BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kompleks atau senyawa koordinasi, menurut definisi klasik, diakibatkan dari
mekanisme donor - akseptor atau reaksi asam-basa Lewis antara dua atau lebih
konstituen kimia yang berbeda. Obat yang diberikan kepada pasien, mengalami
banyak proses sebelum tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran.
Faktor lain yang penting dalam distribusi obat adalah ikatan dengan makro
molekul. Ikatan senyawa kompleks tersebut akan berdisosiasi hingga bentuk obat
bebas tersebut dapat diekskresikan.
Beberapa obat ada yang membentuk senyawa kompleks untuk mempermudah
kelarutannya sehingga mudah diabsorbsi dalam tubuh, misalnya iodium dengan
kalium iodida membentuk kompleks yang larut yaitu kalium triiodida. Namun ada
juga pembentukan kompleks yang justru menghambat absorbsi obat dalam tubuh,
misalnya ion Ag, Fe, Mg, dan Ca menghambat absorbsi tetrasiklin karena
terbentuk ikatan khelat (tipe bentuk senyawa kompleks) yang mempengaruhi efek
kelarutan tetrasiklin.
Sebagian obat didalam darah diikat secara reversible (dapat balik) pada protein
plasma. Pengikatan protein dapat dianggap sebagai suatu cara untuk menyimpan
obat karena bagian yang terikat tidak dirombak atau diekskresi. Distribusi obat ke
berbagai kompartimen cairan dan jaringan terhambat oleh pengikatan protein,
karena molekul besar seperti kompleks protein sukar sekali melintasi membran
sel.
Oleh karena itu perlu dipelajari pembentukan kompleks obat (bentuk ion maupun
senyawa) dan permasalahan tentang ikatan protein dari segi farmasi fisiknya.
1
B. TUJUAN
1. Sebagai pemenuhan tugas makalah farmasi fisik.
2. Mahasiswa/i mampu memahami mengenai kompleksasi dan ikatan protein.
2
BAB II
ISI
A. KOMPLEKSASI
1. Pengertian
Kompleksasi adalah terbentuknya suatu senyawa baru akibat dari adanya
interaksi antara dua atau lebih konstituen atau unsur kimia yang berbeda atau
dengan kata lain, kompleksasi adalah adanya penggabungan dua unsur kimia
yang membentuk senyawa baru yang kompleks.
Ikatan antara molekul yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah:
a. Ikatan ion adalah ikatan yang dihasilkan oleh daya tarik menarik
elektrostatik antara ion-ion yang muatannya berlawanan.
b. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terbentuk apabila ada dua atom saling
menggunakan sepasang elektron secara bersamaan.
c. Ikatan van der waals merupakan kekuatan tarik menarik antara molekul
atau atom yang tidak bermuatan dan letaknya berdekatan.
d. Ikatan hidrofob adalah penggabungan rantai - rantai non polar molekul
obat dan reseptor biologis.
e. Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antara atom H yang mempunyai
muatan positif dengan atom lain yang bersifat elektronegatif dan
mempunyai sepasang elektron bebas.
2. Pengelompokkan kompleks
a. Kompleks Ion Logam
Suatu pengertian yang memuaskan dan kompleksasi logam didasarkan
pada pemahaman akan struktur atom dan gaya molekuler.
3
1) Kompleks anorganik
Kelompok ini terdiri dari kompleks anorganik sederhana yang pertama
kali ditemukan oleh Werner dalam tahun 1891.
2) Kelat
Suatu zat yang mengandung dua atau lebih gugus donor dapat
digabung dengan logam membentuk tipe kompleks khusus yang
dikenal dengan kelat. Beberapa ikatan dalam kelat dapat berupa ionik
atau tipe kovalen primer, sedang yang lain adalah rantai kovalen
koordinat. Dalam proses pengasingan, zat pengkelat dan ion logam
membentuk senyawa yang larut dalam air. EDTA banyak digunakan
untuk mengasingkan dan menghilangkan ion kalsium dari air sadah.
3) Kompleks Logam – Olefin
Larutan air dari ion logam tertentu sepeti platina dapat dibuat untuk
menyerap olefin seperti etilena utuk menghasilkan kompleks yang
larut dalam air. Kompleks-kompleks ini digunakan sebagai katalis
dalam polimerisasi hidrokarbon tidak jenuh dalam polimerisasi
hidrokarbon tidak jenuh dan proses industri lainnya.
