Download - LAPORAN TPT(2) (1).docx
RINGKASAN
Penulisan laporan akhir praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik
budidaya tanaman ubi jalar dan mengetahui perlakuan varietas pada tanaman ubi jalar
yang nantinya akan digunakan sebagai bahan penilaian dalam mata kuliah teknologi
produksi tanaman.
Dalam laporan akhir ini pencarian data dengan menggunakan pengamatan
pada tanaman yang telah ditentukan sesuai dengan komoditas yang sudah ditentukan
oleh asisten praktikum. Paramater pengamatan tergantung dari komoditas yang
dilakukan di lahan masing-masing setiap kelompok. Pengamatan dilakukan pada saat
praktikum lapang dilaksanakan dengan memilih 5 sampel pengamatan pada tanaman
ubi jalar.
Perlakuan yang digunakan pada komoditas ubi jalar adalah perlakuan varietas.
Varietas yang dipakai pada penulisan akhir praktikum ini adalah varietas Beta-1
sesuai dengan ketentuan dari asisten praktikum teknologi produksi tanaman.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkah yang telah diberikan kepada kami. Terima kasih kasih kepada asisten
praktikum lapang dan praktikum ruang atas bimbingannya selama penelitian.
Kelompok U3 telah menyelesaikan tugas akhir praktikum tentang teknologi
produksi tanaman pada komoditas ubi jalar. Hasil yang kami sajikan dalam laporan
akhir praktikum. Harapan terhadap laporan ini dapat menjadi sumber bagi mahasiswa
fakultas pertanian mengenai teknologi produksi tanaman pada komoditas ubi jalar.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan laporan akhir
praktikum ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun tetap dinantikan demi kesempurnaan laporan akhir praktikum
ini.
Malang, 10 November 2015
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
2.1 Produksi Tanaman Ubi Jalar di Indonesia.....................................................3
2.2 Botani Tanaman Ubi Jalar...............................................................................5
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar.............................................................6
2.4 Perlakuan Varietas Pada Tanaman Ubi Jalar..............................................21
III. BAHAN DAN METODE.................................................................................23
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................................23
3.3 Cara Kerja..........................................................................................................24
3.4 Parameter pengamatan.......................................................................................28
3.5 Denah Petak Praktikum.....................................................................................31
4.2.4 Intensitas Serangan Penyakit..........................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................46
LAMPIRAN................................................................................................................48
DAFTAR TABEL
Table 1. luas Panen,Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar di Indonesia...........3
Table 2. Provindi dan kabupaten sentra produksi ubi jalar Di IndonesiaTable 3. Panjang Sulur Ubi Jalar................................................................32
Table 4. Jumlah Daun Ubi Jalar.................................................................33
Table 5. Jumlah Bunga Ubi Jalar................................................................35
Table 6. Intensitas Serangan Penyakit..........................................................36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ubi Jalar......................................................................................................5
Gambar 2. Manfaat Ubi Jalar sebagai bahan makanan................................................7
Gambar 3. Pola Tanam Ubi Jalar................................................................................11
Gambar 4. Hama Boleng atau Lanas..........................................................................15
Gambar 5. Hama Tikus...............................................................................................16
Gambar 6. Penyakit kudis pada ubi jalar....................................................................17
Gambar 7. Penyakit Layu Fusarium...........................................................................17
Gambar 8. Yellow Dwarf...........................................................................................18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 28 september...........................................................................................33
Lampiran 2. 05 oktober...............................................................................................33
Lampiran 3. 12 oktober...............................................................................................34
Lampiran 4. 09 november............................................................................................34
Lampiran 5. 12 november.......................................................................................... 34
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas) merupakan komoditas sumber karbohidrat utama
setelah padi, jagung dan ubi kayu, serta mempunyai peranan penting dalam
penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak. Ubi jalar
dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan atau sampingan, kecuali Irian Jaya dan
Maluku, ubi jalar digunakan sebagai bahan makanan pokok.Kandungan karbohidrat
dalam ubi jalar dapat digunakan sebagai sumber karbon oleh bakteri L.plantarum
(Rukmana, 2001).
Karakteristik fisik ubi jalar seperti ukuran, bentuk dan warna ubi perlu
diketahui, karena berkaitan erat dengan pemanfaatannya.Ukuran ubi jalar terdiri dari
tiga jenis yaitu, besar, sedang dan kecil, sedangkan bentuk dari ubi jalar bulat sampai
lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata (Rukmana, 2001).Warna kulit dan
daging ubi jalar tidak selalu sama. Ubi jalar mempunyai warna kulit putih, kuning,
jingga dan ungu tua.Warna daging ubi jalar yaitu putih, krem, orange, dan jingga,
tergantung jenis dan pigmen yang terdapat didalamnya.
Dalam kegiatan praktikum teknologi produksi pertanian yang dilakukan
adalah membandingkan hasil produksivitas tanaman ubi jalar varietas beta-1 dengan
tanaman ubi jalar varietas lain. Jarak tanam yang digunakan 50 cm dan tinggi
bedengan 30 cm pada varietas beta-1. Pengaruh akan penggunaan varietas beta-1
akan dibahas dalam laporan akhir praktikum ini mulai dari panjang sulur, jumlah
daun dan jumlah bunga.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan
varietas beta 1 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar, menerapkan cara
pengolahan lahan sebelum penerapan penananam dan penanaman tanaman yang tepat
agar dihasilkan tanaman yang baik, merawat ubi jalar dengan tepat seperti pemberian
pupuk anorganik sesuai takaran, pemberian agen hayati agar produksi ubi jalar
meningkat, menganalisa hasil pengamatan dari perkembangan pertumbuhan ubi jalar
di lahan percobaan Karangploso Malang.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi Tanaman Ubi Jalar di Indonesia
Luas areal panen ubi jalar pada tahun 2007 berdasarkan data statistik terjadi
penurunan sebesar 20.523 ha atau sekitar 10,4% dari luas panen tahun 2003. Namun
penurunan tersebut kemungkinan lebih disebabkan oleh fluktuasi musiman terkait
dengan curah hujan.Ketersediaan air yang cukup mendorong petani memilih
bertanam padi. Produksi selama lima tahun terakhir mengalami penurunan sekitar
3,2% (4626 ton), produktivitas meningkat 0,56 t/ha atau sekitar 5,6% (Tabel 1)
dengan rata-rata peningkatan 3,7% per tahun. Peningkatan produktivitas
mengindikasikan kemampuan petani dalam menerapkan teknologi budi daya ubi jalar
ke arah yang lebih baik (Damardjati dan Widowati 2001).
Table 1. Luas panen, Produuksi, dan Produktivitas ubi jalar di Indonesia
Sentra produksi ubi jalar di Indonesia dengan luas areal di atas 10.000 ha
berturut-turut adalah Jawa Barat,Papua, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Sumatera Utara (Tabel 2). Provinsi-provinsi tersebut memberikan
pangsa produksi ubi jalar sampai 63,3% dari produksi nasional (1.856.969 ton).
Kontribusi terbesar diberikan oleh Jawa Barat 390.386 ton, diikuti oleh Papua
273.876 ton, dan Jawa Timur 150.564 ton.Data luas areal dan produksi ubi jalar
disarankan untuk divalidasi dan dimutakhirkan agar lebih akurat dan tepat.
3
Kabupaten sentra produksi ubi jalar masih sangat sedikit, padahal ubi jalar
dapat tumbuh dan beradaptasi baik di seluruh dataran Indonesia. Peluang
pengembangan bisnis ubi jalar masih sangat besar pada kabupaten lain, karena
pengembangan tanaman ini tidak memerlukan input yang besar (Hafsah 2004). Di
sentra produksi, ubi jalar merupakan komoditas memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif dibandingkan dengan palawija lainnya, sehingga ubi jalar layak di
kembangkan di sentra produksi atau kawasan andalan yang telah ditetapkan (Diperta
Jabar 2008).
