Download - Makalah Assia Selatan
TUGAS SEJARAH ASIA SELATAN
“KEMERDEKAAN DI KAWASAN ASIA SELATAN”
DISUSUN OLEH:
GEO FANY SUHARWAN (06053122024)
SILVIE DWIPUTRI ARYANTI (06091004024)
CIENDY APRILIA (06091004020)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009-2010
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, maka penulisan makalah yang berjudulkan “Kemerdekaan di
Asia Selatan” yang sangat sederhana ini dapat kami selesaikan. Penulisan makalah
ini dimaksudkan sebagai pemenuhan nilai Mata Kuliah Sejarah Asia Selatan dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengasuh
mata kuliah sejarah asia selatan yaitu ibu Dra. Hj. Yetti Rahelly dan bapak
Syarifuddin, S.Pd yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam
penulisan makalah ini. Serta kami ucapkan banyak terima kasih kepada teman-
teman dan semua pihak yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran yang
mendukung dan membangun.
Atas dukungan dan bantuan yang diberikan, penulis mengucapkan banyak
terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Indralaya, Mei 2010
Tim Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A. PAKISTAN - INDIA
Sub-benua India mendapat dibebaskan dari cengkeraman kekuasaan Inggris dan
merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947. Setelah berabad-abad tahun pemerintahan
Inggris dan India kekacauan berdarah bisa mendapatkan kemerdekaan untuk apa
semua orang India bangga. Hari Kemerdekaan ditandai dengan pidato Perdana
Menteri India dan dengan parade warna-warni dan perayaan di depan Red Fort.
Hari kemerdekaan Pakistan dan India hanya berselisih satu hari, 14 Agustus dan
15 Agustus. Kedekatan hari kemerdekaan kedua negara bertetangga itu bukanlah
hal yang kebetulan sebab kolonial Inggris memberikan kemerdekaan kepada
mereka, memang pada saat yang sama. Sebelumnya, kedua negara tersebut
merupakan satu kawasan luas di bawah kolonial Inggris. Namun pada waktu itu,
perbedaan kepercayaan antara kelompok Hindu dan Islam sudah terasa kuat.
Oleh sebab itu, Inggris memberikan kemerdekaan atas wilayah kolonialnya itu
menjadi 2 negara: Pakistan yang mayoritas berpenduduk muslim, dan India yang
mayoritas berpenduduk Hindu. Keputusan pemisahan ini menimbulkan kekacauan
dan kepedihan di antara mereka. Puluhan ribu orang yang beragama Islam di satu
sisi, dan juga Hindu dan Sikh di sisi yang lain, menjadi berada di sisi yang salah
dari garis batas. Rumah mereka dimasukkan menjadi kawasan mayoritas agama
lain. Maka itu, puluhan ribu orang mulai melakukan penyeberangan, dari dan
menuju kedua arah.
Para pakar percaya kalau lebih dari setengah juta orang tewas, puluhan ribu
wanita diperkosa atau diculik, dan lebih dari 10 juta orang menjadi pengungsi di
tengah kekacauan tersebut. Bayang-bayang masa lalu yang pahit itu, menjadi
pemicu untuk saling menyalahkan di antara kedua negara hingga sekarang. Bila
terjadi kejadian yang berkaitan dengan terorisme, India mempersalahkan Pakistan.
Begitu pula sebaliknya, Pakistan sering menuduh India memiliki agenda
tersembunyi di balik program nuklirnya.
B. BANGLADESH (BENGGALA TIMUR)
Latar Belakang Perang Kemerdekaan Bangladesh
Pada Agustus 1947, pembagian India melahirkan negara baru yang disebut
Pakistan. Pakistan terdiri dari wilayah yang mayoritas penduduknya beragama
Muslim. Dalam negara Pakistan, terdapat dua wilayah yang secara geografis dan
budaya terpisah, salah satunya berada di ujung barat subbenua India, sedangkan
yang lainnya berada di ujung timur. Kedua wilayah ini terpisah oleh ribuan mil
teritori India. Zona Barat umumnya (juga secara resmi) disebut Pakistan Barat,
dan zona Timur (Bangladesh modern) disebut Benggala Timur, dan nantinya,
Pakistan Timur. Secara umum terlihat bahwa Pakistan Barat lebih dominan secara
politik dan mengeksplotasi Timur secara ekonomi, menyebabkan banyak keluhan.
