Download - Makalah LUPUS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit lupus eritematosus termasuk penyakit kolagen, penyakit kolagenosis,
penyakit mesenkhim. Menurut klasifikasi oleh KLEMPERER, yang termasuk
golongan tersebut selain lupus eritematosus antara lain ; skleroderma,
dermatomiositis, arthritis rematika, demam rematik dan poliarthritis. Klasifikasi
tersebut berdasarkan atas degenerasi fibrinoid serat-serat kolagen yang luas yang
terdapat di dalam jaringan mesenkhikm. Kelainan serat kolagen dan serat fibrin
menimbulkan manifestasi klinis yang berlainan. Yang sama ialah, bahwa semua
penyakit pada golongan ini merupakan satu kompleks respon autoimun, disini hanya
akan dibahas lupus eritematosus sistemik .
Lupus sebernanya telah dikenal kurang dari seabad lalu. Kala itu, penyakit itu
dikira gigitan anjing hutan. Dugaan itulah yang menyebabkan penyakit ini kemudian
disebut lupus yang berarti anjing hutan dalam bahasa latin. Dalam perkembangan
selanjutnya, lupus menyebar ke seluruh organ di dalam tubuh, maka muncullah
sebutan lupus eritematosus sistemik (LES) itu .
Perjalanan penyakit ini dapat ringan atau berat, secara terus menerus, dengan
kekambuhan yang menimbulkan kerusakan jaringan akibat proses radang yang
ditimbulkannya. Sekitar 80 % kelainan melibatkan jaringan persendian, kulit dan
darah ; 30-50 % menyebabkan kelainan ginjal, jantung dan sistem saraf, serta 10-20
% menyebabkan trombosis arteri dan vena yang berhubungan dengan anti-bodi anti-
kardiolipin 1,2,4,5 α. Prevalensi lupus eritematosus sistemik di antara etnik adalah
wanita kulit hitam 1 : 250, wanita kulit putih 1 : 4300 dan wanita cina 1 : 10001,2 α .
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui apa itu penyakit lupus eritematosus sistemik (LES).
b. Mahasiswa mengetahui etiologi,manifestasi klinis,klasifikiasi,pengobatan
serta pemeriksaan penunjang pada penyakit lupus eritematosus sistemik .
c. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan untuk pasien
dengan penyakit lupus eritematosus sistemik .
d. Mahasiswa mampu membuat diagnosa yang tepat bagi pasien dengan penyakit
lupus eritematosus sistemik .
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 1
1.3 Identifikasi Masalah
Ny.M beumur 39 tahun mengeluhkan mata dan muka terasa panas dan gatal disertai
nyeri pada bibir dan mulut,timbul bintik-bintik pada muka dan badan. Keluhan gatal
tersebut semakin jelas apabila terkena matahari. Terdapat kotoran pada mata terutama
pada pagi hari. Selain itu mulut dirasakan panas dan pecah-pecah dan terkadang
mengeluarkan darah. Nyeri sendi sudah lama di rasakan . Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data : Tekanan darah = 100/60 mmHg,Nadi = 96x/menit, Suhu = 36,3 ˚c,
Pernafasan = 24x/menit, Rambut : Rontok,mudah di cabut, Wajah : Butterfly Rash,
Mata : Nyeri,sekret (+),injeksi konjunctiva (+), Konjunctiva anemis, Mulut : Ulser
mulut,bibir terasa terbakar,dada dan perut ditemukan makula eritema. Hasil
pemeriksaan lab darah rutin ditemukan nilai Hb = 7,6 gr/dl, LED = 62 mm/jam,
Leukosit = 2400/ul.
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kasus
Ny.M beumur 39 tahun mengeluhkan mata dan muka terasa panas dan gatal disertai
nyeri pada bibir dan mulut,timbul bintik-bintik pada muka dan badan. Keluhan gatal
tersebut semakin jelas apabila terkena matahari. Terdapat kotoran pada mata terutama
pada pagi hari. Selain itu mulut dirasakan panas dan pecah-pecah dan terkadang
mengeluarkan darah. Nyeri sendi sudah lama di rasakan . Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data : Tekanan darah = 100/60 mmHg,Nadi = 96x/menit, Suhu = 36,3 ˚c,
Pernafasan = 24x/menit, Rambut : Rontok,mudah di cabut, Wajah : Butterfly Rash,
Mata : Nyeri,sekret (+),injeksi konjunctiva (+), Konjunctiva anemis, Mulut : Ulser
mulut,bibir terasa terbakar,dada dan perut ditemukan makula eritema. Hasil
pemeriksaan lab darah rutin ditemukan nilai Hb = 7,6 gr/dl, LED = 62 mm/jam,
Leukosit = 2400/ul.
