Download - makalah kanker lambung
OLEH
KELOMPOK 5
Kamaria
Anita Badri
Nur Angraini
Rista Puspita R
Aurelia Da SiIva
Yasintus Berek
Patricia Virginia
Siti Ramlah
Merlin F. Djami Bale
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Karsinoma lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di
lambung, sebagian besar adalah jenis adenokarsinoma. Kanker lambung lebih
sering terjadi pada usia lanjut kurang dari 25 % kanker itu terjadi pada orang
dibawah usia 50 tahun ( Osteen, 2003 ). Meskipun frekuensi telah menurun
secara dramatis selama beberapa dekade terakhir di dunia Barat, kanker ini
masih memberikan kontribusi signifikan terhadap kematian secara
keseluruhan. Insiden adenocarcinoma sangat bervariasi tergantung pada
wilayah geografis. Insiden tahunan di Jepang diperkirakan 140 kasus per
100.000 penduduk per tahun, sedangkan di dunia Barat insiden ini
diperkirakan 10 per 100.000 penduduk. Insiden yang lebih tinggi pada laki-
laki daripada perempuan rasio dari 1,5 : 2,5 kelompok-kelompok sosial yang
miskin dan orang-orang di atas usia 40 tahun yang diamati. Dan angka
kejadian karsinoma lambung (866.000 mortalitas/tahun). (WHO,2008)
Selain karsinoma lambung, juga berkembang di masyarakat
penyakit karsinoma esophagus, yaitu suatu keganasan yang terjadi pada
esofagus. Kanker ini pertama kali di deskripsikan pada abad ke-19 dan pada
tahun 1913 reseksi pertama kali sukses dilakukan oleh Frank Torek, pada
tahun 1930-an, ashawa di jepang dan marshall di America Serikat berhasil
melakukan pembedahan pertama dengan metode transtoraks esofagotomi
dengan rekonstruksi (fisichella, 2009). Epidemiologi pada tahun 2000 kanker
terbanyak no.8, 412.000 kasus baru pertahun, penyebab kematian nomor 6
dari kematian akibat kanker, 338.000 kematian pertahun. Pada tahun 2002,
462.000 kasus baru, dan 386.000 kematian. (parkin DM, lancet oncol 2001
dan Ca Cancer J Clin 2005).
I.2 Tujuan dan manfaat
I.2.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Lambung
2. Untuk mengetahui pengertian Kanker Lambung
3. Untuk mengetahui Etiologi Kanker Lambung
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC Kanker Lambung
5. Untuk mengetahui klasifikasi Kanker Lambung
6. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Kanker Lambung
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Kanker Lambung
8. Untuk mengetahui komplikasi Kanker Lambung
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan Kanker Lambung
I.2.2 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit
kanker lambung sehingga dapat melakukan pencegahan agar terhindar
dari penyakit Kanker Lambung serta menjadi bahan informasi untuk
pembaca mengenai penyakit kanker lambung.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Anatomi dan fisiologi Lambung
II.1.1 Pengertian
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yng dapat
mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung
terdiri dari bagian atas fundus uteri berubungan dengan esophagus
melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma di depan
pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
(Syaifuddin, 2003)
II.1.2 Bagian-Bagian Lambung
Bagian lambung terdiri dari:
1. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah
kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas
2. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor
3. Atrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot
yang tebal membentuk sfingter pylorus
4. Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung, terbentang dari
osteum kardiak sampai pylorus
5. Kurvatura mayor, lebih panjang daripada kurvatura minor,
terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli
menuju kanan sampai ke pylorus inferior, ligamentum
gastrolienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai
ke limpa
6. Osteum kardiak, merupakan tempat esophagus bagian abdomen
masuk ke lambung, pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Gambar Bagian bagian Lambung
Susunan lapisan dari dalam dan keluar, terdiri dari :
1. Lapisan selaput lendir, apabila lambung ini dikosongkan, lapisan
ini akan berlipat-lipat disebut rugae
2. Lapisan otot melingkar (muskulis aurikularis)
3. Lapisan otot miring (muskulus obliqus)
4. Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal)
5. Lapisan jaringan ikat/serosa (peritoneum)
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan.