Pada tanggal 25 Maret 1971, bangkitnya ketidakpuasan politik dan nasionalisme
budaya di Pakistan Timur menyebabkan dilakukannya operasi penekanan oleh
pasukan Pakistan Barat yang brutal, yang disebut Operasi Searchlight.
Pemecahan kekerasan oleh tentara Pakistan Barat menyebabkan pernyataan
kemerdekaan Pakistan Timur sebagai negara Bangladesh dan akan dimulainya
perang saudara. Perang ini menyebabkan lautan pengungsi (diperkirakan sekitar
10 juta penduduk) membanjiri provinsi timur India. Karena menghadapi krisis
ekonomi dan kemanusiaan, India mulai membantu dan mengorganisir grup
perlawanan Bangladesh yang disebut Mukti Bahini.
Keluhan Pakistan Timur :
Eksploitasi ekonomi
Pakistan Barat (terdiri dari empat provinsi: Punjab, Sindh, Balochistan dan
Provinsi Perbatasan Barat Laut) mendominasi politik negara dan menerima lebih
banyak uang dari dana umum daripada Timur yang lebih padat.
Perbedaan politik
Meskipun Pakistan Timur merupakan mayoritas populasi negara, kekuatan politik
dipegang dengan kuat dalam tangan Pakistan Barat, terutama Punjabi. Sejak
sistem representasi langsung berdasarkan populasi akan memusatkan kekuatan
politik di Pakistan Timur, pendirian Pakistan Barat naik dengan skema "Satu
Kesatuan", dengan seluruh Pakistan Barat dianggap sebagai satu provinsi. Hal ini
semata-mata dilakukan untuk mengimbangi suara sayap Timur. Ironisnya, setelah
Timur memisahkan diri untuk membentuk Bangladesh, provinsi Punjabi meminta
dengan tegas bahwa politik di Pakistan Barat kini ditentukan dengan basis suara
langsung, karena Punjabi berjumlah lebih banyak dari grup lainnya, seperti
Sindhi, Pashtun, atau Baloch.
Setelah pembunuhan perdana menteri pertama Pakistan Liaquat Ali Khan tahun
1951, kekuataan politik mulai dipusatkan pada Presiden Pakistan, dan terkadang
militer. Kepala eksekutif dan Perdana Menteri seringkali rusak akibat pendirian
ini, berperan melalui Presiden.
Pakistan Timur menyadari jika salah satu dari mereka, seperti Khawaja
Nazimuddin, Muhammad Ali Bogra, atau Huseyn Shaheed Suhrawardy terpilih
sebagai Perdana Menteri Pakistan, dengan cepat mereka akan dijatuhkan oleh
pendirian Pakistan Barat. Kediktatoran militer Ayub Khan (27 Oktober 1958 – 25
Maret 1969) dan Yahya Khan (25 Maret 1969 – 20 Desember 1971), yang
keduanya berasal dari Pakistan Barat, hanya mempertinggi perasaan seperti itu
Situasi mencapai klimaksnya ketika pada tahun 1970, Liga Awami, partai politik
terbesar Pakistan Timur, dipimpin oleh Sheikh Mujibur Rahman, memenangkan
pemilihan umum. Partai ini memenangkan 167 dari 169 kursi yang terbagi untuk
Pakistan Timur, dan demikian merupakan mayoritas dari 313 kursi Majelis
Nasional. Hal ini memberikan Liga Awami hak konstitusi untuk membentuk
pemerintahan. Namun, Zulfikar Ali Bhutto (seorang Sindhi), pemimpin Partai
Rakyat Pakistan, menolak Rahman menjadi Perdana Menteri Pakistan. Ia
mengusulkan agar terdapat dua Perdana Menteri, satu untuk tiap sayap. Usulan ini
menimbulkan kemarahan di sayap timur, telah terluka dibawah inovasi konstitusi
lainnya, "skema satu kesatuan". Bhutto juga menolak menerima Enam Poin
Rahman. Pada 3 Maret 1971, kedua pemimpin dari dua sayap bersama dengan
Presiden Jenderal Yahya Khan bertemu di Dhaka untuk menentukan takdir
negara. Pembicaraan gagal, sehingga Sheikh Mujibur Rahman memanggil aksi
negara.