2.2 Step 1
1. Makula eritema =
2. Ulser mulut = borok di mulut
3. LED = laju endap darah
4. Infeksi konjunctiva = ada luka di konjunctiva
5. Konjunctiva anemis = terlihat pucat seperti kurang darah
6. Butterfly rash = adanya kemerahan pada pipi
2.3 Step 2
1. -Mengapa keluhannya timbul ketika terkena sinar matahari?
-Apabila pada malam hari timbul atau tidak?
2. Mengapa mulut terasa panas dan pecah-pecah juga mengeluarkan darah?
3. Apa yang menyebabkan nyeri sendi menjadi bintik-bintik dan panas pada mulut?
4. Diagnosa apakah yang kira-kira timbul pada kasus tersebut?
5. Mengapa rambut menjadi rontok dan mudah dicabut?
6. Apa yang menyebabkan sekret di pagi hari?
7. Mengapa butterfly rash terjadi di muka?
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 3
8. Keluhan pasien pada kasus sudah berat,perawatan apa saja yang harus diberikan?
9. Ada zat apa saja pada sinar matahari yang menyebabkan keluhan utama pada
pasien semakin terasa?
10. Apa saja tanda dan gejalanya?
11. Ada kemungkinan atau tidak tanda dan gejala menyebar kebagian tubuh lain?
12. Apa hubungan nyeri pada bibir dan mulut timbul bintik-bintik pada muka dengan
nyeri sendi?
13. Apa yang menyebabkan konjunctiva anemis infeksi?
14. Pemeriksaan diagnostik tambahan?
15. Ada kemungkinan atau tidak penyakit tersebut terjadi pada laki-laki atau ibu?
16. Pendidikan kesehatan yang di butuhkan?
2.4 Step 3
1. - Efek dari sinar UV,Kalau malam hari tidak timbul.
-Karena proses metabolisme disiang hari lebih banyak di bandingkan pada malam
hari,pada malam hari bisa timbul tetapi tidak terlalu terlihat.
2. Karena sistem imun menurun dan pasien kekurangan vitamin C
3. Karena sistem imunnya menurun
4. SLE (sistemik lupus erimatrosis)
5. Karena di bagian kulit kepala kurang nutrisi,menyebabkan panas dan rambut
menjadi rontok.
6. Karena adanya infeksi konjuctiva.
7.
8. - di berikan penkes: nutrisi di perbaiki,tidak boleh terkena sinar matahari,olahraga
ringan.
- Perawatan tergantung parahnya penyakit,kalau sudah parah pasien harus
dirawat di Rumah Sakit karena sistem imun terganggu atau melemah.
9. Terdapat sinar UV (ultraviolet).
10. Nyeri sendi,anemia,mudah lelah,tekanan nafas berat,badan gatal dan panas,bintik-
bintik disekitar muka dan mulut pecah-pecah.
11. Memungkinkan,karena sistem imun terganggu maka dampaknya keseluruh tubuh.
12. Karena melemahnya sistem imun
13. Dilihat dari : TD = 100/60 mmHg Hb = 7,6 gr/dl
14. ANA (antinuclear antibodi)
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 4
15. Mungkin,90 % wanita usia produktif.
16. Makan makanan yang bergizi,Olah raga ringan,tidak keluar siang hari,memakai
payung,masker,memakai pakaian tertutup,menjaga kebersihan mulut.
2.5 Step 4 (Mind Map)
2.6 Step 5 (Learning Objective)
1. Makula eritema?
2. Mengapa butterfly rash terjadi di muka?
3. Mind map
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 5
SLE
Pemeriksaan ANA
ASKEPPATOFISIOLOGI
PENKES
Prinsip legal etik Pemeriksaan penunjang
KONSEP
Definisi
Etiologi
Pengobatan
Tanda dan gejala Klasifikasi
Komplikasi
2.7 Step 7 (Reporting)
LO ( Learning Objection)
1. Makula eritema adalah suatu kondisi kulit akut,selft limited dan kadang-kadang
rekuren karena reaksi hipersensitivitas tive IV yang berhubungan dengan
infeksi,medikasi,dan berbagai pemicu lain yang menyebabkan kulit kemerahan.
2. Pada lupus Diskoid,secara khas hanya kulit yang terlibat.kulit yang memerah (skin
rash) pada lupus diskoid sering kali ditemukan pada kulit muka dan kulit
kepala,karena kepekaan yang tidak biasa oleh sinar matahari ( sinar ultraviolet) atau
photosensitivitas.
MIND MAP
Definisi :
Lupus adalah suatu kondisi inflamasi kronik yang disebabkan oleh penyakit
autoimun.