Bila melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi
lambung akan terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung
karena kerja saraf menimbulkan rangsangan kimiawi yang
menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang disebut
sekresi getah lambung. Getah lambung dihalangi oleh system saraf
simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti marah
dan rasa takut. (Syaifuddin, 2003)
II.1.3 Fungsi Lambung
1. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung
2. Getah cerna lambung yang dihasilkan:
a. Pepsin : memecah putih telur mejadi asam amino (albumin
dan pepton)
b. Asam garam (HCl) : mengasamkan makanan, sebgai
antiseptic dan disinfektan dan membuat suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin
c. Renin : ragi yang membekukan susu dan membentuk
kasein dar kasinogen (kasinogen dan protein susu)
d. Lapisan lambung jumlahnya sedikit, memecah lemak
menjadi asam lemak merangsang sekresi etah lambung.
II.1.4 Kerja Lambung
Lambung mensekresi cairan cairan yang sangat asam dalam
berespon atau sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan. Cairan
ini, yang dapat mempunyai pH serendah 1, memperoleh keasaman dari
asam hidroklorida yang disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi
sekresi asam ini 2 kai lipat. (1) untuk memecah makanan menjadi
komponen yang lebih dapat diabsorbsi dan (2) untuk membantu
destruksi kebanyakan bakteri pencernaan. Lambung dapat
menghasilkan sekresi kira-kira 2,4 L/hari.
Sekresi Lambung juga mengandung enzim pepsin, yang
penting untuk memulai pencernaaan protein. Faktor intrinsic juga
disekresi oleh mukosa gaster. Senyawa ini berkombinasi dengan
vitamin B12 dalam diet, hingga vitamin dapat diabsorbsi didalam ileum.
Tidak hanya factor intriksik, menyebabkan vitamin B12 tidak dapat
diabsorbsi dan mengakibatkan anemia pernisiosa.
Hormon-hormon, neuroregulator, dan regulator local
ditemukan didalam control sekresi gastrik laju sekresi lambung dan
mempengaruhi motilitas gaster.
Kontraksi Peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambung
ke arah pylorus. Karena partikel makanan besar tidak dapat melewati
sfingter pylorus, partikel ini diaduk kembali di dalam lambung secara
mekanis dicampur dan dihancurkan manjadi partikel lebih kecil.
Makanan tetap berada di lambung selama waktu yang
bervariasi dari setengah jam sampai beberapa jam, tergantung pada
ukuran partikel makanan, komposisi makanan, dan factor lain.
Peristaltic di dalam lambung dan kontraksi sfingter pylorus
memungkinkan makanan dicerna sebagian untuk masuk ke usus halus
pada kecepatan yang memungkinkan absorbsi nutrient efisien.
(brunner, suddart.2001)
II.2 Kanker Lambung
Kanker lambung merupakan bentuk neoplasma maligna
gastrointestinal. Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung
yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua
kematian akibat kanker (Cancer Facts and Figures, 1991)
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad
Tjarta, 2002)
Kanker lambung adalah salah satu penyakit pembunuh manusia
dengan jumlah kematian 14.700 setiap tahun.Kanker lambung terjadi pada
kurvatura kecil atau antrum lambung dan adenokarsinoma. Factor lain selain
makanan tinggi asam yang menyebabkan insiden kanker lambung mencakup
Inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria (tidak adanya
hidroklorida). Ulkus lambung, bakteri H, plylori, dan keturunan. (Suzanne C.
Smeltzer)
Kanker lambung atau tumor malignan perut adalah suatu adeno
karsinoma. Kanker ini menyebar ke paru –paru, nodus limfe dan hepar.
Faktor risiko meliputi gastritis atrofik kronis dengan metaplasia usus anemia
pernisiosa, konsumsi alkohol tinggi dan merokok. (Nettina sandra ,pedoman
praktik keperawatan)
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi dilambung,
sebagian besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung
lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker
lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker
tertentu terjadi pada orang dibawah usia 50 tahun (Osteen, 2003). Kanker
lambung pada pria merupakan keganasan terbanyak ketiga setelah kanker
paru dan kanker kolorektal, sedangkan pada wanita merupakan peringkat
keempat setelah kanker payudara, kanker serviks dan kanker kolorektal
(Christian, 1999).
