PERILAKU ORGANISASI
KONFLIK ETNIS SAMAWA DAN ETNIS BALI DI SUMBAWA BESAR
KABUPATEN SUMBAWA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir Matakuliah Perilaku
Organisasi
Oleh
I GEDE WIRADHARMA
NIM. A1C 010 007
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
2013
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah
melimpahkan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah Perilaku Organisasi yang berjudul “Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di
Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa” ini.penulisan makalah ini ditunjukan untuk
memenuhi tugas akhir matakuliah perilaku organisasi. Adapun isi dari makalah ini yaitu
menjelaskan bagaimana gambaran konflik yang terjadi di kabupaten sumbawa provinsi NTB.
Selain itu didalam makalah ini juga dibahas mengenai bagaimana solusi terbaik untuk
mengatasi konflik tersebut.
Makalah ini tersusun berkat bantuan dari berbagai pihak, baik yang memberikan
dukungan berupa moril ataupun materiil. Terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, kedua orangtua tercinta, saudara dan segenap sahabat yang setia menemani dan
memberikan arahan terbaik bagi penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan tanpa ada
hambatan yang berarti.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan
terbatasnya pengetahuan maupun pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis memohon
maaf dan terbuka menerima saran maupun kritik yang sifatnya membangun. Selain itu,
penulis juga berharap makalah ini dapat membantu proses belajar untuk lebih memahami arti
dari keberadaan organisasi dan cara untuk menghindari konflik yang terjadi.
Terima kasih.
Mataram, Juni 2013
Penyusun
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang. .................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah................................................................................................ 6
3. Tujuan dan Manfaat............................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Konflik Yang Terjadi............................................................. 8
2. Penyebab Konflik................................................................................................. 10
3. Pelaku konflik.. .................................................................................................... 13
4. Cara Mengatasi Konflik....................................................................................... 13
5. Efektifitas penyelesaian konflik........................................................................... 15
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan.......................................................................................................... 16
2. Saran.................................................................................................................... 16
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik juga
merupakan suatu gejala yang umunya muncul sebagai akibat dari interaksi manusia
dalam hidup bermasyarakat. Konflik akan timbul ketika terjadi persaingan baik
individu maupun kelompok. Konflik juga bisa dipicu karena adanya perbedaan
pendapat antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat membuatnya
saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya pertentangan. Bukan hanya
dimasyarakat konflik juga bisa terjadii di satuan kelompok masyarkat terkecil,
keluarga, seperti konflik antar saudara atau suami istri.
beberapa pengertian konflik atau definisi konflik yang dikeluarkan oleh
beberapa ahli:
Berstein (1965), konflik merupakan suatu pertentangan, perbedaan yang tidak dapat
dicegah.
Dr. Robert M.Z. Lawang, menurutnya konflik adalah perjuangan untuk memperoleh
nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya
memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
Drs. Ariyono Suyono, menurutnya pengertian konflik adalah proses atau keadaan
dimana ada 2 pihak yang berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing
disebabkan karena adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari
masing-masing pihak.
Soerjono Soekanto, menurutnya konflik adalah proses sosial dimana orang atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain
yang disertai ancaman dan kekerasan.
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
4
Terdapat berbagai macam jenis konflik yang ada dimasyarakat salah satunya
adalah konflik sosial. Menurut Soerjono Soekanto, Pengertian konflik sosial adalah
suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau
kekerasan Menurut teori konflik, masyarakat senantiasa berada dalam proses
perubahan yang di tandai oleh pertentangan yang terus menerus diantara unsure-
unsurnya. Teori konflik melihat bahwa setiap elemen memberikan sumbangan
terhdapa disintegrasi sosial. Teori konflik melihat bahwa keteraturan yang terdapat
dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan
kekuasaan dari atas golongan yang berkuasa.
Saat ini khusunya Di Indonesia konflik sosial sangat sering terjadi terutama
konflik-konflik yang berbau SARA (Suku Agama Ras dan Antar golongan). Kasus
yang baru-baru ini terjadi yaitu konflik horizontal yang terjadi di provinsi NTB yaitu
tepatnya di Daerah Sumbawa Besar yang melibatkan etnik bali di tahun 2013. Konflik
semacam ini disebabkan oleh berbagai faktor, terutama penduduknya yang sangat
beragam baik etnis, budaya, dan agamanya
Realitas kemajemukan etnis dan agama di negeri ini meniscayakan adanya
potensi kerentanan konflik sosial, baik dalam bentuk konflik komunal maupun
sektarian. Jacques Bertrand mencatat, konflik sosial yang terjadi dalam kurun 1990-
2002 saja telah memakan 10.000 korban jiwa.
