LEMBAR JUDUL
TRANSLITERASI AL-QUR’AN PADA MUSHAF AL-QUR’AN
MENURUT PARA PENGGUNA
(STUDI KASUS DI ANNABA CENTER INDONESIA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Tety Juwariyah
NIM: 11140340000201
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iv
ABSTRAK
Tety Juwariyah
Transliterasi Al-Qur’an Pada Mushaf Al-Qur’an Menurut Para Pengguna (Studi Kasus di Annaba Center Indonesia)
Transliterasi Al-Qur’an dibuat sebagai alat bantu bagi sebagian orang yang tidak
mampu membaca Al-Qur’an dalam aksara Arab. Pengguna Al-Qur’an transliterasi dalam
kalangan muallaf dirasa sangat dibutuhkan, karena mereka belum cukup mengenal huruf
Arab. Dalam praktiknya, para pengguna tidak begitu memahami beberapa simbol dalam
transliterasi yang terdapat pada mushaf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pandangan para santri di Pesantren Annaba Center Indonesia dan mengetahui dampak dari
transliterasi Al-Qur’an bagi mereka. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field
research) dengan jenis penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah para santri di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam ternyata memberikan dampak bagi siapa pun
yang berinteraksi dengannya tidak terkecuali pada mushaf Al-Qur’an Tranliterasi, salah satunya para
santri di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia. Dampak Al-Qur’an
bertransliterasi penulis membaginya kepada 2 macam yaitu; dampak positif dan dampak
negatif. Pertama, dampak positifnya yaitu memberikan kemudahan sebagai alat bantu dalam
membaca Al-Qur’an bagi kalangan muallaf yang sebelumnya belum cukup mengenal huruf
Arab dan menjadikan transliterasi Al-Qur’an sebagai alat kontrol bacaan dalam membaca Al-
Qur’an. Kedua, dampak negatifnya yaitu dapat memanjakan para pengguna jikalau tidak
didampingi atau tidak dibimbing intensif. Dari sini dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa
pentingnya talaqī musyāfahah.
Dari data yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diketahui ada beberapa problematika
pengguna Al-Qur’an bertransliterasi sebagai berikut: Pertama, intensitas membaca Al-Qur’an
yang minim. Kedua, pengetahuan dasar yang minim tentang huruf Arab. Para muallaf di
pesantren Annaba Center Indonesia mengalami kesulitan atau kebingungan dalam melafalkan
huruf-huruf yang tidak ada padanannya seperti huruf ص yang tertulis dalam transliterasi
SKB2M tertulis ṣ. Maka dari itu sangat diperlukan pendamping yang mendengarkan dan
mengajarkan.
Kata Kunci: Transliterasi, Muallaf, Mushaf
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
senantiasa melimpahkan segala nikmat dan pertolongannya kepada penulis. Berkat izin dari
Allah SWT penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita termasuk umatnya yang istiqamah
menjalani perintahnya, dan mendapatkan syafaat pada hari kiamat kelak.
Penulis menyadari betul bahwa skripsi yang berjudul “TRANSLITERASI AL-QUR’AN
PADA MUSHAF AL-QUR’AN MENURUT PARA PENGGUNA (STUDI KASUS DI
ANNABA CENTER INDONESIA)” ini tidak akan selesai jika hanya mengandalkan daya yang
penulis miliki. Ada banyak sosok, kerabat, orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung
telah banyak membantu penulis. Maka dala pengantar skripsi ini penulis banyak mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir juga
ketua sidang merangkap penguji I dan ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd., selaku
Sekretaris Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan
waktunya untuk membimbing, menasehati, memberikan ilmu dan arahannya kepada
penulis.
4. Bapak Rifki Muhammad Fatkhi M.A., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
mendidik dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa.
vi
5. Bapak Syahrullah, M.A selaku penguji II yang telah menyempatkan waktunya untuk hadir
menguji dan mengkritisi tulisan penulis, demi terwujudnya tulisan yang sesuai dengan
standarisasi akademik.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik
dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu dan pengalaman berharga kepada penulis.
Semoga segala ilmu yang telah diberikan memberikan keberkahan dalam hidup.
7. Kepada kedua orang tua terkasih bapak Totong Toha, S.E., dan Ibu Jubaedah yang selalu
memberikan semangat kebaikan di setiap kehidupan penulis dan mendoakan penulis di
setiap ibadahnya. Dan juga untuk kedua adikku tersayang Fitriyani Nur Khadijah dan
Hilman Mumtaaz Ramadhan, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada mas Mohammad Masykur, S.pd. yang selalu memberikan semangat, support, dan
do’anya kepada penulis. Semoga diberikan kemudahan dalam menyusun tesisnya dan
mendapatkan hasil yang memuaskan.
9. Keluarga yang telah mendukung penuh dan tempat penulis berproses di dalamnya,
Keluarga Pesantren Luhur Sabilussalam 2015, Asrama Putri Assyifa, Himpunan Qari dan
Qariah Mahasiswa (HIQMA) UIN Jakarta, Himpunan Mahasiswa Bogor (HIMABO),
Pendidikan Dasar Ulama (PDU) MUI Jakarta Selatan, seta keluarga Alumni Pesantren
Darurrahmah.
10. Kepada teman-teman Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center
Indonesia. Terima kasih telah memberikan berbagai pelajaran dan manfaat selama penulis
menjalankan penelitian.
vii
11. Kepada teman-teman seperjuangan keluarga Tafsir Hadis angkatan 2014, terkhusus TH F
yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dan motivasi dalam
menyelesaikan studi penulis. Semoga kita selalu menjalin silaturahmi sampai akhir hayat.
Sekali lagi penulis haturkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis. Semoga Allah Swt membalas kebaikan yang berlipat ganda dan
mendapatkan keberkahan yang berlimpah. Āmīn yā Rabb al-Ālamīn.
Ciputat, 28 Desember 2018
Tety Juwariyah
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Dalam skripsi, tesis, dan disertasi bidang keagamaan (baca: Islam), alih aksara atau
transliterasi, adalah keniscayaan. Oleh karena itu, untuk menjaga konsistensi, aturan yang
berkaitan dengan alih aksara ini penting diberikan. Pengetahuan tentang ketentuan ini harus
diketahui dan dipahami, tidak saja oleh mahasiswa yang akan menulis tugas akhir, melainkan
juga oleh dosen, khususnya dosen pembimbing dan dosen penguji, agar terjadi saling kontrol
dalam penerapan dan konsistensinya. Dalam dunia akademis, terdapat beberapa versi
pedoman alih aksara, antara lain versi Turabian, Library of Congress, Pedoman dari
Kementian Agama dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta versi
Paramadina.Umumnya, kecuali versi Paramadina, pedoman alih aksara tersebut
meniscayakan digunakannya jenis huruf (font) tertentu, seperti font Transliterasi, Times New
Roman, atau Times New Arabic. Untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan
tugas akhir, pedoman alih aksara ini disusun dengan tidak mengikuti ketentuan salah satu
versi di atas, melainkan dengan mengkombinasikan dan memodifikasi beberapa ciri
hurufnya. Kendati demikian, alih aksara versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini disusun
dengan logika yang sama.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ث
Ts te dan es ث
J Je ج
ḥ h dengan titik bawah ح
Kh ka dan ha ر
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
ix
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
Ṣ es dengan titik bawah ص
ḍ de dengan titik bawah ض
ṭ te dengan titik bawah ط
ẓ zet dengan titik bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
G Ge غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ى
w We و
h Ha ه
Apostrof ’ ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih
aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fatḥah ـــ
I Kasrah ـــ
x
__ U ḍammah
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i __ ي
__ و Au a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal pajang (madd) yang dalam bahsa Arab dilambangkan
dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ā a dengan garis di atas ىا
Ī i dengan garis di atas ىي
Ū u dengan garis di atas ىو
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu
dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf kamariah.
Contoh: al-rijâl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad-dīwān.
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah
tanda (ـــ (dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan
huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang
menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian
seterusnya.
6. Ta Marbūtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri
sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal
xi
yang sama juga berlaku jika tamarbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
Ṭarīqah طريقت 1
اإلسالهيت الجاهعت 2 al-jāmī’ah al-islāmiyyah
الوجود وددة 3 waḥdat al-wujūd
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini
huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan
Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan 35 permulaan kalimat, huruf awal
nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata
sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmid al-Ghazālī bukan Abū Hāmid Al-
Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi. Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka
demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan
nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr
al-Dīn al-Rānīrī.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara
terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab,
dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustādzu ذھة األستاذ
Tsabata al- ajru ثبج األجر
xii
al- ẖarakah al-‘ asriyyah الذرمت العصريت
Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشھد أى ال إلھ إال هللا
الخ Maulānā Malik al- Ṣālih هوالنا هلل الص
Yu’ atstsirukum Allah يؤثرمن هللا
al- maẓāhir al-‘ aqliyyah الوظاھر العقليت
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR v
PEDOMAN TRANSLITERASI vii
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 8
C. Batasan dan Rumusan Masalah 9
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan 9
E. Metodologi Penelitian 10
F. Kajian Pustaka 14
G. Sistematika Penulisan 17
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG TRANSLITERASI AL-QUR’AN
A. Pengertian Transliterai Al-Qur’an 19
B. Transliterasi Berdasarkan SKB Dua Menteri Tahun 1987 21
C. Tinjauan Hukum Transliterasi dalam Fatwa Ulama 23
D. Perkembangan Penyusunan Mushaf di Indonesia 26
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN PEMBINAAN MUALLAF ANNABA
CENTER INDONESIA
xiv
A. Sekilas tentang Yayasan Pembinaan Muallaf Annaba Center Indonesia 30
B. Profil Santri di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia 33
C. Profil Mushaf Al-Qur’an Transliterasi 35
D. Waktu Membaca Al-Qur’an 46
E. Kepemilikan Al-Qur’an Transliterasi 47
F. Alasan Ketertarikan Menjadi Muallaf 48
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Transliterasi Al-Qur’an bagi Muallaf 56
1. Definisi dan Pandangan Transliterasi Al-Qur’an 56
2. Alasan Ketertarikan Mempelajari Al-Qur’an 57
B. Upaya Mengenal Bacaan dan Hafalan Al-Qur’an 59
1. Tujuan Membaca Al-Qur’an 59
2. Mempelajari Tajwid/Tahsin 61
3. Mempelajari Bahasa Arab 62
C. Pengajian Setoran Bacaan Al-Qur’an 64
1. Tujuan Mengikuti Pengajian 64
2. Usaha Agar Cepat Membaca Al-Qur’an 65
3. Manfaat Pengajian 66
4. Dampak Membaca Transliterasi bagi Para Muallaf di Annaba Center Indonesia.66
D. Klasifikasi Tingkat Bacaan 69
E. Problematika Al-Qur’an Transliterasi dan Solusinya 71
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN 78
B. SARAN-SARAN 79
DAFTAR PUSTAKA 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN 82
xv
DAFTAR GAMBAR dan TABEL
Tabel 3.1 Identitas Informan (Santri) 33
Tabel 3.2 Identitas Informan (Pengajar Al-Qur’an dan Pembina Yayasan) 35
Gambar 3.3 Mushaf Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata (AT-
THAYYIB) 37
Gambar 3.4 Mushaf Al-Qur’an Al-Hadi Mushaf Latin 2015 40
Gambar 3.5 Mushaf Al-Qur’an Tajwid Warna Transliterasi Per Ayat Terjemah Per Ayat (Al-
Munawwar) 2015 43
Tabel 3.6 Waktu Membaca Al-Qur’an 47
Tabel 3.7 Kepemilikan Al-Qur’an Transliterasi 48
Tabel 3.8 Alasan Ketertarikan Menjadi Muallaf 48
Tabel 4.1 Alasan Ketertarikan Mempelajari Al-Qur’an 58
Tabel 4.2 Tujuan Membaca Al-Qur’an 59
Tabel 4.3 Alasan Mempelajari Tajwid/Tahsin 61
Tabel 4.4 Alasan Ketertarikan Mempelajari Bahasa Arab 62
Tabel 4.5 Tujuan Mengikuti Pengajian 65
Tabel 4.6 Usaha agar cepat membaca Al-Qur’an 66
Tabel 4.7 Manfaat Pengajian 67
Tabel 4.8 Problematika Tansliterasi Al-Qur’an 69
Tabel 4.9 Solusi Problematika Tansliterasi Al-Qur’an 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an kitab suci yang wajib dibaca, dipahami maknanya serta
diamalkan bagi umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kitab yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad ini menggunakan bahasa Arab, sesuai dengan bahasa
yang digunakan Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an berbahasa Arab agar
kamu mengerti.” (Q.S Yusuf/12:2).1
Pada praktiknya, tidak semua umat Islam mampu membaca Al-Qur’an
dalam aksara Arab. Dalam Harian Republika, mengutip dari Wildan, Pimpinan
Akademik Al-Qur’an, menyatakan bahwa jumlah masyarakat Indonesia yang
tidak bisa membaca Al-Qur’an sekitar 60%. Artinya, hanya 40% saja umat Islam
di Indonesia yang bisa membaca Al-Qur’an. Dari 40%, hanya 20% saja yang bisa
membacanya dengan baik dan benar.2 Padahal Indonesia merupakan negara
dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dan seorang muslim dituntut
untuk bisa beribadah dan berdo’a dalam bahasa Arab. Meskipun mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam, namun tidak semua bisa membaca Al-
Qur’an yang tertulis dalam bahasa Arab.3 Data ini setidaknya memberi gambaran
kondisi masyarakat muslim Indonesia dalam hal membaca Al-Qur’an. Untuk
1 Lihat Q.S Yusuf/12:2. Mushaf Al-Qur‟an Cordoba (Bandung:PT Cordoba Internasional
Indonesia, 2012), h. 235. 2 Republika, “60 Persen Muslim Buta Huruf Al-Qur’an”, Sabtu, 5 Maret 2016.
3 Nur Fauzan Muhammad, “Problematika Transliterasi Aksara Arab-Latin: Studi Kasus
Buku Panduan Manasik Haji dan umrah”, NUSA, Vol 12, No 1, Februari 2017.
2
membantu masyarakat yang belum bisa membaca huruf Arab diperlukan upaya
pengalih aksaraan huruf Arab ke huruf Latin dalam bahasa Indonesia. Dari sini
kemudian muncul kebutuhan Al-Qur’an bertransliterasi Latin, sebagai jalan keluar
untuk mengatasi masalah membaca Al-Qur’an. Transliterasi Arab-Latin adalah
metode atau pendekatan yang digunakan agar bahasa Arab lisan dan tulisan dapat
diwakili dalam tulisan Latin. Transliterasi itu sendiri dipakai untuk berbagai
keperluan, seperti penulisan judul dan nama orang, pembuatan katalog, dan
pelajaran bahasa Arab. Transliterasi disebut juga dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, sebagai penyalinan dan penggantian huruf abjad satu ke abjad yang
lain.4
Pemerintah telah menerbitkan SKB Menteri Agama dan Menteri
Kebudayaan atau yang sering disebut “Surat Keputusan Bersama Dua Menteri”
yang selanjutnya disebut SKB2M, No. 158/1987-No. 0543/u/1987 tentang
Transliterasi Arab Latin.5 Kemudian pada tahun 2007 Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama Republik Indonesia
menerbitkan buku Pedoman Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an sebagai
pengembangan dari SKB2M tersebut. Pedoman Tajwid Transliterasi tersebut
dijadikan acuan untuk penerbit yang akan menerbitkan Al-Qur’an bertransliterasi.
Data pentashihan di Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an menunjukkan bahwa
pada tahun 2015 naskah Al-Qur’an transliterasi dengan berbagai variannya
banyak diajukan penerbit untuk ditashih. Ada berbagai model transliterasi, semua
mendapat tempat tersendiri di masyarakat. Fakta ini memperkuat asumsi bahwa
4 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 1070. 5 Departemen Agama RI, “Pedoman Transliterasi Arab-Latin”, Jakarta: Depag, 2003, h.
15.
3
banyak masyarakat yang menggunakan Al-Qur’an Transliterasi karena tidak bisa
membaca aksara Arab.6
Pelurusan penulisan ejaan kata serapan bahasa Arab juga pedoman
transliterasi Arab-Latin ini sangat mendesak untuk dilakukan. Sebab, saat ini
banyak sekali beredar buku-buku panduan membaca Al-Qur’an, tuntunan ibadah
dan do’a yang menggunakan transliterasi, yakni menuliskan kata (lafal) Arab
dalam huruf latin. Tujuannya untuk memudahkan orang awam belajar membaca
Al-Qur’an secara otodidak. Masalahnya justru terletak dalam praktik transliterasi.
Untuk membaca Al-Qur’an atau melafalkan bacaan Arab harus membutuhkan
bimbingan guru. Tanpa bimbingan guru, dan hanya mengandalkan panduan
transliterasi dikhawatirkan akan menghasilkan cara pengucapan yang tidak tepat.
Transliterasi ini idealnya harus mampu menuntun pembacanya mengucapkan
lafadz-lafadz Al-Qur’an secara tepat. Tentang pengajaran transliterasi ini terdapat
dua perbedaan pandangan. Kelompok pertama berpendapat bahwa transliterasi
adalah symbol huruf Arab saja. Kelompok kedua, terdiri dari mereka yang
menganggap transliterasi bukan hanya symbol saja, tetapi huruf yang sudah
dibakukan menurut Ejaan yang Disempurnakan.7
Tujuan pengalihan huruf Al-Qur’an adalah untuk mendekatkan orang yang
kurang mampu membaca huruf Arab kepada pelafalan teks Al-Qur’an yang
sebenarnya. Pengalih hurufan istilah-istilah Arab ke tulisan Latin menimbulkan
lebih banyak masalah daripada tulisan Arab itu sendiri. Walaupun sangat
dibutuhkan untuk mencari lambang bunyi bahasa Arab dalam tulisan Latin, akan
6Muhammad Musaddad, “Al-Qur’an Transliterasi Latin dan Problematikanya dalam
Masyarakat Muslim Denpasar” Shuhuf, Vol 10, No.1, Juni 2017. 7 Nur Fauzan Muhammad, “Problematika Transliterasi Aksara Arab-Latin: Studi Kasus
Buku Panduan Manasik Haji dan umrah”, NUSA, Vol 12, No 1, Februari 2017.
4
tetapi belum dapat ditemukan pedoman yang bisa menggambarkan bunyi huruf
Arab dengan tepat.8
Para ulama mempunyai pandangan yang beragam mengenai trasnliterasi
Al-Qur’an, ada yang membolehkan dan ada juga yang tidak membolehkan.
Jumhur Ulama mengharamkan atau tidak memperbolehkan terkait Al-Qur’an
transliterasi atau mengalih hurufkan Al-Qur’an ke huruf yang lain. Tapi ada juga
Ulama yang membolehkan, diantaranya yaitu Imam al-Ramly.9 Terkait hal ini,
Muhammad Mussaddad mengutip dari Isma’il Raji Al-Faruqi mengatakan, “The
Latin alphabet transliteration of Qur'anic passage is not the holy al-Qur’an al-
Karim, but a means to reaching and understanding it”. Hal ini menegaskan bahwa
transliterasi Arab-Latin dari ayat-ayat Al-Qur’an bukanlah Al-Qur’an yang suci
itu sendiri. Akan tetapi, itu hanya alat untuk mencapai dan memahaminya saja.10
Sebagian kalangan berpendapat bahwa transliterasi bukanlah hal yang
penting untuk diajarkan. Bahkan, transliterasi dianggap bisa mengganggu
penguasaan baca-tulis Arab, terutama dalam pelafalan. Huruf transliterasi
dianggap tidak dapat mewakili makhārij al-hurūf Arab dengan tepat, sehingga
orang yang mampu membaca transliterasi belum tentu dapat melafalkan huruf
Arab dengan benar.11
pada tahun 2011, ada 11 tanda tashih penerbit yang
mencetak mushaf Al Quran lengkap dengan transliterasi. Angka ini meningkat
hingga pada tahun 2016 ada 16 tanda tahsis. Hal ini menunjukan bahwa
8 Muhammad Musaddad, “Al-Qur’an Transliterasi Latin dan Problematikanya dalam
Masyarakat Muslim Denpasar” Shuhuf, h. 195. 9 Imam Muttaqien, Pedoman Transliterasi Al-Qur’an pada Pembinaan Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, Teater Room Fakultas Ushuluddin, 20 Maret 2018. 10 Muhammad Musaddad, “Al-Qur’an Transliterasi Latin dan Problematikanya dalam
Masyarakat Muslim Denpasar” Shuhuf, h. 198. 11
Muhammad Musaddad, “Al-Qur’an Transliterasi Latin dan Problematikanya dalam
Masyarakat Muslim Denpasar” Shuhuf, h. 202.
5
penggunaan transliterasi dalam membaca Al Quran masih dibutuhkan. Meski
banyak bermunculan metode baca cepat Al Quran di era digital, ternyata
transliterasi mushaf Al-Quran masih dibutuhkan. Akan hal ini, Kementerian
Agama diharapkan dapat terus memfasilitasi keberadaan mushaf Al Quran yang
dilengkapi transliterasi. Namun demikian, menurut Kepala Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Quran (LPMQ) Balitbang Diklat Kemenag RI Muchlis Muhammad
Hanafi, diperlukan rumusan argumen tentang kajian yang lebih akademis terkait
boleh tidaknya penggunaan transliterasi, selain argumen keagamaan, hasil
penelitian digunakan untuk menguatkan transliterasi.12
Berdasarkan paparan di atas, dengan melihat beragam pandangan
mengenai transliterasi Al-Qur’an perlu adanya perjalanan panjang terhadap
penggalian informasi tentang transliterasi dari lapangan. Penelitian ini lebih pada
fakta sosial keagamaan, yakni mengapa sebagian orang menggunakan transliterasi
dalam membaca Al-Qur’an di tengah begitu banyak metode pembelajaran
membaca Al-Qur’an kemudian faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi
seseorang menggunakan transliterasi dalam membaca Al-Qur’an. Hasilnya sangat
bermakna, karena akan mengkonfirmasi tentang temuan ulama selama ini terkait
penggunaan transliterasi. Hasil penelitian ini digunakan untuk menguatkan
transliterasi karena banyak ulama mengharamkan transliterasi, umumnya negara
Arab, termasuk juga Malaysia. Tempat yang menjadi sasaran penelitian ini adalah
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia yang berlokasi
di jalan Cenderawsih 1, Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan. Tempat ini
adalah tempat pembinaan bagi para muallaf yang ingin masuk Islam dan
12
Diakses di https://www2.kemenag.go.id/berita/433175/penggunaan-transliterasi-baca-al-
quran-cenderung-meningkat , Pada tanggal 20 Juni 2018.
