Majalah Berita Warga Kota SalatigaMajalah Berita Warga Kota SalatigaHATIBERIMANHATIBERIMANVol. 2 No. 2, Mei 2008 Vol. 2 No. 2, Mei 2008
ISSN No. 1978-5798ISSN No. 1978-5798
AyoMembacaMembaca
LensaUpacara Peringatan Hari Kartini di halaman Pemkot Salatiga.Foto atas : Walikota Salatiga, John M. Manoppo, SH, beserta Muspida Kota Salatiga mengikuti upacara peringatan hari Kartini.Foto bawah : Walikota Salatiga memberi bunga kepada pembina upacara dan petugas upacara pada peringatan hari kartini.
Diterbitkan oleh : KANTOR INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA SALATIGA Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor: 9 Tahun 2004. PEMBINA Walikota Salatiga; PENGARAH Sekretaris Daerah; WAKIL PENGARAH Asisten Tatapraja dan Administrasi Sekda; PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Kepala Kantor Informasi dan Komunikasi Drs. Petrus Resi, M.Si; REDAKTUR PELAKSANA Sri Hartono, SS; REDAKTUR Wiyarso BA, Bakti Harjanti, S.Sos; KOORDINATOR LIPUTAN Jumiarto, AP; PELIPUT/PENYUNTING Sumarno, S.Ag, Budi Susilo, S.Sos, Ady Indriasari, S.Sos, Lukman Fahmi, S.HI; Betty Wahyu Nilla Sari, S.T.P; SETTING&LAY OUT Sumadi, S.S, R. Koko Endarmoko, A.Md; DISTRIBUSI Kuswanto, R. Suprapto Sambodo, Muhammad Sidiq. ALAMAT REDAKSI KANTOR INFORMASI & KOMUNIKASI Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga 50731 Telp/Fax. (0298) 326658. On line : http://hati-beriman.blogspot.com, e-mail : [email protected].
Redaksi menerima sumbangan naskah berupa tulisan atau karikatur. Redaksi berhak mengedit naskah tanpa mengubah substansinya. Naskah berupa tulisan diketik dengan huruf Times New Roman 12, spasi tunggal, sebanyak 3-4 halaman folio. Naskah dikirim ke Redaksi Hati Beriman. Pengirim naskah yang dimuat berhak mendapat imbalan.
Redaksi
HATIBERIMANHATIBERIMANMajalah Berita Warga Kota SalatigaMajalah Berita Warga Kota Salatiga
ISSN No. 1978-5798, VOL. 2 No. 1, Maret 2008ISSN No. 1978-5798, VOL. 2 No. 1, Maret 2008
Daftar Isi4 PROFIL Berkarir Tetap Hargai Suami5 DARI REDAKSI Belajar Tidak Mengenal
Batas Usia6 SURAT PEMBACA Perpustakaan Umum
Terbengkelai, Potret Salatiga Dulu, Kini dan Nanti
7 OPINI Kartini dan Domestikasi Perempuan
14 PENDIDIKAN Salatiga Siap Melek Hukum
16 RAGAM PANWASKOT Siap Hadapi Pilgub, KPU Salatiga Siap Songsong Pilgub 2008
20 KESEHATAN Campak Bisa Mematikan22 MIMBAR Spesialisasi dan Diversifikasi
Kota24 HUKUM Retribusi Ijin Mendirikan
Bangunan27 KIPRAH Oppas Sangat Dibutuhkan28 BUDAYA Karawitan Budaya nan Syahdu30 LINTAS KOTA Kegiatan di Kota
Salatiga40 ARTIKEL Pendidikan Anak Usia Dini,
Modal Dasar Kecerdasan Bangsa42. TIPS Si Rimpang Kaya Manfaat43 POTENSI Ronde Susu Uenak Tenan......44 LEGENDA Petilasan Eyang Sumo45 KARIKATUR46 RILEKS TTS HB 36
B a n y a k f a k t o r y a n g menyebabkan rendahnya minat baca di kalangan masyarakat kita. Selain factor budaya, situasi pendidikan di kelas dan ruang kuliah juga sangat berpengaruh dalam menarik minat baca. Siswa cenderung merasa cukup dengan pelajaran yang mereka peroleh dari guru. Mahasiswa pun
tak merasa kurang dengan fotokopi bahan kuliah dari dosen. Padahal, s e t i a p m a n u s i a m e m i l i k i keterbatasan. Guru dan dosen juga memiliki keterbatasan. Sehingga, jika mau jujur, pelajaran dari guru atau fotokopi bahan kuliah dari dosen saja sangat jauh dari cukup.
Selain itu, kita menyadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia ini masih lemah. Tidak semua anak mampu bersekolah. Apabila bersekolah pun, tidak semua sekolah mempunyai fasilitas belajar yang memadai yang mampu mendukung proses pembelajaran.
Faktor yang lain adalah kebiasaan masyarakat kita yang senang berkumpul lantas ngobrol. Ngobrol untuk diskusi dan saling bertukar pengetahuan memang baik. Tetapi, jika ngobrol hanya untuk menghabiskan waktu berarti kita sudah membuang waktu dengan percuma.
Daripada untuk ngobrol yang tidak bermanfaat, lebih baik waktu kita digunakan untuk membaca.
Masyarakat antusias untuk mencari informasi di ruang baca Pemkot Salatiga
Cover Artwork:Budi SusiloKarikatur:Fahmi
Foto/HB:Fahmi
SALATIGA
S HR AIR Y HA BS AT JU A S RW STI A P
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 3
Foto/HB:SaktiFoto/HB:Sakti
4
Balutan jilbab melingkari wajahnya yang putih bersih. Bulatan hitam nan bening di matanya menatap tajam. Kewibawaan memancar dari mimik dan pembawaan wanita ini.
Herannya, tak ada kesan menakutkan. Sebaliknya, wajah Dra. Hj. Sri Sejati Kusumaningsih, M.M. yang tenang dan berwibawa itu justru membawa kenyamanan setiap lawan bicaranya.
Keseriusan yang selalu tergambar di wajahnya mengisyaratkan sosok yang satu ini memiliki tanggung jawab dan beban kerja yang tinggi. Meskipun demikian, sorot matanya selalu tampak tenang. Tidak lain, ini karena kepandaiannya mengelola permasalahan yang dihadapi. wanita ini terbuka dan suka meminta pendapat meskipun kepada yang lebih muda, bahkan dari anak buah.
Ibu yang satu ini memang tidak asing lagi bagi masyarakat Salatiga. Puluhan tahun sudah, dia mengabdikan diri sebagai PNS di kota berhawa sejuk ini. Panjangnya gelar yang dimilikinya seolah menyiratkan sepanjang itu pula perjuangan yang telah dilalui Sekretaris Daerah Kota Salatiga ini.
Bu Jati, begitu beliau lebih suka dipanggil, memang terlahir 54 tahun yang lalu. Tetapi, hingga sekarang, produktifitasnya masih sangat tinggi. Jiwa dan semangat pengabdiannya untuk membangun Kota Salatiga tidak pernah surut.
Ketekunan dan pengabdian yang tulus, disertai kepiawaian dalam mengoordinasikan staf, mengantarnya menduduki puncak karir PNS di Salatiga sebagai Sekretaris Daerah (Sekda). Fenomenalnya lagi, bu Jati adalah perempuan pertama yang menduduki kursi ini di Kota Salatiga.
Wanita kelahiran Salatiga ini memiliki sejarah karir yang fantastis. Lulus kuliah, langsung diterima bekerja di Panin Bank. Sayangnya, karirnya di bank swasta ini tak langgeng. “Itu karena saya hamil anak pertama,” ungkapnya sambil mengenang masa lalu. Dengan terpaksa, bu Jati keluar dari Panin Bank.
Beruntung, kebaikan selalu berpihak kepada ibu dua anak ini. Sebelum keluar dari dunia swasta, status PNS di Kantor Sosial Politik Kota Semarang telah dikantonginya.
Setelah sekian tahun berlalu, bu Jati mendapat kesempatan untuk pulang kampung, ke Salatiga. Kesempatan ini muncul demi mengikuti sang suami, yang juga PNS, pindah ke kota ini. “Sesuai peraturan yang berlaku, saya harus rela melepas jabatan saya di Kantor Sospol Semarang,” jelasnya. Di Salatiga, ia pun bertugas di bidang tugas yang sama, sospol.
Apa hendak dikata, dasar cerdas, karirnya pun mulai merambat naik kembali. Selang beberapa waktu, dia dipindahkan ke Bapeda sebagai Sekretaris Bapeda. Bu Jati memegang jabatan ini selama tiga tahun. Setelah itu, dia dipindahkan lagi dan menjadi Kepala Bagian Keuangan. Lima tahun kemudian, bu Jati diangkat menjadi Kepala Dipenda yang kemudian berubah nama menjadi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) dan sekarang menjadi Dinas. Setelah menjabat selama dua tahun, perempuan yang dikenal disiplin ini menduduki jabatan sebagai Asisten I (Tata Praja). Jabatan ini pun
hanya berusia enam bulan karena bu Jati harus memegang jabatan baru sebagai Ka. Disnaker 7 bulan dan Asisten III. Setelah resmi menjabat Asisten III, bu Jati akhirnya menjadi Sekretaris Daerah Kota Salatiga.
Dalam menjalani pekerjaannya, istri Johan Arifin ini menganut paham untuk selalu bersyukur dan menikmati pekerjaannya. “Saya juga selalu berusaha untuk berbuat sesuatu, yang berguna bagi masyarakat, setiap menduduki satu jabatan,” tegasnya.
Tak heran, jika di masa kepemimpinan almarhum H. Totok Mintarto, dia selalu dimintai ide. “Pak Totok sering bertanya begini, 'Bu, opo sing iso digarap kanggo mbangun Solotigo (Bu, apa yang bias dikerjakan untuk membangun Salatiga, red)?'.” Menanggapi pertanyaan ini bu Jati merasa dipacu untuk terus berpikir bagaimana memberikan ide, terutama, bagi peningkatan pendapatan Kota Salatiga.
Perempuan inilah salah satu pencetus ide pengelolaan SPBU untuk Pemerintah Kota Salatiga dan strategi deposito, termasuk dibangunnya unit pertokoan. Ide ini merupakan upaya peningkatan pendapatan kota. Gagasan tersebut telah muncul pada masa kepemimpinan Walikota sebelumnya, namun baru diterapkan k e t i k a P a k T o t o k menjadi Walikota.
Wanita yang satu ini selalu menerapkan sistem kebersamaan dalam instansi yang dipimpinnya. Demikian pula dalam menjaga suasana kekeluargaan di r u m a h t a n g g a n y a . S e b e r a p a p u n t i n g g i jabatannya, seorang istri tetap harus menghargai suami. Dengan kata lain, suami dan i s t r i t e t a p harus saling m e n g -hargai. (lux)
BerkarirTetap Hargai Suami
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Profil
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 5
ni baru berita! Salatiga dinyatakan bebas buta aksara pada acara peringatan Hari IPendidikan Nasional (2/5) yang lalu. Artinya,
sekitar 170 ribu penduduk kota di kaki Gunung Merbabu ini dapat membaca tanpa kecuali. Dengan kata lain, semua dapat membaca, khususnya huruf latin, yang dipergunakan sebagian besar penduduk dunia penghuni planet Bumi sebagai alat komunikasi.
Mengapa baru sekarang? Mengapa memerlukan 63 tahun sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia? Apakah daerah lain yang wilayah dan penduduknya lebih besar juga bebas buta aksara?
Belajar tidak mengenal batas usia. Siapa saja boleh belajar. Sesuai amanat Pembukaan UUD 1945, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung jawab negara. Melalui pemerintahannya, negara harus mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia melalui pendidikan. Pendidikan diperlukan untuk menciptakan manusia cerdas yang mampu bersaing dengan bangsa lain. Karena pendidikan, kita mampu mengolah alam untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia Indonesia, khususnya, dan masyarakat dunia, umumnya.
Untuk itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah melaksanakan amanat UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara konsekuen dan bertanggung jawab. Sesuai undang-undang tersebut, pemerintah bertanggung jawab mengalokasikan anggaran untuk pendidikan nasional. Membangun sarana dan prasarana pendidikan, utamanya perpustakaan-perpustakaan umum yang representatif, sehingga mampu membangun minat baca masyarakat. Pemerintah juga dituntut memberikan perlindungan kepada masyarakat atas komersialisasi pendidikan. Pendidikan tidak boleh menjadi lahan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya melalui pasar bebas.
Memberikan solusi dan legalitas terhadap masyarakat yang secara mandiri mencerdaskan dirinya sendiri tanpa melalui pendidikan formal, sehingga keberadaan mereka terakomodasi oleh pemerintah. Bila biaya pendidikan semakin mahal, kelompok-kelompok masyarakat yang mengupayakan pendidikan mandiri akan tumbuh subur.
Melalui proses membaca dan menulis inilah manusia mampu beriteraksi dengan yang lain sehingga tidak tertinggal dengan peradaban manusia itu sendiri.
Redaksi
BelajarTidak Mengenal Batas Usia
Dari Redaksi
ebagai salah seorang warga Kota Salatiga yang lahir, tinggal dan dibesarkan di kota ini, saya sudah lama mendengar sebutan “Kota Pendidikan” dan “Kota Pelajar” untuk menyebut Kota Salatiga. Kota kecil ini pun sudah memberikan sumbangan pemikiran baik lokal maupun global lewat para ilmuwan yang S
berasal dan dihasilkan ruang-ruang pembelajaran kota tercinta. Bahkan tak sedikit penulis yang tumbuh di Salatiga. Berita terakhir, penulis Novel Ayat-Ayat Cinta, juga bertempat tinggal di Kelurahan Bugel Salatiga.
Namun saya begitu prihatin ketika melihat fasilitas publik berupa Perpustakaan Umum Kota Salatiga, tempat sebagian orang memperluas wawasannya, malah terkesan terbengkalai tak terurus. Fasilitas terkesan seadanya yang semakin menjauhkan pengunjung untuk kembali menengok ruang dan koleksinya di kemudian hari. Ini fakta yang memprihatinkan di sebuah Kota Pendidikan.
Upaya berupa rencana untuk menumbuhkan perpustakaan lewat pembangunan gedung baru oleh Pemkot Salatiga, sudah barang tentu akan mendapat dukungan warga termasuk saya tentunya. Karena perpustakaan juga merupakan jendela dunia, tempat anak cucu kita mendapatkan wawasan dan ilmu yang berguna bagi masa depan. Kita tunggu saja kepedulian pengambil kebijakan di kota ini untuk secepatnya merealisasikan rencana ini, sehingga Salatiga memang layak disebut Kota Pendidikan.
Salam hangat,Adi Utomo
Warga Kelurahan Salatiga.
Pengirim rubrik surat pembaca yang dimuat berhak mendapatkan imbalan dari Redaksi Majalah Hati Beriman.
etika menyaksikan foto-foto Salatiga tempoe doloe, saya amat terkesima dengan suasana Salatiga jaman dulu. Sungguh indah dan nyaman. Ternyata, sketsa kota Salatiga terlahir dari konsep tata kota Kdengan arsitektur yang bernilai tinggi serta memperhatikan harmonisasi alam dan lingkungan secara
seimbang.Namun, jaman sudah berubah. Saya tidak ikut merasakan keindahan Salatiga itu karena saya terlahir dalam
era modernisasi. Tapi, kalau boleh memilih, saya tentu sangat mendambakan Kota Salatiga yang memiliki konsep pembangunan seperti jaman dulu yang terkesan lebih bijak karena sangat memperhatikan nilai keseimbangan dengan lingkungan dan memiliki nilai manfaat jangka panjang. Sebagai contoh adalah gedung jaman dulu yang nota bene dibangun oleh Belanda ternyata lebih megah dan kokoh sampai sekarang. Pohon-pohon besar nan rindang di sepanjang Jalan Diponegoro memberi kesejukan dan dapat mengurangi efek polusi udara. Banyaknya sumber mata air dan kolam mandi alami untuk kebutuhan hidup serta adanya Taman Sari sebagai paru-paru kota dan tempat untuk bersantai di tengah kota menambah keindahan kota.
Sayangnya, saat ini, Salatiga belum memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga keberlangsungan lingkungan yang bersahabat dengan mengoreksi diri kita sendiri. Adakah kita memiliki kesadaran akan menanam pohon untuk anak cucu kita nanti? Sudahkah kita mengolah sampah dengan benar? Atau, sudahkah kita memiliki kepedulian dengan keberadaan bangunan kuno bersejarah yang dengan mudah beralih fungsi bahkan dirobohkan untuk kepentingan ekonomi semata?
Mungkin, perubahan Salatiga seperti saat ini merupakan fenomena jaman yang dilatarbelakangi kompleksitas masalah. Banyak hal yang perlu kita rembug bersama. Pasalnya, keberadaan kota Hati Beriman ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai bagian dari warga Salatiga. Kita perlu lebih peka terhadap perubahan; menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini; serta memiliki kesadaran akan konsep pembangunan yang bijak untuk lingkungan dan kesejahteraan bersama. Selain itu, yang lebih penting adalah kita sehati sepikir untuk melangkah menuju Salatiga yang lebih peduli terhadap alam sekitar, sesama, dan Sang Pencipta.
Agustin TamaraKalitaman-Salatiga
6
Perpustakaan Umum Terbengkelai Perpustakaan Umum Terbengkelai
Potret Salatiga Dulu, Kini dan Nanti Potret Salatiga Dulu, Kini dan Nanti
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Surat Pembaca
Kartinidan Domestikasi Perempuan
artini adalah sosok perempuan lokal yang melawan tirani (kekejaman) budaya Kfeodalistis dan hegemonis. Budaya
feodalistis dalam hal ini adalah sikap sewenang-wenang kaum laki-laki kepada kaum perempuan sedangkan hegemoni merupakan kekuasaan kaum laki-laki atas kaum perempuan.
Mengenang Kartini berarti juga mengingatkan kita akan cita-citanya untuk mengentaskan kaum perempuan dari kebodohan dan kemiskinan serta memperjuangkan kesetaraan laki-laki dan perempuan. Kartini sangat gigih dalam berjuang untuk kemajuan bangsa Indonesia. Salah satu bentuk perjuangannya adalah melalui pendidikan, sebagaimana tertulis dalam suratnya, “Dan tidak hanya untuk perempuan saja, tetapi untuk masyarakat bumiputera seluruhnya pengajaran kepada anak-anak merupakan berkah” (surat 31-1-1901). Namun di sisi lain, ada beberapa pakar yang masih pro (setuju) dan kontra (tidak setuju) akan keberadaannya. Mengapa?
Tanggal 21 April bisa dikatakan hari ke-ibu-an, karena hari itu, perempuan-perempuan memakai 'kain dan kebaya' sebagaimana yang dipakai Kartini semasa hidupnya. Anak-anak Taman Kanak-Kanak (TK) pun tidak mau ketinggalan merayakannya dengan berdandan ala orang dewasa (lucu). Lebih lucu lagi ketika pada hari Kartini, orang tidak hanya berbondong-bondong mengenakan pakaian adat Jawa, tetapi juga pakaian adat daerah lain. Pemandangan yang salah kaprah ini membuat Hari Kartini seolah menjadi Hari Budaya.
Tak hanya itu, beraneka lomba juga di gelar di semua sudut kota, baik di l e m b a g a p e m e r i n t a h a n , keagamaan, maupun lembaga pendidikan. Sejauh pengamatan (mudah-mudahan salah), aneka lomba t e r s e b u t j u s t r u memperkuat peran d o m e s t i k a s i p e r e m p u a n . P e r t a n y a a n n y a a d a l a h s u d a h relevankah refleksi Hari Kartini dengan
aneka kegiatan tersebut ? Jelas tidak!!! Kartini lahir dan besar dalam tradisi dan budaya
yang menempatkan perempuan dalam kedudukan yang lebih rendah. Pada jaman sekarang, kedudukan perempuan era Kartini ini diistilahkan sebagai the second class society (masyarakat kelas dua). Dari kondisi inilah Kartini ingin keluar dari penjara atau kungkungan tradisi tersebut. Untuk itu, Kartini menggelorakan emansipasi perempuan, pendidikan, nasionalisme, pluralisme (kemajemukan), dan humanisme (kemanusiaan). Lebih tepatnya, Kartini berjuang agar kaum perempuan tidak hanya berkutat di dalam rumah (wilayah domestik) saja, tapi kaum perempuan ikut berjuang dan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa ini (wilayah publik). Walau cita-cita yang agung itu belum terwujud karena Tuhan keburu memanggilnya untuk selama-lamanya, kita harus melanjutkan perjuangan Kartini itu secara riil (nyata).
Hari Kartini seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk refleksi bagi pejuang isu-isu perempuan atau kartini-kartini baru yang bukan hanya meneruskan 'kain-kebaya' nya saja tapi punya tugas berat untuk meneruskan cita-cita luhur Kartini. Misalnya, mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mencerdaskan dan mengubah pola pikir (mindset) kaum perempuan. Jadi, bukannya malah melanggengkan peran domestikasi kaum perempuan, seperti yang marak dalam kegiatan peringatan Kartini hingga kini.
*Sekcab Koalisi Perempuan Indonesia(KPI) Cabang Salatiga
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 7
O p i n i
Puput*
“Bukan hanya suara-suara dari luar; dari Eropa yang
sampai kepada saya yang menyebabkan
saya ingin mengubah keadaan sekarang ini.
Sejak saya masih kanak-kanak ... pada waktu kata
emansipasi belum mempunyai arti apa-apa bagi saya
dan tulisan itu masih di luar jangkauan saya,
dalam hati saya sudah timbul keinginan untuk
merdeka, bebas, dan berdiri sendiri.”
Foto/HB:Marno
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 20088
i era globalisasi dan canggihnya teknologi
informasi, masih perlukah kita bicara tentang
budaya membaca? Masih relevankah bila kita Dramai-ramai menggelar promosi gemar membaca dan budaya
membaca?
Kemampuan Dasar
Jawaban tegas atas kedua pertanyaan di atas adalah jelas
tetap perlu. Kita, toh, tetap membaca, sekalipun informasi
tersebut tersaji dalam berbagai bentuk/format. Masalahnya
adalah membaca belum menjadi kebiasaan bagi mayoritas orang
Indonesia, termasuk warga Salatiga pada umumnya. Dapat
dikatakan, membaca belum menjadi kebutuhan dalam hidup kita
ini.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya,
membaca belum menjadi budaya warga. Hal ini dapat dimaklumi
karena masyarakat kita masih harus berkutat dengan
permasalahan sehari-hari. Masyarakat masih memikirkan
kebutuhan yang lebih hakiki, seperti pangan, sandang, dan
papan. Mereka masih dihadapkan kepada berbagai kenaikan
bahan pokok dan biaya sekolah anak-anak. Tak jarang, anak-anak
pun menghabiskan waktunya untuk membantu orang tua
mencari nafkah. Jadi, hampir tak ada waktu untuk memikirkan
membaca atau belajar.
