BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi.
Limbah rumah sakit merupakan semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Pengelolaan air limbah yang kurang efektif dapat menimbulkan berbagai
masalah. Beberapa penyakit yang menyerang manusia ditimbulkan akibat pengelolaan
limbah yang kurang efektif. Pengelolaan air limbah sangat penting dilakukan, agar
tidak mengganggu aktifitas dilingkungan sekitar tempat sumber air limbah dihasilkan.
Terlebih lagi, jika sumber air limbah tersebut berada pada lingkungan yang tingkat
aktifitasnya tinggi. Khususnya pengelolaan air limbah di beberapa tempat pelayanan
masyarakat seperti rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat
membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang
berasal dan Laboratorium Virologi dan Mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada
alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan limbah padat yang
berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau
penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat
berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan
minunian. Pencemaran tersebut merupakan agen-agen kesehatan lingkungan yang
dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia.
Rumah sakit adalah merupakan fasilitas sosial yang tak mungkin dapat
dipisahkan dengan masyarakat, dan keberadaannya sangat diharapkan oleh
masyarakat, karena sebagai manusia atau masyarakat tentu menginginkan agar
keseahatan tetap terjaga. Oleh karena itu rumah sakit mempunyai kaitan yang erat
dengan keberadaan kumpulan manusia atau masyarakat tersebut. Di masa lalu, suatu
rumah sakit dibangun di suatu wilayah yang jaraknya cukup jauh dari dareah
pemukiman, dan biasanya dekat dengan sungai dengan pertimbangan agar
pengelolaan limbah baik padat maupun cair tidak berdampak negatip terhadap
penduduk, atau bila ada dampak negatip maka dampak tersebut dapat diperkecil.
1
Sejalan dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat, lokasi rumah sakit yang
dulunya jauh dari daerah pemukiman penduduk tersebut sekarang umumnya telah
berubah dan berada di tengah pemukiman penduduk yang cukup padat, sehingga
masalah pencemaran akibat limbah rumah sakit baik limbah padat atau limbah cair
sering menjadi pencetus konflik antara pihak rumah sakit dengan masyarakat yang
ada di sekitarnya.
Dengan pertimbangan alasan tersebut, maka rumah sakit yang dibangun
setelah tahun 1980-an telah diwajibkan menyediakan sarana limbah padat maupun
limbah cair. Namun dengan semakin mahalnya harga tanah, serta besarnya tuntutan
masyarakat akan kebutuhan peningkatan sarana penunjang pelayanan kesehatan yang
baik, dan di lain pihak peraturan pemerintah tentang pelestarian lingkungan juga
semakin ketat, maka pihak rumah sakit umumnya menempatkan sarana pengolah
limbah pada skala prioritas yang rendah. Akibatnya, sering terjadi benturan perbedaan
kepentingan antar pihak rumah sakit dengan masyarakat atau pemerintah. Dengan
adanya kebijakan legal yang mengharuskan pihak rumah sakit agar menyediakan
fasilitas pengolahan limbah yang dihasilkan, mengakibatkan biaya investasi maupun
biaya operasional menjadi lebih besar.
Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu
sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah
rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan
mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikro-organisme patogen yang dapat
menyebabkan penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya. Oleh karena potensi
dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka
setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan
standar yang berlaku.
Dengan adanya peraturan yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit
harus mengolah air limbah sampai standar yang diizinkan, maka kebutuhan akan
teknologi pengolahan air limbah rumah sakit khususnya yang murah dan hasilnya baik
perlu dikembangkan. Hal ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak dijumpai
yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan di lain pihak dana
yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah air limbah tersebut sangat terbatas
sekali. Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun
unit alat pengolah air limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup.
2
Tetapi untuk rumah sakit tipe kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat
ini masih membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi
pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harganya
terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang.
Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat kedala yang cukup besar yakni kurangnya
tersedianya teknologi pengolahan yang baik dan harganya murah. Masalah ini
menjadi kendala yang cukup besar terutama untuk rumah sakit kecil, yang mana pihak
rumah sakit tidak/belum mampu untuk membangun unit alat pengilahan air limbah
sendiri, sehingga sampai saat ini masih banyak sekali rumah sakit yang membuang air
limbahnya ke saluran umum.
Untuk pengolahan air limbah rumah sakit dengan kapasitas yang besar,
umumnya menggunakan teknlogi pengolahan air limbah "Lumpur Aktif" atau
Activated Sludge Process, tetapi untuk kapasitas kecil cara tersebut kurang ekonomis
karena biaya operasinya cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
menyebarluaskan informasi teknologi khususya teknologi pengolahan air limbah
rumah sakit berserta aspek pemilihan teknologi serta keunggulan dan kekurangannya.