Intensitas konflik cenderung meningkat empat tahun terakhir. Puluhan konflik sosial
sepanjang 2012 seharusnya memaksa pemerintah dan kepolisian lebih siap, bahkan
terlatih, menghadapi gejolak sosial. Namun, ternyata instrumen hukum tidak efektif
dan aparat selalu kedodoran.
Inilah yang mendasari terbitnya Inpres Nomor 2 Tahun 2013 guna meningkatkan
efektivitas penanganan gangguan keamanan domestik dengan menekankan tanggung
jawab kepala daerah dan kepolisian. Penulis di harian ini pernah mengingatkan,
bangunan integrasi sosial bangsa akan terancam jika pemerintah daerah dan kepolisian
tak memiliki sistem deteksi dini konflik, tidak mengurangi kesenjangan ekonomi, dan
membiarkan eksklusi sosial dalam masyarakat.
Kemarahan komunal di Sumbawa mengisyaratkan sumbu konflik komunal sudah
menjalar ke daerah yang rendah tingkat kerentanan konfliknya. Tragisnya ini terjadi di
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
5
Kabupaten Sumbawa yang mengklaim diri ikon miniatur kemajemukan Indonesia
dengan komposisi etnis Sumbawa/Samawa 66,66 persen, Sasak 13,76 persen, Jawa
3,26 persen, Bugis 3,24 persen, Bima 2,78 persen, Bali 2,7 persen, Sunda 0,19 persen,
Dompu 0,13 persen, dan lainnya 7,28 persen.
Padahal, sejak Orde Baru, di Sumbawa nyaris tak ada amuk komunalisme, kecuali
pada November 1980 yang menyeret etnis Samawa dan etnis Bali ke dalam pusaran
konflik.
2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas penulis dapat merumuskan
berbagai masalah yang terjadi yaitu :
a. Bagaimana gambaran umum konflik yang terjadi di Sumbawa Besar?
b. Apa saja penyebab konflik yang terjadi di sumbawa besar?
c. Bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi di sumbawa besar?
d. Bagaimana efektifitas penyeleesaian konflik yang terjadi di sumbawa besar?
3. TUJUAN DAN MANFAAT
a. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umun dan penyebab konflik yang
terjadi di sumbawa besar provinisi NTB.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi konflik yang terjadi di
sumbawa besar provinisi NTB.
3.Mengetahui efektifitas penyelesaian konflik yang terjadi di sumbawa besar
provinsi NTB
b. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang
berbagai konflik yang dapat terjadi khusunya konflik sosial yang berbau
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
6
SARA dan mengasah kemampuan dalam pembuatan karya ilmiah untuk
peningkatan pengetahuan akademik.
2. Manfaat praktis
Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai konflik yang
terjadi di kabupaten sumbawa besar dan diharapkan pembaca dapat
menimbulkan rasa saling menghormati antar umat beragama serta dapat
menghindari terjadinya konflik – konflik yang bersifat negatif.
BAB II
PEMBAHASAN
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
7
1. GAMBARAN UMUM KONFLIK YANG TERJADI
Secara geografis kabupaten Sumbawa terletak pada posisi yang cukup
strategis, yaitu berada pada segitiga emas kawasan pariwisata antara pulau Bali,
Lombok dan pulau Komodo. Kabupaten Sumbawa juga memiliki kekayaan
sumberdaya alam yang cukup potensial, yaitu berupa lahan pertanian dan peternakan
dan telah ditetapkan sebagai lumbung padi dan daerah pengembangan ternak di NTB.
Di samping itu, juga memiliki kekayaan hutan, flora dan fauna, mineral,
pertambangan emas dan tembaga, industri dan sumber daya kelautan dengan panjang
pantai mencapai 900 km. Luas wilayah darat mencapai 8.493 km2 dan wilayah laut
4912,46 km2. Jumlah penduduk seluruhnya 452.746 jiwa, (laki-laki 228.717 jiwa dan
perempuan 224.029 jiwa). Sedangkan jumlah penduduk asli (etnis Samawa) mencapai
68,66% selebihnya adalah berasal dari etnis Bali, Sasak (Lombok), Jawa, Sunda,
Madura, Mbojo (Bima/ Dompu), Bugis Makasar, Minang, Sumba/ Timor, dan Arab.