Penyakit lupus merupakan penyakit kelebihan kekebalan tubuh. Penyakit lupus terjadi
akibat produksi anti-bodi yang berlebihan, sehingga tidak berfungsi menyerang virus,
kuman atau bakteri yang ada di tubuh, melainkan justru menyerang sistem kekebalan
sel dan jaringan tubuh sendiri. Jika jaringan kulit saja yang terlibat, disebut diskoid
lupus, jika organ-organ dalam turut terlibat, ia dikenali sebagai lupus eritematosus
sistemik.
Etiologi:
Hingga kini, faktor penyebab hadirnya lupus di tubuh belum diketahui secara
pasti. Namun beberapa penelitian kemungkinan lupus hadir melalui beberapa faktor
diantaranya :
1. Faktor Lingkungan
- Infeksi
- Stress
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 6
- Makanan
- Antibiotik (khususnya kelompok sulfa & penisilin)
- Ultraviolet
- Penggunaan obat-obat tertentu .
2. Faktor Genetik
Sampai saat ini, tidak diketahui gen-gen yang menjadi penyebabnya, lupus diturunkan
angkanya relatif kecil, kemungkinan hanya 10 % .
3. Faktor Hormon
Faktor hormonal bisa menjelaskan mengapa kaum hawa lebih sering terkena lupus
dibanding pria. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit lupus sebelum periode
menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon,
khususnya estrogen, menjadi pencetus lupus .
4. Faktor Sinar Matahari
Sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet yang dapat merangsang peningkatan
hormon estrogen yang cukup banyak sehingga mempermudah terjadinya reaksi
autoimun .
Klasifikasi, Tanda dan Gejala :
1. Lupus Eritematosus Diskoid
Paling sering menyerang dan merupakan lupus kulit dengan manifestasi beberapa
jenis kelainan kulit .
Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka (terutama hidung, pipi), telinga
atau leher .
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 7
Ruam kulit berupa makula eritem, berbatas jelas dengan sumbatan keratin pada
folikel-folikel rambut (follicular plugs). Bila ruam atau lesi di atas hidung dan pipi
berkonfluensi dapat seperti kupu-kupu (Butterfly Erythema) .
Ruam biasanya tidak nyeri dan bukan penyakit gatal, tetapi bekasnya dapat
menyebabkan hilangnya rambut permanen. 5-10 % pasien dengan lupus diskoid
dapat berkembang menjadi lupus eritematosus sistemik .
Ruam ini pulih dengan meninggalkan parut, diskoid lupus tidak serius dan jarang
sekali melibatkan organ-organ lain .
2. Lupus Eritematosus Sistemik
Kriteria A.R.A (The American Rheumatism Association) 1982 :
1. Eritema fasial (butterfly rash)
2. Lesi diskoid
3. Fotosensitivitas
4. Ulserasi di mulut dan rinofaring
5. Arthritis (non erosif, mengenai dua atau lebih sendi perifer)
6. Serositis (pleuritis, pericarditis)
7. Kelainan ginjal :
- Proteinuri 0,5 g/dl atau > 3+
- Cellular cast : sel darah merah, Hb, granular, tubular atau mix
8. Kelainan neurologi : (kelelahan, psikosis)
9. Kelainan darah :
- Hemolitik anemia dengan retikulosit
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 8
- Leukopenia : <>L
- Trombositopenia <>L
10. Kelainan imunologi :
- Anti- DNA
- Anti-Sm
- Positif semu test serologik untuk sifilis
11. Anti-bodi antinuklear .
Gejala atau Simptom
1. Sakit pada sendi (arthralgia) 95 %
2. Demam di atas 38oC 90 %
3. Bengkak pada sendi (arthritis) 90 %
4. Penderita sering merasa lemah, kelelahan (fatigue)
berkepanjangan 81 %
5. Ruam pada kulit 74 %
6. Anemia 71 %
7. Gangguan ginjal 50 %
8. Sakit di dada jika menghirup nafas dalam 45 %
9. Ruam bebentuk kupu-kupu melintang pada pipi dan hidung 42 %
10. Sensitif terhadap cahaya sinar matahari 30 %
11. Rambut rontok 27 %
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 9
12. Gangguan abnormal pembekuan darah 20 %
13. Jari menjadi putih/biru saat dingin (Fenomena Raynaud’s) 17 %
14. Stroke 15 %
15. Sariawan pada rongga mulut dan tenggorokan 12 %
16. Selera makan hilang > 60 %
3. Lupus Obat
Timbul akibat efek samping obat akan sembuh sendiri dengan memberhentikan
obat terkait, biasanya pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan
procanamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur).
Hanya 4 % dari orang yang mengkonsumsi obat-obat yang bakal membentuk anti-
bodi penyebab lupus .
Komplikasi :
1. Serangan pada Ginjal
Kelainan ginjal ringan (infeksi ginjal)
Kelainan ginjal berat (gagal ginjal)
Kebocoran ginjal (protein terbuang secara berlebihan melalui urin) .