6
mendapatkan arahan seputar ke Islaman. Pengajian setoran membaca Al-Qur’an
ini dilaksanakan setiap subuh mulai dari hari Senin hingga Jum’at. Salah satu
program yang Pesantren sajikan untuk membina para muallaf adalah pengajian/
setoran bacaan Al-Qur’an guna mengajarkan mereka untuk bisa lancar membaca
Al-Qur’an dan selanjutnya Pesantren akan menuntun mereka untuk bisa
menghafal Ayat-ayat Al-Qur’an.13
Menurut Aminah Ashri Hutabarat salah satu
santri di Pesantren Annaba bahwasannya transliterasi Al-Qur’an itu sangat
membantu para pemula untuk membaca Al-Qur’an.
“Transliterasi itu sangat membantu untuk pemula bagi kami karena itu
adalah alat pertama kami agar kami bisa baca Bahasa Arab itu sendiri meskipun
memang kami butuh pendamping tapi itu adalah sebagai bantuan untuk kami
sendiri. Kalau sudah bisa pun perlahan-lahan kami harus lepas dari transliterasi
tapi tetap awal mula kami menggunakan itu bahkan sampai saat ini kalau kami
ingin meyakini atau memastikan bacaannya terkadang kami masih membutuhkan
bantuan itu kalau tidak ada tempat untuk bertanya atau pendamping.”14
Hal ini dirasakan pula oleh Siti Hajar yang mengutarakan bahwa
transliterasi Al-Qur’an itu adalah kebutuhan untuk para pemula karena sangat
membantu dalam membaca Al-Qur’an.
“transliterasi itu adalah kebutuhan untuk kami yang pemula meskipun ada
gurunya atau ada yang mengajarkan juga kadang kalau kita ingin baca kan perlu
liat juga ke transliterasinya itu. Cukup membantu jadinya meskipun kita tidak
boleh terpaku dengan hal itu.“15
Berdasarkan masalah-masalah seperti yang telah disebutkan di atas, maka
penelitian ini saya beri judul “Transliterasi Al-Qur’an pada Mushaf Al-Qur’an
Menurut Para Pengguna (Studi Kasus di Annaba Center Indonesia)”. Kajian ini
13 Wawancara Pribadi dengan Ustz Ernawati Pengajar Al-Qur’an, Asrama Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 08 Oktober 2018 pukul 16: 09 WIB. 14
Wawancara Pribadi dengan Aminah Ashri Hutabarat, Musholla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 03 Oktober 2018 pukul 11:05WIB. 15
Wawancara Pribadi dengan Siti Hajar, Musholla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 03 Oktober 2018
pukul 12. 39 WIB.
7
dianggap penting mengingat (1) masih minimnya kajian yang dilakukan terhadap
Transliterasi pada Mushaf Al-Qur’an di Indonesia jika dibandingkan dengan
kajian „ulum al Qur‟an lainnya, dan (2) perlu adanya kajian lapangan mengenai
Transliterasi Al-Qur’an untuk menguatkan argument mengenai Al-Qur’an
bertranliterasi di Indonesia.
Mengingat dua hal diatas. maka penelitian ini diharapkan nantinya bisa
memberikan sedikit kontribusi kepada para pengguna Al-Qur’an bertransliterasi
atau Lajnah Pentashihan Al-Qur’an. Ada beberapa tulisan yang telah membahas
masalah Tranliterasi Al-Qur’an. Di antaranya adalah:
Skripsi karya Romli16
, (2005) melakukan penelitian tentang “Transliterasi
Arab-Latin dan Akselerasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 03
Serangseng Sawah Balong Kembangan Jawa Barat” Skripsi ini menjelaskan
sejauh mana efektivitas metode yang digunakan terhadap siswa. Skripsi karya
Marjan Chotib17
, (2017) melakukan penelitian tentang “Penerapan Tajwid
Transliterasi Al-Qur’an (Kajian Komparatif Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur’an
dengan Transliterasi Al-Qur’an Kemenag)”. Skripsi ini menjelaskan bahwa para
penerbit mushaf transliterasi menyajikan transliterasi dengan metode dan teknis
penulisan yang berbeda. Di dalam penulisannya, ada yang sudah sesuai dan ada
yang belum sesuai dengan hukum dan kaidah tajwid transliterasi. Dan Pedoman
Tajwid Transliterasi Al-Qur’an adalah pedoman transliterasi Arab-Latin yang
secara penulisannya lebih mendekati kaidah tajwid yang baik dan benar. Artikel
16
Romli, Transliterasi Arab-Latin dan Akselerasi Pembalajaran Pendidikan Agama Islan
di SDN 03 Srengseng Sawah Balong Kembangan Jakarta Barat, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005). 17
Marjan Chotib, Penerapan Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an (Kajian Komparatif
Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur‟an dengan Transliterasi Al-Qur‟am Kemenag), (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).
8
karya Muhammad Musaddad, 18
(2017) melakukan penelitian tentang “Al-Qur’an
Transliterasi dan Problematikanya dalam Masyarakat Muslim Denpasar”. Dalam
tulisannya, Musaddad menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh para
pengguna Al-Qur’an bertransliterasi di Kota Denpasar yaitu kemampuan dasar
tentang huruf hijaiah sangat minim sehingga menyulitkan mereka untuk
menerapkan padanan huruf pada huruf latin. Serta intensitas untuk membaca Al-
Qur’an pun minim sehingga menghambat kelancaran dalam membaca Al-Qur’an
transliterasi. Artikel karya Nur Fauzan Ahmad19
dengan judul “Problematika
Transliterasi Aksara Arab-Latin: Studi Kasus Buku Panduan Manasik Haji dan
Umrah”. Dalam tulisannya Fauzan menjelaskan SKB2M tentang pedoman
transliterasi Arab-Latin dinilai kurang efektif dengan mempertimbangkan azas
kebenaran ucapan dan kebiasaan yang ada di masyarakat. Dan buku terbitan JHK
Kudus berupaya untuk menjembatani kesulitan yang dihadapi masyarakat Jawa
Islam dengan membuat system transliterasi sendiri.
B. Identifikasi Masalah
Untuk memperjelas penelitian ini, maka perlu diidentifikasikan beberapa
masalah mengenai Transliterasi Bagaimana Pandangan Para Pengguna
Tranliterasi Al-Qur’an di Mualaf Center untuk kemudian diteliti lebih lanjut
diantaranya sebagai berikut:
1. Apa dampak Al-Qur’an transliterasi bagi para muallaf di Yayasan
Annaba Center Indonesia?
2. Apa saja problematika para pengguna Al-Qur’an bertransliterasi?
C. Batasan dan Rumusan Masalah
18 Muhammad Musaddad, “Al-Qur’an Transliterasi Latin dan Problematikanya Dalam
Mayarakat Muslim Denpasar”, Shuhuf, vol.10, no. 1, Juni 2017. 19
Nur Fauzan Muhammad, “Problematika Transliterasi Aksara Arab-Latin: Studi Kasus
Buku Panduan Manasik Haji dan umrah”, NUSA, Vol 12, No 1, Februari 2017.
9
Untuk memudahkan pembahasan dalam rumusan skripsi ini, maka perlu
perumusan masalah yang menjadi pokok dalam skripsi. Secara garis besar, yang
menjadi pokok dari skripsi ini adalah analisis kemanfaatan Al-Qur’an
bertransliterasi. Bertitik tolak dari pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah “Bagaimana dampak yang diberikan setelah membaca Al-
Qur’an transliterasi menurut para pengguna dari kalangan muallaf di Pesantren
Annnaba Center Indonesia?”
D. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Dengan mengangkat Transliterasi Al-Qur’an pada Mushaf Al-Qur’an menurut
para muallaf, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
menguatkan transliterasi. Disamping itu, penulisan ini mempunyai beberapa
tujuan lain, yakni:
a. Untuk menjelaskan bagaimana pandangan para muallaf di Ananaba Center
Indonesia tentang transliterasi Al-Qur’an pada mushaf Al-Qur’an.
b. Untuk mengetahui problematika para pengguna Al-Qur’an bertransliterasi.
c. Untuk mengetahui dampak setelah membaca Al-Qur’an Transliterasi bagi
para pengguna di kalangan muallaf.
2. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dalam penelitian ini, yaitu:
a. Memberi gambaran kepada masyarakat terkait Al-Qur’an Transliterasi,
serta membantu memberikan saran untuk menguraikan problematika yang
biasanya dihadapi oleh para pembaca/ pengguna Al-Qur’an Transliterasi.
10
b. Memberikan informasi atau sumbang saran untuk para pembaca/pengguna,
penerbit Al-Qur’an. khususnya untuk Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, bahwa penelitian ini bermanfaat guna menguraikan problematika
yang ada juga sebagai argumen penguat untuk penggunaan Al-Qur’an
Transliterasi.
c. Menambah khazanah literatur kajian studi tafsir Fakultas Ushuluddin.
Khusunya dalam bidang kajian transliterasi yang selama ini masih sangat
minim.
E. Metode Penelitian
Metode peneletian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian
dan ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian.20
Metode penelitian membahas
tentang konsep teoritis berbagai metode, kelebihan dan kelemahan dalam suatu
karya ilmiah serta pemilihan metode yang akan digunakan dalam penelitian
nantinya.21
Penulis menggunakan metode library research22
dan lapangan.
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan
campuran yaitu kualitatif. Pendekatan kualitatif ditunjukan untuk memahami
fenomena social dari sudut atau perspektif partisipan. Adapun pendekatan
kuantitatif ditunjukan untuk mengkaji populasi yang beasar maupun kecil
dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi untuk
20 Noeng Muhadjir, Metodologi Peneltian kualitatif (Yogyakarta: Rake Saasin, 2000), h. 6. 21 Noeng Muhadjir, Metodologi Peneltian kualitatif (Yogyakarta: Rake Saasin, 2000), h. 6. 22 penelitian yang mengumpulkan data-data yang memiliki relevansi dengan masalah yang
dibahas, baik yang bersumber dari buku atau sumber tertulis lainnya seperti makalah, artikel, atau
laporan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
merujuk pada sumber-sumber kepustakaan, Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi
Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2009), cet 1, h. 140-141.
11
menemukan idensi, distribusi, dan interelasi relatif23
dari variabel-variabel
sosiologis dan psikologis.24
Penelitian ini ditunjang pula dengan library
research.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Adapun yang menjadi subjek sebagai informan dalam peneliti ini
adalah Para Mualaf yang menggunakan Al-Qur’an bertransliterasi, Pengajar Al-
Qur’an dan Pembina Yayasan Annaba Center Indonesia.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang
mengumpulkan data-data yang memiliki relevansi dengan masalah yang
dibahas, baik yang bersumber dari buku atau sumber tertulis lainnya seperti
makalah, artikel, atau laporan penelitian. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan merujuk pada sumber-
sumber kepustakaan, yaitu buku-buku yang membahas ilmu-ilmu Al-
Qur’an, sebagai sumber primer dan kitab-kitab tafsir lainnya sebagai sumber
sekunder.25
b. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian secara langsung dan
terjun ke dalam komunitas objek yang diteliti guna memperoleh data yang
23
Hubungan timbal balik antara gejala yang satu dan gejala yang lainnya. 24
Widodo, Metodologi Penelitian Populer & Praktis (Jakarta: Rajawali Press, 2017), h. 66-
67. 25
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka
Setia, 2009), cet 1, h. 140-141
12
otentik.26
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara pengamatan (observation) langsung ke lapangan dengan mewawancarai
pengguna transliterasi, pengajar Al-Qur’an dan para muallaf di Yayasan
Annaba Center Indonesia. Kemudian dideskripsikan dalam hasil analisis
penelitian
4. Metode Analisis Data
Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Meleong dalam
bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data. Memilah-milihnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesikannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dana pa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.27
Adapun langkah-langkah dalam metode analisis data dalam penelitian ini
adalah:
a) Reduksi Data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang
berasal dari lapangan sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.28
penulis dapat melakukan
26
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
h. 28
27 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h. 248. 28
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
YNESA University Press, 2007), h. 32.
13
pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana
yang merupakan ringkasan, atau cerita-cerita apa yang sedang berkembang.
b) Display
Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana dalam
bentuk kata-kata, kalimat naratif, table, matrik dan grafik dengan mkasud agar
data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh penulis sebagai dasar untuk
mengambil kesimpulan yang tepat.29
c) Verifikasi dan Simpulan
Sejak awal pengumpulan data penulis harus membuat simpulan-simpulan
sementara. Simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi) pada
catatan yang telah dibuat oleh penulis dan selanjutnya kearah simpulan yang
tepat. Setelah data masuk terus menerus dianalisis dan diverifikasi tentang
kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir yang lebih bermakna dan lebih
jelas.
Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan
pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya.
Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian yang sudah
dilakukan pembahasan. 30
F. Kajian Pustaka
29 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
YNESA University Press, 2007), h. 33. 30
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
YNESA University Press, 2007), h. 34.
14
Studi terhadap transliterasi, khususnya yang berhubungan dengan transliterasi
Al-Qur’an tampaknya tidak mendapat begitu banyak perhatian dari para pengkaji
Al-Qur’an jika dibandingkan dengan cabang „ulūm Al-Qur‟ān lainnya. Oleh
sebab itu, transliterasi yang merupakan salah satu alat bantu dalam membaca
ayat-ayat suci Al-Qur’an ini seakan-akan terpinggirkan di tengah-tengah
maraknya kajian Al-Qur’an yang semakin hari semakin pesat.
Untuk menghindari kesamaan pembahasan skripsi ini dengan karya
lainnya. Saya menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan atau memiliki
kesamaan. Dari hasil karya ilmiah yang penulis temukan, ada beberapa literatur
yang berhubungan dengan judul ini, di antaranya:
Romli 31
, (2005) melakukan penelitian tentang “Transliterasi Arab-Latin
dan Akselerasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 03 Serangseng
Sawah Balong Kembangan Jawa Barat” Skripsi ini menjelaskan sejauh mana
efektivitas metode yang digunakan terhadap siswa. Persamaan dengan skripsi ini
adalah berkaitan dengan pembahasan transliterasi. Sedangkan perbedaanya
adalah pada skripsi ini saya akan membahas tentang Pandangan Para Mualaf di
Mualaf Center Indonesia tentang AlQur’an bertransliterasi.
Marjan Chotib32
, (2017) melakukan penelitian tentang “Penerapan Tajwid
Transliterasi Al-Qur’an (Kajian Komparatif Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur’an
dengan Transliterasi Al-Qur’an Kemenag)”. Skripsi ini menjelaskan bahwa para
31
Romli, Transliterasi Arab-Latin dan Akselerasi Pembalajaran Pendidikan Agama Islan
di SDN 03 Srengseng Sawah Balong Kembangan Jakarta Barat, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005). 32
Marjan Chotib, Penerapan Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an (Kajian Komparatif
Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur‟an dengan Transliterasi Al-Qur‟am Kemenag), (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).
15
penerbit mushaf transliterasi menyajikan transliterasi dengan metode dan teknis
penulisan yang berbeda. Di dalam penulisannya, ada yang sudah sesuai dan ada
yang belum sesuai dengan hukum dan kaidah tajwid transliterasi. Dan Pedoman
Tajwid Transliterasi Al-Qur’an adalah pedoman transliterasi Arab-Latin yang
secara penulisannya lebih mendekati kaidah tajwid yang baik dan benar.
Persamaan dengan skripsi ini adalah berkaitan dengan pembahasan transliterasi.
Sedangkan perbedaanya adalah pada skripsi ini saya akan membahas tentang
Pandangan Para Mualaf di Mualaf Center Indonesia tentang AlQur’an
bertransliterasi.
Artikel karya Muhammad Musaddad, 33
(2017) melakukan penelitian
tentang “Al-Qur’an Transliterasi dan Problematikanya dalam Masyarakat Muslim
Denpasar”. Dalam tulisannya, Musaddad menjelaskan permasalahan yang
dihadapi oleh para pengguna Al-Qur’an bertransliterasi di Kota Denpasar yaitu
kemampuan dasar tentang huruf hijaiah sangat minim sehingga menyulitkan
mereka untuk menerapkan padanan huruf pada huruf latin. Serta intensitas untuk
membaca Al-Qur’an pun minim sehingga menghambat kelancaran dalam
membaca Al-Qur’an transliterasi. Persamaan dengan skripsi ini adalah berkaitan
dengan pembahasan transliterasi Al-Qur’an pada masyarakat muslim. Sedangkan
perbedaanya adalah pada skripsi ini saya akan membahas Pandangan Para
Mualaf di Mualaf Center Indonesia tentang AlQur’an bertransliterasi.
33
Muhammad Musaddad, “Al-Qur’an Transliterasi Latin dan Problematikanya Dalam
Mayarakat Muslim Denpasar”, Shuhuf, vol.10, no. 1, Juni 2017.
16
Artikel karya Nur Fauzan Ahmad34
dengan judul “Problematika
Transliterasi Aksara Arab-Latin: Studi Kasus Buku Panduan Manasik Haji dan
Umrah”. Dalam tulisannya Fauzan menjelaskan SKB2M tentang pedoman
transliterasi Arab-Latin dinilai kurang efektif dengan mempertimbangkan azas
kebenaran ucapan dan kebiasaan yang ada di masyarakat. Dan buku terbitan JHK
Kudus berupaya untuk menjembatani kesulitan yang dihadapi masyarakat Jawa
Islam dengan membuat system transliterasi sendiri. Persamaan dengan skripsi ini
terkait pembahasan transliterasi aksara Arab-Latin. Sedangkan perbedaannya,
skripsi ini membahas Pandangan Para Mualaf di Mualaf Center Indonesia tentang
AlQur’an bertransliterasi.
G. Sistematika Penulisan
Agar masalah yang diteliti dapat dianalisa secara tajam, maka dalam
penulisan penelitian ini, penulis menyusun sistematika sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, berisikan argumentasi sekitar pentingnya
penelitian. Bagian ini mencakup latar belakang masalah, kemudian rumusan dan
batasan masalah yang dimaksud untuk mempertegas masalah yang akan diteliti
agar lebih terfokus. Setelah itu dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat
penelitian, untuk menjelaskan pentingnya penelitian ini. Kajian pustaka
menjelaskan buku-buku yang akan menjdi rujukan. Sedangkan metodologi
penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana cara dan langkah-langkah
yang akan dilakukan penulis dalam penelitian ini dan sistematika penelitian.
34
Nur Fauzan Muhammad, “Problematika Transliterasi Aksara Arab-Latin: Studi Kasus
Buku Panduan Manasik Haji dan umrah”, NUSA, Vol 12, No 1, (Februari:2017), hal. 126.
17
Bab kedua, menjelaskan sekitar tentang transliterasi, mencakup
seputarpengertian transliterasi Al-Qur’an, bagaimana latar belakang sejarah dan
perkembangan transliterasi Al-Qur’an di Indonesia, dan hukum transliterasi dalam
fatwa ulama.
Bab ketiga, mengenai gambaran umum Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia yang berisikan tentang sejarah berdiri dan
perkembangannya, profil santri yang menjadi informan. Profil mushaf yang
digunakan, waktu-waktu membaca Al-Qur’an, data kepemilikan al-Qur’an
Transliterasi dan alasan ketertarikan menjadi muallaf.
Bab keempat, saya akan memaparkan tentang analisis hasil penelitian dari
skripsi ini, berisikan tentang hasil wawancara para santri di Pesantren Annaba
Center Indonesia mencakup tentang transliterasi Al-Qur’an bagi muallaf, upaya
mengenal bacaan dan menjaga hafalan, tentnag seputar pengajian setoran bacaan
Al-Qur’an dan mengidentifikasi problematika dan solusi bagi para pengguna
transliterasi Al-Qur’an.
Bab kelima, merupakan bagian akhir dari penulisan ini yang berisi
kesimpulan dan saran yang menjadi jawaban atas pokok permasalahan, daftar
pustaka, dan diakhiri dengan lampiran-lampiran.
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG TRANSLITERASI AL-QUR’AN
A. Pengertian Transliterasi Al-Qur’an
Transliterasi berasal dari Bahasa Inggris “transliteration”, yang artinya
lambang bunyi, fonem, atau kata dalam system penulisan, atau lambang yang
ditentukan menurut aturan bahasa.1 Dari pengertian ini, dapat diketahui bahwa
transliterasi berhubungan dengan lambang bunyi dan sistem penulisan.
Dalam Fandom House Webster‟s College Dictionary, transliterasi diambil dari
kata kerja “transliterate” yang berarti to change (letters, words, etc.) into
corresponding characters of another alphabet or language.2 Dalam Webster‟s
New Twentieth Century Dictionary Of The English Language Unabrigde,
transliterasi diartikan sebagai to write or spell (words, etc) in the alphabetical
characters of another language that represent the same sound or sounds.3 Dalam
pengertian ini, transliterasi dapat diartikan sebagai penulisan dan pengucapan
karakter huruf asing dalam bentuk lambang yang mempunyai bunyi yang sama.