Dengan berbagai potensi yang dimiliki, kabupaten Sumbawa cukup memiliki daya
tarik bagi para pendatang, khususnya oleh warga etnis Bali yang datang mengadu
nasib dan bekerja di kabupaten Sumbawa. Kehadiran etnis Bali di kabupaten
Sumbawa, dilatarbelakangi oleh faktor migrasi, transmigrasi, dan karena keterdesakan
oleh kondisi ekonomi dan geografis di daerah asal, dengan motivasi ingin merantau,
meningkatkan taraf hidup, mencari kerja, menjadi petani, peternak, pedagang/bisnis,
mutasi jabatan pegawai, pejabat, dan sebagainya. Dalam kurun waktu 10 tahun (1970-
1980) etnis Bali berhasil unggul dalam mengakses sumber-sumber ekonomi, jabatan-
jabatan penting di birokrasi (pemerintahan/swasta/ BUMN). Lambat laun, keberadaan
etnis Bali kemudian membawa warna tersendiri dalam kehidupan masyarakat
Sumbawa, di mana warga etnis Bali mulai menampilkan perilaku dan aktivitas sosial
budaya dan adat Bali yang dianggap mencolok oleh warga etnis Samawa. Semua
kondisi tersebut akhirnya menjadi sumber dan pemicu konflik antara etnis Samawa
dengan etnis Bali. Isu menyebar tak terkendali, kebenaran samar di dalamnya
dimaknai berbeda oleh masing-masing pihak. Isu berkembang menjadi prasangka,
lalu memunculkan stereotype lama yang tersembunyi,kenyataan bahwa selama ini
terdapat kecemburuan sosial antara etnis Sumbawa dan Bali. Konflik sebelumnya
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
8
pernah terjadi pada 17 November 1980. Saat itu konflik dipicu oleh perkelahian
pemuda Bali dengan pemuda Sumbawa, melebar ke kasus kawin lari yang sering
terjadi sepanjang tahun, sampai kepada terjadinya penembakan oleh oknum
pejabat/aparat yang yang mengakibatkan korban luka dan meninggal dunia, akhirnya
memicu meletusnya konflik secara meluas pada tanggal 17 November 1980 (puncak
amuk massa secara besar-besar di seluruh kota maupun di beberapa desa/kecamatan).
Isu SARA (suku-agama-ras) berhasil dihembuskan oleh kelompok kepentingan yang
ingin menjadi Bupati Sumbawa periode berikutnya . Dan puncaknya baru – baru ini
konflik di daerah sumbawa yang melibatkan etnik bali yang terjadi di awal tahun
2013. Kerusuhan ini berawal dari meninggalnya seorang mahasiswi warga Desa
Brang Rea, Moyo Hulu yang diduga diperkosa oleh oknum polisi asal bali, isu yang
disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab ini menyebabkan warga marah.
Informasi yang disebarkan warga ini berbeda dengan apa yang diberitakan oleh pihak
kepolisian. Pihak kepolisian menguraikan bahwa korban meninggal akibat kecelakaan
di jalan raya jurusan sumbawa-kanar, kilometer 15-16, didekat tambak udang dusun
Empang, Desa Lab Badas, Sumbawa Besar pada sabtu, 19 januari 2013 sekitar pukul
23.00. saat itu, personel polisi bernama I Gede Eka Swarjana, 29 tahun, berboncengan
dengan Arniati, 30 tahun, dengan menggunakan motor yamaha mio dengan nomor
polisi DK 5861 WY. Keduanya melaju dari kanar menuju sumbawa sesampainya di
dekat tambak udang dusun empang desa lab badas motor tersebut selip dan terjatuh ke
kanan jalan, sehingga mengakibatkan arniati meninggal.
Isu-isu yang beredar secara tidak jelas inilah yang menyulut emosi warga dan
menjadi awal terjadinya konflik berbau sara di sumbawa yang berbuntut pada
perusakan rumah ibadah milik warga bali di Sumbawa, Kantor, dan Ruko. Kerusuhan
Sumbawa ini menjadikan aktivitas perkantoran, pelayanan umum, bisnis, dan
ekonomi setempat sempat lumpuh. Bank-bank yang beroperasi di sana sempat tutup,
bahkan satu bank pemerintah di sana mengungsikan karyawannya dari etnik tertentu
keluar Pulau Sumbawa menuju Kota Mataram memakai kapal.
