Download - Makalah Fix Max _era
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejarah merupakan sebuah kata yang seringkali diucapkan, dan didengar oleh semua
orang. Bukan hanya sekedar kata saja melainkan sejarah merupakan bagian dari
kehidupan setiap manusia yang tidak dapat dipisahkan dalam proses kehidupan. Sejak
manusia dilahirkan ke dunia sampai manusia meninggal dunia memiliki beragam sejarah
dalam setiap hidupnya. Sejarah dalam hidup manusia bisa berupa momen-momen penting
seperti pernikahan, kelahiran, kematian, dan perjalanan karir.
Sejarah tidak hanya berkaitan dalam lingkungan sosial maupun lingkungan keluarga
saja, melainkan juga di dalam dunia akademik. Pada jenjang pendidikan dasar (SD)
sejarah telah dimasukkan ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai
salah satu komponen materi siswa. Hal ini terus berlanjut hingga jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) materi mata pelajaran sejarah memiliki
tingkatan yang mulai sedikit sulit, pertanyaan pada seputar permasalahan bukan lagi pada
siapa, dan di mana melainkan sudah bagaimana. Dalam hal ini siswa diajak untuk bisa
melihat peristiwa sejarah secara lebih mendetail. Sehingga, bisa meminimalisir adanya
pembelokkan sejarah.
Seiring dengan perkembangan jaman sejarah telah menjelma menjadi sebuah mata
pelajaran pada jenjang pendidikan tersebut. Namun, dengan sejarah telah menjadi mata
pelajaran nyatanya tidak mendapat sambutan yang begitu hangat dari sebagian besar
siswa-siswanya, justru sebagian besar dari mereka tidak menyukai mata pelajaran sejarah.
Alasan yang dikemukakan oleh siswa-siswi tersebut beragam mulai dari rasa bosan yang
mendera ketika tengah mengikuti mara pelajaran sejarah, metode yang digunakan oleh
guru terkesan kuno yaitu dengan menggunakan metode ceramah sehingga banyak
membuat siswa merasa ngantuk dan jenuh. Sedangkan yang terakhir adalah materi dari
mata pelajaran sejarah sendiri yang memang membutuhkan sebuah metode yang tepat
untuk membuat siswa bisa dengan mudah memahami materi dari mata pelajarah sejarah
itu sendiri. Karakter dari materi sejarah sendiri yang memang rumit, serta membutuhkan
kesabaran, ketekunan, dan kecermatan dalam melihat sebuah peristiwa seringkali dirasa
sangat sulit bagi siswa-siswi. Dalam hal ini peran guru tidak hanya cukup dalam
mengambangkan teknologi pembelajaran bagi mata pelajaran sejarah saja, melainkan juga
1
mampu untuk menciptakan sebuah metode belajar dan pembelajaran yang tepat agar siswa
bisa mengerti dan memahami materi dari setiap mata pelajaran sejarah.
Dengan demikian, siswa bisa tertarik dengan mata pelajaran sejarah sehingga mampu
merubah mindset tentang mata pelajaran yang membosankan, dan hanya sekedar
mendengarkan dongeng dari guru tentang masa lampau. Oleh karena itu, dalam makalah
yang berjudul Penerapan Teori Kooperatif dalam Pembelajaran Sejarah pada jenjang
SMA adapun hal-hal yang dibahas antara lain, hakikat model pembelajaran kooperatif,
metode yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif, serta implementasi model
pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran sejarah.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana hakikat model pembelajaran kooperatif ?
b. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran kooperatif ?
c. Bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran sejarah?
1.3 Tujuan
a. Mendiskripsikan hakikat model pembelajaran kooperatif
b. Mendiskripsikan metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran kooperatif
c. Mendiskripsikan implementasi model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
sejarah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Era modern seperti sekarang semakin banyak hasil temuan dalam dunia
pendidikan yang bisa membantu siswa dalam pencapaian prestasi di dalam bidang
akademik. Temuan-temuan inilah yang nantinya akan memberikan motivasi kepada
orang lain serta mendorong para siswa untuk lebih bisa meningkatkan prestasi mereka.
Dunia pendidikan yang sekarang sudah jauh dari kesan kuno ketika bangsa
Indonesia pada jaman dahulu berjuang untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Wajah dunia pendidikan bangsa Indonesia dari tahun ke tahun semakin berbenah diri
untuk menjadi lebih baik lagi meskipun di beberapa bagian masih terdapat kekurangan
yang seharusnya bisa segera diperbaiki. Salah satu temuan dalam dunia pendidikan
adalah munculnya berbagai macam metode pembelajaran yang bisa diterapkan dalam
proses belajar di dalam kelas.Salah satunya adalah metode kooperatif (cooperative
method).
