Download - Magic Sejarah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar dikelas guru memberikan materi dan konsep kepada
siswa dengan kreativitas dan strategi pembelajaran yang berkaidah kepada pembelajaran-
pembelajaran revolusioner seperti : PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inspiratif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan) dan PAINO (Pembelajaran Atraktif dan Inovatif), CTL (Contextual
Teaching and Learning), CL (Cooperative Learning), Active Learning dan lain sebagainya.
Kesemuanya ini diterapkan guru dalam upaya memberikan suasana demokratis,
menyenangkan dan bermakna. Siswa yang belajar dilandasi dengan rasa suka, senang
dan terbebas dari tekanan atau ancaman maka otak akan terbuka, kapasitas saraf untuk
berpikir rasional akan membesar. Hal inilah yang dikenal sebagai eustress. Pada kondisi
eustress, seseorang sangat intens terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal lain
seakan-akan tidak berarti lagi. Dampak positipnya, siswa mampu mengakses Higher Order
Thinking Skills (HOTS) yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi (Csikszentmihalyi,1990:4).
Menurut Gardner (1995:94), agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai HOTS maka
seorang siswa harus mengerjakan tugas yang tepat dan menemukan sesuatu yang
menyenangkan. Hindari, siswa merasa bosan karena akan berontak dan berulah. (Doko
Harwanto.hal 2)
Sejalan dengan Gardner, psikolog bernama Walberg (1997) berpendapat bahwa
siswa yang belajarnya memuaskan, menantang dan ramah serta dilibatkan dirinya dalam
pembuatan keputusan akan meningkatkan partisipasi siswa secara sukarela. Hal ini akan
meningkatkan hubungan dan kepercayaan dalam pembelajaran. Untuk menarik partisipasi
siswa, seorang guru harus mampu membangun hubungan dengan cara menjalin rasa
simpati dan saling pengertian. Membina hubungan akan memudahkan guru melibatkan
siswa, memudahkan pengelolaan kelas, memperpanjang waktu fokus belajar dan
meningkatkan kegembiraan. Selanjutnya, akan berdampak pada peningkatan minat, citra
dan hasil belajar siswa.(Doko Harwanto hal 2)
Pembelajaran Pendidikan Sosial bidang kajian Sejarah di SMP Internat Al-Kausar
Kabupaten Sukabumi dilaksanakan lebih banyak menggunakan cara konvensional yakni :
guru aktif menjelaskan materi sementara siswa mendengarkan dengan duduk manis, kalau
dirasa penting boleh dicatat, dan jangan ada yang mengantuk. Hal ini dilakukan karena
dalam paradigma guru bahwa siswa lebih berminat mata pelajaran yang di UN (ujian
nasinal) kan dari pada pelajaran Pengetahuan Sosial. Hal ini didukung oleh kebijakan
sekolah yang mengujikan mata pelajaran yang di ujian nasionalkan dalam tes blok terjadwal
(setting seperti ujian nasional) bagi seluruh kelas (7, 8, dan 9). Dalam diri siswa terbentuk
bahwa pelajaran selain yang diujian nasionalkan adalah tidak penting dan dianggap
sebelah mata (diremehkan).
Kondisi demikian sangatlah tidak efektif dan efisien, terutama pada pencapaian
kompetensi Pendidikan Sosial siswa.Bukan itu saja, tuntutan pembelajaran pendidikan
sosial bidang sejarah adalah mendidik siswa untuk menjadi pribadi-pribadi yang
menghargai sejarah Bangsanya, mengambil hikmah dari peristiwa masa lalu untuk
pelajaran di masa depan, dan akhirnya menjadi pribadi yang mencintai bangsa dan
negaranya. Sehingga guru sadar bahwa kondisi ini akan menimbulkan kontraproduktif dan
kontraindikasi yang tidak baik terutama dalam diri siswa. Jika kondisi ini semakin parah,
maka siswa akan merasakan suasana monoton, siswa hanya menerima dari guru,
kreativitas dan daya imajinasi akan hilang serta terjadi kebekuan dalam kelas dengan suhu
dan musim boring and lazy (bosan dan malas).
Proses pembelajaran tersebut mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
1. Siswa kurang memiliki kemampuan berpikir dan mengolah informasi sejarah menjadi
suatu pelajaran untuk kehidupannya di masa depan .
2. Pengetahuan yang diperolehnya masih berupa sekedar informasi-informasi lepas tanpa
makna apalagi sampai menyentuh sanubari siswa dalam pembangunan karakter
(Caracter Building).
3. Kemampuan siswa dalam menanamkan konsep serta membenarkan lalu menjadikan
suatu karakter positif sebagai nilai-nilai kebaikan sangat rendah
4. Kreativitas dan kemampuan imajinasi dalam diri siswa sangatlah kurang, karena siswa
pasif akibat menerima saja tanpa aktivitas.
5. Siswa kurang mampu merubah informasi-informasi atau konsep-konsep pembelajaran
menjadi sesuatu yang memiliki daya dobrak ruhiyah mewujudkan suatu karakter mulia
yang melekat abadi dalam dirinya.
6. Siswa kurang mampu mengingat, memahami serta menghayati peristiwa sejarah
bangsa dan negara Indonesia sehingga kurang sekali dalam pemaknaan sikap
patriotisme di kehidupan sehari-hari
Permasalahan di atas harus segera dicarikan solusinya. Alternatif tindakan, antara
lain meningkatkan derajat hasil belajar siswa pada taraf kemampuan bersikap dan
bertindak. Untuk itu, penulis menerapkan pembelajaran Pendidikan Sosial bidang Sejarah
materi Pendudukan Jepang dan persiapan Indonesia Merdeka melalui Teknik
Pembelajaran MAGIC (Media Aktif, Gestural, Integratif dan Cerdas) pada siswa kelas VIII
SMP Internat Al-Kausar Kabupaten Sukabumi pada semester dua Tahun Pelajaran
2008/2009 .
2
Belajar menggunakan teknik pembelajaran MAGIC memungkinkan siswa terlibat
aktif dalam proses belajar. Suasana senang, menantang, aktif akan menjadikan suasana
kelas semakin hidup. Menurut Arief S.Sadiman (1993:77) permainan dapat memberikan
umpan balik langsung.Umpan balik secepatnya atas apa yang dilakukan akan
memungkinkan proses belajar yang lebih efektif. Umpan balik tersebut memberitahukan
apakah yang dilakukan tersebut benar, salah, menguntungkan atau merugikan. Permainan
memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun pesan-pesan kedalam situasi dan
peranan yang sebenarnya di masyarakat. Menurut Melvin L Silberman (1996:10) belajar
aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat, dan penuh gairah. Siswa bahkan sering
meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa, dan berpikir keras ( moving about
and thinking aloud). M.Uzer Usman (1992:20) mengatakan bahwa makin banyak siswa
terlibat aktif dalam belajar, makin tinggilah kemungkinan prestasi atau hasil belajar yang
dicapainya.