2. PENYEBAB KONFLIK
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
9
Tampaknya sakit hati masa lalu masih bersisa, prasangka masih berkembang
dan diwariskan kepada generasi muda. Begitu dalamnya luka masa lalu tersebut
hingga sebuah isu yang tentu belum dapat dipastikan kebenarannya dapat membakar
amarah warga. Itulah yang terjadi saat ini. Namun tentu saja, sebuah kecemburuan
sosial tak akan meledak bila tak ada api yang membakar sumbu peledak. Api itu
bernama kegagalan komunikasi.
Kegagalan Komunikasi
Diberitakan terjadi kecelakaan yang menimbulkan kematian seorang
perempuan. Masalah muncul ketika keluarga korban melihat luka yang diderita tak
hanya luka kecelakaan. Terdapat lebam di tubuhnya, hal yang seharusnya tak ada
dalam luka kecelakaan. Keluarga berpikir akan kemungkinan adanya tindak
penganiaayan terhadap putri tercinta. Isu menyebar perlahan. Ratusan mahasiswa
mendatangi kantor polisi meminta penjelasan. Mahasiswa melakukan ini karena sang
korban sebelumnya dibawa oleh oknum polisi , kekasihnya untuk berkencan.Namun
cerita cinta berakhir menjadi berita kematian di pagi hari. Tindakan mahasiswa
meminta penjelasan yang selanjutnya disebut unjuk rasa ini tak mendapatkan hasil.
Mereka pun membubarkan diri.
Tak ada kejelasan, informasi masih bias, kebenaran tampak remang dan
keluarga korban terus diliputi kebingungan dan kesedihan mendalam. Kematian putri
tersayang meninggalkan bayang gelap bernama prasangka. Hal sangat wajar
mengingat kematian putri tersayang yang tiba-tiba dan berbagai keanehan luka yang
diderita. Kecurigaan keluarga tentu menjadi hal yang manusiawi. Sayangnya,
prasangka menjadi isu dan menyebar begitu cepat.
Tak berapa lama setelah mahasiswa membubarkan diri muncullah kerusuhan.
Kebetulan oknum polisi yang dicurigai tersebut beretnis Bali. Tak pelak hal ini
membuka cerita 17 November 1980. Luka masa lalu meledak, warga Sumbawa
mengamuk (Amock) dan mel ampiaskannya kepada etnis Bali lainnya yang tak
terlibat.
Mari berandai-andai, bila sebelumnya pihak keluarga mendapatkan kejelasan
tentang kematian putrinya hampir bisa dipastikan tak akan terjadi kerusuhan. Bila
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
10
korban meninggal akibat penganiyaan maka usut pelaku sesegera mungkin. Pihak
yang berhak melakukannya adalah polisi, apalagi ditambah dengan salah satu pihak
yang dicurigai keluarga korban adalah salah satu oknum kepolisian. Bangun
komunikasi terbuka antar polisi dengan keluarga korban.
Kemarahan warga diakibatkan oleh tersumbatnya jalur komunikasi. Keluarga
korban sangat terpukul dan marah akan kematian putri mereka dan membutuhkan
penjelasan. Mahasiswa mencoba membuka jalur komunikasi namun hal ini gagal. Tak
lama, kebuntuan komunikasi berbuah petaka. Prasangka yang awalnya dapat segera
hilang lewat komunikasi terbuka justru berkembang menjadi isu mematikan dan
menyebar cepat bahkan terlalu cepat. Warga membeli isu tersebut akibat luka lama
yang diderita semenjak masa lalu dan belum terselesaikan. Amarah membutakan
logika dan menyengsarakan manusia.
Saat ini masalahnya telah melebar, tak lagi hanya kegagalan komunikasi
namun mencakup kecemburuan sosial dan dendam masa lalu yang saat ini telah
berbunga. Ibarat deposito, amuk warga Sumbawa justru memunculkan kebencian
etnis Bali terhadap mereka. Bunga deposito dendam ini akan terus membesar dan
meledak bila tak segera diredam.