2. Serangan pada Jantung dan Paru
Pleuritis
Pericarditis
Efusi pleura
Efusi pericard
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 10
Radang otot jantung atau Miocarditis
Gagal jantung
Perdarahan paru (batuk darah) .
3. Serangan Sistem Saraf
a. Sistem saraf pusat
Cognitive dysfunction
Sakit kepala pada lupus
Sindrom anti-phospholipid
Sindrom otak
Fibromyalgia .
b. Sistem saraf tepi
Mati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki
c. Sistem saraf otonom
Gangguan suplai darah ke otak dapat menyebabkan kerusakan jaringan
otak, dapat menyebabkan kematian sel-sel otak dan kerusakan otak yang
sifatnya permanen (stroke). Stroke dapat menimbulkan pengaruh sistem
saraf otonom .
4. Serangan pada Kulit
Lesi parut berbentuk koin pada daerah kulit yang terkena langsung cahaya
disebut lesi diskoid
Ciri-ciri lesi spesifik ditemukan oleh Sonthiemer dan Gilliam pada akhir 70-
an :
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 11
- Berparut, berwarna merah (erythematosus), berbentuk koin sangat
sensitif terhadap sengatan matahari. Jenis lesi ini berupa lupus kult
subakut/cutaneus lupus subacute. Kadang menyerupai luka psoriasis
atau lesi tidak berparut berbentuk koin.
- Lesi dapat terjadi di wajah dengan pola kupu-kupu atau dapat mencakup
area yang luas di bagian tubuh
Lesi non spesifik
- Rambut rontok (alopecia)
- Vaskullitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung lipatan kuku dan
ujung jari. Selain itu, bisa berupa benjolan merah di kaki yang dapat
menjadi borok .
- Fotosensitivitas : pipi menjadi kemerahan jika terkena matahari dan
kadang di sertai pusing.
5. Serangan pada Sendi dan Otot
- Radang sendi pada lupus
- Radang otot pada lupus
6. Serangan pada Mata
7. Serangan pada Darah
Anemia
Trombositopenia
Gangguan pembekuan
Limfositopenia
7. Serangan pada Hati
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 12
Pengobatan:
Penatalaksanaan berdasarkan lokasi serangan :
1. Serangan pada Ginjal
Therapi :
Kortikosteroid (Prednison, Prednisolone, Metilprednisolone)
Sitostatik/Imunosupresif (Azatioprin, Siklofosfamide)
Hemodialisa
2. Serangan Sistem Saraf
Pengobatan dapat menggunakan : steroid, imunosupresan, anti
koagulan, antibiotik, anti konvulsan, anti depresi, konsultasi dengan
psikiater, atau operasi pembedahan.
3. Serangan pada Kulit
Pengobatan penyakit kulit akibat lupus eritematosus sistemik dapat
menggunakan : cream steroid, plester steroid untuk menutup luka
lupus, atau dengan suntikan steroid dosis tinggi.
Untuk luka akibat lupus yang menyebar luas, sering diobati dengan
hidroksikhloroquin (plaquenil) atau di kombinasi dengan steroid oral
dosis tinggi untuk waktu yang singkat.
Cream pelindung matahari digunakan untuk mencegah luka kulit
lupus.
Sebaiknya odapus menghindari paparan sinar matahari secara langsung
dalam waktu yang lama.
4. Serangan pada Sendi dan Otot
Radang sendi pada lupus dapat diobati : NSAIDs, seperti aspirin,
ibuprofen, dan naproxen.
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 13
Bila tidak efektif dapat digunakan obat-obatan anti malaria seperti
hidroksihloroquin (plaquenil) efektif untuk mengobati gejala kulit dan
sendi yang biasa terjadi pada lupus eritematosus sistemik.
Anti malaria juga dapat meredakan gejala ruam kulit dan sendi pada
pasien lupus
Penatalaksanaan secara umum :
Terapi Farmakologi
1. Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg/hr s/d 6 bulan postpartum)
(metilprednisolon 1000 mg/24jam dengan pulse steroid th/ selama 3 hr, jika
membaik dilakukan tapering off).
2. AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP).
3. Imunosupresan (Azethiprine 2-3 mg/kg per oral).
4. Siklofospamid, diberikan pada kasus yang mengancam jiwa 700-1000 mg/m
luas permukaan tubuh, bersama dengan steroid selama 3 bulan setiap 3
minggu.
5.Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama
kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
6. Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringanSL
7. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun
Penderita SLE tidak dapat sembuh sempurna (sangat jarang didapatkanremisi yang
sempurna).
Terapi Non-Farmakologi
Terapi terdiri dari terapi suportif yaitu diet tinggi kalori tinggi protein dan pemberian vitamin.