Transliterasi adalah penulisan atau pengucapan lambang bunyi bahasa asing
yang dapat mewakili bunyi yang sama dalam sistem penulisan suatu bahasa
tertentu.4 Romli dalam skripsinya menjelaskan bahwa transliterasi dimaksudkan
sebagai pengalih hurufan dari abjad satu ke abjad yang lain.5 Hal ini juga selaras
dengan yang tercantum dalam Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia, transliterasi
1 Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary (Jakarta: Modern English
Press, 1996), h. 2100. 2 Barbara Ann Kipfer, Fandom House Webster‟s College Dictionary (USA: Random
House Edition, 2011), h. 1299. 3 Noah Webster, Webster‟s New Twentieth Century Dictionary Of The English Language
Unabrigde, (William Collins Publisher INC, 1980), h. 1939. 4 Nur Fauzan Muhammad, “Problematika Transliterasi Aksara Arab-Latin: Studi Kasus
Buku Panduan Manasik Haji dan umrah”, NUSA, Vol 12, No 1, Februari 2017. 5 Romli, “Transliterasi Arab-Latin dan Akselerasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SDN 03 Srengseng Sawah Balong Kembangan Jakarta Barat,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), h. 9.
19
diartikan sebagai penggatian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang
lain.6 Menurut Kridalaksana, transliterasi adalah “penggantian huruf demi huruf
dari abjad yang satu ke abjad yang lain (sering lepas dari lafal yang sebenarnya):
misal, penulisan Abd al-Rauf adalah transliterasi, yang berbeda dengan Abdurrauf
yang berupa transkipsi dan sesuai lafalnya.7 Al-Khuli juga menegaskan bahwa
transliterasi adalah „menulis satu Bahasa dengan abjad bahasa lain menggunakan
symbol-aksara yang berbeda‟.8
Sedangkan dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transliterasi
diartikan sebagai penyalinan dan penggantian huruf abjad satu ke abjad yang
lain.9 Dalam pengertian ini, transliterasi hanyalah sebuah penggatian abjad saja,
bukan penggantian lambang bunyi sebagaimana yang telah tersebut dalam
pengertian sebelumnya.
Marjan Chotib dalam skripsinya menjelaskan bahwa transliterasi dapat
diartikan sebagai penulisan dan pengucapan karakter huruf asing dalam bentuk
lambang yang mempunyai bunyi yang sama.10
Pengalih huruf-an itu harus
dilakukan dengan cara-cara ilmiah atau mengikuti pedoman yang sudah
disepakati. Tidak boleh ada pengurangan atau penambahan di dalamnya. Sehingga
huruf-huruf Arab dapat dilambangkan dengan tepat dalam huruf Latin, agar orang
yang kesulitan dalam membaca huruf Arab dapat membaca huruf Arab dengan
6 Hasanuddin, Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia (Bandung: Angkasa Group, 2009), h.
1266. 7 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Edisi IV, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 247. 8 Muhammad Ali Al-Khuli, A Dictionary of Theorical Linguistics: English-Arabic,
(Beirut: Librairie du Liban, 1982), h. 291. 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 1070. 10
Marjan Chotib , “Penerapan Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an (Kajian Komparatif
Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur‟an Kemenag),” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2005), h. 24.
20
fasih dalam huruf Latin.11
Membaca dengan fasih yang dimaksud adalah
membaca dengan baik dan benar sesuai kaidah tata Bahasa Arab. Singkatnya,
transliterasi di Indonesia diharapkan dapat membantu umat Islam yang berbahasa
Arab.
B. Transliterasi Berdasarkan SKB Dua Menteri Tahun 1987
Pemerintah telah menerbitkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (sering disebut “Surat Keputusan Bersama Dua Menteri”/
SKB2M), No. 158/ 1987- No. 0543 b/u/1987 tentang transliterasi Arab-Latin.
Kemudian pada tahun 2007 Lajnah Pentashihhan Mushaf Al-Qur‟an Badan
Litbang dan Diklat Departemen Agama Republik Indoneisa menerbitkan buku
Pedoman Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an sebagai pengembangan dari SKB2M
tersebut. Pedoman Tajwid Transliterasi tersebut dijadikan acuan untuk penerbit
yang akan menerbitkan Al-Qur‟an bertransliterasi.12
Jika dilihat di lapangan, transliterasi berdasarkan SKB2M ini telah banyak
digunakan, khususnya oleh institusi-institusi pemerintah, lembaga pendidikan
negeri maupun swasta, dan terlebih Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur‟an
Kementrian Agama RI. Transliterasi ini tidak dikhususkan untuk mentranskip Al-
Qur‟an tetapi untuk mentransliterasi tulisan Arab secara umum ke aksara Latin
(Indonesia) untuk kepentingan akademis dan lain sebagainya. 13
Menurut Ahmad Musaddad mengutip dari Ismail Raji al-Faruqi mengatakan:
Tujuan pengalihan huruf Al-Qur‟an adalah untuk mendekatkan orang yang kurang
11
Marjan Chotib , “Penerapan Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an (Kajian Komparatif
Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur‟an Kemenag),” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2005), h. 25. 12 Muhammad Musaddad, “Al-Qur‟an Transliterasi Latin dan Problematikanya dalam
Masyarakat Muslim Denpasar” Shuhuf, Vol 10, No.1, Juni 2017. 13
Abdul Rasyid, “ Romanisasi Al-Qur‟an Transliterasi vs Transkipsi”, (Tesis S2 Fakultas
Ushuluddin, Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, 2012), h. 33.
21
mampu membaca huruf Arab kepada pelafalan teks Al-Qur‟an yang sebenarnya.
Terkait hal ini, Isma‟il Raji al-Faruqi mengatakan, “The Latin alphabet
transliteration of Qur‟anic passage is not the holy al-Qur‟an al-Karim, but a
means to reaching and understanding it”14
ini menegaskan bahwa tranliterasi
Arab-Latin dari ayat-ayat Al-Qur‟an bukanlah Al-Qur‟an yang suci itu sendiri.
Akan tetapi itu hanya alat untuk mencapai dan memahaminya saja.
Pedoman Transliterasi Arab-Latin atau SKB2M digunakan untuk transliterasi
Arab, baik dalam buku sekolah, ataupun untuk teks-teks informal seperti kitab-
kitab kegamaan, termasuk Al-Qur‟an. Pedoman transliterasi tersebut adalah
sebagai berikut:
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama
(SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158
Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.15
1. Konsonan No Arab Latin
Tidak dilambangkan ا 1
B ب 2
T ت 3
ṡ ث 4
J ج 5
ḥ ح 6
Kh خ 7
D د 8
Z ذ 9
R ر 10
Z ز 11
S س 12
Sy ش 13
ṣ ص 14
ḍ ض 15
ṭ ط 16
ẓ ظ 17
14 Muhammad Musaddad, “Al-Qur‟an Transliterasi Latin dan Problematikanya dalam
Masyarakat Muslim Denpasar” Shuhuf, Vol 10, No.1, Juni 2017. 15 Lihat Pedoman transliterasi SKB2M 1987
22
„ ع 18
G غ 19
F ف 20
Q ق 21
K ك 22
L ل 23
M م 24
N ن 25
W و 26
H ه 27
` ء 28
Y ي 29
C. Tinjauan Hukum Transliterasi dalam Fatwa Ulama
Para ulama sangat berhati-hati dalam masalah ini, karena mereka berusaha
untuk senantiasa menjaga Al-Qur‟an dan sangat peduli terhadapnya, sehingga Al-
Qur‟an bisa terjaga baik dalam masalah melafadzkan maupun dalam masalah
penulisannya. Dia dapat dibaca seperti pada saat diturunkannya, yaitu di zaman
Rasulullah SAW, baik yang menyangkut dengungnya, panjang pendeknya,
harakat-harakat, sukun-sukun, dan lain sebagainya.16
Allah telah menurunkan Al-Qur‟an dengan menggunakan bahasa Arab yang
jelas, sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur‟an, seperti firman
Allah:
“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk
kaum yang mengetahui.” (Fushilat:3) 17
16 Marjan Chotib , “Penerapan Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an (Kajian Komparatif
Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur‟an Kemenag),” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2005), h. 24. 17
Lihat Q.S Yusuf/41:3. Mushaf Al-Qur‟an Cordoba (Bandung:PT Cordoba
Internasional Indonesia, 2012), h. 477.
23
Terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama terkait penulisan Al-Qur‟an
untuk penduduk non-Arab dengan huruf Latin atau transliterasi ini. Al-Imam Al-
Marginani yang pernah menulis kitab Al-Hidayah, berkata “Dilarang untuk
menulis mushaf dengan menggunakan bahasa persia. Dan hal ini sudah menjadi
kesepakatan para Ulama.”18
Abu „Amr al-Dani, mengutip perkataan al-Imam Malik, saat ditanya
mengenai kebolehan untuk menyalahi huruf wa dan alif dalam mushaf, ia berkata
“tidak”.19
Pada riwayat lainnya disebutkan: “...Malik ditanya: apa pendapatmu
mengenai orang yang diminta untuk menulis mushaf saat ini. Apakah ia
menuliskannya sebagaimana huruf hijaiyah yang beredar sekarang. Ia menjawab:
saya tidak memiliki pedapat tentang itu. Akan tetapi dia harus menuliskannya
sebagaimana tulisan yang awal”.20
Fatwa Ibnu Hajar al-Haitami Syafi‟i, seorang yang telah mensyarah kitab Al-
Manahij, beliau pernah ditanya, “Apakah diharamkan menulis Al-Qur‟an dengan
huruf-huruf selain huruf Arab dengan maksud agar orang-orang non Arab bisa
membacanya?” beliau menjawab, “Sudah menjadi kesepakatan para ulama, bahwa
hal itu adalah haram hukumnya.”21
Ada lembaga fatwa dan penelitian di Eropa melakukan sebuah seminar
tentang masalah ini, yang dilkukan di Paris, Prancis pada Juli 2018 dengan
18
Yusuf Al-Qardawi, Fatwa-fatwa kontemporer. Penerjemah suri sudahri dkk. (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2009), h. 81. 19
Eva Nugraha, “Konsep al-Nabi al-Ummi dan implikasinya pada penulisan Rasm”,
Refleksi 13, no. 2 (2012): h. 277. 20
Eva Nugraha, “Konsep al-Nabi al-Ummi dan implikasinya pada penulisan Rasm”,
Refleksi 13, no. 2 (2012): h. 278. 21
Yusuf Al-Qardawi, Fatwa-fatwa kontemporer. Penerjemah suri sudahri dkk. (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2009), h. 81.
24
berlandaskan kepada pembahasan lama yang dibahas oleh Salih Al-„Ud.22
Di
dalam seminar itu, telah banyak kritikan tajam yang dilontarkan oleh para peserta
dari kalangan orang-orang muslim Barat sekitar masalah keharusan menulis Al-
Qur‟an dengan tulisan Arab. Mereka menuntut agar diperbolehkan untuk menulis
sebagian Al-Qur‟an dengan tulisan Latin. Kemudian pembahasan pada seminar itu
membeberkan data tentang upaya musuh-musuh Islam untuk menyimpangkan
nash Al-Qur‟an dari yang sebenarnya. Setelah majlis itu melakukan diskusi
dengan cermat dan mendalam, maka pada akhirnya seminar itu memutuskan
untuk mengaharamkan menulis Al-Qur‟an dengan tulisan Latin.
Majlis itu melakukan pengecualian, dibolehkan bagi orang-orang muslim
selain bangsa Arab yang belajar Al-Qur‟an pada tahap pertama, dalam waktu yang
singkat dan terbatas, yaitu pada saat mereka belajar pengucapan huruf-huruf Arab
dan menghafal surat Al-Fātihah dan surat-surat pendek yang diperlukan dalam
pelaksanaan shalat. Hanya saja disyaratkn agar nash-nash itu bisa diucapkan
dengan pengucapan yang benar dan setelah selesai, hendaknya tulisan itu dihapus
dan dimusnahkan. 23
Sedangkan ulama yang membolehkan berpendapat bahwa penulisan Al-
Qur‟an dengan bahasa non-Arab atau transliterasi ini bukan tauqifi dari Nabi,
tetapi hanya merupakan satu cara penulisan yang disetujui dan diterima umat
dengan baik, sehingga menjadi suatu keharusan yang wajib dijadikan pegangan
dann tidak boleh dilanggar. Diantara para ulama ini adalah Syeikhh Izuddīn ibn
22 Yusuf Al-Qardawi, Fatwa-fatwa kontemporer. Penerjemah suri sudahri dkk. (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2009), h. 81. 23 Marjan Chotib , “Penerapan Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an (Kajian Komparatif
Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur‟an Kemenag),” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2005), h. 24. 23
Lihat Q. S Fushilat ayat 3. Mushaf Al-Qur‟an Cordoba (Bandung:PT Cordoba
Internasional Indonesia, 2012), h. 477.
25
Abdussalām, Badruddīn Muhammad ibn „Abdu al-Lāh al-Zarkasyī dan lain-lain.
Al-Zakarsyī mengatakan bahwa mengikuti penulisan dengan satu model itu
berlaku pada generasi awal saja, karena ilmu berkembang seiring dengan
perkembangan zaman dan sekarang dikhawatirkan terjadi kesalahpahaman
terhadap Al-Qur‟an dikalangan awam.24
D. Perkembangan Penyusunan Mushaf di Indonesia.
1. Periode Tulis
Ulama-ulama pada abad ke-16 telah menghasilkan banyak karya yang
telah disebarkan secara luas. Di beberapa daerah seperti Aceh, Palembang, Jawa
Timur dan Goa di Sulawesi telah menghasilkan banyak tulisan-tulisan penting
tentang ilmu-ilmu ke Islaman. Hamzah Fanshuri, al-Raniri dan Syamsudin dari
Pasai adalah ulama terkemuka pada masa itu yang telah menghasilkan tulisan-
tulisan penting.25
Penulisan Al-Qur‟an di Indonesia diperkirakan telah dimulai sekitar abad
ke-13 M ketika Kerajaan Pasai di Sumatera menjadi kerajaan yang memeluk
Islam secara resmi. Meskipun demikian, mushaf yang ditulis pada masa ini tidak
ditemukan, mushaf tertua ditemukan pada akhir abad ke-16 M tepatnya Jumadil
Awwal 993 H (1585 M) dari koleksi Wiliam Marsden.26
Penyalinan mushaf ini
dilakukan oleh masyarakat muslim diberbagai daerah di Nusantara, yaitu Aceh,
Padang, Palembang, Banten, Cirsssebon, Yogyakarta, Surakarta, Madura,
24 Badruddin Muhammad bin Abdullah az-Zakarsyā, Al-Burhān fī „ulum Al-Qur‟an
(Beirut: Dār al-Fikr, 1988), h. 460. 25
Howard M. Federspiel, Kajian Al-Qur‟an di Indonesia dari Mahmud Yunus hingga
Quraish Shihab (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), h. 17. 26
Fadhal AR. Bafadhal dan H. Rosehan Anwar, Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia
(Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Keagamaan Departemen Agama
RI, 2005), h. Vii.
26
Lombok, Sambas, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Makassar, Bone, Ambon
hingga Ternate.27
Hasil-hasil penyalinan mushaf tersebut dapat dilihat di museum,
perpustakaan dan di beberapa kolektor mushaf-mushaf kuno. Berdasarkan kajian
dari Syarifuddin dan Muhammad Musaddad, penulisan mushaf Al-Qur‟an sudah
dimulai sekitar abad ke-16 yang ditulis oleh seorang ulama al-Faqih al-Salih
Afifuddin Abdul Baqri bin Abdullah al-„Adami yang diselesaikan pada tahun
1585 M. pada masa selanjutnya, penyalinan mushaf Al-Qur‟an terus dilakukan
oleh masyarakat muslim di beberapa daerah Nusantara yang menjadi pusat ke-
Islamanan.28
2. Periode Cetak
Perkembangan teknologi cetak naskah-naskah keagamaan merambah
Nusantara pada pertengahan abad ke-19. Pada saat yang sama, penyalinan mushaf
Al-Qur‟an secara manual berangsur-angsur mulai ditinggalkan seiring dengan
kemajuan teknologi cetak. Pencetakan mushaf di Nusantara demikian pula di
dunia Islam umumnya menggunakan teknik litografi (cetak batu), dan tidak
menggunakan teknik tipografi (dengan satuan huruf dari logam).29
Di Nusantara,
Mushaf Al-Qur‟an cetakan tertua nerasal dari Palembang, hasil cetak batu
(litografi) Haji Muhammad Azhari Kemas Haji Abdullah, selesai dicetak pada
tahun 21 Ramadhan 1264 (21 Agustus 1848). Sejauh yang diketahui, inilah
mushaf cetakan tertua di Asia Tenggara. Tinggalan ini sampai saat ini hanya ada
27
Abdul Hakim, “Al-Qur‟an cetak Indonesia, Tinjauan Kronologis Pertengahan Abad ke-
19 hingga Awal Abad ke-20” Suhuf, Vol. 5, No.22 (2012). 28
Syaifuddin dan Muhammad Musaddad, “Beberapa Karakteristik Mushaf Al-Qur‟an
Kuno Situs Grigajah Gresik”, Suhuf, Vol. 8, No.01 (Juni, 2015) 29
Ali Akbar, “Perkembangan Mushaf Al-Qur‟an di Indonesia”, Suhuf, Vol. 4, No.02
(2011).
27
pada koleksi Abd Azim Amin, Palembang.30
Naskahnya berukuran 30 x 20 cm,
tebal 3 cm, 607 halaman.31
Setelah selesai mencetak mushaf tahun 1848 M,
ditemukan juga mushaf Al-Qur‟an yang dicetak oleh Azhari dengan tahun yang
lebih muda, yaitu selesai dicetak tanggal 14 Zulqa‟dah 1270 H atau 7 Agustus
1854 M di Kmapung Pedatu‟an, Palembang.32
Pada akhir abad ke-19 mushaf yang beredar secara luas adalah cetakan
Singapura dan Bombay. Bukti luasnya peredaran mushaf cetakan Singapura ini
adalah dengan ditemukannya mushaf-mushaf tersebut di Palembang, Demak,
Madura, Lombok, Bima dan Filipina Selatan. 33
Dari masa peralihan Al-Qur‟an dari tulis tangan ke cetak ini lahirlah
beberapa penernit lokal yang mulai menerbitkan Al-Qur‟an. Penerbit lokal yang
mulai menerbitkan Al-Qur‟an pada tahun 1933 adalah matba‟ah al-Mishriyyah
kepunyaan Abdullah bin Affin Cirebon. Kemudian diikuti oleh Matba‟ah al-
Islamiyyah Bukit Tinggi (1933), Visser & Co yang menerbitkan Al-Qur‟an dan
terjemahannya dalam Bahasa Belanda di Batavia tahun 1934, Toko buku Ab. Sitti
Sjamsijah yang menerbitkan Al-Qur‟an dan teremahannya dalam bahasa dan
aksara Jawa di Surakarta tahun 1935.34
Setelah kemerdekaan, barulah pencetakan
30
Ali Akbar, “Perkembangan Percetakan Mushaf Al-Qur‟an di Indonesia”, Suhuf, Vol. 4,
No.02 (2011). 31
Ali Akbar, Mencetak Qur‟an, http;//qur‟an-nusantara.blogspot.co.id/2014/08/mencetak-
quran.html#more, diakses 21 Oktober 2018. 32
Ali Akbar, “Perkembangan Percetakan Mushaf Al-Qur‟an di Indonesia”, Suhuf, Vol. 4,
No.02 (2011). 33
Ali Akbar, Mencetak Qur‟an, http;//qur‟an-nusantara.blogspot.co.id/2014/08/mencetak-
quran.html#more, diakses 21 Oktober 2018. 34
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Kajjian Al-Qur‟an dan Kebudayaan,
Suhuf, Vol. 4, No.02 (2011).
28
makin marak dan ramai dilakukan. Tidak hanya mencetak Al-Qur‟an tapi juga
mencetak kitab-kitab.35
35 Marjan Chotib , “Penerapan Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an (Kajian Komparatif
Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur‟an Kemenag),” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Jakarta, 2005), h. 24.
29
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN PEMBINAAN MUALLAF ANNABA
CENTER INDONESIA
A. Sekilas Tentang Yayasan Pembinaan Muallaf Annaba Center Indonesia
Yayasan Pembinaan Muallaf Annaba Center Indonesia adalalah pesantren
muallaf pertama yang didirikan di Indonesia dibangun pada tahun 2008 diatas
tanah seluas 1.200 meter yang merupakan wakaf dari kaum muslimin, bermula
dari asrama pembinaan untuk putra yang berlokasi di Jl. Cenderawasih IV, No. 1
Rt 02 Rw 03 Kel. Sawah Baru, Kec. Ciputat. Kemudian setelah itu pada tahun
2014 dibangunlah asrama khusus putri dan diresmikan pada tahun 2016. 1 Latar
belakang pendirian Yayasan Annaba Center Indonesia ini bermula dari
pengalaman pribadi Ust Syamsul Arifin Nababan atau yang biasa disapa Ust
Nababan. Ustadz Nababan adalah ustadz berlatar belakang muallaf yang merasa
prihatin dan terpanggil untuk menyelamatkan akidah para muallaf karena sebagian
besar para muallaf merasa kehilangan arah ketika pertama kali masuk Islam.
Mereka tidak mendapatkan sentuhan pembinaan agama setelah berirkrar
mengucapkan 2 kalimat syahadat dan kemudian mendapatkan sertifikat beragama
Islam.
“Saya merasa prihatin dan terpanggil untuk menyelamatkan akidah para
muallaf ini yang mana sebagian besar para muallaf itu ketika baru masuk Islam
mereka tidak mendapatkan sentuhan pembinaan agama kecuali mereka hanya
ikrar 2 kalimat syahadat kemudian diberikan sertifikat beragama Islam setelah itu
dilepas.”2
1 Wawancara Pribadi dengan Ust Nababan, Ruang tamu Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 12 Oktober 2018
pukul 20:01 WIB. 2 Wawancara Pribadi dengan Ust Nababan, Ruang tamu Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 12 Oktober 2018
pukul 19:51 WIB.