Table 2. Provindi dan kabupaten sentra produksi ubi jalar Di Indonesia
Kawasan andalan agribisnis ubi jalar di Jawa Barat meliputi Kabupaten
Sumedang, Kuningan, Garut, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, dan Ciamis.Usahatani
yang permanen dan stabil di suatu wilayah menunjukkan bahwa usaha produksi ubi
jalar dapat memberikan keuntungan yang layak.Hingga saat ini belum ada program
pemerintah untuk pembinaan dan fasilitasi produksi ubi jalar seperti untuk tanaman
padi.Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar berjalan atas dasar ekonomi
pasar.
4
2.2 Botani Tanaman Ubi Jalar
Gambar 1. Ubi Jalar
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari benua
Amerika.Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar
adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah.Ubi jalar menyebar ke
seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropika, diperkirakan pada abad ke-
16.Orang-orang Spanyol dianggap berjasa menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia
terutama Filipina, Jepang dan Indonesia.Menurut Rukmana (2001) tanaman ubi jalar
diklasifikasikan sebagai kingdom plantae, divisi spermatophyta, kelas dicotyledonae,
ordo convolvulales, famili convolvulaceae, genus ipomoea, spesies ipomoea batatas.
Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan
lembab, dengan suhu optimum 27°C dan lama penyinaran 11-12 jam per
hari.Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan
laut.Ubi jalar tidak membutuhkan tanah subur untuk media tumbuhnya (Rukmana,
2001).
Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama setelah padi,
jagung dan ubi kayu, serta mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan
pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak. Ubi jalar dikonsumsi sebagai
makanan tambahan atau sampingan, kecuali di Irian Jaya dan Maluku, ubi jalar
digunakan sebagai makanan pokok.Ubi jalar dikawasan dataran tinggi Jayawijaya
5
merupakan sumber utama karbohidrat dan memenuhi hampir 90 % kebutuhan kalori
penduduk (Wanamarta, 2003).
Ubi jalar sebagai bahan baku pada pembuatan tepung mempunyai keragaman
jenis yang cukup banyak, yang terdiri dari jenis-jenis lokal dan beberapa varietas
unggul. Jenis-jenis ubi jalar tersebut mempunyai perbedaan yaitu pada bentuk,
ukuran, warna daging umbi, warna kulit, daya simpan, komposisi kimia, sifat
pengolahan dan umur panen (Antarlina, 2005).
Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai
tidak rata.Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan,
tergantung jenis varietasnya.Daging ubi berwarna putih, kuning atau jingga sedikit
ungu.Kulit ubi maupun dagingnya mengandung pigmen karotenoid dan antosianin
yang menentukan warnanya.Kombinasi dan intesitas yang berbeda-beda dari
keduanya menghasilkan warna putih, kuning, oranye, atau ungu pada kulit dan daging
ubi (Woolfe, 2001).
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Ubi Jalar
Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah
jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27,
jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur,
prambanan, mendut, dan kalasan. Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul
harus memenuhi persyaratan seperti berdaya hasil tinggi yaitu diatas 30 ton/ha,
berumur pendek sekitar antara 3-4 bulan, rasa ubi enak dan manis, tahan terhadap
penggerek ubi (Cylas sp) dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp, kadar karotin
tinggi diatas 10 mg/100 gram dan keadaan serat ubi relatif rendah.
6
A. Manfaat Tanaman
Gambar 2. Manfaat Ubi Jalar sebagai bahan makanan
Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan
makanan pokok.Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan
diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran
tinggi.Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan
kering.Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun
Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan.
Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar antara lain dari
daun yang dapat dijadikan sayuran dan pakan ternak, dari batang digunakan
sebagai bahan tanam dan pakan ternak, dari kulit ubi digunakan sebagai pakan
ternak, buah ubi segar digunakan sebagai bahan makanan, tepung digunakan
sebagai makanan dan patinya digunakan untuk fermentasi, pakan ternak dan
asam sitrat.
B. Syarat Pertumbuhan
1. Iklim
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah
yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27
derajat C. Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan
daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani
ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau).Di tanah yang kering (tegalan)
waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan,
7
sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi
dipanen.Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000
mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.
2. Media Tanam
Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi
jalar.Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar
pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah
terserang hama penggerek (Cylas sp). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang
mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi
benjol. Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan
kelembaban tanah yang cukup.Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau
sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau.Pada waktu muda
tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab.Oleh karena itu, untuk
penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.
3. Ketinggian Tempat
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang
lembab.Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan
tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS.Di
Indonesia yang beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran
rendah hingga ketinggian 500 m dpl.Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m
dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi
panjang dan hasilnya rendah.
C. Pedoman Budidaya Pembibitan Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji
dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk.Perbanyakan tanaman
secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan
varietas baru.
8
1. Persyaratan Bibit
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan
stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek
batang harus memenuhi syarat yaitu bibit berasal dari varietas atau klon unggul,
bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih, pertumbuhan tanaman yang akan
diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur, ukuran panjang
stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-
bukunya tidak berakar, mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh
selama 1-7 hari.
Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-
tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus
mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya.
Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara
menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
2. Penyiapan Bibit Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produks
antara lain memilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih,
keadaan pertumbuhannya sehat dan normal, memotong batang tanaman untuk
dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan
pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari, mengumpulkan stek pada suatu
tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan
berlebihan, mengikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan
di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.
D. Pengolahan Media Tanam
Persiapan penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah
tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket,
atau keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara tanah diolah terlebih
dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama ±1 minggu. Tahap
9
berikutnya, tanah dibentuk guludan-guludan, tanah langsung diolah bersamaan
dengan pembuatan guludan-guludan.
Pembentukan bedengan jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah
sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100
cm. Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat
dengan jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang
miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai
dengan miringnya tanah.
Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan
(pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-
40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada tanah pasir ukuran guludan
adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan
disesuaikan dengan keadaan lahan.
Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman
padi. Tata laksana penyiapan lahan untuk penanaman ubi jalar yaituPenyiapan
lahan tegalan dengan cara membersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma),
mengolahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil
membenamkan rumput-rumput liar, membiarkan tanah kering selama minimal 1
minggu , membuat guludan-guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi
30-40 cm, jarak antar guludan 70-100 cm, dan panjang guludan disesuaikan
dengan keadaan lahan , dan merapikan guludan sambil memperbaiki saluran air
diantara guludan.
Penyiapan lahan sawah bekas tanaman padi dengan cara membabat jerami
sebatas permukaan tanah, lalu menumpuk jerami secara teratur menjadi
tumpukan kecil memanjang berjarak 1 meter antar tumpukan. Setelah itu
mengolah tanah di luar bidang tumpukan jerami dengan cangkul atau bajak,
kemudian tanahnya ditimbunkan pada tumpukan jerami sambil membentuk
guludan-guludan berukuran lebar bawah ± 60 cm, tinggi 35 cm, dan jarak antar
guludan 70-100 cm. Panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, dan merapikan
10
guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.Pembuatan guludan di
atas tumpukan jerami atau sisa-sisa tanaman dapat menambah bahan organik
tanah yang berpengaruh baik terhadap struktur dan kesuburan tanah sehingga ubi
dapat berkembang dengan baik dan permukaan kulit ubi rata.