Beberapa prinsip dasar tindakan pencegahan eksaserbasi pada SLE, yaitu:
1. Monitoring teratur
2. Penghematan energi dengan istirahat terjadwal dan tidur cukup
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 14
3. fotoproteksi dengan menghindari kontak sinar matahari atau dengan pemberian sun screen
lotion untuk mengurangi kontak dengan sinar matahari
4. Atasi infeksi dengan terapi pencegahan pemberian vaksin dan antibiotik
yangadekuat.
5. Rencanakan kehamilan/hindari kehamilan .
Pemeriksaan Penunjang :
1. Patologi Anatomi
Epidermis atrofi
Degenerasi pada junction dermal-epidermal
Dermis edema
Infiltrat limfositosis dermal
Degeneratif fibrinoid dari jaringan konektif dan dinding pembuluh darah.
2. Imunofloresensi Kulit
LBT (lupus band test)
Direct imunofloresensi demonstrasi IgG, IgM, C3 .
3. Serologi
ANA positif
Anti double strand DNA antibodies
Anti-Sm antibodies dan rRNP antibodies specific
Anti-kardiolipin auto anti-bodi .
4. Hematologi
Anemia
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 15
Limpopenia
Trombositopenia
Elevasi ESR
5. Urinalisa
Proteinuria .
Pemeriksaan ANA (anti-nuclear antibodies) :
Anti-nuklir antibodi (juga dikenal sebagai anti-nuclear factor atau ANF) adalah
autoantibodi yang mempunyai kemampuan mengikat pada struktur-struktur tertentu didalam
inti (nukleus) dari sel-sel lekosit. ANA yang merupakan imunoglobulin (IgM, IgG, dan IgA)
bereaksi dengan inti lekosit menyebabkan terbentuknya antibodi, yaitu anti-DNA dan anti-D-
nukleoprotein (anti-DNP). Anti-DNA dan anti-DNP hampir selalu dijumpai pada penderita
SLE. Temuan anti-DNA akan berfluktuasi bergantung pada proses penyakit ini, yang disertai
dengan remisi dan eksaserbasi. Anti-DNA 95% dapat ditemukan pada penderita nefritis
lupus.
Uji ANA merupakan skrining untuk lupus eritematosus sistemik (SLE) dan penyakit
kolagen lainnya. Kadar total ANA juga dapat meningkat pada penyakit skleroderma,
rheumatoid arthritis, sirosis, leukemia, mononukleosis infeksiosa, dan malignansi. Untuk
mendiagnosis lupus, temuan uji ANA harus dibandingkan dengan hasil uji lupus lainnya.
Masalah Klinis :
ANA ditemukan pada pasien dengan sejumlah penyakit autoimun, seperti SLE
(penyebab tersering), sklerosis sistemik progresif (PSS), sindrom Sjörgen, sindrom CREST,
rheumatoid arthritis, skleroderma, mononukleosis infeksiosa, polymyositis, 's tiroiditis
Hashimoto, juvenile diabetes mellitus, penyakit Addison, vitiligo, anemia pernisiosa,
glomerulonefritis, dan fibrosis paru.
ANA juga dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi yang tidak dianggap sebagai
penyakit autoimun klasik, seperti infeksi kronis (virus, bakteri), penyakit paru (fibrosis paru
primer, hipertensi paru), penyakit gastrointestinal (kolitis ulseratif, penyakit Crohn, sirosis
bilier primer, penyakit hati alkoholik), kanker (melanoma, payudara, paru-paru, ginjal,
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 16
ovarium dan lain-lain), penyakit darah (idiopatik trombositopenik purpura, anemia
hemolitik), penyakit kulit (psoriasis, pemphigus), serta orang tua dan orang-orang dengan
keluarga dengan riwayat penyakit reumatik.
Banyak obat yang bisa merangsang produksi ANA, seperti prokainamid (Procan SR),
antihipertensi (hidralazin), dilantin, antibiotik (penisilin, streptomisin, tetrasiklin), metildopa,
anti-TB (asam p-aminosalisilat, isoniazid), diuretik (asetazolamid, tiazid), kontrasepsi oral,
trimetadion, fenitoin. ANA yang dipicu oleh obat-obatan disebut sebagai drug-induced ANA.
Prosedur:
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menguji ANA. Salah satu metode yang
dipakai adalah imunofluorensensi tak langsung yang dinamakan Fluorescent Antinuclear
Antibodi Test atau FANA. Prosedur ini dapat mengidentifikasi autoantibodi terhadap DNA,
histon, atau antigen nuklear yang dapat larut. Antibodi yang dilekati zat fluorenscen diamati
di bawah mikroskop dan menentukan pola dan intensitas fluoresensinya. Pada uji ini, serum
diinkubasi pada suatu slide berisi sel epitel manusia monolayer (Hep-2 cell line). Jika
terdapat antibodi, ia mengikat inti sel. Ikatan antibodi dideteksi dengan menambahkan anti-
human IgG fluorescent. Sel yang positif menunjukkan fluoresensi hijau terang dengan pola
pewarnaan yang berbeda. Sampel awalnya diuji pada pengenceran 1:160. Sampel yang positif
kemudian diencerkan dan pola fluoresensi dan titer dilaporkan. Titer adalah pengenceran
tertinggi dari serum yang masih menunjukkan pewarnaan imunofluoresensiinti.