4) Tipe aromatik
a) Kompleks ikatan Pi aromatis
Sejumlah senyawa aromatis dapat dilarutkan dalam larutan perak
nitrat dalam air untuk membentuk kompleks yang larut.
b) Kompleks ikatan sigma aromatis
Senyawa koordinasi ini sangat reaktif dan sulit diisolasi.
c) Senyawa “sandwich”
Senyawa ini relatif stabil berupa padatan Kristal berwarna orange
dengan bau seperti camphor.
4
b. Kompleks Organik Molekuler
Suatu senyawa organik koordinasi atau kompleks molekuler terdiri dari
konstituen yang terikat bersama-sama oleh ikatan lemah tipe donor-
akseptor atau ikatan hidrogen.
1) Kompleks kuinhidron
Dibentuk dengan mencampurkan larutan alkohol dari
baenzokuinhidron dan kuinhidron dalam jumlah molar yang sama.
2) Kompleks asam pikrat
Greenstein mengemukakan bahwa kestabilan kompleks yang terbentuk
antara zat penyebab kanker dan asam pikrat dihubungkan dengan
keaktifan penyebab kanker, dan setiap substitusi pada molekul
penyebab kanker yang menghalangi kompleksasi pikrat juga
mengurangi kerja penyebab kanker.
3) Kompleks obat
4) Kompleks polimer
Polietilena glikol, polistirena, karboksimetil-selulosa, dan polimer
sejenis yang mengandung oksigen nukleofilik dapat membentuk
kompleks dengan berbagai obat.
c. Senyawa Inklusi
Kelompok senyawa tambahan yang dikenal sebagai senyawa inklusi atau
oklusi lebih banyak dihasilkan dari arsitektur molekul daripada afinitas
kimia. Salah satu konstituen dari kompleks terperangkap dalam kisi - kisi
terbuka atau struktur kristal seperti perangkap dari yang lain untuk
menghasilkan susunan yang stabil.
1) Tipe kisi-kisi saluran
Kristal dari asam deoksikolat tersusun membentuk saluran ke dalam
mana molekul kompleks dapat cocok. Kekhususan ruang seperti ini
akan memperbolehkan pemisahan isomer optik. Urea dan tiourea juga
5
merupakan struktur kristal seperti saluran yang memperbolehkan
masuknya paraffin yang tidak bercabang, alkohol, keton, asam
organik, dan senyawa lainnya.
2) Tipe lapisan
Beberapa senyawa seperti clay, montmorillonite, konstituen utama dari
bentonit, dapat mengurung hidrokarbon, alkohol, dan glikol diantara
lapisan-lapisan dari kisi - kisinya.
3) Clathrates
Clathrates mengkristal dalam bentuk kisi - kisi seperti perangkap
dimana senyawa koordinasi terperangkap. Ikatan kimia tidak terlibat
dalam kompleks ini dan hanya ukuran molekuler komponen terkurung
yang penting. Kestabilan clathrate disebabkan oleh kekuatan struktur,
yaitu tingginya energi yang harus dikeluarkan untuk menguraikan
senyawa.
4) Senyawa inklusi monomolekuler
Senyawa monomolekuler melibatkan penangkapan molekul asing
tunggal dalam ruang dari satu molekul tuan rumah.
5) Saringan molekuler
Senyawa inklusi makro molekuler atau umumnya disebut saringan
molekuler meliputi, zeolit, dekstrin, silica gel dan zat-zat yang sejenis.
Atom - atom disusun dalam tiga dimensi untuk menghasilkan
perangkap dan saluran.
d. Metode analisis
Beberapa metode penting untuk memperoleh perbandingan stoichiometris
dari ligand pada logam atau donor pada akseptor dan persamaan tetapan
kestabilan untuk pembentukan kompleks, antara lain:
6
1) Metode Variasi Kontinu
Jika sifat dari dua zat cukup berbeda dan jika tidak terjadi interaksi
apabila komponen-komponen dicampur, maka harga sifat itu dijadikan
berat rata - rata dari zat yang terpisah dalam campuran.
2) Metode titrasi pH
Merupakan metode kompleksasi yang diikuti dengan perubahan pH.