30
Sepanjang perjalanan safari dakwah yang dilakukan oleh Ust Nababan dari
kota ke kota, dari daerah ke daerah, hingga keberbagai negara tak jarang ia selalu
mendapatkan sebuah permintaan untuk membangun rumah pembinaan khusus
untuk para muallaf karena melihat fakta yang terjadi tak sedikit para muallaf yang
tidak mendapatkan sentuhan pembinaan yang kemudian kehilangan arah sehingga
para muallaf tersebut murtad dan kembali kepada agama sebelumnya. Setelah itu
sepanjang perjalanan dakwahnya Ust Nababan selalu mengutarakan niatnya
untuk membangun sebuah tempat pembinaan bagi para muallaf dan Alhamdulillah
mendapatkan respon yang positif sehingga beliau dapat mendirikan Yayasan
Pembinaan Muallaf Annaba Center Indonesia.3
“Ketika itu saya spontan saja karena saya tidak punya modal tidak punya
apa-apa kemudian secara spontan saja saya ber‟azzam bertekad ingin
mendirikan pesantren muallaf atau sebuah tempat pembinaan bagi para muallaf
dan bermula dari yang putra saya Alhamdulillah ketika itu ada kesempatan untuk
berdakwah ke Australia Alhamdulillah ketika saya di Australia itu saya utarakan
hajat saya kepada teman-teman saya disana Alhamdulillah saya mendapatkan
dukungan waktu itu dalam membeli tanah yang putra kemudian tidak lama dari
itu saya diundang ceramah ke Amerika ke Kanada dan akhirnya cita-cita untuk
mendirikan pesantren itu berlanjut dari membeli tanah kemudian saya bangun,
mula-mula saya bangun yang putra dulu. Kemudian ternyata yang berminat itu
ternyata tidak hanya laki-laki banyak juga yang akhwatnya maka pada tahun
2014 saya bangun ini Pesantren Mullaf Putri.” 4
Setelah dibangunnya Pesantren Pembinaan yang dikhususkan untuk muallaf
ini Ust Nababan akhirnya memutuskan 2 ketetapan untuk para muallaf yang ingin
tinggal di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia.
Pertama, semua muallaf yang ingin menetap dan belajar di Pesantren semuanya
gratis tidak dipungut biaya, kedua harus belajar sungguh-sungguh dan dalam
3 Wawancara Pribadi dengan Siti Hajar, Ruang tamu Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 03 Oktober 2018
pukul 13:05 WIB. 4 Wawancara Pribadi dengan Ust Nababan, Ruang tamu Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 12 Oktober 2018
pukul 19:59 WIB.
31
waktu 1 bulan harus bisa mengaji Al-Qur‟an kemudian setelah selesai belajar
disini minimal selesai pendidikan S1 diwajibkan bagi mereka untuk pulang ke
kampung masing-masing dan berdakwah menyampaikan ajaran-ajaran Islam. 5
“Kami disini diizinkan untuk menetap sekaligus belajar, ust hanya meminta
agar kami terus belajar menuntut Ilmu Allah dengan sungguh-sungguh setelah itu
kami berdakwah karena kami yang berlatar belakang muallaf ini kami harus bisa
mengajak saudara-saudara kami teman-teman kami yang non muslim untuk mau
masuk Islam menyebarkan dan mengajarkan bahwa ajaran Islam ini tidak keras
dan tidak seburuk yang mereka pikirkan selama ini.”6
Tidak sampai disitu Ust Nababan terus memperluas dakwahnya tidak hanya
melalui ceramah hingga ke berbagai negara akan tetapi Ust Nababan membangun
kembali 2 Pesantren Pembinaan Muallaf di Kupang Nusa Tenggara Timur yang
dikhususkan bagi yang sudah berumah tangga sedangkan untuk yang di
Tangerang dikhususkan bagi yang belum berumah tangga.
“Kebetulan saya sudah membangun 4 buah seperti ini 2 disini dan 2 lagi itu
di Kupang Nusa Tenggara Timur bagi yang sudah berumah tangga kita alihkan
bukan di Tangerang sini tapi kita taro di Kupang sana semua kita biayai. Mereka
disini dari pendidikan formal pendidikan tingkat SMP, SMA dan Perguruan
Tinggi itu semua kita biayai dan dalam waktu dekat InsyaAllah saya akan
membangun yang seperti ini lagi tapi bertaraf Internasional bertempat di Puncak,
saya baru saja dapat tanah 2 kapling yang satu 5 hektar yang satu lagi 1 hektar
2000 meter di Puncak Bogor InsyaAllah dalam waktu dekat ini saya akan
membangun mudah-mudahan Allah mudahkan segalanya karena yang kita
pikirkan jangan sampai muallaf ini tidak mengerti apa-apa apalagi kembali
murtad itulah latar belakang pendirian Yayasan Muallaf ini.”7
5 Wawancara Pribadi dengan Ust Nababan, Ruang tamu Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 12 Oktober 2018
pukul 20:10 WIB. 6 Wawancara Pribadi dengan Sakinatuudiniyyah, Ruang tamu Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 8
Oktober 2018 pukul 20:31 WIB. 7 Wawancara Pribadi dengan Ust Nababan, Ruang tamu Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 12 Oktober 2018
pukul 20:51 WIB.
32
B. Profil Santri di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center
Indonesia
Sebuah Yayasan Pesantren tidak akan terlepas dari adanya siswa atau santri
yang bermukim, maka dari itu profil umum santri di Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia ini penulis akan tunjukan dan
rincikan lebih detail pada lembar lampiran, profil inilah yang membuat kajian ini
dirasa penting untuk penulis karena mayoritas santri adalah pelajar yang sedang
menempuh pendidikan formal pada salah satu sekolah baik itu di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) di sekitar
Pesatren.
Pesantren Annaba Center Indonesia saat ini memiliki santri berjumlah 70
orang, terdiri dari 32 santri putri dan 38 santri putra. Waktu belajar santri
dilaksanakan pada dua waktu yaitu seusai shalat magrib dan seusai shalat subuh.
Penulis disini hanya mewawancarai santri putri dikarenakan terdapat peraturan
yang membatasi kegiatan putra dan putri. Berikut ini adalah data informan
muallaf yang merupakan pengguna dari Al-Qur‟an transliterasi. Adapun daftar
santri yang menjadi informan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Identitas Informan (Santri)
No Nama TTL Asal Daerah Usia Latar Belakang
Pendidikan
1 Cerjina Ximenes Tuapukan, 11
Januari 2002
Timor Leste 16 Madrasah
Aliyah (MA)
2 Julia Freitas
Riberio (Sofia)
Tuapukan, 01
Januari 2001
Timor Leste 17 Sekolah
Menengah Atas
(SMA)
33
3 Madalena Ribeirio
(Nurul
Komariyah)
Tuapukan, 28
Januari 2003
Kupang, NTT 15 Madrasah
Aliyah (MA)
4 Graciela Victoria
Safira
Jakarta, 04
September
2001
Jakarta
17 Madrasah
Aliyah (MA)
5 Siti Hajar Tanah Toraja,
11 Juni 1987
Kalimantan
Timur
31 S1 Kesehatan
Masyarakat
6 Aminah Ashri
Hutabarat
Padang, 03
Januari 1995
Padang,
Sumbar
23 S1 Akutansi
7 Yuliana Grasia
Dasilva (Aisyah)
Kupang, 30
Maret 2005
Naibonat,
NTT
13 Madrasah
Tsanawiyah
(MTS)
8 Alita Soatar Pitas
(Munawwaroh)
11 Desember
2004
Timor Leste 14 Sekolah
Menengah
Pertama (SMP)
9 Amel Bandung, 21
Oktober 1999
Bandung 19 Sekolah
Menengah Atas
(SMA)
10 Yuliana Natalia
(Fatmah Azzahra)
Bengkulu, 30
Juli 1991
Bengkulu 27 Sekolah
Menengah Atas
(SMA)
11 Sakinah
Tuddiniah
Ambukha, 13
Februari 2001
Nias, Sumut 17 Madrasah
Aliyah (MA)
12 Aisyah Giawa Amuri, 09
Maret 2003
Nias, Sumut 15 Sekolah
Menengah Atas
(SMA)
13 Nuur Hidayah
Rumahorbo
Dumai, 11 Juli
1991
Riau 27 Sekolah
Menengah Atas
(SMA)
14 Ibu Endang - Pamulang - -
15 Z.A Bandung, 1996 Bandung 22 Sekolah
Menengah Atas
34
(SMA)
16 R.S Nias, 28
November
1997
Nias, Sumut 21 Sekolah
Menengah Atas
(SMA)
17 S.B - Medan - S1 Kimia
18 N.D - Nias 25 Sekolah
Menengah Atas
(SMA)
Tabel 3. 2 Identitas Informan (Pengajar Al-Qur‟an dan Pembina)
No Nama TTL Asal
Daerah Usia
Latar
Belakang
Pendidikan
Ket.
1
Syamsul
Arifin
Nababan
Tebing
Tinggi, 10
November
1966
Sumatera
Utara 52 S1 Syariah
Pembina
Yayasan
2 Ernawati
Nias, 15
November
1995
Nias,
Sumut 23
Madrasah
Aliyah (MA)
Pengajar
Al-
Qur‟an
C. Profil Mushaf Al-Qur’an Transliterasi
Dalam penelitian ini, penulis meneliti 3 mushaf Al-Qur‟an Transliterasi yang
digunakan oleh para santri di Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center
Indonesia. Berikut penulis menyediakan penjelasan singkat, guna mengetahui
informasi masing-masing mushaf yang diteliti.
1. Mushaf Al-Qur‟an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata (AT-
THAYYIB) 2011
35
Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan mushaf-mushaf al-Qur‟an
Transliterasi ini, penulis membaginya menjadi tiga poin pembahasan yaitu :
Pengenalan mushaf, tampilan mushaf, dan telaah atas konten mushaf. Pengenalan
mushaf bertujuan untuk menguraikan beberapa hal mengenai mushaf yang
berhubungan dengan penerbit mushaf, tahun terbit, latar belakang diterbitkannya
mushaf menurut penerbit dan metode yang digunakan dalam menyusun mushaf.
Tampilan mushaf bertujuan untuk memberikan gambaran tentang tampilan
mushaf baik itu dari segi sampul maupun penggunaan kertas, sedangkan telaah
atas konten mushaf bertujuan untuk menguraikan konten-konten tambahan
terutama konten-konten yang berkaitan dengan transliterasi.
a) Pengenalan Mushaf
Gambar 3.3 Mushaf Al-Qur‟an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata
(AT-THAYYIB)
36
Mushaf ini diterbitkan oleh penerbit Cipta Bagus Segara yang beralamat di
Jln. Raya Jati Bening Dua, No. 36 Rt. 02 Rw 04, Jati Bening Baru, Pondok Gede,
Kota Bekasi, Jawa Barat, 17412. Mushaf ini dilengkapi dengan transliterasi per
kata dan terjemah per kata, transliterasi yang digunakan adalah pedoman
transliterasi Arab-Latin keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
No: 158 Tahun 1987- Nomor:0543 b/u/1987. Tujuan diterbitkannya mushaf ini
menurut keterangan yang ada dalam “Prakata” mushaf adalah diharapkan
“kehadiran Mushaf At-Thayyib dapat melipat gandakan pahala para pembacanya
karena mengantarkan pembaca untuk lebih tepat dan lebih benar dalam membaca
Al-Qur‟an serta menuntun pembaca untuk dapat memahami seluruh kata dalam
Al-Qur‟an yang dibaca, sehingga mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.”8
Berdasarkan telaah penulis terhadap Mushaf Al-Qur‟an Transliterasi Per Kata
dan Terjemah Per Kata At-Thayyib, diketahui bahwa mushaf ini telah mendapatkan
persetujuan tanda tashih dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama
RI pada tanggal 13 Rabiul Awal 1433 H, atau bertepatan dengan tanggal 6 Februari 2012
M. Tim pelaksana yang menandatangani adalah H. Muhammad Shohib Thahar sebagai
ketua, dan Dr. H. Ahsin Sakho selaku sekretaris.
b) Tampilan Mushaf
Dari segi tampilan, Mushaf Al-Qur‟an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per
Kata At-Thayyib ini berisi 631 halaman dengan ukuran panjang 17,5cm x 25,5cm. Bahan
yang digunakan sebagai sampulnya adalah model hard cover dengan background warna
8 Lihat Prakata Mushaf Al-Qur‟an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per
Kata At-Thayyib (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2011)
37
yang digunakan adalah warna hijau pekat dan terdapat tulisan “Al-Qur‟an Al-Karim” dari
huruf Arab yang nampak timbul dalam satu bingkai lingkaran.
Dari segi kertas, mushaf ini menggunakan jenis kertas “Qur‟an Print & Paper (QPP)”
yaitu jenis kertas yang biasa digunakan untuk mencetak Al-Qur‟an.
c) Tela‟ah Konten Mushaf
Pada pembahasan ini penulis akan mengklasifikasikan menjadi tiga
pembahasan dalam konten, yaitu: Lampiran awal, sisipan, dan lampiran akhir.
a. Lampiran Awal
Lampiran awal yang terdapat dalam mushaf ini, yaitu lembar cover bagian
dalam, lembar tanda tashih dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an
Kementerian Agama RI, lembar tim penyusun, prakata penerbit, Pedoman
Transliterasi Arab-Latin sesuai Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no 158 tahun 1987 dan do‟a sujud tilawah, serta
lembar daftar isi.
b. Sisipan
Sisipan yang terdapat dalam mushaf ini adalah:
1) Transliterasi per kata terletak di bawah setiap kata ayat al-Qur‟an
2) Terjemah per kata terletak di bawah setiap kata ayat al-Qur‟an
3) Footnote penjelasan lanjutan di terjemahan kata pada ayat–ayat tertentu
4) Terjemah per ayat terletak disebelah kiri ayat Al-Qur‟an versi
Kementerian Agama RI.
c. Lampiran Akhir
38
Lampiran akhir yang terdapat dalam mushaf ini, yaitu: do‟a khatmil Qur‟an,
indeks do‟a dalam Al-Qur‟an, indeks alfabet, Panduan Praktis Hukum Tajwid,
wawasan umum seputar Al-Qur‟an, dan panduan etika membaca Al-Qur‟an.
2. Mushaf Al-Qur‟an Al-Hadi Mushaf Latin 2015
a) Pengenalan Mushaf
Mushaf ini diterbitkan oleh penerbit Maktabah Al-Fatih Rasyid Media, yang
beralamat di Jl. Ikan Hias Batu Ampar1 No 36 Kramat Jati, Jakarta Timur.
Mushaf ini dilengkapi dengan transliterasi latin Al-Qur‟an standar Kementerian
Agama Republik Indonesia per kata, terjemah versi Kementerian Agama
Republik Indonesia yang dilengkapi dengan judul dan sub judul tiap-tiap tema
dalam terjemah, asbabun nuzul, Terjemah per kata, serta kode tajwid dan
keterangan cara baca pada tiap halaman. Tujuan diterbitkannya mushaf ini
menurut keterangan yang ada dalam “Kata Pengantar” mushaf adalah “untuk lebih
bisa memberikan warna-warni dalam penerbitan Al-Qur‟an agar setiap muslim
yang ada di Indonesia khususnya dan seluruh dunia pada umumnya mencintai,
memiliki, dan membagi ilmu yang telah kita pelajari dengan meneliti jalan diatas
Al-Qur‟an dan As-Sunnah.” 9
9 Mushaf Al-Qur‟an Al-Hadi Mushaf Latin (Jakarta: Maktabah Al-Fatih Rasyid Media, 2015)
39
Gambar 3.4 Mushaf Al-Qur‟an Al-Hadi Mushaf Latin 2015
Berdasarkan telaah penulis terhadap Mushaf Al-Qur‟an Al-Hadi Mushaf
Latin, diketahui bahwa mushaf ini telah mendapatkan persetujuan tanda tashih
dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Departemen Agama RI pada tanggal
12 Rabi‟u Al-Tsani 1436 H atau 2 Februari 2015 M, yang ditandatangani oleh
Ketua Lajnah Pentashihan Al-Qur‟an H. „Abdul Halim Ahmad, LC. M.M. dan Dr.
H. Ahsin Sakho selaku sekretaris.
b) Tampilan Mushaf
Dari segi tampilan, Mushaf Al-Qur‟an dalam huruf Arab dan Latin ini
berukuran panjang 18, 2 cm lebar 25, 7 cm. Bahan yang digunakan sebagai
sampulnya adalah model hard cover dengan background warna yang digunakan
adalah merah pekat hampir kehitaman dan terdapat tulisan “Al-Qur‟an Al-Karim”
40
dari huruf Arab yang nampak timbul dalam satu bingkai lingkaran berwarna hijau dengan
warna dasar kuning keemasan, dan tidak hanya itu untuk memperindah sampul depan
warna kuning keemasan diletakan di sudut kanan dan kiri.
Dari segi kertas, mushaf ini menggunakan jenis kertas “Qur‟an Print & Paper
(QPP)” yaitu jenis kertas yang biasa digunakan untuk mencetak Al-Qur‟an.
c) Tela‟ah konten mushaf
Pada pembahasan ini penulis akan mengklasifikasikan menjadi tiga
pembahasan dalam konten, yaitu: Lampiran awal, sisipan, dan lampiran akhir.
a. Lampiran Awal
Lampiran awal yang terdapat dalam mushaf ini, yaitu: cover bagian dalam,
lembar tanda tashih dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Kementrian
Agama RI, lembar kata pengantar penerbit, deskripsi mushaf Al-Hadi, Pedoman
Transliterasi Arab-Latin sesuai Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no 158 tahun 1987 dan do‟a sujud tilawah,
panduan ilmu tajwid, makharijul huruf, daftar ayat sajdah, dan do‟a sujud tilawah.
b. Sisipan
Sisipan yang terdapat dalam mushaf ini adalah:
1) Teks terjemah versi Kementerian Agama RI.
2) Dilengkapi dengan judul dan sub judul tiap-tiap tema dalam terjemah.
3) Dilengkapi dengan Asbab al-Nuzul.
4) Dilengkapi dengan terjemah per kata terletak dibawah setiap kata ayat
Al-Qur‟an.
41
5) Kode tajwid dan keterangan cara baca pada tiap halaman.
6) Footnote penjelasan lanjutan di terjemahan kata pada ayat–ayat tertentu.
7) Dilengkapi dengan Al-Qur‟an Text Message untuk beberapa istilah pada
ayat-ayat tertentu.
8) Transliterasi Al-Qur‟an per kata terletak dibawah setiap kata ayat Al-
Qur‟an.
c. Lampiran Akhir
Lampiran akhir yang terdapat dalam mushaf ini, yaitu: daftar isi, indeks
tematik, do‟a-do‟a pilihan dari Al-Qur‟an dan Sunnah tentang dzikir dilengkapi
pula oleh zikir setelah shalat, zikir pagi dan petang yang bersumber dari Al-
Qur‟an dan Hadis lengkap dengan sanad periwayatannya, do‟a para Nabi,
panduan etika membaca Al-Qur‟an, do‟a khatmil Qur‟an, dan terjemah doa
khatmil Al-Qur‟an.
3. Mushaf Al-Qur‟an Tajwid Warna Transliterasi Per Ayat Terjemah Per Ayat
(Al-Munawwar) 2015
a) Pengenalan Mushaf
Mushaf ini diterbitkan oleh penerbit Cipta Bagus Segara yang beralamat di
Jln. Raya Jati Bening Dua, No. 36 Rt. 02 Rw 04, Jati Bening Baru, Pondok Gede,
Kota Bekasi, Jawa Barat, 17412. Mushaf ini dilengkapi dengan Tajwid Warna,
transliterasi per ayat, terjemah per ayat. Tujuan diterbitkannya mushaf ini menurut
keterangan yang ada dalam “Prakata” mushaf adalah “agar umat Islam Indonesia
42
bisa semakin mudah dan terpacu untuk terus belajar, mengajarkan, dan
mengamalkan Al-Qur‟an.”10
Gambar 3.5 Mushaf Al-Qur‟an Tajwid Warna Transliterasi Per Ayat Terjemah Per Ayat (Al-
Munawwar) 2015
Berdasarkan telaah penulis terhadap Al-Qur‟an Tajwid Warna Transliterasi
Per Ayat Terjemah Per Ayat (Al-Munawwar), diketahui bahwa mushaf ini telah
mendapatkan persetujuan tanda tashih dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an
Departemen Agama RI pada tanggal 3 Sya‟ban 1436 H, atau bertepatan dengan tanggal
10
Lihat Al-Qur‟an Tajwid Warna Transliterasi Per Ayat Terjemah Per Ayat (Al-
Munawwar) (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2015)
43
21 Mei 2015 M. Tim pelaksana yang menandatangani adalah Dr. H. Mukhlish Hanafi
sebagai ketua, dan Dr. H. Ahsin Sakho selaku sekretaris.
b) Tampilan Mushaf
Dari segi tampilan, Al-Qur‟an Tajwid Warna Transliterasi Per Ayat
Terjemah Per Ayat (Al-Munawwar) ini berisi 631 halaman dengan ukuran panjang
21 cm x 29 cm. Bahan yang digunakan sebagai sampulnya adalah model hard
cover dengan background warna yang digunakan adalah warna merah pekat dan
terdapat tulisan “Al-Qur‟an Al-Karim” dari huruf Arab yang nampak timbul
dalam satu bingkai lingkaran berwarna keemasan.
Dari segi kertas, mushaf ini menggunakan jenis kertas “Qur‟an Print &
Paper (QPP)” yaitu jenis kertas yang biasa digunakan untuk mencetak Al-Qur‟an.
c) Tela‟ah konten mushaf
Pada pembahasan ini penulis akan mengklasifikasikan menjadi tiga
pembahasan dalam konten, yaitu: Lampiran awal, sisipan, dan lampiran akhir.
a. Lampiran Awal
Lampiran awal yang terdapat dalam mushaf ini, yaitu: cover bagian dalam,
lembar tim redaksi, prakata penerbit, Pedoman Transliterasi Arab-Latin sesuai
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
no 158 tahun 1987, daftar Isi, daftar ayat sajdah, do‟a sujud tilawah, dan panduan
warna tajwid.
b. Sisipan
Sisipan yang terdapat dalam mushaf ini adalah:
44
1) Teks terjemah per ayat versi Kementerian Agama RI.
