Download - MAKALAH EKOLOGI LAUT TROPI1.docx
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah pesisir dan laut merupakan lokasi beberapa ekosistem yang unik dan saling
terkait, dinamis dan produktif. Beberapa ekosistem utama di wilayah pesisir dan laut yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah estuaria. Estuaria adalah bagian dari lingkungan
perairan yang merupakan percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai,
sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuari
merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti
halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh gelombang laut.
Lingkungan estuary umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka ataupun
terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat.
Kita mungkin sering melihat hamparan daratan yang luas pada daerah dekat muara sungai
saat surut. Itu adalah salah satu dari sekian banyak tipe estuary yang ada. Tidak terlalu sulit
untuk memilah atau menetukan batas lingkungan estuary dalam suatu kawasan tertentu.
Hanya dengan melihat sumber air tawar yang ada di sekitar pantai dan juga dengan mengukur
salinitas perairan tersebut. Karena perairan estuary mempunyai Salinitas yang lebih rendah
dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya antara 5 – 25 ppm. Sebagai lingkungan
perairan yang mempunyai kisaran salinitas yang cukup lebar, estuary menyimpan berjuta
keunikan yang khas. Hewan-hewan yang hidup pada lingkungan perairan ini adalah hewan
yang mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas tersebut. Dan yang paling penting adalah
lingkungan perairan estuary merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang
menjadi unsure terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah sebenarnya kunci dari
keunikan lingkungan estuary. Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara.
1
2
Mengingat bahwa kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuary di
kenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan, invertebrate
(Crustacean, Bivalve, Echinodermata, annelida dan masih banyak lagi kelompok infauna)
maka hal ini sangat perlu dipelajari
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai grazing
and detritus food web dalam perairan estuaria, dan hubungan-hubungannya terhadap
organisme akuatik yang hidup disekitar estuaria.
2
3
II. PEMBAHASAN
2.1. Habitat Estuaria
Kolom air di estuaria merupakan habitat untuk plankton (fitoplankton dan
zooplankton), neuston (organisme setingkat plankton yang hidup di lapisan permukaan air)
dan nekton (organisme makro yang mampu bergerak aktif). Di dasar estuaria hidup berbagai
jenis organisme baik mikro maupun makro yang disebut bentos. Setiap kelompok organisme
dalam habitanya menjalankan fungsi biologis masing-masing, misalnya fitoplankton sebagai
produser melakukan aktivitas produksi melalui proses fotosintesa, bakteri melakukan
perombakan bahan organik (organisme mati) menjadi nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh
produser dalam proses fotosintesa. Dalam satu kelompok organisme (misalnya plankton atau
bentos) maupun antar kelompok organisme (misalnya antara plankton dan bentos_ terjalin
suatu hubungan tropik (makan-memakan) satu sama lain, sehingga membentuk sautu
hubungan jaringan makanan.
2.2. Rantai Makanan di Estuaria
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora). Pada
setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu
langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain,
semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia.(Anonim,2010)
Pada ekosistem estuaria dikenal 3 (tiga ) tipe rantai makanan yang didefinisikan berdasarkan
bentuk makanan atau bagaimana makanan tersebut dikonsumsi : grazing, detritus dan
osmotik. Fauna diestuaria, seperti udang, kepiting, kerang, ikan, dan berbagai jenis cacing
3
4
berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai dan jaring makanan yang kompleks
(Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat
mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
Ada dua tipe dasar rantai makanan:
1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-herbivora-
carnivora.
2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme (detrivora =
organisme pemakan sisa) predator.