Kelemahan penggunaan jerami adalah pertumbuhan tanaman ubi jalar pada
bulan pertama sedikit menguning, namun segera sembuh dan tumbuh normal
pada bulan berikutnya. Bila jerami tidak digunakan sebagai tumpukan guludan,
tata laksana penyiapan lahan dilakukan sepertimembabat jerami sebatas
permukaan tanah, menyingkirkan jerami ke tempat lain untuk dijadikan bahan
kompos, mengolah tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur, membiarkan
tanah kering selama minimal satu minggu, membuat guludan-gululdan berukuran
lebar bawah ±60 cm, tinggi 35 cm dan jarak antar guludan 80-100 cm.,
merapikan guludan sambil memperbaiki saluran air antar guludan.
Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran
tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung
menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehinggga
menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat
menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi, dan
memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.
E. Teknik Penanaman
Gambar 3. Pola Tanam Ubi Jalar
11
Cara menanam tanaman ubi jalar dengan sistem monokultur antara lain
membuat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan
dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang
25-30 cm, membuat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan
lubang tanam untuk tempat pupuk, menananamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang
atau larikan hingga angkal batang (stek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian
padatkan tanah dekat pangkal stek (bibit).
F. Cara Penanaman
Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan.
Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah
kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk
diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang
yang ada daunnya tersembul di atas bedengan. Pada tiap bedengan ditanam 2
deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit
stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubi jalar di lahan kering biasanya
dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret)
bila keadaan cuaca normal. Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah
segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau.
G. Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus
harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara
abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah
dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru,
dengan menanam sepertiga bagian pangkal stek ditimbun tanah. Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak
terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (stek) untuk
penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
12
2. Penyiangan
Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar
biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing
tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur
hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi.
Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu
menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan
tersebut.
3. Pembubunan
Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1
bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan. Tata
cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap seperti
membersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-
hati agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar, menggemburkan tanah
disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan, kemudian
tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan, dan menimbunkan
kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah
cukup basah.
4. Pemupukan
Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup
tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP),
dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi
basah. Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat
panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi
tanaman. Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau
tanaman di daerah setempat.
Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha
(100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah 50
13
kg K2O/ha (±100 kg KCl/ha). Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem
larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula
buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang
tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam
larikan sambil ditimbun dengan tanah.
5. Pengairan dan Penyiraman
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal
pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusai
tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama
15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh
pembuangan. Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga
tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan
perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan
dikurangi atau dihentikan.
Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Di
daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu
seminggu sekali. Hal Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan
adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
6. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Penggerek Batang Ubi Jalar
Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya
adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian
ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva (ulat).
Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang mudah patah,
daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang tanaman akan mati.
14
Pengendalian:
1. Rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama;
2. Pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan
hama: bila serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara
kimiawi;
3. Pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat;
4. Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Curacron 500
EC atau Matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.
b. Hama Boleng atau Lanas
Gambar 4. Hama Boleng atau Lanas
Serangga dewasa hama ini (Cylas formicarius Fabr.) berupa kumbang
kecil yang bagian sayap dan moncongnya berwarna biru, namun toraknya
berwarna merah. Kumbang betina dewasa hidup pada permukaan daun sambil
meletakkan telur ditempat yang terlindung (ternaungi). Telur menetas menjadi
larva(ulat), selanjutnya ulat akan membuat gerekan (lubang kecil) padabatang
atau ubi yang terdapat di permukaan tanah terbuka. Gejala: terdapat lubang-
lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna hijau dan
berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah
berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak
ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.
Pengendalian:
1. Pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili
dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi;
15
2. Pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi yang terbuka;
3. Pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup berat;
4. Pengamatan/monitoring hama di pertanaman ubi jalar secara periodik: bila
ditemukan tingkat serangan > 5 %, segera dilakukan tindakan pengendalian
hama secara kimiawi;
5. Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Decis 2,5
EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi yang dianjurkan;
6. Penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah banyak;
7. Pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan yang lebih
berat.
c. Tikus (Rattus rattus sp)
Gambar5. Hama Tikus
Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup
tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan
cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak
beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang
diikuti dengan gejala pembusukan ubi.
Pengendalian:
1. Sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh;
2. Penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus
disekitar ubi jalar;
3. Pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
16
2. Penyakit
a. Kudis atau Scab
Gambar 6. Penyakit kudis pada ubi jalar
Penyebab: cendawan Elsinoe batatas.
Gejala:adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut
seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak
produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun
bahkan tidak menghasilkan sama sekali.
Pengendalian:
1. Pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit;
2. Penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan
gedang;
3. Kultur teknik budi daya secara intensif;
4. Penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.
17
b. Layu fusarium
Gambar 7. Penyakit Layu Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum f. batatas.
Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan akhirnya mati.
Cendawan fusarium dapat bertahan selama beberapa tahun dalam
tanah.Penularan penyakit dapat terjadi melalui tanah, udara, air, dan
terbawa oleh bibit.
Pengendalian:
1. penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit);
2. pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan tanaman yang
bukan famili;
3. penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap penyakit
Fusarium.
c. Virus
Gambar 8. Yellow Dwarf
18
Beberapa jenis virus yang ditemukan menyerang tanaman ubi jalar adalah
Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot, Yellow Dwarf.
Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman kecil
dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan warna daun
klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat serangan yang
berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan.
Pengendalian:
1. penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus;
2. pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di daerah basis
(endemis) virus;
3. pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.
7. Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila ubi-ubinya sudah tua (matang
fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya
sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus
(dikukus) rasanya enak serta tidak berair.
Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau
varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan,
sedangkan varietas berumur panjang (dalam) sewaktu berumur 4,5-5 bulan.
Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling
lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko
serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil
ubi.
2. Cara Panen
Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan yang pertama adalah menentukan
pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen, lalu memotong atau memangkas
batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau sabit, kemudian batang-
19
batangnya disingkirkan ke luar petakan sambil dikumpulkan, setelah itu menggali
guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya, mengambil dan
mengumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil, membersihkan ubi
dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel, melakuan seleksi dan
sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil ubi secara terpisah dan warna kulit
ubi yang seragam, memisahkan ubi utuh dari ubi terbuka ataupun terserang oleh
hama atau penyakit, memasukkan ke dalam wadah atau karung goni lalu angkut ke
tempat penampungan atau pengumpulan hasil.
8. Pascapanen
1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah
dijangkau oleh angkutan.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat dilakukan pada saat
pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi jalar dapat dilakukan
setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran
dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi
yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta
bercak hitam/garisgaris pada daging umbi.
3. Penyimpanan
Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk
mempertahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan
dalam pasir atau abu. Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu
yaitu angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering
selama 2-3 hari, lalu menyiapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus
atau gudang yang kering, sejuk dan peredaran udaranya baik, menumpukkan
ubi di lantai gudang kemudian timbun dengan pasir kering atau abu setebal 20-
30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup.
20
Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5
bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya
akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan
ubi yang baru dipanen.
Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah
melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan
tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30 derajat C (suhu
kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.
2.4 Perlakuan Varietas Pada Tanaman Ubi Jalar
Pada perlakuan varietas ubi jalar yang digunakan adalah varietas beta-1. Ubi
Jalar BETA-1 merupakan ubi jalar yang memilki pigmen oranye pada daging
buahnya.Ubi jalar ini juga merupakan Varietas yang masih terus di kembangkan
untuk mendukung ketahanan pangan dengan mengedepankan nilai gizi. Ubi Jalar
BETA-1 ini dapat di budidayakan seperti biasa orang membudidayakan ubi jalar yang
lain.