Pada 7 Maret 1971, Sheikh Mujibur Rahman berpidato di Lapangan Pacuan Kuda
(kini disebut Suhrawardy Udyan). Dalam pidatonya, ia menyebutkan empat poin
untuk mempertimbangkan pertemuan Majelis Nasional pada 25 Maret:
1. Dicabutnya darurat militer.
2. Ditariknya seluruh personel militer ke barak.
3. Penyelidikan kematian.
4. Penyerahan kekuasaan untuk wakil yang terpilih oleh rakyat sebelum
pertemuan majelis nasional 25 Maret.
Ia meminta "rakyatnya" untuk mengubah setiap rumah menjadi bentang
perlawanan. Ia menutup pidatonya dan mengatakan "Perlawanan kita untuk
kebebasan kita. Perlawanan kita untuk kemerdekaan kita." Pidato ini dianggap
sebagai hal utama yang menginspirasi negara bertempur untuk kemerdekaan
mereka. Jenderal Tikka Khan dikirim ke Dhaka untuk menjadi Gubernur
Benggala Timur. Juri Pakistan Timur, termasuk Justice Siddique, menolak untuk
mengambil sumpahnya.
Antara 10 dan 13 Maret, Pakistan International Airlines membatalkan semua rute
penerbangan internasional mereka karena secara darurat menerbangkan
"Penumpang Pemerintahan" ke Dhaka. "Penumpang Pemerintahan" tersebut
hampir semuanya merupakan tentara Pakistan yang mengenakan pakaian sipil.
MV Swat, kapal dari Angkatan Laut Pakistan, membawa amunisi dan tentara,
berlabuh di Pelabuhan Chittagong dan pekerja dan pelaut Benggala di pelabuhan
menolak membongkar muatan kapal. East Pakistan Rifles menolak mematuhi
komando untuk menyerang demonstran Benggala, memulai pemberontakan
tentara Benggala.
Ketidakseimbangan militer
Bengali kurang diwakili dalam militer Pakistan. Perwira yang berasal dari Bengali
di sayap angkatan bersenjata yang berbeda hanya 5% dari seluruh pasukan pada
tahun 1965; dari 5% tersebut, hanya sedikit yang berada pada posisi komando,
dengan mayoritas bertugas dalam hal teknis dan administratif. Pakistan Barat
percaya bahwa Bengali tidak seperkasa Pashtun dan Punjabi; pengertian "ras
perkasa" dihilangkan dari Bengali. Lebih lagi, meskipun biaya pertahanan besar,
Pakistan Timur tidak menerima keuntungan, seperti kontrak, pembelian dan
pekerjaan pendukung militer. Perang India-Pakistan 1965 yang memperebutkan
wilayah Kashmir juga menunjukan ketidakamanan militer Bengali, sebab hanya
terdapat divisi infantri dibawah kekuatan dan 15 pesawat tempur tanpa bantuan
tank yang berada di Pakistan Timur untuk melawan serangan-serangan India
selama konflik.