Ada empat pola pewarnaan fluorescen mikroskopik dalam nukleus sel yang umumnya
digunakan, yaitu homogen, berbintik, nukleolar, dan sentromer, yang menunjukkan distribusi
karakteristik. Pola homogen ditunjukkan dengan pewarnaan yang seragam di seluruh nukleus,
pola ini disebabkan oleh antibodi melawan DNA atau histon, atau kombinasi keduanya.
Pola berbintik atau berbercak adalah pola pewarnaan yang terletak pada nukleus,
tetapi terdiri dari globul-globul interseksi kecil. Pola ini disebabkan karena antibodi melawan
antigen selain DNA dan histon. Antigen-antigen ini disebut soluble atau extractable nuclear
antigen (ENA), yang mencakup Sm (awalnya sesuai dengan nama pasien Smith yang
menderita SLE) dan RNP (ribonukleoprotein). Titer tinggi antibodi anti-Sm mendukung SLE,
sedangkan antibodi anti-RNP mendukung penyakit jaringan ikat campuran (MTCD) serta
SLE, sindrom Sjörgen dan beberapa gangguan reumatik lain. Varian lain dari pola berbercak
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 17
adalah antibodi melawan antigen nuklear sel yang berproliferasi (PCNA). Antibodi PCNA
sangat spesifik untuk SLE, tetapi hanya sekitar 3% pasien SLE memiliki antibodi PCNA.
Pola nukleolar melengkapi pola berbercak sesungguhnya, yaitu memperlihatkan
deposisi daerah yang tepat yang negatif pada pola berbercak. Antigen pada kasus ini adalah
RNA nukleolar. Walaupun bisa terjadi pada SLE, pola nukleolar lebih spesifik untuk
skleroderma yang juga disebut sklerosis sistemik progresif (PSS), suatu gangguan progresif
yang melibatkan fibrosis dan degenerasi kulit, pembuluh darah, otot, sendi dan organ lain
(visera).
Selain bereaksi dengan antigen nukleolar, autoantibodi yang khas untuk PSS juga
bereaksi dengan sentromer dari tiap kromosom. Pola sentromer terdiri dari titik-titik positif
kecil multipel yang tersebar merat di seluruh nukleus sel interfase, tetapi segaris dengan
kromosom pada sel metafase. Pola sentromer spesifik untuk sindrom CREST.
Namun, beberapa tahun terakhir, pemakaian pola pewarnaan tersebut untuk
kepentingan klinis telah berkurang. Hal ini karena reaktivitas antigenik (pola fluoresens) yang
berbeda dan klasifikasi penyakit rematik sangat tumpang tindih, disamping telah tersedianya
tes autoantibodi yang lebih spesifik. Penting bagi laboratorium yang mengerjakan
pemeriksaan ANA untuk mengenali antibodi dengan baik dan mengklasifikasikannya dengan
tepat untuk mencegah kerancuan dengan autoantibodi yang bermakna klinis sesungguhnya.
Selain dengan FANA, uji ANA juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode ELISA
(Enzyme Linked Immunosorbent Assay) yang dianggap sensitif dengan biaya yang lebih
rendah.
Sampel untuk pengujian ANA adalah serum. Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam
tabung bertutup merah. Lakukan pemusingan dan pisahkan serumnya. Hindari terjadinya
hemolisis. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman sebelum dilakukan
sampling. Catat obat yang dikonsumsi pasien yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium.
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 18
Nilai Rujukan :
HASIL NORMAL : Negatif ( kurang dari 20 Units)
HASIL ABNORMAL : Equivocal : 20 – 60 Units, Positif : lebih dari 60 Units atau titer
1/160 atau lebih.
Nilai rujukan untuk tiap laboratorium mungkin bisa berbeda.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium :
• Obat-obatan tertentu yang mempengaruhi hasil pengujian (lihat pengaruh obat)
• Proses penuaan dapat menyebabkan peningkatan kadar ANA.
Penkes:
1. Menyarankan untuk menghindari perubahan cuaca karena mempengaruhi proses
inflamasi.
2. Menyarankan untuk menghindari stress dan trauma fisik.
3. Menganjurkan untuk menghindari pajanan matahari pada pukul 10.00 – 15.00 ,dan
apabila ke luar rumah sarankan untuk memakai baju yang tertutup,menggunakan
payung,kaca mata,masker dan tabir surya.