Pembelajaran melalui MAGIC memiliki beberapa keuntungan bagi siswa. Terutama
berkaitan dengan konsep kecerdasan ganda (multiple intelegences) yang dikembangkan
oleh Howard Gardner. dari Harvard University. Keuntungan tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Siswa SMP Kelas VIII yang rata-rata berusia antara 13-14 tahun masih berproses dalam
menemukan jati diri ini masih sangat labil pembangunan karakternya. Adanya strategi
terpadu ini dapat membantu siswa untuk memahami karakter-karakter positif sebagai
generasi penerus bangsa.
2. MAGIC yang dibuat secara terpadu antara Media Balajar Aktif (Melati), Permainan dan
Sosiodrama Jejak Pejuang menarik perhatian siswa untuk berusaha memahami konsep
materi dan penanaman jiwa patriotisme.
3. Konsep-konsep yang dituangkan dalam MAGIC yang unik dan menarik
(mengembangkan Multiple Inteligence)akan lebih mudah dipahami oleh siswa yang
cenderung memiliki kecerdasan Majemuk
4. MAGIC yang diterapkan dengan Melati, Permainan dan Simulasi akan mudah
menanamkan kognitif dan afektif dari konsep-konsep yang diberikan.Ini sangat efektif
diberikan kepada siswa dalam menanamkan kecerdasan sosial (Social Inteligence)
5. Tindakan belajar yang dilakukan secara kelompok (tim) dalam melaksanakan MAGIC
dapat menumbuhkan sentuhan sanubari secara efektif, membangun semangat juang dan
saling percaya akan kontribusi teman setim. Teknik ini membantu siswa
mengembangkan kecerdasan spiritual (keyakinan).
Mengingat beberapa kelebihan di atas, maka penulis berusaha secara serius untuk
menerapkan Teknik Pembelajaran MAGIC dalam pembelajaran Pendidikan Sosial bidang
Sejarah kajian materi Pendudukan Jepang dan persiapan Indonesia Merdeka untuk
3
meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis dalam memaknai nilai-nilai
patriotisme siswa kelas VIII SMP Internat Al-Kausar Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di latar belakang, penulis menyusun permasalahan sebagai
berikut, ”Apakah Teknik Pembelajaran MAGIC dalam pembelajaran Pendidikan Sosial
bidang Sejarah kajian materi Pendudukan Jepang dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia
dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis dalam memaknai nilai-
nilai patriotisme pada siswa kelas VIII SMP Internat Al-Kausar Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat semester 2 Tahun Pelajaran 2008/2009?”.
C. Sajian Definisi
1. MAGIC : Akronim dari Media Aktif, Gestural, Inspiratif dan Cerdas. Media
Aktif adalah Bahan atau alat pembelajaran yang meningkatkan
keaktifan dalam berpikir kritis dengan media Tangga Sejarah
dan Papan Ingatan. Gestural Inspiratif adalah bentuk-bentuk
permainan yang mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan dan langkah bijak, sedangkan kritik sinema sejarah
adalah bentuk dari cerdas sejarah yakni mengamati film
sejarah (Soerabaya 45) lalu siswa mendiskusikan, mengkritik
dalam bentuk diskusi sinse. (definisi penulis)
2. Pengetahuan
Sosial Sejarah : Ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generaliasai yang berkaitan dengan isyu sosial. Sedangkan
Sejarah adalah bagian dari pengetahuan Sosial yang mempelajari
kejadian kejadian masa lalu atau silsilah-silsilah yang merupakan
babak atau periode kehidupan manusia 1945. (Mamat Ruhimat
dkk, 2008: III)
3. Berpikir Kritis :aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran
sebuah pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan
untuk menerima, menyangkal, atau meragukan kebenaran
pernyataan yang bersangkutan (Matildas. 1996:17).
4
4.Patriotisme : Faham atau isme mencintai tanah air dengan nilai-nilai
kejuangan para pahlawan bangsa. (Leonardo D Marsum dkk,
2000:267)
D. Tujuan dan Manfaat Kegiatan
1. Tujuan Kegiatan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memaknai nilai-nilai patriotisme siswa
pada kajian pendudukan Jepang dan persiapan Indonesia Merdeka
b. Tujuan Khusus
1).Meningkatkan hasil belajar siswa sebagai wujud dari kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial bidang Sejarah.
2).Meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
Pengetahuan Sosial bidang Sejarah.
3).Meningkatkan penguasaan konsep dan pengamalan sikap Patriotisme sebagai
penanaman segi afektif dalam kajian materi pendudukan Jepang dan
perjuangan mewujudkan Indonesia merdeka.
2. Manfaat Kegiatan
a. Siswa
1). Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memahami
materi dalam upaya meningkatkan hasil belajar.
2). Membantu dalam keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan.
yang tepat dan bekerja scara kelompok (sosialisasi).
b. Bagi Guru
1). Memperbaiki kinerja guru.
2). Menciptakan proses pembelajaran lebih inovatif dan menyenangkan.
3). Meningkatkan profesionalisme guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
4). Menambah wawasan terhadap pemanfaatan strategi pembelajaran di kelas.
b. Bagi Sekolah
1). Menemukan solusi bagi peningkatan kemampuan guru dan siswa dalam
memanfaatkan berbagai strategi pembelajaran yang efektif.
2). Memperbaiki kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang
lebih inovatif, kreatif, menyenangkan, dan tidak monoton.
3). Membantu sekolah dalam memberikan pendidikan anti korupsi sebagai
perwujudan pembinaan generasi anti korupsi.
4). Membantu dalam membuat kebijakan sistem pembelajaran di sekolah.
5
BAB II
METODOLOGI
A. Ruang Lingkup Kegiatan
1. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah mata pelajaran IPS Sejarah materi Pendudukan Jepang
dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia, pada :
a. Standar Kompetensi
Memahami usaha persiapan kemerdekaan.
b. Kompetensi Dasar
Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia.
b.1 Pendudukan Militer Jepang di Indonesia dan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia.
b.2 Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan dan Pembentukan Indonesia Merdeka
c. Materi Pokok Pembelajaran
c.1. Pendudukan Jepang di Indonesia.
c.2. Kekalahan pasukan Jepang dan Janji Kemerdekaan bagi Bangsa Indo
nesia.
c.3. Sidang BPUPKI bagi persiapan Kemerdekaan Indonesia.
c.4. Terbentuknya PPKI.