Kontroversi bahasa
Pada tahun 1948, Mohammad Ali Jinnah, Gubernur Jenderal pertama Pakistan,
menyatakan di kota Dhaka bahwa "Urdu, dan hanya Urdu" yang akan menjadi
bahasa resmi di seluruh Pakistan. Hal ini menjadi kontroversi besar, karena Urdu
adalah bahasa yang hanya dituturkan di Barat oleh Muhajir dan di Timur oleh
Bihari. Mayoritas grup di Pakistan Barat menuturkan bahasa Punjabi dan bahasa
Sindhi, sementara bahasa Bengali dituturkan oleh mayoritas penduduk Pakistan
Timur. Kontroversi bahasa akhirnya mencapai puncaknya ketika Pakistan Timur
berevolusi. Beberapa pelajar dan penduduk kehilangan nyawa mereka dalam
penumpasan oleh polisi pada tanggal 21 Februari 1952. Hari itu disebut sebagai
Hari Martir Bahasa di Bangladesh dan Benggala Barat. Selanjutnya, dalam
ingatan pembunuhan tahun 1952, UNESCO menyatakan tanggal 21 Februari
sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional tahun 1999.
Di Pakistan Barat, pergerakan ini dianggap sebagai pemberontakan sekte terhadap
minat nasional Pakistan dan ideologi pendiri Pakistan, Teori Dua Negara.
Politikus Pakistan Barat menganggap Urdu sebagai produk budaya Islam India,
seperti yang dikatakan Ayub Khan pada tahun 1967:
Namun, kematian menyebabkan perasaan pahit di antara Pakistan Timur, dan
merupakan faktor utama dalam dorongan menuju kemerdekaan.
C. SRILANGKA
Republik Demokratik Sosialis Sri Lanka adalah negara di sebelah selatan Asia
yang menempati pulau besar di Samudera Hindia di sebelah tenggara lepas pantai
di ujung sub-kontinen India. Negara ini memperoleh kemerdekaannya pada tahun
1948 sebagai Dominion Inggris yang dulu dikenal sebagai Ceylon dan menjadi
republik yang independen pada tanggal 22 Mei 1972.
Populasi negara ini diperkirakan sekitar 17.740.000. Kelompok etnis yang ada di
negara ini mencakup Sinhala (74%), Tamil Sri Langka (12.7%), Moor Sri Lanka
(7%), Tamil India (5.5%), Melayu (0.29%), Burgher (0.26%) dan lainnya (0.2%).
Bangsa Sinhala menggunakan bahasa Sinhala (bahasa resmi), bahasa yang berasal
dari Indo-Aria.
PEMBERONTAKAN TAMIL.
Tradisi keselarasan, persahabatan dan saling kerjasama yang panjang yang telah
mewarnai hubungan antar kelompok etnis dan agama di Sri Langka yang multi-
ras serta multi-agama selama beberapa generasi ini pecah di tahun 1983 dengan
adanya konflik terbuka antara kelompok minoritas Tamil serta kelompok
mayoritas Sinhala. Tujuan kelompok Tamil adalah untuk mendirikan tanah air
yang terpisah di sebelah utara Sri Lanka yang akan mempererat ikatan dengan
orang-orang berbahasa Tamil di sebelah selatan India yang tidak jauh dari tempat
tersebut.
Pemberontakan gerilya yang dilakukan oleh kelompok Tamil di provinsi sebelah
selatan dan timur Sri Lanka, serta upaya pemerintah untuk membasmi
pemberontakan tersebut dengan melakukan serangan terhadap kota Jaffna serta
sebagian dari Semenanjung Jaffna menelan lebih dari 6.000korban jiwa terhitung
sampai bulan Juli 1987.
Pada saat itu, kekuatan India masuk ke negara tersebut sebagai pasukan
perdamaian sejalan dengan kesepakatan yang ditandatangai oleh Presiden Ceylon
J.R. Jayewardene dengan Perdana Menteri Rajiv Gandhi dan mulai melucuti
senjata pemberontak Tamil. Akan tetapi sebagian kelompok separatis yang
menentang kesepakatna damai tersebut, termasuk Pembebasan Macan Tamil
Eelam (Liberation Tigers of Tamil Eelam) bergerak di bawah tanah dan
meneruskan serangan terhadal lawan-lawan kelompok Tamil serta untuk
menghancurkan kantor-kantor dan desa-desa tempat mereka tinggal.