Dominasi Pendatang
Studi Ardiansyah (2010) memperlihatkan, dalam kurun 1970-1980 etnis Bali
yang bermigrasi ke Sumbawa berhasil mendominasi akses ekonomi, menguasai
pelbagai jabatan strategis birokrasi, dan mempraktikkan kebudayaan kelompok dalam
konfigurasi sosial ke dalam mayoritas etnis Samawa.
Formasi ekonomi-politik ini memengaruhi pola relasi kekuasaan pusat-daerah
yang meminggirkan aktor-aktor tradisional non-negara, seperti diungkap Permana
dalam Dinamika Peran Elit Lokal Pasca Orde Baru: Studi Kasus Sumbawa (2010).
Menurut Permana, birokrasi lokal, kekuatan militer, dan Golkar adalah
penjelmaan otoritas negara. Akibatnya, kekuasaan politik lokal menjadi monolitik dan
menyingkirkan kekuatan-kekuatan politik yang tidak terwadahi dalam struktur politik
baru. Politik sentralisasi semacam ini bermuara pada ketidakadilan distribusi sumber
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
11
daya, menegasikan integrasi budaya, dan mempertajam friksi komunal. Konstelasi
inilah yang menyulut kecemburuan etnis Sumbawa yang merasa menjadi minoritas.
Hingga kini, pihak kepolisian masih mengusut pelaku dan mengejar dalang
kerusuhan. Belum diketahui akar masalah kecuali hasutan masif melalui pesan
berantai (SMS) dan media sosial (Facebook) terkait tewasnya seorang perempuan dari
etnis Samawa. Yang dituduh adalah pasangannya yang berbeda etnis.
Seperti sudah diingatkan Bertrand, lembaga politik adalah bagian dari konteks
yang membentuk identitas etnis, bahkan mengikat konflik (2012:16). Oleh karena itu,
kerusuhan komunal serupa sangat mungkin meledak kembali, juga di tempat lain,
apabila birokrasi dan institusi politik lokal tidak memberi tempat pada representasi
etnis dan tidak adil dalam distribusi sumber daya.
Faktanya, perjalanan hampir 15 tahun pasca-Orde Baru belum mendorong
reformasi kelembagaan dan birokrasi di tingkat lokal. Struktur politik yang masih
sentralistik telah mengeksklusi hak representasi dan akses bagi etnis-etnis
terpinggirkan dalam proses politik lokal. Hal ini bermuara pada ketidakpastian bahkan
keterancaman pada kelompok-kelompok terpinggirkan.
Dengan kerangka ini, penyelesaian konflik sosial di Sumbawa tidak bisa
berangkat dari premis kegagalan kelompok etnis menegosiasikan identitas
kulturalnya. Mereka harus didudukkan dalam konteks kegagalan pemerintah lokal
mengembangkan proyek integrasi budaya pada ranah ekonomi dan politik.
Adapun langkah-langkah penyelesaian konflik yang di gagaskan oleh bupati
sumbawa yaitu terdapat lima butir cara pemerintah mengatasi kerusuhan di Sumbawa
Besar yaitu langkah pertama menertibkan tempat-tempat karaoke di lokasi wisata
Pantai Batu Gong sekitar 15 kilometer arah barat dari kotasumbawa besar. “80 persen
perkara kriminal bersumber dari Batu Gong,”Kesepakatan kedua adalah menindak
pelaku kerusuhan, ketiga melakukan otopsi terhadap Arnyati, 30 tahun, mahasiswa
Fisipol Universitas Samawa yang diisukan mati karena diperkosa oleh pacarnya
sendiri Brigadir Gede Eka Swarjana. Hasil otopsi tidak membuktikan adanya
pemerkosaan, adapun kesepakatan keempat adalah menindak tegas pelaku kerusuhan.
Yang keempat adalah memperbaiki rumah-rumah etnis Bali yang rusak. Terakhir
adalah kebersamaan atau menghormati perbedaan.
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
12
3. PELAKU KONFLIK
Jika dilihat dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik berbau
SARA di Sumbawa maka dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam
konflik ini adalah oknum polisi yaang merupakan pacar korban (I Gede Eka
Swarjana), keluarga dari korban meninggal, masyarakat setempat (etnis sumbawa),
etnis Bali, dan tentunya oknum yang menyebarkan isu-isu tidak benar tentang
bagaimana meninggalnya Amiati yang menyulut emosi warga.