Salah satu varian ubi jalar yang dikembangkan di Indonesia adalah varian Ubi
Jalar BETA-1 (Impomoea trifida). Ubi varian ini memiliki keistimewaan yaitu
memiliki kandungan beta keroten yang tinggi dari varian ubi yang lain dan di
bandingkan ubi varian lain tekstur ubi ini lebih berair dan kandungan kadar gulanya
relatif rendah dari varietas yang lain. Kandungan gizi pada ubi jalar oranye
(Impomoea trifida) terutama kandungan beta karotennya yang mencapai 9900 mkg
(32967 SI).
Ciri dan keunggulan ubi jalar BETA-1 :
1. Hasil Umbi/ha
Ubi jalar oranye dapat menghasilkan umbi sebanyak 25 - 35
ton/ha.untuk memperoleh hasil yang maksimal tentunya perlakuan dalam
proses budidaya sangat menentukan. pemberian pupuk tambahan
diusahakan menggunakan pupuk organik agar kesuburan tanah tetap terjaga.
21
hal ini juga sangat membantu dalam proses pengendalian hama dan penyakit
dalam tanah yang dapat merusak umbi.
2. Umur Panen
Ubi jalar merupakan varietas yang telah dikembangkan dengan
mengusahakan umur panen yang genjah (pendek).Ubi jalar BETA-1 ini
memiliki umur panen 4-4.5 bulan HST.
3. Umbi
Umbi dari ubi jalar ini memiliki warna (oranye) yang sangat pekat.
kepekatan ini menunjukkan tingginya jumlah pigmen yang terdapat di dalam
umbi yang menentukan jumlah Betakaroten yang terdapat dalam umbi. Ubi
jalar oranye ini memiliki kandungan beta karoten yang tinggi yaitu 12.032
ug/100 g umbi. selain itu rasa umbi juga manis dengan kadar air yang agak
tinggi.
4. Resistensi
Ubi jalar BETA-1 ini memiliki keunggulan dalam hal ketahanan
terhadap hama dan penyakit yang menyerang umbi. Ubi jalar ini tahan
terhadap penyakit kudis dan penyakit boleng pada umbi.
22
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Tanaman, dilaksanakan pada bulan September-
Desember mulai Pukul 13.30-Selesai dan praktikum ini dilaksanakan setiap hari senin
untuk kelas U, praktikum dilakukan hingga panen. Tempat pelaksanaan praktikum
dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya di Desa
Kepuharjo, Dusun Ngijo, Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Malang,Jawa Timur,
Secara geografis, Desa ngijo terletak pada posisi 7°20’-7°31’ LS dan 109°08’-
110°10’ BT dengan ketinggian tempat 600 mdpl.
Tanggal Materi Lapang
21 September 2015 Pendahuluan
28 September 2015 Pupuk Dasar + Pemberian Agen Hayati
5 Oktober 2015 Penanaman
12 Oktober 2015 Pupuk SP36
19 Oktober 2015 Pupuk N, K
26 Oktober 2015 Perawatan
2 November 2015 Perawatan
9 November 2015 Penyulaman
16 November 2015 Perawatan, Pemberian Pupuk N
3.2 Alat dan Bahan
Dalam praktikum ini alat yang digunakan berupa cangkul untuk
menggemburkan tanah, cangkil untuk menyiangi gulma, penggaris/meteran untuk
mengukur panjang sulur, rafia untuk menandai jarak tanam, tugal untuk membuat
lubang untuk pemberian pupuk, ember untuk menyiram tanaman, alat tulis untuk
mencatat hasil pengamatan, kamera untuk mendokumentasikan kegiatan pengamatan,
Timbangan untuk mengkur berat umbi yang di hasilkan,Timba suntuk wadah pupuk
dan wadah agen hayati.
23
Bahan yang digunakan berupa bibit ubi jalar varietas Beta 1 sebagai bahan
tanam, Agen Hayati juga di gunakan dalam praktikum ini, agen hayati di gunakan
untuk menambah mikroorganisme dalam tanah yang akan diolah, agar tanaman bisa
tumbuh subur, pupuk yang digunakan adalah pupuk KCL yang digunakan untuk
menambah unsur K, pupuk SP36 yang di gunakan untuk menambah unsur P, air
untuk menyiram, pupuk kandang untuk menambah bahan organik tanah.
3.3 Cara Kerja
Sebelum melakukan praktikum di lahan Ngijo, dilakukan briefing di kelas oleh
asisten kelas.Asisten kelas membagi kelas ke dalam beberapa komoditi.Kelompok
U3, mendapatkan bagian untuk menanam komoditi ubi jalar. Selanjutnya, materi
yang diberikan di kelas merupakan syarat tumbuh tanaman ubi jalar dan teknik
budidaya yang umum dilakukan.Pembelajaran teknik budidaya yang umum dilakukan
dimaksudkan sebagai dasar atau acuan teknik budidaya yang akan dilakukan pada
praktikum.
A. Persiapan lahan
Pada minggu pertama di lakukan persiapan lahan.Pada persiapan lahan ubi jalar
dilakukan penggemburan tanah terlebih dahulu dengan menggemburkan tanah yang
tujuannya agar tanah lebih mudah untuk dibuat guludan yang akan ditanami ubi jalar,
selain itu proses persiapan lahan juga diperlukan untuk pembalikan tanah. Tanah di
ukur dengan diberikan tanda menggunakan tali rafia merah dan potongan
kayu.Setelah itu tanah yang sudah gembur dan diberi tanda diberikan agen hayati
dengan menggunakan sprayer agar tanah memiliki organisme yang akan membantu
proses biologi di dalam tanah seperti menguraikan nitrogen dan menambah bahan
organik dalam tanah.
B. Penanaman
Penanaman dilakukan pada minggu kedua setelah pengolahan lahan.Sebelum
melakukan penanaman tanah yang sudah disiapkan dan diolah dibuat guludan dengan
24
menggunakan cangkul sebagai tempat tumbuhnya ubi jalar. Guludan dibuat setinggi
mungkin ± 0,5 meter diperuntukkan agar tidak terlalu banyak air yang didapat ubi
jalar sehingga ubi jalar yang dihasilkan baik kualitasnya dan tidak busuk karena
kelebihan air.
Setelah dibuat guludan membuat jarak tanam 30 cm x 30 cm dan jarak border 15
cm dengan menggunakan meteran untuk penanaman ubi jalar dan membuat lubang
pada masing-masing guludan untuk menanam 9 bibit per guludan tersebut.
Penanaman dilakukan dengan mengikuti arah sinar matahari, setelah itu lakukan
penyiraman pada lahan yang sudah ditanami ubi jalar.
Penyiraman dilakukan pada sore hari atau pada saatmatahari sudah terbenam,
jika dilakukan pada siang hari maka sinar matahari akanmembuat air menguap
terlebih dulu sebelum terserap oleh tanaman. Sel-sel padatanaman pun akan
mengkerut karena disiram dalam keadaan panas, sel-sel tersebutakan menggelembung
terisi air lalu akan pecah. Jika hal ini terus terulang, maka lama kelamaan tanaman
akan rusak dan mati. Selain itu, air yang cepat menguap akan membuat komponen
mineral atau zat terlarut lainnya yang sebelumnya terkandung di dalam air siraman
akan tertinggal di permukaan daun atau bagian tanaman lainnya. Hal tersebut tidak
baik bagi tanaman dan dapat membuat tanaman menjadi mati karena sifatnya yang
toksik. Ditambahkanair yang tidak sempat terserap ke dalam tanah (dan tetap berada
di permukaan tanah) akan menyebabkan akar tanaman terstimulasi untuk bergerak ke
arah permukaan tanah. Pertumbuhan akar yang tidak normal itu tentunya sangat
berpengaruh pada kelangsungan hidup tanaman, sehingga tanaman bisa mati.