Dengan adanya informasi yang jelas, maka pihak pengelola rumah sakit dapat
memilih teknologi pengolahan limbah yang sesuai dengan kodisi maupun jumlah air
limbah yang akan diolah, yang layak secara teknis, ekonomis dan memenuhi standar
lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1.2.1 Apa saja jenis-jenis limbah yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng?
1.2.2 Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan oleh limbah R.S.U.D Beleleng?
1.2.3 Bagaimana pengelolaan limbah cair di R.S.U.D Buleleng?
1.2.4 Bagaimana cara menanggulangi masalah yang ditimbulkan oleh limbah?
3
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui jenis-jenis limbah yang ada di R.S.U.D Buleleng.
1.3.2 Mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan oleh limbah R.S.U.D Buleleng.
1.3.3 Mengetahui pengelolaan limbah cair di R.S.U.D Buleleng.
1.3.4 Mengetahui cara menanggulagi masalah yang ditimbulkan oleh limbah.
1.4 Manfaat
1.4.1 Agar tidak mengganggu aktifitas dilingkungan sekitar tempat sumber air
limbah dihasilkan.
1.4.2 Agar dapat mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh limbah.
1.4.3 Agar dapat mencegah penyakit akibat limbah yang diproduksi.
4
BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng. Pada tanggal 16
Januari 2012.
2.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode-metode pengumpulan data yang dilakukan dalam menyusun makalah
ini, dapat diuraikan sebagai berikut :
2.1.1 Observasi
Metode Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan secara langsung ke tempat yang menjadi sumber limbah
(Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng) untuk melihat secara langsung proses
pengolahan limbah yang ada disana.
2.1.2 Metode Wawancara
Metode wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan
melakukan tanya jawab secara langsung terhadap pihak-pihak terkait yang
berperan sebagai informan baik berupa fakta, pendapat, kritik, maupun saran,
khususnya mengenai proses pengolahan air limbah di Rumah Sakit.
2.1.3 Metode Kuisioner
Metode kuisioner merupakan suatu metode pengumpulan data dengan membuat
angket yang berupa daftar- daftar pertanyaan yang kemudian diberikan kepada
orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan yang kita minta, dan
kemudian hasilnya dijadikan pratinjau secara keseluruhan.
2.1.4 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengambil gambar dari hasil penelitian tersebut, atau
mengambil sample dari air limbah yang kemudian diteliti untuk mengetahui
suhu, kekeruhan, pH, warna dan bau dari air limbah tersebut.
5
2.3 Analisis Data dan Pembahasan
Dalam menggunakan metode observasi, kami melakukan pengamatan secara
langsung ke tempat yang menjadi sumber pengolahan limbah Rumah Sakit Umum
Daerah Buleleng dan melihat secara langsung proses pengolahan/pembuangan limbah
cair yang berasal dari berbagai alat sanitair, lalu disalurkan ke instalasi saluran
pembuangan di luar gedung, kemudian melalui instalasi saluran pembuangan di luar
gedung menuju instalasi pengolahan buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan
mengalir di saluran pembuangan ke perembesan tanah atau bak penampungan limbah
cair.
Dalam menggunakan metode wawancara, kami mewawancarai petugas
Bagian Sanitasi yang bersangkutan dengan pengolahan limbah di R.S.U.D Buleleng.
Petugas tersebut menerangkan proses pengolahan limbah cair. Pengolahan limbah cair
dilimpahkan pada dua buah bak penampungan khusus untuk limbah cair yang
memiliki fungsi yang berbeda.
Dalam menggunakan metode kuisioner, kami membagikan angket pada
pasien, perawat, dan pengunjung R.S.U.D Buleleng. Pada angket tersebut, kami
mencantumkan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan limbah R.S.U.D
Buleleng.
Dalam menggunakan metode dokumentasi, kami menggambil gambar-
gambar yang berhubungan dengan pengelolaan limbah cair dan mengambil sample
cairan dari limbah. Kemudian cairan limbah tersebut diteliti suhu, kekeruhan, pH,
warna dan baunya. Sehingga dapat diketahui suhu,
6
BAB III
HASIL PENELITIAN
3.1 Data Hasil Penelitian
3.1.1 Data Hasil Observasi
Hal yang diamati Hasil
Suhu Air 29˚
pH 6,7
Warna Putih keruh
Bau Dominan bau alkohol
3.1.2 Data Pengelolahan Limbah
No. Jenis-Jenis Limbah Pengolahan Limbah
1. Limbah Infeksius Ditampung dalam bak penampungan
2. Limbah Jaringan Tubuh Ditampung dalam bak penampungan
3. Limbah Sitotoksi Ditampung dalam bak penampungan
4. Limbah Farmasi Ditampung dalam bak penampungan
5. Limbah Kimia Ditampung dalam bak penampungan
6. Limbah Radioaktif Ditampung dalam bak penampungan
7. Limbah Sampah Dapur Ditampung dalam bak penampungan
7
3.1.3 Data Hasil Survei
Pernyataan Kuisioner dalam diagram batang.