2. Model / Metode / Teknik Pembelajaran
1) Model Pembelajaran : Gestural Learning and Active Learning
2) Strategi Pembelajaran :
a) Penggunaan Media Belajar Aktif (Melati).
b) Permainan Berpikir Kritis Sejarah (Gestural critical thinking)..
c) Diskusi dan Tanya Jawab Sinse (Sinema Sejarah)
3) Teknik Pembelajaran : MAGIC
3. Media Pembelajaran
a. Sinse (Sinema Sejarah).
b. Tangga Sejarah (Taser).
c. Papan Ingatan Sejarah ( Papingah).
4. Hasil Kegiatan Pembelajaran
Hasil pembelajaran IPS Sejarah materi Pendudukan Jepang dan persiapan
Indonesia Merdeka pada siswa kelas VIII SMP Internat Al-Kausar semester 2 Tahun
6
Pelajaran 2008/2009, meliputi kemampuan : a. Menjelaskan konsep, b.
membandingkan c. korelasi sebab akibat, d. berimajinasi, e. berkontemplasi, f.
menguraikan,g. menyimpulkan, h. analisis, i. Problem Solving dan j. evaluasi.
B. Penyusunan Program Pembelajaran
1. Penyusunan Perangkat Pembelajaran
a. Menyusun lembar observasi kegiatan pembelajaran
Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan unjuk
kerja (proses dan hasil) dan sikap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
(format terlampir).
b. Membuat Media Belajar Aktif (Melati)
Media ini dibuat dari kaso bekas/papan bekas yang sudah tidak digunakan
lagi.Sedangkan Media Sinse (Sinema Sejarah) mengambil film Dokumentasi
(pendudukan jepang dan latihan HEIHO serta PETA) dan Playernya. Media Belajar
Aktif (Melati) yang perlu disiapkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran meliputi :
1. Papan Ingatan Sejarah (Papingah)
Papingah merupakan produk inovasi penulis yang di disain dari papan-papan
bekas. Papan Ingatan sejarah berbentuk papan vertikal dan diagonal dimana
papan vertikal di cat dengan warna-warna berbeda (6 warna melambangkan 5W 1
H), sedangkan papan diagonal terdapat 25 angka (1 sampai 25) yang berisikan
istilah, nama, ataupun kata yang diambil dari materi yang diajarkan.Ada alat
pelontar untuk menentukan pemecahan masalah serta kemampuan dalam
membuat pertanyaan, menggunakan bekas stik es cream Walls.
2. Tangga Sejarah (Taser)
Tangga sejarah di buat dari kaso bekas dengan 12 anak tangga yang di paku.
Setelah dibuat tangga dengan tinggi + 160 cm. Dibuat 3 tangga dengan warna-
warna yang berbeda yakni warna/cat hijau untuk tangga ”Apa”, warna/cat kuning
untuk ”mengapa” dan warna/cat merah untuk ”bagaimana”. Media ini digunakan
secara berkelompok dengan potongan karton bertuliskan istilah, nama lembaga,
maklumat dan lain-lain yang harus disesuaikan dengan tangga apa, mengapa dan
bagaimana. Adapun jumlah potongan karton bertuliskan itu adalah 27 yang
masing-masing tangga berjumlah 9 karton. Karton dibuat dari bekas cover buku
gambar bekas.
c. Menyusun Permainan dan peraturan permainannya.
1. Permainan Tim Regu tembak.
2. Permainan Rally tiup gelas.
(penjelasan permainan akan dipaparkan dalam lampiran)
7
2. Menyusun langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran dengan teknik pembelajaran MAGIC adalah sebagai
berikut :
a. Memberikan apersepsi disetiap awal kegiatan pembelajaran.
b. Menggunakan media belajar aktif (melati) berupa papan ingatan sejarah dan tangga
sejarah serta menjelaskan cara menggunakan Melati serta apa-apa yang harus
dilaksanakan.
c. Mendampingi dan membimbing siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran
khususnya bermain dan diskusi sinema sejarah.
d. Mengelola pembelajaran lebih kondusif sehingga siswa dapat belajar secara efektif
dan menyenangkan.
e. Menampilkan dan mempresentasikan hasil sharing di kelompok dalam diskusi sinse
(sinema sejarah).
f. Menyimpulkan dan merefleksikan hasil kegiatan pembelajaran.
g. Mengadakan evaluasi kegiatan pembelajaran.
C. Pelaksanaan Pembelajaran
Implementasi pembelajaran IPS bidang kajian Sejarah materi Pendudukan Jepang
dan persiapam kemerdekaan Indonesia menggunakan teknik pembelajaran MAGIC adalah
sebagai berikut :
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan Pembelajaran di SMP Internat Al-Kausar, Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat. Dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, sejak bulan Januari 2009
sampai dengan bulan Maret 2009. Jumlah pertemuan sebanyak 14 Jam Pelajaran (7
TM x 2 Jam Pelajaran x 35 Menit). Adapun rincian pelaksanaannya sebagai berikut :
Mata Pelajaran : IPS Sejarah
Kelas / Semester : VIII / 2 (dua )
Jumlah siswa : 33 siswa.
Standard Kompetensi : Memahami usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
Pertemuan I & II : Rabu, 28 Januari 2009 & 4 Februari 2009
Kompetensi Dasar :Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia
Materi Pokok : Pendudukan Jepang di Indonesia
Mendirikan organisasi bentukan Jepang
Kekalahan pasukan Jepang dan janji kemrdekaan
8
Bagi bangsa Indonesia
Pertemuan III : Rabu, 11 Februari 2009
Materi Kegiatan : Evaluasi (Penilaian) I
Pertemuan IV & V : Rabu, 18 & 25 Februari 2009
Kompetensi Dasar :Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan dan Pembentukan
Negara Indonesia
Materi Pokok : Pembentukan BPUPKI
Sidang BPUPKI bagi Persiapan Kemerdekaan
Indonesia
Pertemuan VI : Rabu, 04 Maret 2009
Kompetensi Dasar : Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan dan Pem-
bentukan Negara Indonesia
Materi Pokok : Terbentuknya PPKI
Pertemuan VII : Rabu, 11 Maret 2009
Materi Pokok : Evaluasi penilaian (II)
Berikut ini disajikan dokumentasi beberapa kegiatan pembelajaran menggunakan
teknik pembelajaran MAGIC.
