Download - Lp Injury Spinal
DEFINISI
Trauma spinal adalah injuricederatrauma yang terjadi pada spinal meliputi spinal collumna
maupun spinal cord dapat mengenai elemen tulang jaringan lunak dan struktur saraf pada
cervicalis vertebralis dan lumbalis akibat trauma berupa jatuh dari ketinggian kecelakaan
lalu lintas kecelakaan olah raga dan sebagainya Trauma spinalis menyebabkan
ketidakstabilan kolumna vertebral (fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra)
atau injuri saraf yang aktual maupun potensial (kerusakan akar-akar saraf yang berada
sepanjang medula spinalis sehingga mengakibatkan defisit neurologi)
KLASIFIKASI
Klasifikasi cedera medulla spinalis berdasarkan lokasi cedera antara lain
a Cedera Cervikal
Lesi C1-C4
Pada lesi C1-C4 otot trapezius sternomastoideus dan otot platisma masih berfungsi Otot
diafragma dan interkostal mengalami paralisis dan tidak ada gerakan volunter (baik secara
fisik maupun fungsional) Di bawah transeksi spinal tersebut Kehilangan sensori pada
tingkat C1-C3 meliputi oksipital telinga dan beberapa daerah wajah
Pasien pada quadriplegia C1 C2 dan C3 membutuhkan perhatian penuh karena
ketergantungan terhadap ventilator mekanis Orang ini juga tergantung semua aktivitas
kebutuhan sehari-harinya Quadriplegia pada C4 mungkin juga membutuhkan ventilator
mekanis tetapi dapat dilepas Jadi penggunaannya secara intermitten saja
Lesi C5
Bila segmenC5 medulla spinalis mengalami kerusakan fungsi diafragma rusak sekunder
terhadap edema pascatrauma akut Paralisis intestinal dan dilatasi lambung dapat disertai
dengan depresi pernafasan Quadriplegia pada C5 biasanya mengalami ketergantungan
dalam melakukan aktivitas seperti mandi menyisir rambut mencukur tetapi pasien
mempunyai koordinasi tangan dan mulut yang lebih baik
Lesi C6
Pada lesi segmen C6 distress pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan
edema asenden dari medulla spinalis Biasanya akan terjadi gangguan pada otot bisep
triep deltoid dan pemulihannya tergantung pada perbaikan posisi lengan Umumnya pasien
masih dapat melakukan aktivitas higiene secara mandiri bahkan masih dapat memakai dan
melepaskan baju
Lesi C7
Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesoris untuk
mengkompensasi otot abdomen dan interkostal Fleksi jari tangan biasanya berlebihan
ketika kerja refleks kembali Quadriplegia C7 mempunyai potensi hidup mandiri tanpa
perawatan dan perhatian khusus Pemindahan mandiri seperti berpakaian dan melepas
pakaian melalui ekstrimitas atas dan bawah makan mandi pekerjaan rumah yang ringan
dan memasak
Lesi C8
Hipotensi postural bisa terjadi bila pasien ditinggikan pada posisi duduk karena kehilangan
control vasomotor Hipotensi postural dapat diminimalkan dengan pasien berubah secara
bertahap dari berbaring ke posisi duduk Jari tangan pasien biasanya mencengkram
Quadriplegia C8 harus mampu hidup mandiri mandiri dalam berpakaian melepaskan
pakaian mengemudikan mobil merawat rumah dan perawatan diri
b Cedera Torakal
Lesi T1-T5
Lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengan diafragmatik Fungsi
inspirasi paru meningkat sesuai tingkat penurunan lesi pada toraks Hipotensi postural
biasanya muncul Timbul paralisis parsial dari otot adductor pollici interoseus dan otot
lumrikal tangan seperti kehilangan sensori sentuhan nyeri dan suhu
Lesi T6-T12
Lesi pada tingkat T6 menghilangkan semua refleks adomen Dari tingkat T6 ke bawah
segmen-segmen individual berfungsi dan pada tingkat 12 semua refleks abdominal ada
Ada paralisis spastik pada tubuh bagian bawah Pasien dengan lesi pada tingkat torakal
harus befungsi secara mandiri
Batas atas kehilangan sensori pada lesi torakal adalah
T2 Seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atas
T3 Aksilla
T5 Putting susu
T6 Prosesus xifoid
T7 T8 Margin kostal bawah
T10 Umbilikus
T12 Lipat paha
c Cedera Lumbal
Lesi L1-L5
Kehilangan sensori lesi pada L1-l5 yaitu
L1 Semua area ekstrimitas bawah menyebar ke lipat paha amp bagian belakang dari
bokong
L2 Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior paha
L3 Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel
L4 Sama dengan L3 kecuali aspek anterior paha
L5 Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah dan area sadel
d Cedera Sakral
Lesi S1-S6
Pada lesi yang mengenai S1-S5 mungkin terdapat beberapa perubahan posisi dari
telapak kaki Dari S3-S5 tidak terdapat paralisis dari otot kaki Kehilangan sensasi
meliputi area sadel skrotum dan glans penis perineum area anal dan sepertiga aspek
posterior paha
e Klasifikasi berdasarkan keparahan
1 Klasifikasi Frankel
Grade A motoris (-) sensoris (-)
Grade B motoris (-) sensoris (+)
Grade C motoris (+) dengan ROM 2 atau 3 sensoris (+)
Grade D motoris (+) dengan ROM 4 sensoris (+)
Grade E motoris (+) normal sensoris (+)
2 Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)
Grade A motoris (-) sensoris (-) termasuk pada segmen sacral
Grade B hanya sensoris (+)
Grade C motoris (+) dengan kekuatan otot lt 3
Grade D Motoris (+) dengan kekuatan otot gt 3
Grade E motoris dan sensoris normal
ETIOLOGI
1 Kecelakaan lalu lintasjalan raya adalah penyebab terbesar
2 Injuri atau jatuh dari ketinggian
3 Kecelakaan karena olah raga Di bidang olahraga tersering karena menyelam pada
air yang sangat dangkal
4 Luka jejas tajam tembak pada daerah vertebra
5 Pergerakan yang berlebih hiperfleksi hiperekstensi rotasi berlebih stress lateral
distraksi (stretching berlebih) penekanan
6 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis
servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera
progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun
noninfeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata
siringmielia tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskuler
FAKTOR RESIKO
a Pria 80 sedangkan wanita hanya 20
b Usia 16-30 tahun Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun
dibandingkan usia di atas 65 tahun tersering pada usia 16-30 tahun
c Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat menyelam berselancar roller-skating in-
line skating hockey berselancar di atas salju
d Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis
MANIFESTASI KLINIS
Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah cedera pasien
mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang Deformitas klinis mungkin
tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga
mengalami cedera kepala atau cedera berganda Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu
cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera
tulang belakang Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah
Nyeri pada area spinal atau paraspinal
Nyeri kepala bagian belakang pundak tangan kaki
Kelemahanpenurunankehilangan fungsi motorik (kelemahan paralisis)
Penurunankehilangan sensasi (mati rasahilang sensasi nyeri kaku parestesis
hilang sensasi pada suhu posisi dan sentuhan)
Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma
Shock dengan kecepatan jantung menurun
Priapism
Kerusakan kardiovaskuler
Kerusakan pernapasan
Kesadaran menurun
Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan) meliputi Flaccid paralisis di
bawah batas luka hilangnya sensasi di bawah batas luka hilangnya reflek-reflek
spinal di bawah batas luka hilangnya tonus vasomotor (hipotensi) Tidak ada
keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika
berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic
Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak
simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di
bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel
berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh
POHON MASALAH
(Terlampir)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra
b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal
c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray
d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah
atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord
PENATALAKSANAAN
1 Cidera pada cervikal
- Immobilisasi sederhana
- Traksi skeletal
- Pembedahan untuk spinal dekompresi
2 Cidera pada thoracal dan lumbal
- Immobilisasi pada lokasi fraktur
- Hiperekstensi dan branching
- Bed-rest
3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla
spinalis
PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL
1 Immobilisasi
Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit
gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal
dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan
penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien
diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic
stretcherrsquo
2 Stabilisasi Medis
Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia
a Periksa vital signs