Dari 10 (sepuluh) orang yang disurvei, kami memperoleh data sebagai berikut:
PERTANYAAN YA TIDAK
1.Limbah di rumah sakit ini sangat mengganggu
saya.3 7
2.Terganggu dengan tempat pembuangan limbah
yang dekat dengan kamar pasien.2 8
3. Limbah di sini kurang di olah dengan baik. 3 7
4. Limbah di sini sering menumpuk. 4 6
5.Penanganan limbah di sini kurang efektif dan
sering mengganggu saya.2 8
6.Limbah yang ada di sini sering menimbulkan
masalah.2 8
7. Limbah di sini dapat bermanfaat bagi saya. 2 8
8.Limbah di sini pernah mengganggu kesehatan
saya.1 9
9.Saya tertarik dengan cara pengolahan limbah di
tempat ini.4 6
10Saya tidak pernah tahu tentang limbah di sini dan
pengolahannya.4 6
8
Pernyataan
Persentase
3.2 Pembahasan
3.2.1 Jenis - jenis Limbah yang Ada di R.S.U.D Buleleng
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah rumah sakit
merupakan sampah biomedis, seperti sampah dari pembedahan. Semua sampah
ini mungkin terkontaminasi oleh bakteri dan sebagiannya beracun sehinnga
berbahaya bagi manusia dan makhluk lainnya dan dapat menimbulkan penyakit
yang berbahaya. Jenis-jenis limbah yang terdapat di rumah sakit adalah:
A. Limbah Klinis
Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan,
gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau
pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya
atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.
Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Limbah Infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif).
Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit
menular.
2. Limbah Jaringan Tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
3. Limbah Sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi sitotoksik.
4. Limbah Farmasi
9
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat
yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh
institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama
produksi obat-obatan.
5. Limbah Kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi,
dan riset.
6. Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir,
radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau
gas.
B. Limbah Non Klinis
Limbah Non Klisnis adalah sampah yang bukan berasal dari
pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan beracun dan infeksius. Dari kegiatan penunjang
rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga
sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari unit pelayanan
kotoran dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa
pembungkus, sisa makanan / bahan makanan, sayur dan lain-lain).
3.2.2 Dampak yang ditimbukan Limbah R.S.U.D Buleleng
Kegiatan rumah sakit, tidak hanya memberi dampak positif bagi
masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Ditinjau dari segi
positifnya, keberadaan rumah sakit sangat bermanfaat bagi masyarakat, guna
menunjang kesehatan masyarakat. Sedangkan jika ditinjau dari segi negatif,
limbah rumah sakit tentunya bisa mengandung bermacam-macam
10
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit dan tingkat pengolahan
limbah yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah padat rumah sakit terdiri atas
sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Sedangkan
limbah cair mengandung bahan organik dan anorganik. Limbah-limbah tersebut
kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia
yang beracun dan berbahaya bagi masyarakat yang berada di rumah sakit,
maupun masyarakat sekitar yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat
tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan
kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan
terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi
yang masih buruk. Hal yang paling berpengaruh dalam kegiatan rumah sakit
adalah cara pengolahan limbah cair maupun padat.
3.2.3 Pengelolaan Limbah di R.S.U.D Buleleng
Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari
sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling
perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji
laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-
bahan itu mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi
atau dinormalkan sebelum dibuang. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan
tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini
digunakan, limbahnya dibuang. Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya
ini. Namun, lemahnya peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah
sakit mengakibatkan hingga saat ini hanya sedikit rumah sakit yang memiliki
IPAL khusus pengolahan limbah cairnya.
Seperti halnya di R.S.U.D Buleleng menurut penuturan Bidang Sanitasi
Kesehatan Lingkungan di sana, bahwa dalam pengelolaan limbah cair yang
dihasilkan belum dilakukan secara maksimal. R.S.U.D Buleleng belum
memiliki IPAL khusus pengolahan limbah cair, jadi dalam mengolah limbah
cair pihak rumah sakit masih menggunakan sistem konvensional yaitu sebuah
sistem yang menampung limbah cair tersebut dalam bak-bak penampungan
11
yang diletakkan dibawah tanah untuk mencegah timbulnya bau tidak sedap dari
limbah tersebut. Di R.S.U.D Buleleng, setiap gedung memiliki bak-baknya
tersendiri sehingga tidak terjadi penumpukan limbah dalam satu bak. Karena
setiap gedung telah memiliki baknya masing-masing. Di R.S.U.D Buleleng
terdapat 108 bak penampungan limbah. Setiap bak memiliki ukuran 3x4 m2.