Metode kooperatif merupakan sebuah metode kerjasama dalam menyelesaikan
sebuah project di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran
yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan tertentu, definisi tersebut
dikemukakan oleh Anita Lie (2004:8).
Pada dasarnya metode kooperatif telah digunakan oleh para pendidik sejak
bertahun-tahun lamanya utamanya dalam bentuk kerjasama di dalam penelitian
laboraturium, diskusi, atau pun kerja kelompok. Ide yang melatar belakangi bentuk
pembelajaran kooperatif adalah adanya keinginan dari para siswa agar kelompoknua
berhasil, sehingga akan memberikan motivasi kepada anggota kelompok lain untuk lebih
baik dan bisa membantu.
Di era yang sudah modern sekarang, sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Amerika serta negara-negara yang lainnya telah menciptakan metode-metode
pembelajaran yang sistematik dan praktis yang ditujukan untuk digunakan sebagai
elemen utama dalam pola pengaturan kelas, pengaruh penerapan metode ini juga
didokumentasikan dan telah diaplikasikan dalam kurikulum yang lebih luas.
Menurut Anita Lie (2004:8) pembelajaran kooperatid adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai suatu tujuan. Model pembelajaran
3
kooperatif ini bertujuan untuk mengembangkan aspek keterampilan sosial sekaligus
aspke kognitif dan aspek sikap siswa. Pendapat lain juga disebutkan oleh Sugiyanto
(2009:6) pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-
elemen yang saling terkait. Elemen-elemen tersebut adalah saling ketergantungan positif,
interaksi tatap muka, akuntabilitas individu dan keterampilan untuk menjalin hubungan
antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
Menurut Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif adalah
suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi
dorongan kepada siswa agar bekerjasama selama proses pembelajaran. Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan
positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka,
komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Rohman, 2009:186).
Menurut Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas
meliputi jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin atau
diarahkan oleh guru.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya relatif heterogen
(beragam) terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan
laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja
sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota kelompok maksimal.
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,
dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-
bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang
dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Dalam
pembelajaran kooperatif, sebagai seorang guru menciptakan suasana yang dapat
mendorong siswa agar merasa saling membutuhkan (Agung, 2012: 87).
Tidak hanya siswa yang belajar dari guru, tetapi guru juga harus belajar dari siswa.
Hubungan yang diperlukan antara guru dan siswa adalalah hubungan saling
ketergantungan positif , maka dibutuhkan saling ketergantungan untuk mencapai tujuan,
saling ketergantungan mengerjakan tugas, saling ketergantungan dalam bahan dan
sumber, saling ketergantungan peran dan saling ketergantungan dalam hal hasil dan
4
hadiah (Roestiyah, 2001: 34). Ketergantungan postif tersebut dapat menciptakan interaksi
antara guru dan siswa yang asih, asah dan asuh sehingga terciptanya masyarakat belajar
(learning community).
Manfaat dari model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kemajuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi.
b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku selama
bekerja sama.
c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
d. Meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku positif sehingga dengan
pembelajaran kooperatif peserta didik akan tahu kedudukannya dan belajar untuk
saling menghargai satu sama lain.
e. Meningkatkan prestasi belajar dengan meningkakan prestasi akademik sehingga,
dapat membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit
Meskipun banyak manfaat dari model pembelajaran kooperatif, tetapi ada
kelemahan pada model pembelajaran tersebut. Kelemahan pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut:
a. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang. Hal ini mengakibatkan
siswa yang lain menjadi pasif.
b. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan
lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu.
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung terdapat kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
d. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan sarana
dan prasarana yang memadai.
2.2 Metode yang Digunakan Dalam Pembelajaran Kooperatif
Di dalam menerapkan teori pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam
situasi belajar dan pembelajaran dibutuhkan beberapa metode yang dapat digunakan
untuk bisa mengoptimalkan kinerja dari teori tersebut. Beberapa metode pembelajaran
yang bisa digunakan dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) antara lain,
A. Student Team Achievement Division (STAD)
Perkembangan kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John
Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang
5
baru muncul menggunakan pembelajaran kooperatif. STAD adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD juga
mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa yang
ditempatkan dalam tim kelompok belajar beranggotakan empat orang yang merupakan
campuran menurut tingkat kinerjanya. Sedangkan guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi
tersebut dengan catatan, saat kuis siswa tidak boleh saling membantu.