2) Asbab al-Nuzul ayat.
3) Terjemah per ayat terletak disamping setiap ayat Al-Qur‟an.
4) Tesaurus yang memuat berbagai informasi dan wawasan yang berkaitan
dengan Al-Qur‟an.
5) Footnote penjelasan lanjutan di terjemahan kata pada ayat–ayat tertentu.
6) Transliterasi Al-Qur‟an per ayat terletak dibawah setelah seluruh ayat Al-
Qur‟an disetiap lembar
7) Lima tajwid warna, khat dilengkapi dengan lima warna yang berbeda
sesuai hukum tajwid berdasarkan penelitian Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an.
8) Kertasnya bervarian warna disetiap 2 juz Al-Qur‟an.
c. Lampiran Akhir
Lampiran akhir yang terdapat dalam mushaf ini, yaitu: do‟a khatmil Qur‟an,
terjemah doa khatmil Al-Qur‟an, ilmu tajwid praktis, panduan bacaan gharib,
Ulmul Qur‟an, Sejarah Kodifikasi Al-Qur‟an, indeks do‟a dalam Al-Qur‟an,
panduan etika dalam membaca Al-Qur‟an, indeks al-fabet, lembar tanda tashih
dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Kementrian Agama RI,
D. Waktu Membaca Al-Qur’an
Dalam belajar Al-Qur‟an, para pelajar atau santri memiliki waktu belajar atau
waktu untuk membaca Al-Qur‟an yang berbeda-beda. Akan tetapi sebagian besar
informan membaca Al-Qur‟an seusai shalat subuh karena adanya setoran bacaan
sehingga menuntut mereka untuk membaca Al-Qur‟an seusai shalat Subuh. Di
45
dalam perjanjian atau komitmen yang ditetapkan oleh pembina sekaligus
pimpinan Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annnaba Center Indonesia Ust.
Syamsul Arifin Nababan bahwasannya setiap muallaf yang ingin menjadi santri di
Annaba di wajib kan untuk bisa membaca Al-Qur‟an dalam kurun waktu 1
bulan,11
akan tetapi penulis menemukan bahwa beberapa santri baru bisa
membaca Al-Qur‟an lebih dari 1 bulan. Penulis juga menemukan bahwa semua
yang mencapai target 1 bulan bisa membaca Al-Qur‟an melakukan waktu atas
perutinan dalam membaca Al-Qur‟an selain di waktu setoran atau seusai solat
subuh, mereka pun merutinkan untuk membaca Al-Qur‟an setelah shalat fardhu,
setelah shalat sunnah, bahkan di waktu senggang ketika disekolah. Berbeda
dengan yang tidak mencapai target selama 1 bulan mereka melakukan bacaan Al-
Qur‟an hanya ketika setoran saja bahkan penulis juga menemukan bahwa setoran
yang sifatnya wajib diikuti bagi santri akan tetapi pada faktanya tidak semua
santri mengikuti setoran bacaan kepada ustadzah atau pengajar Al-Qur‟an dan
setelah ditelusuri dan melakukan wawancara lebih mendalam bahwa mereka yang
dianggap mencapai target 1 bulan dalam membaca Al-Qur‟an pun belum
sepenuhnya lancar dalam membaca Al-Qur‟an, maka dari itu sebagian dari
mereka mengakui bahwa mereka masih menggunakan Al-Qur‟an Transliterasi
agar melancarkan atau sekedar memastikan bacaan mereka ketika membaca Al-
Qur‟an. Berdasarkan hasil temuan penulis waktu yang digunakan oleh para santri
untuk membaca Al-Qur‟an sangat berpengaruh atas capaian kelancaran membaca
Al-Qur‟an mereka.
11
Wawancara Pribadi dengan Ust Nababan, Ruang tamu Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 12 Oktober 2018
pukul 20:10 WIB
46
Berikut adalah tabel urutan waktu yang sering sekali para santri lakukan
berdasarkan jumlah pernyataan atas jawaban yang diberikan kepada penulis.
Tabel 3.6 Waktu Membaca Al-Qur‟an
No Waktu membaca Al-Qur‟an Jumlah penyebutan
1 Setiap selesai Shalat Subuh 16
2 Setiap selesai Shalat Ashar 5
3 Setiap disekolah 1
4 Setiap malam jum‟at 1
5 setiap selesai shalat fardhu 1
6 Kalau lagi mood aja 1
7 Seminggu 5x 1
E. Kepemilikan Al-Qur’an Transliterasi
Dari penelusuran penulis, data yang diperoleh menunjukkan bahwa
kebanyakan para santri memiliki Al-Qur‟an transliterasi dan sebagiannya lagi jika
ingin membaca bisa meminjam di Musholla. Berikut penulis sajikan data
kepemilikan santri yang memiliki Al-Qur‟an transliterasi dari data ini penulis
menghitung atas jawaban hasil wawancara yang sama dan penulis sajikan dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 3.7 Kepemilikan Al-Qur‟an Transliterasi
No. Kepemilikan Al-Qur‟an Transliterasi Jumlah Penyebutan
1 Milik pribadi 11
2 Pinjam ke Mushalla 7
3 Pinjam ke teman-teman dan kakak-kakak 2
47
F. Alasan ketertarikan menjadi muallaf
Ketika seseorang memutuskan untuk berpindah keyakinan pasti ada alasan
tertentu yang membuat seseorang bisa yakin untuk mengambil keputusan tersebut.
Berikut akan penulis sajikan latar belakang para santri di Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia yang berkeyaninan untuk pindah
Agama. Berikut penulis akan tampilkan tabel berbagai alasan ketertarikan menjadi
muallaf yang dirasakan oleh para santri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
Annaba Center Indonesia data ini penulis menghitung atas jawaban hasil
wawancara yang sama dan penulis sajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.8 Alasan Ketertarikan Menjadi Muallaf
No. Alasan Ketertarikan Menjadi Muallaf Jumlah Penyebutan
1 Cara berpakaian 6
2 Akhlak yang baik 4
3 Sopan santun 7
4 Tutur kata yang baik 2
5 Ajaran Islam yang terarah 4
6 Lantunan ayat suci Al-Qur‟an 5
7 Suara adzan 3
8 Shalawat 1
9 Trinitas 4
10 Nyaman 2
11 Adem 3
12 Tenang dan tenteram 2
13 Suara takbir 1
Sesuai dengan data yang penulis peroleh diatas dalam alasan ketertarikan
menjadi muallaf ini menjadi bagi tiga bagian: a. Pendengaran, b. Peraasaan, c.
Perilaku. Berikut penulis sajikan beserta data hasil temuannya:
a. Pendengaran
48
Beberapa informan yang penulis wawancarai menyebutkan bahwasannya
salah satu alasan mereka memutuskan untuk menjadi muallaf yaitu melalui
pendengaran, diantaranya yaitu informan yang berasal dari Bandung berinisial
Z.A dan Amel. Dua orang adik-kakak ini memutuskan untuk menjadi muallaf
karena adzan, mereka hidup dalam lingkungan muslim yang setiap hari bahkan
dari kecil selalu mendengar adzan akan tetapi hidayah Allah datang melalui yang
setiap hari mereka dengar yaitu suara adzan. Ketika mereka sedang gundah gulana
menghadapi problematika kehidupan dan merasakan kehampaan serta kehilangan
arah kemana mereka harus mengadu, Allah getarkan hati mereka untuk datang
kepadaNya.
“Memang bagi kami saya dengan adik saya Islam itu tidak asing karena
lingkungan kami memang muslim seperti shalat, puasa, adzan itu tidak asing bagi
kami tapi ketika itu mata hati kami masih tertutup hingga kami tidak merasakan
apa-apa belum tersentuhlah untuk masuk Islam. Pada mulanya ketika saya masih
kuliah saya tertimpa masalah keluarga, saya putus kuliah, kuliah saya berantakan
hancur dan melihat keadaan orangtua saya tidak harmonis lagi disitu saya
merasa hampa hilang tujuan hidup saya berantakan sampai puncaknya saya
bingung mau kemana disitu saya seperti kehilangan kepercayaan entah kenapa
saya bingung ingin mengadu atau berdoa kepada siapa tapi saya tetap meyakini
bahwa Tuhan itu ada akhirnya saya berdoa walau ketika itu saya tidak tau doa
saya tunjukan kepada Tuhan siapa Tuhan yang mana saya berdoa minta untuk
diberikan petunjuk apa yang harus saya lakukan saya harus bagaimana.
Kemudian saya tertidur dan ketika saya bangun yang saya dengar adalah suara
adzan subuh entah mengapa hati saya begitu bergetar saya meyakini bahwa itu
adalah petunjuk Tuhan untuk saya dan ternyata hal yang saya rasakan dirasakan
pula oleh adik saya Amel. Alhamdulillah hidayah Allah turun untuk kami melalui
adzan tersebut.” 12
Tidak hanya Z.A dan Amel yang tertarik untuk menjadi muallaf melalui
pendengaran. Aminah Ashri Hutabarat seorang sarjana Akutansi yang berasal dari
12 Wawancara Pribadi Z.A dan Amel, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 13 November
2018 pukul 14:47 WIB
49
Padang Sumatera Barat pun mendapatkan hidayah melalui pendengaran yaitu
dengan lantunan ayat suci Al-Qur‟an dan suara takbir ketika hari raya idul fitri
yang bisa membuat hati dan jiwanya bergetar hingga meneteskan air mata.
”Alhamdulillah saya dari kota Padang yang memang banyak orang Islamnya
bahkan lingkungan saya Islam dan saya juga punya banyak teman yang Islam
jadi pas saya dengar mereka mengaji itu hati saya tersentuh malah saya suka
bercucuran air mata, saya juga kepo sendiri cari sendiri maknanya itu apa sih
artinya itu apa sih. Keyakinan saya bertambah ketika saya mendengar takbir
ketika hari raya „idul fitri semua beramai-ramai datang ke masjid untuk takbiran
dan setiap muslim bertakbir menyebut nama Allah itu pula menggetarkan hati
saya dibuat takjub saya oleh ajaran-ajaran tersebut”13
Bukan hanya tertarik dengan lantunan ayat suci Al-Qur‟an yang merdu dan
suara adzan yang berkumandang saja alasan lain mereka tertarik dengan Islam
yaitu karena mendengar shalawat, seperti yang diungkapkan oleh R.S. setelah
mendengar shalawat ia merasakan ketenangan dan ketenteraman jiwa berbeda
dengan lagu-lagu pada umumnya shalawat dirasakan bagaikan obat yang bisa
menentramkan hati dan jiwa.
“saya bertambah yakin untuk masuk Islam setelah mendengar orang mengaji
dan shalawat dengan suara merdu duh bikin adem kak, apalagi sekarang banyak
sekali macam-macam shalawat, kayak memberikan efek ketenangan dan
ketenteraman jiwa bagi aku kayak obat bagi hati. karena berbeda juga kan yah
dari segi lirik bahasa tapi bisa dinikmati segala kalangan berbeda sekali dengan
lagu-lagu pada umumnya.”14
Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwasannya para santri di
Pesantren Annaba Center Indonesia memutuskan menjadi muallaf salah satu
faktornya yaitu melalui pendengaran bisa melalui lantunan ayat suci Al-qur‟an,
suara adzan yang berkumandang, suara takbir maupun shalawat. Hal tersebut bisa
13
Wawancara Aminah Ashri Hutabarat, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018
pukul 20: 52 WIB 14
Wawancara R.S Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center
Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 13 November 2018 pukul 13:38 WIB
50
meggetarkan hati dan jiwa mereka sehingga menuntun mereka untuk memeluk
ajaran Islam.
b. Perasaan
Allah memberikan hidayahNya kepada manusia dengan berbagai cara salah
satunya melalui hati yang berbetuk perasaan yang dapat mereka rasakan hingga
menuntun mereka untuk bergerak kepada jalan Allah SWT dan memeluk ajaran
Islam. Dari data yang penulis peroleh para santri yang berlatar belakang muallaf
ini ragu akan konsep trinitas yang diajarkan pada agama sebelumnya. Hal ini
diungkapkan oleh Aisyah Giawa seorang pelajar di bangku Sekolah Menengah
Atas (SMA) yang telah menetap di Pesantren Annaba semenjak Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Awal mula dari keterbatasan ekonomi yang dapat
menghantarkan seorang Aisyah Giawa yang ketika itu baru saja lulus dari Sekolah
Dasar (SD) dan ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Melalui
informasi dari sepupunya bahwasannya ia dapat melanjutkan sekolah di Jakarta
asalkan ia mau memeluk Islam dan pada akhirnya ia menjadi seorang muallaf
kemudian di antarkan ke Pesantren Annaba Center Indonesia. Setelah ia belajar
mengenai ke Islaman ia tersadar jikalau konsep trinitas dalam agama yang ia anut
sebelumnya itu berbeda dengan ajaran Islam yang saat ini ia anut. Dalam Islam
ternyata diakui pula bahwa Isa itu ada tapi kedudukannya adalah sebagai Nabi
bukanlah Tuhan dan bagaimana bisa seorang manusia bisa menjadi Tuhan dan
bagaimana bisa Tuhan itu diperanakan. Berikut ungkapan Aisyah Giawa
mengenai keraguannya :
“Pertamanya sih ga ada yang bikin tertarik atau yakin banget untuk masuk
Islam, tapi pas sudah masuk sini baru merasa cocoknya. Jadi, sebelumnya mamak
tuh sudah tidak mampu untuk membiayai lagi sekolah saya karena kita ada 3
51
bersaudara terus ada sepupu yang nawarin untuk sekolah ke Jakarta selapas saya
SD katanya syaratnya Islam dan harus siap untuk belajar sungguh-sungguh
yaudah saya ikut-ikut aja sampai saya disini baru saya yakin Islam adalah agama
yang benar. Karena di agama sebelumnya Tuhan itu banyak sedangkan di Islam
itu kan satu dan entah kenapa hati sayapun membenarkannya gitu. Saya berpikir
bahwa Isa seorang manusia bisa dianggap Tuhan dan Tuhan bisa beranak,
seperti manusia sekali bisa beranak ya kan kak, dan ternyata di Islam itu ada Isa
tapi sebagai Nabi bukan sebagi Tuhan. Nah, setelah saya pelajari justu Islam
yang selama ini dianggap jahat, ekstrim gitu malah ajaran Islam yang masuk
sama akal pikiran manusia dan Islam itu agama yang damai.”15
Hal ini pun diarasakan oleh Z.A ia merasakan keraguan kepada konsep
trinitas yang diajarkan oleh agama sebelumnya, berikut penuturannya:
“Saya sharing dengan adik saya Amel ternyata adik saya merasakan hal yang
sama dia ragu tentang trinitas ketuhanan dalam agama saya sebelumnya apa
yang kami rasakan itu sama cuma adik saya takut untuk mengungkapkannya
kemudian kami memutuskan untuk datang ke Masjid menemui ust disana kami
berdiskusilah disana tentang Islam dan agama kami sebelumnya. Pokoknya point
penting yang diambil yaitu tentang Nabi Isa ternyata di dalam Islam itu juga
mengimani bahwa Nabi Isa itu ada sebagai Nabi yang di agama kami sebelumnya
itu dianggap Tuhan bukan Nabi kok saya merasa bahwa agama ini lebih logic
dari pada agama kami sebelumnya dan keesokannya kami bersyahadat di masjid
Bandung.”16
Faktor lainnya yang dapat dirasakan yaitu perasan nyaman, tenang, tenteram,
dan adem ketika berkumpul atau melihat orang Islam berkumpul atau berinteraksi.
Hal ini salah satunya dirasakan oleh Sakinatuddiniah berikut penuturannya:
“Saya dan ayah saya diajak oleh kakak saya ke Riau terus disana banyak
sekali orang-orang Islam. Ada perasaan yang aneh disana kok nyaman banget
berbeda sekali dengan di Nias biasalah karena kan hati-hati terkunci ya. Terus
hati ini begitu senang dan nyaman sekali melihat orang-orang Islam beda dengan
yang di Kristen karena semuanya terasa damai dan adem.”17
15
Wawancara dengan Aisyah Giawa, depan ruang tamu Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 18 Oktober 2018
pukul 21:31 WIB 16
Wawancara Z.A, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center
Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 13 November 2018 pukul 14:53 WIB 17
Wawancara Sakinatuddiniah, depan ruang tamu Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08 Oktober 2018 pukul 20:
34 WIB
52
Perasaan yang samapun dirasakan oleh Yuliana Grasilva Dasilva yang biasa
dipanggil saat ini yaitu Aisyah. Berikut ungkapannya :
“Keinginan sendiri dan melihat kakak saya masuk Islam kayak seneng aja,
kakak saya sudah masuk Islam sebelum saya pas dulu dia memutuskan masuk
Islam itu saya marah kesel gitu ngapain masuk Islam, nah setelah itu kakak saya
pergi dari rumah karena cekcok dengan orang tua saya sampai pas dia pulang
saya melihat dia berkerudung adem banget, merasa kakak saya itu berbeda
banget saya liat dia shalat ngobrol dengan orang-orang Islam itu luar biasa hati
saya tenang, nyaman, adem lah kak, akhirnya saya bertanya-tanya seputar
Islam.”18
dari beberapa penuturan diatas dapat penulis simpulkan bahawasannya, Allah
memberikan hidayah kepada manusia salah satunya melalui hati yang dapat
dirasakan oleh manusia itu sendiri. Dan faktor lain seseorang menjadi muallaf
yaitu keraguan tentang trinitas, perasaan nyaman, adem, tenang juga tenteram
yang menggetarkan perasaan mereka dan menutun mereka untuk memeluk ajaran
Islam.
c. perilaku
faktor lainnya para santri menjadi muallaf yaitu dengan perilaku. Menurut
data yang penulis peroleh dalam perilaku ini ada empat alasan yang membuat para
santri ini yakin untuk memeluk agama Islam yaitu cara berpakaian, akhlak yang
baik, sopan santun, dan Islam yang teratur. Seperti yang diutarakan oleh Julia
Freista Ribeiro atau biasa disapa Sofia ia memutuskan untuk menjadi muallaf
karena melihat ajaran Islam yang begitu tertata, kemudian cara berpakaian umat
Islam khususnya perempuan yang tertutup dan diwajibkan berhijab, juga tutur
katanya yang baik, sopan terhadap semua manusia. Berikut ini penuturannya:
18
Wawancara Yuliana Grasilva Dasilva (Aisyah), gazebo depan asrama putri Pembinaan
Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08
Oktober 2018 pukul 16:10 WIB
53
“Awal mula itu tertarik dari segi cara berpakaian umat muslim yang selalu
tertutup dan menggunakan hijab terus tutur katanya yang sopan, baik terhadap
semua manusia. Semuanya telah tertata dalam Islam”19
Ungkapan lainnya di ungkapkan juga oleh Nurul Komariyah alasan yang
membuat ia memutuskan untuk memeluk Islam yaitu dikarenakan pakaian umat
Islam yang lebih sopan dan tutur kata umat Islam yang teratur. Berikut
ungkapannya:
“Dari cerita-cerita yang disampaikan oleh kakak katanya Islam itu lebih
berbeda dari yang lain, kalau di agama Katolik patung yang kita sembah itu
bukan Tuhan tapi Nabi Isa dan yang kita sembah itu patung bukan Tuhan.
Pakaian-pakaian umat muslim itu lebih sopan tidak terbuka terus tutur katanya
diatur dibandingkan yang katolik perkataannya lebih kasar dan pakaiannya
terbuka semua.” 20
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Siti Hajar, ia mengutarakan
bahwasannya yang membuat ia yakin terhadap ajaran Islam yaitu dari segi
tatacara beribadah dan semua hal telah diatur oleh Islam dari mulai membukakan
mata hingga memejamkan mata semuanya ada aturannya.
“Banyak sih, dari tata cara ibadahnya orang Islam terus dalam Islam itu kan
ada aturannya dari kita bangun tidur sampe tidur lagi jadi tertarik aja, ibadah
aja diatur kan merasa hidup itu lebih terarah. Modelnya nih ya orang Islam kan
ibadah itu sehari 5 waktu masih bisa melakukan maksiat atau melakukan dosa
apalagi kita yang non-muslim gitu yang ibadah cuma seminggu sekali bahkan
kalau udah males malah kadang cuma sebulan sekali itu kita dapet apa. Terus
juga kalau liat orang Islam shalat tuh lebih adem pas dicoba shalat tuh bener-
bener adem dan lebih merasa dekat dengan sang maha pencipta. Awalnya juga
sempet sebelum fix masuk Islam tuh keluarga suka ngomongin Islam itu teroris
hatiku tuh yang sakit karena setiap ajaran itu baik itu karena ada oknum-oknum
tertentu aja jadi jangan salahkan Islamnya itu orang-orangnya aja yang salah
dan pas ibadah ke Gerejapun aku merasa sudah ga ada feell nya lagi bahkan aku
sudah gak hafal dengan nyanyian-nyanyiannya itu.”21
19
Wawancara Julia Friesta Ribeiro (Sofia), Mushalla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018
pukul 18:31 WIB 20
Wawancara Nurul Komariyah, Mushalla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018 pukul
18:52 WIB 21
Wawancara Siti Hajar, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba
Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018 pukul 19:47 WIB
54
Hal lainnya pun diungkapkan oleh Alita Soatar Pitas atau Munawwaroh
yang mengungkapkan bahwa ajaran Islam semuanya luar biasa karena ia
menyukai Islam awal mulanya dari segi cara berpaikan, akhlak yang baik dan
sopan santun. Berikut penulis sajikan ungkapannya:
“Karena agama Islam itu akhlaknya baik terus sopan santunnya juga luar
biasa banget terus dari cara berpakaiannya pun luar biasa baiknya itu yang
mebuat saya makin yakin dengan Islam.”22
Amel seorang gadis berkelahiran Bandung pun mengutarakan hal yang
senada bahwasannya ia tertarik dengan Islam dari segi ajaran yang diajarkan oleh
Islam misalnya dari segi berpakaian dan segala hal itu pasti ada adabnya. Berikut
ungkapannya:
“Percarian jatidiri dan merasa bahwa Islam adalah agama yang benar,
kita bisa lihat dari segi pengajarannya semua hal itu ditata rapih misalkan
perempuan harus memakai jilbab terus setiap apa yang akan kita lakukan itu ada
adabnya beda kalau di Kristen itu ya suka-suka kita aja.”23
22
Wawancara Alita Soatar Pitas (Munawwaroh), Gazebo depan asrama putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 08 Oktober 2018 pukul 16:32 WIB 23
Wawancara Amel, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba
Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08 oktoer 2018 pukul 18:46 WIB
55
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Transliterasi Al-Qur’an Bagi Muallaf
1. Definisi dan Pandangan Transliterasi Al-Qur‟an
Sebagaimana yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa transliterasi
dapat diartikan sebagai penulisan dan pengucapan karakter huruf asing dalam
bentuk lambang yang mempunyai bunyi yang sama.1 Sedangkan menurut
Kridalaksana, transliterasi adalah “penggantian huruf demi huruf dari abjad yang
satu ke abjad yang lain (sering lepas dari lafal yang sebenarnya): misal, penulisan
Abd al-Rauf adalah transliterasi, yang berbeda dengan Abdurrauf yang berupa
transkipsi dan sesuai lafalnya.2
Dari hasil analisis yang penulis peroleh pemahaman tentang definisi
Transliterasi dalam Al-Qur‟an menurut para santri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia dibagi menjadi dua kelompok pemahaman,
yaitu transliterasi Al-Qur‟an itu Arab-latin (Bahasa Indonesianya) dan transliterasi
Al-Qur‟an sebagai alat bantu dalam membaca Al-Qur‟an. Dari 18 orang informan
11 orang diantaranya memahami bahwa transliterasi Al-Qur‟an adalah Arab-Latin
(Bahasa Indonesianya) sedangkan 7 orang memahami bahwa Transliterasi Al-
Qur‟an sebagai Alat bantu untuk membaca Al-Qur‟an.