Suatu rantai adalah suatu pola yang kompleks saling terhubung, rantai makanan di
dalam suatu komunitas yang kompleks antar komunitas, selain daripada itu, suatu rantai
makanan adalah suatu kelompok organismE yang melibatkan perpindahan energi dari sumber
utamanya (yaitu., cahaya matahari, phytoplankton, zooplankton, larval ikan, kecil ikan, ikan
besar, binatang menyusui). Jenis dan variasi rantai makanan adalah sama banyak seperti
jenis/spesies di antara mereka dan tempat kediaman yang mendukung mereka. Selanjutnya,
rantai makanan dianalisa didasarkan pada pemahaman bagaimana rantai makanan tersebut
memperbaiki mekanisme pembentukannya. Ini dapat lebih lanjut dianalisa sebab
bagaimanapun jenis tunggal boleh menduduki lebih dari satu tingkatan trophic di dalam suatu
rantai makanan. (Johannessen et al, 2005)
(Sumber: Rustam, 2001
Dalam bagian ini, diuraikan tiga bagian terbesar dalam rantai makanan yaitu:
phytoplankton, zooplankton, dan infauna benthic. Sebab phytoplankton dan zooplankton
4
5
adalah komponen rantai makanan utama dan penting, dimana bagian ini berisi informasi yang
mendukung keberadaan organisme tersebut. Sedangkan, infauna benthic adalah proses yang
melengkapi pentingnya rantai makanan di dalam ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya,
pembahasan ini penekananya pada bagaimana mata rantai antara rantai makanan dan tempat
berlindungnya (tidal flat; pantai berlumpur).(Johannessen et al, 2005)
Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat
tumbuh mendominasi. Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora
dan terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem
estuaria merupakan rantai makanan detritus. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan
bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan
suspensi dan detritus. Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme
estuaria merupakan produksi bersih dari detritus ini. Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting,
kerang, dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan
yang kompleks (Bengen, 2002).
Sebagai lingkungan perairan yang mempunyai kisaran salinitas yang cukup lebar,
estuary menyimpan berjuta keunikan yang khas. Hewan-hewan yang hidup pada lingkungan
perairan ini adalah hewan yang mampu beradaptasi dengan kisaran salinitas tersebut. Dan
yang paling penting adalah lingkungan perairan estuary merupakan lingkungan yang sangat
kaya akan nutrient yang menjadi unsure terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton. Inilah
sebenarnya kunci dari keunikan lingkungan estuary. Sebagai kawasan yang sangat kaya akan
unsur hara (nutrient) estuary di kenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground)
bagi berjuta ikan, invertebrate (Crustacean, Bivalve, Echinodermata, annelida dan masih
banyak lagi kelompok infauna). Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting
seperti siganus, baronang, sunu dan masih banyak lagi menjadikan daerah estuari sebagai
daerah pemijahan dan pembesaran.
5
6
Pada kawasan-kawasan subtripic sampai daerah dingin, fungsi estuary bukan hanya
sebagai daerah pembesaran bagi berjuta hewan penting, bahkan menjadi titik daerah ruaya
bagi jutaan jenis burung pantai. Kawasan estuary di gunakan sebagai daerah istrahat bagi
perjalanan panjang jutaan burung dalam ruayanya mencari daerah yang ideal untuk
perkembanganya. Disamping itu juga di gunakan oleh sebagian besar mamalia dan hewan-
hewan lainnya untuk mencari makan.Jumlah spesies organisme yang mendiami estuaria jauh
lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut.
Sedikitnya jumlah spesies ini terutama disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan,
sehingga hanya spesies yang memiliki kekhususan fisiologis yang mampu bertahan hidup di
estuaria. Selain miskin dalam jumlah spesies fauna, estuaria juga miskin akan flora.
2.3. Peranan Ekosistem Estuaria
Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan organik yang
terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut. Produktifitas
primernya sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas
dan karena kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit
jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton. Meski demikian, bahan-bahan
organik dalam rupa detritus yang terendapkan di estuaria membentuk substrat yang penting
bagi tumbuhnya alga dan bakteri, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi tingkat-
tingkat trofik di atasnya.
Banyaknya bahan-bahan organik ini dibandingkan oleh Odum dan de la Cruz (1967,
dalam Nybakken 1988) yang mendapatkan bahwa air drainase estuaria mengandung sampai
110 mg berat kering bahan organik per liter, sementara perairan laut terbuka hanya
mengandung bahan yang sama 1-3 mg per liter. Oleh sebab itu, organisme terbanyak di
estuaria adalah para pemakan detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik
6
7
menjadi unsur hara, melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain yang
tercampur bersama detritus itu. Pada gilirannya, para pemakan detritus berupa cacing, siput
dan aneka kerang akan dimakan oleh udang dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa
tingkat trofik di atasnya seperti ikan-ikan pemangsa dan burung. Melihat banyaknya jenis
hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria, bisa disimpulkan bahwa rantai makanan
dan rantai energi di estuaria cenderung bersifat terbuka. Dengan pangkal pemasukan dari
serpih-serpih bahan organic yang terutama berasal dari daratan (sungai, rawa asin, hutan
bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang kemudian membawa
pergi energi keluar dari sistem (Pendy, 2009).
2.4. Aspek Biologi Komposisi Biota dan Produktifitas Hayati.
Di estuaria terdapat tiga komonen fauna, yaitu fauna lautan, air tawar dan payau.