Gambar 2.1 : Alat Media Aktif Tangga Sejarah (Taser) setelah digunakan
9
Gambar 2.2 : Suasana siswa sedang mengikuti permainan Tangga sejarah
Gambar 2.3 : Suasana siswa sedang berdiskusi kritik Fildok dan Papan Ingatan Sejarah
Gambar 2.5 : Bahagia menjadi pemenang Games MAGIC
10
2. Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran
a. Penilaian Proses Pembelajaran
Penilaian proses pembelajaran dilaksanakan dengan teknik Penilaian Unjuk Kerja
(Performance). Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati berbagai kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
digunakan untuk menilai kemampuan berpikir kritis dan penanaman sikap patriotisme
siswa dengan melakukan teknik-teknik pembelajaran MAGIC tertentu seperti : Media
Papan Ingatan Sejarah, Tangga Sejarah , Sinse (Sinema Sejarah), permainan (Tim regu
tembak dan Flying Ball) serta diskusi kritik sinema sejarah (sidang BPUPKI II)
Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik digunakan instrumen Skala Penilaian
(Rating Scale). Kategori nilai yang digunakan adalah : 1 = Kurang , 2 = Sedang, 3 =
Cukup Baik , 4 = Baik. Untuk memperkecil faktor subjektivitas, penilaian dilakukan lebih
dari satu orang oleh seorang observer (kolaborator), agar hasil penilaian lebih akurat.
Secara umum, aspek-aspek yang dinilai dalam pelaksanaan unjuk kerja
sebagaimana disajikan pada format berikut ini.
Tabel 2.1. Format Penilaian Aspek-aspek Unjuk Kerja
Nama Siswa: ________ Kelas: _____
No Aspek yang dinilaiNilai
1 2 3 4
1 Kemampuan memahami konsep yang diberikan
2 Kemampuan memahami materi dengan media
Papingah (Papan Ingatan Sejarah)
3 Kemampuan memahami materi dengan media Taser
(tangga Sejarah)
4 Kemampuan memahami materi dengan sinse (Sinema
Sejarah)
5 Kemampuan kritik sejarah diskusi fiim Dokumenter
(Fildok) sejarah
b. Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian hasil pembelajaran dilakukan dengan tes tertulis. Untuk memudahkan
penyusunan tes tertulis maka dibuatlah lembar pemetaan penilaian kompetensi. Pemetaan
penilaian digunakan untuk menyusun persebaran soal-soal evaluasi dalam rangka
memperoleh data berapa persentase kemampuan siswa menguasai dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis materi Pendudukan Jepang dan Persiapan Kemerdekaan
11
Indonesia sebagai dasar bersikap patriotisme saat kegiatan pembelajaran berakhir.
Pemetaan butir-butir soal diperlihatkan pada tabel berikut ini !
Tabel 2. 2. Pemetaan Butir-butir Soal Evaluasi Berdasarkan Aspek Kemampuan pemahaman konsep dan materi
No.Aspek Pemahaman Konsep dan materi
Materi Pokok / Sub Materi Pembelajaran
Nomor Soal
1 Menjelaskan konsep
Jepang bagian dari negara-negara
imperialis dalam blok Timur (Jerman, dan
Italia) sedangkan sekutu dengan blok
ABCD nya
1
2 Membandingkan
BPUPKI dan PPKI sebagai lembaga
dalam mempersiapkan Indonesia
Merdeka
2
3 Hubungan sebab akibatBerjuang dengan cara kooperatif dan
berjuang dengan cara nonkooperatif3
4 Memberi alasanDeklarasi Kaiso bagi Bangsa Indonesia
(Instruksi PM Jepang Koiso)4
5 BerpendapatDiplomasi dan militer adalah bentuk
usaha mencapai kemerdekaan Indonesia5
6 MenguraikanJepang membentuk Dokuritsu Junbi
Cosakai (BPUPKI)6
7 Menyimpulkan
Pembentukan Dokuritsu Jumbi Inkai
sebagai wadah buatan tokoh-tokoh
nasional bangsa untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia
7
8 AnalisisTugas dan kewenangan Panitia Perumus
(Panitia Sembilan)8
9 Evaluasi
Keputusan dihapuskannya 7 kata dalam
piagam Jakarta sebagai bentuk toleransi
umat Islam terhadap keutuhan NKRI
9
10 Memecahkan masalah
Lunturnya sikap Patriotisme di kalangan
generasi muda dan bagaimana cara
meningkatkannya
10
Jumlah soal 10
Penilaian tes motivasi dan angket pembelajaran dilakukan untuk memberikan
gambaran bahwa teknik MAGIC yang diterapkan dalam pembelajaran memiliki hubungan
yang signifikan dengan angket serta hasil evaluasi pemahaman materi dengan kompetensi
berpikir kritis siswa. Adapun kriteria tes motivasi adalah sebagai berikut:
12
Tabel 2.3. Kriteria kualitatif dan kuantitatif tes motivasi
Kode nomor Kualitatif Kuantitatif KeteranganEmpat Baik Sekali 85,01 - 90 Nilai Perorangan
adalah pengamatan (proses) dan nilai Melati adalah Proses dan Hasil dijumlahkan dan di bagi 2
Tiga Baik 75,01- 85
Dua Cukup Baik 70 - 75
Satu Kurang 40 - 69,99
Sedangkan hasil dari angket adalah kualitas hasil dalam lembar angket dengan kriteria
sebagai berikut :
Tabel 2.4. Kriteria kualitatif dan kuantitatif lembar angket pembelajaran siswa
No Nilai Kualitatif Konversi ke Nilai Kuantitatif(dalam %)1 Istimewa
=
100,002 Baik Sekali (BS) 99,99 – 90,003 Baik (B) 89,99 – 80,004 Cukup (C) 79,99 – 70,005 Kurang (K) 69,99 – 60,006 Kurang Sekali (KS) 59,99 – 50,00
13
BAB III
LAPORAN HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pembelajaran
Data-data hasil pengamatan dan penilaian dalam pembelajaran IPS Sejarah materi
Pendudukan Jepang dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan MAGIC di
kelas VIII SMP Internat Al-Kausar, Kabupaten Sukabumi dengan jumlah siswa sebanyak
33 siswa disajikan berikut ini :
1. Hasil Observasi Pelaksanaan Unjuk Kerja Siswa
Tabel 3. 1. Rekapitulasi Hasil Observasi Pelaksanaan Unjuk Kerja Siswa
KKM yang di tetapkan dalam bidang studi IPS Sejarah 75
No Aspek yang dinilai
Hasil Pengamatan ( % )Pembelajaran I Pembelajaran II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kemampuan memahami konsep
yang diberikan 20% 25% 20% 35% 10% 20% 30% 40%
2 Kemampuan memahami materi
dengan media Papingah (papan
ingatan sejarah)
- 10% 20% 70% - - 40% 60%
3 Kemampuan memahami materi
dengan media Taser (tangga
sejarah)
10% 20% 40% 30% - - 30% 70%
4 Kemampuan memahami materi
dengan sinse (sinema sejarah) - - 30% 70% - - 40% 60%
5 Kemampuan kritik sejarah
dengan Film Dokumenter
(Fildok)
- 20% 30% 50% - - 40% 60%
Rata-rata 15% 34 % 28 % 51% 10% 20% 36% 58%
Dari tabel 3.1 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
a. Kemampuan siswa memahami konsep yang diberikan sangat baik. Pada
pembelajaran I sebesar 55% siswa dan pembelajaran II 70% siswa telah memahami
konsep pola perjuangan melawan Jepang dengan pembelajaran menggunakan
MAGIC. Bagi siswa, hal ini berarti tidak ada kendala terhadap berlangsungnya proses
pembelajaran.