Pasukan perdamaian India, yang pada saat itu berjumlah sebanyak 50.00 orang,
menghabiskan hampir tiga tahun di Sri Lanka akan tetapi tidak juga berhasil
melucuti senjata Pembebasan Macan Tamil, sekelompok orang yang
memperjuangkan tanah air Tamil yang terpisah. Pasukan perdamaian tersebut
ditarik mundur pada bulan Maret 1990 oleh Perdana Menteri India yang baru V.P.
Singh atas permintaan Presiden Sri Lanka yang baru Ranasinghe Premadasa.
Keduanya memenangkan pemilihan umum pada tahun 1989, sementara yang
belakangan telah bersumpah untuk menarik warga India keluar dari negara
tersebut dengan kepercayaan serta kerjasama dari Fron Rakyat untuk Pembebasan
Macan Tamil (People’s Front of Liberation Tigers) yang berhadap menjadi
pemerintahan terpilih untuk tanah air Tamil.
Setelah penarikan pasukan perdamaian, ribuan bangsa Tamil yang telah
bekerjasama lari ke India menggunakan kapal, berharap untuk menetap di Tami
Nadu, Negara Bagian India dengan ibukota Madras. Akan tetapi, India menolak
untuk mengijinkan mereka tiba di pantai dengan alasan kebanyakan dari mereka
tidak memenuhi definisi internasional tentang “pengungsi.”
Sekalipun pada bulan Maret 1990 pemerintah mencabut larangan unjuk rasa
politik serta pengekangan darurat lainnya dan berharap agar Pembebasan Macan
Tamil Eelam (Liberation Tigers of Tamil Eelam/LTTE) dapat ikut ambil bagian
dalam pemilihan umum untuk dewan provinsi di sebelah timur laut sebagaimana
disepakati sebelumnya, pertikaian antara pemerintah dengan LTTE terus
berlanjut.
Pemerintah India di tingkat pusat memutuskan pada bulan Januari 1991 untuk
membubarkan pemerintahan Negara Bagian Tamil Nadu karena mendukung
LTTE. Kelompok ini kemudian menjadi tersangka dari pembunuhan Menteri
Pertahanan Sri Lanka di bulan Maret serta Perdana Menteri Rajiv Gandhi pada
bulan Mei 1991, serta pembunuhan atas 170 warga desa Muslim pada bulan
Oktober 1992 juga sedereta pejabat pemerintahan serta militer.
Sekalipun Partai Nasional Bersatu (United National Party/UNP) memperoleh
keberhasilan yang berarti dalam pemilihan umum lokal di bulan Mei 1991, mosi
pemakzulan (impeachment motion) terkait dengan dugaan 24 penyalahgunaan
kekuasaan diajukan terhadap Premadasa di bulan Agustus. Sekalipun mosi
tersebut kemudian ditolak oleh Juru Bicara Dewan (Speaker of the House), hal ini
kemudian diikuti dengan terbentuknya partai oposisi oleh legislator mantan UNP
yang telah dikeluarkan dari partai ini karena mendukung mosi tersebut.
Saat pimpinan partai Partai Nasional Bersatu Demokratik (Democratic United
National Front) yang baru dibunuh pada bulan April 1993 dan pemerintahan
Premadasa dituduh melakukan hal tersebut, pemerintahan Premasada menuding
LTTE yang menampik tanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Terakhir, Presiden Premasada sendiri terbunuh oleh ledakan bom pada bulan Mei
1993. Sekali lagi LTTE menampik tanggung jawab terhadap hal tersebut. Perdana
Menteri Dingiri Banda Wijetunga terpilih untuk menuntaskan masa jabatan
tersebut.
Dalam pemilihan umum legislatif di bulan Agustus 1994, koalisi sembilan partai
bersayap kiri menyatakan bahwa Aliansi Rakyat (People’s Alliance) menang 125
dari 225 kursi yang ada. Kekerasan di masa kampanye menelan korban 24 jiwa
dan dalam pemilihan umum ini UNP untuk pertama kalinya selama 17 tahun
kalah. Candrika Bandaranaike Kumaratunga menjadi perdana menteri dan terpilih
menjadi presiden perempuan pertama di negeri ini pada bulan November. Lima
puluh orang lainnya meninggal dalam serangan terhadap kandidat oposisi dalam
sebuah unjuk rasa di bulan Oktober.