Komponen fauna yang terbesar didominasi oleh fauna lautan, yaitu hewan stenoalin yang
terbatas kemampuannya dalam mentolerir perubahan salinitas (umumnya > 30 o/oo) dan
hewan euri halin yang mempunyai kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas di
bawah 30o/oo. Komponen air payau terdiri dari soesies organisme yang hidup di pertengahan
daerah estuaria pada salinitas antara 5 – 30 o/oo. Spesies ini tidak ditemukan hidup pada
perairan laut maupun tawar. Komponen air tawar biasanya biasanya terdiri dari hewan yang
tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5 o/oo dan hanya terbatas pada bagian hulu estuaria .
Jumlah organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan
organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Sedikitnya jumlah spesies ini terutama
disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies yang memiliki
kekhususan fisiologis yang mampu bertahan hidup di estuaria. Selain miskin dalam jumlah
spesies fauna, estuaria juga miskin akan flora. Keruhnya perairan estuaria menyebabkan
hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh mendominasi. Secara fisik dan biologis,
7
8
estuaria merupakan ekosistem produktif yang setaraf dengan hutan hujan tropik dan terumbu
karang, karena :
1. Estuaria berperan sebajai jebak zat hara yang cepat didaur ulang.
2. Beragamnya komposisi tumbuhan di estuaria baik tumbuhan makro (makrofiton) maupun
tumbuhan mikro (mikrofiton), sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung sepanjang
tahun
3. Adanya fluktuasi permukaan air terutama akibat aksi pasang-surut, sehingga antara
memungkinkan pengangkutan bahan makanan dan zat hara yang diperlukan berbagai
organisme estuari
Secara umum estuaria mempunyai tiga (3) peranan ekologis penting sebagai berikut :
Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal
circulation).Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang) yang bergantung
pada estuaria sebagai tempat perlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground). Dan
Sebagai tempat untuk berproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama
bagi sejumlah spesies ikan dan udang.
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang khas,
dengan lingkungan yang bervariasi (Supriharyono, 2000), antara lain:
(1) Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan
suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan cirri-ciri fisika lainnya,
serta membawa pengaruh besar pada biotanya
(2) Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan
khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut;
8
9
(3) Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan
penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya; dan
(4) Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya
aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
2.5.Adaptasi Organisme
Kebanyakan organisme yang menempati daerah ini menunjukkan adaptasi dalam
menggali dan melewati substrat yang lunak atau menempati saluran yang permanen dalam
substrat. Dikarenakan pantai lumpur juga agak tandus, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya
organisme yang menempati permukaan daratan lumpur. Kehadiran organisme di pantai
berlumpur ditunjukkan oleh adanya berbagai lubang di permukaan dengan ukuran dan bentuk
yang berbeda. Jadi, salah satu adaptasi utama dari organisme di daratan lumpur adalah
kemampuan untuk menggali substrat atau membentuk saluran yang permanen.
Adaptasi utama yang kedua berkaitan dengan kondisi anaerobik yang merata di seluruh
substrat. Jika organisme ingin tetap hidup ketika terkubur dalam substrat, mereka harus
beradaptasi untuk hidup dalam keadaan anaerobik atau harus membuat beberapa jalan yang
dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung banyak oksigen ke bawah. Untuk
mendapatkan air dari permukaan yang kaya oksigen dan makanan maka muncul berbagai
lubang dan saluran di permukaan daratan lumpur. Adaptasi yang umum terhadap rendahnya
ketersediaan oksigen adalah dengan membentuk alat pengangkut (misalnya, hemoglobin)
yang dapat terus-menerus mengangkut oksigen dengan konsertasi yang lebih baik
dibandingkan dengan pigmen yang sama pada organisme lain. (Nybakken, 1982)
2.6 Tipe Organisme
Pantai berlumpur sering menhasilkan suatu pertumbuhan yang besar dari berbagai
tumbuhan. Di atas daratan lumpur yang kosong, tumbuhan yang paling berlimpah adalah
9
10
diatom, yang hidup di lapisan permukaan lumpur dan biasanya menghasilkan warna
kecoklatan pada permukaan lumpur pada saat terjadi pasang-turun. Tumbuhan lain termasuk
makroalga, Glacilaria, Ulva, dan Enteromorpha. Pada daerah lain, khusus pada pasut terendah
hidup berbagai rumput laut, seperti Zostera.