3) Metode distribusi
Merupakan metode pendistribusian zat terlarut diantara dua pelarut tak
tercampur yang dapat digunakan untuk menentukan tetapan kestabilan
untuk beberapa kompleks. Kompleksasi iodium oleh kalium iodida
dapat digunakan sebagai contoh untuk menggambarkan metode ini.
4) Metode kelarutan
Menurut metode ini, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah
yang tertutup baik bersama-sama dengan larutan zat pengompleks
dalam berbagai konsentrasi, dan botol dikocok dalam bak pada
temperatur konstan sampai tercapai kesetimbangan.
5) Spektroskopi
Merupakan metode absorbsi dalam daerah spektrum cahaya tampak
dan ultraviolet umumnya digunakan untuk menyelidiki kompleksasi
donor - akseptor atau kompleksasi perpindahan muatan. Tetapan
kompleksasi K dapat diperoleh dengan menggunakan spektroskopi
sinar tampak dan sinar ultraviolet. Asosiasi diantara donor D dan
akseptor A diperlihatkan sebagai berikut:
D + A k1 DA
k-1
dimana K = k1 adalah tetapan keseimbangan untuk kompleksasi
k-1
(tetapan kestabilan) dan k1 dan k-1 adalah tetapan laju interaksi.
7
e. Kompleksasi dan kerja obat
Hubungan kompleksasi pada absorbsi dan distribusi obat dalam tubuh dan
cara kompleksasi mempengaruhi onset dan lama kerja obat. Pengikatan
oleh ion logam secara nyata dapat mempengaruhi kerja biologis dari obat.
Menurut Albert, zat pengikat logam yang memperlihatkkan keaktifan
kemoterapi dibagi dalam:
1) Zat yang dapat digunakan sebagai anti racun dalam keracunan logam
dengan menghilangkan logam dari jaringan,
2) Zat yang dapt bertindak sebagai zat anti bakteri dengan memasukkan
logam dalam jumlah yang cukup besar supaya terjadi penguraian
susunan metabolisme bakteri.
B. IKATAN PROTEIN
1. Pengertian
Protein (protos yang berarti ”paling utama”) adalah senyawa organik
kompleks yang mempunyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer
dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida.
Pengikatan obat pada protein yang terdapat dalam tubuh dapat mempengaruhi
kerja dalam beberapa cara. Protein dapat:
a. Mempermudah distribusi obat ke seluruh tubuh.
b. Menonaktifkan obat dengan tidak memberikan kemungkinan konsentrasi
obat bebas yang cukup untuk berkembang pada tepat reseptor.
c. Menunda ekskresi suatu obat.
Interaksi suatu obat dengan protein-protein dapat menyebabkan:
a. Pemindahan hormon - hormon tubuh atau agen yang dijalankan bersama
b. Perubahan konfigurasi dalam protein, yang mampu mengikat agen yang
dijalankan bersama
8
c. Pembentukan kompleks obat – protein yang merupakan zat aktif biologi.
2. Ketimbangan ikatan
Interaksi antara suatu gugus atau reseptor bebas P dalam protein dan molekul
obat D ditulis:
P + D PD (1)
Tetapan kesetimbangan, tanpa memperlihatkan perbedaan antara keaktifan
dan konsentrasi adalah:
K = [PD]
[P][D] (2)
Atau
K [P][D] = [PD] (3)
Dimana K adalah tetapan asosiasi, [P] adalah konsentrasi protein dalam
bentuk tempat pengikatan bebas, [D] adalah konsentrasi obat, [PD] adalah
konsentrasi kompleks protein - obat.
Jika konsentrasi protein total disimbolkan [Pt], dapat ditulis:
[Pt] = [P] + [PD]
Atau
[P] = [Pt] – [PD] (4)
Substitusi persamaan [P]dari (4) ke (3) memberikan:
[PD] = K [D] ( [ Pt] – [PD] ) (5)
[PD] + K [D] [PD] = K [D] [Pt] (6)
[PD] = [K[D]]
[Pt] 1+K[D] (7)
Misalkan r adalah jumlah mol obat yang terikat [PD] per mol protein total
[Pt];
9
Maka r = [PD] / [P] atau
r = K [D]
1 + K [D] (8)
Perbandingan r dapat juga dinyatakan dalam dimensi lain, misalnya milligram
obat yang terikat x, per gram protein m. persamaan (8) adalah salah satu
bentuk absorbsi Langmuir. Walaupun persamaan ini cukup berguna untuk
menyatakan data ikatan protein, tetapi tidak harus disimpulkan bahwa
kepatuhan akan rumus ini memaksakan bahwa ikatan protein harus berupa
gejala adsorpsi.