C. Pemupukan
Umumnya pemupukan diawali dengan mengaplikasikan pupuk organik sebagai
pupuk dasar. Pada pemupukan di komoditas tanaman ubi jalar dengan menggunakan
agen hayati yang sudah dilakukan pada pengolahan. Pupuk organik sangat bermanfaat
bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi
pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.
25
Kemudian setelah dilakukan pengolahan lahan dan penanaman dilakukan
pemupukan pada ubi jalar dengan mengaplikasikan pupuk kimia seperti SP36, KCL
dan Urea.Pemupukan anorganik pertama dengan mengaplikasikan SP36.Cara
pemberian pupuk pada tanaman dengan membuat lubang yang tidak terlalu dalam
sekitar ± 4cm, lalu pupuk dimasukkan kedalamnya dan di benamkan.SP36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan
sulfat.Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu.Sifatnya agak sulit larut dalam air dan
bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar.Reaksi kimianya
tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat membakar.
Kemudian pada minggu berikutnya diberikan pupuk KCL dan Urea, cara
pemberiannya sama dengan SP36 dibuat lubang tetapi pada pemberian pupuk ini
dibuat 2 lubang, untuk KCL dan Urea.
Pada pemupukan kali ini dibuatkan 2 lubang untuk pemisahan KCL dan Urea
agar tidak terjadi pencampuran unsur kimia yang dapat membahayakan tanaman
itusendiri.KCL Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat
higroskopis, merupakan sumber Kalium (K) bagitanaman.Fungsi utamanya
membantu pembentukan protein dan karbohidrat.Kalium juga berperan memperkuat
tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur.Kalium merupakan
sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit.Untuk
tanah yang liat kalium yang ditaburkan terikat oleh komponen tanah sehingga hanya
1/4 hingga 1/3 dosis yang dapat terserap tanaman.
Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N).Karena kandungan N yang tinggi
menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis.Urea sangat mudah larut dalam air dan
bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.Urea Merupakan pupuk Nitrogen
untuk pertumbuhan akar, batang dan daun. Sebelum diserap oleh akar,nitrogen
terlebih dahulu diubah menjadi nitrat melalui beberapa tahapan proses alamiah.
Pupuk urea sangat peka terhadap air / uap air dan suhu udara. Urea yang terurai oleh
air menjadi Carbon Dioksida (CO2) dan Amoniak (NH3). Keduasenyawa ini pada
suhu khatulistiwa 28º – 31º C akan menjadi gas. Pada musim kemarau hampir 55 %
dari dosis urea yang ditaburkan hilang oleh penguapan. Dan dimusim hujan, urea
26
akan larut dalam air mencapai 79% dan hilang dalam proses pencucian. Maka sangat
tidak menguntungkan jika urea ditaburkan pada saat matahari sangat terik atau saat
jumlah air melimpah.Setelah pemupukan selesai dilakukan penyiraman pada saat
matahari sudah terbenam atau sore hari.
D. Pemeliharaan dan Perawatan
Pemeliharaan tanaman ubi jalar berupa irigasi, penyulaman, penyiangan gulma,
penanggulangan OPT, pembubunan dan pembalikan daun. Penyulaman dilakukan
ketika ada bibit tanaman yang mati.Penyulaman harus secepatnya dilakukan, agar
tanaman sisipan ini pertumbuhannya tidak terlalu tertinggal dari tanaman
sebelumnya. Perairan tanaman menggunakan sistem irigasi permukaan (surface)
dimana dengan menggunakan sistem irigasi permukaan, air diberikan secara
langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa yang memiliki tinggi
permukaan airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan dialiri, biasanya sekitar
10-15 cm. Air irigasi akan mengalir di permukaan tanah dari pangkal ke ujung lahan
dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah perakaran tanaman. Syarat penting
untuk mendapatkan sistem irigasi permukaan yang efisien adalah perencanaan sistem
distribusi air untuk dapat mengendalikan aliran air irigasi dengan perataan lahan yang
baik, sehingga penyebaran air seragam ke seluruh petakan. Penyiangan gulma atau
rumput-rumput liar dikerjakan setelah 3 minggu penanaman dan dilakukan setelah
tanaman diairi selama sehari.Penyiangan gulma bertujuan untuk membersihkan
tanaman yang sakit,mengurangipersaingan penyerapan hara, mengurangi hambatan
produksi anakan, menggemburkan tanah dan mengurangi persaingan penetrasi
sinarmatahari.
Tanaman yang ditumbuhkan harus mendapatkan semua nutrisi dan air yang
diberikan oleh petani agar mampu menghasilkan secara optimal.Pengendalian OPT
(organisme pengganggu tanaman) yang terdiri dari hama, dan penyakit,merupakan
kendala utama dalam budidaya tanaman. Organisme pengganggu tanaman ini pada
suatu lahan pertanian sangat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang
dibudidayakan, ini dikarenakan antara tanaman yang dibudidayakan dengan OPT ini
27
bersaing untuk mendapatkan makanan, serat dan tempat perlindungan, maka dari itu
untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan upaya pengendalian yang terpadu demi
menjaga kualitas tanaman tersebut. Oleh karenaitupencarian teknologi pengendalian
OPT terus berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan tuntutan sosial,
ekonomi dan ekologi. Beberpa pengendalian OPT ini yaitu dengan menanam
varietas yang agak tahan., menanam stek bahan tanaman yang sehat atau mencelup
stek ke dalam larutan insektisida selama 10 meni, rotasi tanaman
pembumbunan.Pembalikkan batang tanaman juga dianjurkan karena bisa
membantumeningkatkan hasil umbi.
Pembalikkan dan pengangkatan batangdikerjakan tiap 3 minggu sekali. Sebab
pada Tanaman yang pertumbuhannya subur dalam waktu satu bulan tanaman
akan menjalar sepanjang 1- 1½ meter. Bila batang dibiarkan terus menjalar di
tanah,dengan segera akan tumbuh akar pada ketiak daun. Akar ini akan membentuk
umbi-umbi kecil. Umbi-umbi kecil ini jelas sangatmengurangi tabungan makanan
bagi umbi-umbi besar yang tumbuh diguludan. Itulah sebabnya batang ubi jalar
secara berkala perlu diangkatdan dibalikkan, agar akar tanaman yang tumbuh pada
ketiak daun matikering kepanasan
3.4 Parameter pengamatan
Parameter pengamatan pada komoditas ubi jalar dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan komoditi tersebut, yaitu:
a. Jumlah daun
Pengamatan jumlah dilakukan dengan caramenghitung jumlah daun yang ada
disetiap batang tanaman itu sendiri yang masih sehat tidak terkena hama
ataupun penyakit. Daun yang sehat akan dimasukkan data hasil pengamatan.
Pengamatan Jumlah daun dilakukan untuk mengetahui hasil fotosintesis. Di
dalam daun terjadi proses penting bagi tanaman yaitu proses fotosintesis.