4. CARA MENGATASI KONFLIK
Cara mengatasi konflik yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah upaya
untuk membangun hubungan baru dan bertahan lama di antara kelompok etnis
Samawa dengan etnis Bali yang pernah berkonflik, yaitu dengan mengacu pada
berbagai strategi penanganan konflik yang berbasis komunitas etnis. Tujuannya
adalah mencapai suatu kesepakatan untuk mengakhiri konflik maupun mencari
formula baru karena masih adanya berbagai perbedaan pemahaman terhadap sumber
dan penyebab konflik. Atau dengan kata lain resolusi konflik adalah upaya
pengelolaan keharmonisan hubungan di antara kelompok etnis yang pernah
berkonflik. Adapun beberapa upaya resolusi konflik etnis Samawa dengan etnis Bali
yang ditempuh oleh berbagai kalangan pasca konflik, antara lain:
1) rapat koordinasi di tingkat muspida dengan melibatkan berbagai tokoh etnis yang
ada di Sumbawa, khususnya dari etnis Bali dalam rangka meredam konflik yang
lebih luas;
2) meningkatkan intensitas komunikasi antar etnis dan golongan dalam upaya
mengantisipasi isu-isu yang sifatnya provokatif;
3) menindak tegas para pelaku dan otak kerusuhan melalui upaya mencari,
menahan/menangkap serta menghukum sesuai dengan undang-undang dan hukum
yang berlaku;
4) menghimbau kepada etnis Bali agar tetap tenang dan sabar dan untuk masa-masa
yang akan datang dapat meninjau kembali pola penampilan adat/budaya yang tidak
sesuai dengan tradisi/adat/budaya orang Sumbawa;
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
13
5) memberikan bantuan santunan untuk kebutuhan hidup sehari-hari kepada etnis Bali
yang mengalami kerugian harta benda maupun jiwa.
Upaya penyelesaian konflik etnis Samawa dengan etnis Bali pasca konflik
seperti disebutkan di atas, dilakukan dengan melibatkan tokoh dari kedua etnis yang
ada di kabupaten Sumbawa, yaitu dalam upaya meningkatkan komunikasi budaya
antar kedua etnis, mewaspadai berbagai bentuk isu dan provokasi dari pihak-pihak
yang tidak bertangung jawab, agar tetap menjaga rasa aman, dan kembali menjalin
hubungan yang harmonis, saling pengertian dan toleransi. Cara-cara mengatasi
konflik adalah setiap masyarakat perlu mengembangkan manajemen resolusi konflik,
yakni strategi penanggulangan konflik yang tidak saja mencakup apresiasi terhadap
konflik yang berwujud perilaku menerima perbedaan dan keanekaragaman, tetapi juga
menstimulinya, lalu menyelesaikannya guna mewujudkan perbaikan-perbaikan yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidup sistem sosial. Penerapan manajemen resolusi
konflik berkaitan dengan pemahaman tentang sumber konflik, di mana konflik bisa
bersumber pada perebutan sumber daya ekonomi, sumber daya sosial, prestise dan
atau sumber daya kekuasaan yang berbaur dengan dualisme kultural yang tercermin
dari pemberlakuan paham kekitaan dan kemerekaan yang diperkuat dengan
etnosetrisme, fanatisme agama, dan elemen kultural yang lainnya, baik sebagai
penguat identitas etnis maupun pelegitimasi konflik. Namun di sisi lain, walaupun ada
sumber konflik, namun mereka belum tentu berkonflik, melainkan bisa saja mereka
berintegrasi. Sebagai implementasi nyata dari konsep/teori di atas, dapat dilakukan
dengan cara pembentukkan kelompok sosial antar etnis yang menyilang dan
memotong, atau pola kehidupan yang berkomplementer, yaitu melalui pembentukan
forum komunikasi antar etnis yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian
informasi budaya masing-masing dalam rangka memelihara saling pengertian dan
toleransi.
5. EFEKTIFITAS PENYELESAIAN KONFLIK
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
14
Menurut penulis langkah-langkah yang diambil baik oleh pihak berwajib
maupun masyarakat dalam menyelesaikan konflik yang dilakukan sudah cukup baik.