Persamaan (8) dapat diubah dalam bentuk linear yang mudah untuk diplot
dengan membalikkannya:
1 = 1 + 1
r KD (9)
Jika v adalah tempat pengikatan yang bebas tersedia, pernyataan r persamaan
(8), semata-mata v kali tempat tunggal, atau:
r = V K [D]
1 + K [D] (10)
Dan persamaan (9) menjadi
1 = 1 1 + 1
r vK [D] v (11)
Cara lain dalam menuliskan persamaan (10) adalah menyusun kembali
menjadi
r + rK [D] = vK [D] (12)
dan kemudian menjadi
r = vK – rK
[D] (13)
Data yang disajikan menurut persamaan (13) dikenal sebagai plot Scatchard.
10
Persamaan (11) dan (13) tidak dapat digunakan untuk analisis data yaitu jika
sifat dan jumlah data protein dalam sistem percobaan tidak diketahui. Dalam
keadaan ini, Sandberg dan Rosenthal menyetujui bentuk modifikasi dari
persamaan (13).
[Db] = - K [Db] + v K [Pt]
[D] (14)
Dimana Db adalah konsentrasi obat yang terikat. Persamaan (14) diplot
sebagai perbandingan [Db] / [D] terhadap [D], dan dalam hal ini K, ditentukan
dari kemiringan sedang vK [Pt] ditentukan dari intersep.
Plot Scatchard menghasilkan garis lurus apabila hanya satu kelompok ikatan
yang ada. Seringkali dalam penelitian ikatan obat, ada n kelompok tempat
tersedia, tiap kelompok I mempunyai tempat v1 dengan tetapan asosiasi untuk
K1. Dalam hal ini plot r / [D] terhadap r tidak linear tetapi memperlihatkan
bentuk lengkung yang menandakan adanya lebih dari satu kelompok tempat
ikatan yang memudahkan.
Persamaan (10) kemudian ditulis
r = v1K1[D] + v2K2[D] + … + vnKn[D]
1 + K1[D] 1 + K2[D] 1+ Kn[D] (15)
Seperti telah ditulis terdahulu hanya v dan K yang perlu dievaluasi apabila
tempat-tempat semua dari satu kelompok. Tetapan ikatan Kn dalam bentuk
sebelah kanan adalah kecil, menunjukkan afinitas obat yang sangat lemah
terhadap tempat, tetapi kelompok ini dapat mempunyai banyak tempat
sehingga diperkirakan tidak dapat dijenuhkan. Kelompok tempat jenis ini
menghasilkan suatu asimtot yang hampir horizontal pada slot Scatchard r / [D]
terhadap r yang dapat ditemukan dalam kompleksasi obat makromolekul.
r = v1K1[D] + v2K2[D] + v3K3
[D] 1 + K1[D] 1 + K2[D] (16)
11
Dimana bentuk terakhir biasanya dinyatakan sebagai parameter C, yang dapat
disesuaikan.
Jadi, r dinyatakan dalam bentuk lima parameter, v1, v2, K1, K2, C. Bentuk
terakhir C adalah tempat ikatan simtot horizontal pada plot Scatchard dan
merupakan kelompok yang tidak dapat dijenuhkan. Dalam beberapa kasus,
ternyata data cukup sesuai dengan tiga parameter dari bentuk:
r = v1K1 + C
[D] 1+K1[D] (17)
Yang diselesaikan dengan menggunakan program computer kuadrat terkecil
(least square) nonlinear.