Meskipun demikian, kita tidak boleh tinggal diam.
Pasalnya, membaca adalah salah satu fungsi penting dalam
hidup. Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan
membaca. Padahal kecerdasan seseorang hanya bisa diasah
dengan belajar. Dengan kata lain, agar bangsa menjadi cerdas,
harus diawali dari kegemaran membaca sejak dini.
Sistem Pendidikan
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca
di kalangan masyarakat kita. Selain factor budaya, situasi
pendidikan di kelas dan ruang kuliah juga sangat berpengaruh
dalam menarik minat baca. Siswa cenderung merasa cukup
dengan pelajaran yang mereka peroleh dari guru. Mahasiswa
pun tak merasa kurang dengan fotokopi bahan kuliah dari
dosen. Padahal, setiap manusia memiliki keterbatasan. Guru dan
dosen juga memiliki keterbatasan. Sehingga, jika mau jujur,
pelajaran dari guru atau fotokopi bahan kuliah dari dosen saja
sangat jauh dari cukup. Selain itu, kita menyadari bahwa sistem
pendidikan di Indonesia ini masih lemah. Tidak semua anak
mampu bersekolah. Apabila bersekolah pun, tidak semua
sekolah mempunyai fasilitas belajar yang memadai yang
mampu mendukung proses pembelajaran.
Faktor yang lain adalah kebiasaan masyarakat kita yang
senang berkumpul lantas ngobrol. Ngobrol untuk diskusi dan
Ayo MembacaOleh: Elizabeth Sri Lestari*
Laporan Utama
Antara selera, minat membaca, kebiasaan membaca, dan koleksi bacaan terjalin hubungan yang saling terkait tanpa ujung pangkal.
Minat Baca Rendah: Faktor budaya, Situasi pendidikan,Kebiasaan ngobrol, Media elektronik, Bacaan bermutu langkaFoto/HB:Sakti
SELERA MINATMEMBACA
KEBIASAANKOLEKSIBACAAN
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 9
saling bertukar pengetahuan memang baik. Tetapi, jika ngobrol
hanya untuk menghabiskan waktu berarti kita sudah membuang
waktu dengan percuma.Daripada untuk ngobrol yang tidak
bermanfaat, lebih baik waktu kita digunakan untuk membaca.
Media elektronik pun ternyata turut menjadi penyebab
rendahnya minat baca. Acara-acara yang disuguhkan oleh
media elektronik lebih menarik bagi masyarakat kita. Memang,
kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan media elektronik.
Pasalnya, memilih untuk membaca atau tidak bergantung
kepada masyarakat sendiri.
Rendahnya minat baca ini masih diperparah dengan
langkanya bahan bacaan yang bermutu dan relevan dengan
kebutuhan pembaca.
Mulai dari Rumah
Sebenarnya, banyak hal yang dapat kita lakukan, untuk
membantu masyarakat agar menjadi gemar membaca dan
menjadikan membaca sebagai kebutuhan. Pertama, mulailah
dari rumah. Tanamkan kebiasaan membaca sejak anak masih
kecil. Orang tua membacakan cerita kepada anaknya, dan
membiasakan anak-anak membaca.
Kedua, gunakan taman bacaan dan rumah pintar di
daerah perumahan, lingkungan RT, des, serta kota untuk
merangsang hasrat membaca. Sediakan koleksi bacaan yang
bermutu dalam berbagai macam minat atau hobby. Koleksi yang
beragam akan menarik minat orang untuk membaca. Ajaklah
masyarakat untuk membentuk kelompok Cinta Buku; Gemar
Membaca sebagai pioner membangun taman bacaan.
Ketiga, mengadakan lomba membaca dalam periode
tertentu juga diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan
wawasan masyarakat.
Keempat, usahakan, adakan perpustakaan wilayah dan
perpustakaan keliling yang dapat menjangkau masyarakat yang
jauh dari pusat kota.
Terakhir, sediakan buku-buku yang digemar anak-anak.
Membangun generasi baru yang cerdas harus dimulai dari anak-
anak.
Mengingat kebiasaan membaca ini sangat penting untuk
menciptakan generasi yang cerdas, kita perlu berupaya agar
setiap kita dapat berperan serta untuk meningkatkan dan
memberdayakan kemampuan yang ada pada kita. Siapapun kita,
apapun peranan/pekerjaan kita, mari kita bergandengan tangan,
bahu membahu mencerdaskan bangsa melalui kebiasaan
membaca. Pilih sarana yang paling dekat yang tersedia di sekitar
kita untuk menyebarluaskan kebiasaan membaca ini.
Cobalah dari sekarang, dari diri kita sendiri, dan keluarga
kita sendiri. Bawalah kebiasaan ini ke teman, keluarga, handai
taulan, dan rekan. Bila masing-masing kita sudah melakukan, saya
Koleksi buku TMB Puspa Warna
Foto/HB:Sakti
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200810
agi orang muslim, membaca (Iqra'=bacalah)
adalah perintah pertama yang diturunkan oleh BAllah kepada Nabi Muhammad. Bagaimana
perkembangan minat baca di Salatiga? Berikut penelusuran
reporter Hati Beriman,
Kebutuhan Pokok
Tak heran jika membaca menjadi perintah pertama Tuhan
kepada umat-Nya. Pasalnya, membaca adalah jalan untuk
mengerti dan memahami sesuatu. Membaca juga merupakan
kebutuhan manusia di tengah derasnya arus informasi.
Namun pernahkah Anda menggunakan waktu luang untuk
membaca? Atau, pernahkah Anda membaca buku yang dipinjam
dari sebuah perpustakaan atau taman bacaan swasta? Sebagian
orang pasti menjawab pernah, entah buku yang dibaca dan
dipinjamnya berupa buku pelajaran, buku umum dengan subyek
tertentu, majalah, novel, bahkan komik. Sebagian yang lain tentu
menjawab belum pernah dengan berbagai alasan, termasuk
karena ketidakmampuan orang itu dalam membaca huruf.
Adanya sebagian orang yang rajin mencari bahan bacaan
menunjukkan masih adanya kebutuhan masyarakat akan
informasi. Mereka pun mencarinya di perpustakaan, taman
bacaan, atau tempat lain sebagai penyedia informasi.
Beragamnya kebutuhan informasi dan banyaknya media
penyedia informasi semakin memudahkan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya akan informasi.
TBM sebagai Pilihan
Secara geografis, sebagian perpustakaan atau taman
bacaan swasta yang komersial belum terjangkau oleh seluruh
masyarakat. Selain itu, keterbatasan kemampuan beberapa
lapisan masyarakat dalam mengakses (menggunakan) media
informasi, termasuk internet, menimbulkan keprihatinan
tersendiri. Padahal, kebutuhan masyarakat akan informasi harus
terpenuhi, terlebih di era globalisasi seperti sekarang ini.
Untuk itulah, beberapa tokoh masyarakat, yang sebagian
besar berusia muda, berinisiatif (mengawali) memberikan ruang
dan media berupa taman bacaan masyarakat (TBM). TBM adalah
sumber yang tepat bagi masyarakat untuk memperoleh berbagai
informasi yang lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat.
Rupanya, upaya ini cukup berhasil. Terbukti, kini, di
berbagai sudut Kota Hati Beriman ini telah muncul Taman Baca
Masyarakat (TBM).
Dari data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota
Salatiga, tercatat 12 buah TBM berada di wilayah Kota Salatiga.
Dua belas TBM itu tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan
Tingkir, Argomulyo, Sidorejo, dan Sidomukti. Keberadaan TBM
tersebut telah terdata dan mendapat pendampingan oleh Dinas
Pendidikan serta mendapat bantuan dana perintisan dan
pengembangan.
Di TBM ini, pengunjung dapat memperoleh bahan bacaan
sebagai sumber inspirasi (ide) dalam mengaktualisasikan
(menerapkan) ide serta gagasan cemerlang yang bermanfaat
bagi masyarakat sekitar. TBM ini bukanlah seperti taman bacaan
komersial yang menetapkan tarif tertentu bagi mereka yang
meminjam bahan bacaannya, melainkan memberikan
pelayanan peminjaman bahan bacaan (pustaka) secara gratis.
Menjamurnya TBM seolah memberikan ruang pencarian
informasi alternatif yang belum atau bahkan tidak ditemukan di
pusat-pusat informasi publik, termasuk perpustakaan umum
dan perpustakaan sekolah. Celah inilah yang berusaha diisi oleh
TBM. Meskipun dalam skala kecil, TBM mampu menarik warga,
termasuk yang buta huruf, untuk datang dan saling belajar
melalui berbagai koleksi media informasi di TBM.
Belum Semua Optimal
Dari TBM yang sudah ada, belum semuanya bermanfaatn
secara optimal. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya
manusia dalam hal pengelolaan dan pelayanan peminjaman
bahan pustaka di TBM.
Salah satu TBM yang aktif berkegiatan adalah TBM
Futukhiyah yang berlokasi di Jalan Argowilis Nomor 15-16,
Kecamatan Tingkir. Sebagian besar pengunjung TBM yang telah
beroperasi selama hampir satu tahun ini adalah santri.
Maklumlah, TBM ini memang berada di bawah naungan sebuah
Laporan Utama
TBM, Alternatif di Tengah Era Informatif
TBM, Alternatif di Tengah Era Informatif
TMB salah satu pilihan untuk mengakses media informasi
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 11
pondok pesantren. Dengan jadwal pelayanan peminjaman yang
teratur, TBM Futukhiyah memberikan pelayanan peminjaman
koleksi bacaannya kepada anggotanya. Koleksi buku yang
berjumlah 500 eksemplar dan majalah sebanyak 200 eksemplar
telah banyak membantu memenuhi kebutuhan informasi para
santri. Hal ini tercermin dengan banyaknya pengunjung yang
datang di sela-sela kegiatan rutin di pesantren. Tak hanya
meminjam bahan bacaan, mereka juga mengasah kepekaan seni
melalui pembuatan puisi dan menampilkannya lewat majalah
dinding.
Di sudut lain di Kota Salatiga, tepatnya di Dukuh
Nobokulon terdapat sebuah TBM yang sedikit unik. Nama TBM
ini adalah Puspa Warna. Jika kebanyakan TBM menggunakan
bangunan permanen, lain halnya dengan Puspa Warna.
Keseluruhan bangunannya terbuat dari bambu, mulai tiang
sampai dindingnya. “Ini untuk memberikan kenyamanan dan
berkesan kembali ke alam,” kata Rohmadi, pengelola TBM Puspa
Warna.
Ketika baru berdiri pada 15 Januari 2007, TBM ini memulai
kegiatannya dengan mengumpulkan koleksi bahan bacaan dari
rumah ke rumah di sekitarnya. Melalui upaya ini, Puspa Warna
mampu mengumpulkan 250 eksemplar buku bekas. Sekarang,
koleksi TBM ini cukup besar jika dibandingkan dengan TBM lain,
yaitu sekitar 800 eksemplar bahan bacaan, termasuk buku-buku
pelajaran untuk mempersiapkan ujian.
Pengunjung TBM ini bervariasi, mulai anak-anak sampai
orang dewasa. Mereka juga berasal dari berbagai kalangan.
Kegiatan yang ada di TBM ini pun cukup beragam. Selain
kegiatan rutin peminjaman bahan bacaan, Puspa Warna juga
menjadi tempat pembinaan keaksaraan fungsional kepada 30
orang buta huruf; pendidikan anak usia dini kepada 18 orang
anak; rapat Karang Taruna; serta diskusi dan nonton film bareng.
Untuk memberikan dana insentif bagi petugas jaga, TBM
mengoordinasikan pembayaran rekening listrik bagi pelanggan
PLN di sekitar lokasinya. Menjelang ujian nasional, Puspa Warna
biasa didominasi oleh para siswa yang hendak mempersiapkan
diri menghadapi ujian.
TBM Sinar Kasih adalah contoh lain TBM di Salatiga yang
menunjukkan geliatnya. Meskipun usianya masih sangat muda,
TBM ini telah memiliki 631 eksemplar koleksi pustaka. Sekarang,
65 orang telah tercatat sebagai anggota TBM yang berdiri pada
tanggal 31 Maret 2007 itu.
Menurut Yohana Septiani, SE., koordinator TBM Sinar
Kasih, mereka tidak memungut biaya ketika seseorang ingin
mendaftar menjadi anggotanya. “Tetapi, untuk penambahan
koleksi bahan bacaan dan biaya operasional listrik, setiap
peminjaman dikenakan biaya sebesar 500 rupiah per buku,”
jelasnya. Dengan biaya ini, seseorang dapat meminjam bahan
pustaka selama 3 hari.
Selain yang sudah terdata di Dinas Pendidikan, masih
banyak TBM lain yang luput dari pendataan. Contohnya adalah
taman bacaan yang berada di salah satu petak trotoar di Jalan
Diponegoro. Taman bacaan yang berlokasi di depan Kantor
Badan Penanaman Modal dan Perusahaan Umum Daerah Kota
Salatiga Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu ini dirintis oleh
Keluarga Mahasiswa Is lam Satya Wacana. Mereka
mengumpulkan berbagai buku koleksi anggotanya. Buku yang
terkumpul dikelola dan dipinjamkan kepada masyarakat umum
untuk menambah wasasan.
Tujuan awal pembentukan TBM ini adalah meningkatkan
peran Mahasiswa Islam Satya Wacana, utamanya dalam
meningkatkan minat baca masyarakat. Mereka memilih TBM
sebagai sarana yang mudah diakses masyarakat dan gratis.
Hingga kini, tercatat sudah 400 eksemplar bahan bacaan yang
dimiliki oleh TBM kecil ini. Tetapi, koleksi yang mereka miliki
masih terbatas pada topik tentang keislaman. Kecilnya jumlah
koleksi mereka, tidak menyurutkan komunitas ini untuk berperan
dalam mengembangkan budaya baca masyarakat.
Jika kita cermati, menjamurnya TBM di masyarakat, baik
atas inisiatif pemerintah maupun inisiatif individu atau komunitas
tertentu, tak terlepas dari keinginan masyarakat untuk
memperoleh informasi. Kenyataan ini membangkitkan kerelaan
berbagai pihak untuk berbagi informasi dengan meminjamkan
atau menghibahkan bahan bacaan yang dimilikinya. Ruang publik
berupa pusat informasi, baik perpustakaan umum, perpustakaan
sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, atau warung internet,
terasa kurang lengkap karena kurang menghadirkan kedekatan
dengan semakin akarabnya silaturahmi antar pengelola dengan
pengunjung, antarpengunjung, maupun antarpengelola. Celah
inilah yang sedang digarap oleh TBM dan komunitas baca yang
ada di Salatiga. Kedekatan ruang dan waktu di TBM, dengan
sendirinya, menghadirkan keakraban yang jarang diperoleh di
ruang publik lain.
Ruang kecil TBM ini memang jarang tertangkap oleh
media. Mereka relatif terkalahkan oleh isu lain yang dianggap
lebih penting. Dampaknya, keberadaan TBM pun tak begitu
Foto/HB:Sakti
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200812
i era yang semakin global ini, pengetahuan
menjadi sebuah kebutuhan pokok bagi manusia,
sebagaimana sembako. Sudah pasti, pemerintah Dmenyadari, keterlambatan dalam mencerdaskan masyarakat akan
berakibat fatal. Yaitu, tersendatnya arus pembangunan yang
tengah dan terus dilaksanakan.
Untuk itulah, pada tahun 2005, program budaya baca
dilucurkan. Program ini merupakan program pendidikan untuk
seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa sesuai Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Bidang Pendidikan Tahun 2005/2009.
Salah satu program pemerintah dalam rangka mendukung
program budaya baca tersebut adalah penyediaan fasilitas taman
bacaan masyarakat (TBM). Untuk mengetahui lebih jauh
perkembangan dan peran keberadaan TBM di Kota Salatiga,
berikut petikan wawancara reporter HB dengan Kasi Pendidikan
Luar Sekolah, Dinas Pendidikan Kota Salatiga, Dra. Ratna Susiani.
Apakah yang dimaksud TBM?
Taman bacaan masyarakat (TBM) merupakan salah satu
jenis perpustakaan yang menjadi wadah atau sarana yang
bertujuan memberikan pelayanan bahan bacaan bagi masyarakat
dalam rangka mendorong masyarakat gemar membaca. Pada
awalnya, TBM ini merupakan kegiatan swadaya masyarakat yang
telah memiliki kesadaran membaca, dengan membuat pojok
baca, untuk dikonsumsi oleh masyarakat disekitarnya. Sehingga,
TBM berawal dari partisipasi masyarakat dan direspon
p e m e r i n t a h d e n g a n p e m b e r i a n b a n t u a n u n t u k
pengembangannya.
Apakah tujuan pemerintah melalui TBM?
Tujuan dikembangkannya TBM adalah untuk membangun
masyarakat yang berpengetahuan, berbudaya, maju, dan mandiri.
Selain itu, TBM juga merupakan suatu sarana untuk mendukung
salah satu program pemerintah, yaitu Gerakan Desa Tuntas Buta
Aksara. Hal ini karena masyarakat yang telah mengikuti Gerakan
Desa Tuntas Buta Aksara harus tetap dibina dan dilestarikan
kemampuannya dalam membaca. Diharapkan, TBM dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempertahankan
kemampuan membaca selain untuk mendapatkan pengetahuan
dalam berbagai bidang.
Bagaimanakah kebijakan pemerintah dalam membina
dan mendukung TBM?
Kebijakan pemerintah dalam hal ini termasuk dalam
kebijakan pembangunan pendidikan non formal. Salah satu
misinya adalah mendorong terwujudnya masyarakat
pembelajar sepanjang hayat melalui peningkatan budaya baca.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendukung
keberadaan TBM, pemerintah mengadakan dua kegiatan.
Pertama, memberikan bantuan sosial rintisan dan penguatan
TBM. Kedua, mengadakan diklat (pendidikan dan pelatihan, red)
bagi pengelola TBM dengan materi pengelolaan administrasi
TBM, tata cara pelayanan masyarakat, pengelolaan buku TBM,
termasuk di dalamnya, pengategorian buku.
Berapakah TBM yang telah mendapat bantuan/fasilitas
dari pemerintah di Kota Salatiga?
Sampai sekarang, baru ada 12 TBM yang telah
mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti. TBM itu adalah
Damarjati, DIAN, Al Huda, Ganesha, Taman Pustaka, Remas
Raudhatul Muttaqin, Salafiyah Darul Muhajiri, Sinar Kasih,
Remaja Naggulan Peduli Pendidikan, Puspa Warna, Futukhiyah,
dan Siranda Ilmu. Masing berlokasi di Jalan Damarjati, Jalan
Argopuro, Klumpit (Sidorejo Kidul), Jalan Yatama (Tingkir Lor),
Randuares (Kumpulrejo), Jalan Nanggulan, Nobokulon, Jalan
Argowilis, dan Jalan Siranda Raya.
Bantuan seperti apakah yang digulirkan pemerintah
untuk TBM?
Bantuan itu dalam bentuk dana untuk pembelian buku
dan sarana prasarana TBM, seperti pengadaan rak buku, meja
dan kursi, serta untuk keperluan administrasi pelaksanaan TBM.
Sedangkan untuk operasional TBM, dalam hal ini kesejahteraan
bagi pengelolanya, sampai saat ini pemerintah belum dapat
mengalokasikan dana untuk keperluan tersebut. Sehingga, TBM
MembangunMasyarakat dengan TBM
Laporan Utama
Dra. Ratna Susiani
Foto/HB:Panji
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 13
sangat mengandalkan jiwa sosial dari para pengelolanya. Hal ini
juga dapat dilihat dari waktu operasional TBM. Pada umumnya,
TBM buka mulai pukul 15.00 s.d. 17.00 WIB. Pada siang hari, ada
pengelola TBM yang bekerja atau kuliah sehingga TBM hanya
dapat dibuka di luar aktivitas rutin pengelola.
Bagaimana tata cara untuk mendapatkan bantuan sosial
TBM?
Bantuan sosial TBM ini dapat diperoleh dengan cara
mengajukan proposal bantuan sosial TBM melalui Dinas
Pendidikan Kota Salatiga. Syarat yang harus dipenuhi adalah
syarat administrasi dan teknis. Syarat administrasi meliputi
permohonan tertulis; tidak/belum memperoleh bantuan;
mendapatkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan; memiliki
surat/akte pendirian TBM/lembaga; dan memiliki rekening bank
atas nama TBM/lembaga. Sedangkan syarat teknis mencakup
memiliki tempat dengan ukuran minimal 12 meter persegi;
memiliki koleksi bahan bacaan (nonkurikulum) 50 judul dan 200
eksemplar; memiliki sarana/peralatan pengelolaan TBM; dan
telah memiliki (minimal) 2 orang tenaga pengelola.
Selain TBM yang memperoleh fasilitas dari pemerintah,
adakah TBM lain yang mandiri?
Ide awal lahirnya TBM ini berasal dari masyarakat yang
peduli pada lingkungan sekitarnya. Jadi, memang, selain TBM
yang difasilitasi pemerintah ada TBM yang dikelola masyarakat
secara swadaya. TBM tersebut dibiayai oleh suatu lembaga,
yayasan, organisasi sosial, atau tempat- tempat ibadah.
Apakah keberadaan TBM tersebut masih efektif di tengah
perkembangan teknologi yang makin pesat?
TBM yang difasilitasi pemerintah mengambil lokasi di
daerah pedesaan karena memang sebagai sarana pendukung
Gerakan Desa Tuntas Buta Aksara. Dengan begitu, sejauh ini, TBM
masih merupakan sarana pembelajaran sepanjang hayat yang
efektif. Hal ini tidak lepas dari keberadaan TBM yang dekat
dengan masyarakat sehingga sangat mudah dijangkau dan bebas
biaya administrasi karena bukan merupakan persewaan buku.
Adakah kendala yang dihadapi TBM?
Pada umumnya, TBM di Salatiga ini terkendala dalam
persoalan sarana prasarana, termasuk penyediaan buku. Mereka
belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
sekitarnya walaupun pemerintah sudah berusaha untuk
membantu dengan bantuan sosial Rintisan dan Penguatan TBM.