4. Menganjurkan untuk menghindari kontrasepsi atau obat lain yang mengandung
hormon estrogen.
5. Meningkatkan pola hidup sehat dan memotong kuku secara teratur.
Prinsip Legal dan Etik:
TEORI ETIK
a. Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan
Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang
tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada
dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.
b. Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain
autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 19
PRINSIP-PRINSIP ETIK
a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 20
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen
yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang
klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 21
Pengkajian:
-Biodata :
Nama : Ny.M
Jenis Kelamin : Perempuan
-Keluhan Utama : Mata dan muka terasa panas dan gatal disertai nyeri pada bibir dan
mulut,timbul bintik-bintik pada muka dan badan pada muka dan badan,keluhan gatal tersebut
semakin jelas apabila terkena sinar matahari.
-Riwayat Kesehatan Sekarang : Terdapat kotoran pada mata terutama pada pagi hari,mulut
dirasakan dirasakan panas dan pecah-pecah dan terkadang mengeluarkan darah.
-Riwayat Kesehatan Masalalu : Nyeri sendi sudah lama di rasakan.
-Riwayat Kesehatan Keluarga : -
-Pemeriksaan Fisik : TD = 100/60
Nadi = 96 x/menit
Suhu = 36,4˚C
RR = 24 x/menit
Rambut = Rontok,mudah dicabut
Wajah = Butterfly Rash
Mata = Nyeri,sekret (+),injeksi konjictiva (+),konjunctiva anemis.
-Pemeriksaan Laboratorium : Hb = 7,6 gr/dl
LED = 62 mm/jam
Leukosit = 2400/ml
-Pengobatan : -
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 23
Analisa Data :
Data yang menyimpang Etiologi Masalah
DO:
-Mata dan muka terasa panas
dan gatal disertai nyeri pada
bibir dan mulut,timbul
bintik-bintik pada muka dan
badan pada muka dan
badan,keluhan gatal tersebut
semakin jelas apabila terkena
sinar matahari.
- mulut dirasakan dirasakan
panas dan pecah-pecah dan
terkadang mengeluarkan
darah.
DS:
wajah butterfly rash,bibir
terasa terbakar,dada dan
perut ditemukan makula
eritema. Hb= 7,6 gr/dl,LED =
62 mm/jam
Inflamasi
Pelepasan mediator kimia (histamin)
Relaksasi otot polos
Vasodilatasi
Hiperemia
Kemerahan – cahaya matahari
Gatal-gatal,butterfly rash,dan ruam diseluruh
tubuh
Gangguan integritas kulit
Gangguan integritas kulit
DS :
Nyeri pada bibir dan
mulut,mulut terkadang
Mengeluarkan darah ,nyeri
sendi sudah lama dirasakan.
DO:
Mata nyeri
Inflamasi pada sendi
Pelepasan mediator kimia (PG dan BK)
Mengiritasi saraf sensorik
Dipersepsikan sebagai nyeri
Gangguan citra diri
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 24
(butterfly rash,gatal-gatal,dan ruam diseluruh
tubuh)
Perubahan fisik
Gangguan citra diri
DS :
Nyeri pada bibir dan
mulut,mata dan muka terasa
panas.
DO :
Mata : nyeri
Sistem muskuloskeletal
Degradasi jaringan
Terbentuk endapan pada sendi
Atralgia atritis
Pembengkakan sendi
Nyeri tekan ,nyeri ketika gerak
Nyeri
Nyeri
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 25
Asuhan Keperawatan :
N
o
Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan
integritas kulit
b.d perubahan
fungsi baner
kulit,penumpuka
n kompleks
imun
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan pasien
dapat menunjukan
peningkatan
penyembuhan dan
mencegaaah
komplikasi dengan
kriteria hasil :
-menjaga
kebersihan di
daerah lesi
-memakai alat
pelindung kulit
yang
menyebabkan
iritasi / infeksi
berulang
-kaji setiap hari ,catat
warna,turgor,sirkulasi
dan sensasi
-instruksikan dalam
hygiene kulit
-ajarkan klien untuk
melindungi kulit sehat
terhadap kemungkinan
maserasi
-nasehati pasien untuk
menggunakan preparat
tabir surya
Kolaborasi :
Berikan obat sesuai
indikasi misalnya NSAID
dan kortikosteroid
-menentukan garis
dasar
-mempertahankan
kebersihan kulit
agar tidak tidak
terjadi infeksi
berulang
-dapat mengurangi
resiko akibat
paparan sinar
matahari
-dapat mengurangi
kontaminasi
bakteri,meningkatk
an proses
penyembuhan.
2. Gangguan citra
diri b.d
perubahan dan
ketergantunagn
fisik
Klien dapat
rekonsiliasi antara
konsep diri dan
perubahan fisik
serta psikologis
yang di akibat kan
penyakit kronik.