Menurut Slavin (2008: 21) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif
metode STAD adalah sebagai berikut:
a. Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara
klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan
pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa
bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis
atau diskusi.
b. Menetapkan Siswa dalam Kelompok
Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena di dalam
kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai
kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi dari dibentuknya kelompok adalah
untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota dapat bekerja sama dalam belajar.
Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam
menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu
siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari
kelompok sedang.
Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar
anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan
sendiri teman sekelompoknya.
c. Tes dan Kuis
Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian
kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa
usaha dan keberhasilan mereka artinya nanti akan memberikan sumbangan yanga
sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
6
d. Skor Peningkatan Individual
Skor peningkatan individu berguna untuk memotivasi agar bisa bekerja dan
memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor
peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar
dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretest yang
dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran kooperatif metode
STAD.
e. Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha
yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat
atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah
ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
Pada pembelajaran kooperatif yang menggunakan metode Student Team
Achievement Division (STAD) mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
pembelajaran kooperatif pada metode STAD adalah sebagai berikut,
a. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-
norma kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan kelas, hasil, dan
kelompok.
d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat
e. Meningkatkan kecapakan individu
f. Meningkatkan kecapakan kelompok
g. Tidak bersifat kompetitif
h. Tidak memiliki rasa dendam di antara teman.
Sedangkan, kekurangan dari pembelajaran kooperatif pada metode STAD
adalah sebagai berikut,
a. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran
anggota yang pandai lebih dominan
c. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sisw sehingga sulit mencapai
target kurikulum
d. Membutuhkan waktu yang lebih lama daripada guru sehingga pada umumnya
guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif
7
e. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif.
B. Team Games Tournament (TGT)
Merupakan jenis model pembelajaran kooperatif yang menggunakan metode
Team Games Tournament (TGT) dikembangkan oleh Slavin dan rekan-rekannya,
metode pembelajaran ini mirip dengan Student Team Achievement Division dalam hal
komposisi kelompok, format instruksional, dan lembar kerjanya. Meskipun sekilas
metode TGT hampir mirip dengan metode STAD namun ada sisi lain yang memiliki
perbedaan diantaranya, pada metode STAD lebih memfokuskan pada komposisi
kelompok yang berdasarkan kemampuan, ras, etnik, dan gender, sedangkan pada TGT
lebih memfokuskan pada level kemampuan saja.
Model pembelajaran STAD lebih menggunakan kuis-kuis di dalam proses
pembelajaran, sedangkan TGT menggunakan permainan (games) yang bersifat
akademik. Dalam pelaksanaannya metode TGT digunakan pada setiap minggu
sedangkan metode STAD digunakan pada ujian tengah semester dan ujian akhir.
Kelebihan yang diperoleh dari metode pembelajaran TGT adalah siswa lebih
menikmati bagaimana suasana turnamen itu dan lebih memotivasi dalam berkompetisi
dengan kelompok-kelompok yang memiliki komposisi kemampuan setara. Selain itu,
TGT menciptakan warna positif di dalam kelas karena kesenangan para siswa untuk
bermain games tanpa melupakan aktivitas belajar.
C. Metode Jigsaw
Jigswa adalah salah satu jenis metode pembelajaran kooperatif yang sering
digunakan oleh guru di dalam kelas. Jigsaw sendiri memiliki arti sebagai strategi
pembelajaran dimana individu dalam kelompok menjadi pakar dalam satu topik atau
keseluruhan topik dan mengajarkan sebagian itu kepada orang lain (Slavin, 2008:
137). Metode pengajaran jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson.
Ada pun ciri dari strategi jigsaw, yang pertama adalah membentuk sistematis,
kedua adalah adanya elemen spesialisasi task. Dalam hal ini, sebuah topik dalam suatu
bab diberikan kepada kelompok siswa.
Kemudian, sekelompok siswa tersebut dibagi lagi menjadi individu yang memegang
satu subtopik. Misalnya, dalam sebuah mata pelajaran sejarah terdapat beberapa bab.
Kemudian, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
bab yang ada. Kedua, adanya elemen spesialisasi topik. Maksud dari spesialisasi topik
ini adalah setiap kelompok diberi topik-topik atau sub-bab yang sudah ditentukan
8
oleh guru. Lalu, dalam kelompok tersebut dibagi dalam sub-bab yang lebih
mengerucut mengenai topik tersebut.