Tentu saja bantuan ini masih sangat kurang. Selain itu, pengelola
TBM belum dapat mengelola TBM secara maksimal. Hal ini karena
pengelolaan TBM masih bersifat samben (sambilan, red) atau di
luar aktivitas utamanya. Keadaan ini dapat dimaklumi karena
memang tidak ada dana kesejahteraan bagi pengelola TBM.
Apakah harapan di masa yang akan datang tentang TBM di
Salatiga?
Keberadaan TBM sebagai pendidikan berbasis masyarakat
akhir-akhir ini semakin diminati di Kota Salatiga, terutama di
daerah pedesaan. Diharapkan, TBM semakin dapat meningkatkan
mutu/kualitas buku dan pelayanannya. Di sisi lain, pemerintah
juga akan tetap memberikan bantuan sosial rintisan dan
penguatan TBM serta menyelenggarakan pelatihan bagi
pengelola TBM. Lebih jauh, kami berharap dapat memunculkan
Fto
/B:S
oH
akt
iF
to/
B:S
oH
akt
i
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200814
ndonesia harus bebas dari ketertinggalan. Namun,
buta aksara menjadi kendala utama yang harus segera
dicarikan solusinya. IPengetahuan Dasar
Salah satu kendala dari ketertinggalan ini adalah prasyarat
bahwa nilai sebuah kemajuan dapat diukur dari tingkat ilmu dan
pengetahuan. Padahal, bagaimana hal itu dapat tercapai apabila
masyarakatnya tidak bisa membaca dan menulis.
Ketertingalan dan keterbelakangan atas ilmu pengetahuan
menyebabkan masyarakat pada posisi tawar yang rendah dalam
pergaulan ekonomi dan sosial. Penduduk buta aksara tidak dapat
memberikan konstribusi secara optimal terhadap proses
pembangunan di berbagai segmen kehidupan. Oleh karenanya,
saat ini Pemerintah Indonesia tertantang untuk mengubah nasib
rakyatnya agar melek aksara. Melek aksara adalah pengetahuan
dasar (basic) yang menjadi prasyarat mutlak bagi seseorang
untuk mengetahui jendela dunia.
Pemerintah menyadari kenyataan ini sebagai masalah
krusial yang memerlukan perhatian dan penanganan serius.
Pemberdayaan masyarakat adalah tanggung jawab bersama
seluruh elemen bangsa. Semua pihak harus meyadari bahwa
peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat harus
dilakukan seiring antara harapan dan tujuan. Dalam hal ini
pemerintah dan masyarakat sepakat bahwa jalur pendidikan--
baik formal, informal, maupun nonformal--merupakan langkah
strategis untuk mencerdaskan dan mengentaskan bangsa dari
keterpurukan. Dengan menyamakan persepsi tentang
pentingnya nilai sebuah pendidikan, belajar dapat dilakukan
sepanjang hayat, dimanapun, oleh siapapun, tanpa batas ruang
dan waktu. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk terus belajar.
Semangat inilah yang terus memotivasi kalangan pendidikan
untuk meningkatkan kinerjanya kepada masyarakat luas, salah
satunya melalui jalur pendidikan non formal dengan program
Pemberantasan Buta Aksara demi memberikan pencerahan bagi
nilai kemajuan suatu bangsa.
Salatiga siap tuntaskan buta aksara
Optimisme program pemberantasan buta aksara secara
nasional dapat terwujud apabila mendapat dukungan yang
memadai dari seluruh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
beserta masyarakatnya. Strategi yang dilakukan pemerintah
pusat untuk pemberantasan buta aksara ini memprioritaskan
provinsi dan kabupaten/kota yang tingkat buta aksaranya
tinggi. Stimulan yang diberikan oleh pemerintah pusat adalah
pemberian anugerah Pratama bagi yang mampu menuntaskan
85 persen, Tuntas Madya jika 90 persen, dan Tuntas Utama jika
95 persen. Bagi pemerintah daerah yang telah mencapai target
100 persen penduduk bebas buta aksara akanmemperoleh
pengharagaan Tuntas Paripurna.
Oleh karena itu, untuk dapat menuntaskan kewajibannya
dalam pemberantasan buta aksara di Kota Salatiga, Dinas
Pendidikan Kota Salatiga merencanakan program aksi
pemberantasan Buta Aksara pada tahun 2008 ini. Program
tersebut diselenggarakan melalui serangkaian kegiatan, seperti
keaksaraan lanjutan (tahap pelestarian), keaksaraan mandiri
(tahap pelestarian), evaluasi pembelajaran warga belajar di tiap
kelompok belajar yang tersebar di beberapa wilayah
desa/kelurahan, dan pemberian Surat Keterangan Melek Aksara
(Sukma) II dan III. Harapan Dinas Pendidikan, target 95 persen
penduduk bebas buta aksara dapat tercapai pada akhir tahun
ini.
Manfaat pemberantasan buta aksara ini telah terasa bagi
pembangunan jati diri masyarakat. Oleh karenanya, program ini
akan terus dilaksanakan tanpa batas yang ditentukan sesuai
dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi masyarakat Salatiga.
Langkah ini diambil oleh Pemerintah Kota Salatiga dan
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga beserta
kelurahan dan kecamatan. Kebijakan ini juga didukung oleh
berbagai mitra kerja, di antaranya adalah Tim Penggerak PKK,
Muslimat NU, Aisyiyah, GOW, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat), dan Pondok Pesantren. Pelaksanaan tugas dan
Pendidikan
Salatiga Siap Melek Huruf
Minat baca generasi penerus semakin meningkat.
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 15
tanggung jawab mereka berdasarkan kepada ketetapan UUD
1945 pasal 31, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Penuntasan Buta Aksara, Peraturan Mendiknas No.
35 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan percepatan
penuntasan Buta Aksara, serta MOU Mendiknas dan Gubernur
Jawa Tengah dan bupati/walikota se-Jawa Tengah tanggal 10
Juni 2006 tentang penuntasan Buta Aksara di Provinsi Jawa
Tengah.
Tujuan yang ingin dicapai melalui program
pemberantasan buta aksara di Kota Salatiga secara umum
adalah melaksanakan program Gerakan Nasional
Pemberantasan Buta Aksara, melaksanakan MoU tentang
penuntasan Buta Aksara di Provinsi Jawa Tengah, memberikan
bekal ketrampilan kepada warga belajar agar dapat mandiri, dan
membuka wawasan masyarakat akan arti penting belajar dan
pengetahuan. Oleh karena itu, pemerintah lebih spesifik dalam
membidik masyarakat yang menjadi sasaran program ini.
Mereka adalah yang sama sekali tidak dapat membaca, menulis,
dan berhitung; anak putus sekolah dasar (SD) yang hanya
mengeyam pendidikan dari kelas 1 sampai kelas 3 SD;
masyarakat pengangguran dan berpenghasilan rendah; dan
masyarakat buta aksara prioritas berusia 15 -44 tahun atau usia
diatas 45 tahun.
Partisipasi Warga
Dalam rangka mendukung keberhasilan program buta
aksara, secara teknis, pemerintah melalui Diknas Kota Salatiga
melakukan pendataan penduduk yang buta aksara. Mereka
dibagi dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 10-
20 warga belajar. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di setiap
desa/kelurahan melalui pendekatan keaksaraan fungsional
dengan ciri pokok konteks lokal, yaitu kegiatan pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, budaya, serta potensi
loka l yang ada d i sek i t a r warga be la j a r . Tu to r
(penga jar ) /penye lengara d iambi l dar i penduduk
setempat/relawan atau seseorang yang memiliki pengaruh
(tokoh masyarakat). Harapannya, mekanisme ini lebih mudah
menjangkau masyarakat yang benar-benar menjadi sasaran
pemberantasan buta aksara. Tutor dan penyelenggara harus
memiliki kapasitas dan kemampuan mengajar agar dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Bersama warga belajar,
mereka merancang kegiatan pembelajaran di kelompok belajar
sesuai dengan minat warga sekitar, termasuk masalah prasarana
belajar yang bisa dilakukan di rumah warga/balai
RT/RW/Kelurahan/Pondok pesantren/tempat ibadah yang
dapat terjangkau dan nyaman untuk kegiatan tersebut.
Kesepakatan tersebut sebagai wujud nyata partisipasi
aktif warga dalam menentukan tahapan perencanaan dan
pelaksanaan belajar. Meskipun demikian, program ini tetap
memiliki target waktu pembelajaran untuk menghasilkan
evaluasi dengan mengacu pada ketentuan formal yang
ditetapkan dari Diknas, yaitu tahap keaksaraan dasar, tahap
keaksaraan lanjutan, dan tahap keaksaraan mandiri. Tahap
keaksaraan dasar atau tahap pemberantasan dilaksanakan
sebanyak 144 jam pelajaran selama 6 bulan. Tahap keaksaraan
lanjutan atau tahap pembinaan dilaksanakan sebanyak 96 jam
pelajaran selama 4 bulan. Tahap keaksaraan mandiri atau tahap
pelestarian dilaksanakan sebanyak 68 jam pelajaran selama 1,5
sampai 2 bulan.
Dari strategi dan langkah tersebut diatas, diperoleh data
bahwa pada tahun 2006 dengan penekanan pada tahap
pemberantasan buta aksara telah mencapai sasaran sampai 50 %.
Kemudian, pada tahapan pemberantasan yang dilaksanakan
pada tahun 2007 berhasil mencapai 95 % dan secara kuantitas
telah mampu mengentaskan sebanyak 3.097 penduduk Salatiga
dari buta aksara. Mereka yang telah bebas buta aksara
memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA).
Selanjutnya, pada tahun ini, Kota Salatiga menargetkan untuk
menuntaskan program buta aksara melalui dua tahap, yaitu
dimulai dengan tahap pembinaan sebanyak 118 kelompok yang
terdiri dari 2004 warga belajar, kemudian dilanjutkan dengan
tahap pelestarian dengan kapasitas 3.247 yang terbagi dalam 187
kelompok.
Tingkatkan PD
Kelancaran program ini tidak terlepas dari kebutuhan akan
pendanaan. Untuk itu, pemerintah Kota Salatiga melalui Program
Pemberantasan Buta Aksara telah mengalokasikan anggaran
sebesar Rp 1.401.140.000,00 yang berasal dari sumber APBD Kota
Salatiga sebesar 20 %. Pemerintah Kota Salatiga juga mendapat
dukungan dana sesuai MOU antara pemerintah pusat dan
provinsi, dari anggaran APBD Pemerintah Provinsi sebesar 50 %
dan dari Pemerintah Pusat melalui APBN sebesar 30 %. Alokasi
dana yang cukup besar tersebut diharapkan mampu menekan
angka buta aksara di Kota Salatiga.
Keberhasilan program melek aksara ini menjadi bernilai
lebih bila menyaksikan masyarakat yang buta aksara bisa
mengimplementasikan kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung dalam menunjang kelancaran kehidupan mereka.
Mereka dapat mengetahui berita yang tertempel di balai desa,
dapat berhitung untuk berdagang, mengetahui haknya dalam
sertifikat rumah-tanah dan sebagainya. Kemajuan ini dapat
menghindarkan mereka dari kepentingan-kepentingan yang
merugikan masyarakat desa dan pelosok yang masih lugu. Lebih
dari itu, yang lebih penting adalah meningkatkan kepercayaan
diri mereka untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat luas
dan modern.
Program ini mengupayakan agar masyarakat di berbagai
lapisan dan penjuru daerah benar-benar terentaskan dari buta
huruf. Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah akan tetap
melakukan pembinaan kepada warga belajar agar menjaga
kelangsungan pembelajaran aksara melalui berbagai kegiatan
seperti membuka Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di kantong-
kantong buta aksara; menyelenggarakan Kelompok Belajar Usaha
(KBU) dengan memberikan dana stimulan kepada kelompok
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200816
nggota Panitia Pengawas (Panwas) Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Kota
Salatiga telah terbentuk. Secara langsung Ketua APanwaskot Mashuri AK menyatakan siap menghadapi dan
mensukseskan Pemilihan gubernur kali ini.
Sekarang ini personil Panwaskot adalah: Mashuri AK dari
unsure Pers, Syaemuri dari unsure Masyarakat, Astuti Sakdiyah
dari unsure Perguruan Tinggi, Wagino, SH dari Kejaksaan Kota
Salatiga dan AKP Sudarsono, SH dari Kepolisian.
Sedangkan panwas tingkat Kecamatan adalah sebagai
berikut:
Kecamatan Sidorejo BRIPKA Muhammad Ridwan
Kepolisian, Srihono Masyarakat, Adri Beni Masyarakat.
Kecamatan Sidomukti BRIPKA Maryoto Kepolisian, Aris
Supriyadi, S.Ag, Masyarakat, Farida Krisnayanti N dari unsur
Masyarakat.
Kecamatan Argomulyo AIPTU Suparjo Kepolisian,
Sukahar Soedarno Masyarakat, Rahmadi, BA Masyarakat.
Kecamatan Tingkir AIPTU Zaini Dahlan Kepolisian, Edy
Suratno Masyarakat, Sutardi PNS Kec. Tingkir.
Untuk visi Panwas Pilgub adalah menciptakan
pengawasan yang mandiri dan non partisan, bekerja secara
transparan, jujur, adil dan dapat dipertanggung jawabkan, serta
mendapat legitimasi hukum dan politik. Dan misi Panwas pilgub
melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, meningkatkan partisipasi masyarakat di dalam
pengawasan, serta membangun kerja sama dalam rangka
mewujudkan Pilgub yang luber dan jurdil.
Panwas memiliki tugas dan tanggung jawab pada sektor
pengawasan. Pengawasan dalam hal ini terdiri dari semua
tahapan pimilihan gubernur. Pengawasan yang dilakukan
mencakup pengamatan,pengkajian, pemeriksaan dan penilaian
proses penyelenggaraan Pilgub sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Rentang waktu pengawasan dilaksanakan
mulai pendaftaran pemilih sampai pada pelantikan calon
gubernur dan wakilnya yang terpilih. Jadi tidak terbatas dalam
talam waktu dan tanggal tertentu, sebab bisa jadi prosesnya
melebihi jadwal yang dijadwalkan.
Panwas da l am pengawasan j uga memi l i k i
kewenangan/kekuasaan pada hak akses informasi. Pihak-pihak
terkait wajib memberikan kemudahan kepada panitia pengawas
pemilihan untuk memperoleh informasi sesuai dengan
perundang-undangan. Dan bila diperlukan Panwas dapat
meminta bantuan polisi untuk mendapatkan informasi. Dalam
hal terjadi kegagalan untuk mendapatkan informasi, panwas
diperbolehkan melaporkan para pihak kepada polisi untuk
mengambil tindakan yang perlu sesuai dengan hukum.
Meskipun begitu Panwas dalam tugas pengawasan harus
membawa surat resmi. Artinya anggota Panwas membawa surat
tugas resmi sebagai bukti kewenangan untuk mengawasi.
Mekanisme pengawasan, Ketua Panwas Mashuri AK
menjelaskan, ada dua mekanisme yaitu: pertama, melakukan
pengawasan aktif: memilih satu atau beberapa tahapan sasaran
untuk difokuskan pada setiap tahapan Pilgub yang mempunyai
potensi besar terjadinya pelanggaran, melakukan pengawasan
acak terhadap sasaran kegiatan/tahapan tertentu pada
pemilihan dan meminta informasi dalam pengawasan Pilgub
dari penyelenggara kepada pihak terkait. Kedua, memilih
sasaran yang disesuaikan dengan tingkatnya masing-masing.
Pembagian tugas Panwaskot adalah berdasarkan sesuai
dengan kepengurusan, yaitu: Ketua Mashuri, Wakil Ketua
Syaemuri, Pelaporan: Astuti Sakdiyah, Pengawasan: agino, SH.
Penyelesaian sengketa: AKP Sudarsono.
Sedangkan tugas Panwas Kecamatan memiliki tugas kerja
untuk membantu semua tugas panwas Kota pada setiap
kecamatan masing-masing.
Kesiapan secara umum sudah disiapkan mulai : Pertama,
personil terbentuk sampai tingkat kecamatan. Kedua, sarana
prasarana walau pun kapasitasnya sangat terbatas, ketiga,
Kesiapan pengetahuan tentang kepengawasan. Kami semua
anggota panwas telah diberi pengarahan tentang materi,
perundang-undangan, sampai pada kemungkinan
permasalahan atau hambatannya. Kelima, kerja sama
institusi/Instansi terkait dan persiapan lainnya.
Kendala dalam melaksanakan tugas yang dihadapi
panwas adalah keterbatasan personel pengawas sampai tingkat
kelurahan atau TPS. Panwaskot dan Panwascam yang
PANWASKOT Siap Hadapi Pilgub
Ragam
Mashuri AK
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 17
personilnya berjumlah 17 personil harus menangani seluruh
masyarakat dan semua wilayah Salatiga yang terdiri dari 22
Kelurahan dan empat kecamatan. Kesulitan lain adalah
kekurangan sumber keuangan, volume pekerjaan yang tinggi,
keamanan anggota dan pelapor dapat ditangani sebagaian
dengan dengan cara berkordinasi dengan pihak-pihak yang
berbeda dan bahkan dengan menerima sukarelawan dari
masyarakat.
Namun Panwas juga dibantu beberapa instansi dan
ormas demi kelancaran tugas. Mereka adalah: Pemerintah
Propinsi, Pemerintah kota, Kepolisian, kejaksaan, KPUD Salatiga,
Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Masyarakat.
Kerjasama ini didasarkan pada prinsip-prinsip kemandirian,
keterbukaan, keadilan dan dapat dipertanggung jawabkan.
Bila ada masalah Panwas menyikapi dengan beberapa
kriteria. Ada 3 kreteria masalah :pertama, Sengketa,
diselesaiakan secara perusasif mempertemukan para fihak
untuk dicari solusinya. Kedua, pelanggaran administrasi
diserahkan ke KPU untuk diambil tindakan sesuai peraturan. Dan
ketiga, pelanggaran yang mengandung unsur pidana
diserahklan ke aparat penyidik (kepolisian).
Bila mendapati suatu pelanggaran selama pengawasan
maka Panwas mengkaji dan bukti selama 7 hari. Bila
memerlukan waktu atau penjelasan lebih, maka dapat
diperpanjang sampai 14 hari. Setelah itu diputuskan hasilnya
apakah masuk dalam tindak pidana, pelanggaran administratif
ataukah tidak ada pelanggaran.
Jika pelanggaran sifatnya Pidana maka akan diteruskan
kepada penyidik/polisi. Sedangkan bila masuk pelanggaran
administratif akan diteruskan kepada KPU sesuai tingkatnya.
Namun jika tidak masuk pelanggaran maka dilakukan
penghentian proses.
Potensi kerawanan dalam pelaksanaan pemilihan
gubernur dan wakil paling banyak pada saat: Pertama,
pendaftaran pemilih, protes fihak-fihak yang merasa belum
terdaftar Pemungutan suara. Kedua, Kampanye. Kampanye
terbuka (arak-arakan dll). Ketiga, pada saat pemungutan suara.
Adanya intimidasi, penggiringan/pengarahan untuk milih calon
tertentu. Keempat, saat penghitungan suara. Dimungkinkan
terjadi kesalahan penghitungan dan atau penggelembungan
suara ataupun pengurangan pada pasangan tertentu. Dan
keenam, saat penetapan calon terpilih. Karena adanya masalah
yang ditimbulkan sebelumnya maka proses penetapan
pemenang pun akan terhambat.
Masalah lain yang sangat umum berlaku di masyarakat
adalah Money Politik. Istilah ini menjadi polpuler ketika sistem
pemerintah ini berubah dari sentralistik menjadi sistem
pemerintahan desentralistik dengan segala kekurangan dan
kelebihannya masing-masing. Peristiwa ini biasanya muncul dan
mengiringi proses pemilihan langsung, baik pemilihan presiden,
gubernur maupun bupati/ walikota bahkan sampai ke pemilihan
kepala desa.
Kebiasaan ini cenderung terjadi di masyarakat yang
kurang mendapat informasi dan pendidikan politik yang wajar
sebagai bagian dari warga negara. Oleh karena itu money politik
dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hak-hak
politik masyarakat sebagai warga negara.
Money politik dalam dunia politik sebenarnya tidak hanya
berwujud uang, tapi juga bisa barang dan lain sebagainya. Resiko
money politik adalah hukum, dalam aturan UU. No. 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintah Daerah, Pasal 117 ayat 2
menyebutkan:”Setiap orang dengan sengaja memberi atau
menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang untuk
tidak mengunakan hak pilihnya, atau memilih pasangan tertentu,
atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga
surat suaranya menjadi tidak sah, diancam dengan pidana
penjara paling singkat 2 bulan dan paling panjang 12 bulan dan
atau denda paling sedikit 1.000.000 dan paling banyak
10.000.000”.
Sedang dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005
pasal 64 ayat 1 dan 2 menyebutkan:”Pasangan calon dan atau tim
kampanye dilarang menjanjikan dan atau memberikan uang atau
materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih, pasangan calon dan
atau tim kampanye yang terbukti melakukan pelanggaran
sebagaimana dimaksud di atas berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dikenai sangsi
pembatalan sebagai calon oleh DPRD”
Ketua Panwas menjelaskan, bahwa upaya proses
pencegahan money politik merukan pekerjaan berat dan tidak
mudah serta-merta hilang. Perlu perjuangan dan tanggung jawab
kita semua. Karena pelanggaran ini imbasnya akan berdampak
pada masyarakat. Contoh sederhana, kalau pejabat ingin
berkuasa, di awal sudah mengeluarkan uang/modal, maka ketika
menjabat nanti bisa-bisa yang dipikirkan pertama kali adalah
bagaimana modal kembali.
”Di Salatiga, dari kesemua pasangan Cagub dan Cawagub
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200818
emilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Tengah periode 2008-2013 sebentar lagi akan
dilaksanakan, tepatnya pada hari Minggu (22/6) Pmendatang. Pesta demokrasi lima tahunan kali ini terasa istimewa
bagi masyarakat Jateng karena merupakan pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur yang pertama kali dilaksanakan secara
langsung oleh rakyat. Memang di zaman reformasi ini rakyat
mendapat hak yang lebih luas untuk dapat memilih sendiri kepala
daerahnya sesuai hati nuraninya.
Membahas pemilu di negeri ini, tentunya tidak lepas pula
dari suatu komisi yang dibentuk pemerintah sebagai
penyelenggara pemilu yakni KPU atau Komisi Pemilihan Umum.