Daratan berlumpur mengandung sejumlah besar bakteri, yang memakan sejumlah besar
bahan organik. Bakteri ini merupakan satu-satunya organisme yang melimpah pada lapisan
anaerobikdi pantai berlumpurdan membentuk biomassa yang berarti. Bakteri ini dinamakan
Bakteri Kemosintesis atau Bakteri Sulfur, bakteri ini mendapatkan energi dari hasil oksidasi
beberapa senyawa sulfur yang tereduksi, seperti berbagai sulfida (misalnya, H2S). Mereka
menghasilkan bahan organik dengan menggunakan energi yang didapat dari oksidasi
senyawa sulfur yang tereduksi, berbeda dengan tumbuhan yang menghasilkan bahan organik
menggunakan energi matahari.
Karena bakteri ototrofik ini berlokasi di lapisan anaerobik di lumpur, maka daratan
lumpur merupakan daerah yang unik di lingkungan laut, mereka mempunyai dua lapisan
yang berbeda di mana produktivitas primer terjadi, daerah tempat diatom, alga, dan rumput
lautmelakukan fotosintesis, dan lapisan dalam tempat bakteri melakukan kemosintesis.
Mahluk dominan yang terdapat pada daratan lumpur, yaitu cacing polichaeta, moluska
bivalvia, dan krustacea besar dan kecil, tetapi dengan jenis yang berbeda. (Nybakken, 1982)
2.7. Phytoplankton
Pertumbuhan phytoplankton di wilayah pantai estuaria berlumpur diatur dengan suatu
interaksi antara matahari, hujan, bahan gizi, dan gerakan massa air, serta convergensi yang di
akibatkan oleh arus laut. Sampai jumlah tertentu produksi phytoplankton tergantung pada
cuaca, dengan pencampuran dan stratifikasi kolom air yang mengendalikan produktivitas
utama. Percampuran massa air vertikal yang kuat mempunyai suatu efek negatif terhadap
10
11
produktivitas, dengan mengurangi perkembangan phytoplankton maka terjadi penambahan
energi itu sendiri dan penting bagi fotosintesis. Bagaimanapun, pencampuran vertikal adalah
juga diuntungkan karena proses penambahan energi, yang membawa bahan gizi (nutrient)
dari air menuju ke permukaan di mana mereka dapat digunakan oleh phytoplankton.
2.8. Zooplankton dan Heterotrophs Lain
Zooplankton dan heterotrophs lain (suatu tingkatan organisma trophic sekunder yang
berlaku sebagai consumer utama organik) di dalam kolom air mengisi suatu relung ekologis
penting sebagai mata rantai antara produksi phytoplankton utama dan produktivitas ikan. Ikan
contohnya, dengan ukuran panjang antara 50 - 200 milimeter, seperti; ikan herring juvenile
dan dewasa, smelt, stickleback, sand lance, dan ikan salem dewasa, minyak ikan, hake,
pollock, lingcod, sablefish, dan ikan hiu kecil, memperoleh bagian terbesar gizi mereka dari
zooplankton dan heterotrophs lain. Penambahan konsumen utama ini adalah mangsa utama
untuk sculpins, rockfish, ikan hiu, burung, dan paus ballen. Di muara sungai Duwamish
(dengan kedalaman 4), ditemukan ikan salem muda memangsa gammarid amphipods yang
lebih besar dari ukuran tubuhnya. Selain itu, ikan salem juga menyukai jenis Corophium
salmonis dan Eogammarus confervicolus. Sebagai tambahan, gammarid amphipods, dalam
bentuk juvenille mengkonsumsi calanoid dan harpacticoid copepods.