Seiring dengan pertumbuan tanaman maka jumlah daun juga akan
bertambah. Daun berukuran lebih besar,lebihtipis dan ukuran stomata lebih
28
besar,sel epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit, ruang antar sel lebih
banyak.Intensitas cahaya yangterlalu tinggi dapat menurunkan laju fotosintesis
hal ini disebabkanadanya fotooksidasi klorofil yang berlangsung cepat,
sehingga merusak klorofil. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan
rusaknya struktur kloroplas yang membantu proses metabolisme tanaman,
sehingga menyebabkan produktifitas tanaman menurun. Bilaterjadi peningkatan
total luas daun, maka penerimaan cahaya mataharisebagai sumber utama dalam
proses fotosintesis, akan meningkat.Dengan meningkatnya fotosintesa diikuti
peningkatan respirasi,menyebabkan proses metabolisme berlangsung lebih baik
dan akanmendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
b. Pengamatan panjang sulur
Pengamatan panjang sulur dilakukan pada sulur pertama
dari pangkal sulur sampai ujung pucuk sulur ubi jalar. Panjang pada bagian
sulur dan berat kering tanaman sebagai komponen pertumbuhan dapat
digunakan sebagai salah satu indikator kesuburan tanaman. Sulur yang
panjang dan bobot kering tanaman yang tinggi akan menghasilkan umbi
yang bagus. Panjang sulur sangat menyebar, kemampuan menutup kanopi
tanaman semua tertutup ini dapat menghasilkan umbi yang banyak setelah
lewat umur panen. Pemanfaatan sulur dan daun dilakukan pada tanaman ubi
jalar yang mencapai umur dua minggu setelah tanam sampai tanaman berumur
lima atau enam bulan untuk memenuhikebutuhan sayuran.
c. Pengamatan Bunga
Bunga ubi jalar berbentuk mirip “ terompet “ tersusun dari lima helai daun
mahkota, lima helai daun bunga, dan satu tangkai putik. Mahkota bunga
berwarna putih atau putih keungu-unguan. Bunga ubi jalar mekar pada pagi
hari mulai pukul 04.00-11.00.bila terjadi penyerbukan buatan, bunga akan
membentuk buah.
29
d. IP ( Intensitas Penyakit )
Pengamatan ini dilakukan pada daun yang terserang penyakit. IP terbagi
menjadi beberapa, yaitu 0 1 2 3 4 5 masing-masing IP tersendiri memiliki
tingkat indeks terkenanya penyakit pada tanaman tersebut. IP 0 berarti dalam
tanaman tersebut tidak ada penyakit, tingkat 2 dalam tanamannya memiliki
sedikit penyakit yang tidak terlalu banyak terserang, tingkat 3 memiliki
tingkat sedang dalam penyakakit pada daun tanaman tersebut, tingkat 4
tanman tersebut memiliki tingkat terjangkitnya penyakit agak tinggi dan
sedangkan pada tingkat 5 menunjukkan bahwa dalam tanaman tersebut
memiliki tingkat penyakit yang besar pada tanaman tersebut. Dengan skala
serangan, yaitu:
0 = tidak ada daun terserang
1 = luas daun terserang 1 – 25 %
2 = luas daun terserang 26 – 50 %
3 = luas daun terserang 51 – 75 %
4 = luas daun terserang 76 – 100 %
30
3.5 Denah Petak Praktikum
a. Denah Praktikum
Keterangan:
X : tanaman Ubi
Jalar
: sampel
tanaman Ubi
Jalar
5 m
30 cm
15 cm
1 m
31
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
XX
X
X
X
X
4.1 HASIL
4.1.1 Panjang Sulur
Pada paraktikum teknologi produksi pertanian komoditas Ubi Jalar di
dapatkan beberapa paramerter salah satunya yaitu panjang sulur pada 4
varietas yaitu Beta-1, Beta-2, Papua Salossa dan Aantin-2 didapatkan hasil
bahwa panjang sulur tanaman tertinggi adalah pada variets pada varietas
Papua Salossa dibandingkan dengan ke tiga varietas lainnya. Pengamatan
pertama 14 hst rata-rata panjang sulur pada varietas Papua Salossa yaitu, 26,
lebih tinggi dibandingkan ketiga varietas lainnya yaitu Beta-1 20,6, Beta-2
16,6 dan Antin-2 6,6. Hal ini mengalami peningkatan hingga 49 hst.
Peningkatan panjang sulur dari ke-4 varietas dapat dilihat pada Table 3.
Tabel 3. Panjang Sulur varietas Antin-2
32
Varietas UmurTanaman (HST)
14 21 28 35 42 49
Beta-120.6 24 30.6 42 55,5 72
Beta-216,6 19,9 24,6 28,4 48 57
Papua Salossa
26 29,8 44,8 79 110,6 161,2
Antin-26,6 8,4 11,4 13,2 15,5 23,8
Grafik Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar
14 Hst 21 Hst 28 Hst 35 Hst 42 Hst 49 Hst0
50
100
150
200
250
300
varietas beta 1
varietas papua salossa
varietas antin-2
varietas beta-2
4.1.2 Jumlah Daun
Pada paraktikum teknologi produksi pertanian komoditas Ubi Jalar di
dapatkan beberapa paramerter salah satunya yaitu jumlah daun pada 4
varietas yaitu Beta-1, Beta-2, Papua Salossa dan Antin-2 didapatkan hasil
bahwa rata-rata jumlh daun tertinggi pada pengamatan terakhir 49hst adalah
varietas beta 2, sebesar 261,4, pada varietas beta 1 sebesar 84,5, pada varietas
papua salosa sebesar 221, dan pada varietas antin 2 adalah 38,8. Peningkatan
panjang sulur dari ke-4 varietas dapat dilihat pada table 4.
Tabel 4. Jumlah Daun
Varietas Umur Tanaman ( HST)
14 21 28 35 42 49
33
Beta-1 26,8 31,8 34,8 46 63 84,5
Beta-2 5,2 11,6 46,4 105 214 261,4
Papua Salossa 3,6 8,2 29,8 83,6 148,2 221
Antin-2 5.4 8.4 13.6 19 29 38.8
Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar
14 Hst 21 Hst 28 Hst 35 Hst 42 Hst 49 Hst0
100
200
300
400
500
600
700
Varietas Beta-2
varietas Antin-2
varietas Papua sa-lossa
varietas Beta-1
4.1.3 Jumlah Bunga
Pada paraktikum teknologi produksi pertanian komoditas Ubi Jalar di dapatkan
beberapa paramerter salah satunya yaitu jumlah Bunga. Pada data semua varietas
yang diperoleh didapatkan jumlah rerata bunga semuanya 0. Hal ini dikarenakan
tanaman ubi jalar belum memasuki masa pembentukan bunga. Sementara
pengamatan yang dilakukan hanya berkisar 1,3 bulan sehingga diperkirakan bahwa
ubi jalar belum memasuki masa pembentukan bunga. Masa pembentukan dapat
dilihat pada tabel 5.
34
Tabel 5. Jumlah Bunga
Varietas Umur Tanaman ( HST)
14 21 28 35 42 49
Beta-1 - - - - - -
Beta-2 - - - - - -
Papua Salossa - - - - - -
Antin-2 - - - - - -
Grafik Rata-rata Jumlah BungaTanaman Ubi Jalar
14 Hst 21 Hst 28 Hst 35 Hst 41 Hst 49 Hst rerata0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
varietas beta-2
varietas antin-2
varietas papua selossa
varietas beta-1
4.1.4 Intensitas Serangan Penyakit
Dari hasil pengamatan semua varietas yang diamati tidak ada intensitas penyakit yang terdapat pada masing-masing varietas. Berikut tabel intensitas dari semua varietas yang diamati dapat dilihat pada tabel 6
35
Tabel 6. Intensitas Serangan Penyakit
Varietas Skoring
0 1 2 3 4
Beta-1 3 0 0 0 0
beta-2 4 0 0 0 0
Papua
Salossa
4 0 0 0 0
Antin-2 4 0 0 0 0
Grafik Daun Tanaman Ubi Jalar yang Terkena Penyakit
14 hst 21 hst 28 hst 35hst 42 hst 49 hst rerata 0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
varietas beta-2varietas antin-1varietas papua selossavarietas beta-1
36
4.1.4 Keragaman Serangga
No Gambar Nama Populasi Ordo Peran1. Dokumentasi:
Gambar Literatur :
Nama Ilmiah : Valanga nigricornis / Nama Lokal : Belalang Kayu
<5 Orthoptera Hama
2. Dokumentasi:
Gambar Literatur:
Nama Ilmiah : Lycosa spNama Lokal : Laba - laba
<5 Araneceae Musuh alami
37
3. Dokumentasi :
Gambar Literatur :
Nama Ilmiah : Menochilus sexmaculatus Nama Lokal : Kumbang kubah spot M
< 5 Coleoptera Musuh alami
38
4.2 Pembahasan
4.2.1 Sulur Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan ubi jalar varietas beta 1 selama 49 HST
didapatkan hasil bahwa sulur tanaman bertambah setiap minggunya. Pertambahan
sulur tanaman pada ubi jalar varietas beta 1 memiliki rata-rata 20,6 – 72 cm hal ini
dapat disebabkan oleh faktor dari lingkungan dan juga faktor dari genotipe varietas
ubi jalar sendiri. Faktor lainnya juga dapat disebabkan oleh budidaya yang dilakukan
pada ubi jalar varietas beta 1. Perawatan dan pemberian yang salah satunya adalah
pemberian pupuk N,P,K namun pupuk yang berpengaruh pada terhadap parameter
pengamatan sulur tanaman adalah KCl yang diberikan saat melakukan penanaman
dan perawatan ubi jalar varietas beta 1.