II.3 Etiologi Kanker Lambung
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung,
meliputi hal- hal sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a. Faktor genetic
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki
hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami,
tetapi adanya mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe
kanker lambung. Adanya riwayat keluarga anemia pernisiosa dan
polip adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi genetik pada
kanker lambung (Bresciani, 2003).
b. Faktor umur
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun,
tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun
dan 1 % kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996)
2. Faktor presipitasi
a. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap atau yang diawetkan.
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan
menjadi faktor utama peningkatan kanker lambung. Kandungan
garam yang masuk kedalam lambung akan memperlambat
pengosongan lambung sehingga memfasilitasi konversi golongan
nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam lambung.
Gabungan kondisi terlambatnya pengosongan asam lambung dan
peningkatan komposisi nitrosamines didalam lambung memberi
kontribusi terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
b. Infeksi H.pylori. H.pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90%
ulkus duodenum dan 80% tukak lambung (Fuccio, 2007). Bakteri ini
menempel di permukaan dalam tukak lambung melalui interaksi
antara membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari
glikoprotein membran sel-sel epitel lambung (Fuccio, 2009).
c. Sosioekonomi. Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan
meningkatkan risiko kanker lambung, namun tidak spesifik.
d. Mengonsumsi rokok dan alkohol. Pasien dengan konsumsi rokok
lebih dari 30 batang sehari dan dikombinasi dengan konsumsi alkohol
kronik akan meningkat risiko kanker lambung (Gonzales, 2003)
e. NSAIDs. Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang
mengonsumsi NSAIDs dalam jangkan waktu yang lama dan hal ini
(polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker lambung. Kondisi
polip lambung akan meningkatkan risiko kanker lambung (Houghton,
2006).
f. Anemia pernisiosa. Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan
kegagalan absorpsi kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh
kurangnya faktor intrinsik sekresi lambung. Kombinasi anemia
pernisiosa dengan infeksi H.pylori memberikan kontribusi penting
terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung (Santacrose,
2008).
II.4 Patofisiologi dan WOC Kanker Lambung
Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling
sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6 % dari semua kematian akibat
kanker. Laki-laki lebih sering terserang dan sebagian besar kasus timbul
setelah usia 40 tahun(Sjamsuhidajat , 1997). Penyebab kanker lambung tidak
diketahui tetapi dikenal faktor-faktor predisposisi tertentu. Faktor genetik
memegang peranan penting, dibuktikan karsinoma lambung lebih sering
terjadi pada orang dengan golongan darah A. Selain itu faktor ulkus gaster
adalah salah satu faktor pencetus terjadinya karsinoma gaster(Sjamsuhidajat ,
1997).
Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tanpa gejala karena
lambung masih dapat berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah massa
tumor cukup membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan anoreksia, dan
gangguan penyerapan nutrisi di usus sehingga berpengaruh pada penurunan
berat badan yang akhirnya menyebabkan kelemahan dan gangguan nutrisi.
Bila kerja usus dalam menyerap nutrisi makanan terganggu maka akan
berpengaruh pada zat besi yang akan mengalami penurunan yang akhirnya
menimbulkan anemia dan hal inilah yang menyebabkan gangguan pada
perfusi jaringan penurunan pemenuhan kebutuhan oksigen di otak sehingga
efek pusing sering terjadi(Sjamsuhidajat , 1997).
Pada stadium lanjut bila sudah metastase ke hepar bisa mengakibatkan
hepatomegali. Tumor yang sudah membesar akan menghimpit atau menekan
saraf sekitar gaster sehingga impuls saraf akan terganggu, hal inilah yang
menyebabkan nyeri tekan epigastrik (Sjamsuhidajat , 1997).
Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba massa pada rektum,
dan kelenjar limfe supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang membesar
menunjukkan penyakit yang lanjut dan sudah menyebar. Bila terdapat ikterus
obstruktiva harus dicurigai adanya penyebaran di porta hepatik
(Sjamsuhidajat , 1997).
Kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untk tujuan kuratif
memberikan angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50%. Bila telah ada
metastasis ke kelenjar limfe angka tersebut menurun menjadi 10%.
Kemoterapi diberikan untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau dioperasi
tidak radikal. Kombinai sitostatik memberikan perbaikan 30-40% untuk 2-4
bulan (Sjamsuhidajat , 1997).
Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk
tujuan kuratif dilakukan operasi radikal yaitu gastrektomi (subtotal atau total)
dengan mengangkat kelejar limfe regional dan organ lain yang terkena.
Sedangkan untuk tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan tumor yang
perforasi atau berdarah (Sjamsuhidajat , 1997).
II.5 Klasifikasi Kanker Lambung
Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini). Berdasarkan hasil
pemeriksaan radiolog dapat dibagi atas:
1. Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub
mukosa yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak
rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
2. Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
a. Tipe II.a. (Elevated type)
Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I,
terdapat sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
b. Tipe II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat
perubahan pada warna mukosa.
c. Tipe II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular)
hiperemik / perdarahan.
3. Tipe III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai
kombinasi seperti tipe II c dan tipe III atau tipe III dan tipe II c, dan tipe
II a dan tipe II c.
Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut). Menurut klasifikasi
Bormann dapat dibagi atas :
1. Bormann I
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat
nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.
Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
3. Bormann III
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat batas tegas pada
dinding dan infiltrasi difusi pada seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
II.6 Manifestasi klinis Kanker Lambung
Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan
tumor ini dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ganguan fungsi
lambung. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti
nyeri yang hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus
benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan,
anoreksia, dyspepsia, penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi,
anemia dan mual serta muntah (Harnawati, 200, KMB).
Gejala klinis yang ditemui antara lain :
a. Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan
defisiensi Fe mungkin merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang
paling umum.
b. Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit
metastasis lanjut.
c. Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran
keluar lambung.
d. Disfagia
e. Nausea
f. Kelemahan
g. Hematemesis
h. Regurgitasi
i. Mudah kenyang
j. Asites perut membesar
k. Kram abdomen
l. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
m. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan
(Davey, 2005)
II.7 Pemeriksaan diagnostik Kanker Lambung
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini adalah
endoskopi, endoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan
spesifik untuk mendiagnosa karsinoma gaster. Endoskopi dengan resolusi
tinggi dapat mendeteksi perubahan ringan pada warna, relief arsitektur dan
permukaan mukosa gaster yang mengarah pada karsinoma dini gaster
(Lumongga, 2008).
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan barium enema masih
digunakan di Jepang sebagai protokol untuk skrinning, bila kemudian
dijumpai kelainan selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi
(Lumongga, 2008).
2. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologi brushing.
Pada keadaan normal, tampak kelompok sel-sel epitel superfisial yang
reguler memben tuk gambaran seperti honey comb. Sel-sel ini mempunyai
inti yang bulat dengan kromatin inti yang tersebar merata (Lumongga,
2008).
Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma
yang sedikit dan inti sedikit membesar.Pada karsinoma, sel-sel menjadi
tersebar ataupun sedikit berkelompok yang irreguler, inti sel membesarn
hiperkromatin dan mempunyai anak inti yang multipel atau pun giant
nukleus (Lumongga, 2008).
Pemeriksaan sitologi brushing ini jika dilakukan dengan benar,
mempunyai nilai keakuratan sampai 85% tetapi bila pemeriksaan ini
dilanjutkan dengan biopsi lambung maka nilai keakuratannya dapat
mencapai 96% (Lumongga, 2008).
3. Pemeriksaan makroskopis
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi
atas dua golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm, disebut dengan
minute dan tumor dengan ukuran 6 – 10 mm disebut dengan small
(Lumongga, 2008).
Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum
(50-60%), curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor (12%).
Paling banyak terjadi karsinoma lambung pada daerah daerah curvatura
minor bagian antropyloric (Lumongga, 2008).
