Download - Makalah Filum Protozoa Fix
FILUM PROTOZOA
MAKALAH ZOOLOGI INVERTEBRATA
oleh
Gita Sulistianingrum (3415122170)
Indeka Dharma Putra
Muhamad Nurhadi
Sabrina Hasanah
Dosen : Dr. Ratna Komala, M.Si
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ridhoNya kami dapat
menyelesaikan Makalah Zoologi Invertebrata Filum Protozoa dengan baik. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ratna Komala, M.Si selaku dosen mata kuliah
Zoologi I atas bimbingannya dan juga kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini menjelaskan berbagai hal tentang Filum Protozoa, salah satu dari
berbagai filum yang termasuk hewan invertebrata. Definisi, ciri-ciri umum, karakteristik,
klasifikasi, serta aspek-aspek biologi lainnya telah terangkum di dalam makalah ini.
Kami pun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
tidak mentup atas segala kritik dan saran yang sifatnya membangun agar bisa membenahi
menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan
kepada kita semua.
Jakarta, Februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................
Daftar isi..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Protozoa...................................................................................................................................
Superkelas Flagelata................................................................................................................
Superkelas Sarcodina...............................................................................................................
Subfilum Sporozoa...................................................................................................................
Subfilum Ciliospora...................................................................................................................
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................
Daftar Pustaka...........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya dalam ilmu taksonomi, seluruh makhluk hidup dikelompokkan ke
dalam dua kerajaan (kingdom), yakni kingdom tumbuhan (kingdom plantae) dan kerajaan
hewan (kingdom animalia). Pengelompkan tersebut didasarkan atas persamaan ciri-ciri
atau persamaannya. Tumbuhan mempunyai ciri-ciri tertentu, yakni mempunyai klorofil
(zat hijau daun) dan hewan mempunyai ciri-ciri tersendiri pula, yakni dapat bergerak.
Dalam sebuah penelitian ditemukan adanya beberapa makhluk hidup bersel satu
yang sekaligus mempunyai cirri-ciri tumbuhan dan ciri-ciri hewan (mempunyai klorofil
dan dapat bergerak leluasa). Akhirnya sebagian ahli berpendapat bahwa bahwa makhluk-
makhluk hidup ini sebaiknya dikelompokkan ke dalam kingdom animalia, filum protozoa.
Di dalam uraian ini, kita mengikuti pendapat yang kedua. Protozoa kita masukkan ke
dalam kingdom animalia, kelompok avertebrata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Filum Protozoa merupakan hewan yang tubuhnya terdiri dari satu sel. Nama protozoa
berasal dari bahasa Latin yang berarti “hewan yang pertama” (proto=awal, zoon=hewan).
Hewan ini dapat hidup secara individu (soliter) dan ada pula yang membentuk koloni.
Protozoa ada yang hidup bebas, komensal, maupun parasit pada organisme lain.
2.2 Karakteristik
2.2.1 Ciri-ciri umum
a. Struktur tubuh
Tubuh Protozoa bersel satu dan bersifat mikroskopis. Bentuknya bermacam-macam,
ada yang tidak tetap dan ada yang tetap. Bentuk yang tetap ini disebabkan telah memiliki
pelliculus (kulit) dan beberapa memiliki cangkang kapur.
Sitoplasma Protozoa sebagian besar tidak berwarna, namun ada beberapa spesies lain
seperti Stentor coereleus yang sitoplasmanya berwarna biru. Sitoplasma pada Protozoa
biasanya dibedakan atas bagian pinggiran yang disebut Ectoplasma dan bagian sentral yang
lebih padat dan bergranula disebut Endoplasma.
Nukleus Protozoa umumnya hanya sebuah, tetapi ada juga yang lebih misalnya
Arcella vulgaris. Struktur nukleus pada prinsipnya ada yang vasikular dan granular. Pada
nukleus vasikular, khromatin terkonsentrasi dalam sebuah massa atau butir, sedang yang
granular khromatin tersebar secara merata dalam butir melalui seluruh nukleus.
Vakuola yang terdapat dalam Protozoa dapat dibedakan atas vakuola kontraktil,
vakuola makanan, dan vakuola stasionari. Fungsi vakuola kontraktil selain sebagai alat
ekskresi juga sebagai sebagai pengatur tekanan osmosis tubuh.
Mitokondria pada Protozoa melakukan pernafasan secara aerobik. Mitokondria erat
hubungannya dengan penggunaan energi untuk alat gerak dan vakuola kontraktil.