Kemudian, pembentukan kelompok baru berdasarkan utusan dari masing-masing
kelompok dalam tahap kedua. Dalam tahap ini, siswa secara heterogen menjelaskan
tentang materi yang sudah didiskusikan dalam kelompok heterogen.
Untuk bisa membuat materi jigsaw terdapat langkah-langkah sebagai berikut,
a. Pilihlah satu atau dua bab yang membutuhkan waktu lebih dari satu hari untuk
membaca.
b. Buatlah sebuah lembar ahli untuk setiap unit.
2.3 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Sejarah
Mata pelajaran sejarah seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang sangat
membosankan. Persepsi mengenai mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang
membosankan ini sudah tertanam begitu kuat dalam memori setiap siswa. Namun, tidak
semua siswa memiliki persepsi yang sedekimian rupa, ada beberapa siswa yang menganggap
mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang asyik, menyenangkan, serta mampu untuk
menumbuhkan rasa cinta tanah air terhadap bangsa.
Permasalahan yang tengah dihadapi dalam dunia pendidikan adalah tentang persepi
siswa bahwa sejarah sangat membosankan. Ada beberapa faktor yang bisa dijadikan dasar
tentang munculnya persepsi tersebut di dalam siswa, diantaranya guru terkesan monoton dan
kurang kreativitas dalam menyampaikan materi sejarah. Kurangnya kreativitas inilah yang
membuat siswa malas jika berhadapan dengan mata pelajaran sejarah. Faktor yang lainnya
adalah tentang metode yang digunakan yang digunakan oleh guru tersebut. Guru cenderung
menggunakan metode ceramah, cara lain misalnya dengan menyetel sebuah film dokumenter
atau film sejarah lainnya. Pada umumnya, siswa hanya akan tertarik dengan tayangan film
tersebut dan ketika ditanya mengenai pesan atau nilai-nilai yang ada di dalam film tersebut
siswa akan kesulitan untuk menjawab. Di dalam menyikapi hal tersebut, dalam makalah ini
akan menyajikan salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran
sejarah yaitu dengan menggunakan metode kooperatif (cooperatif). Metode kooperatif
ternyata memberikan dampak positif yang besar terhadap perkembangan belajar sekaligus
pencapaian prestasi yang optimal. Melalui metode kooperatif siswa akan belajar mengenai
aspek-aspek sikap diantaranya, tanggung jawab, keinginan untuk bisa lebih dari kelompok
lain, bersikap sebagai pemimpin bijak. Sikap tanggung jawab saja misalnya akan tumbuh
secara tidak langsung ketika siswa berada dalam kelompok belajarnya dan kemudian
mendapat bagian atau porsi tugas. Dengan begitu siswa tersebut akan berusaha untuk
9
menyelesaikan tugasnya, sikap keinginan untuk bisa lebih dari kelompok lain akan semakin
memacu persaingan yang sehat diantara kelompok-kelompok belajar lainnya untuk bisa
menjadi yang terbaik, sedangkan sikap sebagai pemimpin yang bijak juga secara tidak
langsung akan didapat dari siswa yang ditunjuk sebagai “leader” dalam kelompok tersebut.
Siswa tersebut juga akan belajar tentang bagaimana membagi beban tugas kepada anggota
kelompok belajar yang lainnya dalam porsi yang sama sehingga tidak ada anggota kelompok
yang merasa dirugikan dengan porsi tugas yang lebih berat dibandingkan dengan anggota
kelompok lainnya.
Selain itu, dalam penggunaan metode kooperatif (cooperatif learning) di dalam pembelajaran
sejarah terdapat pula beberapa faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap pencapian
pembelajaran kooperatif, diantaranya:
a. Motivasi, dengan adanya motivasi akan semakin membangkitkan semangat siswa dalam
melakukan pembejaran kooperatif. Ketika terdapat sebuah kelompok belajar yang lebih
unggul dibandingkan dengan kelompok yang lain maka, akan membangkitkan motivasi
bagi kelompok lain untuk bisa mencapai prestasi belajar yang lebih baik dari kelompok
tersebut. Selain itu, sikap dan pembawaan guru yang terkesan ramah, tidak membuat
suasana pembelajaran tegang akan membangkitkan motivasi belajar siswa untuk bisa
meraih nilai yang optimal dalam pembelajaran. Hal ini cocok diterapkan dalam
pembelajaran sejarah, sebab minimnya siswa yang menyukai mata pelajaran sejarah perlu
dihapuskan dengan pemberian motivasi serta merubah pembawaan dan kesan guru ketika
melakukan proses pembelajaran di dalam kelas.