14
b. Kemampuan siswa memahami materi dengan Papingah (papan ingatan sejarah) dapat
dikatakan sangat baik. Pada Pembelajaran I sebanyak 90% siswa bisa langsung
memahami materi, hanya ditemukan sebanyak 10% siswa mengalami kesulitan
memahami materi. Pada pembelajaran II, semua siswa (100%) siswa, langsung
memahami media aktif Papan Ingatan Sejarah. Untuk mengatasi beberapa siswa yang
mengalami kendala memahami media, maka penulis memberikan kesempatan kepada
rekan nya untuk menjelaskan kepada temannya materi-materi yang tidak di ketahui
sehingga dapat memahami dan mengejar ketinggalan materi.
c. Kemampuan dalam memahami konsep materi dengan tangga sejarah, berdasarkan
hasil pengamatan dapat dikategorikan sangat baik. Pembelajaran I dan II,
persentasenya sangat tinggi yaitu 70% dan 100%. Hampir semua siswa aktif dan
melakukan trik-trik untuk dapat memecahkan problem pembelajaran. Dengan beregu
dan membagi kerja untuk dapat menyelesaikan secepat-cepatnya tangga sejarah
(taser) menjelaskan indikator pemahaman siswa.
d. Kemampuan dalam memahami materi dengan sinema sejarah (sinse) , berdasarkan
hasil pengamatan dapat dikategorikan baik sekali yakni pada pembelajaran I dan II
sebesar 100% dan 100%. Dari angka-angka tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
dengan media aktif sinema sejarah para siswa dapat langsung memahami materi
dengan menyaksikan film-film dokumentasi dan mendiskusikannya.Disamping itu
siswa aktif mengerjakan lembar sinopsis film sebagai pemahaman terhadap isi film
yang disaksikannya.
e. Kemampuan menjelaskan materi dengan kritik film dokumenter sangat signifikan
dengan teknik MAGIC. Pada pembelajaran I dan II didapatkan 80% dan 100%. Ada
20% siswa yang kurang menguasai materi, hal ini dikarenakan siswa-siswa tersebut
memang tidak suka pembelajaran dengan sosiodrama. Untuk melengkapi pemahaman
siswa-siswa tersebut di tugaskan untuk menyaksikan sinema sejarah serta
memberikan apresiasi terhadap film tersebut.
f. Hasil wawancara dan tanya jawab antara penulis dengan siswa tentang sejauhmana
siswa menguasai materi yang telah dikerjakan, hasilnya menunjukkan sebagai berikut,
pada pembelajaran I sebesar 80% dan pembelajaran II sebesar 90%. Artinya, sebesar
80% dan 90% siswa yang telah selesai mengerjakan tugas dapat menjawab hal-hal
yang telah dikerjakannya. Hal-hal baru yang didapatkan selama melakukan tindakan
belajar ternyata memberi kesan positip pada diri siswa. Kemampuan mengemukakan
alasan terhadap konsep-konsep yang diperoleh selama belajar dapat menjadi indikator
bahwa semangat serta motivasi siswa semakin baik dengan indikator adanya
peningkatan-peningkatan prosentasi di setiap pembelajaran dan aktivitas-aktivitas
belajar dengan teknik MAGIC.Disamping itu jawaban-jawaban atau argumentasi-
15
argumentasi yang disampaikan siswa meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam
memahami materi sejarah pendudukan Jepang dan Persiapan Indonesia Merdeka.
3. Hasil Angket pembelajaran dengan MAGIC
Kesimpulan hasil angket pembelajaran dengan siswa untuk mendapatkan kesan
terhadap pembelajaran dengan teknik MAGIC adalah sebagai berikut :
a. Semua siswa menyatakan lebih mudah memahami suatu materi pelajaran jika
suasana menyenangkan, disampaikan secara runtut, kegiatan belajar bervariatif
dan ada kesempatan bisa saling berinteraksi sesama siswa Prosentasinya sebesar
96,97%.
b. Adanya teknik MAGIC sangat membantu siswa memahami konsep yang sulit
dicerna dengan penjelasan verbal. Bekerja sambil bermain, menyaksikan sinema
sejarah dan kritisi film dokumenter ternyata sangat menyenangkan bagi siswa, juga
dapat menambah fokus dan konsentrasi mengikuti pelajaran, pikiran benar-benar
tercurahkan secara total untuk berusaha menyelesaikan semua tugas yang
dihadapinya dengan jumlah prosentasinya 96,97%
c. Beberapa penyelesaian tugas yang membutuhkan aktivitas gerak, misalnya
bermain tangga sejarah, bermain papan ingatan sejarah , dan sinema sejarah
serta kritisi film dokumenter ternyata sebagian siswa menyatakan cukup
melelahkan. Apalagi ketersediaan waktu yang sangat terbatas menjadikan aktivitas
siswa cenderung tergesa-gesa. Responden yang menjawab cukup melelahkan
adalah 42,42%.
d. Sebagian besar siswa menyatakan senang dengan pembelajaran MAGIC karena
banyak bergerak, tidak monoton mendengarkan ceramah, dan belajar dengan
berkelompok dengan jumlah prosentasinya 87,88%.
e. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa MAGIC dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa sehingga mempengaruhi kemauan untuk belajar sejarah serta
menghilangkan kejenuhan. Prosentasi dari responden yang menjawab itu sebesar
93,94%.