Pada umumnya Protozoa terbungkus oleh membran yang mempunyai sedikit granula
seluas permukaannya. Pada sebagian besar spesies, membran itu telah dilapisi oleh lapisan
lain sehingga terbentuk kulit (pelliculus) dan akhirnya membuat Protozoa tersebut memiliki
bentuk yang tetap.
b. Sistem Respirasi
Respirasi terjadi dengan cara aerob atau anaerob. Pada respirasi aerob terjadi oksidasi
dengan O2 yang masuk ke dalam tubuh dengan cara difusi dan osmosis memalui seluruh
permukaan tubuh, sedang pada anaerob terjadi pembongkaran zat yang kompleks menjadi zat
yang lebih sederhana dengan menggunakan enzim-enzim tanpa menggunakan oksigen. Hasil
kedua peristiwa itu akan sama yakni energi dan zat sisa-sisa yang akan ditampung dalam
vakuola kontraktil sebagai zat eksresi
c. Sistem Pencernaan
Makanan Protozoa berupa bakteri, hewan bersel satu lainnya, atau sisa-sisa
organisme. Cara mengambil makannya ada yang saprozoik ( memakan bangkai hewan ).
Holofitik ( memakan tumbuhan ), dan holozoik ( memakan hewan ). Pada vakuola makanan
nutrisi akan mendapat sekresi enzim sehingga makanan berubah menjadi senyawa yang lebih
sederhana dan disebarkan ke seluruh tubuh.
d. Sistem Reproduksi
Sstem reproduksi Protozoa terbagi menjadi berbagai cara, yaitu :
1. Reproduksi aseksual
i. Membelah diri : Setiap individu membelah menjadi dua bagian yang sama, dimulai dari
intinya kemudian diikuti oleh sitoplasmanya.
ii. Pembelahan multiple atau sporulasi : Inti membagi diri berulang kali, kemudian sitoplasma
akan mengelilingi tiap belahan inti sehingga menghasilkan sejumlah keturunan
iii. Plasmatomi : Pembelahan Protozoa berinti banyak tanpa pembelahan inti, menghasilkan
keturuna yang lebih kecil dan berinti banyak.
iv. Pertunasan : Indivadu baru timbul sebagai tunas dari sel induk yang berdiferensiasi
sebelum atau sesudah hidup bebas.
2. Reproduksi seksual
i. Persatuan dari sel ( bisa isogamet atau heterogamet) membentuk individu baru.
ii. Konjugasi : pertukaran inti dari dua protozoa
e. Alat gerak
Alat gerak pada Protozoa bermacam-macam yaitu flagela ( bulu cambuk ),
pseudopodia ( kaki semu ), Cilia ( bulu getar ), bahkan ada yang tidak memiliki alat gerak.
f. Habitat
Protozoa secara mutlak memerlukan lingkungan yang basah, misalnya dalam air
tawar, air laut, air payau, dalam tanah yang basah, bahkan di dalam tubuh organisme lain.
2.3. Klasifikasi
Barnes (1974) mengklasifikasikan Filum Protozoa berdasarkan alat gerak dan
perbedaan-perbedaan organel lainnya. Klasifikasi menurut Barnes adalah sebagai berikut :
a. Superkelas Mastighopora / Flagellata
Flagellata (dalam bahasa Latin diambil dari kata “flagell” yang berarti cambuk) atau
Mastigophora (dari bahasa Yunani,”mastig” yang berarti cambuk, dan “phora” yang berarti
gerakan), dalam taksonomi kuno Flagellata merupakan salah satu kelas dalam filum protozoa
atau protista yang mirip hewan, namun dalam taksonomi modern menjadi superkelas yang
dibagi menjadi dua kelas, yaitu fitoflagelata dan zooflagelata.
Alat gerak Flagellata adalah flagellum atau cambuk getar, yang juga merupakan ciri
khasnya, sehingga disebut Flagellata (flagellum = cambuk). Letak flagel berada pada ujung
depan sel (anterior), sehingga saat bergerak seperti mendorong sel tubuhnya, namun ada juga
letak flagel di bagian belakang sel (posterior). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagela
juga dapat digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan
sebagai alat indera karena mengandung sel-sel reseptor di permukaan flagel dan alat bantu
untuk menangkap makanan.
Dilihat dari bentuknya, Flagellata dikelompokkan menjadi dua, yaitu berbentuk seperti
tumbuhan yang dinamakan Fitoflagellata, dan yang berbentuk seperti hewan yang dinamakan
Zooflagellata.
1. Fitoflagellata
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena memiliki kromotafora,
sehingga dapat melakukan fotosintesis (fotosintetik). Fitoflagellata mencernakan makananya
dengan berbagai cara, menelan lalu mencernakan didalam tubuhnya (holozoik), membuat
sendiri makanannya (holofitrik), atau mencernakan organisme yang sudah mati (saprofitik).
Habitat fitoflagellata adalah diperairan bersih dan diperairan kotor. Fitoflagellata bergerak
menggunakan flagella. Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Euglenoida
Tubuhnya menyerupai gelendong dan diselimuti oleh pelikel. Contoh dari kelas
Euglenoida yaitu Euglena viridis. Euglena viridis memiliki ciri – ciri, ukuran tubuhnya antara
35–60 mikron, ujung tubuhnya berbentuk meruncing dengan satu bulu cambuk di bagian
anterior sel. Euglena viridis memiliki stigma (bintik mata berwarna merah) yang berfungsi
untuk membedakan antara gelap dan terang. Menurut Lupita, Euglena viridis dapat bersifat
holofitrik dan holozoik. Bersifat holofitrik karena memiliki kloroplas yang mengandung
klorofil, sehingga dapat membuat makanannya sendiri dengan cara melakukan fotosintesis.