Secara institusional, KPU yang ada sekarang merupakan KPU yang
ketiga yang dibentuk setelah pemilu demokratis sejak reformasi
1998. KPU yang pertama (1999-2001) dibentuk dengan Keppres
No. 16 Tahun 1999. KPU kedua (2001-2007) dibentuk dengan
Keppres No. 10 Tahun 2001. Sedangkan KPU ketiga (2007-2012)
dibentuk berdasarkan Keppres No. 101/P/2007. Berikut laporan
reporter HB tentang persiapan KPU Salatiga menjelang pilgub
2008.
Anggota KPU Salatiga
KPU Kota Salatiga yang berlokasi di Jalan Ki Penjawi,
Salatiga, ini diketuai oleh K. Drs. Tamam Qaolany dan terdiri atas
empat orang anggota. Keempatnya adalah Muh. Fauzi,
S.Ag,M.Ag, Satuf Rohul Hidayat, S.E., R. Bambang Adi Nugraha,
S.H., dan Dyah Sari Marhaeny. Susunan KPU Kota Salatiga ini
sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 22 Tahun 2007
tentang Penyelenggara Pemilu yang menyebutkan tentang
komposisi keanggotaan KPU harus memperhatikan keterwakilan
perempuan sekurangkurangnya 30 %.
Pekerjaan KPU Kota
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2007 yang diatur lebih lanjut
dengan Keputusan KPU Provinsi Jawa Tengah No. 2 Tahun 2007,
ada dua belas tugas dan wewenang KPU Kota Salatiga dalam
pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah.
Tugas tersebut adalah membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam
wilayah kerjanya; mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan
mengendalikan semua tahapan penyelenggaraan pemilu dengan
memperhatikan pedoman dari
KPU dan atau KPU Provinsi; dan
memutakhirkan data pemilih
b e r d a s a r k a n d a t a
kependudukan dan menetapkan
data pemilih sebagai daftar
pemilih.
Selanjutnya KPU Kota
Salatiga juga memiliki tugas dan
kewenangan untuk menerima
daftar pemilih dari PPK serta
m e n e t a p k a n d a n
mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara
berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dari seluruh
PPK dengan membuat berita acara penghitungan suara dan
sertifikasi hasil penghitungan suara. Selain itu, KPU Kota Salatiga
membuat berita acara penghitungan suara serta membuat
sertifikasi hasil penghitungan suara dan wajib menyerahkan
kepada saksi peserta pemilu yang hadir dan memiliki surat
mandat dari Ketua dan Sekretaris atau pimpinan dengan
sebutan lainnya partai politik atau tim kampanye peserta pemilu
kepada panwaslu kota dan KPU Provinsi.
Masih menjadi tugas dan kewenangan KPU Kota Salatiga
adalah memeriksa pengaduan dan atau laporannya lainnya
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh anggota PPK, PPS
dan KPPS; menindaklanjuti dengan segera semua temuan dan
laporan yang disampaikan oleh panwaslu kota; serta
menonaktifkan sementara dan atau mengenakan sanksi
administratif kepada anggota PPK, PPS, Sekretaris KPU Kota
Salatiga yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya tahapan penyelenggaraan pemilu berdasarkan
r e k o m e n d a s i p a n w a s l u k o t a d a n k e t e n t u a n
perundangundangan yang berlaku.
Tugas dan kewenangan KPU Kota Salatiga yang terakhir
adalah melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilu;
membuat evaluasi dan laporan penyelenggaraan pemilu
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah kepada KPU
Provinsi; dan melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang
diberikan oleh KPU, KPU Provinsi dan atau undangundang.
Dari tugas dan wewenang tersebut, terlihat adanya
perbedaan mengenai hierarki pertanggungjawaban dari KPU
kabupaten/kota. Semula, menurut UU No. 32 Tahun 2004, KPU
bertanggung jawab kepada DPRD. Setelah disesuaikan dengan
UU No. 22 Tahun 2007, KPU kabupaten/kota bertanggung jawab
kepada KPU provinsi yang notabene selaku pihak yang memiliki
gawe dalam Pilgub Jawa Tengah 2008.
Persiapan
Dalam rangka pelaksanaan Pemilihan Umum Gubernur
dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, KPU Kota Salatiga telah
melaksanakan berbagai tahapan. Tahapan tersebut adalah
pembentukan/pengangkatan dan pelantikan PPK, PPS, dan
KPU SalatigaSiap Songsong Pilgub 2008
Ragam
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 19
Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (gastarlih) dari tanggal 12
November 2007 s.d 20 Januari 2008. Tahapan berikutnya adalah
pemutakhiran data pemilih sejak menerima DP4 (daftar
penduduk pemilih potensial) dari Pemerintah Kota Salatiga
(Kantor Dukcapil) sampai tersusunnya daftar pemilih tetap (DPT)
dari tanggal 6 Desember 2007 s.d 27 Maret 2008.
Adapun tahapan pemilu yang sedang dilaksanakan oleh
KPU Kota Salatiga terdapat lima tahap. Pertama, pembentukan
KPPS yang dijadwalkan selambatlambatnya tanggal 22 Mei 2008
sudah selesai.
Kedua, KPU Kota Salatiga juga melakukan sosialisai Pilgub
2008. Sosialisasi ini diberikan kepada pemilih pemula, generasi
muda, pemilih perempuan, dan pemilih tingkat akar rumput.
Pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali ikut
dalam proses pemilu. Keempat pemilih tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda. Jadi, kegiatan sosialisasinya pun
dilaksanakan secara berbeda, baik dari segi bentuk sosialisasi
hingga pemakaian sarana dan bahasa yang digunakan. Namun,
secara umum, materi sosialisasinya sama, sesuai petunjuk dari
KPU Provinsi Jawa Tengah.
Dalam pelaksanaan sosialisasi, KPU Kota Salatiga
menjalin kerja sama dengan berbagai unsur dan elemen
masyarakat. Di antara berbagai elemen masyarakat itu adalah
KNPI (untuk pemuda), KPI (untuk pemilih perempuan), instansi-
instansi pemerintah dan RSPD. Sosialisasi yang dilaksanakan
oleh KPU Kota Salatiga sendiri diperuntukan bagi pemilih
pemula dan SKPD. Sasaran sosialisasi yang lainnya dilakukan
oleh pihak kedua dengan terlebih dahulu membuat proposal
sosialisasi Pilgub kepada KPU. Dalam kegiatan ini, KPU hanya
menangani masalah pendanaan.
Sosialisasi ini dilaksanakan dalam bentuk dialog, siaran
unit mobil keliling, penyebaran pamflet, pertemuan di tingkat
SKPD, kecamatan, dan kelurahan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.
Tiga tahap berikutnya adalah pengecekan lokasi TPS per
kelurahan; pengadaan logistik pemilu; dan persiapan
pembentukan pos monitoring kampanye. Logistik Pilgub 2008
Kota Salatiga saat ini sudah siap karena memang sebagian masih
menggunakan logistik dari Pilpres 2004.
Logistik yang sudah siap adalah kotak suara, bilik suara, alat
coblos, dan bantalan. Dengan demikian, KPU Kota Salatiga
tinggal menghitung tingkat kebutuhan dan nantinya
didistribusikan ke TPS bersama surat suara sejumlah pemilih yang
terdaftar, ditambah 2,5% sebagai cadangan.
Monitoring kampanye dilakukan oleh KPU, Panwaslu
(Panitia Pengawas Pemilu) dan desk pilkada. Meskipun demikian,
untuk saat ini sifatnya masih menunggu apakah Kota Salatiga
nantinya akan menjadi tempat pelaksanaan kampanye dari para
pasangan calon atau tidak. Dalam hal ini, KPU Kota Salatiga hanya
menyediakan tempat yang telah mendapatkan ijin dari
Pemerintah Kota Salatiga dan telah dikoordinasikan dengan
panwaslu sebagai tempat penyelenggaraan kampanye.
Hambatan dan Kendala
Ada empat isu krusial dalam Pilgub 2008, yaitu pencalonan,
daftar pemilih, kampanye, dan koordinasi antarpenyelenggara
pilgub. Namun, karena pilgub ini merupakan kegiatan KPU
Provinsi, maka pencalonan dilaksanakan oleh KPU Provinsi.
Kerawanan dalam proses ini sangat minimal karena para
pasangan calon adalah mantan pejabat yang tentunya sudah
terseleksi ketika mereka dulu akan diangkat sebagai pejabat.
Kampanye pilgub masih belum menjadi kendala karena
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200820
ampak atau dalam bahasa Jawa biasa disebut
tampek atau gabag merupakan salah satu
penyakit yang berpeluang menimbulkan wabah. CBahkan, penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada anak-
anak, terutama di negara berkembang, seperti Indonesia.
Fase Campak
Campak disebabkan oleh virus campak atau morbili yang
ditularkan melalui pernafasan, yakni percikan ludah dari hidung,
tenggorokan, atau mulut. Gejala penyakit campak sulit dideteksi
secara dini, karena gejalanya hampir sama dengan penyakit flu
biasa seperti batuk, piliek, dan demam.
Menurut dr. Asti Praborini, Sp.A, spesialis anak dari RS M.H.
Thamrin Internasional, Jakarta, secara garis besar penyakit
campak bisa dibagi menjadi tiga fase: 1.fase pertama disebut
masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari. Pada fase ini
anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak
gejala apapun. 2.fase kedua disebut fase prodmoral. Pada fase ini
baru timbul gejala seperti penyakit flu yaitu batuk, pilek, dan
demam. Mata menjadi kemerah-merahan dan berair. Bila melihat
sesuatu, mata akan silau (photophobia). Di sebelah dalam mulut
muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari.
Terkadang, penderita juga mengalami diare. Satu sampai dua hari
kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5
derajat celcius. 3.fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak
merah seiring dengan demam yang tinggi. Bercak muncul
bertahap mulai dari belakang kuping, leher, dada, muka, tangan,
dan kaki. Biasanya bercak akan memenuhi seluruh tubuh dalam
waktu sekitar satu minggu. Namun bila daya tahan tubuh anak
baik, bercak merahnya tak terlalu menyebar dan tak terlalu penuh.
Setelah itu, demam akan turun dengan sendirinya. Selanjutnya
bercak merah akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik
(hiperpigmentasi) lalu rontok atau sembuh dengan sendirinya.
Waspadai Komplikasi
Penularan pada penyakit campak perlu diwaspadai.
Pasalnya, penularan berlangsung cepat melalui perantara udara
atau semburan ludah (droplet) yang terhisap lewat hidung atau
mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari
setelah bercak merah timbul.
Masalah lain yang perlu diwaspadai adalah komplikasi
(munculnya penyakit lain yang menyertai campak). Komplikasi
dapat terjadi karena virus menyebar melalui aliran darah ke
jaringan tubuh lainnya. Komplikasi radang paru-paru (broncho
pneumonia) dan radang
otak (ensefalitis) adalah yang
paling sering menimbulkan
kematian pada anak. Gejala
ensefalitis yaitu kejang satu
k a l i a t a u b e r u l a n g ,
kesadaran anak menurun,
dan panasnya susah turun
k a r e n a s u d a h t e r j a d i
komplikasi sampai ke otak.
C a m p a k j u g a b i s a
mengakibatkan kebutaan,
terutama pada penderita
y a n g m e n g a l a m i
kekurangan vitamin A.
Menurut Menteri Kesehatan RI, Dr. Siti Fadilah Supari,
Sp.JP(K), di Indonesia diperkirakan lebih dari 30 ribu anak
meninggal karena komplikasi yang diakibatkan oleh campak.
Anak Diisolasi
Apabila seorang anak telah terserang campak, orang tua
harus segera mengambil langkah berikut. 1.Rawat anak di kamar
yang terpisah (isolasi) dan hindari kontak langsung maupun tak
langsung (melalui peralatan sehari-hari seperti alam makan,
minum, baju, alas tidur, dll) antara penderita dengan orang lain.
2.Apabila penyakit campaknya berat atau sampai terjadi
komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit. 3.Berikan
makanan yang bergizi dan mudah dicerna agar daya tahan
tubuhnya meningkat. Disarankan, makanan yang banyak
mengandung vitamin A. 4.Berikan istirahat yang cukup.
5.Lakukan pengobatan yang tepat dengan berkonsultasi
dengan dokter. 6.Jangan memandikan anak yang masih demam.
Bila sudah tidak terjadi demam, anak bisa dimandikan untuk
menjaga kebersihannya badannya.
Campak Jerman
Selain penyakit campak yang biasa menyerang anak-
anak, ada penyakit campak lain yang disebut campak Jerman
atau rubella. Campak jenis ini jarang terjadi dan biasanya
menyerang anak yang lebih besar, sekitar usia 5 sampai 14
tahun. Namun, gejalanya hampir sama dengan campak biasa.
Campak Jerman sangat berbahaya bila menyerang wanita
hamil karena bisa menular ke janin yang sedang dikandung
Campak Bisa Mematikan
Kesehatan
Maria Agustini*
Penderita Campak:
* Diisolasi
* Beri makanan bergizi.
* Beri vitamin A
* Istirahat cukup
* Konsultasi dokter
* Jangan mandi jika demam
* Opname jika komplikasi
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 21
melalui plasenta (ari-ari). Hal ini dapat mengakibatkan syndrom
rubella congenital (cacat bawaan akibat campak Jerman) pada
bayi yang dilahirkan. Bayi dapat mengalami ketulian, katarak
pada mata, dan pengapuran di otak, sehingga mengalami
keterbelakangan dalam perkembangannya. Oleh karena itu,
para pasangan suami istri yang sedang menantikan kelahiran
anaknya, harus pandai menjaga kesehatan ibu hamil.
BIAS
Imunisasi adalah tindakan pemberian vaksin (antigen
atau virus yang telah dilemahkan) untuk merangsang
pembentukan kekebalan tubuh pada seseorang untuk melawan
suatu penyakit. Penyakit campak merupakan salah satu penyakit
yang bisa dicegah dengan imunisasi sebagaimana penyakit
difteri, batuk rejan, hepatitis B, TBC, dan polio.
Di Indonesia, imunisasi campak diberikan saat anak
berusia 9 bulan. Sejak tahun 1990, program imunisasi di
Indonesia telah mencapai UCI (universal child imunization),
artinya lebih dari 80 persen bayi telah
mendapatkan imunisasi dasar lengkap
t e r m a s u k c a m p a k . N a m u n p a d a
kenyatannya, masih ditemukan banyak
kejadian luar biasa (KLB) campak di
beberapa daerah dan menyerang anak-
anak usia sekolah. Oleh karena itu,
pemerintah mengambil kebijakan untuk
melakukan pemberian imunisasi campak
ulangan/tambahan sebagai booster
(penguat) pada anak usia sekolah sehingga
tubuh anak dapat membentuk kekebalan
yang diharapkan.
Bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)
adalah bulan ketika pemerintah melakukan
gerakan pemberian imunisasi pada anak
sekolah dasar. Untuk penyakit campak, BIAS
ditetapkan pada awal tahun pelajaran baru.
Tujuan imunisasi campak ini adalah
untuk memberikan perlindungan seumur
hidup kepada semua anak SD, MI, dan SDLB,
baik negeri maupun swasta, termasuk
pondok pesantren, terhadap penyakit
campak. Pemerintah berharap, imunisasi ini
mampu mengendalikan penularan penyakit
campak yang sangat mungkin terjadi di
lingkungan sekolah serta memutus mata
rantai penularan kepada balita.
Sebagai sebuah gerakan nasional,
BIAS campak ini telah dilakukan secara
bertahap. Pada tahap pertama, BIAS
campak diberikan satu kali kepada anak
kelas 1 sampai dengan kelas 6 sekolah dasar
dan dilaksanakan mulai tahun 2003. Pada
tahap kedua dan selanjutnya, BIAS campak
diberikan satu kali pada anak kelas 1 dan dilakukan setiap tahun
dilaksanakan mulai tahun 2004.
Pada tahun 2007 imunisasi BIAS Campak di Kota Salatiga
mencapai 98%. Dibandingkan dengan daerah lain di Jawa
Tengah, Kota Salatiga tergolong berhasil dalam menjalankan
program BIAS. Tercatat, dari 2.922 siswa, 2.863 siswa telah
terimunisasi. Limapuluh sembilan siswa yang tidak diimunisasi
karena berbagai alasan, yaitu lima siswa menolak diimunisai, 47
siswa tidak diimunisasi karena sakit, empat siswa tidak masuk
sekolah, seorang siswa pindah sekolah, dan dua orang siswa
tanpa alasan yang jelas.
Kelancaran program yang telah dilakukan pemerintah ini
memerlukan kerja sama yang baik dari semua sektor pemerintah
yang terlibat. Yakni, sektor kesehatan, pendidikan, dan pemegang
kebijakan di pemerintahan kota atau kabupaten di seluruh
Indonesia. Selain itu, dukungan dari orang tua masing-masing
siswa juga memegang peranan penting dalam terlaksananya
program tersebut.
ecara umum lingkunagn perkotaan mempunyai ciri-
ciri yang berbeda dengan lingkungan pedesaan.
Kota mempunyai struktur social yang khas dan Smempunyai lingkungan yang khas pula. Perbedaan antara
masyarakat kota dengan masyarakat desa ialah bahwa
masyarakat kota terdapat spesialisasi dan diversifikasi yang besar
di samping suatu kehidupan yang kompleks. Kehidupan yang
kompleks ini merupakan salah satu akibat dari spesialisasi itu
sendiri, yakni membentuk sebuah hubungan yang berbeda-beda
antar kelompok. Hubungan itu didasarkan kepentingan
kelompok (stakeholders), sehingga menyebabkan terjadinya
dinamika social.
Dengan demikian kota memperlihatkan perbedaan
dengan desa yaitu antara lain dari segi perbedaan dan variasi
pekerjaan serta pemisahan bahkan isolasi kelompok satu dari
yang lain dan selanjutnya semakin meningkatkan control resmi.
Di kota mempunyai sifat yang heterogen terdapat kepadatan
penduduk, dan masing-masing menjalankan spesialisasinya.
Orang dengan norma-norma yang berbeda-beda bercampur dan
bekerjasama dan menampakkan perbedaan status, sehingga
setiap kota akan memperlihatkan pola kebudayaan tersendiri. Hal
ini lebih disebabkan oleh interaksi social yang ada di dalamnya.
Diteropong dari hubungan antar manusia keadaan kota
mencerminkan situasi sebagai berikut: pertama, secara fisik
manusia tidak terisolasi, kedua, terdapat sejumlah persekutuan
(associations) dengan keadaan bahwa individu adalah anggota
dari banyak persekutuan. Ketiga, hubungan antar manusia lebih
bersifat hubungan sekunder dari pada hubungan kelompok
primer dan terkategori sesuai dengan profesi. Keempat,
terdapatnya spesialisasi juga dalam kehidupan ekonomi dan
hubungan kelompok social. Kelima, control social dilakukan oleh
keluarga sebagai pengganti control social masyarakat desa, akan
tetapi control social ini makin lama makin berubah menjadi
control dalam bentuk perundang-undangan/ hubungan antar
kelompok ditentukan oleh Negara. Keenam, keluarga bukan lagi
merupakan kesatuan ekonomi tetapi menjadi kesatuan social
dalam arti murni. Ketujuh, keputusan harus diambil individu
sendiri. Kedelapan, ketrampilan dan prestasi lebih menentukan
dari pada status social, bahakan sebaliknya status bias dicapai
karena spesialisasi dan ketrampilan.
Di negara berkembang seperti Indonesia, masalah
migrasi dan urbanisai menjadi masalah yang rumit. Arus
perpindahan penduduk dari desa ke kota menimbulkan
masalah-masalah baru bagi masyarakat kota maupun
masyarakat desa sendiri.
Hal harus dimaklumi bahwa antara kota dan desa
terdapat suatu perbedaan dan pertentangan besar. Banyak yang
kurang memahami bahwa kota merupakan pusat perubahan-
dalam arti positif maupun negative dan bahwa urbanisasi
merupakan salah satu akibat dari pengaruh kota terhadap
perubahan nilai penduduk di desa. Jika demikian halnya, maka
sebenarnya antara kota dan desa terdapat suatu hubungan
continue(continuum) dan galir (fluidum). Hal ini sangat
ditentukan oleh factor-faktor: pertama, luas daerah yang
mampu menampungh sejumlah penduduk. Kedua, konsentrasi
atau kepadatan penduduk. Ketiga, seberapa kompleks-tidaknya
hubungan social antar penduduk.
Demikian dapat diartikan bahwa keberadaan kota
dipengaruhi oleh factor urbanisasi. Urbanisasi sebagai salah satu
bentuk migrasi (gerak fisik dari individu maupun kelompok dari
lokasi satu ke lokasi yang lain) akan berakibat terjadinya:
pertama, mobilitas ekologik/penyebaran penduduk serta
perubahan tugas dan fungsi dalam masyarakat (mobilitas di sini
tidak dipergunakan dalam arti mobilitas fisik. kedua, terjadinya
perubahan dalam organisasi ekologi sebelumnya.
Urbanisai sendiri disebabkan oleh factor pendorong
(push factors) dan factor penarik (pull factor) (Soekanto, S.,
1990). Adapun sebagai factor pendorongdapat mencakup:
pertama, di desa lapangan pekerjaan pada umumnya kurang.
Yang dapat dikerjakan adalah pekerjaan yang kesemuanya
dan Diversifikasi
Kota
SpesialisasiOleh: Drs. Kasmun Saparaus, M.Si*
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200822
Mimbar
Drs. Kasmun Saparaus, M.Si
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 23
menghadapi berbagai kendala seperti irigasi yang tidak
memadai atau tanah yang kurang subur serta terbatas. Keadaan
tersebut menimbulkan pengaruh tersamar disguised un
employment. Kedua, penduduk desa terutama kaum muda-
mudi, merasa tertekan oleh adapt istiadat yang mengakibatkan
cara hidup yang monoton. Untuk menumbuhkan
perkembangan jiwa, banyak yang pergi ke kota. Ketiga, di desa
tidak banyak kesempatan untuk menambah pengetahuan. Oleh
sebab itu banyak orang yang ingin maju, kemudian
meninggalkan desa. Keempat, rekreasi yang merupakan salah
satu factor penting di bidang spiritual kurang sekali dan kalau
ada perkembangannya sangat lambat. Kelima, bagi penduduk
desa yang mempunyai keahlian lain selain bertani seperti
misalnya kerajinan tangan, tentu mengingini pasaran yang lebih
luas bagi hasil prosuksinya. Ini tidak mungkin didapatkan di
desa.