Cara pengelolaan limbah di R.S.U.D Buleleng, yaitu dengan cara penampungan,
dan peresapan. Limbah dari setiap gedung langsung dialirkan melalui pipa-pipa
yang terhubung ke bak penampungan. Kemudian di tampung selama beberapa
hari. Dalam tahap penampungan ini, terjadi proses pembusukan secara biologis.
Dalam bak penampungan tersebut terdapat pipa yang menghubungkan bak
penampungan dengan bak peresapan. Sehingga setelah mengalami proses
pembusukkan, air limbah akan mengalir ke bak peresapan. Disekitar bak
peresapan sengaja ditanami tanaman agar mempermudah penyerapan air limbah.
Proses ini berlangsung secara terus menerus setiap harinya, dan apabila air
limbah yang dihasilkan sudah melebihi kapasitas bak penampungan, maka pihak
Rumah Sakit akan menghubungi jasa kuras limbah, yang kemudian dibawa ke
IPLT yang terletak di Desa Bengkala.
3.2.4 Cara Menanggulangi Masalah Akibat Limbah
Dalam mewujudkan kehidupan yang sehat dan terhindar dari penyakit
yang tidak diinginkan, maka perlu adanya penanggulangan limbah yang dapat
mengganggu kenyamanan kita. Untuk mewujudkan penanggulangan tersebut,
setiap lembaga masyarakat, rumah sakit, pabrik dan industri memiliki program
atau cara tersendiri untuk menanggulangi limbah tersebut, agar tidak mencemari
lingkungan dan membahayakan diri sendiri serta orang lain. Salah satu
contohnya adalah penanggulangan limbah cair di Rumah Sakit Umum Daerah
Buleleng yang dilakukan dengan sederhana. Dengan menggunakan sistem
konvensional yaitu sebuah sistem yang menampung limbah cair tersebut dalam
bak-bak penampungan yang diletakkan dibawah tanah untuk mencegah
timbulnya bau tidak sedap dari limbah tersebut. Di R.S.U.D Buleleng dilakukan
beberapa cara penanggulangan masalah yang di akibatkan oleh limbah cair yang
dihasilkan. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah pengurasan bak
penampungan limbah. Bak penampungan yang tersedia dapat digunakan dalam
12
jangka waktu yang lama yaitu maksimal lima tahun. Banyaknya limbah cair
yang dihasilkan oleh R.S.U.D Buleleng tergantung pada jumlah pasien dan
kegiatan medis yang dilakukan. Namun apabila diperkirakan dengan
perhitungan matematis, perharinya R.S.U.D Buleleng bisa menghasilkan
limbah cair sebanyak 500L x 243 bed x 80 % atau 97.200L. Limbah-limbah
tersebut ditampung didalam bak penampungan yang tersedia sebanyak 108
buah, yang telah tersedia di tiap-tiap gedung. Apabila limbah yang dihasilkan
melebihi kapasitas bak penampungan tersebut, maka akan dilakukan pengurasan
dengan menyedot limbah yang ada pada bak penampungan tersebut dan
selanjutnya dilimpahkan ke IPLT di Desa Bengkala.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan dan Saran
4.1.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Limbah rumah sakit dapat digolongkan menjadi dua limbah, yaitu limbah
klinis dan limbah non klinis.
2. Kegiatan rumah sakit dapat menimbulkan dampak positif dan negarif. Salah
satu contoh positif dengan adanya rumah sakit adalah sebagai penyedia
layanan kesehatan untuk masyarakat. Sedangkan dampak negatif, jika
ditinjau dari pengolahan limbahnya, limbah yang tidak diolah dengan baik
akan menimbulkan penyakit-penyakit yang membahayakan.
3. Dalam pengelolaan limbah cair di R.S.U.D Buleleng menggunakan sistem
konvensional, yaitu sistem yang menampung limbah cair dalam bak-bak
penampungan yang diletakkan dibawah tanah dan ditutup secara rapat, agar
tidak mengganggu pasien, perawat, pengunjung maupun masyarakat
disekitar R.S.U.D Buleleng.
4. Limbah tidak ditanggulangi oleh pihak Rumah Sakit, namun dibuang
langsung ke IPLT yang terletak di Desa Bengkala.
4.1.2 Saran
Perlu adanya peninjauan khusus tentang pengolahan limbah Rumah Sakit
Umum Daerah Buleleng baik limbah padat maupun limbah cair, agar tidak
mengganggu masyarakat yang berada disekitar R.S.U.D Buleleng.
14