Bersifat holozoik yaitu dengan cara memasukkan makanannnya yang berupa organisme
berukuran lebih kecil melalui sitofaring menuju vakuola dan ditempat inilah makanan
dicerna.
b. Noctiluca miliaris
Tubuhnya berukuran besar dan biasanya hidup di habitat air laut. Noctiluca miliaris
kebanyakan hidup di air laut dengan ciri – ciri memiliki satu pasang flagella yang berukuran
satu panjang dan satu pendek, dapat melakukan simbiosis dengan jenis ganggang tertentu.
Noctiluca miliaris dapat memancarkan sinar (bioluminense) apabila tubuhnya terkena
rangsangan mekanik.
c. Volvocida
Bentuk tubuh hewan ini pada umumnya berbentuk bulat dan berkoloni. Contoh dari
volvocida antara lain adalah Volvox globator. Ciri–ciri dari Volvox antara lain hidup secara
berkoloni, koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel yang masing – masing sel memiliki dua
flagella. Setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan kloroplas. Sel-sel memiliki
eyespots, lebih maju dekat anterior, yang memungkinkan koloni untuk berenang menuju
cahaya. Ciri-ciri Volvox antara lain koloninya terdiri dari ribuan individu bersel satu yang
masing-masing memiliki dua flagela; setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan
kloroplas. Sel-sel dihubungkan dengan benang-benang protoplasma membentuk hubungan
fisiologis.
2. Zooflgellata
Zooflagellata adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak berkloroplas dan bersifat
heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas, bersimbiosis dengan organisme lain, namun
kebanyakan bersifat parasit pada organisme lain. Contoh zooflagelata antara lain yaitu
Trypanosoma gambiens, dan Leishmania. Makannya berupa zat organik yang diperoleh dari
lingkungannya. Beberapa jenis flagellata merupakan hewan holozoik. Beberapa jenis
flagellata memperoleh makanan dari tubuh inangnya. Zooflagelata berhabitat di laut dan air
tawar.
a. Trypanosoma
Hewan ini bercirikan bentuk tubuh yang pipih dan panjang seperti daun , merupakan parasit
dalam darah vertebrata , dan tidak membentuk kista.
Jenis – jenis Trypanosoma antara lain adalah:
a. Trypanosome lewisi hidup pada tikus , perantaranya adalah lalat tse-tse
b. Trypanosoma evansi , penyebab penyakit sura (malas ) pada ternak; hospes
perantaranya adalah lalat tse – tse.
c. Trypanosoma gambiense dan T. rhodesiensis hewan penyebab penyakit tidur pada
manusia manusia.
d. Trypanosoma cruzi, penyebab penyakit cagas (anemia pada anak kecil)
b. Leishmania
Merupakan penyebab penyakit pada sel-sel endothelium pembuluh darah.
Jenis-jenis Leismania adalah :
a. Leishmania donovani, penyebab penyakit kalazar yang ditandai dengan demam dan
anemia, hewan ini banyak terdapat di Mesir , sekitar laut tengah , dan india.
b. Leishmania tropica, penyebab penyakit kulit , disebut penyakit oriental sore, terdapat di
Asia (daerah mediterania) dan sebagian Amerika selatan. Ada dua tipe “oriental sore” yang
disebabkan oleh strain yang berlainan, yaitu : (1) Leishmania kulit tipe kering atau urban
yang menyebabkan penyakit menahun. (2) Leishmania kulit tipe basah atau rural yang
menyebabkan penyakit akut.
c. Leishmania brasiliensis, juga penyebab penyakit kulit di Meksiko dan Amerika Tengah
serta Selatan.
B. Morfogenesis Flagellata
Bentuk tubuh Flagellata sangat beragam, ada yang berbentuk lonjong, menyerupai bola,
memanjang, dan polimorfik (memiliki berbagai bentuk morfologi). Hidup secara soliter dan
ada yang berkoloni.
Fitoflagellata mempunyai tubuh yang diselubungi oleh membrane selulosa, misalnya
volvox. ada pula yang memiliki lapisan pelikel, misalnya euglena. pelikel adalah lapisan luar
yang terbentuk dari selaput plasma yang mengandung protein.Bentuk tubuh zooflagelata
mirip dengan sel leher porifera. Zooflagelata mempunyai flagel yang berfungsi untuk
menghasilkan aliran air dengan menggoyangkan flagel. Selain itu, flagella juga berfungsi
sebagai alat gerak.
Koloni Volvox dapat terdiri dari ribuan sel dan diselubungi oleh membrane selulosa.