b. Kerja sama tim, teori kooperatif merupakan sebuah teori yang cara bekerjanya
membutuhkan kelompok-kelompok kecil dalam prosesnya. Kelompok-kelompok belajar
tersebut nantinya akan membangun sebuah interaksi sosial yaitu kerja sama tim. Dalam
kerja sama tim tersebut semua anggota kelompok terlibat di dalam penyelesaian suatu
masalah (problem), atau mendiskusikan tentang nilai-nilai dari suatu kejadian atau
peristiwa. Hal ini bisa digunakan dalam pembelajaran sejarah misalnya, pada saat guru
menyetel sebuah film dokumenter kemudian, masing-masing kelompok bisa
mendiskusikan satu nilai yang berbeda dengan kelompok lainnya kemudian
menghubungkan dengan perilaku atau kejadian yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, di dalam praktik dari sebuah metode pembelajaran memiliki sisi kelemahan yang
tidak dapat dihindari dan kemungkinan besar terjadi ketika metode tersebut dipraktikkan.
Sama halnya dengan metode pembelajaran kooperatif, begitu banyak sebenarnya manfaat
yang diperoleh ketika metode tersebut dipraktikkan di dalam kelas namun kelemahan dari
metode ini juga tidak dapat dihindari. Ketika metode pembelajaran kooperatif ini diterapkan
10
dalam pembelajaran maka kemungkinan yang akan muncul adalah “pembonceng bebas”.
Julukan pembonceng bebas biasanya diberikan kepada siswa yang hanya menonton, atau
sekedar mengamati kinerja anggota kelompok yang lainnya. Biasanya salah satu anggota
kelompok akan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sedangkan anggota yang
lain biasanya hanya mengamati kerja anggotanya. Oleh sebab itu, tentu akan lebih baik kalau
dalam penerapan metode kooperatif ini guru terus memantau siswa-siswanya dalam
menyelesaikan tugas sehingga guru bisa mengetahui kemampuan masing-masing siswa
meskipun telah dibentuk kelompok belajar.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dunia pembelajaran yang mulai modern dengan perkembangan teknologi yang pesat
membuat banyak perubahan dalam pembelajarannya. Selain, media pembelajaran yang mulai
beragam metode yang digunakan mulai bergama, namun di dalam pelaksanaannya banyak
metode yang bisa digunakan tidak seimbang dengan kretivitas guru. Persoalan pendidikan
yang tengah melilit ini tampak pada mata pelajarah sejarah yang dirasa sangat membosankan
oleh siswa. Hal ini disebabkan karena guru rata-rata kurang kreatif dalam mengemas materi
sejarah. Untuk mengatasi masalah ini teori pembelajaran kooperatif bisa dijadikan sebagai
salah satu solusi, di dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa metode yang bisa
digunakan antara lain, STAD, TGT, dan Jigsaw. Metode STAD lebih menekankan pada
pembelajaran menggunakan kuis-kuis, metode TGT menggunakan permainan di dalam kelas,
sedangkan metode Jigsaw menekankan pada proses diskusi untuk memecahkan masalah
dalam suatu kelompok. Teori kooperatif dirasa cocok apabila diterapkan dalam mata pelajaran
sejarah sebab sejarah memiki materi yang luas dan banyak sehingga membutuhkan tim untuk
bisa mempelajarinya. Manfaat dari teori kooperatif adalah menumbuhkan motivasi kepada
siswa, membentuk kerjasama tim yang solid, serta membantu melakukan interaksi sosial antar
sesama teman dengan baik.
3.2 Saran
Melalui makalah ini penulis berharap teori pembelajaran kooperatif bisa dijadikan
sebagai salah satu solusi dalam memecahkan persoalan pendidikan utamanya dalam
pembelajaran sejarah. Serta diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar dalam
pembelajaran sejarah.
12
DAFTAR RUJUKAN
Agung.2012.Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:Ombak Dua
Anita.2014. Cooperative Learning:Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang
Kelas. Jakarta:Gramedia
Isjoni.2009.Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta
Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rostiyah.2001.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta
Rohman.2009.Memahami Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan.Yogyakarta:Laksbang
Mediatama
Slavin.2008.Cooperative Learning:Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:Nusa Media
Sugiyanto.2009.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Mata Padi Presindo
Suprijono.2009.Cooperative Learning. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
13