Pandangan transliterasi Al-Qur‟an menurut para santri di Pesantren
Annaba Center Indonesia pun menurut hasil data yang penulis peroleh dibagi
menjadi 2 kelompok pandangan. Ada yang memandang bahwa transliterasi Al-
Qur‟an itu memudahkan dan ada yang memandang bahwa transliterasi Al-Qur‟an
1 Noa Webhster, Webster‟s New Twentieth Century Dictionary Of The English Language
Unabrigde, (William Collins Publisher INC, 1980), h. 1939. 2 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, Edisi IV, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 247.
56
sebagai sebuah cara untuk membantu membaca Al-Qur‟an. Dari 18 informan
yang memandang transliterasi Al-Qur‟an itu memudahkan ada 8 orang dan 10
orang lainnya memandang transliterasi Al-Qur‟an itu cara untuk membantu
membaca Al-Qur‟an.
Menurut salah satu santri yaitu Siti Hajar mengutarakan bahwa
transliterasi Al-Qur‟an itu adalah kebutuhan untuk para pemula karena sangat
membantu dalam membaca Al-Qur‟an.
“transliterasi itu adalah kebutuhan untuk kami yang pemula meskipun ada
gurunya atau ada yang mengajarkan juga kadang kalau kita ingin baca kan perlu
liat juga ke transliterasinya itu. Cukup membantu jadinya meskipun kita tidak
boleh terpaku dengan hal itu.“3
Hal tersebut selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Aminah Ashri
Hutabarat bahwasannya transliterasi Al-Qur‟an itu sangat membantu para pemula
untuk membaca Al-Qur‟an.
“Transliterasi itu sangat membantu untuk pemula bagi kami karena itu
adalah alat pertama kami agar kami bisa baca Bahasa Arab itu sendiri meskipun
memang kami butuh pendamping tapi itu adalah sebagai bantuan untuk kami
sendiri. Kalau sudah bisa pun perlahan-lahan kami harus lepas dari transliterasi
tapi tetap awal mula kami menggunakan itu bahkan sampai saat ini kalau kami
ingin meyakini atau memastikan bacaannya terkadang kami masih membutuhkan
bantuan itu kalau tidak ada tempat untuk bertanya atau pendamping.”4
2. Alasan ketertarikan Mempelajari Al-Qur‟an
Menurut penelusuran penulis para santri di Pesantren Pembinaan Muallaf
Annaba Center Indonesia yang berlatar belakang muallaf salah satu alasan
memutuskan untuk berpindah agama kemudian masuk Islam adalah karena bahasa
Al-Qur‟an yang begitu menarik untuk didengar yang mempunyai dampak bagi
3 Wawancara Pribadi dengan Siti Hajar, Musholla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 03 Oktober 2018
pukul 12. 39 WIB. 4 Wawancara Pribadi dengan Aminah Ashri Hutabarat, Musholla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 03 Oktober 2018 pukul 11:05WIB.
57
ketenteram hati dan jiwa.5 Hal ini pun menjadi salah satu alasan ketertarikan para
santri untuk mempelajari Al-Qur‟an lebih mendalam. Berikut penulis sajikan data
beragam alasan ketertarikan mempelajari Al-Qur‟an dari data ini penulis
menghitung atas jawaban hasil wawancara yang sama dan penulis sajikan dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Alasan Ketertarikan Mempelajari Al-Qur‟an
No. Alasan Ketertarikan Mempelajari Al-Qur‟an Jumlah Penyebutan
1 Pedoman bagi umat Islam 2
2 Terasa lebih dekat dengan Allah 5
3 Unik berbeda dari kitab suci sebelumnya 3
4 Membuat lebih tenang, nyaman, dan tenteram 3
5 Bahasanya sangat indah 2
6 Penyejuk hati 2
7 Solusi dari berbagai masalah 1
Menurut Graciella Victoria Safira bahwasannya yang menarik untuk
belajar Al-Qur‟an yaitu keunikan Al-Qur‟an dari segi bahasa, karena Al-Qur‟an
diturunkan menggunakan bahasa yang berbeda dari pada kitab-kitab lainnya tetapi
bisa dihafalkan.
“Soalnya di agama sebelumnya kan meskipun kitab sucinya pake bahasa
Indonesia tapi belum ada yang bisa menghafalnya kalau waktu sebelum masuk
Islam tuh melihat orang-orang Islam tuh pada bisa menghafal Al-Qur‟an kayak
anaknya Ust Yusuf Mansyur Wirda tuh bisa keliling dunia Cuma karena dia bisa
hafalin Al-Qur‟an itu sih yang bikin aku tertarik buat belajar. Ya keren aja gitu
padahal pake Bahasa Arab tapi bisa dihafal padahal kan Bahasa Arab lebih
sulit.”6
5 Wawancara Pribadi dengan Nuur Hidayah Rumahorbo, Musholla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 09 Oktober 2018 pukul 06: 10 WIB. 6 Wawancara pribadi dengan Graciella Victoria Safira, Asrama Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 06 Oktober 2018 pukul 19:38 WIB.
58
Berbeda dengan Cerjina Ximenes yang merasa bahwasannya wajib bagi
umat muslim untuk belajar Al-Qur‟an karena Al-Qur‟an adalah pedoman hidup.
“Karena itukan kitab suci kita semua jadi merasa wajib mempelajarinya”7
Sakinatuddiniyyah menuturkan dampak yang ia rasakan dan kemudian
menarik ia untuk mempelajari Al-Qur‟an pada mulanya adalah karena
mendengarkan orang mengaji Al-Qur‟an dengan merdu dan merasa penjelasannya
indah.
“Karena merdu banget pas saya dengar orang-orang baca Al-Qur‟an,
semuanya teratur dan penjelasannya tuh indah yang ada di dalamnya tuh.
Apalagi ada tertera dalam Al-Qur‟an bahwa ini adalah benar-benar jalan yang
lurus, makannya saya tertarik dengan Al-Qur‟an agar saya juga selalu dekat
dengan Allah SWT.” 8
B. Upaya Mengenal Bacaan dan Hafalan Al-Qur’an
1. Tujuan Membaca Al-Qur‟an
Menurut data yang penulis dapatkan pada Tabel 3.3 para santri di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia mayoritas
membaca Al-Qur‟an seusai shalat subuh dengan tujuan yang berbeda-beda.
Berikut penulis sajikan tabel tujuan membaca Al-Qur‟an. Dalam hal ini dihitung
atas jawaban hasil wawancara yang sama dan penulis sajikan dalam tabel dibawah
ini:
Tabel 4.2 Tujuan Membaca Al-Qur‟an
No. Tujuan Membaca Al-Qur‟an Jumlah Penyebutan
1 Melancarakan bacaan 2
2 Berkomunikasi dengan Al-Qur‟an 3
3 Lebih ringan menjalani hidup 2
7 Wawancara pribadi dengan Cerjina Ximenes, Musholla Putri Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06
Oktober 2018 pukul 17: 40 WIB. 8 Wawancara pribadi dengan Sakinatuddiniyyah, didepan Ruang Tamu Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 08 Oktober 2018 pukul 20: 57 WIB.
59
4 Menambah bekal untuk akhirat 4
5 Kewajiban bagi umat muslim 2
6 Motivasi bagi diri sendiri 1
7 Orang yang ahli dalam Al-Qur‟an 1
8 Mendapatkan ilmu dan informasi dari Al-
Qur‟an
3
Tujuan dari membaca Al-Qur‟an bervariasi salah satunya yaitu untuk
menambah bekal untuk akhirat. Seperti yang dikatakan oleh Nuur Hidayah
Rumahorbo sebagai berikut:
“Yang pastinya aku ingin masuk surga dan untuk menambah bekal aku disana
soalnya aku pernah lihat di Youtube itu perbedaan orang yang meninggal dalam
keadaan yang mengaji karena aku juga seneng nonton juga kayak serial hidayah
gitu dan aku merasakan itu benar deh, jadi motivasiku ya ingin meninggal dalam
keadaan yang baik khusnul khatimah sih.” 9
Berbeda dengan pendapat Amel bahwa ia merasa membaca Al-Qur‟an itu
adalah sebuah kewajiban bagi dirinya karena Al-Qur‟an memberikan dampak
ketenangan juga mendapatkan ilmu lewat terjemahan Al-Qur‟an.
“Alasannya sih kan ya wajib baca Al-Qur‟an terus kalau membacanya itu lebih
tenang dan pas kita membacanya itu jadi dapet ilmu lewat terjemahannya.”10
Munawwaroh merasa bahwa yang menarik untuk mempelajari adalah
karena membuatnya jadi semakin dekat dengan Allah SWT.
“Karena Al-Qur‟an membuat saya semakin dekat dengan Allah SWT itu sih yang
rasa menarik dari Al-Qur‟an”11
9 Wawancara pribadi dengan Nuur Hiadayah Rumahorbo, Mushalla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 09 Oktober 2018 pukul 06: 36 WIB. 10 Wawancara pribadi dengan Amel, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08 Oktober 2018 pukul 19:
06 WIB. 11
Wawancara pribadi dengan Munawwaroh, Gazebo depan Asrama Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 08 Oktober 2018 pukul 16: 46 WIB.
60
2. Mempelajari Tajwid/ Tahsin
Selain belajar membaca Al-Qur‟an para santri di Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia juga mempelajari tajwid/tahsin dan
bahasa Arab. Menurut Ustz Erna selaku pengajar Al-Qur‟an di Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia mengutarakan bahwa
tujuannya mengajarkan para santri tajwid/ tahsin diharapkan para santri bisa lebih
lancar dan fasih sesuai kaidah-kaidah makhrajnya dan hukum tajwidnya ketika
sedang membaca Al-Qur‟an sedangkan bahasa Arab sebagai alat pendukung agar
para santri bisa lebih memahami isi/kandungan yang ada dalam Al-Qur‟an.12
Berikut ini penulis akan sajikan data mengenai alasan para santri
mempelajari tajwid/tahsin Al-Qur‟an. Data dibawah ini penulis dapatkan dari
menghitung atas jawaban hasil wawancara yang sama dan penulis sajikan dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Alasan Mempelajari Tajwid/Tahsin
No Alasan Mempelajari Tajwid/Tahsin Jumlah Penyebutan
1 Memperbaiki bacaan 13
2 Mengasah lidah sesuai hukum tajwidnya 3
3 Mengetahui kaidah-kaidah membaca Al-Qur‟an 2
Menurut data yang penulis peroleh mayoritas alasan para santri belajar
mempelajari tajwid/tahsin itu guna memperbaiki bacaan dan sebagaian lainnya
yaitu untuk mengasah lidah agar bacaannya sesuai dengan hukum tajwid dan
untuk mengetahui kaidah-kaidah ilmu tajwid. Menurut Ciella, ia mempelajari
tajwid/tahsin agar apa yang kita baca dalam Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah-
kaidahnya.
12 Wawancara Pribadi dengan Ernawati Pengajar Al-Qur‟an, Asrama Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 08 Oktober 2018 pukul 17: 36 WIB.
61
“Iya, biar kita tuh enggak asal baca kan itu semua ada aturannya ada tajwidnya
ada tahsinnya gimana makhraj nya terus juga kan kalau kita baca tidak sesuai
dengan kaidah-kaidahnya itu kan bisa menyalahi arti atau maknanya juga. Jadi
belajar tajwid atau tahsin itu harus suapaya tau bagaimana pengucapannya.”13
Sedangkan menurut Sakinatuddiniyyah, ia mempelajari tajwid/tahsin
untuk memperbaiki bacaan agar bacaannya baik dan benar.
“Iya belajar, karena tajwid itu bisa membenarkan bacaan kita dengan baik dan
benar agar jelas bacaannya. Jadi kita harus mentaati bagaimana panjang
pendeknya, makhrajnya.”14
3. Mempelajari Bahasa Arab
Selain sebagai alat bantu untuk memahami isi/kandungan Al-Qur‟an bagi
Aminah Ashri Hutabarat salah satu santri di Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia mempelajari Bahasa Arab adalah hal yang unik
sangat berbeda dari bahasa-bahasa yang ada di dunia ini.15
Dari data yang penulis dapatkan ada beberapa alasan ketertariakan para
santri mempelajari Bahasa Arab. Berikut penulis sajikan data tetang alasan
ketertarikan para santri mempelajari Bahasa Arab, data dibawah ini penulis
dapatkan dari menghitung atas jawaban hasil wawancara yang sama dan penulis
sajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Alasan Ketertarikan Mempelajari Bahasa Arab
No Alasan ketertarikan mempelajari Bahasa Arab Jumlah Penyebutan
1 Bahasa Arab bahasanya Islam 3
2 Agar dapat memahami isi dari Al-Qur‟an 2
13
Wawancara pribadi dengan Graciella, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018
pukul 19:11WIB. 14
Wawacara pribadi dengan Sakinatuddiniyyah, depan ruang tamu Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08
Oktober 2018 pukul 20:21WIB. 15 Wawancara Pribadi dengan Aminah Ashri Hutabarat, Musholla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 06 Oktober 2018 pukul 21:01WIB.
62
3 Bahasa Arab bahasanya Al-Qur‟an 6
4 Seru mempelajarinya 2
5 Agar dapat hafal do‟a-do‟a dalam shalat 2
6 Agar dapat menjawab pertanyaan dalam kubur 1
7 Bahasa Arab Bahasa Syurga 1
8 Agar bisa berinteraksi dengan orang-orang Arab 1
Menurut penelusuran penulis, para santri di Pesantren Annaba Center
Indonesia begitu antusias mempelajari Bahasa Arab karena disamping bahasa
Arab adalah bahasa yang baru mereka pelajari, mereka menyukai Bahasa Arab
karena agar bisa berinteraksi dengan orang-orang Arab dan memahami apa yang
mereka katakan.16
Hal ini sependapat dengan yang diutarakan oleh Aminah Ashri
Hutabarat, berikut penuturannya:
“Nanti kita di surga menggunakan Bahasa Arab jadi saya harus mempelajarinya.
Masa iya saya tahu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris tapi saya tidak tahu
dengan Bahasa agama saya sendiri. Nah, dengan Bahasa Arab pun kita jadi tahu
apa isi kandungan dari Al-Qur‟an itu sendiri atau bisa juga kita
menggunakannya untuk berkomunikasi dengan orang-orang Arab kan jadi
tambah teman juga kita.”17
Akan tetapi menurut data yang penulis dapatkan dari hasil wawancara
mayoritas para santri menjawab merasa tertarik untuk mempelajari Bahasa Arab
karena Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur‟an, bahasa syurga dan bahasanya umat
Islam. Hal tersebut diutarakan oleh Amelberikut penuturannya:
“Ya bagi saya wajib belajar Bahasa Arab karena itu kan Bahasanya Al-Qur‟an
bahasanya Allah dan bahasanya Surga.”18
16
Wawancara pribadi dengan Aisyah Giawa, Cici dan Riri, depan ruang tamu Pesantren
Pembinaan Muallaf Annaba Center Indonesia Kampung Samawah Ciputat Tangerang Selatan, 06
Oktober 2018 pukul 22. 10 WIB. 17
Wawancara Pribadi dengan Aminah Ashri Hutabarat, Asrama Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 03 Oktober 2018 pukul 13:11WIB. 18 Wawancara Pribadi dengan Amel, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08 Oktober 2018
pukul 19:31WIB.
63
C. Pengajian Setoran Bacaan Al-Qur’an
Dalam proses penyetoran bacaan, setiap ba‟da subuh pada hari senin
hingga kamis para santri di Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center
Indonesia membaca Al-Qur‟an masing-masing terlebih dahulu kemudian bacaan
yang telah mereka baca disetorkan kepada ustz. Para santri pun bebas ingin
membaca di sekitaran mushalla ataupun diluar itu misal ada yang membaca di
depan musholla, di gazebo maupun dikamar masing-masing. Hal ini didasari
beberapa alasan yang dikemukakan oleh Ustz Erna pengajar Al-Qur‟an di
Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center Indonesia :
“Saya bebaskan mereka ingin mengaji atau membaca Al-Qur‟an
dimanapun mereka senyaman mereka yang terpenting mereka mau membaca Al-
Qur‟an karena para santri disini mayoritas adalah pelajar yang harus sekolah
jadi kalau di disiplinkan untuk mengaji seperti membuat halaqah dibuat lingkaran
kemudian membaca bersama-sama terus di tes satu-satu itu membuat waktu yang
cukup lama yah dan pengajar juga hanya saya sendiri, jadi saya putuskan agar
mereka setoran masing-masing ke saya kalau untuk halaqah seperti itu ya saya
adakan sesekali melihat situasi dan kondisi mereka. Oh iya kita juga perlu
melihat latar belakang mereka karena mereka muallaf baru masuk Islam jadi kita
tidak bisa samakan dengan kehidupan santri pada umumnya dengan kedisiplinan
dan peranturan yang ketat nanti dikhawatirkan mereka tidak nyaman dan malah
akan pindah lagi ke agama sebelumnya. “19
Dalam setoran bacaan ini penulis membagi menjadi 3 bagian yaitu: 1.
Tujuan mengikuti pengajian, 2. Usaha agar cepat membaca Al-Qur‟an, 3. Manfaat
pengajian. Berikut penulis sajikan beserta data hasil temuannya:
1. Tujuan mengikuti pengajian
Para santri di Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center Indonesia
mayoritas berasal dari Nias Sumatera Utara yang kemudian dikirim ke Pesantren
19 Wawancara Pribadi dengan Ernawati, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08 Oktober 2018
pukul 16: 05 WIB.
64
Annaba yang terletak di Tangerang Selatan.20
Salah satu program yang Pesantren
sajikan untuk membina para muallaf adalah pengajian/ setoran bacaan Al-Qur‟an
guna mengajarkan mereka untuk bisa lancar membaca Al-Qur‟an dan selanjutnya
Pesantren akan menuntun mereka untuk bisa menghafal Ayat-ayat Al-Qur‟an.21
Setiap santri yang datang ke Pesantren Annaba pasti memiliki tujuan tersendiri,
menurut data yang penulis peroleh dari hasil wawancara sebagian besar dari
mereka adalah ingin belajar dan memperdalam ilmu agama Islam dan sebagian
lainnya ingin mendapatkan tempat binaan utuk melindungi mereka dari paksaan-
paksaan atau doktrinan-doktrinan yang mengajak mereka untuk kembali kepada
ajaran agama sebelumnya. Berikut ini penulis sajikan data tentang tujuan para
santri datang ke Pesantren Annnaba Center Indonesia yang kemudian diwajibkan
untuk mengikuti pengajian/ setoran Al-Qur‟an. Data dibawah ini penulis dapatkan
dari menghitung atas jawaban hasil wawancara yang sama dan penulis sajikan
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Tujuan Mengikuti Pengajian
No. Tujuan Mengikuti Pengajian Jumlah Penyebutan
1 Mendalami agama Islam 4
2 Memahami Al-Qur‟an 2
3 Lancar baca Al-Qur‟annya 6
4 Agar cepat jadi hafidzah 2
5 Mencari jati diri sesungguhnya 1
6 Agar bisa masuk syurga 2
7 Agar selalu dalam jalan Allah 1
2. Usaha agar cepat membaca Al-Qur‟an
20 Wawancara Pribadi dengan Ust Nababan Pimpinan Pesantren, Ruang tamu Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 12 Oktober 2018 pukul 20: 10 WIB. 21 Wawancara Pribadi dengan Ustz Ernawati Pengajar Al-Qur‟an, Asrama Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 08 Oktober 2018 pukul 16: 09 WIB.
65
Pada tabel sebelumnya diatas yaitu tabel 4...tujuan para santri datang ke
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia kemudian
mengikuti pengajian/setoran Al-Qur‟an menunjukkan bahwa banyak tujuan yang
ingin dicapai, sehingga diperlukan usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Berikut
penulis sajikan usaha yang dilakukan oleh para santri untuk mencapai tujuannya.