b Pasang rsquonasogastric tubersquo
c Pasang kateter urin
d Segera normalkan rsquovital signsrsquo
Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen
monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada
neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam
kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis
3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells
tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban
yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi
4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup
ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau
posterior
5 Rehabilitasi
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah
rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash
fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia
KOMPLIKASI
- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)
- Komplikasi akibat imobilisasi
o Deep vein thrombosis
o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia
o Kerusakan integritas kulit dekubitus
o Kontraktur
- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa
- Meningkatkan resiko gagal ginjal
- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
- Hilangnya kontrol pada bladder
- Hilangnya kontrol pada bowel
- Kehilangan sensasi
- Disfungsi seksual (impoten pada pria)
- Spasme otot
- Nyeri
- Paralysis otot pernapasan
- Paralysis (paraplegia quadriplegia)
- Shock
PROGNOSIS
Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi
komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan
trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian
antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma
tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam
waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang
belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat
berjalan kembali gt 50
PENGKAJIAN
A Data subyektif
- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)
- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi
- Adanya dyspnea
- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)
- Riwayat hilangnya kesadaran
- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik
B Data Obyektif
- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil
- Status respirasi (Bervariasi)
- Orientasi tempat waktu dan orang
- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik
- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli
- Distensi bowel dan bladder
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang
punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler
c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder
terhadap cedera medulla spinalis
g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang
terlibat (S2-S4)
h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat
traksi
i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom
j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk
menelan
k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan
paralisis
m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung
disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif
Kriteria hasil
RR = 12-20xmenit
Nadi = 60-100xmenit
Pernafasan cuping hidung (-)
Retraksi dinding dada (-)
Bunyi nafas vesikuler
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
Rencana Tindakan
1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat
ditoleransi klien
2 Observasi TTV
3 Auskultasi suara nafas
4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu
pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)
5 Ajarkan teknik nafas dalam
6 Lakukan suction jika diperlukan
7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan
Kriteria hasil
BGA dalam batas normal
pH 735-745
CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
SaO2 95-99
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
RR = 12-20xmenit
Suhu = 365 ndash 3750 C
Intervensi
1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit
3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien
4 Kolaborasi pemeriksaan BGA
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
Pada lesi segmen C6 distress pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan
edema asenden dari medulla spinalis Biasanya akan terjadi gangguan pada otot bisep
triep deltoid dan pemulihannya tergantung pada perbaikan posisi lengan Umumnya pasien
masih dapat melakukan aktivitas higiene secara mandiri bahkan masih dapat memakai dan
melepaskan baju
Lesi C7
Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesoris untuk
mengkompensasi otot abdomen dan interkostal Fleksi jari tangan biasanya berlebihan
ketika kerja refleks kembali Quadriplegia C7 mempunyai potensi hidup mandiri tanpa
perawatan dan perhatian khusus Pemindahan mandiri seperti berpakaian dan melepas
pakaian melalui ekstrimitas atas dan bawah makan mandi pekerjaan rumah yang ringan
dan memasak
Lesi C8
Hipotensi postural bisa terjadi bila pasien ditinggikan pada posisi duduk karena kehilangan
control vasomotor Hipotensi postural dapat diminimalkan dengan pasien berubah secara
bertahap dari berbaring ke posisi duduk Jari tangan pasien biasanya mencengkram
Quadriplegia C8 harus mampu hidup mandiri mandiri dalam berpakaian melepaskan
pakaian mengemudikan mobil merawat rumah dan perawatan diri
b Cedera Torakal
Lesi T1-T5
Lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengan diafragmatik Fungsi
inspirasi paru meningkat sesuai tingkat penurunan lesi pada toraks Hipotensi postural
biasanya muncul Timbul paralisis parsial dari otot adductor pollici interoseus dan otot
lumrikal tangan seperti kehilangan sensori sentuhan nyeri dan suhu
Lesi T6-T12
Lesi pada tingkat T6 menghilangkan semua refleks adomen Dari tingkat T6 ke bawah
segmen-segmen individual berfungsi dan pada tingkat 12 semua refleks abdominal ada
Ada paralisis spastik pada tubuh bagian bawah Pasien dengan lesi pada tingkat torakal
harus befungsi secara mandiri
Batas atas kehilangan sensori pada lesi torakal adalah
T2 Seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atas
T3 Aksilla
T5 Putting susu
T6 Prosesus xifoid
T7 T8 Margin kostal bawah
T10 Umbilikus
T12 Lipat paha
c Cedera Lumbal
Lesi L1-L5
Kehilangan sensori lesi pada L1-l5 yaitu
L1 Semua area ekstrimitas bawah menyebar ke lipat paha amp bagian belakang dari
bokong
L2 Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior paha
L3 Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel
L4 Sama dengan L3 kecuali aspek anterior paha
L5 Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah dan area sadel
d Cedera Sakral
Lesi S1-S6
Pada lesi yang mengenai S1-S5 mungkin terdapat beberapa perubahan posisi dari
telapak kaki Dari S3-S5 tidak terdapat paralisis dari otot kaki Kehilangan sensasi
meliputi area sadel skrotum dan glans penis perineum area anal dan sepertiga aspek
posterior paha
e Klasifikasi berdasarkan keparahan
1 Klasifikasi Frankel
Grade A motoris (-) sensoris (-)
Grade B motoris (-) sensoris (+)
Grade C motoris (+) dengan ROM 2 atau 3 sensoris (+)
Grade D motoris (+) dengan ROM 4 sensoris (+)
Grade E motoris (+) normal sensoris (+)
2 Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)
Grade A motoris (-) sensoris (-) termasuk pada segmen sacral
Grade B hanya sensoris (+)
Grade C motoris (+) dengan kekuatan otot lt 3
Grade D Motoris (+) dengan kekuatan otot gt 3
Grade E motoris dan sensoris normal
ETIOLOGI
1 Kecelakaan lalu lintasjalan raya adalah penyebab terbesar
2 Injuri atau jatuh dari ketinggian
3 Kecelakaan karena olah raga Di bidang olahraga tersering karena menyelam pada
air yang sangat dangkal
4 Luka jejas tajam tembak pada daerah vertebra
5 Pergerakan yang berlebih hiperfleksi hiperekstensi rotasi berlebih stress lateral
distraksi (stretching berlebih) penekanan
6 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis
servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera
progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun
noninfeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata
siringmielia tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskuler
FAKTOR RESIKO
a Pria 80 sedangkan wanita hanya 20
b Usia 16-30 tahun Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun
dibandingkan usia di atas 65 tahun tersering pada usia 16-30 tahun
c Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat menyelam berselancar roller-skating in-
line skating hockey berselancar di atas salju
d Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis
MANIFESTASI KLINIS
Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah cedera pasien
mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang Deformitas klinis mungkin
tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga
mengalami cedera kepala atau cedera berganda Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu
cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera
tulang belakang Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah
Nyeri pada area spinal atau paraspinal
Nyeri kepala bagian belakang pundak tangan kaki
Kelemahanpenurunankehilangan fungsi motorik (kelemahan paralisis)
Penurunankehilangan sensasi (mati rasahilang sensasi nyeri kaku parestesis
hilang sensasi pada suhu posisi dan sentuhan)
Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma
Shock dengan kecepatan jantung menurun
Priapism
Kerusakan kardiovaskuler
Kerusakan pernapasan
Kesadaran menurun
Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan) meliputi Flaccid paralisis di
bawah batas luka hilangnya sensasi di bawah batas luka hilangnya reflek-reflek
spinal di bawah batas luka hilangnya tonus vasomotor (hipotensi) Tidak ada
keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika
berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic
Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak
simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di
bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel
berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh
POHON MASALAH
(Terlampir)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra
b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal
c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray
d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah
atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord
PENATALAKSANAAN
1 Cidera pada cervikal
- Immobilisasi sederhana
- Traksi skeletal
- Pembedahan untuk spinal dekompresi
2 Cidera pada thoracal dan lumbal
- Immobilisasi pada lokasi fraktur
- Hiperekstensi dan branching
- Bed-rest
3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla
spinalis
PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL
1 Immobilisasi
Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit
gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal
dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan
penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien
diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic
stretcherrsquo
2 Stabilisasi Medis
Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia
a Periksa vital signs
b Pasang rsquonasogastric tubersquo
c Pasang kateter urin
d Segera normalkan rsquovital signsrsquo
Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen
monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada
neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam
kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis
3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells
tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban
yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi
4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup
ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau
posterior
5 Rehabilitasi
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah
rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash
fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia
KOMPLIKASI
- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)
- Komplikasi akibat imobilisasi
o Deep vein thrombosis
o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia
o Kerusakan integritas kulit dekubitus
o Kontraktur
- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa
- Meningkatkan resiko gagal ginjal
- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
- Hilangnya kontrol pada bladder
- Hilangnya kontrol pada bowel
- Kehilangan sensasi
- Disfungsi seksual (impoten pada pria)
- Spasme otot
- Nyeri
- Paralysis otot pernapasan
- Paralysis (paraplegia quadriplegia)
- Shock
PROGNOSIS
Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi
komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan
trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian
antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma
tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam
waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang
belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat
berjalan kembali gt 50
PENGKAJIAN
A Data subyektif
- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)
- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi
- Adanya dyspnea
- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)
- Riwayat hilangnya kesadaran
- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik
B Data Obyektif
- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil
- Status respirasi (Bervariasi)
- Orientasi tempat waktu dan orang
- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik
- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli
- Distensi bowel dan bladder
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang
punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler
c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder
terhadap cedera medulla spinalis
g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang
terlibat (S2-S4)
h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat
traksi
i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom
j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk
menelan
k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan
paralisis
m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung
disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif
Kriteria hasil
RR = 12-20xmenit
Nadi = 60-100xmenit
Pernafasan cuping hidung (-)
Retraksi dinding dada (-)
Bunyi nafas vesikuler
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
Rencana Tindakan
1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat
ditoleransi klien
2 Observasi TTV
3 Auskultasi suara nafas
4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu
pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)
5 Ajarkan teknik nafas dalam
6 Lakukan suction jika diperlukan
7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan
Kriteria hasil
BGA dalam batas normal
pH 735-745
CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
SaO2 95-99
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
RR = 12-20xmenit
Suhu = 365 ndash 3750 C
Intervensi
1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit
3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien
4 Kolaborasi pemeriksaan BGA
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
c Cedera Lumbal
Lesi L1-L5
Kehilangan sensori lesi pada L1-l5 yaitu
L1 Semua area ekstrimitas bawah menyebar ke lipat paha amp bagian belakang dari
bokong
L2 Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior paha
L3 Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel
L4 Sama dengan L3 kecuali aspek anterior paha
L5 Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas bawah dan area sadel
d Cedera Sakral
Lesi S1-S6
Pada lesi yang mengenai S1-S5 mungkin terdapat beberapa perubahan posisi dari
telapak kaki Dari S3-S5 tidak terdapat paralisis dari otot kaki Kehilangan sensasi
meliputi area sadel skrotum dan glans penis perineum area anal dan sepertiga aspek
posterior paha
e Klasifikasi berdasarkan keparahan
1 Klasifikasi Frankel
Grade A motoris (-) sensoris (-)
Grade B motoris (-) sensoris (+)
Grade C motoris (+) dengan ROM 2 atau 3 sensoris (+)
Grade D motoris (+) dengan ROM 4 sensoris (+)
Grade E motoris (+) normal sensoris (+)
2 Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)
Grade A motoris (-) sensoris (-) termasuk pada segmen sacral
Grade B hanya sensoris (+)
Grade C motoris (+) dengan kekuatan otot lt 3
Grade D Motoris (+) dengan kekuatan otot gt 3
Grade E motoris dan sensoris normal
ETIOLOGI
1 Kecelakaan lalu lintasjalan raya adalah penyebab terbesar
2 Injuri atau jatuh dari ketinggian
3 Kecelakaan karena olah raga Di bidang olahraga tersering karena menyelam pada
air yang sangat dangkal
4 Luka jejas tajam tembak pada daerah vertebra
5 Pergerakan yang berlebih hiperfleksi hiperekstensi rotasi berlebih stress lateral
distraksi (stretching berlebih) penekanan
6 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis
servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera
progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun
noninfeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata
siringmielia tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskuler
FAKTOR RESIKO
a Pria 80 sedangkan wanita hanya 20
b Usia 16-30 tahun Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun
dibandingkan usia di atas 65 tahun tersering pada usia 16-30 tahun
c Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat menyelam berselancar roller-skating in-
line skating hockey berselancar di atas salju
d Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis
MANIFESTASI KLINIS
Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah cedera pasien
mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang Deformitas klinis mungkin
tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga
mengalami cedera kepala atau cedera berganda Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu
cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera
tulang belakang Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah
Nyeri pada area spinal atau paraspinal
Nyeri kepala bagian belakang pundak tangan kaki
Kelemahanpenurunankehilangan fungsi motorik (kelemahan paralisis)
Penurunankehilangan sensasi (mati rasahilang sensasi nyeri kaku parestesis
hilang sensasi pada suhu posisi dan sentuhan)
Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma
Shock dengan kecepatan jantung menurun
Priapism
Kerusakan kardiovaskuler
Kerusakan pernapasan
Kesadaran menurun
Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan) meliputi Flaccid paralisis di
bawah batas luka hilangnya sensasi di bawah batas luka hilangnya reflek-reflek
spinal di bawah batas luka hilangnya tonus vasomotor (hipotensi) Tidak ada
keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika
berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic
Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak
simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di
bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel
berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh
POHON MASALAH
(Terlampir)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra
b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal
c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray
d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah
atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord
PENATALAKSANAAN
1 Cidera pada cervikal
- Immobilisasi sederhana
- Traksi skeletal
- Pembedahan untuk spinal dekompresi
2 Cidera pada thoracal dan lumbal
- Immobilisasi pada lokasi fraktur
- Hiperekstensi dan branching
- Bed-rest
3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla
spinalis
PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL
1 Immobilisasi
Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit
gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal
dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan
penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien
diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic
stretcherrsquo
2 Stabilisasi Medis
Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia
a Periksa vital signs
b Pasang rsquonasogastric tubersquo
c Pasang kateter urin
d Segera normalkan rsquovital signsrsquo
Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen
monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada
neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam
kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis
3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells
tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban
yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi
4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup
ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau
posterior
5 Rehabilitasi
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah
rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash
fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia
KOMPLIKASI
- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)
- Komplikasi akibat imobilisasi
o Deep vein thrombosis
o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia
o Kerusakan integritas kulit dekubitus
o Kontraktur
- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa
- Meningkatkan resiko gagal ginjal
- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
- Hilangnya kontrol pada bladder
- Hilangnya kontrol pada bowel
- Kehilangan sensasi
- Disfungsi seksual (impoten pada pria)
- Spasme otot
- Nyeri
- Paralysis otot pernapasan
- Paralysis (paraplegia quadriplegia)
- Shock
PROGNOSIS
Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi
komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan
trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian
antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma
tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam
waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang
belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat
berjalan kembali gt 50
PENGKAJIAN
A Data subyektif
- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)
- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi
- Adanya dyspnea
- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)
- Riwayat hilangnya kesadaran
- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik
B Data Obyektif
- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil
- Status respirasi (Bervariasi)
- Orientasi tempat waktu dan orang
- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik
- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli
- Distensi bowel dan bladder
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang
punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler
c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder
terhadap cedera medulla spinalis
g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang
terlibat (S2-S4)
h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat
traksi
i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom
j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk
menelan
k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan
paralisis
m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung
disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif
Kriteria hasil
RR = 12-20xmenit
Nadi = 60-100xmenit
Pernafasan cuping hidung (-)
Retraksi dinding dada (-)
Bunyi nafas vesikuler
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
Rencana Tindakan
1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat
ditoleransi klien
2 Observasi TTV
3 Auskultasi suara nafas
4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu
pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)
5 Ajarkan teknik nafas dalam
6 Lakukan suction jika diperlukan
7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan
Kriteria hasil
BGA dalam batas normal
pH 735-745
CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
SaO2 95-99
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
RR = 12-20xmenit
Suhu = 365 ndash 3750 C
Intervensi
1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit
3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien
4 Kolaborasi pemeriksaan BGA
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
5 Pergerakan yang berlebih hiperfleksi hiperekstensi rotasi berlebih stress lateral
distraksi (stretching berlebih) penekanan
6 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis
servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera
progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun
noninfeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata
siringmielia tumor infiltrasi maupun kompresi dan penyakit vaskuler
FAKTOR RESIKO
a Pria 80 sedangkan wanita hanya 20
b Usia 16-30 tahun Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun
dibandingkan usia di atas 65 tahun tersering pada usia 16-30 tahun
c Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat menyelam berselancar roller-skating in-
line skating hockey berselancar di atas salju
d Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis
MANIFESTASI KLINIS
Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah cedera pasien
mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang Deformitas klinis mungkin
tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga
mengalami cedera kepala atau cedera berganda Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu
cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera
tulang belakang Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah
Nyeri pada area spinal atau paraspinal
Nyeri kepala bagian belakang pundak tangan kaki
Kelemahanpenurunankehilangan fungsi motorik (kelemahan paralisis)
Penurunankehilangan sensasi (mati rasahilang sensasi nyeri kaku parestesis
hilang sensasi pada suhu posisi dan sentuhan)
Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma
Shock dengan kecepatan jantung menurun
Priapism
Kerusakan kardiovaskuler
Kerusakan pernapasan
Kesadaran menurun
Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan) meliputi Flaccid paralisis di
bawah batas luka hilangnya sensasi di bawah batas luka hilangnya reflek-reflek
spinal di bawah batas luka hilangnya tonus vasomotor (hipotensi) Tidak ada
keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika
berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic
Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak
simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di
bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel
berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh
POHON MASALAH
(Terlampir)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra
b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal
c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray
d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah
atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord
PENATALAKSANAAN
1 Cidera pada cervikal
- Immobilisasi sederhana
- Traksi skeletal
- Pembedahan untuk spinal dekompresi
2 Cidera pada thoracal dan lumbal
- Immobilisasi pada lokasi fraktur
- Hiperekstensi dan branching
- Bed-rest
3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla
spinalis
PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL
1 Immobilisasi
Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit
gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal
dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan
penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien
diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic
stretcherrsquo
2 Stabilisasi Medis
Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia
a Periksa vital signs
b Pasang rsquonasogastric tubersquo
c Pasang kateter urin
d Segera normalkan rsquovital signsrsquo
Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen
monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada
neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam
kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis
3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells
tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban
yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi
4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup
ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau
posterior
5 Rehabilitasi
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah
rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash
fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia
KOMPLIKASI
- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)
- Komplikasi akibat imobilisasi
o Deep vein thrombosis
o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia
o Kerusakan integritas kulit dekubitus
o Kontraktur
- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa
- Meningkatkan resiko gagal ginjal
- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
- Hilangnya kontrol pada bladder
- Hilangnya kontrol pada bowel
- Kehilangan sensasi
- Disfungsi seksual (impoten pada pria)
- Spasme otot
- Nyeri
- Paralysis otot pernapasan
- Paralysis (paraplegia quadriplegia)
- Shock
PROGNOSIS
Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi
komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan
trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian
antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma
tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam
waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang
belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat
berjalan kembali gt 50
PENGKAJIAN
A Data subyektif
- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)
- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi
- Adanya dyspnea
- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)
- Riwayat hilangnya kesadaran
- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik
B Data Obyektif
- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil
- Status respirasi (Bervariasi)
- Orientasi tempat waktu dan orang
- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik
- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli
- Distensi bowel dan bladder
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang
punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler
c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder
terhadap cedera medulla spinalis
g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang
terlibat (S2-S4)
h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat
traksi
i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom
j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk
menelan
k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan
paralisis
m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung
disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif
Kriteria hasil
RR = 12-20xmenit
Nadi = 60-100xmenit
Pernafasan cuping hidung (-)
Retraksi dinding dada (-)
Bunyi nafas vesikuler
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
Rencana Tindakan
1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat
ditoleransi klien
2 Observasi TTV
3 Auskultasi suara nafas
4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu
pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)
5 Ajarkan teknik nafas dalam
6 Lakukan suction jika diperlukan
7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan
Kriteria hasil
BGA dalam batas normal
pH 735-745
CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
SaO2 95-99
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
RR = 12-20xmenit
Suhu = 365 ndash 3750 C
Intervensi
1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit
3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien
4 Kolaborasi pemeriksaan BGA
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
keringat dibawah batas luka inkontinensia urine dan retensi feses jika
berlangsung lama akan menyebabkan hiperreflekparalisis spastic
Pemotongan sebagian rangsangan tidak simetrisnya flaccid paralisis tidak
simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka beberapa sensasi tetap utuh di
bawah batas luka vasomotor menurun menurunnya bladder atau bowel
berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh
POHON MASALAH
(Terlampir)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a Spinal X-ray melihat fraktur pergeseran vertebra
b Myelogram Lokasi obstuksi aliran CSF melihat lebih jelas saraf spinal
c CT Scan melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray
d MRI membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya pembekuan darah
atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord
PENATALAKSANAAN
1 Cidera pada cervikal
- Immobilisasi sederhana
- Traksi skeletal
- Pembedahan untuk spinal dekompresi
2 Cidera pada thoracal dan lumbal
- Immobilisasi pada lokasi fraktur
- Hiperekstensi dan branching
- Bed-rest
3 Obat adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema medulla
spinalis
PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA SPINAL
1 Immobilisasi
Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadiankecelakaan sampai ke unit
gawat darurat Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal
dengan menggunakan rsquocervical collarrsquo Cegah agar leher tidak terputar (rotation) Baringkan
penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempatalas yang keras Pasien
diangkatdibawa dengan cara rdquo4 men liftrdquo atau menggunakan rsquoRobinsonrsquos orthopaedic
stretcherrsquo
2 Stabilisasi Medis
Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia
a Periksa vital signs
b Pasang rsquonasogastric tubersquo
c Pasang kateter urin
d Segera normalkan rsquovital signsrsquo
Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen
monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada
neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam
kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis
3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells
tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban
yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi
4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup
ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau
posterior
5 Rehabilitasi
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah
rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash
fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia
KOMPLIKASI
- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)
- Komplikasi akibat imobilisasi
o Deep vein thrombosis
o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia
o Kerusakan integritas kulit dekubitus
o Kontraktur
- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa
- Meningkatkan resiko gagal ginjal
- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
- Hilangnya kontrol pada bladder
- Hilangnya kontrol pada bowel
- Kehilangan sensasi
- Disfungsi seksual (impoten pada pria)
- Spasme otot
- Nyeri
- Paralysis otot pernapasan
- Paralysis (paraplegia quadriplegia)
- Shock
PROGNOSIS
Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi
komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan
trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian
antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma
tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam
waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang
belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat
berjalan kembali gt 50
PENGKAJIAN
A Data subyektif
- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)
- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi
- Adanya dyspnea
- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)
- Riwayat hilangnya kesadaran
- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik
B Data Obyektif
- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil
- Status respirasi (Bervariasi)
- Orientasi tempat waktu dan orang
- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik
- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli
- Distensi bowel dan bladder
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang
punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler
c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder
terhadap cedera medulla spinalis
g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang
terlibat (S2-S4)
h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat
traksi
i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom
j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk
menelan
k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan
paralisis
m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung
disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif
Kriteria hasil
RR = 12-20xmenit
Nadi = 60-100xmenit
Pernafasan cuping hidung (-)
Retraksi dinding dada (-)
Bunyi nafas vesikuler
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
Rencana Tindakan
1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat
ditoleransi klien
2 Observasi TTV
3 Auskultasi suara nafas
4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu
pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)
5 Ajarkan teknik nafas dalam
6 Lakukan suction jika diperlukan
7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan
Kriteria hasil
BGA dalam batas normal
pH 735-745
CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
SaO2 95-99
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
RR = 12-20xmenit
Suhu = 365 ndash 3750 C
Intervensi
1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit
3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien
4 Kolaborasi pemeriksaan BGA
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
2 Stabilisasi Medis
Terutama sekali pada penderita tetraparesisetraplegia
a Periksa vital signs
b Pasang rsquonasogastric tubersquo
c Pasang kateter urin
d Segera normalkan rsquovital signsrsquo
Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik Berikan oksigen
monitor produksi urin bila perlu monitor AGD (analisa gas darah) dan periksa apa ada
neurogenic shock Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam
kurun waktu 6 jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis
3 Mempertahankan posisi normal vertebra (rdquoSpinal Alignmentrdquo)
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau Gardner-Wells
tong dengan beban 25 kg perdiskus Bila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban
yang lebih ringan beban ditambah setiap 15 menit sampai terjadi reduksi
4 Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
Bila terjadi rsquorealignmentrsquo artinya terjadi dekompresi Bila rsquorealignmentrsquo dengan cara tertutup
ini gagal maka dilakukan rsquoopen reductionrsquo dan stabilisasi dengan rsquoapproachrsquoanterior atau
posterior
5 Rehabilitasi
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin Termasuk dalam program ini adalah
rsquobladder trainingrsquo rsquobowel trainingrsquo latihan otot pernafasan pencapaian optimal fungsi ndash
fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesisparaplegia
KOMPLIKASI
- Perubahan tekanan darah bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)
- Komplikasi akibat imobilisasi
o Deep vein thrombosis
o Infeksi pulmonal atelektasis pneumonia
o Kerusakan integritas kulit dekubitus
o Kontraktur
- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa
- Meningkatkan resiko gagal ginjal
- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
- Hilangnya kontrol pada bladder
- Hilangnya kontrol pada bowel
- Kehilangan sensasi
- Disfungsi seksual (impoten pada pria)
- Spasme otot
- Nyeri
- Paralysis otot pernapasan
- Paralysis (paraplegia quadriplegia)
- Shock
PROGNOSIS
Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi
komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan
trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian
antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma
tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam
waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang
belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat
berjalan kembali gt 50
PENGKAJIAN
A Data subyektif
- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)
- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi
- Adanya dyspnea
- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)
- Riwayat hilangnya kesadaran
- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik
B Data Obyektif
- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil
- Status respirasi (Bervariasi)
- Orientasi tempat waktu dan orang
- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik
- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli
- Distensi bowel dan bladder
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang
punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler
c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder
terhadap cedera medulla spinalis
g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang
terlibat (S2-S4)
h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat
traksi
i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom
j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk
menelan
k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan
paralisis
m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung
disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif
Kriteria hasil
RR = 12-20xmenit
Nadi = 60-100xmenit
Pernafasan cuping hidung (-)
Retraksi dinding dada (-)
Bunyi nafas vesikuler
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
Rencana Tindakan
1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat
ditoleransi klien
2 Observasi TTV
3 Auskultasi suara nafas
4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu
pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)
5 Ajarkan teknik nafas dalam
6 Lakukan suction jika diperlukan
7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan
Kriteria hasil
BGA dalam batas normal
pH 735-745
CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
SaO2 95-99
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
RR = 12-20xmenit
Suhu = 365 ndash 3750 C
Intervensi
1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit
3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien
4 Kolaborasi pemeriksaan BGA
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
- Hilangnya kontrol pada bladder
- Hilangnya kontrol pada bowel
- Kehilangan sensasi
- Disfungsi seksual (impoten pada pria)
- Spasme otot
- Nyeri
- Paralysis otot pernapasan
- Paralysis (paraplegia quadriplegia)
- Shock
PROGNOSIS
Pada awal tahun 1900 angka kematian 1 tahun setelah trauma pada pasien dengan lesi
komplit mencapai 100 Namun kini angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien dengan
trauma quadriplegia mencapai 90 Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian
antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius Pasien dengan trauma
tulang belakang komplit berpeluang sembuh lt 5 Jika terjadi paralisis komplit dalam
waktu 72 jam setelah trauma peluang perbaikan adalah 0 Prognosis trauma tulang
belakang inkomplit lebih baik Jika fungsi sensoris masih ada peluang pasien untuk dapat
berjalan kembali gt 50
PENGKAJIAN
A Data subyektif
- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan neurologis)
- Inforasi tentang kejadian cidera bagaimana sampai terjadi
- Adanya dyspnea
- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)
- Riwayat hilangnya kesadaran
- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik
B Data Obyektif
- Tingkat Kesadaran (Sadartidak sadar) GCS pupil
- Status respirasi (Bervariasi)
- Orientasi tempat waktu dan orang
- Sikap tubuh pasien kekuatan motorik
- TTV (TD Temp Nadi) Integritas kuli
- Distensi bowel dan bladder
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang
punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler
c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder
terhadap cedera medulla spinalis
g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang
terlibat (S2-S4)
h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat
traksi
i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom
j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk
menelan
k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan
paralisis
m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung
disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif
Kriteria hasil
RR = 12-20xmenit
Nadi = 60-100xmenit
Pernafasan cuping hidung (-)
Retraksi dinding dada (-)
Bunyi nafas vesikuler
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
Rencana Tindakan
1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat
ditoleransi klien
2 Observasi TTV
3 Auskultasi suara nafas
4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu
pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)
5 Ajarkan teknik nafas dalam
6 Lakukan suction jika diperlukan
7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan
Kriteria hasil
BGA dalam batas normal
pH 735-745
CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
SaO2 95-99
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
RR = 12-20xmenit
Suhu = 365 ndash 3750 C
Intervensi
1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit
3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien
4 Kolaborasi pemeriksaan BGA
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
a Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang
punggung disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
b Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler
c Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
d Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
e Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
f Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder
terhadap cedera medulla spinalis
g Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang
terlibat (S2-S4)
h Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alat
traksi
i Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom
j Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk
menelan
k Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
l Kurang perawatan diri (mandi gigi berpakaian) yang berhubungan dengan
paralisis
m Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang punggung
disfungsi neurovaskular kerusakan sistem muskuloskeletal
Tujuan Mempertahankan pola nafas klien efektif
Kriteria hasil
RR = 12-20xmenit
Nadi = 60-100xmenit
Pernafasan cuping hidung (-)
Retraksi dinding dada (-)
Bunyi nafas vesikuler
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
Rencana Tindakan
1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat
ditoleransi klien
2 Observasi TTV
3 Auskultasi suara nafas
4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu
pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)
5 Ajarkan teknik nafas dalam
6 Lakukan suction jika diperlukan
7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan
Kriteria hasil
BGA dalam batas normal
pH 735-745
CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
SaO2 95-99
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
RR = 12-20xmenit
Suhu = 365 ndash 3750 C
Intervensi
1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit
3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien
4 Kolaborasi pemeriksaan BGA
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
Pernafasan cuping hidung (-)
Retraksi dinding dada (-)
Bunyi nafas vesikuler
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
Rencana Tindakan
1 Beri posisi kepala netral tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika dapat
ditoleransi klien
2 Observasi TTV
3 Auskultasi suara nafas
4 Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu
pernafasan pernafasan cuping hidung cyanosis)
5 Ajarkan teknik nafas dalam
6 Lakukan suction jika diperlukan
7 Beri tambahan O2 sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
dan perubahan membran alveolar kapiler
Tujuan Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan
Kriteria hasil
BGA dalam batas normal
pH 735-745
CO2 20-26 mEq (bayi) 26-28 mEq (dewasa)
PO2 (PaO2) 80-110 mmHg
PCO2 (PaCO2) 35-45 mmHg
SaO2 95-99
Cyanosis (-)
CRT lt 2 detik
RR = 12-20xmenit
Suhu = 365 ndash 3750 C
Intervensi
1 Istirahatkan klien dalam posisi semifowler
2 Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 Lmenit
3 Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien
4 Kolaborasi pemeriksaan BGA
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
3 Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret yang menumpuk
Tujuan jalan napas bersih
Kriteria hasil Batuk efektif pasien mampu mengeluarkan seket bunyi napas normal jalan
napas bersih respirasi normal irama dan jumlah pernapasan
Rencana Tindakan
a Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret
R Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen berpengaruh terhadap
kemampuan batuk
b Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher bersihkan sekret)
R Menutup jalan nafas
c Monitor warna jumlah dan konsistensi sekret lakukan kultur
R Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia
d Lakukan suction bila perlu
R Pengambilan secret dan menghindari aspirasi
e Auskultasi bunyi napas
R Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru
f Lakukan latihan nafas
R mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret
g Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi
R Mengencerkan sekret
h Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah
R Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam darah
i Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi
R Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
4 Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan
sesorik
Tujuan Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
footdrop meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit kompensasi
mendemonstrasikan teknik perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas
Rencana Tindakan
a Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam
R Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam
b Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
R Mencegah terjadinya dekubitus
c Beri papan penahan pada kaki
R Mencegah terjadinya foodrop
d Gunakan otot orthopedhi edar handsplits
R Mencegah terjadinya kontraktur
e Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali hari
R Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur
f Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien
R Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan
g Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
R Memberikan pancingan yang sesuai
5 Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas penurunan sensorik
Tujuan Mempertahankan Intergritas kulit
Kriteria Hasil Keadaan kulit pasien utuh bebas dari kemerahan bebas dari infeksi pada
lokasi yang tertekan
Rencana Tindakan
a Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit
R Salah satunya yaitu immobilisasi hilangnya sensasi Inkontinensia bladder bowel
b Kaji keadaan pasien setiap 8 jam
R Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus
c Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)
R Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas
d Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis
R Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia perubahan posisi meningkatkan
sirkulasi darah
e Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien
R Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya kerusakan kulit
f Lakukan pemijatan khusus lembut diatas daerah tulang yang menonjol setiap 2 jam
dengan gerakan memutar
R Meningkatkan sirkulasi darah
g Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein
R Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan
h Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet rusak setiap hari
R Mempercepat proses penyembuhan
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
6 Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih atau
kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih sekunder terhadap cedera
medulla spinalis
Tujuan Peningkatan eliminasi urine
Kriteria Hasil Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa residu dan
distensi keadaan urine jernih kultur urine negatif intake dan output cairan seimbang
Rencana tindakan
a Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih
R Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih
b Kaji intake dan output cairan
R Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder
c Lakukan pemasangan kateter sesuai program
R Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih sehingga perlu
bantuan dalam pengeluaran urine
d Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari
R Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya
e Cek bladder pasien setiap 2 jam
R Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia
f Lakukan pemeriksaan urinalisa kultur dan sensitibilitas
R Mengetahui adanya infeksi
g Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam
R Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi
7 Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter sekunder
terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks sakrum yang terlibat (S2-
S4)
Tujuan Memperbaiki fungsi usus
Kriteria hasil Pasien bebas konstipasi keadaan feses yang lembek berbentuk
Rencana tindakan
a kaji pola eliminasi bowel
R Menentukan adanya perubahan eliminasi
b b Berikan diet tinggi serat
R Serat meningkatkan konsistensi feses
c Berikan minum 1800 ndash 2000 mlhari jika tidak ada kontraindikasi
R Mencegah konstipasi
d Auskultasi bising usus kaji adanya distensi abdomen
R Bising usus menentukan pergerakan perstaltik
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
e Hindari penggunaan laktasif oral
R Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan
f Lakukan mobilisasi jika memungkinkan
R Meningkatkan pergerakan peritaltik
g Berikan suppositoria sesuai program
R Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi
h Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi
R Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria
8 Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama cedera psikis dan alt
traksi
Tujuan Memberikan rasa nyaman
Kriteria hasil Melaporkan penurunan rasa nyeri ketidak nyaman mengidentifikasikan
cara-cara untuk mengatasi nyeri mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi
dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan individu
Rencana tindakan
a Kaji terhadap adanya nyeri bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri
misalnya lokasi tipe nyeri intensitas pada skala 0 ndash 1-
R Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada punggung atau
kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer
b Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi masase kompres hangat
dingin sesuai indikasi
R Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosionlan selain
menurunkan kebutuhan otot nyeri efek tak diinginkan pada fungsi pernafasan
c Dorong penggunaan teknik relaksasi misalnya pedoman imajinasi visualisasi latihan
nafas dalam
R Memfokuskan kembali perhatian meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
d kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi relaksasi otot misalnya dontren (dantrium)
analgetik antiansietismisalnya diazepam (valium)
R Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme nyeri otot atau untuk menghilangkan-ansietas
dan meningkatkan istrirahat
9 Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf simpatis
sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom ketidakstabilan kolumna spinalis
Tujuan Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex
Kriteria hasil
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
- Cidera tidak terjadi
- Klien tidak terjatuh
- Ala-alat imobilisasi terpasang paten
Intervensi
1 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang dengan paten
R memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera
2 Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak
R mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur
3 Atur posisi tempat tidur serendah mungkin
R meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi
4 Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan pantauan perawat
R memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien
10 Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menelan
Tujuan Tidak terjadi aspirasi
Kriteria Hasil
Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung jalan nafas paten dari
aspirasi makanan dan minuman
Intervensi
1 kaji status pernapasan tiap jam
R Takipnu pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya
sekret
2 lakukan suction
R Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi
3 miringkan pasien untuk drainase
R Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang
menyumbat jalan nafas
4 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut
R Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen
dan pencegahan hipoksia
5 Kolaborasi Pemberian oksigen
R Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan
hipoksia
11 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan sekunder terhadap paralisis
Tujuan Status nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
Kriteria Hasil
Intake cukup makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali lagi melalui
hidung BB meningkat protein atau albumin ge 35 mg
Intervensi
1 Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan
R Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh
2 Kaji bising usus bila perlu
R Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui
kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air
3 Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein
R nutrisi cukup akan membantu proses penyembuhan
4 Timbang berat badan sesuai protokol
R mengetahui status nutrisi
Dx7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang
Tujuan Kebutuhan aktifitas sehari-hariperawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil
Kejang (-) bed rest (-) bau badan (-) gigi bersih rambut bersih tempat tidur bersih
iritasi kulit (-)
Intervensi Rasional
1 Pemenuhan kebutuhan aktifitas
sehari-hari
2 Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas BABBAK
membersihkan tempat tidur dan kebersihan
diri juga oral hygiene
3 Libatkan keluarga dalam
perawatan diri sehari-hari
1 Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
secara adekuat dapat membantu proses
kesembuhan
2 mempertahankan status
kesehatan dan kebersihan diri pasien
3 Keluarga dapat meningkatkan
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas
kebersihan diri
Dx 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang penanganan
penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi
Tujuan pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil
Takut ltlt tegang (-) gelisah (-) nadi 80-100 xmenit RR 16-20xmenit klien dan
keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kecemasan pasien
2 Jelaskan tentang aktifitas
kejang yang terjadi dan semua prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada pasien
3 Ajarkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
4 Gunakan komunikasi dan
sentuhan terapeutik
1 Tingkat kecemasan yang berbeda
butuh penanganan yang berbeda pula
2 Dengan mengetahui semua
prosedur dan kondisi tubuhnya pasien akan
merasa lebih tenang dan rasa cemas berkurang
3 Ekspresi perasaan secara verbal
dapat membantu mengurangi rasa cemas
4 Memberikan ketenangan rasa
nyaman bagi pasien
DAFTAR PUSTAKA
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI
1 Andi Tulus 2009 Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI) httptulus-
andiblogspotcom200906asuhan-keperawatan-spinal-cord-injuryhtml Diakses
tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1059 WIB
2 Bedah Umum 2009 Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae Diakses
dari httpbedahumumwordpresscom20090304penanganan-konservatif-fraktur-
kompresi-vertebra Tanggal 9 september 2009 pukul 1342 WIB
3 Carpenito Lynda Juall 2001 Diagnosa Keperawatan Jakarta EGC
4 Doengoes Marilyn E 2000 Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien Jakarta EGC
5 Hudak carolyn M 1996 Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik Jakarta
EGC
6 Pinzon Rizaldy 2007 Mielopati Servical Traumatika Telaah Pustaka terkini
wwwkalbecoidfilescdkfiles154_13_mielopatiservicaltraumatikapdf154_13_
mielopatiservicaltraumatikahtml diakses tanggal 6 Nopember 2009 pukul 0945
WIB
7 Sunardi 2008 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis
httpnardinursesfileswordpresscom200810askep-pasien-dengan-trauma-
medspinpptDiakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 1058 WIB
8 httpwwwscribdcomdoc29042954Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-Cedera-
Cervikal
9 httprepositoryusuacidbitstream123456789187841mkn-jun2007-
402028729pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 1048697 No 2 1048697 Juni
2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal
10 Hafas Hanafiah Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
11 Brunner amp Suddarth 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3
Jakarta EGC
12 Carpenito L T 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 Jakarta EGC
13 Doengoes M E 1999 Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Jakarta EGC
14 Luckman J and Sorensens RC 1993 Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic approach Ed 4 Philadelphia WB Souders Company
15 Mansjoer A 2000 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3 Jakarta FKUI