Plot Scatchard untuk ikatan metal paraben pada larutan 10% b/v Polisorbat 80
menggambarkan plot nonlinear dan asimtot horizontal C. Persamaan (16) atau
(17) diperlukan untuk menghasilkan data secara tepat. Blanchard
mengemukakan bahwa pengawet metal paraben diikat pada dua daerah misel
surfaktan , yang pertama harga K tinggi (afinitas tinggi) dan v kecil (kapasitas
rendah) dan kelompok kedua dengan afinitas rendah dan kapasitas ikatan yang
besar atau tidak dapat dijenuhkan. Kelompok pertama adalah tempat khusus,
mungkin pada inti hidrokarbon atau rantai polietilena dari surfaktan.
Kelompok kedua melibatkan tarik-menarik tidak spesifik dari metil paraben
dalam daerah polioksitielen dari misel surfaktan.
3. Dialisis kesetimbangan
Prosedur kesetimbangan disempurnakan oleh Klotz untuk mempelajari
kompleksasi antara ion logam atau molekul kecil dan makromolekul yang
tidak dapat lewat melalui membran semipermeabel.
Menurut metode dialisis kesetimbangan, serum albumin (atau protein lain
yang sedang diamati), ditempatkan dalam tabung selulosa Visking atau
membrane dialisis yang sejenis. Tabung diikat kuat dan digantung dalam
bejana yang mengandung obat dalam berbagai konsentrasi. Kekuatan ion dan
12
kadang-kadang konsentrasi ion hidrogen diatur pada harga tertentu, lalu
larutan control dan larutan blanko disiapkan untuk memperhitungkan adsorpsi
obat dan protein pada membran.
Jika ikatan terjadi, konsentrasi obat dalam kantung yang berisi protein lebih
besar pada kesetimbangan daripada konsentrasi obat dalam bejana di luar
Kantung. Sampel dikeluarkan dan dianalisis untuk mendapatkan konsentrasi
obat bebas dan obat terkompleks.
Dengan menggunakan metode ini, Klotz dan kawan-kawan menyelidiki
ikatan metal oranye dan asosulfatiazol oleh serum albumin bovin. Klotz dan
Lo Ming belakangan mengamati bahwa molekul organik kecil, yang biasanya
tidak diikat oleh protein, membentuk kompleks yang kuat oleh protein jika
terdapat ion logam yang cocok. Logam mungkin bertindak sebagai penengah
atau jembatan antara molekul organik kecil dan protein. Peneliti ini juga
menemukan bahwa etil ester dari glisin, yang diperkirakan memberikan tarik-
menarik tambahan yang diperlukan, dengan cepat mengkompleks tembaga.
4. Dialisis Dinamik
Meyer dan Guttman mengembangkan metode kinetik untuk menentukan
konsentrasi obat yang terikat dalam larutan protein. Metode telah digunakan
pada tahun-tahun terakhir karena relatif cepat, ekonomis dalam jumlah protein
yang dibutuhkan, dan dengan cepat digunakan untuk meneliti penghambatan
kompetitif dari ikatan protein.
Metode ini didasarkan pada laju hilangnya obat dari sel dialisis yang
sebanding dengan konsentrasi obat yang terikat. Peralatannya terdiri dari satu
gelas piala berjaket 400 ml (temperatur terkontrol), ke dalam mana 200 ml
larutan dapar ditempatkan. Suatu kantung dialisis selofan yang berisi selofan
yang berisi 7 ml obat atau larutan obat - protein, digantung dalam larutan
dapar. Kedua larutan diaduk secara kontinu. Sampel larutan di luar kantung
13
dialysis dikeluarkan secara periodik dan dianalisis secara spektrofotometri,
dan sejumlah ekuivalen larutan dapar dikembalikan ke dalam larutan luar.
Proses dialisis mengikuti hukum kecepatan:
-d (Dt) = k(Df)
dt (18)
Dt merupakan konsentrasi obat total. Df adalah konsentrasi obat bebas atau
tidak terikat dalam kantung dialysis, -d(Dt) / dt adalah laju hilangnya obat dari
kantung, dan k adalah tetapan laju orde pertama yang menggambarkan proses
difusi. Faktor K dapat juga dianggap sebagai tetapan laju permeabilitas nyata
untuk hilangnya obat dari kantung. Konsentrasi obat yang tidak terikat, Df,
dalam kantung pada konsentrasi obat total, Dt, dihitung dengan menggunakan
persamaan (18) dengan mengetahui laju k dan laju –d(Dt) / dt pada
konsentrasi obat utama Dt. Konstanta lajuk diperoleh dari kemiringan plot
semilogaritmik Dt terhadap waktu bila percobaan dilakukan tanpa adanya
protein.