Dari situ dihitung atas jawaban hasil wawancara yang sama dan penulis sajikan
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Usaha agar cepat membaca Al-Qur‟an
No. Usaha agar cepat membaca Al-Qur‟an Jumlah Penyebutan
1 Sering setoran ke kakak-kakak yang sudah lancar
mengaji
7
2 Sunguh-sungguh dan niat karena Allah 3
3 Baca transliterasi kemudian bahasa Arabnya 1
4 Menulis sambil mendengarkan murattal 2
5 Disiplin dan rajin 2
6 Semangat untuk terus belajar 2
7 Diulang-ulang sampai lancar 1
3. Manfaat pengajian
Setiap perbuatan baik yang disyariatkan dalam Islam pasti mengandung
manfaat, bisa dalam bentuk manfaat yang dirasakan bersifat jasmani ataupun
rohani, tidak terkecuali dalam belajar Al-Qur‟an. Siapapun yang berkecimpung
dengan Al-Qur‟an bisa dipastikan mendapatkan keberkahan Al-Qur‟an. Jika Al-
Qur‟an diperlakukan sebagai sahabat setia bergaul dengannya secara intensif,
maka ia akan mendapatkan keberkahan lebih banyak lagi. Orang yang bersahabat
dengan Al-Qur‟an akan mendapatkan predikat yang baik dimata Allah SWT dan
66
dimata manusia. Sebaliknya mereka yang memusuhi Al-Qur‟an akan terjungkal
sendiri dan nasibnya akan jelek di dunia maupun di akhirat.22
Seseorang yang berinteraksi dengan Al-Qur‟an pasti akan mendapatkan
manfaat yang dirasakan. Begitupula bagi orang yang mempelajari Al-Qur‟an
mempunyai manfaat yang dirasakan, berikut penulis akan tampilkan tabel manfaat
pengajian membaca Al-Qur‟an yang dirasakan oleh para santri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia. Dihitung atas hasil
jawaban wawancara serta diurutkan serta diurutkan berdasarkan jawaban yang
terbanayak dibawah ini:
Tabel 4.7 Manfaat Pengajian
No. Manfaat Pengajian Jumlah Penyebutan
1 Bisa baca Al-Qur‟an dengan cepat 12
2 Belajar memahami Al-Qur‟an 3
3 Untuk mengoreksi bacaan 1
4 Menambah pengetahuan tentang Al-Qur‟an 2
4. Dampak Membaca Transliterasi bagi Para Muallaf di Annaba Center
Indonesia.
Dari data yang penulis peroleh hasil wawancara mendalam terhadap para
muallaf sebagai pengguna dari Al-Qur‟an transliterasi. Dampak Al-Qur‟an
bertransliterasi penulis membaginya kepada 2 macam yaitu; dampak positif dan
dampak negatif.
1. Dampak positif yang sangat dirasakan oleh para muallaf yang menggunakan
Al-Qur‟an transliterasi yaitu memberikan kemudahan untuk membaca Al-
Qur‟an. hal ini salah satunya diutarakan oleh Amel berikut penuturannya:
22
Akhsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Qur‟an: Memahami Tema-Tema Penting
Kehidupan dalam Terang Kitab Suci Al-Qur‟an. h. 19
67
“sangat memudahkan sih kak, menolong banget buat kalau mau baca Al-Qur‟an
tapi belum tau atau lupa gimana cara baca yang Arabnya.”23
Hal tersebut selaras dengan yang dikatakan oleh Aminah, bahwasannya
transliterasi itu sangat membantu dan menjadi alat bantu pertama bagi mereka
yang belum mengenal huruf Arab tetapi ingin membaca Al-Qur‟an atau aksara
Arab.
“Transliterasi itu sangat membantu untuk pemula bagi kami karena itu adalah
alat pertama kami agar kami bisa baca Bahasa Arab itu sendiri meskipun
memang kami butuh pendamping tapi itu adalah sebagai bantuan untuk kami
sendiri. Kalau sudah bisa pun perlahan-lahan kami harus lepas dari transliterasi
tapi tetap awl mula kami menggunakan itu bahkan sampai saat ini kalau kami
ingin meyakini atau memastikan bacaannya terkadang kami masih membutuhkan
bantuan itu kalau tidak ada tempat untuk bertanya atau pendamping. “24
Dampak yang dirasa lainnya dari Al-Qur‟an transliterasi yaitu dapat menjadi
alat kontrol bagi mereka yang belum lancar membaca Al-Qur‟an untuk sekedar
meyakinkan bagaimana ayat Al-Qur‟an itu seharusnya dibaca. Hal ini diutarakan
oleh Aisyah Giawa berikut penuturannya:
“Cara bantu biar bisa baca Al-Qur‟an kalau kita engga tahu bacaan kita
benar atau engga kita bisa liat ke bawahnya aja jadi bisa meyakinkan kita
gimana seharusnya itu dibaca”25
Melihat dari data yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwasannya
dampak positif yang dirasakan oleh para muallaf sebagai pengguna Al-Qur‟an
transliterasi yaitu memudahkan menjadi alat bantu dalam membaca Al-Qur‟an
juga sebagai alat kontrol guna meyakinkan bagaimana bacaan itu semestinya
dibaca.
23 Wawancara pribadi dengan Amel, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08 Oktober 2018 pukul
20:42 WIB. 24 Wawancara pribadi dengan Aminah Ashri Hutabarat, Asrama Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 06 Oktober 2018 pukul 21:02 WIB. 25 Wawancara pribadi dengan Aisyah Giawa, halaman depan ruang tamu Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 18 Oktober 2018 pukul 21:42 WIB.
68
2. Dampak negatifnya dari Al-Qur‟an transliterasi yang dirasakan oleh pengguna
Al-Qur‟an transliterasi yaitu dapat memanjakan para pengguna jikalau tidak
didampingi atau tidak dibimbing intensif. Hal ini dinyatakan oleh Ciella,
menurut pengalaman yang ia rasakan Tranliterasi al-Qur‟an dapat memanjakan
jikalau tidak ada usaha untuk bisa lancar membaca aksara Arab berikut
penuturan Ciella:
“itu sih bisa keenakan jadi manja kalau baca yang Latinnya soalnya aku
terbiasa dan nyambung pas bacanya. Kan, ada tuh yang kesulitan bacanya yang
katanya gak sesuai sama bacaan arabnya tapi kalau aku karena kebiasaan jadi
suka liat latinnya tapi bagus membantu untuk pemula kayak kita. Sebenernya biar
gak memanjakan itu ya harus usaha kak, bisa belajar sama yang udah lancar
atau setoran ke kak Erna bisa juga sering dengerin ngaji-ngaji gitu”26
Berbeda dengan Ibu Endang, Ibu Endang merasa tidak bisa membaca Al-
Qur‟an jikalau tidak membaca transliterasi Al-Qur‟an tersebut. Berikut penuturan
Ibu Endang:
“Alhamdulillah sangat membantu karena kalau tidak ada itu saya tidak bisa
membaca Al-Qur‟an. itu mungkin sangat bermanfaat bagi saya saja karena saya
kan belum bisa membacanya jangankan membaca ayat Al-Qur‟an yah hijaiyyah
saja saya belum tau maklum sudah tua faktor umur juga.” 27
Dari sini dapatlah penulis ambil kesimpulan bahwa dampak negatifnya selain
mereka para pengguna Al-Qur‟an tidak bisa membaca Al-Qur‟an dalam aksara
Arab, Al-Qur‟an transliterasi dapat memanjakan penggunanya jikalau tidak
diiringi dengan pembelajaran atau pendampingan yang intensif maka disini
membuktikan betapa pentingnya talaqī musyāfahah.
Menurut Muhajir Musyāfahah yang bermakna dari mulut ke mulut
(pelajar belajar Al-Qur‟an dengan memperhatikan gerak bibir guru untuk
26 Wawancara pribadi dengan Graciella, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018
pukul 19: 24 WIB. 27 Wawancara pribadi dengan Ibu Endang, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08 Oktober 2018
pukul 17:04 WIB.
69
mendapatkan pengucapan makhraj yang benar). Musyāfahah juga dikenal dengan
talaqī dari segi bahasa diambil dari pada perkataan yaitu belajar secara
berhadapan dengan guru. 28
Metode pengajaran dimana guru dan murid berhadap-hadapan secara
langsung, pembelajaran Al-Qur‟an dengan cara guru membaca terlebih dahulu
kemudian disusul oleh siswa. Dengan penyampaian seperti ini, guru dapat
menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak
dapat melihat dan menyaksikan langsung praktek keluarnya huruf dari lidah guru
untuk ditirukannya, yang disebut Musyāfahah (adu lidah) penyampaian seperti ini
diterapkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabat. Dengan kata lain istilah
yang digunakan pada masa kini yaitu mempelajari Al-Qur‟an secara face to face
bersama seorang guru yang mahir. 29
Didalam Al-Qur‟an Allah SWT menyebut perkataan talaqī sebagaimana
firmanNya dalam surah al-Naml ayat 6 yang berbunyi:
“Dan Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar di talaqī kan
Al-Qur‟an dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui (melalui
perantara Jibril)”.
Talaqī musyāfahah dilakukan dengan cara seorang murid duduk di hadapan
gurunya untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur‟an secara langsung dimana saja
dengan syarat bersemuka tanpa perantaraan alat lain. Guru akan menegur si murid
28 Muhajir Sulthon, Belajar Baca Tulis Al-Qur‟an, (Surabaya: Sinar Wijaya, 1993), h. 5. 29 Muhammad Habibilah dan Muhammad Asy Syinqithi, Kiat Mudah Menghafal Al-
Qur’an, (Surakarta: Gazzamedia, 2011), h. 75.
70
jika terdapat kesalahan dalam bacaannya serta membetulkan kesalahan tadi secara
terus menerus.30
Hal ini diambil dari peristiwa turunnya wahyu yang pertama
kepada Nabi Muhammad SAW yaitu semasa Nabi Muhammad SAW didatangi
oleh malaikat Jibril A.S di Gua Hira. Malaikat Jibril A.S membacakan ayat 1-5
dari surah al-„Alaq kemudian Nabi SAW membacakan pula ayat yang berkenaan
sebagaimana bacaan malaikat Jibril A.S. Proses pembacaan yang dilakukan oleh
Nabi SAW bersama malaikat Jibril A.S ini adalah bersemuka dan bukan di dalam
mimpi atau melalui perantara yang lain.31
Hal ini pula dinyatakan oleh Allah SWT
di dalam Al-Qur‟an yang berbunyi:
“Janganlah engkau (wahai Muhammad) menggerakkan lidahmu untuk
(membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya
atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah
bacaannya itu.” (Surah al-Qiyamah; 16-18)
Dari data diatas dapat diketahui bahwasannya talaqī musyāfahah menjadi
syarat utama dalam pembelajaran Al-Qur‟an, sedangkan transliterasi Al-Qur‟an
30 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 69 31
Shabri shaleh Anwar, Quality Konsep Anak Didik Dalam Islam, (Yayasan Inndragiri:
Tembilahan, 2014), h. 119.
71
merupakan alat bantu dalam membaca Al-Qur‟an bagi para pemula dan orang
yang belum cukup mengenal aksara Arab.
D. Klasifikasi Tingkat Bacaan
Dari data yang penulis peroleh di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
Annaba Center Indonesia, para santri dalam tingkat bacaanya dapat
diklasifikasikan menjadi 2 tingkatan. Pertama, Iqra bagi yang belum bisa
membaca Al-Qur‟an dan kedua, Al-Qur‟an bagi yang sudah bisa membaca Al-
Qur‟an dalam aksara Arab.
Dari 18 informan dari para pengguna Al-Qur‟an transliterasi yang penulis
teliti ada 7 santri yang masih tahap Iqra dan 11 santri yang sudah tahap Al-
Qur‟an. Penulis melakukan wawancara mendalam terhadap 11 santri yang sudah
pada tahap Al-Qur‟an ini. Dari hasil wawancara yang penulis peroleh, S.H
mengatakan bahwasannya ia bisa pada tahap Al-Qur‟an ini karena ia belajar
otodidak tanpa didampingi seorang guru.
“Semenjak ust pergi tidak mengajar disini lagi saya kebingungan harus
bagaimana karena pada saat itu saya masih Iqra 4, sedangkan kak Erna baru
masuk 2 bulanan ini. Saya bisa saja langsung membaca Al-Qur‟an karena bisa
juga belajar lewat transliterasi itu. Tapi saya usahakan saya belajar sendiri
tanya-tanya sendiri sama yg sudah bisa dan Al-hamdulillah saat ini saya sudah
Al-Qur‟an walau masih baca transliterasi untuk meyakinkannya ditakutkan saya
salah membaca”. 32
Hal ini selaras dengan yang dituturkan oleh N.D ia belajar Iqra tidak
beruntut teratur sesuai jilid Iqranya. Sehingga dalam pembacaan Al-Qur‟an saat
ini ia masih memakai Al-Qur‟an transliterasi.
32 Wawancara pribadi dengan S.H, Asrama Putri Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 10 Oktober 2018 pukul
13:32 WIB.
72
“Saya waktu pindah ke Al-Qur‟an masih Iqra 5 terus lanjut ke Al-Qur‟an
karena tulisannya sama seperti yang ada dalam Al-Qur‟an. nyambung-nyambung
gitu kan kak”33
Penulis juga melakukan wawancara lebih mendalam kepada Sofia seorang
pelajar yang memutuskan untuk menjadi muallaf 3 bulan yang lalu. Sofia masih
berada pada tingkat Iqra dalam pembelajaran Aksara Arab. Sofia mengatakan
meskipun ia masih pada tingkat Iqra ia sudah membaca Al-Qur‟an dengan
menggunakan transliterasi.
“iya kak, masih belajar Iqra tapi suka baca yang Latinnya kalau sedang
menghafal juz „amma atau kalau malam jum‟at kan suka ikut baca Al-Qur‟an nah
saya baca yang Latinnya aja.”34
Tak hanya Sofia yang mengalaminya, Ciella menceritakan
pengalamannya ketika ia baru menjadi muallaf ia bisa menghafal juz „amma
menggunakan bantuan transliterasi Al-Qur‟an tersebut.
“Iya masih, dari dulu ketika menghafal Juz „Amma juga aku pake yang
latin karena kan aku belum lancar bacanya kadang masih suka liat yang latinnya,
apalagi pas aku masih dirumah itu gak ada gurunya jadi bingung mau nanyanya
kesiapa. Terus, pas aku awal masuk Islam kan aku belum bisa shalat berdo‟a, nah
aku beli buku panduan shalat gitu kan ada latinnya juga karena aku belum bisa
baca Arabnya jadi yang latinnya aku tulis di papan tulis sambil aku gerakan
shalat aku baca tuh doa-doa shalatnya sampai aku hafal kalau udah hafal aku
hapus pelan-pelan”. 35
Dari data diatas dapat penulis simpulkan bahwasannya transliterasi Al-
Qur‟an masih digunakan baik untuk yang berada pada tingkatan Iqra maupun
yang sudah tingkatan Al-Qur‟an dan bermanfaat bagi semua yang pernah
menggunakan transliterasi dalam pembacaan aksara Arab.
33 Wawancara pribadi dengan N.D, Mushalla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 09 Oktober 2018
pukul 19:12 WIB. 34 Wawancara pribadi dengan Sofia, Mushalla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018
pukul 07:42 WIB. 35 Wawancara pribadi dengan Ciella, Mushalla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018
pukul 19:08 WIB
73
E. Problematika dan Solusi Al-Qur’an Transliterasi
Dari data yang diperoleh oleh penulis dapat diketahui bahwa para santri di
Pesantren Annaba masih menggunakan transliterasi Al-Qur‟an sebagai alat bantu
dalam membaca Al-Qur‟an ataupun sekedar meyakinkan bacaan yang dirasa ragu
dalam membacanya.36
Dengan melihat latar belakang para santri yaitu muallaf
dirasa bagi para pemula pengetahuan dasar tentang Al-Qur‟an ataupun huruf Arab
masih minim, tentunya ini menjadi kesulitan lebih tinggi karena mereka belum
cukup mengenal huruf Arab sebelumnya.
Dalam sub bab ini penulis akan membagi menjadi dua bagian yaitu: 1.
Problematika pengguna Al-Qur‟an Transliterasi, 2. Solusi terhadap problematika
pengguna Al-Qur‟an Transliterasi.
1. Problematika Pengguna Al-Qur‟an Transliterasi
Dari data yang penulis peroleh bahwasannya para santri di Pesantren
Annaba Center Indonesia mempunyai kesulitan ketika dihadapakan dengan Al-
Qur‟an Transliterasi. Kesulitannya yang dihadapi beragam, sebagian besar dari
kesulitannya yaitu kebingungan ketika melafalkan huruf-huruf yang tidak ada
padanannya seperti huruf ص dan ض yang menurut tranliterasi lama tertulis sh
dan dl atau dalam transliterasi SKB2M tertulis dengan ṣ dan ḍ. Hal ini selaras
dengan yang diungkapkan oleh Nuur Hidayah Rumahorbo, berikut ungkapannya:
“Iya ada kesulitan tuh aku kan bacanya ra yah ternyata orang-orang
bacanya itu ro tulisannya a padahal dibacanya o gitu sih, masih banyak yang
suka membingungkan tapi saya lupa kalau tidak sedang membacanya. ” 37
36
Lihat ungkapan hasil wawancara Siti Hajar dan Aminah Ashri Hutabarat pada sub.
Definisi dan Pandangan Transliterasi Al-Qur‟an 37
Wawancara Pribadi dengan Nuur Hidayah Rumahorbo, Mushalla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 09 Oktober 2018 pukul 06:09 WIB.
74
Begitupun dengan ungkapan Siti Hajar, ia mengalami kesulitan ketika
membaca Al-Qur‟an Transliterasi selain huruf-huruf yang tidak sepadan dengan
pelafalan ia juga bingung mengukur seberapa panjang mad yang sedang ia baca.
“Kadang ada kendala juga sih tapi gak terlalu karena memangkan ada
ust/ustz nya sebagai pendamping. Mungkin kalau tidak didampingi bisa bingung
atau bahkan sesat salah bacaannya, misalkan panjang mad itu segimana nah
kalau ada pendamping atau pengajar kan kita bisa tanya, terus misalkan huruf ط itu kalau liat latinnya kan baca dan tulisannya berbeda tapi dengan cara غ ظ
mendengarkan murattal juga biar tau gimana cara bacanya, sambil liat
transliterasi atau cocokin ke Bahasa Arabnya sambil dengerin yang
ngajinya/murattalnya.”38
Begitupun dengan Aminah Ashri Hutabarat ia mengatakan bahwasannya
tajwid dan makhraj dalam Al-Qur‟an Transliterasi belum mewakili bacaan yang
semestinya.
“Problem nya sih ada kayak tajwid dan makhrajnya dalam transliterasi
itu tidak dijelaskan jadi kita agak bingung bagaimana membacanya, contohnya
seperti ikhfa, idgham bila ghunnah itu tidak dijelaskan bagaimana cara
membacanya. Maka, bagi yang tidak ada gurunya itu bisa salah membacanya.” 39
Berbeda dengan Graciella Victoria Safira atau biasa disapa Ciella, ia
mengungkapkan bahwasannya Al-Qur‟an Transliterasi itu bisa memanjakkan bagi
penggunanya karena hal ini dirasakan oleh Ciella sendiri. Berikut ungkapannya:
“itu sih bisa keenakan jadi manja kalau baca yang Latinnya soalnya aku
terbiasa dan nyambung pas bacanya. Kan, ada tuh yak kesulitan bacanya yang
karena gak sesuai sama bacaan Arabnya tapi kalau aku karena kebiasaan jadi
suka liat latinnya tapi bagus membantu untuk pemula kayak kita.”40
38
Wawancara Pribadi dengan Siti Hajar, Mushalla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018
pukul 20:02 WIB. 39
Wawancara Pribadi dengan Aminah Ashri Hutabarat, Asrama Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 06 Oktober 2018 pukul 20:59 WIB. 40
Wawancara Pribadi dengan Graciella Victoria Safira, Mushalla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 06 Oktober 2018 pukul 19:22 WIB.
75
Berikut ini penulis sajikan dalam tabel tentang apa saja problematika yang
mereka hadapi ketika membaca Al-Qur‟an Bertransliterasi dari data ini penulis
menghitung atas jawaban hasil wawancara yang sama dan penulis sajikan dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 4.8 Problematika Tansliterasi Al-Qur‟an
No. Problematika Transliterasi Al-Qur‟an Jumlah Penyebutan
1 Penulisan transliterasi yang membuat bingung
tidak sesuai dengan bunyi huruf aslinya.
12
2 Memanjakan para pengguna 1
3 Tajwid dan makhrajnya yang belum jelas 3
4 Panjang pendeknya yang tidak sesuai 4
Dari data tabel diatas sebagaimana hasil wawancara yang penulis lakukan
ada 1 orang yang tidak merasa kesulitan dalam membacanya dikarenakan ia
membaca Al-Qur‟an hanya ketika setoran kepada pengajar Al-Qur‟an atau harus
selalu didampingi agar tidak kebingungan dalam membacanya. Berikut
penuturannya:
“saya belum tau karena saya kalau baca itu suka dibetulkan oleh teman-
teman dan kaka-kakak meskipun saya baca yang Bahasa Indonesianya. Karena
saya membaca itu ketika setoran ke Ustz Erna saja”.41
Selain itu penulis juga menemukan seorang Ibu, yang biasa disapa Ibu
Endang ia datang ke Pesantren Annaba untuk ikut belajar mengaji bacaan Al-
Qur‟an tetapi tidak ikut menetap di Pesantren. Ibu Endang tidak ingin membaca
Al-Qur‟an Transliterasi lagi dikarenakan ia pernah salah dalam membaca Q.S
Yāsīn. Ibu Endang bercerita bahwa ia pernah mengikuti pengajian ibu-ibu dan
membaca Q.S Yāsīn dan ia menggunakan Al-Qur‟an Transliterasi ketika itu
selama pengajian ia menemukan banyak kesalahan pada transliterasi Al-Qur‟an
41
Wawancara Pribadi dengan Cerjina Ximenes, Mushalla Putri Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06
Oktober 2018 pukul 17:32 WIB.