-bantu klien untuk
mengenali unsur-unsur
pengendalian gejala
penyakit dan
penanganannay
-dorong verbalisasi
perasaan,persepsi,dan
rasa takut
-bantu kenali koping
-hal tersebut dapat
membantu klien
agar dapat mandiri
dalam mengatasi
masalah
kesehatannya
sendiri
-dengan
mengungkapkan
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 26
klien yang efektif semua
perasaan,rasa takut
dan lainnya dapat
teratasi
-koping efektif
mengurangi cemas
pada klien
3. Nyeri b.d
inflamasi
/kerusakan
jaringan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan pasien
dapat menunjukan
peningkatan
kesembuhan,deng
an kriteria :
-mengungkapkan
keluhan dan
keluhannya hilang
-menunjukan
wajah rileks
-dapat istirahat
dan pola tidur
adekuat
-kaji keluhan
nyeri,perhatikan
lokasi/karakter dan
intensitas (skala 0-10)
-dorong ekspresi
perasaan tentang nyeri
-gunakan manajemen
stress
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai
indikasi,misalnya:analges
ik
-sebagai penunjang
intervensi
selanjutnya
-dapat menunjukan
penurunan distres
fisik dan emosi dan
dapat meningkatkan
relaksasi dan rasa
kontrol yang dapat
-memberikan
kenyamanan dan
meningkatkan
mekanisme koping
-diberikan untuk
nyeri ringan dan
tidak hilang dengan
tindakan
kenyamanan
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 27
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lupus merupakan suatu kondisi inflamasi kronik yang disebabkan oleh penyakit
autoimun. Ia muncul karena adanya aktivitas sistem kekebalan tubuh (zat anti-bodi) yang
berlebihan. Anti-bodi yang sebenarnya adalah benteng pertahanan terhadap berbagai
gangguan penyakit, pada lupus justru bertingkah “aneh”. Salah satu faktor di bagian kulit
adalah pengaruh cahaya sinar matahahari.
Tahap awal gejala yang ditimbulkan mirip gejala penyakit pada umumnya,
misalkan demam tinggi, peradangan pada kulit, sariawan, radang sendi atau radang pada
sendi dan otot. Tidak heran jika banyak orang yang menduga bahwa dirinya hanya
sekedar mengalami gangguan kesehatan biasa, seperti rematik, tifus atau gejala penyakit
lain. Oleh karena itu, lupus kerap dijuluki sebagai “si peniru ulung”.
Menghadapi kasus lupus diperlukan banyak penanganan berbeda. Namun yang
terpenting, jika seseorang diketahui telah menemukan empat dari sebelas kriteria lupus
diatas, hendaknya segera memeriksakan diri secara seksama ke dokter untuk mendapat
perawatan intensif serta pengobatan yang cepat dan tepat guna.
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 28
DAFTAR PUSAKA
1. Doenger,Maylih .E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC:Jakarta.
2. http://www.medicinet.com/systemiclupus
3. http://www.scrib.com/doc/62400839/askep-kita-SLE
4. Betz,Cecily L.2002.Buku Saku Keperawatan Pediatric e/3.EGC:Jakarta.
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 29
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkann rahmat dan karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan SGD kasus 2 ‘SLE (sistemik lupus erimatrosis). Disusun untuk memenuhi standar
proses pembelajaran pada mata kuliah Immune and Hematology System II.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Eriati,S.Kp.,M.Kep., selaku koordinator mata kuliah Immune and Hematology
System II;
2. Ibu Restuning Widiasih,S.Kp.,M.Kep. , selaku Tutor yang membimbing dalam proses
Small Group Disscution pada kasus 6;
3. Pihak lain yang tidak dapat penulis kemukakan satu per satu, terima kasih atas
dukungannya. Semoga Tuhan Yang maha Esa memberikan balasan yang lebih baik.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di
hari kemudian.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran di Fakultas Keperawatan.
Jatinangor, Oktober 2012
Penulis
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 30
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................................... i
Daftar isi............................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan......................................................................................................................... 1
1.3 Identifikasi Masalah.................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Kasus.................................................................................................................... 3
2.2 Step 1..................................................................................................................... 3
2.3 Step 2.................................................................................................................... 3
2.4 Step 3................................................................................................................... 4
2.5 Step 4.................................................................................................................. 5
2.6 Step 5................................................................................................................... 5
2.7 Step 7.................................................................................................................
- LO- MIND MAP (definisi,etiologi,klasifikasi,tanda dan
gejala,komplikasi,pengobatan,pemeriksaan penunjang,pemeriksaan ANA,penkes,prinsif egal dan etik,patofisiologi,asuhan keperawatan)
6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan..................................................................................................................... 28
Daftar Pustaka................................................................................................................... 29
Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 31