Salah satu spesies Fitoflagellata yang mudah ditemukan dan diamati morfologinya yaitu
Euglena viridis. Euglena viridis berbentuk seperti gelendong dengan bagian anterior tubuh
tumpul dan bagian posterior meruncing. Struktur tubuh Euglena viridis terlindungi oleh
pelikel dan dilengkapi dengan satu flagel yang terletak dibagian anterior. Flagel berfungsi
sebagai alat gerak untuk berpindah tempat dan berfungsi untuk mengumpulkan makanan.
Pada ujung anterior tubuh juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior
dan melebar membentuk kantong cadangan atau reservoir. Pada Euglena terdapat bintik mata
atau stigma. Stigma merupakan kumpulan pigmen yang sangat peka terhadap cahaya,
sehingga berfungsi sebagai penentu arah gerak aktif yang berhubungan dengan intensitas
cahaya di lingkungan. Di dalam sitoplasma terdapat berbagai organel seperti plastida,
kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil. Vakuola dapat berperan
sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur tekanan
osmosis.
C. Fisiologi Flagellata
Pada umumnya Flagellata membutuhkan suhu optimum antara 16-25°C, sedangkan pH
antara pH 6-8. Flagellata memperoleh nutrisi dengan beberapa cara yaitu bersifat holozoik
(heterotrof), apabila makanannya berupa organisme lain yang berukuran lebih kecil, bersifat
holofilik (autotrof), dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic yang berasal dari
lingkungan karena memiliki kloroplas, bersifat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan
organic dari organisme yang telah mati dan bersifat parasitik dengan cara menempel pada
inang untuk mendapat nutrisi.
Fitoflagellata bersifat aerobik fotosintetik, karena sebagian besar spesies ini memiliki
kloroplas, sehingga dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui proses fotosintesis.
Euglena viridis dapat menghasilkan makanan sendiri (holofilik) dan mencerna organisme lain
(holozoik). Euglena dapat menghasilkan makanan sendiri karena pada lapisan entoplasma
terdapat kloroplas yang mengandung klorofil a dan b. Pada keadaan lingkungan cukup
cahaya, terjadi fotosintesis yang menghasilkan zat tepung (amilum). Amilum ini disimpan
didalam sitoplasma dalam bentuk butir-butir paramilum.
D. Habitat Flagellata
Air merupakan faktor penting keberaan Flagellata selain ketersediaan makanan, pH dan
suhu. Flagellata dapat ditemukan di lingkungan air tawar, di danau, sungai, kolam, atau
genangan air, misalnya Euglenoida dan Volvocida, maupun air laut, misalnya Dinoflagellata.
Spesies zooflagellata sebagian besar bersifat parasit, namun adapula yang bersimbiosis
dengan organisme lain, misalnya Myxotrica didalam usus rayap.
E. Reproduksi dan Daur Hidup Flagellata
1. Reproduksi Flagellata
Reproduksi pada Flagellata ada 2 macam, yaitu vegetatif dan generatif. Reproduksi
vegetatif dengan cara pembelahan biner secara longitudinal, misalnya pada Euglena.
Reproduksi generatif terjadi karena persatuan antara ovum dan spermatozoid, misalnya
pada Volvox. Reproduksi secara generatif berfungsi untuk memperkaya variasi genetik,
sehingga menghasilkan individu mutan yang lebih tahan terhadap kondisi lingkungan. Pada
Volvox terdapat koloni jantan yang menghasilkan sperma dan koloni betina yang
menghasilkan ovum, namun ada juga koloni yang bersifat hermafrodit yang dapat
menghasilkan sperma serta ovum. Meskipun koloni yang bersifat hermafrodit dapat
menghasilkan sperma dan ovum dalam satu koloni, kematangan sperma dan ovum tidak pada
saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat terjadi pembuahan diri. Ovum dihasilkan oleh
oogonium, sedangkan Volvox jantan menghasilkan spermatozoid oleh spermatogonium.
Setelah terjadi fertilisasi akan menghasilkan zigot, zigot akan menghasilkan empat spora,
yang kemudian akan menjadi individu baru.
2. Daur Hidup Flagellata
Flagellata memiliki tahapan trofozoit dan kista. Pada tahapan trofozoit merupakan waktu
aktif untuk mencari makan dan tumbuh. Sedangkan dalam bentuk kista, Flagellata dapat
bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar pada suhu yang ekstrem dan bahan kimia
berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau oksigen untuk jangka
waktu tertentu. Pada Zooflagellata, menjadi bentukan kista memungkinkan untuk bertahan
hidup di luar tubuh inang, dan memungkinkan terjadinya transmisi dari satu host ke host yang
lain. Proses dimana terjadi perubahan menjadi bentuk kista disebut encystation, sedangkan
proses mentransformasikan kembali ke trophozoite disebut excystation.
E. Peranan Flagellata
Flagellata memiliki peranan yang penting dalam lingkungan perairan. Flagellata berperan
sebagai predator karena memangsa organisme uniseluler atau ganggang, bakteri, dan
microfungi, sehingga populasi organisme dapat dikendalikan. Selain berfungsi sebagai
pengendali, Flagellata yang bersifat saprofitik berperan sebagai dekomposer dalam rantai
makanan.