Presiden Kumaratunga bersumpah untuk menghapuskan lembaga kepresidenan
serta mengalihkan kekuasaan ke tangan perdana menteri dan parlemen. Ia juga
berkampanye untuk memenuhi janji mengakhiri pertikanan dengan LTTE dan
telah mendukung gencatan senjata sementara serta menjanjikan bantuan ekonomi
sebesar 800 juta dollar Amerika di tempat berlangsungnya gencatan senjata,
semenanjung Jaffna.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Asia Selatan adalah sebuah wilayah geopolitik dibagian selatan benua Asia, terdiri
dari daerah-daerah di dan sekitar anak benua india. Wilayah ini dibatasi oleh Asia
Barat, Tengah, Timur, dan Tenggara. Wilayah Asia Selatan meliputi 10% luas
benua Asia, kira-kira 4.480.000 km2 tetapi populasinya mencakup 40% populasi
Asia. Asia Selatan merupakan salah satu kawasan yang terpadat penduduknya
didunia. Sekitar 1,6 miliar jiwa tinggal dikawasan ini. Asia Selatan sendiri
mempunyai peradaban yang sangat terkenal didunia dan merupakan peradaban
tertua didunia.
Asia Selatan juga merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam,inilah
yang membuat bangsa Eropa termasuk Inggris ingin menguasai kawasan Asia
Selatan. Masuknya Inggris sebagai penjajah di Asia selatan khususnya India
membuat banyak penderitaan bagi rakyat, dan akhirnya menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk melalukan pergerakaan Kemerdekaan melawan penjajah
Inggris.
B. Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan pada makalah ini, maka penulisan makalah ini
dibatasi dengan pembahasan sebagai berikut:
1. Kemerdekaan India-Pakistan
2. Perang kemerdekaan Bangladesh
3. Srilanka
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana proses perjuangan kemerdekaan yang ada
di Asia Selatan
2. Mengetahui daerah-daerah yang melakukan pergolakan
kemerdekaan di Asia Selatan
BAB III
KESIMPULAN
Hari kemerdekaan Pakistan dan India hanya berselisih satu hari, 14 Agustus dan
15 Agustus. Kedekatan hari kemerdekaan kedua negara bertetangga itu bukanlah
hal yang kebetulan sebab kolonial Inggris memberikan kemerdekaan kepada
mereka, memang pada saat yang sama. Sebelumnya, kedua negara tersebut
merupakan satu kawasan luas di bawah kolonial Inggris. Namun pada waktu itu,
perbedaan kepercayaan antara kelompok Hindu dan Islam sudah terasa kuat.
Oleh sebab itu, Inggris memberikan kemerdekaan atas wilayah kolonialnya itu
menjadi 2 negara: Pakistan yang mayoritas berpenduduk muslim, dan India yang
mayoritas berpenduduk Hindu. Keputusan pemisahan ini menimbulkan kekacauan
dan kepedihan di antara mereka.
Pakistan terdiri dari wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Muslim.
Dalam negara Pakistan, terdapat dua wilayah yang secara geografis dan budaya
terpisah, salah satunya berada di ujung barat subbenua India, sedangkan yang
lainnya berada di ujung timur. Kedua wilayah ini terpisah oleh ribuan mil teritori
India. Zona Barat umumnya (juga secara resmi) disebut Pakistan Barat, dan zona
Timur (Bangladesh modern) disebut Benggala Timur, dan nantinya, Pakistan
Timur.
DAFTAR PUSTAKA
Mulia, T.S.G, India Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Balai Pustaka,
Jakarta, (tanpa angka tahun)
Erwin, Nuriah Tuti, Asia Selatan Dalam Sejarah. (tempat terbit tidak diketahui),
Universitas Indonesia, (tanpa angka tahun).
(pengarang tidak diketahui), Pergerakan di India. (http://www.wikipedia.com)
diakses 28 April 2010).