Untuk varietas papua solossa memiliki pertumbuhan tanaman yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ubi jalar varietas beta 1, pertumbuhan rerata ubi jalar
varietas papua salosa adalah berkisar antara 26 cm – 161 cm. Salah satu faktor yang
mendukung pertumbuhan sulur yaitu ketinggian tempat yang dijadikan lahan
penanaman ubi jalar yang merupakan dataran rendah.Pada ubi jalar varietas beta 2
juga terjadi penambahan sulur tanaman yang terus meningkat tiap pengamatan
mingguan. Pertumbuhan rerata pada ubi jalar varietas beta 2 berkisar antara 16 cm –
57 cm.
Pada ubi jalar varietas antin 1 mengalami penambahan sulur tanaman yang
tidak terlalu jauh selisihnya, pertumbuhan rerata pada ubi jalar varietas antin 1
berkisar antara 6,6 – 23,8 cm dengan selisih pertumbuhan tiap minggu berkisar antara
2 cm – 30 cm pada setiap tanaman.
39
Menurut Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengatakan bahwa
penambahan pupuk Kalium juga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
sulurtanaman. Karena kalium memiliki fungsi menaikkan pertumbuhan jaringan
meristem, memperkuat tegaknya batang sehingga tidak roboh.
4.2.2 Jumlah Daun Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan ubi jalar selama 7 minggu didapatkan hasil
bahwa masing-masing sampel varietas ubi jalar beta 1 memiliki perkembangan secara
terus menerus, dapat diketahui melalui pertambahan jumlah daun yang terus
menambah setiap minggunya. Berdasarkan hasil pengamaltan diketahui bahwa
pertambahan jumlah daun tiap minggu nya tidaklah sedikit, pertambahan daun tiap
minggu diketahui diantara 5-20 daun. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu faktor
yaitu penambahan pupuk Nitrogen yang telah diberikan selama perawatan dan juga
pengaruh dari faktor genotipe dimana ubi jalar varietas beta 1 dapat beradaptasi di
lingkungan tanah yang kering maupun basah.
Untuk ubi jalar varietas beta 2 memiliki perkembangan jumlah daun yang
lebih unggul dibandingkan dengan ubi jalar varietas beta 1, dapat dilihat berdasarkan
pertambahan daun tiap daunnya adalah 3-30 daun. Pertambahan daun ini berbeda
dengan varietas ubi jalar beta 1 yang memiliki pertambahan daun tiap minggu
diantara 5-20 daun, hal ini dikarenakan interaksi antara ubi jalar varietas beta 1 dan
papua solossa berbeda tergantung berdasarkan faktor internal dari masing-masing
varietas dengan lingkungannya.
Pada jumlah daun varietas ubi jalar papua salosa didapatkan juga terdapat
pertambahan jumlah daun yang terus bertambah setiap minggu pada pengamatan.
Pertambahan jumlah daun tiap minggunya adalah antara 3-80 daun.
Pertambahan jumlah daun ubi jalar varietas antin 1 didapatkan bahwa terdapat
pertambahan jumlah daun yang terus bertambah namun, berbeda dengan ubi jalar
40
varietas lainnya, pertambahan ubi jalar varietas antin 1 memiliki pertambahan yang
cukup sedikit yaitu antara 1-15 daun tiap minggunya.
Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) menyatakan bahwa penambahan
pupuk Nitrogen dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif, menyehatkan hijau daun,
meningkatkan kadar protein dalam tanaman, meningkatkan kualitas tanaman yang
menghasilkan daun.
4.2.3 Jumlah Bunga Tanaman
Berdasarkan hasil pengamatan ubi jalar varietas beta 1 selama 49 hari,
tanaman sampel 1 sampai sampel 5 belum mengalami pembungaan sampai pada 49
HST. Hal ini dapat dikarenakan tanaman ubi jalar belum memasuki masa
pembentukan bunga.. Sementara pengamatan yang dilakukan hanya berkisar 1,3
bulan sehingga diperkirakan bahwa ubi jalar belum memasuki masa pembentukan
bunga.
Untuk ubi jalar varietas beta 2, antin 1 dan papua solossa tidak terlihat juga
terdapat bunga yang tumbuh di sekitar lahan ubi jalar. Hal ini disebabkan pengamatan
yang dilakukan masih awal yaitu 1,3 bulan sementara umur untuk ubi jalar lebih lama
dan diperkirakan belum memasuki masa pembentukan bunga.
Menurut Kementrian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian (2015) dijelaskan bahwa umur ubi jalar varietas
memiliki umur yang berbeda-beda tergantung berdasarkan jenis varietasnya masing-
masing.
4.2.4 Intensitas Serangan Penyakit
Dari hasil pengamatan kami pada komoditas ubi jalar varietas papua salossa,
varietas antin 2, varietas beta 1 dan varietas beta 2. Ditemukan penyakit pada varietas
41
papua salossa dan varietas antin 2 yakni penyakit layu fusarium . Sedangkan pada
varietas beta-1 dan varietas beta 2 tidak ditemukan penyakit.
Menurut Najiyati (2008) menyatakan bahwa varietas beta-1 dan varietas beta 2
merupakan varietas yang agak tahan penyakit layu fusarium. Kedua varietas ini akan
mudah terserang penyakit layu fusarium apabila kondisi lingkungan seperti suhu dan
kelembaban mendukung untuk pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f. batatas
penyebab penyakit layu fusarium. Pada pengamatan yang dilakukan di lahan tidak
ditemukan penyakit ini. Hal ini disebabkan karena setiap satu minggu sekali diadakan
perawatan dan pembersihan gulma pada komoditas ubi jalar sehingga penyakit yang
biasanya menyerang pada komoditas ubi jalar bisa diantisipasi dengan perawatan dan
pembersihan gulma.
Menurut Chandria, W (2009) menyatakan bahwa varietas papua salossa dan varietas
antin 2 merupakan varietas yang varietas yang tahan penyakit layu fusarium . Akan
tetapi pada pengamatan di lahan ditemukan penyakit layu fusarium pada kedua
varietas tersebut . Hal ini disebabkan karena karena varietas papua salossa dan
varietas antin 2 merupakan varietas yang hidup di daerah dataran tinggi. Lahan
praktikum di Ngijo termasuk dataran rendah dengan ketinggian 600 mdpl dan
merupakan daerah kering maka dari itu tanaman ubi jalar menjadi kekurangan air dan
terserang penyakit layu fusarium.