Di lingkungan perairan flagellata berperan sebagai phytoplankton dan zooplankton
sebagai sumber pakan alami ikan dan udang. Euglena viridis dapat digunakan sebagai sumber
Protein Sel Tunggal (PST), karena memiliki kandungan protein yang sangat tinggi.
Trichonympha dan Myxotricha yang hidup di dalam usus rayap dapat menghasilkan enzim
selulosa, sehingga membuat partikel kayu tersebut menjadi lebih lunak dan dapat dicerna
rayap.
c. Subfilum Sporozoa (Apicomplexa)
Sporozoa (Yunani, spore = biji, zoa = hewan) adalah kelompok protista uniseluler atau bersel
satu yang pada salah satu tahapan dalam siklus hidupnya dapat membentuk sejenis spora.
Sporozoa hidup sebagai parasit pada tubuh hewan dan manusia. Siklus hidup sporozoa agak
kompleks karena melibatkan lebih dari satu inang. Dalam siklus hidupnya, sporozoa
membentuk spora dalam tubuh inang. Selain itu, pada siklus hidup juga terjadi sporulasi,
yaitu pembelahan setiap inti sel secara berulang – ulang sehingga dihasilkan banyak inti yang
masing – masing dikelilingi oleh sitoplasma dan terbentuklah individu baru.
Pergerakannya dilakukan dengan cara mengubah kedudukan tubuhnya. Tubuh berbentuk
bulat panjang atau lonjong. Pada umumnya bersifat farasit dan dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Respirasi dan ekskresi dilakukan dengan cara difusi. Makanan
diperoleh dengan cara menyerap zat makanan dari hospesnya. Reproduksi dapat secara
vegetative dan generative. Beberapa contoh spesies dari Sporozoa yaitu Plasmodium
falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Toxoplasma gondii.
Vektor dari Plasmodium penyebab penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles betina.
Plasmodium hidup sebagai parasit pada sel-sel darah merah manusia atau vertebrata lainnya.
selama hidupnya, Palsmodium tersebut mengalami dua fase, yakni fase sporogoni dan fase
skizogoni. Fase sporogoni terjadi didalam tubuh nyamuk Anopheles betina, sedangkan fase
skizogoni berlangsung didalam tubuh manusia.
B. Morfologi Sporozoa
1. Sporozoa tidak memiliki alat gerak khusus, sehingga gerakannya dilakukan dengan
mengubah-ubah kedudukan tubuhnya.
2. Mempunyai spora berbentuk lonjong
3. Ukuran spora : 8 – 11 mikron pada dinding kitin
4. Mempunyai 2 kapsul polar pada anterior, berpasangan bentuk labu, berukuran sama,
terletak pada sudut sumbu longitudinal dengan ujung posterior
5. Dari depan ujung anterior sama dengan lebar posterior
6. Dinding katub tidak jelas
C. Struktur Anatomi Tubuh
Tubuhnya berbentuk bulat panjang, ukuran tubuhnya hanya beberapa micron, tetapi didalam
usus manusia atau hewan yang dapat mencapai 10 mm. Tubuh dari kumpulan tropozoid
berbentuk memanjang dan dibagian anterior kadang – kadang terdapat kait pengikat atau
filament sederhana untuk melekatkan diri pada inang.
D. Sistem Pencernaan
Sporozoa mendapatkan makanan dengan cara menyerap zat makanan dari tubuh hopesnya.
E. Sistem Respirasi Dan Ekskresi
Respirasi dan ekskresi sporozoa dilakukan dengan cara difusi.
F. Sistem Reproduksi
Sporozoa melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Pergiliran reproduksi aseksual
dan seksualnya komplek, dengan beberapa perubahan bentuk serta membutuhkan dua atau
lebih inang. Reproduksi aseksual dilakuka denganpembelahan biner. Reprodusi seksual
dilakukan dengan pembentukan gamet dan dilanjutkan dengan penyatuan gamet jantan dan
betina.
1. Reproduksi Aseksual
Sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah manusia pada
saat nyamuk menghisap darah, yang selanjutnya masuk dalam system retikuloendotelial.
Setelah beberapa hari berada dalam system retikuloendotelial, barulah sporozoit ini
menyerang eritrosit dan berubah menjadi trofozoit yang mempunyai bentuk seperti cincin.
Selanjutnya, trofozoit berubah menjadi schizont, yang kemudian membelah diri berulang-
ulang menjadi 6-36 merozoit yang akan tumbuh menjadi sporozoit-sporozoit
baru,pembentukan merozoit-merozoit ini disebut sporulasi.
Sporozoit yang terbentuk akan menyerang eritrosit baru sehingga terulanglah pembiakan
vegetatif ini. Di antara sporozoit yang terdapat dalam eritrosit ada yang membentuk
gametosit. Gametosit jantan disebut mikrogamet, sedang gametosit betina disebut
makrogamet.