Merah muda pemuda ikan salem, pada sisi lain, lebih menyukai harpacticoids yang diikuti
oleh calanoid copepods. Juvenille chinook mempercayakan kepada gammaridean amphipods
dan calanoid copepods sebagai betuk diet mereka. Menunjukkan bahwa 85 sampai 92 %
zooplankton di teluk adalah calanoid copepods. Secara teknis, istilah zooplankton mengacu
pada format hewan plankton, yang tinggal di kolom air dan pergerakan utama semata-mata
dikendalikan oleh keadaan insitu lingkungan (current movement). Bagaimanapun, yang
mereka lakukan akan mempunyai kemampuan untuk berpindah tempat vertikal terhadap
11
12
kolom air dan boleh juga berpindah tempat secara horisontal dari pantai ke laut lepas
sepanjang yaitu musim semi dan musim panas dalam untuk mencari lokasi yang cocok untuk
pertumbuhan mereka. Migrasi vertikal menciptakan sonik lapisan menyebar ketika
zooplankton bergerak ke permukaan pada malam hari dan tempat yag terdalam pada siang
hari. Pada daerah berlumpur dengan olakan gelombang besar, migrasi vertical zooplankton
akan terhalang. Sedangkan, migrasi horisontal musiman mengakibatkan zooplankton akan
mengalami blooming (pengkayaan). (http://www.iwf.or.id/ekosistem.htm)
2.9. Infauna dan Epifauna Benthic
Infauna Benthic (organisma yang tinggal di sedimen) dan epifauna (organisma yang
mempertahankan hidup di sedimen) adalah suatu kumpulan taxa berbeda-beda mencakup
clam, ketam, cacing, keong, udang, dan ikan. Sedangkan burrowers, adalah binatang
pemakan bangkai, pemangsa, dan pemberi makan/tempat makan sejumlah phytoplankton,
zooplankton, sedimen, detritus dan nutrient lainnya.
Mereka berperan penting dalam jaring makanan di pantai berlumpur, juga bertindak sebagai
konvertor untuk pembuatan bahan-bahan organik pada tingkatan trophic lebih tinggi,
sehingga menyokong peningkatan produktivitas alam bebas (wildlife) dan ikan. Di lain pihak,
ikan-ikan demersal, neretic, dan pemangsa terestrial contohnya elasmobranchs ( ikan hiu,
skates dan manta rays-pari), flatfish dan bottomdwelling jenis lainnya; shorebirds; mamalia
laut, termasuk ikan paus dan berang-berang laut; dan manusia. Dengan diuraikannya secara
rinci bagaimana berbagai rantai makanan terhubung ke dalam suatu jaringan makanan
terpadu pada benthic community dalam system dinamika pantai berlumpur adalah penting
untuk di jawab bahwa ekosistem pantai berlumpur ini berperan di dalam keseimbangan
produktifitas primer perairan. Zedler (1980).
12
13
Predator asli di dataran lumpur ini mencakup beberapa cacing polychaeta seperti
Glycera spp., siput bulan (Polinices, Natica) dan kepiting. Jadi, struktur trofik dataran lumpur
sering terbentuk berdasarkan dua hal, yaitu : berdasarkan detritus – bakteri dan berdasarkan
tumbuhan.
13
14
III. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami sampaikan yaitu :
tiga bagian terbesar dalam rantai makanan yaitu: phytoplankton, zooplankton, dan infauna
benthic. Sebab phytoplankton dan zooplankton adalah komponen rantai makanan utama dan
penting, dimana bagian ini berisi informasi yang mendukung keberadaan organisme tersebut.
Sedangkan, infauna benthic adalah proses yang melengkapi pentingnya rantai makanan di
dalam ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya, pembahasan ini penekananya pada
bagaimana mata rantai antara rantai makanan dan tempat berlindungnya (tidal flat; pantai
berlumpur).
Jumlah organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan
organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Sedikitnya jumlah spesies ini terutama
disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies yang memiliki
kekhususan fisiologis yang mampu bertahan hidup di estuaria. Selain miskin dalam jumlah
spesies fauna, estuaria juga miskin akan flora. Keruhnya perairan estuaria menyebabkan
hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh mendominasi
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonym ,2010. http://id.wikipedia.org/wiki/rantai_makanan
Anonim, 2010. http://www.iwf.or.id/ekosistem.
htm
Begen, D. G. 2002. Ekosistem danSumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. PK-SPL. IPB, Bogor.
Johannessen, J.W., MacLennan, A., and McBride, A, 2005. Inventory and Assessment of Current and Historic Beach Feeding Sources/Erosion and Accretion Areas for the Marine Shorelines of Water Resource Inventory Areas 8 & 9, Prepared by Coastal Geologic Services, Prepared for King County Department of Natural Resources and Parks, Seattle, WA.
Nybakken. James W. 1982. Marine Biology : an ecological approach (terjemahan). PT. Gramedia, Jakarta.
Pendy, 2009. Ekosistem Estuaria.http://pendyaneh.blogspot.com/2009/08/ekosistem-estuaria.html diakses 12 juni 2010.
Rustam ,2001. Makalah Falsafah Sains (PPs 702).Program Pasca Sarjana / S3
Institut Pertanian Bogo
Zedler,J.B. 1980. Algal mat productivity: Comparisons in a salt marsh. Estuaries 3
15