5. Interaksi Hidrofobik
Ikatan hidrofobik, yang pertama diajukan oleh Kauzmann, tentunya bukan
pembentukan ikatan semata-mata, tetapi bahkan kecenderungan molekul
hidrofobik dari molekul untuk menghindari air karena ikatan ini tidak mudah
ditempatkan dalam struktur ikatan hidrogen dari air. Zat yang sangat
hidrofobik seperti protein, menghindari molekul air dalam larutan air sejauh
mungkin dengan berasosiasi dalam struktur seperti misel dimana bagian
nonpolar menghadap ke bagian dalam dari misel, ujung yang polar
menghadap ke molekul air. Tarik - menarik dari zat hidrofobik, dihasilkan
dari penerimaannya yang tidak dikehendaki dalam air, dikenal sebagai
interaksi hidrofobik. Ini melibatkan gaya Van Der Waals, ikatan hidrogen dari
molekul air dalam struktur tiga dimensi, dan interaksi lain. Interaksi terjadi
secara termodinamik karena kenaikan gangguan atau entropi molekul air
14
yang menyertai asosiasi molekul nonpolar, yang menekan air keluar. Protein
globular diperkirakan membangun struktur seperti bola dalam air karena
pengaruh hidrofobik.
Nagwekar dan Kostenbauder meneliti pengaruh hidrofobik dalam ikatan obat
dengan menggunakan model protein suatu kopolimer dari vinilpiridin dan
vinilpirolidon. Lien menyelidiki peran ikatan hidrofobik dalam penghambatan
enzim oleh berbagai obat. Penghambatan karbonik anhidrase oleh
sulfonamide ternyata berhubungan koefisien partisi obat dalam campuran
oktanol-air, dan sifat elektroniknya seperti yang diukur tetapan sigma
Hammet. Kristian meneliti pengaruh pelarut organik dalam menurunkan
pembentukan kompleks antara molekul organik kecil dalam larutan air.
Mereka menyebut interaksi zat organik member andil yang bermakna karena
ikatan hidrofobik dan pengaruh unik dari struktur air. Mereka mengusulkan
bahwa beberapa mekanisme nonklasik “donor - akseptor” dapat dikerjakan
untuk meminjamkan kestabilan pada kompleks yang terbentuk.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kompleks merupakan kombinasi antara dua atau lebih ion atau molekul obat yang
tidak terikat dengan ikatan kovalen atau ionik, tetapi terikat dengan ikatan ikatan
intermolekuler, ikatan hidrogen,ikatan van der waals, dll.
Sifat fisika kimia bentuk kompleks pada umumnya berbeda dengan bentuk zat
aktif. Perbedaan tersebut menyebabkan bentuk kompleks tidak dapat melintasi
membrane sehingga tidak mempunyai aktivitas biologic. Namun terkadang
bentuk kompleks tersebut lebih larut dari senyawa bebasnya. Pembentukkan
kompleks dapat meningkatkan laju penyerapan dari senyawa yang sukar larut,
karena terjadi interaksi yang menghasilkan kompleks bersifat reversible cairan
biologic.
Pembentukan kompleks dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengurangi
penyerapan dengan perubahan kelarutan zat aktif. Penggunaan larutan suatu
kompleks kadang-kadang lebih efektif (atau lebih toksik) dibandingkan dengan
suspensi zat aktif karena diasosiasi kompleks terjadi lebih cepat dibandingkan
dengan pelarutan zat aktif yang lebih cepat.
Pengikatan obat pada protein yang terdapat dalam tubuh dapat mempengaruhi
kerja dalam beberapa cara, antara lain:
1. Mempermudah distribusi obat ke seluruh tubuh
2. Menonaktifkan obat dengan tidak member kemungkinan konsentrasi obat
bebas yang cukup untuk berkembang pada reseptor.
3. Menunda ekresi suatu obat.
16
B. SARAN
Kompleksasi dan ikatan protein perlu diketahui agar dapat memaksimalkan kerja
dan efek terapeutis obat dan mengetahui mekanisme pengikatannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alfred Martin, dkk. 1990. Farmasi Fisik edisi III. Universitas Indonesia Press:
Jakarta
18