2. Reproduksi Seksual
Gametosit yang terisap ketika nyamuk mengisap darah penderita malaria, akan berubah
menjadi mikrogamet dan makrogamet.
Perkawinan antara mikrogamet dan makrogamet menghasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan
berubah menjadi ookinet di dalam dinding usus nyamuk. Inti ookinet membelah berulang-
ulang, kemudian masing-masing inti baru membungkus diri dengan sedikit protoplasma dan
berubah menjadi sporozoit-sporozoit baru. Selanjutnya sporozoit menyebar di dalam alat
pencernaan nyamuk, sebagian ada yang sampai di kelenjar ludah dan siap untuk dikeluarkan.
G. Klasifikasi Sporozoa
Kelas Sporozoa memiliki 3 (tiga) sifat yang berbeda antara genus yang satu dengan genus
yang lain, perbedaan itu berupa :
1. Genus sporozoa yang hidup didalam sel darah merah dan memerlukan vektor biologis,
sifat ini terdapat pada Genus Plasmodium.
2. Genus sporozoa yang hidup di dalam intestinal dan tidak memerlukan vektor biologis,
sifat ini terdapat pada Genus Isospora dan Genus Eimerie.
3. Parasit yang hidup di dalam sel endotel, leukosit mononukleus, cairan tubuh, sel jaringan
tuan rumah dan belum diketahui vektor biologisnya, sifat ini yang terdapat pada genus
toxoplasma.
Parasit yang termasuk dalam kelas sporozoa berkembangbiak secara aseksual (skizogoni) dan
seksual (sporogoni) secara bergantian. Kedua cara berkembang biak ini dapat berlangsung
dalam satu hospes, seperti yang terjadi pada subkelas Coccidia, sedangkan berlangsung
dalam dua hospes yang berbeda terdapat pada sub kelas haemosporidia (plasmodium).
1. Sub class Telesporidia
Terbagi dalam 3 ordo
a. Ordo Hoemosporidia, misalnya Plasmodium.
Hidup di dalam darah, jaringan parenkim pada burung dan mamalia.
b. Ordo Gregarinida, misalnya Gregarina.
Parasit intra dan ekstra pada inver lain, monocytst spec hidup dalam kencing cacing tanah.
c. Ordo Coccidia, misalnya Coccidium.
Hidup di sel epitel hewan vertebrate dan beberapa Myriaphoda atau invertebrata.
2. Sub class Acnidosporidia
a. Ordo Haplosporidia, misalnya Haplosproridium.
b. Ordo Sarcosporidia, misalnya Sarcocystis.
3. Sub class Cnidosporidia
a. Ordo Myxosporidia, misalnya Sphaeromyxa
b. Ordo Actinomyxidia , misalnya Triactinomyxon
c. Ordo Microsporidia , misalnya Nosamabombycis
d. Ordo Helicosporidia , misalnya Heliosporidium
a. Plasmodium
Pada tubuh manusia, Plasmodium menyebabkan penyakit malaria. Penularannya terjadi
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Setelah digigit, Plasmodium langsung menyebar di
dalam darah dan berkembang biak di dalam hati dan akan menginfeksinya sehingga
menyebabkan kematian.
Ada empat jenis species Plasmodiumyang dapat menyebabkan penyakit malaria.Masing-
masing jenis Plasmodium menimbulkangejala-gejala tersendiri pada tubuh penderitanya.
1) Plasmodium vivax, merupakan penyebab malaria tersiana yang bersifat tidak ganas,
gejalanya adalah suhu badan panas dingin berganti-ganti setiap 2 hari sekali (48 jam).
2) Plasmodium ovale, merupakan penyebab malaria tersiana yang ganas, gejalanya sama
dengan pada malaria tersiana.
3) Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana yang bersifat tak ganas, gejalanya
suhu badan panas dingin setiap 3 hari sekali (72 jam).
4) Plasmodium falciparum, penyebab malaria kuartana yang bersifat ganas, gejalanya suhu
badan panas dingin tak beraturan.
Prosesnya hidup Plasmodium dalam tubuh manusia :
1) Bila makan nyamuk anopheles ♀ yang mengandung bibit malaria yaitu Plasmodium
bentuk sporozoid mengisap darah manusia maka bersama air ludah nyamuk masuklah
sporozoid ke dalam peredaran darah manusia yang bersangkutan.
2) Sporozoid tidak langsung menginfektir erythrocyt (sel darah merah), tetapi masuk lebih
dahulu ke sel hati,mengadakan pembelahan dan membentuk Cryptozoid.
3) Cepat atau lambat Cryptasoid ini kemudian masuk ke sistim peredaran darah dan
barulah menginfektir erythrocyt tersebut.
4) Di dalam erythrocyt ini cryptosoid menjadi Trophozoid, yang mula-mula berbentu
cincin dan kemudian berubah bentuk menjadi Amoeboid.