3. Hasil Tes Tertulis Terhadap Kemampuan pemahaman materi sebagai evaluasi
berpikir kritis dan motivasi belajar
Untuk mengukur efektivitas pembelajaran maka diakhir kegiatan pembelajaran,
penulis mengadakan penilaian berupa tes tertulis. Bentuk soal adalah uraian terbuka
dan pemecahan masalah. Aspek yang dinilai meliputi 10 (sepuluh) kompetensi dari
indikator kemampuan berpikir kritis.
16
Teknik penilaiannya menggunakan skala penilaian dengan rentang nilai 1 – 5.
Adapun pemberian skornya adalah : 5 = jawaban sempurna, 4 = jawaban hampir
sempurna, 3 = jawaban kurang sempurna, 2 = jawaban tidak sempurna,dan 1 = tidak
mengarah pada jawaban. Hasil rekapitulasi penilaian disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2. Rekapitulasi Hasil Tes Tertulis Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
No.
SoalAspek Kemampuan Berpikir Kritis
Skor Nilai /Jumlah Siswa
5 4 3 2 1
1 Mengelompokkan
2 Membandingkan
3 Hubungan sebab akibat
4 Memberi alasan
5 Berpendapat
6 Menguraikan
7 Menyimpulkan
8 Analisis
9 Evaluasi
10 Memecahkan masalah
Jumlah Total
Rata-rata
Persentase ( % )
Berdasarkan tabel 3.2. di atas, dapat diperoleh keterangan bahwa sebagian
besar siswa yakni mencapai persentase sebesar 71,8% jumlah siswa telah mampu
mengerjakan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan
kemampuan berpikir kitis. Kemampuan berpikir kritis paling tinggi dikuasai siswa adalah
kemampuan untuk ”membandingkan” yakni sebanyak 36 siswa atau sebesar 90%.
Sedangkan kemampuan berpikir produktif yang paling rendah dikuasai oleh siswa adalah
kemampuan melakukan ”analisis” yakni hanya sebanyak 20 siswa atau sebesar 50%.
Bahkan untuk kemampuan ”analisis”, masih ada beberapa siswa yang kesulitan untuk
menguraikan jawaban yaitu sebanyak 4 siswa atau sebesar 10%. Jawaban dari keempat
anak tersebut sangat tidak logis dan kurang menuju pada jawaban yang benar.
Mengacu pada rentang nilai, maka skor nilai 1 dan 2 dapat dikatakan nilai untuk
jawaban yang kurang benar, tidak logis dan kurang mengarah pada jawaban benar.
Untuk kategori ini, maka masih ada 30 jawaban secara total dari siswa atau sebanyak
7,80% pertanyaan yang belum mampu dijawab oleh siswa secara benar. Namun, yang
17
cukup membanggakan pada aspek pemecahan masalah ternyata ada 25 siswa atau
sebesar 62,5% telah mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Aspek ini merupakan
kategori yang cukup berat karena siswa harus menguaraikan dan menyusun konsep-
konsep yang diperolehnya untuk memberikan solusi suatu permasalahan. Hanya ada 6
siswa atau sebesar 15% siswa yang masih mengalami kesulitan untuk menyusun
konsep-konsep dalam pemecahan masalah.
4. Hasil tes motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
Tes motivasi dilakukan dengan ARCS Test. Dilakukan sebanyak 2 kali sesuai dengan
pembelajaran (siklus) yang ditetapkan. Adapun hasilnya sebagai berikut. (dalam nilai kuantitatif
dengan nilai minimal = 75 atau Cukup Baik.
No Nama testee
Hasil ACRS TestTes I Tes II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Abdul Aziz Mughni 77 80
2 Abubakar Tesar Daeng B 69 75
3 Aditya Kresna Bayu 73 76
4 Ahmad Sulthoni Baihaqi 65 70
5 Jumlah
6 Rata-rata
(Selengkapnya dapat di lihat dalam lampiran hal : )
B. Analisis Hasil Pembelajaran
Pengamatan dan penilaian kegiatan pembelajaran IPS Sejarah dengan teknik
MAGIC menitikberatkan pada 2 (dua) aspek, yaitu kemampuan melakukan unjuk kerja
(performance) dan kemampuan berpikir kritis sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan data di atas, pada aspek kemampuan unjuk kerja (performance)
diperoleh hasil yang sangat baik. Hasil pengamatan (observasi) menunjukkan pada semua
kriteria unjuk kerja, besarnya persentase kemampuan unjuk kerja MAGIC sebesar 79%
(jumlah rata-rata 3 dan 4). Kriteria-kriteria tersebut meningkat pada kegiatan pembelajaran
II sehingga persentase kemampuan unjuk kerja banyak yang mencapai 94% (jumlah rata-
18
rata 3 dan 4). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan
atau tidak ada hambatan yang berarti untuk mengikuti pembelajaran dengan teknik MAGIC.
Menurut sebagian besar siswa, berdasarkan hasil wawancara mengatakan sangat
terbantu dengan adanya MAGIC. Adanya tindakan (aksi) dalam belajar menjadikan siswa
tidak merasa tertekan, bahkan tantangan yang harus dipecahkan menjadikan siswa benar-
benar melibatkan seluruh potensi yang dimiliki. Kondisi ini ternyata membuat pikiran siswa
sangat terfokus pada kegiatan belajar, tidak ada kesempatan lain yang membuat aktivitas
siswa tidak sejalan dengan proses belajar. Kemauan untuk segera menyelesaikan
tantangan dalam permainan memacu emosi, pikiran dan tindakan untuk menyatu menjadi
kekuatan belajar. Waktu sepertinya begitu cepat berlalu, tanpa terasa tanda berhenti
melakukan aktivitas tiba-tiba berbunyi.(Doko Harwanto:18). Hal ini berarti apa yang
dikemukakan oleh De Porter dan Hernacki (2003 : 65) terbukti kebenarannya. Pengalaman
yang dialami siswa, menurut De Porter adalah siswa mencapai kondisi eustress, yaitu
kondisi seseorang yang sangat intens dalam sebuah kegiatan karena merasa suasana
menyenangkan, tidak tertekan, dan partisipasi siswa dilibatkan.(Doko Harwanto : 19)
Menurut De Porter, jika siswa mencapai kondisi eustres maka kemampuan siswa
meningkat dan dapat mengakses berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir dan
keterampilan tingkat tinggi. Pendapat ini juga terbukti, karena berdasarkan penilaian hasil
belajar ternyata soal-soal yang mengacu pada kemampuan berpikir kritis dan logis dapat
diselesaikan dengan baik oleh siswa. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penilaian tertulis yang
menunjukkan bahwa minimal 77,8% siswa dapat menjawab dengan benar. Bahkan pada
beberapa indikator kemampuan berpikir kritis, persentase siswa menjawab dengan benar
mencapai 90% yaitu pada aspek ”membandingkan”. Indikator kemampuan berpikir kritis
lainnya juga dicapai dengan persentase yang sangat baik, di atas 75%.