4. Pemeriksaan laboratorium
Anemia (30%) dan tes darah positif pada feses dapat ditemukan akibat
perlukaan pada dinding lambung. LED meningkat. Fractional test meal ada
aklorhidria pada 2/3 kasus kanker lambung. Elektrolit darah dan tes fungsi
hati kemungkinan metastase ke hati (Hamsafir, 2010).
5. Radiologi
a. Foto thorax : dipakai untuk melihat metastase Paru.
b. Barium Meal Double-contrastàadditional defect, iregularitas mukosa
→ tumor primer atau penyebaran tumor ke esofagus/ duodenum.
c. Ultrasonografi abdomen → untuk mendeteksi metastase hati.
d. CT scan atau MRI pada thorax, abdomen, dan pelvis → lihat ekstensi
tumor transmural, invasi keorgan dan jaringan sekitar, metastasis
kelenjar, asites.Untuk menilai proses penyebaran tumor seperti : menilai
keterlibatan serosa, pembesaran KGB dan metastase ke hati dan ovarium
6. CT Staging pada karsinoma lambung
a. Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan dinding.
b. Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.
c. Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.
d. Stage IV : Penyakit telah bermetastase.
7. Endoskopi dan Biopsi
a. Sebagai Gold Standar pemeriksaan malignitas gaster.
b. Ultrasound Endoskopi → kedalaman infiltrasi tumor dan melihat
pembesaran limfa selika dan perigastrik (> 5mm).
Gambar 1. Endoskopi Lambung
Gambar 2.Infiltrasi Karsinoma gaster
Gambar 3. Karsinoma gaster pada fundus gaster
Gambar 4. Karsinoma gaster pada antrum gaster
Gambar 5. Karsinoma gaster yang menyebabkan obstruksi antrum gaster
II.8 Komplikasi Kanker Lambung
a. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akuta dan perforasi kronika
1. Perforasi akut
AIRD 1935 menjumpai 35 penderita demean perforasi akut yang terbuka
dari karsinoma ventrikuli. Yang sering terjadi perfirasi yaitu: tipe
ulserasi dari kanker yang letaknya di kurvatura minor, diantrium dekat
pylorus. Biasanya mempunyai gejala-gejala yang mirip demean perforasi
dari ulkus peptikum. Perforasi ini sering dijumpai pada pria.
2. Perforasi kronika
Perforasi yang terjadi sering tertutup oleh jaringan didekatnya, misalnya
oleh omentum atau bersifat penetrasi. Biasanya lebih jarang dijumpai
jika dibandingkan dengan komplikasi dari ulkus benigna. Penetrasi
mungkin dijumpai antara lapisan omentun gastrohepatik atau dilapisan
bawah dari hati.Yang sering terjadi yaitu perforasi dan tertutup oleh
pancreas. Dengan terjadinya penetrasi maka akan terbentuk suatu fistul,
misalnya gastrohepatik, gastroenterik dan gastrokolik fistula.
b. Hematemesis
Hematemesis yang masif dan melena terjadi ± 5 % dari karsinoma ventrikuli
yang gejala-gejalanya mirip seperti pada perdarahan massif maka banyak
darah yang hilang sehingga timbullah anemia hipokromik.
c. Obstruksi
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai
keluhan muntah-muntah.
d. Adhesi
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan
infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut.
II.9 Penatalaksanaan Kanker Lambung
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung
kecuali mengangkat tumornya.Bila tumor dapat diangkat ketika masih
terlokalisasi di lambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke
area lain yang tidak dapat dieksisi secara bedah penyembuhan tidak dapat
dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini, paliasi efektif untuk mencegah gejala
seperti obstruksi, dapat diperoleh dengan reseksi tumor.
Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, punting ambung
dianastomosisikan pada jejunum, seperti pada gastrektomi ulkus. Bila
gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan
anastomosis diantara ujung esophagus dan jejunum. Bila ada metastasis pada
organ vital lain, seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan
paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan
gejala obstruksi dan disfagia.
Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan
perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan control lanjut
terhadap penyakit atau paliasi. Obat kemoterapi yang sering digunakan
mencakup kombinasi 5-fluorourasil (5FU), Adriamycin, dan mitomycin-C.