Sedang factor penarik urbanisasi, dapat meliputi:
pertama, penduduk desa kebanyakan mempunyai anggapan di
kota banyak pekerjaan serta banyak penghasilan (uang). Oleh
karena sirkulasi uang di kota jauh lebih cepat, lebih besar dan
lebih banyak, maka relative lebih mudah mendapatkan uang
daripada di desa. Kedua, di kota lebih banyak kesempatan
mendirikan perusahaan industri dan lain-lain. Hal ini disebabkan
oleh karena lebih mudahnya didapatkan izin dan terutama
kredit bank. Ketiga, kelebihan modal di kota lebih banyak dari
pada di desa. Keempat, pendidikan (terutama pendidikan
lanjutan) lebih banyak di kota dan dengan sendirinya lebih
mudah di dapat. Kelima, kota merupakan suatu tempatyang
lebih menguntungkan untuk mengembangkan jiwa dengan
sebaik-baiknya dan seluas-luasnya. Keenam, kota dianggap
mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan
merupakan tempat pergaulan dengan segala macam orang dari
segala lapisan.
Sedangkan dalam memahami kota dapat didekati dari dua
aspek, yakni aspek fisik(pengkotaan fisik) dan aspek
mental(pengkotaan mental). Yang disebut pertama bersangkut-
paut dengan masalah wilayah, kepadatan penduduk, dan
tataguna tanah non-agraris. Aspek kedua bertalian dengan
orientasi nilai serta kebiasaan hidup penduduk kota(Daldjoeni, N.,
1978). Orientasi yang kedua inilah bersinggungan dengan
kehidupan masyarakatnya. Menurut Louis Wirth, secara umum
kehidupan masyarakat ditandai pola-pola perilaku sebagai
berikut: pertama, banyaknya relasi kota tidak memungkinkan
terjadinya kontak yang lengkap diantara pribadi-pribadi. Di
dalam masyarakat yang besar terjadi segmentasi hubungan-
hubungan di antara manusia. Kalau jumlah relasi terlalu besar,
maka orang hanya saling mengenal dalam satu peranannya saja,
misalnya diantara pelayan took dan pembeli, supir taksi dan
penumpangnya, tanpa perlu mengetahui sesuatu tentang
keadaan keluarga, atau pandangan hidup masing-masing yang
berhubungan itu.
Kedua, orang kota harus melindungi diriny sendiri agar
tidak terlalu hubungan yang bersifat pribadi, mengingat akan
kosekuensi-konsekuensi terhadap waktu dan tenaga yang ada
padanya. Ia juga harus menjaga potensi-potensi yang merugikan
atau membahayakan dirinya pribadi dan keluarga, maupun
kebudayaan.
Ketiga, kebanyakan hubungan orang-orang kota
tH
IFo
o:
B/N
KO
Mt
HI
Foo
:B/N
KO
M
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 200824
engan Rahnat Tuhan Yang Maha Esa, Walikota
SalatigaDMenimbang :
a. bahwa sesuai hasil evaluasi Peraturan Daerah Kota Salatiga
Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan
Bangunan tidak dapat diimplementasikan sehingga perlu
dilakukan penyesuaian;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahuan 2000
tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Kecil dalam
Lingkunga Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3469);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4048);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548);
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 444);
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun
1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah
Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II
Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3500);
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4532);
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Hukum
LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGANOMOR 8 TAHUN 2007
PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGANOMOR 8 TAHUN 2007
TENTANGPERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2000
TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 25
b. Koefisien Tingkat Bangunan
c. Koefisien Rencana Penggunaan Bangunan
d. Koefisien Letak Bangunan
2. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 10(1) Cara perhitungan nilai bangunan dan tariff
adalah sebagai berikut:a. Nilai bangunan adalah luas bangunan yang
dimohon dikalikan dengan harga standar bangunan per meter persegi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Perhitungan tariff ditetapkan sebesar 1 % (satu perseratus) dari nilai bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a.
3. Ketentuan Pasal 11 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 11(1) Setiap perubahan yang menyangkut struktur
dan/atau arsitektur bangunan dikenakan tariff sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1).
(2) Bangunan yang belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan dikenakan biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1).
4.Ketentuan Pasal 12 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 12Besarnya retribusi yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
5. Ketentuan Pasal 27 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 27Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi lainnya.
6. Ketentuan Pasal 30 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
18. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga
Nomor 5 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil
di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II
Salatiga (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Salatiga Tahun 1988 Nomor 10 Seri D);
19. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga
Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan di Kotamadya
Daerah Tingkat II Salatiga (Lembaran Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Salatiga Tahun 1992 Nomor 7 Seri B);
20. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000
tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (Lembaran
Daerah Kota Salatiga Tahun 2000 Nomor 19);
21. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 8 Tahun 2004
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Kota Salatiga (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2004
Nomor 20 Seri D).
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA
SALATIGAdan
WALIKOTA SALATIGA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2000
TENTANG RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga
Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan
Bangunan (Lembaran Daerah Kota Salatiga Tahun 2000 Nomor
20) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 7 ayat (3) diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 7
(3) Besarnya koefisien sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan sebagai berikut:
a. Koefisien Luas Bangunan
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Rencana Penggunaan Bangunan Bangunan Sosial Murni (bebas retribusi)
Bangunan Sosial lainnya
Bangunan Rumah Tinggal
Bangunan Usaha/Industri
Bangunan Khusus
Koefisien 0,00 0,70 1,00 1,20 1,20
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tingkat Bangunan Di Jalan Arteri Primer Di Jalan Arteri Sekunder Di Jalan Kolektor Primer
Di Jalan Kolektor Sekunder
Di Jalan Lokal Primer Di Jalan Lokal Sekunder Di Jalan Lingkungan/Gang
Koefisien 1,100 1,075 1,050 1,020 1,010 1,000 1,000
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Luas Bangunan Bangunan dengan luas 0-70 m2
Bangunan dengan luas 71-100m2
Bangunan dengan luas 101-250 m2
Bangunan dengan luas 251-500 m2
Bangunan dengan luas 501-1000 m2
Bangunan dengan luas 1001-2000 m2
Bangunan dengan luas 2001-3000 m2
Bangunan dengan luas 3001 m2 ke atas
Koefisien 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Bangunan Bangunan 1 Lantai
Bangunan 2 Lantai
Bangunan 3 Lantai
Bangunan 4 Lantai
Bangunan 5 Lantai ke atas
Koefisien 1,00 1,15 1,20 1,25 1,30
26
LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2007 NOMOR 8
PENJELASANATAS PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA
NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH
KOTA SALATIGA NOMOR 7 TAHUN 2000
TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
I. UMUMDalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah,
sesuai ketentuan pada Pasal 21 huruf e Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005, Daerah berhak memungut retribusi.
Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, pendapatan dari retribusi diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di Daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya landasan hukum yang dapat memberikan pedoman bagi Pemerintahan Daerah dalam pemungutan retribusi daerah.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang tersebut, Pemerintah Daerah telah menetapkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Setelah pelaksanaan peraturan daerah tersebut berjalan selama 6 (enam) tahun kemudian diakukan evaluasi ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk mengadakan perubahan atas Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.
II. PASAL DEMI PASALPasal I
Angka 1 Cukup jelas, Angka 2 Cukup jelas, Angka 3 Cukup jelas, Angka 4 Cukup jelas, Angka 5 Cukup jelas, Angka 6 Cukup jelas, Angka 7 Cukup jelas; Angka 8 Pasal 1 Cukup jelas, Pasal 2 Cukup jelas, Pasal 3 Ayat (1) yang dimaksud dengan pertandaan ialah bangunan reklame atau sejenisnya yang didirikan di dalam maupun di luar kapling milik sendiri.
Pasal 3 Ayat (2) Cukup jelas, Pasal 4 C u k u p jelas, Pasal 5 ukup jelas, Pasal 6 Cukup jelas, Pasal 7 Cukup jelas, Pasal 8 Cukup jelas, Pasal 9 Cukup jelas,
Pasal 10 Cukup jelas, Pasal 11 Cukup jelas, Pasal 12 Besarnya retribusi IMB sebagai berikut: Tarif X koefisien luas bangunan X koefisien tingkat bangunan X koefisien rencana penggunaan bangunan koefisien letak bangunan, Pasal 13 Cukup jelas, Pasal 14 Cukup jelas,Pasal 15 Cukup jelas, Pasal 16 Cukup jelas, Pasal 17 Cukup jelas, Pasal 18 ayat (1) yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama dengan badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.
Pasal 18 Ayat (2) Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa kontrak, Rencana Anggaran Belanja dan bestek. Pasal 19 Cukup jelas, Pasal 20Cukup jelas, Pasal 21 Cukup jelas, Pasal 22 Cukup jelas, Pasal 23 Cukup jelas, Pasal 24 Cukup jelas, Pasal 25 Cukup jelas, Pasal 26 Cukup jelas, Pasal 27 Cukup jelas, Pasal 28 Cukup jelas, Pasal 29 Ayat (1) Saat kedaluarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberikan kepastian hokum kapan utang retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi; Ayat (2) huruf a Dalam hal diterbitkan Surat Teguran, kedaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran; Ayat (2) huruf b Yang dimaksud dengan pengakuan utang retribusi secara langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah; Pasal 30 P e n g a j u a n tuntuan ke pengadilan pidana terhadap Wajib Retribusi dilakukan dengan pemuh kearifan serta memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi dan besarnya Retribusi yang terutang yang mengakibatkan kerugian keuangan daerah. Pasal 31 Cukup jelas, Pasal 32 Cukup jelas, Pasal 33 Cukup jelas.
Pasal IICukup jelas
Pasal 30(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan
kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 dan harus tetap melaksanakan kewajibannya.
7.Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 33Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan di Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga khususnya ketentuan yang mengatur tentang Retribusi dan ketentuan lainnya yang
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
8. Penjelasan pasal demi pasal diubah sebagaimana tercantum dalam penjelasan.
Pasal IIPeraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran daerah Kota Salatiga.
Ditetapkan di Salatigapada tanggal 12 Juli 2007WALIKOTA SALATIGA,
Cap TTDJOHN MANUEL MANOPPO
Diundangkan di Salatigapada tanggal 6 Agustus 2007
Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA SALATIGA,Cap TTD
SRI SEJATI KUSUMANINGSIH
27
akan merupakan kebutuhan pokok yang tidak
bisa ditunda. Namun, bagaimana jika harga
pangan melonjak? Apakah operasi pasar Mdiperlukan?
Seiring perkembangan teknologi pertanian, bahan
pangan semakin beragam. Namun beragamnya bahan pangan
itu belum mampu melepaskan manusia dari makanan
pokoknya. Seperti halnya manusia di Indonesia yang sangat
tergantung kepada nasi.
Permasalahan pangan di Salatiga menjadi kewenangan
Satuan Perangkat Kerja Daerah yang membidangi ekonomi
bersama Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesra (Asisten II)
selaku koordinator. Hal ini diperkuat dengan dikeluarkannya SK
Walikota Nomor 750-05/56/2008 tentang Tim Koordinasi
Pelaksanaan Kegiatan di Bidang Perekonomian pada SKPD di
Lingkungan Pemkot Salatiga. SKPD terkait terdiri atas
Disperindag, Bagian Perekonomian, Dinas Koperasi dan UKM,
Dinas Pertanian, Bapeda, dan Disnakertrans.
Kepala Bagian Perdagangan Disperindag Kota Salatiga,
Adi Setiarso, S.E. menerangkan, perdagangan adalah salah satu
kekuatan pendukung dan pendorong pembangunan ekonomi
serta menstabilkan harga pangan, khususnya sembako.
Berbagai jenis usaha, baik barang maupun jasa, telah
berkembang di Salatiga. Pertumbuhan itu merupakan hasil dari
upaya pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang
kondusif.
Meskipun demikian, saat ini, sektor perdagangan barang
dan jasa dihadapkan pada berbagai permasalahan yang
kompleks. Di antaranya, membanjirnya produk impor, baik
makanan, minuman, dan lain sebagainya. Di satu sisi,
membanjirnya produk ini diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat yang juga semakin meningkat. Di sisi
lain, berbagai produk di pasaran ini belum tentu memenuhi
persyaratan layak mutu dan kesehatan. “Untuk itu, kebijakan
yang ditempuh pemerintah, antara lain, ditekankan kepada
peningkatan kekuatan pasar domestik dalam mengantisipasi
globalisasi perdagangan,” jelasnya.
Agar permasalahan pangan dapat tertangani lebih baik,
Disperindag membagi pekerjaannya dalam beberapa bidang.
“Dalam hal pangan, Bidang Perdagangan memusatkan
perhatian kepada masalah perdagangan pangan,” kata Adi. Di
antaranya, pemantauan kebutuhan pokok masyarakat
(kepokmas) dan barang pokok penting strategis yang terinci ke
dalam 21 komoditi. Di antara
21 komoditi itu, 18 komoditi
di antaranya adalah komoditi
pangan. Delapan belas
komoditi pangan tersebut
adalah beras, gula pasir,
tepung terigu, daging, telor,
susu, jagung pipilan kering,
garam beryodium, tepung
terigu, kacang kedelai, mie
instant, cabe merah besar,
bawang merah, bawang
putih, ikan asin teri, kacang hijau, kacang tanah, dan ketela pohon.
Sisanya adalah komoditi nonpangan yang meliputi minyak tanah,
pupuk, dan semen.
Masih menurut Adi, setiap tiga hari sekali, harga bahan
pokok tersebut dipantau. Hasil pemantauan ini dianalisis untuk
dilaporkan ke Provinsi Jawa Tengah (Dinas Perdagangan).
Melalui hasil pemantauan itu pula, Disperindag
memutuskan perlu atau tidaknya operasi pasar (oppas). “Untuk
saat ini, operasi pasar masih dipandang sangat penting untuk
mengendalikan harga, apa lagi dalam situasi yang mendesak,”
jelas Adi. Karena itulah, baru-baru ini, Disperindag mengadakan
operasi pasar untuk minyak goreng.
Pada tahap I, pasar murah minyak goreng di Salatiga
terlaksana di 22 kelurahan. Menurut Adi, pasar murah di Salatiga
ini mungkin memilik titik operasi pasar minyak goreng terbanyak
di Jateng. “Hal ini kami lakukan untuk memenuhi permintaan
masyarakat agar operasi pasar lebih didekatkan kepada
masyarakat sehingga tidak melalui kecamatan,” jelasnya.
Melalui operasi pasar minyak goreng, harga minyak
goreng di pasar diharapkan bisa turun. Namun, Adi mengeluhkan,
pada prakteknya, harga minyak goreng masih fluktuatif.
Meskipun Salatiga telah dibanjiri minyak goreng, permintaan
tetap tinggi. Oleh karenanya, pemerintah daerah akan
melaksanakan operasi ini secara bertahap sampai 6 kali.
“Tujuannya jelas, yaitu agar harga kembali stabil,” imbuh Adi.
Upaya lain yang dilakukan Disperindag dalam
pengendalian harga adalah melaksanakan pengawasan,
monitoring, serta mendata keberadaan maupun aktifitas para
distributor. Tetapi, Adi menegaskan, harga barang masih
ditentukan oleh mekanisme pasar.
Saat ini ketersedian sembako di Salatiga cukup aman. Hal
ini karena lumbung Salatiga menginduk kepada Dolog Jateng.
Selain itu, hingga saat ini, sebagian produk pertanian di Salatiga
berasal dari Boyolali, Semarang, dan Solo. Namun, masyarakat
Salatiga juga cukup berandil dalam menyediakan produk
pertanian.
Tugas Disperindag lainnya adalah memberikan konsultasi
dan advokasi (pembelaan) teknis, perijinan SIUP, rekomendasai
importer dan eksportir, pengawasan, serta pemantauan.
Disperindag juga mengadakan sosialisasi; pelatihan kemasan,
merk, dan label; serta pelatihan lainnya.
Disperindag juga aktif melakukan, pemantauan harga,
monitoring (pemantauan) harga distributor, rapat koordinasi
bidang ekonomi, sosialisasi SIUP, dan pemberian kredit.(lux)
OppasSangat Dibutuhkan
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Kiprah
Adi Setiarso, SE
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
alatiga adalah salah satu kota di Jawa Tengah yang
masih getol melestarikan karawitan. Meskipun
umurnya sudah sangat tua, jika dinikmati dengan Ssungguh-sungguh, musik karawitan begitu syahdu di gendang
telinga kita.
Merana dan Dicinta
Di tengah nasibnya yang merana di negeri sendiri,
karawitan masih memiliki tempat untuk berkembang di Salatiga.
Di kota ini, ada berbagai paguyuban karawitan. Dalam satu
kesempatan, reporter Hati Beriman menyempatkan diri
menengok Paguyuban Asmoro Budoyo.
Asmoro Budoyo Salatiga berdiri tahun 1991 yang di rintis
Mester Sukardjo. Di Paguyuban Asmoro Budoyo, kita dapat
menyaksikan berbagai kegiatan latihan untuk meningkatkan
ketrampilan di bidang kesenian Jawa. Kegiatan itu meliputi
karawitan, cokekan, ketoprak, wayang kulit, dan pawiyatan
pedalangan anak-anak.
Khusus kesenian karawitan, personil yang dibutuhkan
cukup banyak, yaitu 15-20 orang. Alunan musik ini sangat luwes
sehingga dapat digunakan untuk mengiringi berbagai
pertunjukan kesenian Jawa. Kesenian tari Jawa, wayang kulit, dan
fragmen wayang orang serasa tak lengkap tanpa iringan
karawitan. Perangkat musik ini ditambah kentongan jika sedang
mengiringi pertunjukan ketoprak. Karena keluwesannya, musik
karawitan menjadi salah satu pilihan bagi orang yang sedang
mempunyai hajatan. Hal ini karena musik karawitan dianggap
mampu memberikan ketenangan bagi pendengarnya.
Untuk meningkatkan kemampuan para anggota dalam
memainkan alat musik, Ketua Paguyuban Asmoro Budoyo, Letkol
(Purn) drg. K.R.H.T. H. Haryono, mengatakan, paguyuban
mengadakan latihan rutin setiap malam Jum'at dan malam
Minggu. Selama latihan berlangsung, anggota meningkatkan
penguasaan terhadap alat musik, seperti bonang, kempung,
saron, peking, gender, slentem, kenong, gong, gambang, siter,
rebab, kemanak, dan terbang. Selain itu, setiap malam Selasa
Kliwon, paguyuban yang bermarkas di Jalan Adi Sucipto ini
mengadakan siaran langsung di RSPD. Kegiatan lainnya adalah
Sarasehan Kebudayaan Jawa setiap malam Jum'at Kliwon dan
mengisi acara rutin setiap Sabtu sore di Hotel Laras Asri. Asmoro
Budoyo juga melayani warga yang ingin memanfaatkan
keterampilan mereka dalam berkesenian. Biayanya cukup
terjangkau untuk durasi (lama) pertunjukan selama tiga jam.
“Kesenian Jawa saat ini membutuhkan generasi muda
u n t u k m e n j a d i
p e n e r u s d a n
mengembangkan
budaya ini,” kata
Haryono. Pasalnya,
m e s k i p u n
karawitan sudah
mendun ia , tap i
merana di negeri
sendiri. Gaungnya
te r te lan h ingar
bingar musik anak
muda yang dinilai
lebih modern dan
gaul. Oleh karena
itu, Asmoro Budoyo
berupaya semakin banyak menggaet generasi muda untuk
bergabung dengan paguyuban seni ini. Namun, seiring dengan
perkembangan jaman, kendala yang mereka hadapi semakin
tidak mudah.
Menurut Haryono, menacari penerus untuk kesenian
Jawa memang sangat sulit. “Rata-rata anak muda sekarang tidak
suka dan tidak tertarik dengan kesenian tradisional Jawa,”
tuturnya. Di antar kesulitan itu, yang paling sulit adalah mencari
bibit sinden.
Hingga saat ini, anggota Asmoro Budoyo mencapai 50
orang. Hubungan antaranggota ini sangat akrab dan sudah
seperti keluarga sendiri. Apabila ada yang sakit atau terkena
musibah, paguyuban akan berusaha turut meringankan
penderitaan dengan memberi sejumlah bantuan.
Mengapa Karawitan?
Berbicara tentang karawitan di Salatiga, terasa kurang
lengkap tanpa pengetahuan sejarahnya. Sebenarnya, mengapa
musik tradisional ini disebut karawitan?
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen
sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah
karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa, yaitu rawit yang
berarti rumit atau berbelit-belit. Rawit juga bisa berarti halus,
cantik, berliku-liku, dan enak. Dalam bahasa Jawa, istilah
karawitan khusus digunakan untuk mengacu kepada musik
gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis
(dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya
menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi,
pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia,
vokalia, dan campuran yang indah didengar.
Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan
filosofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian karena
gamelan Jawa merupakan salah satu seni budaya yang
diwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih
banyak digemari serta ditekuni. Secara hipotetis, sarjana J.L.A.
Brandes (1889) mengemukakan bahwa masyarakat Jawa
sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh
28 HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Budaya
KarawitanTradisi nan Syahdu
Musik Karawitan
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan.
Gamelan Jawa mempunyai sejarah yang panjang. Seperti
halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa
dalam perkembangannya juga mengalami berbagai perubahan.
Perubahan terjadi pada cara pembuatannya, sedangkan
perkembangannya menyangkut kualitas. Dahulu, pemilikan
gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini,
siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan
gamelan-gamelan Jawa yang termasuk dalam kategori pusaka
(Timbul Haryono, 2001).
Gamelan yang lengkap mempunyai sekitar 72 alat dan
dapat dimainkan oleh niyaga (penabuh) dengan disertai 1015
pesinden dan atau gerong. Susunannya, terutama, terdiri dari
alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam. Alat-alat
lainnya berupa kendang, rebab (alat gesek), gambang yaitu
sejenis xylophon dengan bilah-bilahnya dari kayu, dan alat
berdawai kawat yang dipetik bernama siter atau celepung.
Gamelan Jawa mempunyai tanggapan yang luar biasa di
dunia internasional. Saat ini telah banyak diadakan pentas seni
gamelan di berbagai negara Eropa dan memperoleh tanggapan
yang sangat bagus dari masyarakat di sana. Bahkan, tak sedikit
sekolah di luar negeri yang memasukkan seni gamelan sebagai
salah satu musik pilihan untuk dipelajari oleh para pelajarnya.
Ironisnya, di negeri sendiri masih banyak orang yang
menyangsikan masa depan gamelan. Terutama para pemuda
yang cenderung lebih tertarik pada musik-musik luar yang
memiliki instrumen serba canggih. Dari sini diperlukan suatu
upaya untuk menarik minat masyarakat kepada kesenian
tradisional yang menjadi warisan budaya bangsa tersebut.