Keberhasilan pembelajaran di atas, ternyata sangat didukung oleh aktivitas dan
keterlibatan secara fisik dan emosional siswa. Berdasarkan hasil tes motivasi belajar dan
angket pembelajaran siswa, kesan sebagian besar siswa sangat termotivasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran. Sangat nampak, siswa sangat aktif, interaksi sesama siswa
juga sangat menonjol. Hal inilah yang menjadikan kegiatan belajar berjalan sangat efektif.
Keefektifan ini terkait dengan tumbuhnya minat belajar siswa. Adanya minat belajar siswa
karena siswa memiliki citra yang sangat positip terhadap kegiatan pembelajaran.
Tumbuhnya motivasi pada sebagian besar siswa ternyata disebabkan oleh pembelajaran
yang mampu merangsang pada berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Adanya
MAGIC, ternyata mampu memfasilitasi beberapa siswa yang memiliki berbagai
kecerdasan, misalnya kecerdasan visual, lingusitik, kinestetik, inter personal, dan
sebagainya.
19
Kondisi di atas menyebabkan siswa dapat belajar sesuai dengan ragam belajarnya.
Menurut pendapat Gardner, seseorang akan mudah dan dapat belajar pada usia
berapapun asal sesuai dengan ragam mereka harus belajar. Kondisi lain yang mendukung
adalah adanya motivasi yang tinggi ternyata sangat mendukung efektivitas belajar. Dengan
demikian, pendapat kedua ahli di atas terbukti kebenarannya. Yakni motivasi akan tumbuh
jika sesuai dengan lingkungan belajar dan siswa belajar sesuai dengan ragam belajarnya.
Motivasi yang tinggi ternyata berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa
sebagaimana ditunjukkan oleh hasil evaluasi pembelajaran.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS Sejarah dengan teknik MAGIC dapat
meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis pada materi pendudukan
Jepan dan Persiapan Indonesia Merdeka untuk siswa kelas VIII SMP Internat Al-Kausar
Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat semester 2 tahun pelajaran 2008 /2009.
B. Saran
Mengingat pembelajaran dengan teknik MAGIC dapat meningkatkan motivasi
belajar dan kemampuan berpikir kritis, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Teknik MAGIC ini dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk meningkatkan
motivasi belajar dan pemahaman serta kemampuan berpikir kritis pada kompetensi
dasar lain atau mata pelajaran lain.
2. Sekolah perlu menstimulus guru untuk mau melakukan penelitian-penelitian seperti :
penelitian eksperimen, penelitian tindakan kelas, dan lain sebagainya.Dengan
semangat guru untuk meneliti dan menulis karya ilmiah berdampak peningkatan
kualitas pembelajaran di kelas dan kemajuan pendidikan di sekolah.
3. Perlu masukan, saran dan kritis terhadap teknik MAGIC ini sehingga dapat lebih baik.
Sekiranya rekan sejawat melakukan kajian ataupun penelitian ulang untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran penulis sangat mendukung sekali.
4. Beberapa kendala-kendala yang dijumpai dalam pembelajaran dengan teknik MAGIC
ini, seperti : media yang harus dibuat sendiri, skenario sosiodrama, peralatan Audio-
Visual dan waktu yang cukup, siswa yang enggan atau malas dengan pembelajaran
gestural. Kesemuanya ini harus diatasi dengan cepat dan banyak persiapan dan
antisipasi kondisi dan situasi. Sekiranya peralatan-peralatan diatas tidak ada maka
guru harus pandai-pandai mensiasatinya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Thomas. 1993. 7 Kinds of Smart. New York : Plume Books.
Craft, Anna. 2003. Membangun Kreativitas Anak. Depok : Inisiasi Press
Csikszentmihalyi, Mihaly. 1978. Flow: The Psychology of Optimal Experience. London : Rider.
Dave, Meier. 2000. The Accelerated Learning Handbook. New York : McGraw Hill
Drost, JIGM. 1998. Sekolah : Mengajar atau Mendidik. Yogyakarta : Kanisius & Universitas Sanata Dharma.
Gardner, Howard. 1985. Frames of Mind : The Theory of Multiple Intelligences. New York : Basic Books.
Hadi, Sutrisno. 1986. Statistik 2. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Kamdi, Waras. 2002. Mengajar Berdasarkan Model Dimensi Belajar. Jurnal dalam Majalah Gentengkali, Vol 2 No. 5 dan 6. Surabaya : Dinas P & K Propinsi Jawa Timur.
Lazanov, Georgi. 1978. Suggestology and Outlines of Suggestopedy. New York: Gordon & Breach.
Marzano, R.J. 1992. A Different Kind of Classroom: Teaching with Dimensions of Learning. Dalam Waras Kamdi (Jurnal Gentengkali), Mengajar dengan Model Dimensi Belajar. Dinas P&K Jatim.
Monty Satiadarma.2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta : Pustaka Populer Obor
Porter, Bobbi de & Mike Hernacki. 2000. Quantum Teaching. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Bandung : Kaifa.
Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda. Bandung : AlFabeta
Suyanto . 2004. Ilmu Pengetahuan Sosial Kajian Ekonomi. Jakarta : Erlangga
22
SOAL EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN : IPS SEJARAHKELAS : VIII ( DELAPAN )ASPEK : KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISMATERI POKOK : 1. PENDUDUKAN JEPANG
2. PERSIAPAN INDONESIA MERDEKA
Jawablah pertanyaan dibawah ini pada lembar jawaban yang telah disediakan.
1. Tiga dari negara-negara di bawah ini BERBEDA dari tiga negara lainnya dalam keberpihakan menghadapi Perang Dunia ke II. Berilah lingkaran pada negara tersebut dan berilah alasannya mengapa mereka berbeda.
a. AMERIKA d. JEPANGb. BELANDA e. INGGRISc. ITALIA f. JERMAN
2. Tulislah persamaan dan perbedaan dari tabel berikut ini!
BADAN PERSIAPAN
KEMERDEKAANPERSAMAAN PERBEDAAN
1. BPUPKI
2. PPKI
1. ........................................... 1. ......................................2. ........................................... 2. ......................................
3. Tulislah kata-kata yang tepat pada kolom SEBAB atau AKIBAT pada tabel berikut ini!
CARA BERJUANG SEBAB AKIBAT
1. KOOPERATIF Menghindari pertumpahan darah dan kehancuran
..........................................