Radiasi dapat digunakan untuk paliasi pada kanker lambung. ( brunner&
suddart, 2001)
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Kanker Lambung atau dikenal sebagai Gastric cancer adalah jenis
penyakit kanker yang terjadi di perut, berasal dari sel epitel dinding
perut dan dapat terjadi diberbagai bagian perut (daerah antral pylorus
paling banyak, diikuti oleh daerah fundic lambung kardia, Lambung
sedikit lebih kecil), invasi ke dalam dan berbagai bagian.
2. Etiologi kanker lambung meliputi factor genetic, factor umur, konsumsi
makanan yang diasinkan, diasap atau yang diawetkan, Infeksi H.pylori.
mengonsumsi rokok dan alcohol, NSAIDs, dan anemia pernisiosa.
3. Cara mendiagnosa kanker lambunng meliputi Gastroskopi, Biopsi dan
Tes pencitraan lambung.
4. Pengobatan kanker lambung antara lain pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi.
III.2 Saran
Pembuatan makalah ini adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
sangat baik untuk dijadikan sebagai sumber informasi khususnya kepada
mahasiswa demi peningkatan derajat kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pertanyaan dan Jawaban :
1. Nensi
Obat-obat sintesis yang berfungsi menghambat bahkan menyembuhkan
kanker lambung !
Jawab :
2. Safia Labala
Apakah ulkus peptikum kronik dapat menyebabkan kanker lambung?
Jawab :
Ulkus peptikum kronik dapat menyebabkan kanker lambung, salah satu
penyebab terjadinya kanker lambung adalah infeksi oleh Helicobacter
pylori. Peradangan dinding lambung yang berlangsung terus menerus ini
dapat menyebabkan kanker lambung.
Gastritis kronik dapat menyebabkan kanker lambung, tahapannya
dimulai dari :
a. Gastritis kronik
Proses infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan
daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu
limfosit dan sel plasma.
b. Atropi gastritis kronik
Sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi
dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata. Atrofi gastritis kronik
dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu
struktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata
dengan jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang juga
menurun. Mukosa menjadi sangat tipis sehingga pembuluh darah
dapat terlihat saat pemeriksaan endoskopi.
c. Metaplasia intestinal
Suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung
menjadi kelenjar-kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel
goblet. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi secara menyeluruh
pada hampir seluruh segmen lambung, tetapi dapat pula hanya
merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.
d. Dysplasia
Displasia adalah merujuk kepada pembentukan dan perkembangan sel
secara tidak beraturan. Pada tahap ini sel- sel pada dinding lambung
berkembang secara tidak menentu dan akhirnya menyebabkan kanker
lambung.
3. Sri Yolandari
Bagaimana penanganan kanker lambung pada setiap stadiumnya?
Jawab :
Seperti kita ketahui, penyebab kanker lambung diantaranya yaitu ulkus
lambung yang kronik dan infeksi bakteri Helicobacter pylori, pada tahap
ini, pasien diberikan obat-obat yang dapat mengatasi ulkus lambung dan
bakteri Helicobacter pylori (kombinasi antibiotic dengan obat golongan
penghambat pompa proton). Jika ulkus peptik tidak mengalami
perubahan, maka dilakukan diagnosa dengan gastroskopi, biopsi atau
CT-scan seperti yang telah dijelaskan. Dari pemerikasaan ini bisa
diketahui apakah pasien tersebut positif kanker lambung atau tidak dan
bagaimana penyebarannya.
Jika positif, pada umumnya dilakukan pembedahan terhadap sel kanker
agar tidak menginvasi jaringan disekitarnya. Setelah pembedahan,
radioterapi dapat diaplikasikan bersamaan dengan kemoterapi untuk
membunuh sisa-sisa kanker yang berukuran kecil, yang tidak terlihat
maupun tidak dapat diangkat saat dilakukan pembedahan. Pada pasien
dengan kanker lambung stadium lanjut, radioterapi sangat berguna untuk
menghilangkan penghalang dalam lambung, sedangkan kemoterapi,
menggunakan obat-obatan dapat membantu membunuh sel kanker dan
menyusutkan ukuran tumor.