Secara filosofis, gamelan Jawa merupakan satu bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal
demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan
dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta
berhubungan erat dengan perkembangan religi yang
dianutnya. Bagi masyarakat Jawa, gamelan mempunyai fungsi
estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral, dan
spiritual. Gamelan memiliki keagungan tersendiri. Buktinya, dunia
pun mengakui gamelan adalah alat musik tradisional timur yang
dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Gamelan
merupakan alat musik yang luwes, karena dapat berfungsi juga
bagi pendidikan.
Sekarang ini, ada kecenderungan perbedaan persepsi yang
dilakukan oleh generasi muda. Berbagai atraksi kebudayaan yang
pada satu sisi kelihatan agak menonjol, tetapi di sisi lain
merupakan kemunduran. Terutama yang menyangkut gerak-
gerak tari dan penyuguhan gendhing-gendhing yang
dikeluarkan. Anak muda terlihat tak tertarik gamelan karena tidak
ada yang memperkenalkan. Selain itu, tidak ada yang
mengajarkan. Artinya, ketidaktertarikan anak muda ini tak bisa
disalahkan. Mayoritas orang tua, bahkan lingkungan sekolah,
tidak mendukung anak mengenal gamelan. Bagi generasi muda,
gamelan sulit diminati kalau dibunyikan seperti masa-masa dulu
pada era orang tua atau kakek dan nenek mereka. Anak muda
sekarang lebih suka jika membunyikan gamelan sesuka mereka
dan dipasangkan dengan alat musik dan seni apa saja. Walaupun
begitu, lewat cara-cara inilah gamelan mendapat jalan untuk
lestari. Gamelan bukan sekadar alat musik tradisional atau obyek,
namun ada spirit di dalamnya, yakni kebersamaan. Yang penting
di sini adalah manusianya, yaitu bagaimana mereka merasa dekat
dengan gamelan.
Perlu dipikirkan pula, demi kelestarian kebudayaan kita
sendiri yang sungguh-sungguh adhi luhur, penuh dengan
estetika, keharmonisan, ajaran-ajaran, filsafat-filsafat, tatakrama,
kemasyarakatan, toleransi, pembentukan manusia-manusia yang
bermental luhur, tidak lepas pula sebagai faktor pendorong insan
dalam beribadah terhadap Tuhan, yaitu dengan sarana kerja keras
dan itikat baik menjaga seni dan budaya sendiri. Jangan sampai
ada suatu jurang pemisah atau gap dengan sesepuh yang benar-
29HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
oto
/HB:F
ah
mi
Foto
/HB:F
ah
mi
F
GusdurKunjungi Salatiga
antan Preasiden Republik Indonesia, KH.
Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal
dengan panggi lan Gus Dur , kembal i Mmengunjungi Salatiga. Kedatangannya kali ini dalam rangka
menghadiri seminar kebangsaan yang diadakan di Quality Hote
Wahid Salatiga (15/4).
Acara ini digelar oleh Paguyuban Nusantara Bangkit
Bersatu bekerja sama dengan Kantor Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Salatiga.
Seminar kali ini mengambil tema Mewujudkan Kota Salatiga yang
Sejuk dan Harmonis.
Dalam seminar tersebut, Gus Dur tampil sebagai key note
speaker (pembicara utama) yang akan mengupas tentang
kebangsaan. Pemateri lainnya adalah Dr. Cahyadi dan Kepala Biro
Hukum Provinsi Jawa Tengah, Priyo Anggoro, S.H., M.Si. Priyo
mewakili Gubernur Jawa Tengah, Ali Mufidz, yang sedianya
menjadi pembicara dalam seminar itu namun berhalangan
hadir.
“Sebenarnya dari dahulu tidak ada masalah dalam
kebangsaan kita. Saya ini keturunan Tiong Hwa dari Puteri
Campa. Bangsa ini merdeka juga atas usaha bersama suku
bangsa yang ada di Nusantara ini,” kata Gus Dur.
Menanggapi permasalahan korupsi yang menjadi musuh
bersama bangsa, Priyo mengungkapkan bahwa korpsi bisa
terjadi dan dilakukan oleh siapa pun. “Sekarang ini, sorotan
masyarakat dan publik, yang namanya korupsi ya dilakukan oleh
eksekutif dan legislatif. Namun sebenarnya, pengusaha ataupun
pegawai juga bisa korupsi,” jelasnya.
Semetara itu, Ketua Panitia Penyelenggara, Sri Yuliani
yang merupakan anggota DPRD Kota Salatiga menjelaskan
bahwa seminar ini tidak ada kaitannya dengan persoalan politik.
“Seminar ini murni berbicara masalah kebangsaan dan tidak
dikaitkan dengan persoalan politik,” tegasnya.
Lebih lanjut, Yulianis menjelaskan bahwa seminar ini
bertujuan mewujudkan Kota Salatiga menjadi kota yang sejuk
dan harmonis, sehingga bersinergi dengan pelaksanaan
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Beberapa tokoh penting juga menghadiri seminar ini,
30
arga kurang mampu di Salatiga kembali
mendapatkan minyak goreng dengan harga
murah. Pendistribusian minyak goreng Wbersubsidi ini dikemas dengan pasar murah. Subsidi sebesar
2.500 rupiah yang diberikan pemerintah ini cukup membantu
warga di saat harga minyak curah di pasaran berkisar 9.500
rupiah.
Pembukaan pasar murah ini berlangsung di Kelurahan
Tingkir Lor pada 31 Maret lalu. Acara dibuka oleh Sekretaris
Daerah Kota Salatiga, Dra. Sri Sejati, M.Si. Rencananya, pasar
murah serupa akan dibuka di 22 kelurahan yang ada di Salatiga.
Total minyak yang akan disalurkan sebanyak 90 ribu liter.
Sekda berharap agar masyarakat memanfaatkan
program ini secara baik. “Harga minyak goreng sebesar 7 ribu
rupiah per liter ini adalah untuk meringankan beban warga
yang kurang mampu,” tegasnya.
Sri Sejati juga menghimbau agar dalam proses distribusi
ini, masyarakat dapat berlaku tertib dan tidak berdesakan.
90 Ribu LiterMinyak Goreng Warga
KH. Abdulrachman Wahid, hadir di sarasehan Nasional Kebangsa-an di Quality Hotel Wahid Salatiga.
Suasana pasar murah minyak oreng curah bersubsidi di Salatiga
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
31
Nasyid Salatigake Jakarta
etelah memenangkan FASI tingkat Jawa Tengah
dan menjadi Juara I, Tim Nasyid dan da'i kecil Kota
Salatiga maju ke tingkat nasional. Perlombaan Sakan dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 3-7 Juli mendatang.
Pelepasan dilakukan oleh Walikota, John M. Manoppo,
S.H., dan Kepala Bagian Sosial, Drs. H. Adi Isnanto, M.M. di Ruang
Sidang Walikota Salatiga, April lalu.
Rombongan terdiri dari para pendamping, pemenang
FASI (festival anak sholeh Indonesia) Jawa Tengah di Semarang
asal Salatiga, yaitu Siti Nurhalisa juara I pidato Bahasa Indonesia,
Satrio Bagas Pamungkas Juara II pidato Bahasa Indonesia dan
Tim Nasyid Elfa Salam sebagai juara I. Sebagai ketua rombongan
adalah Mustofa Dasirun yang juga merupakan Ketua Badan
Koordinasi Taman Pendidikan Al-Qur'an (Badko TPQ) Cabang
Salatiga.
Sambil bercanda, dalam sambutannya, Walikota
berharap agar anak-anak yang akan maju ke perlombaan
tingkat nasional didampingi. “Sebab, jika jauh dari orang tua,
nantinya suara anak-anak tidak keluar,” candanya. Walikota juga
menegaskan, Pemkot Salatiga, DPRD, dan Masyarakat
memberikan dukungan penuh kepada para peserta.
Setelah memberikan sambutan Walikota juga mencoba
kebolehan Siti Nurhalisa dalam berpidato. Sebelum
meninggalkan ruangan, Walikota juga memberikan uang
pembinaan kepada anak-anak yang menjadi juara di Tingkat Jawa
embaga Amalan Islam (LAI) Kota Salatiga
menggelar pengajian dan dzikir bersama. Acara
ini digelar dalam rangka memperingati kelahiran L(Maulid) Nabi Muhammad SAW.
Peserta peringatan salah satu hari raya umat Islam ini
adalah PNS, TNI, dan Polri Kota Salatiga. Peserta tahun ini lebih
banyak dari tahun sebelumnya. Bahkan, peserta sampai
membludak keluar Ruang Sidang III. Suasana peringatan yang
berlangsung pada 2 April itu berlangsung khidmad namun
meriah. Sebagai hiburan, panitia menyuguhkan Hadroh
Modern dari Ambarawa.
Tema yang diangkat panitia peringatan kali ini adalah
Rasulullah Mencintai Kita. Sesuai dengan temanya, K.H. Habib
Hasbullah menyampaikan ceramah bertopik keteladanan
terhadap Rasul. Habib mengatakan, dengan cinta serta rasa
persatuan dan kesatuan, masalah yang kita hadapi akan dapat
terselesaikan dengan baik. Keteladanan inilah yang diberikan
Rasulullah. “Rasulullah SAW sangat menghormati sesama, tak
terkecuali membencinya. Suatu ketika, seseorang meludahi
Rasulullah ketika hendak pergi ke masjid. Namun ketika orang
tersebut tidak ada, beliau malah bertanya tentangnya. Ketika
mengetahui bahwa orang tersebut sakit, Nabi Muhammad SAW
menengoknya,” tuturnya. Habib juga melontarkan pertanyaan
penting yaitu apakah kita mampu berbuat sesuai teladan yang
diberikan Rasulullah SAW.
Ceramah yang diselingi dengan shalawat bersama
kepada Rasulullah SAW oleh dai asal Semarang itu semakin
terasa khidmat dengan adanya dzikir dan doa bersama yang
dipimpin oleh Drs. Nasiruddin dari Kelurahan Randu Acir
MeneladaniRasulullah
Walikota Salatiga, John M. Manoppo, SH melepasan TimNasyid dan da’i kecil Kota salatiga.
Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Lagi-LagiKajari Perempuan
epala Kejaksaan Negeri (Kajari) Salatiga kembali
dijabat oleh seorang perempuan. Setelah acara
lepas sambut (10/4) di halaman Kantor Kejaksaan KNegeri, Chrisnowati, S.H., M.Hum. menyerahkan jabatannya
secara resmi kepada Sri Yatmi, S.H.
Dalam sambutannya, Chrisnowati berpamitan seraya
mohon doa restu. “Saya mengucapkan terimakasih atas
sambutan yang diberikan Pemerintah Kota Salatiga, utamanya
Walikota, serta rekan-rekan muspida selama saya bertugas di
sini,” tuturnya. Chrisnowati harus menyerahkan jabatannya
kepada Kajari baru karena dipindahkan ke Kejaksaan Tinggi
Kepulauan Riau sebagai Asisten Kejaksaan Tinggi.
Sementara itu, Sri Yatmi berharap bisa diterima dengan
baik di Kota Salatiga. “Saya merasa tenang ketika mendengar
bahwa saya dipindah ke Salatiga karena situasi kota ini kondusif
dan tidak banyak masalah.” Kajari baru ini juga berharap dapat
melanjutkan tugas Kajari lama secara lebih baik.
Dalam kesempatan yang sama, Walikota Salatiga, John M.
Manoppo, S.H. mengucapkan terima kasih kepada Crisnowati
karena telah bersama-sama menjaga kondisi Salatiga. Walikota
berharap, Chrisnowati dapat menjalankan tugas lebih baik di
tempat kerja yang baru. Walikota juga menyambut positif
kehadiran Sri Yatmi sebagai Kajari di Kota Salatiga. “Kami semua
menerima ibu dan menganggap ibu seperti keluarga kami,”
tegasnya.
Sebelumnya, Sri Yatmi yang lahir di kota Sragen ini
menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian Tata Usaha
Kejaksaan Tinggi di DKI Jakarta.
Turut hadir dalam acara itu adalah Sekretaris Daerah Kota
Salatiga, Dra. Sri Sejati K, M.M., serta muspida plus. Terlihat
32
pacara bendera memperingati Hari Kartini Kota
Salatiga berlangsung meriah dan penuh
semangat. Meskipun hujan turun, upacara terus Udigelar sampai selesai.
Bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Ketua Tim
Penggerak PKK Kota Salatiga, Rosa Darwanti, SH. MSi.
Sementara itu, Kepala Kecamatan Sidomukti, Nunuk Dartini,
S.Pd., M.Si. menjadi pemimpin upacaranya. Yang berbeda dalam
upacara kali ini, semua petugas adalah perempuan dan
mengenakan kebaya serta sanggul.
Usai upacara, Walikota Salatiga, John M. Manoppo, S.H.,
yang juga hadir dalam upacara itu menyempatkan diri
menghadiahkan setangkai mawar kepada semua petugas
upacara, termasuk kepada Ketua Tim penggerak PKK yang tidak
lain adalah istrinya. Selain itu, diberikan pula penghargaan
kepada perwakilan ketua RT yang telah mengabdikan diri
kepada masyarakat Salatiga. Juga hadir dalam peringatan ini
adalah Muspida Plus, tokoh-tokoh wanita Salatiga, organisasi
wanita Salatiga, dan tokoh masyarakat.
Setelah upacara, acara dilanjutkan dengan dengan lomba
keluwesan busana oleh para ibu dan lomba memasak. Lomba
keluwesan busana digelar di Ruang Sidang II Pemerintah Kota
Salatiga. Sedangkan di halaman Ruang Sidang yang sama
Meski HujanTetap Upacara
Lepas sambut Kepala Kejaksaan Negeri Salatiga
Upacara hari kartini Pemkot Salatiga diwarnai hujan gerimis.
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
33
Seni Salatiga Belum Nyambung
ebagai upaya mencari solusi demi kemajuan sektor
seni di Salatiga, Dewan Kesenian Salatiga (DKS)
mengadakan temu wicara seniman se-Kota SSalatiga.
Pertemuan yang berlangsung di Gedung Pertemuan
(GPD) Kota Salatiga ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pariwisata Seni
Budaya dan olahraga, Dra. Diyah Puryanti, M.Si., Ketua Tim
Penggerak PKK, Rosa Darwanti, S.H., M.Si., Ketua DPRD Kota
Salatiga Sutrisno Supriantoro, S.E., beberapa anggota DPRD,
seniman se-Kota Salatiga, dan Ketua Dewan Kesenian Jawa
Tengah, H. Bambang Sadono.
Dalam pengantar tanya jawab permasalahan kesenian,
Sutrisno yang akrab dipanggil Pak Tris, mengutarakan kurang
optimalnya DKS dalam menyambungkan (menyatukan visi, Red)
semua potensi seni di Salatiga. “Akibatnya, potensi seni di
Salatiga terkesan berkembang sendiri-sendiri. Mereka belum
membentuk satu komunitas yang dapat berfanfaat bagi
perkembangan pariwisata,” ungkap Pak Tris.
Sementara itu, Ketua DKS, Didick Indaryanto, berharap
temu wicara ini dapat menghasilkan solusi. “Saya mengharapkan
masukan dan saran sehingga dapat menjadi koreksi bagi DKS. Hal
ini semata-mata untuk menambah dan menumbuhkembangkan
sektor pariwisata, utamanya bidang kesenian, seperti harapan
Kadinas Pariwisata,” papar Didick.
Adapun Bambang Sadono menyambut baik kegiatan temu
wicara ini. Hal serupa dapat menjaga kelestarian dan
memperkaya budaya lokal.
Pertemuan tanggal 12 April itu juga dimeriahkan oleh
berbagai acara hiburan. Liong Samsi, Reog Ponorogo, grup
paduan suara, pembacaan puisi, gamelan, dan pentas musik turut
ambil bagian dalam pertemuan itu. Tak ketinggalan, tanaman
ri Sultan Hamengku Buwono X berkenan hadir di
Salatiga (22/4). Sri Sultan hadir dalam rangka
memberikan kata pengantar dalam acara bedah Sbuku karangan beliau dengan judul Merajut Kembali Ke-
Indonesian Kita yang diselenggarakan Universitas Kristen
Satya Wacana (UKSW) Salatiga.
Dalam kata pengantar yang sekaligus sambutannya, Sri
Sultan mengutarakan alasan bukunya berjudul Merajut. “Kata
merajut adalah upaya bersama untuk membangun kembali
persatuan-kesatuan bangsa dan ke-Indonesiaan kita,” kata
Sultan. Ditambahkannya, upaya tersebut dilakukan tekun dan
teliti melalui pendekatan budaya, sehingga berbagai etnik
teranyam dalam serat-serat budaya Indonesia yang saling
menguatkan.
Dalam kesempatan itu, Sultan juga mengadaptasi ucapan
Bung Karno di depan Sidang Umum PBB, “To Build the World a
New, ” yang berarti bangunlah suatu dunia di mana semua etnik
hidup dalam suasana damai dan rasa persaudaraan.
Acara bedah buku ditandai pula dengan penyerahan
buku karya beliau kepada Walikota Salatiga, Kris Herawan
Timotius (Rektor UKSW), Kasmun Saparaus (Anggota DPRD),
Garin Nugroho (Cineas), dan mahasiswa.
Tampil sebagai narasumber dalam bedah buku tersebut
adalah Pdt. Em. Brotosemedi Wiryotenoyo, Kutut Suwondo,
Garin Nugroho, Sukardi Rinakit, dan Ivan Haris (Wartawan An
TV).(lux)
Sultan HB X Hadir di UKSW
Temu Seniman dengan Ketua Dewan Kesenian Jawa Tengah
Sri Sultan Hamengku Buwono X bedah buku
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Acara alih kepengurusan yang berlangsung di Ruang
Sidang III Pemkot Salatiga (4/3) ini dihadiri oleh Walikota
Salatiga, John M. Manoppo, S.H., yang juga menjadi dewan
pertimbangan, Kepala Depag, Taufiq Rahman, pengurus lama,
serta pengurus baru.
Sri Sejati selaku ketua yang baru berusaha untuk dapat
meningkatkan penggalian zakat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. “Saya berharap pengurus lama dan dewan
pertimbangan dapat selalu memberikan arahan untuk kemajuan
BAZ Salatiga. Dalam pengumpulan (zakat, Red) saya juga
meminta kepada para pengurus untuk memberikan contoh
sesuai dengan ajaran agama. Jika masyarakat mendapatkan
contoh kemungkinan besar kesadaran masyarakat dalam
mengeluarkan zakat akan meningkat,” lanjutnya.
Sementra itu, Ketua Dewan Pertimbangan BAZ John M.
Manoppo, S.H., memberikan ucapan selamat kepada pengurus
yang baru. “Semoga kinerja di kemudian hari akan terus
meningkat dan membawa kemaslahatan. Ungkapan terimakasih
juga saya sampaikan kepada kepengurusan lama yang telah
Sri SejatiResmi Ketua BAZ
erah terima pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) Kota
Salatiga telah terlaksana. Posisi Ketua BAZ periode
2008-2010 akhirnya di percayakan kepada SSekretaris Daerah (Sekda) Kota Salatiga, Dra. Sri Sejati, Msi.
34
esta Olah Raga tingkat pelajar tahun 2008 di gelar
di Salatiga. Pelaksanaan lomba berlangsung 6 hari
sejak tanggal 14-19 April 2008. Lokasi yang di pilih Padalah Lapangan yonif 411, Stadion Kridanggo, Gedung Olah
Raga (GOR) Hati Beriman dan GOR SKB Ngebul serta Lapangan
olah Raga Damatex.
Cabang olah raga yang dilombakan adalah: Untuk
Tingkat SD dan MI baik Putra dan Putri adalah Bola voly mini,
Sepak Takraw dan Sepak Bola Mini. Sedangkan untuk Tingkat
SMP dan MTs terdiri dari: Bola Voly, Sepak Bola, Sepak Takraw
dan Basket. Sementara di tingkat SMA dan SMU adalah: Bola
Voly, Sepak Bola, Sepak Takraw dan Basket. “Dan dari semua
cabang yang dilombakan, dari Salatiga hanya sepak takraw putri
tingkat SMP yang maju ke Tingkat Jawa Tengah. Kemungkinan
menang 80% jika peserta tidak curi umur” terang Purwanto
selaku koordinator Sepak takraw Salatiga. Untuk Kota Salatiga
penyelenggaraan ini adalah yang pertama. “POPDA yang
digelar setiap tahun sekali ini Salatiga baru menjadi tuan
rumah kali ini.dasarnya adalah penunjukan langsung Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah” jelas Drs. Mulyanto yang
juga sebagai sekretaris penyelenggara.
Sementara itu biaya yang dikumpulkan kepada panitia
dari enam kota dan Kabupaten adalah sebesar 18 Juta.
“Kendala yang kami hadapi adalah masalah pendanaan, dari
tiap kabupaten dan Kota yang turut terkumpul 18 Juta. Ini tentu
sangat berat untuk menggelar kesemua cabang olah raga.
Sepak Takraw Maju ke Jawa Tengah
Sri Sejati Resmi Ketua Baz Kota Salatiga.
Walikota Salatiga, John M. Manoppo, SH saat memberi salampada acara Pesta Olah Raga Tingkat Pelajar
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
35
Panwascam Resmi Dilantik
ada tanggal 16 April lalu, Panitia Pengawas
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Tengah tingkat kecamatan (panwascam) resmi Pdilantik. Acara yang berlangsung di Ruang Sidang DPRD Kota
Salatiga ini dihadiri oleh Walikota Salatiga, Muspida Plus, Ketua
Panwas Jawa Tengah, Ir. Sriyanto Saputro, M.M., tokoh agama,
tokoh mayarakat, akademisi, serta perwakilan partai politik.
Pelantikan dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri
Salatiga, Tumpak Pasaribu, S.H. Jumlah panwascam kali ini
sebanyak 12 orang yang akan bertugas di empat kecamatan.
Setiap kecamatan memiliki tiga orang panwascam dengan
rincian dua orang dari masyarakat umum dan satu dari unsur
kepolisian.
Anggota panwascam ini dilantik setelah lolos uji
kepatutan panwascam yang dilaksanakan Panwas Kota Salatiga.
Tes seleksi ini dilakukan untuk menjaring kader terbaik untuk
mewakili masing-masing kecamatan. Seleksi dilaksanakan di
Ruang Serbaguna DPRD (9/4). Sedangkan keputusan
diserahkan kepada DPRD Provinsi Jawa Tengah.
Para anggota Panwascam ini terpilih dari 13 orang
pendaftar. Tujuh orang pendaftar dari Kecamatan Sidorejo, dua
orang dari Kecamatan Sidomukti, seorang dari Kecamatan
Tingkir, dan sisanya dari Kecamatan Argomulyo.