Namun kefektifan dalam penyelesaian konflik, masih diragukan keefektifannya, Hal
ini didasarkan pada lemahnya penanganan konflik tidak hanya pada saat terjadi, tetapi
juga lemahnya peran pemerintah saat sebelum dan setelah peristiwa. Sikap pembiaran
pemerintah yang dilakukan pemerintah daerah dan juga kepolisian nampak dalam cara
menangani konflik yang terjadi. Polisi cenderung enggan menetapkan tersangka
bahkan menjatuhkan sanksi atau hukuman penjara bagi para pelaku. Pemerintah
daerah juga cenderung membiarkan ketegangan sosial saat konflik sudah mereda,
bahkan menganggapnya tidak ada. Namun dibalik hal itu kini situasi di sumbawa
besar ibu kota kabupaten sumbawa berangsur-angsur pulih, warga sudah mulai
membersihkan rumah mereka dan toko-toko sudah mulai dibuka.
NB: Proses otopsi arniati
BAB III
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
15
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Konflik yang terjdi di Kabupaten Sumbawa tepatnya di Sumbawa
besar yang melibatkan etnis samawa dan etnis bali bukanlah konflik yang
pertama kali terjadi, konflik semacam ini sebelumnya pernah terjadi pada 17
November 1980. Saat itu konflik dipicu oleh perkelahian pemuda Bali dengan
pemuda Sumbawa, melebar ke kasus kawin lari yang sering terjadi sepanjang
tahun, sampai kepada terjadinya penembakan oleh oknum pejabat/aparat yang
yang mengakibatkan korban luka dan meninggal dunia, akhirnya memicu
meletusnya konflik secara meluas pada tanggal 17 November 1980
Konflik bernuansa etnis seringkali dikaitkan dengan semangat
etnosentrisme dan nasionalisme sempit. Etnosentrisme adalah sebuah cara
berpikir yang menjadikan kelompok sendiri sebagai pusat dari segalanya dan
menjadi tolak ukur dalam menilai dan mengukur kelompok lain. Tiap-tiap
kelompok diasumsikan memupuk sendiri-sendiri kebanggaan dan harga diri,
merasa superior, mengagungkan kesucian kelompok sendiri dan memandang
rendah kelompok lain.
Konflik ini seharusnya bisa dengan cepat diatasi apabila terdapat
kesadaran masyarakat akan pentingnya arti hidup berdampingan dan saling
menghormati perbedaan serta meningkatkan rasa toleransi antar umat beragama.
Peran pemerintah juga sangat penting dalam menanggulangi kasus konflik
semacam ini, seperti bersikap sigap menghadapi persoalan-persoalan yang
dihadapi masyarakatnya.
2. SARAN
Jika diperhatikan dengan seksama , konflik seperti ini yang hanya di awali
dengan hal sepele tidak seharusnya menjadi besar dan menyebabkan kerugian
materil maupun non materil yang sangat besar bahkan sampai-sampai
menimbulkan korban jiwa.
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
16
Seharusnya seluruh masyarakat bisa lebih mengontrol emosi dan tidak
mudah teprovokasi oleh desas-desus yang belum pasti kebenaranya. Dan
masyarakat seharusnya mempercayakan kasus-kasus kriminal dan hal-hal
yang berbau hukum kepada pihak kepolisian.
Untuk kasus-kasus semacam ini seharusnya pihak kepolisian harus
lebih tegas dalam menanganinya dan tidak terpengaruh oleh oknum-oknum
yang hanya memikirkan kepentingan kelompoknya.
BAB IV
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
17
DAFTAR PUSTAKA
http://linjamsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=75
http://maarifinstitute.org/id/opini/40/pembiaran-konflik-sosial#.UcAiiuemiwA
http://budisansblog.blogspot.com/2013/01/pembiaran-konflik-sosial.html
http://www.tempo.co/read/news/2013/01/26/058457118/Ini-Lima-Langkah-Bupati-
Sumbawa-Atasi-Kerusuhan
file:///D:/sumbawa/desas-desus-sms-penyebab-konflik-sumbawa.htm
file:///D:/sumbawa/kecamatanlunyuk.blogspot.com%20%20Januari%202013.htm
Ardiansyah. S.I (2010) Konflik Etnis Samawa dengan Etnis Bali: Tinjauan Sosi Politik dan Upaya Resolusi Konflik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Samawa, Sumbawa Besar, NTB.
| Konflik Etnis Samawa Dan Etnis Bali Di Sumbawa Besar Kabupaten Sumbawa
18