5) Sesudah itu fase Amoeboid tumbuh menjadi Schizont
6) Schizont membelah dan membentuk Merozoid. Bila Erythrocyt yang ditempatinya
pecah maka tersebarlah Merozoid (penderita mengalami deman). Selanjutnya Nurosoid ini
menginfektir sel darah merah yang baru demikian selanjutnya dan terjadilah siklus yang sama
dengan semula.
7) Sesudah proses 1 s/d 5 proses ini disebut Schizogoni berulang kali maka sebagian dari
Nurosoid itu stelah masuk ke dalam sel darah merah tidak lagi mengadakan proses
Schizagoni.
8) Akan tetapi ada sebagian yang berubah menjadi persiapan sel kelamin yaitu menjadi
Macrogametosit dan Microgametosit (♂)
9) Bila macrogamekasit dan Microgentosit yang berada di dalam drythrocyt itu pada suatu
saat terpisah kedalam lb nyamuk Anophelus ♀ yang I atau yang lain) maka keduanya akan
melangsungkan kehidupan nya.
10) Maerogametosit di dalam tubuh nyamuk akan menjadi Macragamet yaitu berupa ovum /
telur. Sedangkan microgametosit dalam tubuh nyamuk akan menjadi Microgamet yaitu
spermatozoid sesudah mengadakan pembelahan inti diikuti pembelahan Cytoplasma.
11) Spermatosoid membuahi avum dan terjadilah zygot.
12) Zygot berubah bentuk menjadi OOKINETE dan Ookineti ini menerobos dinding perut
nyamuk, di sana akan membesar, membulat yang dibungkus oleh dinding perut nyamuk dan
menjadilah Oocyst. (berupa benjolan-benjolan pada dinding perut nyamuk).
13) Dalam oocyst ini selnya membelah menjadi sporozoid. Bila oocyst erbelah dua maka
akan pecah dan tersebarlah sporaoid keseluruh tubuh nyamuk.
14) Nyamuk yang di dalam kelenjar ludahnya mengandung sporasoid maka sporasoid ini
siap untuk menginfektir manusia kembali.
b. Suctoria
Suctoria yang sudah dewasa tidak mampunyai tetapi mempunyai tentukel (sungut) dan
protoplasma, dengan teratur tetapi atau cytostoma. Suctoria yang masih muda dalam
kehidupannya mempunyai persamaan dengan Ciliata, dan juga mempunyai silia, hidup bebas
berenang. Suctoria muda ini berenang-renang beberapa waktu untuk kemudian melepaskan
silia-silianya dan selanjutnya berubah ke tingkat dewasa.
1) Bentuk tubuhnya
Berbentuk bola panjang. Bercabang-cabang dan diantaranya mempunyai tangkai atau kaki
untuk melekat pada suatu obyek dan ditutup oleh pelick (pada species yang berbeda).
2) Bentuk tentakel
a) Seperti mantel yang berbulu dan dikelilingi oleh sinyal yang dapat bergerak. Fungsinya
untuk menangkap dan membawa makanan yang berupa ciliata-ciliata kecil.
b) Runcing
Fungsinya untuk menusuk mangsanya dan membawanya ketempat yang baik. Dengan
bantuan orus dan melalui tentakel ini maka mangsa tersebut sampai ke dalam sel-sel tubuh.
3) Contoh
a) Podophyra, hidup bebas dalam air yang sejuk
b) Dendrosoma, bercabang-cabang sampai 2,5 mm panjangnya
c) Sphaerophrya, berbentuk bola, parasit pada Paramaeuom dan Stentor
d) Trichophrya Micropteri, hidup pada insang ikan laut
e) Allantosoma, hidup pada usus besar kuda.
c. Eimeria
Eimeria merupakan parasit pada hewan. Hidup di dalam jaringan epitel usus, saluran empedu,
ginjal, testes, pembuluh darah, dan coelom. Beberapa spesies dari Eimeria banyak merugikan
usaha pe ternakan karena menimbulkan penyakit. Misalnya :
1) E. stiedae dan E. perforans hidup dalam jaringan epitel usus kelinci.
2) E. clupearum hidup dalam hti ikan haring.
3) E. sardinae hidup dalam hati ikan sardin.
d. Isospora
Parasit ini hidup dalam jaringan epitel usus manusia, dan menimbulkan isosporiasis. Contoh :
I. belli dan I. hominis.Habitat sporozoa adalah pada tanah yang lembab. Ada juga yang hidup
di tubuh manusia atau makhluk hidup melalui perantara nyamuk Anopheles betina, yaitu
Plasmodium.
1) Respirasi dan ekskresi sporozoa dilakukan dengan cara difusi.
2) Sebagian besar sporozo adalah parasit karena merugikan.