Ketua Panwas Provinsi Jawa Tengah memberikan ucapan
selamat kepada panwascam yang telah dilantik. “Saya ucapkan
selamat menjalankan tugas kepada panwascam yang telah
dilantik. Saya mohon bantuan sarana kepada Walikota Salatiga
bagi anggota kami, selain itu anggaran berasal dari pemerintah
provinsi,” tutur Ir. Sriyanto. Sebelum acara penutupan, dibacakan
alam rangka memperingati Hari Paskah, umat
Kristiani di lingkungan Pemerintah Kota
Salatiga menggelar acara Paskah Bersama. DMengambil tema Yesus Bangkit Memulihkan
Pengharapan, G.A. Panjaitan, S.Th., pendeta yang memimpin
khotbah mengajak hadirin untuk terus memiliki pengharapan
di tengah dunia yang semakin berat bebannya. Umat yang
hadir juga diingatkan akan kebangkitan Yesus Kristus yang
menjadi dasar iman Kristiani.
Selain menyampaikan pesan Paskah melalui khotbah
pendeta, acara itu juga menjadi sarana penyerahan tali kasih
yang berupa dana bantuan biaya pendidikan bagi beberapa
siswa yang bersekolah di SD Kanisius Gendongan, TK PGRI
Noborejo, SD Kristen III, SMP Kristen I, dan SMK Kristen BM.
Acara ini semakin meriah oleh kesenian angklung dan
kulintang dari GPdI Siloam di bawah asuhan Boaz Rudi M.
Kelompok kesenian ini membawakan beberapa buah lagu
dalam acara yang diselenggarakan di Gereja Pantekosta di
Indonesia (GPdI) Siloam, Jalan Ahmad Yani, Salatiga itu.
Peringatan Paskah yang dilaksanakan pada 3 April itu
diikuti oleh sekitar seribu orang ini. Acara juga dihadiri oleh
Asisten I Sekda Kota Salatiga yang mewakili Walikota Salatiga;
beberapa anggota DPRD; unsur dari Kodim, Polres, dan Yon 411;
serta pegawai di lingkungan Pemkot Salatiga.(shk)
Pesan PaskahMelalui Tali Asih
Pergelaran acara Paskah bersama di Pemkot Salatiga
Pelantikan Panwascam di Ruang Sidang DPRD Kota Salatiga
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Foto/HB:SaktiFoto/HB:Sakti
36 HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Berkaitan dengan misinya, KPU Kota Salatiga
mengadakan Sosialisasi Pilgub 2008 pada 8 April silam.
Sosialisasi yang dilaksanakan di Ruang Sidang III ini diberikan
kepada semua pimpinan unit kerja di lingkungan Pemkot
Salatiga.
Walikota Salatiga, John M. Manoppo, S.H., yang
berkesempatan hadir dalam acara itu menyampaikan
ketegasannya terhadap netralitas PNS dalam Pilgub Jateng
2008. Secara jelas dan gamblang, Walikota menyatakan bahwa
PNS dilarang terlibat dalam kegiatan kampanye mendukung
salah satu calon kepala daerah. PNS juga dilarang menggunakan
fasilitas yang terkait dengan jabatannya dalam kegiatan
kampanye. Selain itu, PNS dilarang membuat keputusan dan
atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon. Walikota juga menyatakan, PNS dapat menjadi
anggota Panitia Pemilih Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan
Suara (PPS), Kelompok Penyelenggara Pemilih Suara (KPPS), dan
Walikota: PNS Harus Netral
alah satu misi Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah
meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk
berpartisipasi aktif dalam pemilihan umum. SPartisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan dalam
mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis.
esuai jadwal yang telah ditetapkan, Sabtu (29/30),
proses pembersihan lahan perluasan SMPN 4
Salatiga dilakukan. Lahan perluasan yang juga Smerupakan aset Pemerintah Kota Salatiga ini berada di Jalan
Patimura, Salatiga. Lahan tersebut terdiri atas lahan kosong di
bagian belakang dan bangunan rumah di bagian depan.
Proses pembersihan dimulai sejak pukul 08.30 WIB dan
dilakukan oleh petugas serta dibantu para siswa dan guru.
Mereka menyiangi semak-semak yang menutupi lahan kosong
yang rencananya akan dibagun untuk sarana belajar berupa
ruang kelas dan lapangan olah raga. Selain itu, petugas juga
menurunkan papan nama yang terpasang di depan bangunan
dan menggantinya dengan papan nama SMPN 4 Salatiga.
Tampak hadir dalam acara pembersihan lahan itu adalah
Kabag Hukum Pemkot Salatiga, Kepala Pengelolaan Barang
Daerah, petugas dari Kepolisian dan Kodim, serta Satpol PP Kota
SMPN 4 Siap Lebarkan Sayap
John M. Manoppo, SH memberi pengaraha pada Sosialisasi Pilgub.
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Foto/HB:PanjiFoto/HB:Panji
Siswa SMPN 4 membersihkan lahan perluasan
37
abu, 26 Maret yang lalu, Korpri Kota Salatiga
mengadakan rapat kerja yang diikuti oleh seluruh
perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah R(SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Salatiga. Rapat Kerja
Dewan Korpri kali ini mengusung tema Netralitas Anggota
Korpri merupakan Salah Satu Kunci Memantapkan Peran Korpri
dalam rangka Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.
Dalam kesempatan itu, Walikota berharap agar anggota
Korpri selalu meningkatkan kemampuannya dan semakin
professional dalam menjalankan tugas. Tak lupa, Walikota
mengingatkan PNS untuk menjaga netralitasnya dalam konteks
pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung di Jawa Tengah
pada tanggal 22 Juni 2008 mendatang.
Bertempat di Gedung Sekretariat Korpri Kridanggo, rapat
kerja dimulai pada pukul 09.00 WIB dan dipadati oleh 210
undangan. Selain Walikota Salatiga, Ketua DPRD, Komandan
Kodim 0714, Komandan Bataliyon 411, dan Kapolres Salatiga,
eluruh perwakilan Lembaga Komunikasi
Masyarakat (LKM) Kota Salatiga dari 22
Kelurahan menghadiri acara Wahana Komunikasi SMasyarakat (WKM) yang diselenggarakan olah Badan
Informasi, Komunikasi, dan Kehumasan (BIKK) Provinsi Jawa
Tengah. Acara ini terselenggara berkat kerja sama antara BIKK
dengan Kantor Informasi dan Komunikasi Kota Salatiga.
Acara yang berlangsung pada 17 April di Ruang
Pertemuan Rumah Makan Elang Sari Salatiga ini bertajuk Peran
LKM dalam Mendukung Terwujudnya Salatiga Hijau. Melalui
acara tersebut, peserta diajak untuk melihat alam dan
lingkungan Salatiga beserta permasalahan yang dihadapi kini
dan kelak.
Narasumber yang mendukung WKM ini adalah Drs.
Muchamad Yulianto, M.Si. (Dosen Fakultas Komunikasi Undip),
Mardyono (Peneliti Lingkungan), dan Soenarto Notosoedarmo
(Dosen Fakultas Biologi UKSW). Ketiganya memberikan paparan
tentang peran penting LKM. LKM sebagai lembaga yang mandiri
dan berakar di masyarakat diharapkan mampu menjadi pelopor
untuk menumbuhkan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian
lingkungan Salatiga.
Peserta yang merupakan perwakilan dari LKM di Kota
Salatiga begitu antusias mengikuti dan melakukan interaksi
tanya jawab yang dipandu oleh Wiyarso, B.A. dari Kantor Inkom
Kota Salatiga. Mereka berharap, pada kesempatan lain,
LKM Kota SalatigaMengikuti Wahana Komunikasi masyarakat
Perwakilan LKM Kota Salatiga menghadiri WKM.
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Walikota: PNS Harus Semakin
Profesional
Foto/HB:PanjiFoto/HB:Panji
Foto/HB:SaktiFoto/HB:Sakti
Rapat Kerja Dewan Korpri Kota Salatiga di gedung sekretariat Korpri Kridanggo .
yang diperlukan SKPD.
Agar proses pengadaan barang tidak membingungkan
setiap SKPD, Bidang Pembangunan Pemkot Salatiga telah
melakukan sosial isai dengan pengiriman bendel
pemberitahuan kepada semua SKPD pada pada tanggal 23
April. Bendel tersebut berisi penjelasan bahwa ULP Pemkot
Salatiga mulai berlaku per 15 April 2008. Dengan demikian,
semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang belum
dimulai menjadi kewenangan ULP Pemkot Salatiga.
Selain itu, setiap SKPD diharapkan untuk segera menyerahkan
dokumen yang diperlukan berkaitan dengan pengadaan
barang dan jasa kepada Bagian Pembangunan Setda Salatiga
selaku Koordinator ULP. Penyerahan dokumen ini harus segera
dilakukan selambat-lambatnya pada 30 April 2008. Dokumen
tersebut meliputi fotocopy DPA; rencana anggaran biaya
masing-masing pengadaan barang/jasa yang ditandatangani
PPKom dan disahkan oleh Pengguna Anggaran; jenis dan
spesifikasi kegiatan yang dituangkan dalam keputusan PPKom
dan disahkan oleh Pengguna Anggaran; serta gambar yang
disahkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran untuk kegiatan pengadaan barang/jasa yang
memerlukan gambar. Khusus untuk jasa konsultasi lainnya,
dokumen dilampiri Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang dibuat
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.(dji)
38 HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Rosa lebih menyoroti perjuangan Kartini dalam mendobrak
tradisi yang membelenggu kaum perempuan tanpa
meninggalkan norma dan kewajibannya sebagai perempuan.
Sementara itu, Nunuk lebih menekankan kepada pentingnya
rasa cinta kepada Kota Salatiga yang memiliki sejarah yang luar
biasa. Rasa cinta ini akan menumbuhkan semangat mengisi
pembangunan di Kota Salatiga. Menggunakan sudut pandang
yang lebih luas, Dwi menyampaikan pentingya rasa
kebersamaan dan musyawarah untuk menyelesaikan setiap
permasalahan sehingga dapat mewujudkan persatuan dan
kesatuan.
Indra Arumsari, S.E., ketua panitia kegiatan ini,
menyampaikan bahwa tujuan penyelenggaraan sarasehan ini
adalah untuk melestarikan nilainilai kepahlawanan dan
terciptanya transformasi nilai kepahlawanan kepada generasi
muda.
Bertempat di Ruang Sidang II Pemkot Salatiga, sarasehan
yang dihadiri 150 orang ini dimulai pada jam 09.00 WIB. Mereka
yang hadiri adalah pelaku sejarah dan generasi muda. Pelaku
Kartini, Salatiga, dan Persatuan
arasehan yang digelar pada Rabu (23/4) ini
menghadirkan beberapa narasumber. Mereka
adalah Ketua Tim Penggerak PKK Kota Salatiga, SRosa Darwanti Manoppo, S.H., M.Si., Camat Sidomukti, Nunuk
Dartini, S.Pd, M.Si., dan Komandan Kodim 0714 Salatiga Letkol
Inf. Dwi Wahyu Winarto. Masing-masing menyampaikan materi
berjudul Menggugah Pesan Kartini; Satu Visi Salatigaku, Kujaga
dan Kubela; dan Melanjutkan Tugas Pejuang Bangsa Demi
Keutuhan NKRI.
Setiap pembicara menyampaikan pesan yang berbeda.
engacu pada Perwali No.13 Tahun 2008,
tanggal, 15 April 2008 tentang Unit Layanan
Pengadaan Barang dan Jasa Kota Salatiga, MPemerintah Kota Salatiga resmi memiliki Sekretariat Unit
Layanan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa.
Ruang berukuran sekitar 3 x 4 meter ini diresmikan
penggunaannya pada Jumat (25/4) lalu. Ruang yang terletak
bersebelahan dengan bagian Hukum Setda Salatiga tersebut
sebelumnya merupakan ruang gudang arsip yang telah di tata
ulang sehingga dapat berfungsi sebagai ruang Sekretariat ULP.
Peresmian yang dilakukan oleh Asisten II Setda Salatiga,
Priyono Sudharto, S.H., itu disertai acara pemotongan tumpeng
yang sangat sederhana. Pada kesempatan itu, Asisten II mewakili
Walikota Salatiga yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya,
Assisten II berharap, sekretariat ULP ini segera dapat
menindaklanjuti segala bentuk pengadaan barang dan jasa
Salatiga Resmi Punya ULP
Letkol Inf. Dwi Wahyu Winarto saat menyampaikan materi kebangsaan
Foto/HB:PanjiFoto/HB:Panji
39
eringatan Hari Ulang Tahun ke-63 Republik
Indonesia masih tiga bulan lagi. Namun, geliatnya
sudah mulai tampak di lingkungan Kota Salatiga. PPada Selasa (22/4) lalu, Dinas Pendidikan Kota Salatiga
bekerja sama dengan Kodim 0714 Salatiga menyelenggarakan
seleksi Pasukan Pengibar Bendera. Seleksi dilakukan di
sepanjang Jalan Stadion Kompleks Stadion Kridanggo. Pasukan
ini akan beraksi pada peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17
Agustus mendatang. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
rutin setiap tahun yang dibiayai oleh APBD Kota Salatiga.
Sebanyak 362 peserta dari SMA/SMK se-Kota Salatiga
begitu antusias mengikuti seleksi tersebut. Maklum, bila lolos
seleksi, mereka berkesempatan tampil di depan khalayak dalam
upacara kemerdekaan nanti. Syukur-syukur kalau bisa lolos
sampai Jakarta. Tentunya hal seperti ini merupakan kebanggaan
tersendiri bagi siswa, sekolah asalnya, dan tak terkecuali, orang
tua.
Menurut Dudi Swabudhi, S.Kar, salah seorang anggota Tim
Penyeleksi Paskibra, seleksi ini dilaksanakan dalam tiga tahap.
Dari setiap tahap, pasti ada yang gugur atau tidak lolos seleksi
sehingga pada akhirnya nanti diperoleh 82 peserta yang lolos dari
362 peserta yang terdaftar. “Dari ke 82 peserta itu, satu peserta
akan mewakili Kota Salatiga mengikuti seleksi Paskibra tingkat
Provinsi Jawa Tengah,” ujarnya. Lebih lanjut, Dudi mengatakan,
peserta yang telah dinyatakan lolos seleksi akan memulai
pelatihan sebagai Paskibra mulai akhir Juli mendatang.(dji)
eberapa waktu lalu, Camat Sidorejo melantik
pengurus LPMK (lembaga pemberdayaan
masyarakat kelurahan) Kelurahan Salatiga Bperiode 20082011. Pelantikan dilaksanakan di Balai Kelurahan
dan dihadiri tokoh masyarakat setempat.
Dalam pengarahan disampaikannya, Camat Sidorejo,
Drs.Muntoqim, mengatakan, keberadaan LPMK sangat
penting karena mewadahi berbagai lembaga kepengurusan
masyarakat. Selan itu, LPMK juga menjadi mitra kelurahan
untuk pembangunan masyarakat setempat.
Oleh karena itu, Muntoqim berpesan agar pengurus
LPMK baru menyusun program kerja sebaik-baiknya untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini.
Apalagi, dalam waktu dekat, masyarakat Kota Salatiga akan
menghadapi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa
Tengah. “Saya berharap, LPMK dapat menggerakan
masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya sebaik mungkin
pada 22 Juni mendatang.”
Dalam kesempatan tersebut, H. Siroen, Ketua LPMK
yang baru dilantik, menjelaskan beberapa program kerja LPMK
ke depan. Beberapa program kerja itu adalah mengadakan kerja
bakti setiap bulan sekali; perawatan saluran selokan di Jalan
Pattimura; penataan pedagang kaki lima di Jalan Kartini; serta
perbaikan Jalan Pemotongan, Jalan Much.Yamin, Makam Wates,
dan lain-lain. “Sebagai pengurus LPMK, kami bertekad untuk
berperan serta secara aktif dalam meningkatkan keadaan
wilayah Kelurahan Salatiga.” Ditambahkannya, selama sepak
terjang LPMK bersifat positif dan memikirkan warga masyarakat,
masalah dana pembangunan tidak perlu dikhawatirkan karena
pasti mendapat bantuan.
Formasi pengurus inti LPMK Kelurahan Salatiga setelah
dilantik adalah H. Siroen (Ketua), Suwandi (Wakil Ketua),
Bambang Ismoyo (Sekretaris), dan Purwanto (Bendahara).
Kepengurusan ini dilengkapi bidang Agama Islam, Kristen, dan
Katolik; bidang pendidikan dan penerangan; bidang kesehatan,
kependudukan, keluarga berencana; bidang olah raga, pemuda,
dan pemberdayaan perempuan; bidang pembangunan; bidang
kebersihan, keindahan, dan lingkungan hidup; bidang ekonomi,
LPMK Gerakkan Masyarakat dalam Pilkada
Seleksi Paskibra 2008
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Lintas Kota
Foto/HB:PanjiFoto/HB:Panji
Seleksi Paskibraka di komplek stadion Kridanggo
Modal Dasar Kecerdasan BangsaPendidikan Anak Usia Dini
sia dini atau usia 0-5 tahun merupakan fase yang
sangat menentukan dalam pembentukan
karakter dan kepribadian seorang anak. UKecerdasan yang Tersembunyi
Rentang usia 0-5 tahun juga merupakan saat-saat yang
sangat penting bagi pengembangan intelegensi permanen anak-
anak. Pasalnya, pengembangan intelegensi hampir seluruhnya
terjadi pada usia di bawah lima tahun. Pada usia ini, anak-anak
sudah memiliki kemampuan tinggi untuk menyerap informasi.
Sebenarnya, anak-anak pada usia dini atau biasa disebut
sebagai usia di bawah lima tahun (balita) memiliki kecerdasan
(potential intelegence) yang luar biasa. Biasanya, anak-anak juga
memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa. Namun, pada umumnya,
orang tua dan guru kurang optimal dalam mengajarkan berbagai
hal pada anak-anak. Akibatnya, kita selalu menyalahkan anak-
anak apabila tingkah laku mereka tidak seperti yang kita inginkan.
Padahal, sesungguhnya, anak-anak usia muda tidaklah
complicated (ruwet) dalam belajar. Sebaliknya, orang tua atau
gurulah yang bermasalah. Tak jarang, orang tua justru menyuruh
anaknya agar diam ketika si anak banyak bertanya. Di mata orang
tua, anak yang banyak bertanya adalah anak-anak cerewet dan
rewel. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan pemahaman orang tua terhadap
perkembangan jiwa anak sehingga kurang tepat dalam
memperlakukan buah hati mereka.
Kebanyakan orang tidak mengenali dan memahami
kemampuan ajaib yang ada pada anak-anak. Mereka hanya bisa
berkata, ”Saya tahu anak-anak belajar lebih cepat,” tetapi mereka
tidak tahu seberapa cepat anak-anak dapat belajar. Sebagai
akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orang tua dan
guru, sebagian besar potensi luar biasa yang ada pada setiap anak
tersia-siakan.
Pendidikan Sejak Janin
Pengetahuan tentang potensi yang dimiliki balita sudah
banyak diketengahkan oleh media massa. Bahkan, sudah banyak
pula penelitian yang dilakukan untuk membuktikan bahwa balita
telah memiliki intelegensi yang tinggi. Oleh karena itu,
pendidikan usia dini prasekolah, dan taman kanak-kanak tidak ,
boleh diabaikan atau dianggap sepele. Bahkan, pendidikan
seorang anak sebaiknya dilakukan sejak anak itu masih berada
dalam kandungan (janin).
K e l u a r g a d a n
m a s y a r a k a t a d a l a h
komponen yang paling
b e r p e n g a r u h d a l a m
keberhasilan pendidikan
anak usia dini. Keluarga dan
m a s y a r a k a t b e r p e r a n
p e n t i n g d a l a m
pembentukan karakter dan
kepribadian anak. Oleh
karena itu, keluarga dan
masyarakat harus dapat
memberikan contoh yang
baik bagi anak-anak. Hal ini karena pada dasarnya, seorang anak
adalah peniru yang ulung. Mereka akan senantiasa mengikuti
atau mencontoh orang di sekitarnya.
Oleh karena itu, orang tua harus mengembangkan
potensi diri dengan cara memperkaya ilmu pengetahuan dan
informasi, baik melalui media massa cetak maupun elektronik.
Dengan demikian, orang tua bisa menjadi pusat informasi
(tempat bertanya) yang baik bagi anak mereka karena orang tua
adalah guru pertama bagi buah hatinya.
Faktor Ekonomi
Menurut data tahun 2001, dari 26,1 juta anak yang ada di
Indonesia, baru 7,1 juta atau sekira 28% anak yang telah
mendapatkan pendidikan. Terdiri atas 9,6% terlayani di bina
keluarga bawah lima tahun, 6,5% di taman kanak-kanak, 1,4%
Raudhatul Athfal, 0,13% di kelompok bermain, 0,05% di tempat
penitipan anak lainnya, dan 9,9% terlayani di sekolah dasar.
Rendahnya angka-angka ini menunjukkan bahwa pendidikan
usia dini belum mendapatkan perhatian yang serius.
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya
perhatian terhadap pendidikan anak usia dini. Banyak orang tua,
justru menganggap pendidikan taman kanak-kanak (TK) tidak
penting. Faktor ekonomi, juga sering menjadi faktor pembenar
untuk tidak memasukan anak-anaknya di bangku TK. Sedikitnya
pendapatan dan naiknya harga kebutuhan pokok
mengharuskan kaum ibu ikut bekerja memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Fenomena inilah yang menyebabkan
perhatian akan pendidikan anak usia dini terbengkalai. Kondisi
Dwi Padmawati, S.Ag*
40 HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Artikel
Dwi Padmawati, S.Ag
Foto: HBFoto: HB
41
ini menjadi semakin parah ketika pendidikan usia dini ternyata
juga kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Bahkan,
payung hukum untuk pendidikan anak usia dini yang mengatur
pendidikan usia dini belum terlaksana dengan baik. Hal ini
terbukti dari terbatasnya jumlah lembaga pendidikan atau
program layanan pendidikan anak usia dini.
Playgroup (kelompok bermain) dan TK memang sudah
banyak bertebaran di berbagai kawasan elit sampai kawasan
kumuh. Dari yang berdana besar sampai yang menggunakan
anggaran seadanya sehingga harus kembang kempis untuk
membiayai operasionalnya. Tetapi, lembaga yang sudah ada ini
hanya berstatus lembaga swasta dengan biaya yang relatif
mahal. Dengan demikian, tidak semua lapisan masyarakat dapat
merasakan pendidikan usia dini. Kendala lain, lembaga
pendidikan itu tidak memiliki program yang terstruktur, dalam
arti tidak adanya keterpaduan antara pendidikan, layanan gizi,
perawatan atau pengasuhan, serta kesehatan.