4.2.5 Keragaman Serangga
Dari hasil pengamatan di komoditas ubi jalar di lahan varietas beta-1,
ditemukan 3 spesimen serangga yaitu belalang kayu, laba – laba dan kumbang kubah
spot. Serangga yang ditemukan pada tanaman ubi jalar jumlahnya sedikit. Akan
tetapi jumlah daun yang lubang – lubang atau sisa gigitan serangga jumlahnya
sebanyak kurang lebih 150 daun.
Menurut Rosmarkam (2002) menyatakan bahwa belalang kayu merupakan
salah satu faktor penghambat dalam program peningkatan produksi tanaman salah
42
satunya tanaman ubi jalar. Belalang ini mempunyai sifat cenderung untuk membentuk
kelompok yang besar dan suka berpindah-pindah (berimigrasi), sehingga dalam
waktu yang singkat dapat menyebar pada areal yang luas. Kelompok yang
berimigrasi dapat memakan tumbuhan yang dilewatinya selama dalam perjalanan.
Pada pengamatan di lahan, ditemukan kerusakan yang ditimbulkan olah hama
belalang kayu. Namun pada saat dilapang hanya ditemukan satu belalang kayu saja.
Kumbang kubah spot M ini merupakan musuh alami yang membantu dalam
memberantas hama. Populasi yang ditemukan pada komoditas ubi jalar jumlahnya
lumayan sedikit. Serangga yang ditemukan lainnya adalah laba – laba yang berperan
sebagai musuh alami. Dengan adanya musuh alami ini keberadaannya cukup
membantu dalam mengatasi serangan hama.
4.2.6 Pembahasan Umum
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa perlakuan
pada ubi jalar dapat berpengaruh terhadapsetiap paramater pengamatan diantaranya
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, intensitas serangan penyakit serta
keragaman serangga. Perlakuan pada ubi jalar ialah penggunaan varietas , diantaranya
varietas papua salossa, varietas antin-2, varietas beta-1 dan varietas beta-2. Setiap
varietas memiliki perbedaannya masing-masing, adanya perbedaan varietas ubi jalar
antara satu dengan yang lainnya dapat dilihat dari bentuk daun, panjang sulur, warna
bunga dan kedalaman perakaran. Menurut Huaman, (2001) menyatakan bahwa
ketahanan umbi terhadap hama dan penyakit pun juga akan berbeda antara varietas
yang satu dengan varietas yang lain.
Dalam pengamatan sulur tanaman, jumlah daun dan jumlah bunga pada
komoditas dengan varietas berbeda didapatkan bahwa setiap varietas mengalami
perkembangan setiap minggunya. Namun perbedaan perkembangan masing-masing
varietas ubi jalar tergantung berdasarkan dari faktor genotipe tipe varietas ubi jalar,
ada yang mengalami perkembangan dengan pertambahan selisih yang sangat banyak
namun ada juga yang mengalami perkembangan dengan pertambahan yang selisihnya
43
sediki-sedikit. Namun untuk pengamatan bunga pada tiap varietas didapatkan bahwa
semua varietas ubi jalar yang ditanam belum terdapat bunga. Menurut Haslet et al
(2008) mengatakan bahwa pembungaan pada tanaman ubi jalar yang biasanya terjadi
di umur tanaman 3-6 bulan dan sangat bergantung pada genotipe serta lingkungan
tumbuh.
Pada komoditas ubi jalar dengan berbagai varietas menunjukkan adanya
perbedaan tingkat intensitas serangan penyakit. Menurut Huaman (2001) menyatakan
bahwa sifat ketahanan terhadap penyakit pada varietas papua salossa sebesar 65%,
varietas antin-2 sebesar 60%, varietas beta-1 sebesar 45 % dan varietas beta-2 sebesar
42%. Akan pada pengamatan di lahan, varietas papua salossa dan varietas antin 2
terserang penyakit sedangkan varietas beta-1 dan varietas beta-2 tidak terserang
penyakit. Hal ini membuktikan lokasi penanaman sangat mempengaruhi untuk terjadi
serangan penyakit. Jadi pertumbuhan paling tinggi adalah varietas beta-2
dibandingkan dengan varietas yang lain.
44
5. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan melalui perlakuan ubi jalar
dengan varietas yang berbeda didapatkan bahwa terjadi perbedaan pertumbuhan
dan perkembangan dari masing-masing varietas. Perbedaan hasil tersebut
didapatkan berdasarkan faktor lingkungan dan faktor genotipe dari masing-
masing varietas. Salah satunya adalah pemberian pupuk Kalium dan Nitrogen
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sulur dan daun tanaman. Selain itu,
perlakuan pemberian agen hayati, dan pupuk baik organik maupun anorganik
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ubi jalar. Sifat ketahanan tanaman
terhadap hama dan penyakit juga harus diperhatikan. Penanaman varietas tertentu
harus melihat kondisi lingkungan apabila suatu varietas tertentu ditanam pada
kondisi lingkungan pada dataran rendah akan tetapi karakteristik sifat ketahanan
dari varietas tersebut akan menurun yang mengakibatkan varietas tersebut mudah
terserang hama dan penyakit. Varietas yang paling tinggi pertumbuhannya
dibandingkan dengan varietas yang lain adalah varietas Beta-2 dengan tingkat
intensitas hama dan penyakit yang paling rendah.
45
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina, SS. 2005. Teknologi Pengolahan Tepung Kompusit Terigu-Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Industri Pangan.Jakarta: PR & Communication Dept. PT ISM Bogasari Flour Mills, Kumpulan Hasil Penelitian Terbaik Bogasari Nugraha 1998-2001 hal. 105-118
Barat, D. P. 2008. Laporan tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat tahun 2007. Bandung: Pemda Bandung.
Damardjati, D. dan Widowati. 2001. Pemanfaatan ubi jalar dalam program diversifikasi guna mensukseskan swasembada pangan. Malang: Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pascapanen Ubi jalar Mendukung Agroindustri. Balittan Malang.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. 2008. Laporan tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat tahun 2007. Bandung.
Hafsah, M. 2004. Prospek Bisnis Ubi jalar. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Najiyati, S. 1998. Palawija: budidaya dan analisis usaha tani. Jakarta: PT.Penebar Swadaya.
BIBLIOGRAPHY Barat, D. P. 2008. Laporan tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat tahun 2007. Bandung: Pemda Bandung.
Damardjati, D. d. (2001). Pemanfaatan ubi jalar dalam program diversifikasi guna mensukseskan swasembada pangan. Malang: Risalah Seminar Penerapan Teknologi Produksi dan Pascapanen Ubi jalar Mendukung Agroindustri. Balittan Malang.
Hafsah, M. 2004. Prospek Bisnis Ubi jalar. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Najiyati, S. 1998. Palawija: budidaya dan analisis usaha tani. Jakarta: PT.Penebar Swadaya.
46
Rukmana, R. 2001. Ubi jalar: budi daya dan pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Rukmana, R. 2001. Usaha Tani Ubi Jalar. Yogyakarta: Kanisius.
Wanamarta, G. 2003. Produksi dan Kadar Protein Umbi 5 Varietas Ubi Jalar pada Tingkat Pemupukan NPK. Jakarta: Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Institute Atlanta.
Woolfe, J. 2001. An Untapped Food Resource. New York: Cambridge University Press.
Zuraida, N. d. 2001. Usahatani Ubi Jalar Sebagai Bahan Pangan Alternatif Dan Diversifikasi Sumber Karbohidrat. Buletin AgroBio , 4 (1) : 13-23.
47
LAMPIRAN
Lampiran 1. 28 september2015
Lampiran 2. 05 oktober 2015
48
Lampiran 3. 12 oktober2015
Lampiran 4. 09 november2015
Lampiran 5. 12 november2015
49