...........................................2. NONKOOPERATIF ............................................ .......
...................................Jepang maupun Belanda dapat mengatur Indonesia
4. Tulislah alasanmu tentang pernyataan pada tabel berikut ini!
STRATEGI JEPANG KEBAIKAN KEKURANGAN
7 SEPTEMBER 1945 PM. JEPANG MENDEKLARASIKAN KAISO (INSTRUKSI KAISO)
..........................................
..........................................
................................................
................................................
5. Sebutkan tiga hal yang akan terjadi jika seluruh pemuda dan pejuang Indonesia hanya menempuh cara kooperatif saja tanpa melakukan perlawanan bersenjata mengusir penjajah dari tanah Indonesia.
6. Mengapa para tokoh-tokoh nasional Indonesia menyetujui Jepang untuk membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
7. Tulislah kesimpulan dari pernyataan yang ada di tabel berikut ini!
23
Pernyataan Kesimpulan
1. PPKI beranggotakan tokoh-tokoh nasional
2. PPKI bertujuan mengetahui perkembangan lebih lanjut mengenai sikap pemerintah Jepang terhadap rencana kemerdekaan Indonesia
3. PPKI lembaga yang syah yang dibuat oleh bangsa Indonesia
4. PPKI sesuai dengan semangat mewujudkan Indonesia Merdeka
PPKI merupakan .............................................
.......................................................................
.......................................................................
......................................................................
......................................................................
......................................................................
8. Lengkapilah pernyataan pada tabel berikut ini!
PANITIA PERUMUS DASAR NEGARA
(PANITIA SEMBILAN)URAIAN
Adalah panitia yang dibentuk dari BPUPKI
yang beranggotakan sembilan tokoh-tokoh
nasional Indonesia yang berhasil
merumuskan Piagam Jakarta atau yang
disyahkan menjadi pembukaan UUD 1945
1. Dasar Hukumnya.
....................................................
2. Piagam Jakarta berisikan
....................................................
3. Apa yang diganti dalam Piagam tersebut
....................................................
9. Ketuhanan Dengan menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-pemeluknya di kritik oleh utusan dari Indonesia Timur dengan ancaman bila itu tetap dipertahankan dan menjadi dasar negara maka Indonesia Timur akan memisahkan diri dan memerdekakan negara sendiri. Para Tokoh-tokoh Islam di barisan tokoh Nasional (Panitia Sembilan) dengan ”legowo” menghapuskan 7 kata dan menggantikannya dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Setujukah kamu?. Bukankah Indonesia adalah mayoritas Islam dan berhak atas pelaksanaan syariat Islam?. Berikan komentarmu.
10. Kesadaran menghormati para pahlawan bangsa oleh generasi muda bangsa Indonesia adalah semakin rendah dan memudar. Hal ini karena perkembangan budaya dan Informasi yang datang dari barat menjadikan generasi muda menokohkan tokoh-tokoh barat dan melupakan pahlawan bangsa. Berikan 2 cara agar generasi bangsa Indonesia kembali bangga dan bersikap patriotisme serta nasionalis.
24
ANGKET PEMBELAJARAN SISWA
Nama Siswa : ……………………………………Kelas : VIIITanggal sebaran angket : ……………………………………
1. Apakah dengan MAGIC kamu merasakan pembelajaran sejarah menjadi lebih mudah di pahami?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah belajar sejarah menggunakan MAGIC dapat meningkatkan keaktifan dalam belajar kamu?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah MAGIC seperti : bermain tangga sejarah dan papan ingatan sejarah membuatmu mengalami kelelahan karena aktivitas belajar dengan fisik?
a. Ya b. Tidak
4. Melalui MAGIC , apakah anda dapat menjelaskan konsep yang belum pernah diajarkan oleh guru?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah MAGIC membuat kamu senang, enjoy dan riang dalam belajar? a. Ya b. Tidak
6. Apakah anda dapat menjelaskan ke teman anda konsep yang baru dipelajari?a. Ya b. Tidak
7. Seandainya setiap tatap muka pembelajaran diajarkan dengan MAGIC, apakah kamu lebih menyukainya?a. Ya b. Tidak
8. Setujukah kamu bila MAGIC dapat meningkatkan motivasi belajar Sejarah?a. Setuju/ya b. Tidak setuju/tidak
9. Apakah kamu sanggup untuk mengamalkan nilai-nilai patriotisme dengan wujud cinta negara dan bangsa Indonesia.a. Sanggup/ya b. Tidak sanggup/Tidak
10.Apakah kamu merasakan bahwa MAGIC juga dapat meningkatkan nilai-nilai kepah- lawanan (patriotisme) generasi bangsa Indonesia?
a. Ya b. Tidak
#Jawablah dengan hati nurani kamu#
25
Lampiran : Hasil tes motivasi belajar menggunakan tes ACRS
No Nama testee
Hasil ACRS TestTes I Tes II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Abdul Aziz Mughni 77 77
2 Abubakar Tesar Daeng B 54 69
3 Aditya Kresna Bayu 64 73
4 Ahmad Sulthoni Baihaqi 68 65
5 Aldi Wilitama 82 80
6 Aldy Syahrihaddin 66 67
7 Andre Wiranur Setiawan 88 79
8 Ayip Faruk AlHaddad 67 68
9 Fadia Riandra Putra 49 65
10 Faiz Fathur Rahman 69 50
11 Faiz Rizki Nauli Harahap 81 69
12 Firman Bani Taufik 65 88
13 Hero Kurniawan 70 71
14 Ishfan Taufik Munggaran 62 71
15 Izzurrahman 78 71
16 M.Azka Nurfauzi 85 89
17 M.Aditya Rahman 83 67
18 M.Fauzan Baharuddin 69 70
19 M.Helmi Malik 75 70
20 M.Ibnu Bakar 84 70
21 M.Ismail Faruki 67 77
22 M.Ismail Mubarak 67 86
23 M.Rafif Amir 92 94
24 M.Ridho Faizal Hartaji M 69
25 Muhammad Yusri 87 66
26 Nanda Kusuma Yudha 77 73
27 Rachmat Eka Purnama 63 54
28 Riansyah Fikri PA 45 50
29 Septian Maulana Rizwan 98 74
30 Zulvikar Nur Alamsyah 70 96
31 M.Haikal Pradika 54 88
32 M.Isra Nurullah 70 83
33 Ilham Fajar Pramadhia 66 42
Jumlah 1064 285 563 365 732 799 240 541
62,59 71,25 80,42 91,25 61 72,63 80 90,16
Jumlah Total 2363.13 2383,22
Rata-rata total 71,61 72,22
26
27