Perlu Prioritas
Dibandingkan dengan negara tetangga, kita tergolong
tertinggal dalam hal pendidikan anak usia dini. Tengoklah
Singapura. Negara yang wilayahnya lebih sempit daripada
Provinsi Jawa Tengah itu sangat memperhatikan pendidikan
anak-anak usia dini. Hampir seluruh anak-anak usia dini di
negara kecil itu telah mendapatkan pendidikan. Demikian pula
di Korea Selatan.
Human Development Index (HDI) atau tingkat
pengembangan sumber daya manusia di kedua negara itu jauh
di atas Indonesia. Singapura peringkat ke-25, Korea Selatan
peringkat ke-27, sedangkan Indonesia hanya berada di
peringkat 110 dari 173 negara. Hal ini membuktikan, betapa
pendidikan anak usia dini berperan penting dalam
pembangunan sumber daya manusia. Oleh karena itu,
pendidikan anak usia dini perlu mendapat perhatian serius dari
semua pihak, baik dari keluarga, lingkungan maupun pemerintah.
Bagaimanapun, masa kanak-kanak sangat berpengaruh pada
proses tumbuh kembang karakter, kepribadian, dan
pertumbuhan jasmani si anak.
Merujuk pada Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
Pendidikan Anak Usia Dini (RPP PAUD), sudah saatnya,
pendidikan usia dini mendapat prioritas dari semua pihak. Tidak
hanya dalam hal pengadaan sarana, tetapi juga kurikulum dan
program yang terstruktur. Prioritas ini sesuai dengan tujuan
pendidikan usia dini, yaitu mengembangkan potensi kecerdasan
spiritual, intelektual, emosional, dan sosial peserta didik pada
masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang
edukatif dan menyenangkan.
Berbagai sarana penunjang yang berpengaruh secara tak
langsung terhadap pendidikan usia dini juga perlu menjadi
perhatian. Sebagai contoh, sarana kesehatan seperti posyandu
berpengaruh terhadap peningkatan gizi anak. Posyandu dapat
memberikan penjelasan kepada orang tua tentang peran penting
gizi. Gizi mempengaruhi IQ (tingkat kecerdasan) anak. Anak yang
mendapatkan gizi yang buruk berisiko kehilangan 20-13 poin IQ.
Merujuk pada jumlah anak Indonesia yang kekurangan gizi pada
saat ini mencapai 1,3 juta, potensi kehilangan IQ anak di negara ini
adalah 22 juta poin.
Tidak hanya pemerintah, berbagai organisasi
kemasyarakatan pun perlu berperan aktif dalam meningkatkan
perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini.
Organisasi pemberdayaan perempuan, keluarga, atau anak perlu
mengadakan program yang menunjang bagi pemecahan
masalah itu. Misalnya, memberikan pendidikan dan informasi
kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia
dini.
Pendidikan anak usia dini dapat berjalan baik jika semua
pihak dapat saling bekerja sama. Pasalnya, pendidikan usia dini
adalah modal dasar bangsa untuk membentuk generasi penerus
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Fot
BFa
ho
/H:
mi
Fot
BFa
ho
/H:
mi
42
osan dengan obat-obatan buatan pabrik
farmasi? Mungkin, jahe bisa menjadi alternatif.BJahe (Zingiber officinale) merupakan tumbuhan obat
(herbal) yang tumbuh di ladang-ladang berkadar tanah lembab
dan memperoleh banyak sinar matahari. Tumbuhan ini berasal
dari Asia Selatan (India) dan RRC, yang kini banyak ditemukan di
wilayah tropis dan subtropis, contohnya di Indonesia. Tanaman
jahe bisa dipanen apabila daunnya telah menguning.
Rimpang jahe mengandung minyak atsiri, damar, ineral
sineol, fellandren, kamfer, borneol, zingiberin, zingiberol, gigerol
zingeron, lipidas, asam aminos, niacin, vitamin A, B1, C, dan
protein. Minyak jahe berwarna kuning dan kental. Minyak ini
kebanyakan mengandung terpen,
fel landren, dextrokamfen, bahan
sesquiterpen yang dinamakan zingiberen,
zingeron damar, dan pati. Sehingga
Zingerber officinale mengandung 6%
bahan obat-obatan yang sering dipakai
sebagai rumusan obat-obatan atau
sebagai obat resmi di 23 negara. Menurut
daftar prioritas WHO, jahe merupakan
tanaman obat-obatan yang paling banyak
dipakai di dunia. Sejak dulu, jahe
dipergunakan sebagai bumbu dapur dan
aneka keperluan lainnya sepert i
pengobatan alami
Cobalah back tu nature (kembali
kea lam) dengan tanaman obat yang
aman, tanpa efek samping, bahkan
terjangkau ini, untuk keperluan anda
sekeluarga.
Khasiat Jahe:
·Menghilangkan mual
Mual-mual dapat dihilangkan dengan
r a m u a n i n i . P o t o n g j a h e
secukupnya dan memarkan,
kemudian campur dengan sedikit
asam jawa dan gula pasir. Seduh
dengan air panas lalu diminum.
·Mengobati panu.
Tumbuk dua ruas jahe dan segenggam
daun turi. Balurkan pada kulit yang berpanu. Lakukan
pengobatan ini pada pagi dan sore sesudah mandi.
· Meredakan influensa
Minum rebusan jahe, caranya potong
jahe rebus dan kemudian beri gula jawa secukupnya dan
tambahkan sedikit garam dapur. Masak sampai
mendidih. Minum jika sudah dingin.
·Menyembuhkan pegal
Jahe dan kencur yang ditumbuk halus amat pas untuk
menyembuhkan pegal. Caranya oleskan campuran ini
pada bagian yang pegal. Biarkan sesaat sampai pegal
berkurang.
·Mengobati batuk
Jahe sangat ampuh untuk menghangatkan tubuh dan
meredakan batuk. Bakar 15 gram jahe selama 15 menit
kemudian dimemarkan. Seduh dengan 1 gelas air panas
dan tambahkan 1 sendok makan madu. Minum setelah
diaduk rata.
·Mengobati mulas sewaktu haid
Ramuan ini amat manjur untuk mereka yang kerap mulas
di waktu haid. Sediakan 1 potong jahe sebesar ibu jahe, 1
potong kunyit sebesar ibu jari, ½ kencur sebesar ibu jari.
Si Rimpang Kaya Manfaat
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
T i p s
43
edang ronde....hmmm....tentu lebih nikmat
diminum pada malam hari. Terlebih di Kota
Salatiga yang berhawa sejuk begini.WBagi warga Kota Salatiga, tak sulit untuk menemukan
sentra pedagang wedang ronde. Sentra ini dapat dijumpai di
sepanjang trotoar ruko Jalan Jenderal Sudirman. Di lokasi yang
terletak di pusat Kota Hati Beriman ini, terdapat puluhan
pedagang kaki lima alias PKL spesialis wedang ronde. Mereka
setia menggelar angkringan untuk menjajakan ronde. Para
pedagang ini berjualan setiap hari mulai pukul 17.00 WIB hingga
dini hari.
Menariknya, dari sekian banyak pedagang tersebut ada
yang mencoba berkreasi membuat varian (macam) baru
wedang ronde. Varian baru ini bernama ronde susu. Sebenarnya,
cara pembuatan ronde susu tidak jauh berbeda dengan ronde
biasa. Bedanya, kalau bahan minuman ronde biasa adalah air,
minuman ronde susu berasal dari susu segar. Bagi pembeli yang
hobi minum susu segar, ronde susu ini tentu terasa lebih nikmat
dan gurih.
Nah, bagi Anda yang menginginkan wedang ronde yang
lebih variatif (beragam), bisa mencoba di Jalan Merapi.
Menyusuri jalan kecil yang menghubungkan Lapangan
Pancasila dengan pertokoan Makutarama ini, kita akan
menjumpai sebuah warung. Warung yang terletak di sisi timur
Jalan Merapi, tepatnya di depan rumah nomor 14, ini
menjajakan beraneka wedang ronde. Wedang ronde di sini
dikenal dengan Wedang Ronde Mak Pari. Warung ini
menjajakan beraneka ragam wedang ronde. Mulai ronde
komplit, jahe, coklat, susu, wijen, rumput laut, jeruk, serta kacang
ijo. Harganya pun murah, hanya 2500 rupiah per mangkuk.
Penjual ronde mak Pari adalah Slamet Waluyo, 30, yang
tidak lain adalah cucunya mak Pari. Ia telah tiga tahun
menggantikan Sumini, anak tunggal mak Pari yang telah
meninggal tahun 1991 silam. Sebelumnya, Sumini telah
berjualan ronde selamasekitar20 tahun.
Menurut Waluyo, neneknya mulai berjualan ronde susu
pada tahun 1943. “Tempatnya memang selalu berpindah.
Namun, yang paling lama di Jalan Merapi ini,” tambahnya.
Mak Pari memang dikenal menjual ronde susu. Setiap
menu minuman memiliki isi yang berbeda. Untuk ronde susu
atau coklat sama dengan ronde biasa hanya airnya diberi susu
atau coklat.
Namanya ronde, memiliki kekhasan, yaitu bulatan yang
dibuat dari tepung ketan yang disebut ronde itu sendiri.
Kebanyakan penjual membuat ronde yang berisi gula merah.
“Kita ada (membuat ronde) yang berisi wijen dan kacang ijo,”
imbuh Waluyo.
Selain ronde, penyajian wedang ronde juga disertai
pernak-pernik ampas. Pembuatan pernak-pernik ampas yang
antara lain berupa agar-agar dan kacang goreng itu cukup
sederhana. “Tidak ada yang sulit dalam membuat wedang ronde,
semuanya mudah dibuat, termasuk membuat rondenya yang
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Potensi
Ronde Susu Uenak Tenan.........
Ronde Susu Uenak Tenan.........
Bahan Ronde (untuk 6 porsi):·200 gr tepung ketan·25 gr tepung kanji·2 sdm air kapur sirih·2 sdm gula pasir·100 ml air hangat·Pewarna merah dan hijauBahan Isi :·100 gr kacang tanah, kupas, sangrai, haluskan.Bahan Wedang :·1 liter air (susu segar)·225 gr gula pasir·150 gr jahe, kupas, memarkan·5 lembar daun jeruk purut
Cara Membuat :1. Rebus bahan wedang hingga mendidih, saring,
sisihkan.2. Aduk tepung ketan, kanji, air kapur sirih, gula pasir,
dan air hangat hingga kalis.3. Bagi menjadi 3 bagian, satu bagian dibiarkan tanpa
warna. Dua bagian sisanya masing-masing diberi warna merah dan hijau.
4. Ambil sedikit adonan lalu bulatkan. Ambil lebih banyak lagi adonan, tambahkan bahan isi.
Rebus dalam air mendidih hingga terapung. Angkat bulatan yang terapung lalu masukkan dalam larutan gula.(Resep: Kompas)
Salah satu pedagang wedang ronde di Salatiga
Foto/HB:FahmiFoto/HB:Fahmi
Petilasan
Eyang Sumo
i satu sisi, ziarah ke sebuah petilasan dianggap perbuatan syirik. Di sisi lain, tak bisa dipungkiri Dbahwa masih banyak masyarakat kita yang merasa
membutuhkan keberadaan sebuah petilasan.
Demikian halnya dengan petilasan cungkup eyang R. Sumo Ningrat. Petilasan berukuran 10x8 meter persegi ini terletak di tengah kebun warga Kauman Jadi di Kelurahan Kauman Kidul. Tentu saja, petilasan ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat setempat.
Sejarah petilasan ini berawal dari sebuah peristiwa saat Kerajaan Mataram masih dipimpin oleh Sultan Agung. Ketika itu, pasukan Kerajaan Mataram menyerang penjajah Belanda VOC di Batavia. Eyang Sumo, salah satu putra Sultan Agung dari salah satu isteri selirnya, adalah komandan pasukan Mataram itu. Selama peperangan itu, eyang Sumo dan pasukannya mengalami kekalahan. Karena kalah, eyang Sumo tidak kembali ke Mataram. Sesuai hukum Mataram yang berlaku saat itu, komandan pasukan yang kalah perang akan mendapat hukuman jika kembali ke Mataram. Untuk menghindari hukuman itulah, Eyang Sumo beserta anggota pasukannya yang masih hidup menetap di Kauman Kidul.
Menurut H. Arisno, BA, kelahiran eyang Sumo lebih awal jika di bandingkan Amangkurat I dari puteri permaisuri. “Lama-kelamaan, keberadaan R. Sumo Ningrat diketahui pihak keraton,” kata penduduk setempat yang masih memiliki garis keturunan dari eyang Sumo ini. Namun, eyang Sumo tetap menetap di Kauman Kidul sampai akhir hayatnya dan dimakamkan di wilayah itu juga.
Sebagai keturunan keluarga kerajaan, setiap tahun, pusara makamnya selalu diberi kain putih. “Tetapi, pada jaman Jepang, kami tidak pernah mendapat bantuan kain kelambu putih,” tutur Arisno.
Sudah bukan hal yang aneh bahwa di petilasan makam kerabat kerajaan ada beberapa kejadian yang aneh. Namun, menurut Arsino, pada intinya, kejadian-kejadian aneh itu mengingatkan manusia untuk bertingkah laku baik dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Salah satu kejadian aneh yang pernah terjadi adalah proses
pembangunan cungkup itu. Pembangunan cungkup R. Sumo Ningrat dilakukan oleh warga setempat karena mereka merasa mendapat bisikan hati. Namun, kijing yang berupa batu masih dibiarkan utuh seperti sediakala.
Sejak jaman Arisno muda hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang berziarah dan berdoa di bangunan itu. Suatu ketika, ada seorang warga yang sedang sakit dan minta petunjuk pada paranormal yang tinggal di Tegalrejo. Warga yang sakit ini diberi petunjuk supaya berziarah ke lokasi makam itu sambil berdoa kepada Tuhan. Usai berziarah dan berdoa, pasien itu mendapat petunjuk agar bagian tubuhnya yang sakit diberi debu. Setelah petunjuk itu diterapkan, ternyata dia sembuh dari penyakitnya.
Demikian halnya ketika Arisno beserta pemuda lain diuber-uber pemuda PKI dengan parang dan tongkat menjelang meletusnya G 30 S pada tahun 1965. Sebanyak 21 orang pemuda Kauman Kidul berkumpul di lokasi makam dan berdoa kepada Tuhan Yang Esa untuk menenangkan situasi yang mencekam. Ajaib, pemuda PKI yang mengejar mereka tidak tahu bahwa di lokasi makam itu ada beberapa pemuda sedang berdoa.
Pernah ada kejadian yang lucu di sekitar makam eyang Sumo. Ada seseorang yang sedang memburu tupai. Tupai itu melompat dengan lincah hingga akhirnya berada di atas pohon dekat makam. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, si penembak pun langsung memberondongkan tembakan. Tupai pun mati. Namun, seketika itu juga, si penembak mendapati sekujur tubuhnya gatal-gatal, bahkan seluruh tubuh terasa kejang. Penduduk sekitar yang mengetahui hal itu langsung bertindak dengan cepat. Mereka mengambil air putih dan membaca surat al Fatihah sebanyak tiga kali. Lalu, air putih itu diberi tumbuhan lumut kijing. Selanjutnya, campuran air putih dan lumut kijing diusapkan ke seluruh tubuh yang gatal. Dalam sekejap, si penembak menjadi sehat kembali.
Masih ada keanehan lain. Di sekitar makam ada tanaman yang cukup unik. Tanaman itu adalah pring pethuk, yakni tanaman bambu yang memiliki daun berwarna hijau dan kuning. Ada seorang warga yang menginginkan tanaman bambu itu dan meminjam gergaji. Ternyata tanaman itu tidak bisa dipotong.
Sebuah petunjuk gaib pun muncul dan menyatakan bahwa yang berhak memotong adalah Arisno. “Ternyata, saya bias memotongnya dengan baik,” kata Arisno. Potongan kecil pring pethuk pun diserahkan ke Keraton Solo. Ketika di Keraton Solo, kedua potongan kecil bambu itu ditekan sehingga dengan ajaib mengeluarkan batu berwarna merah dan putih.
Peziarah yang mengunjungi makam R. Sumo Ningrat biasanya membawa bunga mawar, bunga kantil, kenongo, dan boreh seperti parutan kunir. Bahkan, kita dapat menjumpai bekas bakaran kemenyan yang bertumpuk dan dupa harum di dekat kijing. Ini menandakan bahwa lokasi itu sering
44
Makam eyang R. Sumo Ningrat
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008
Legenda
Foto/HB:KoestonoFoto/HB:Koestono
HATIBERIMAN, Vol. 2 No. 2, Mei 2008 45
Karikatur
Adik . . . . . !
Ambilkan kacamata
bapak ya .......
Wah, lagi belajar ya?
Sejak ada taman bacaan, adik jadi
suka pinjam buku .........
Kali ini adik pinjam buku apa ya ?
Wah, pasti pinjam buku
Matematika, IPA, IPS dan Bahasa
Inggris !
He he he
Pinjam
Komik kok pa . . .
MENDATAR:1.Kata perintah (diulang), 2.Persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, 6.Palang Merah Indonesia, 8Undang-Undang Dasar, 9.Burung yang melambangkan perdamaian, 12.Surat Ijin Mengemudi, 13.Wilayah geografis yang digunakan untuk keperluan tertentu, 15.Bagian yang dimainkan, 18.Belas kasihan, 19.Atas Nama(Singk), 22.Cabang Olah Raga, 25.Plat Kendaraan Jambi, 28.sarjana Ekonomi, 29.Piala Bulutangkis Putra, 30.Angkatan Udara, 33. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 34.Alat pemindah barang, 36.Dalam(Inggris), 37.Surat Keputusan, 38.Pengendali Delman, 41.Perawatan dan Terapi, 42.Tiruan bunyi desis, 43.Satuan Kerja Perangkat Daerah
MENURUN:1.Harapan, 3.Nomor Induk Pegawai, 4.Gelar bangsawan Bugis, 5.Nama Negara, 7.mayat yang diawetkan, 10.Gembira, 11.Tube, 13.Akademi Angkatan Udara, 14.Satu, 15.Pandai, 16.Negara Kita, 17.Mengakibatkan kebakaran, 20.Burung Kakak Tua Berbulu Merah dan Hijau, 21.Bentuk Pemerintahan yang berkedaulatan Rakyat, 23.Syurga, 24.Universitas Terbuka (Singk), 25.Ular sejenis Piton, 26.Hak Milik(singk), 27.Nami yang memiliki kitab Injil, 28.Memberi sesuatu dengan berharap, 31.Pendidikan Guru Sekolah dasar(Singk), 32.Lawan Bawah, 35.Kepala Keluarga(Singk), 36.Indek Prestasi, 39.Poros, 40.Sarjana Pertanian.
Total Hadiah Rp. 300.000,-untuk 6 orang pemenang @Rp. 50.000,-
Teka Teki Silang HB 36Teka Teki Silang HB 36P N T B
KU O TS H 36
P N T B
KU O TS H 36
KETENTUAN MENEBAK :1. Jawaban ditulis di Kartu Pos atau lembar
tersendiri dengan mencantumkan Kupon TTS HB 36 (bisa foto kopi) kirim ke Redaksi Majalah Hati Beriman, tulis nama dan alamat lengkap.
2. Jawaban diterima Redaksi paling lambat tanggal 28 Juni 2008
3. Pemenang akan diumumkan pada Majalah Hati Beriman, Vol. 2. No. 3, Juli 2008
4. Akan diundi 6 (enam) orang pemenang masing-masing Rp. 50.000,00 dari sponsor.
5. Pemenang dapat mengambil hadiah di Kantor Redaksi Majalah Hati Beriman dengan menyertakan foto copy identitas diri.
PEMENANG TTS HB 35
1.Irny Melawati Johan, SEJagalan RT 01/RW 05 Kel. Cebongan, Kec. Argomulyo Salatiga.
2.Erin Diyah SariJl. Bangau No. 97 RT.5 RW.9 Klaseman, Mangunsari, Salatiga
3.Sri HastutiJl. Pramuka No. 52 Kalisombo Salatiga
4.RudiyantoJl. Tanggul Ayu RT.02/13 Salatiga
5.Bintari Rasti BangsaJl. Johar 36 Salatiga
6.Rinto NugrohoJl. Kalibaru RT.03/05 Salatiga
30
41
36
34 35
32
40
31 33
22 25 28
29
24
1 3 4 5
18
20
19 9
12 13 14
8
15
6
16
21
38 39
42 43
27
7
2
1110
17
19
23 26
37
KANTOR CABANG SALATIGA JL. PEMUDA NO. 1 SALATIGA TELP. (0298) 324750, 324751
FAX (0298) 324751 TELEX 22800 BPD SLG IA
Mitra Usaha SejatiMitra Usaha SejatiJl. Buksuling Salatiga Telp. (0298) 323001
PD. BPR KOTA SALATIGAKOTA SALATIGABank Perkreditan RakyatBank Perkreditan Rakyat
Rilek’s
LensaFoto atas : Sekda Kota Salatiga, Hj. Dra. Sri Sejati Kusumaningsih, MM sedang menyaksikan pameran buku di Salatiga. Foto bawah : Petugas Satpol PP Kota Salatiga (kiri) dan siswa SMP (kanan) sedang berbondong-bondong membaca buku di perpustakaan keliling.
9 7 7 1 9 7 8 5 7 9 8 0 5
IKLAN LAYANAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA INI DISAMPAIKAN OLEH REDAKSI MAJALAH HATIBERIMAN
Majalah Berita Warga Kota Salatiga
IKLAN LAYANAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA INI DISAMPAIKAN OLEHREDAKSI MAJALAH HATIBERIMAN
Majalah Berita Warga Kota Salatiga
Ilmu itu lebih baik daripada harta.Ilmu menjaga engkau
Dan engkau menjaga harta.Ilmu itu penghukum (Hakim)
dan harta terhukumHarta itu kurang
Apabila dibelanjakanTapi ilmu bertambah apabila dibelanjakan
(Sahabat Ali)
Ilmu itu lebih baik daripada harta.Ilmu menjaga engkau
Dan engkau menjaga harta.Ilmu itu penghukum (Hakim)
dan harta terhukumHarta itu kurang
Apabila dibelanjakanTapi ilmu bertambah apabila dibelanjakan
(Sahabat Ali)