76
yang tidak sesuai dengan pelafalannya karena ketika itu bacaan yang ia baca tidak
sesuai dengan teman-teman pengajian baca. Saat itulah ibu Endang menyadari
betapa pentingnya belajar membaca Al-Qur‟an, tetapi setelah itu ibu Endang tidak
ingin lagi membaca transliterasi Al-Qur‟an. saat ini ia hanya membaca terjemah
Al-Qur‟an saja untuk menghindari kesalah-kesalahan jikalau ia membaca Al-
Qur‟an transliterasi.
“Banyak sekali sih kendalanya, karena kalau kita membaca tanpa ada
pemandu itupun juga pasti salah karena bacaan yang ada ditulisan dan nyatanya
terkadang yang saya dengar itu berbeda tidak sesuai. Untuk saat ini saya masih
menggunakan transliterasi saja untuk membacanya itupun saya membacanya
kalau lagi mood, terus terang kenapa saya begini karena disamping saya belum
bisa baca Al-Qur‟an saya juga baca transliterasi nya pun takutnya salah jusrtu
saya lebih sering membaca artinya karena menurut saya lebih baik membaca
artinya barangkali dengan artiannya itu bisa menuntut saya kejalan yang lebih
baik. Jadi setelah saya baca artinya begini InsyaAllah saya terapkan dalam
kehidupan saya. Jujur waktu saya baca Yasin bareng-bareng pas saya baca
transliterasi kok malah enggak sama dengan apa yang dibacakan oleh teman-
teman saya maka dari itu saya menghindari hal itu. Karena hal itulah saya
seperti menghindari transliterasi dan ingin belajar lagi baca Al-Qur‟an” 42
2. Solusi terhadap Problematika Pengguna Al-Qur‟an Transliterasi
Dengan melihat problematika yang dirasakan oleh para santri di Pesantren
Annaba Center Indonesia tentang Al-Qur‟an transliterasi. Ada beberapa usaha
yang dapat dilakukan untuk mengurai problematika penggunaan Al-Qur‟an
transliterasi, dari data yang penulis peroleh ini penulis menghitung atas jawaban
hasil wawancara yang sama dan penulis sajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Solusi Problematika Tansliterasi Al-Qur‟an
No. Solusi Problematika Jumlah Penyebutan
1 Ditunjukan untuk lajnah pentashihan mushaf Al- 6
42
Wawancara Pribadi dengan Ibu Endang, Mushalla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08 Oktober 2018
pukul 17:02 WIB.
77
Qur‟an agar transliterasi ditulis sesuai dengan
penyebutan huruf aslinya
2 Sering mendengarkan murattal 2
3 Ada pendamping/pemandu yang mendengarkan 7
4 Minta diajarkan lebih intesif 2
5 Rajin setoran kepada pengajar/ustz 1
Melihat dari data diatas penulis menyimpulkan ada 3 solusi yang diberikan
oleh para santri di Pesantren Annaba Center Indonesia sebagai pengguna dari Al-
Qur‟an Transliterasi yang berlatar belakang muallaf. Pertama,yaitu dibutuhkan
aturan yang tepat dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama- Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an. Diharapkan mushaf-mushaf yang mencantumkan
transliterasi hendaknya menyertakan panduan cara baca yang juga
mengakomodasi bacaan tajwid. 43
Hal ini diungkapkan oleh Siti Hajar berikut
penuturannya:
“Lebih di perbaiki lagi sih agar bisa lebih cocok dengan Bahasa Arabnya
dari penulisan dan pelafalan itu sesuai, sinkron gitu.”
Dalam rangka menguatkan dan melengkapi pendapat Siti Hajar diatas,
Aminah Ashri Hutabarat pun mengutarakan hal yang selaras dengan Siti Hajar.
Berikut penuturan Aminah Ashri Hutabarat:
“Saran saya sih lebih dimajukan lagi seperti baik dari segi huruf yang
selaras dengan cara bacanya kemudian juga ada ikhfa atau idgham nah dibawahnya itu seperti ada tanda bintang atau apa gitu, ini semisal aja ya dan
kemudian dibawahnya dikasih penjelasan bahwa ini ikhfa ini idgham gitu agar
kami pembaca itu paham.contoh lainnya panjnag mad juga seberpa panjang nih
agar kami tahu”44
43
Wawancara Pribadi dengan Siti Hajar, Mushalla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 06 Oktober 2018
pukul 20:15 WIB. 44
Wawancara Pribadi dengan Amniah Ashri Hutabarat, Mushalla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 06 Oktober 2018 pukul 21:32 WIB.
78
Amel seorang wanita asal Bandung ini pun mengungkapkan hal yang
senada, yaitu meminta agar dipadankan huruf-hurufnya dari segi penulisan ke segi
pelafalannya yang juga diiringi dengan pembelajaran cara baca Al-Qur‟an:
“Solusinya ya digimanain gitu biar sesuai aja ama huruf aslinya kayak ر
malah ditulisnya ra bukan ro. Jadi, memang harus diiringinya dengan belajar
Bahasa Arabnya bener-bener biar gak salah ya biar gak lama juga nunggu
diganti biar Al-Qur‟annya sesuai dengan pengucapannya.”45
Kemudian yang kedua,dibutuhkan pendamping yang mendengarkan atau
memperhatikan bacaanya guna menjauhi kesalahan-kesalahan dan mendapatkan
pengasahan dalam membaca Al-Qur‟an. Dalam hal ini diperlukan kerajinan,
tekad, semangat dan niat yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan pengajaran
yang intensif baik itu dari ustz pengajar Al-Qur‟an maupun dari kakak-kakak atau
teman-teman yang sudah baik dan lancar dalam membaca Al-Qur‟an. Yuliana
Grasilva Dasilva atau yang biasa dipanggil Aisyah telah membuktikan hal
tersebut, setelah melakukan penelusuran yang lebih mendalam oleh penulis
Aisyah mengungkapkan bahwasannya ia selalu bersemangat dalam pengajian
setoran bacaan Al-Qur‟an karena cita-citanya ingin menjadi seorang hafidzah.
Maka dari itu Aisyah berusaha keras agar bisa membaca Al-Qur‟an dan
menghafalnya. Terbukti ia mampu membaca Al-Qur‟an dalam kurun waktu 1
bulan dan Alhamdulillah saat ini ia sudah mulai menghafal Al-Qur‟an.
“Yang penting suka setoran sama ustz atau kakak-kakaknya dan jangan
malu kalau mau nanya ke kakak-kakaknya. Kalau aku suka dibaca dulu buat ngaji
subuh besok pas malemnya, nah sebelum ke ustz aku juga baca dulu baru setoran
ke ustz. aku suka jadi yang pertama kalau maju setoran.”46
45
Wawancara Pribadi dengan Amel, Mushalla Putri Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08 Oktober 2018
pukul 19:12 WIB. 46
Wawancara Pribadi dengan Gracia Dasilva (Aisyah), Mushalla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 08 Oktober 2018 pukul 16:22 WIB.
79
Menurut Aisyah salah seorang santri di Pesantren Annaba beranggapan
yang terpenting itu didampingi oleh kakak-kakak atau siapapun itu yang sudah
lancar membaca Al-Qur‟an sebagai tempat bertanya dan tempat perbaikan.
“Harus ada kakak-kakak atau ada yang bisa ditanya biar kita nya gak
bingung kalau ada yang bingung.”47
Dan yang ketiga, yaitu solusi dari problematika pengguna Al-Qur‟an
Transliterasi adalah membaca Al-Qur‟an trasliterasi diiringi dengan
mendengarkan murattal Al-Qur‟an. hal ini diungkpakan oleh Nuur Hidayah
Rumahorbo berikut penuturannya.
“Nah aku sempat berpikir tuh kenapa engga ditulis ro aja kenapa ditulis
ra kami kan jadi salah baca kalau gitu. Maka dari itu yang baca translate itu
memang harus dibarengi dengan mendengar ditunjukkan juga sih harusnya oleh
pengajar atau kalau memang yang lingkungannya muslim kan enak ya kalau kita
salah itu dibenerin. Padahal sebelumnya itu saya malu sekali itu saya meyakini
sekali percaya diri sekali saya bahwa yang ditulis oleh translate itu benar tapi
pas dibenerin sama teman-teman dan mendengar langsung murattalnya oh iya
yah saya selama ini bacanya salah.” 48
47
Wawancara Pribadi dengan Aisyah Giawa, depan ruang tamu Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, 08
Oktober 2018 pukul 21:42 WIB. 48
Wawancara pribadi dengan Nuur Hidayah Rumahorbo, Mushalla Putri Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia Kampung Sawah Ciputat Tangerang
Selatan, 09 Oktober 2018 pukul 06:32 WIB.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil analisis yang penulis peroleh Pengguna Al-Qur’an
transliterasi dalam kalangan muallaf dirasa sangat dibutuhkan, karena mereka
dirasa belum cukup mengenal huruf Arab. Dalam praktiknya, para pengguna tidak
begitu memahami beberapa simbol dalam transliterasi yang terdapat pada mushaf.
Al-Qur’an memberikan dampak bagi siapa pun yang berinteraksi dengannya
tidak terkecuali pada mushaf Al-Qur’an Tranliterasi, salah satunya para santri di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia. Dampak Al-
Qur’an bertransliterasi penulis membaginya kepada 2 macam yaitu; dampak
positif dan dampak negatif.
1. Dampak positifnya yaitu memberikan kemudahan sebagai alat bantu dalam
membaca Al-Qur’an bagi kalangan muallaf yang sebelumnya belum cukup
mengenal huruf Arab dan menjadikan transliterasi Al-Qur’an sebagai alat
kontrol bacaan dalam membaca Al-Qur’an.
2. Dampak negatifnya yaitu dapat memanjakan para pengguna jikalau tidak
didampingi atau tidak dibimbing intensif. Dari sini dapatlah kita ambil
kesimpulan bahwa pentingnya talaqī musyāfahah.
Dari data yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diketahui ada beberapa
problematika pengguna Al-Qur’an bertransliterasi sebagai berikut: Pertama,
intensitas membaca Al-Qur’an yang minim. Kedua, pengetahuan dasar yang
minim tentang huruf Arab. Para muallaf di pesantren Annaba Center Indonesia
mengalami kesulitan atau kebingungan dalam melafalkan huruf-huruf yang tidak
ada padanannya seperti huruf ص yang tertulis dalam transliterasi SKB2M tertulis
81
ṣ. Maka dari itu sangat diperlukan pendamping yang mendengarkan dan
mengajarkan.
B. Saran-saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis sangat menyadari bahwa
penelitian ini jauh dari cukup apalagi sempurna. Sehingga penulis yakin bahwa
penelitian ini meninggalkan banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya.
Karena itu penelitian ini sesungguhnya tidak dapat dikatakan telah selesai, masih
banyak hal yang dapat dikaji dari penelitian ini lebih dalam lagi.
Perlu pengkajian secara mendetail mengenai dampak dari al-Qur’an
Transliterasi bagi para pengguna yang berasal dari kalangan muallaf, yang masih
perlu dilakukan di tempat lain kepada pengguna yang bukan muallaf sebagai
pembuktian selanjutnya. Mengingat data yang diperoleh penulis pada penelitian
ini sangat terbatas sehingga rasa harus dilakukan observasi yang mendalam untuk
penelitian selanjutnya.
82
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmad Saebani, Afifuddin, Beni Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Pustaka Setia, 2009), cet 1.
Ali Al-Khuli, Muhammad , A Dictionary of Theorical Linguistics: English-
Arabic, (Beirut: Librairie du Liban, 1982)
Ann Kipfer, Barbara Fandom House Webster‟s College Dictionary (USA:
Random House Edition, 2011).
Anwar, Shabri shaleh, Quality Konsep Anak Didik Dalam Islam, (Yayasan
Inndragiri: Tembilahan, 2014).
AR. Bafadhal dan H. Rosehan Anwar, Fadhal , Mushaf-mushaf Kuno di Indonesia
(Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Keagamaan Departemen Agama RI, 2005).
Chotib, Marjan Penerapan Tajwid Transliterasi Al-Qur‟an (Kajian Komparatif
Transliterasi 6 Mushaf Al-Qur‟an dengan Transliterasi Al-Qur‟am
Kemenag), (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017).
Departemen Agama RI, “Pedoman Transliterasi Arab-Latin”, Jakarta: Depag,
2003.
Hasanuddin, Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia (Bandung: Angkasa Group,
2009)
J. Moleong, Lexy , Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006).
Kridalaksana, Harimurti , Kamus Linguistik, Edisi IV, (Jakarta: Gramedia, 2008)
M. Federspiel, Howard Kajian Al-Qur‟an di Indonesia dari Mahmud Yunus
hingga Quraish Shihab (Bandung: Penerbit Mizan, 1996)
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 28
Muhadjir, Noeng , Metodologi Peneltian kualitatif (Yogyakarta: Rake Saasin,
2000).
83
Muhammad bin Abdullah az-Zakarsyā, Badruddin, Al-Burhān fī „ulum Al-
Qur‟an (Beirut: Dār al-Fikr, 1988)
Mushaf Al-Qur‟an Cordoba , Bandung:PT Cordoba Internasional Indonesia,
2012.
Al-Qardawi, Yusuf Fatwa-fatwa kontemporer. Penerjemah suri sudahri dkk.
(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009)
Al-Qur‟an Al-Hadi Mushaf Latin (Jakarta: Maktabah Al-Fatih Rasyid Media,
2015)
Al-Qur‟an Tajwid Warna Transliterasi Per Ayat Terjemah Per Ayat (Al-
Munawwar) (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2015)
Al-Qur‟an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata At-Thayyib (Bekasi:
Cipta Bagus Segara, 2011)
Rasyid, Abdul “ Romanisasi Al-Qur’an Transliterasi vs Transkipsi”, (Tesis S2
Fakultas Ushuluddin, Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2012)
Riyanto, Yatim , Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif
(Surabaya: YNESA University Press, 2007).
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001).
Romli, “Transliterasi Arab-Latin dan Akselerasi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SDN 03 Srengseng Sawah Balong Kembangan Jakarta Barat,”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2005).
Salim, Peter The Contemporary English-Indonesia Dictionary (Jakarta: Modern
English Press, 1996).
Asy Syinqithi, Muhammad Habibilah dan Muhammad, Kiat Mudah Menghafal
Al-Qur‟an, (Surakarta: Gazzamedia, 2011).
Sulthon, Muhajir, Belajar Baca Tulis Al-Qur‟an, (Surabaya: Sinar Wijaya, 1993).
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994).
Webster, Noah Webster‟s New Twentieth Century Dictionary Of The English
Language Unabrigde, (William Collins Publisher INC, 1980).
84
Jurnal dan Artikel
Akbar, Ali “Perkembangan Percetakan Mushaf Al-Qur’an di Indonesia”, Suhuf,
Vol. 4, No.02 (2011).
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Kajian Al-Qur’an dan
Kebudayaan, Suhuf, Vol. 4, No.02 (2011).
Fauzan Muhammad, Nur, “Problematika Transliterasi Aksara Arab-Latin: Studi
Kasus Buku Panduan Manasik Haji dan umrah”, NUSA, Vol 12, No 1,
Februari 2017.
Hakim, Abdul “Al-Qur’an cetak Indonesia, Tinjauan Kronologis Pertengahan
Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20” Suhuf, Vol. 5, No.22 (2012).
Muhammad Musaddad, Syaifuddin ,“Beberapa Karakteristik Mushaf Al-Qur’an
Kuno Situs Grigajah Gresik”, Suhuf, Vol. 8, No.01 (Juni, 2015)
-------, “Al-Qur’an Transliterasi Latin dan Problematikanya dalam Masyarakat
Muslim Denpasar” Shuhuf, Vol 10, No.1, Juni 2017.
Nugraha, Eva “Konsep al-Nabi al-Ummi dan implikasinya pada penulisan Rasm”,
Refleksi 13, no. 2 (2012).
Republika, “60 Persen Muslim Buta Huruf Al-Qur’an”, Sabtu, 5 Maret 2016.
85
WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
PENGGUNA AL-QUR’AN TRANSLITERASI
“Transliterasi Al-Qur’an Pada Mushaf Al-Qur’an Menurut Para Pengguna”
No. Responden Kode Responden TTD
Tanggal Waktu
Pengantar:
Penelitian Skripsi ini diajukan atas nama Tety Juwariyah, pada Jurusan Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu dua hal. Pertama, dampak Al-
Qur’an transliterasi bagi para muallaf di Yayasan Annaba Center Indonesia.
Kedua, problematika yang dihadapi para muallaf ketika membaca Al-Qu’an
bertransliterasi.
Keterlibatan Bapak/Ibu/Sdr sebagai informan/responden menjadi penting untuk
membantu peneliti dalam memahami poin pertama dan kedua di atas. Saudara/I
akan diminta untuk memberikan jawaban dan tanggapan atas pertanyaan-
pertanyaan mengenai identitas informan/responden, pandangan tentang
transliterasi Al-Qur’an, dan problematika Al-Qu’an bertransliterasi. Kerahasiaan
jawaban dan tanggapan dari saudara/I akan dijaga sesuai kode etik penelitian.
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama* :
2. TTL :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin : [a] laki-laki [b] perempuan
5. Pendidikan
Terakhir
:
6. Profesi :
7. Asal Daerah :
8. Alamat :
*) Boleh tidak dicantumkan
LAMPIRAN
86
(Pertanyaan untuk pengajar Al-Qur’an)
B. PENGETAHUAN
1. Berapa banyak para mualaf yang mengaji di Yayasan ini?
2. Apakah ada absen untuk para mualaf yang mengaji di Yayasan ini?
3. Sejak kapan ustz menjadi pengajar Al-Qur’an di Yayasan ini?
4. Apa yang melatar belakangi ustz untuk mengajar para mualaf?
5. Apa yang membantu para mualaf dalam membaca Al-Qur’an?
6. Apakah para mualaf menggunakan Al-Qur’an bertransliterasi?
7. Apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi penggunaan Al-Qur’an
bertransliterasi?
8. Apakah para mualaf di Yayasan ini belajar tahsin/tajwid juga?
9. Jikalau ada, apakah terdapat program lanjutannya?
10. Apakah ada buku pedoman atau buku tugas untuk para mualaf?
11. Sudah berapa lama pengajian ini berlangsung?
C. PEMAHAMAN
1. Menurut ustz, apa itu Transliterasi Al-Qur’an?
2. Bagaimana pandangan ustz tentang Al-Qur’an bertransliterasi?
3. Menurut ustz, apa saja problematika/kendala yang dihadapi oleh para
mualaf ketika menggunakan Al-Qur’an bertransliterasi?
4. Apa saja yang melatar belakangi penggunaan Al-Qur’an
bertransliterasi?
5. Menurut ustz, bagaimana manfaat dari transliterasi Al-Qur’an?
6. Apa saran ustz untuk solusi dari problematika/kendala dari Al-Qur’an
bertransliterasi?
7. Menurut ustz, apa manfaat dari pengajian ini bagi para mualaf?
D. PERILAKU
1. Bagaimana proses pengajaran Al-Qur’an melalui transliterasi?
87
(Pertanyaan untuk Pembina Yayasan)
B. PENGETAHUAN
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi pembina?
2. Berapa banyak mualaf yang sudah bersyahadat di Yayasan ini?
3. Bagaimana sejarah Yayasan ini?
4. Bagaimana Perkembangan Yayasan ini?
5. Apa tujuan dibangunnya Yayasan ini?
6. Sudah berapa lama pengajian ini berlangsung?
7. Apa saja manfaat dari pegajian ini?
8. Apa saja faktor-faktor berdirinya Yayasan ini?
9. Selain dari pengajian ini, apa program-program lain yang dibuat oleh
para pengurus untuk para muallaf?
E. PEMAHAMAN
1. Menurut ustz/ust, apa itu Transliterasi Al-Qur’an?
2. Bagaimana pandangan ustz/ust tentang Al-Qur’an bertransliterasi?
3. Menurut ustz/ust, apa saja problematika/kendala yang dihadapi oleh
para mualaf ketika menggunakan Al-Qur’an bertransliterasi?
4. Apa saja yang melatar belakangi penggunaan Al-Qur’an
bertransliterasi?
5. Menurut ustz/ust, bagaimana manfaat dari transliterasi Al-Qur’an?
6. Apa saran ustz/ust untuk solusi dari problematika/kendala dari Al-
Qur’an bertransliterasi?
7. Menurut ustz/ust, apa manfaat dari pengajian ini untuk para mualaf?
88
(Pertanyaan untuk Para Muallaf)
B. PENGETAHUAN
1. Sejak kapan anda menjadi mualaf?
2. Apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi anda menjadi muallaf?
3. Mengapa anda tertarik untuk belajar Al-Qur’an?
4. Apakah anda menggunakan transliterasi dalam membaca Al-Qur’an?
mengapa?
5. Apakah anda memiliki al-Qur’an bertransliterasi?
6. Apakah anda mempelajari tajwid/tahsin Al-Qur’an? mengapa?
7. Apa latarbelakang anda mempelajari bahasa Arab? mengapa?
8. Sudah berapa lama anda mengikuti pengajian ini?
9. Apa tujuan anda mengikuti pengajian ini?
10. Apa tujuan anda membaca Al-Qur’an?
11. Bagaimana usaha/cara anda agar dapat membaca atau memahami Al-
Qur’an dengan cepat?
C. PEMAHAMAN
1. Menurut anda, apa itu Transliterasi Al-Qur’an?
2. Bagaimana pandangan anda tentang transliterasi Al-Qur’an?
3. Apa saja problematika/kendala ketika menggunakan Al-Qur’an
bertransliterasi?
4. Apa yang melatar belakangi anda untuk menggunakan transliterasi Al-
Qur’an?
5. Menurut anda, bagaimana manfaat dari transliterasi Al-Qur’an?
6. Apa saran anda untuk solusi dari problematika/kendala dari
transliterasi Al-Qur’an?
7. Menurut anda, apa manfaat dari pengajian ini?
D. PERILAKU
1. Seberapa sering anda membaca Al-Qur’an? kapan saja?
89
Lampiran Dokumentasi
90
91
92
93
94