3) Sporozoa mendapatkan makanan dengan cara menyerap zat makanan dari tubuh
hopesnya.
d. Subfilum : Ciliophora
Semua anggota Ciliophora memiliki cilia (bulu getar) sebagai alat gerak dan untuk
menangkap makanan tanpa pembentukan gamet bebas. Ciri khas Ciliophora adalah memiliki
dua inti yaitu makronukleus dan mikronukleus. Reproduksi aseksualnya dengan cara
pembelahan transversal, sedangkan reproduksi seksualnya. Anggota kelas Ciliata hidup di air
tawar dan air laut, beberapa bersifat ektokomensal, endokomensal, dan parasit. Ciliophora
dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
a. Kelas Holotrichia
Cilia sederhana, terdapat di seluruh permukaan tubuh, dan cilia adoralnya biasanya tidak ada
atau tidak jelas. Contohnya Paramecium dan Tetraphymena.
b. Kelas Suctoria
Ciliua hanya pada stadium muda; dewasa biasanya sessile, bertangkai dan menyerupai
tentakel. Contohnya Tokophyra.
c. Kelas Peritricha
Bentuk sel seperti lonceng atau jambangan. Umumnya sessile. Jajaran cilia hanya pada
bagian adoral dan memutar berlawanan arah jarum jam terhadap cytostome. Contohnya
Vorticella dan Trichodina.
d. Kelas Spirotrichia
Cilia dalam kelompok yang agak jarang, cilia adoral memutar searah jarum jam terhadap
cytostome, terdiri atas banyak membranela. Contohnya Stentor, Stylonichia, dan Tintinnopsis.
Parameciunm caudatum
a. Struktur tubuh
Bentuk tubuhnya menyerupai terumpah (sandal). Hewan ini memiliki bentuk tubuh
yang sudah teteap karena adanya pelikel sebagai selubung tubuhnya. Hewan ini memiliki dua
inti sel yaitu makronukleus (inti besar) yang melakukan fungsi vegetatif seperti bergerak,
mencerna makanan, dan lain lain, sedangkan inti sel yang lain adalah mikronukleus ( inti
kecil) yang melakukan fungsi generatif yaitu mengatur pembiakan. Di sebelah dalam pelikel
ditemukan ektoplasma yang bening mengelilingi endolpasma yang berstruktur ganulair dan
cair. Dalam ektoplasmanya ditemukan trikosis yang berbentuk seperti gelondong yang
berfungsi sebagai alat pertahanan atau sebagai alat untuk mengikatkan diri pada suatu objek.
Hewan ini memiliki vakuola makanan dan vakuola kontraktil. Di dalam tubuh terdapat dua
vakuola kontraktil di bagian depan dan bagian belakang tubuh. Vakuola kontraktil ini
berfungsi untuk mengatur kadar air dalam tubuh (tekanan osmosis tubuhnya) dan membuang
sisa-sisa metabolisme.
b. Sistem pencernaan
Tidak jauh dari bagian depan terdapat suatu celah (oral groove) menuju lubang
mulutnya (cytostome). Lubang mulut ini merupakan muara dari alat semacam kerongkongan
(guret) berakhir pada vakuola makanan. Vakuola yang telah terisi penuh dengan makanan
terlepas dari kerongkongan kemudian beredar ke seluruh bagian tubuh . Sambil beredar sari
makanan diserap oleh protoplasmanya dan sisanya dilepas melalui cytopyge atau anus di
tubuh bagian belakang.
c. Sistem gerak
Hewan ini menggunakan cilia (bulu getar) sebagai alat geraknya. Hewan ini bergerak
maju sambil mengadakan gerak rotasi yang arah perputarannya bila dilihat dari belakang
berlawanan arah jarum jam. Pergerakan tersebut terjadi karena perpaduan antara gerak cilia
tubuh seperti sistem dayung dan gerak cilia pada oral groove yang sangat kuat.
d. Sistem reproduksi
Parameciunm caudatum memperbanyak diri dengan cara membelah diri. Dimulai dari
mikronukleus membelah menjadi dua dengan cara mitosis, kemudian dilanjutkan
makronukleus secara amitosis selanjutnya diikuti oleh bagian tubuhnya yang lain sehingga
menjadi dua individu baru. Hewan ini juga dapat melakukan konjugasi. Konjugasi adalah
proses saling tukar material mikronukleus antara dua Paramecium dalam rangka
meningkatkan vitalitas hewan yang bersangkutan dan juga mengadakan proses
perkembangbiakan.
BAB III
KESIMPULAN
Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama dan zoon
yang berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan pertama. Protozoa
adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu
filum dari Kingdom Protista.
Ciri-ciri umum :
1. Organisme uniseluler (bersel tunggal).
2. Eukariotik (memiliki membran nukleus).
3. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok).
4. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof).
5. Hidup bebas, saprofit atau parasit.
6. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup.
7. Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagella.
Protozoa memiliki 4 kelas yang dibedakan berdasarkan alat geraknya,
a. Cilliata
b. Rhizopoda
c. Flagellata
d. Sporozoa/Apikompleksa
DAFTAR PUSTAKA
Kastawi, H. Yusuf. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang
Suwignyo, Sugiarti. 2005. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta : Penebar Swadaya