Download - Laporan Seminar Akhir KLPK 5
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas
utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan
dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Efektifitas dan efisiensi ketenagakerjaan merupakan salah satu
indikator keberhasilan rumah sakit bila didukung oleh ketersediaan jumlah
sumberdaya manusia yang cukup dengan kualitas yang professional sesuai
dengan fungsi dan tugas setiap pegawai. Pelayanan keperawatan merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan dirumah sakit, begitu pentingnya
pelayanan dirumah sakit, bahkan Huber (Nurdjanah, 2009) melaporkan bahwa
70% tenaga kesehatan dirumah sakit adalah perawat. Sedangkan menurut
Gillies dalam Nursalam (2014) memperkirakan bahwa sekitar 75% tenaga
keperawatan dirumah sakit adalah perawat, dan 60-70% dari total anggaran
digunakan untuk menggaji perawat. Kualitas asuhan keperawatan dapat
mencapai hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber daya perawat
yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Berdasarkan penelitian WHO
(2007), beberapa Negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia ditemukan
fakta bahwa perawat yang bekerja dirumah sakit menjalani peningkatan beban
kerja dan masih mengalami kekurangan perawat
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan juga sangat
ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi
perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dalam pelaksanaan
praktek keperawatan, menggunakan salah satu metode penugasan yang
strategis dan sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Dan
perencanaan yang baik mempertimbangkan klasifikasi klien berdasarkan
2
tingkat ketergantungan, metode penugasan dalam pemberian asuhan
keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan
jumlah tenaga keperawatan.
Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun
mengalami perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang
menuntut persaingan yang cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit
swasta maupun pemerintah. Pada kondisi persaingan yang tinggi, pelanggan
memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk memilih diantara
beberapa alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu, untuk memenangkan
persaingan dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan
kepuasan pada klien.
Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan
keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
mempunyai armada terbesar dalam pelayanan kesehatan disuatu rumah sakit
sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting dan
strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Salah satu faktor utama untuk meningkakan kualitas pelayanan keperawatan
adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya
manusia.
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat
ditunjang oleh pemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi
perawat yang memadai. Oleh karena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan
yang strategis dan sistematis dalam memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan.
Perencanaan yang baik dapat mempertimbangkan klasifikasi pasien
berdasarkan managemen tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan
keperawatan, jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan
jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu diperlukan kontribusi dari manager
3
keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga
keperawatan di satu unit rumah sakit.
Oleh karena itu, dalam memenuhi tahapan managemen dengan
melaksanakan pelayanan keperawatan yang berkualitas sehingga kami
mengadakan praktek managemen keperawatan sebagai program akhir
perkuliahan di PSIK FK Unhas (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin) yang dilaksanakan di Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo Makassar ruangan Lontara 1 Atas Depan. Rumah sakit
ini merupakan salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia yang telah meraih
akreditasi international (JCI) saat tahun 2014 yang lalu dimana dalam
mencapai hal itu RS Wahidin Sudirohusodo telah melakukan berbagai
persiapan mulai dari sarana dan prasarana, manajemen rumah sakit, serta yang
menjadi hal utama terkait dengan pelayanan kepada pasien harus dilakukan
sesuai dengan standar international dan dapat dikatakan bahwa RS Wahidin
Sudirohusoda sangat baik sebagai tempat dalam melaksanakan praktek
manajemen keperawatan dengan melihat keberhasilan yang diperoleh terutama
dalam hal manajemen yang merupakan sebagai dasar atau tombak utama
terbentuknya rumah sakit yang bertaraf international dan dapat membedakan
perubahan yang terjadi di rumah sakit ini dari awal terbentuk hingga sekarang.
B. Rumusan Masalah
Setelah meninjau latar belakang diatas dapat kita ambil suatu
masalah yang dapat kita angkat sesuai dengan judul makalah ini, yakni
Bagaimana sebenarnya pelaksanaan manajemen keperawatan di RS. Wahidin
Sudirohusodo Makassar yang telah meraih standar international dan
pelaksanaannya di setiap ruangan, yakni Lontara 1 Atas Depan sebagai lokasi
pelaksanaan kegiatan manajemen keperawatan.
4
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari laporan ini adalah mahasiswa mampu melaksanakan
praktek manajemen keperawatan di RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar
ruangan Lontara 1 Atas Depan.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan laporan ini bermanfaat sebagai pengembangan pelayanan
manajemen keperawatan, yang berfokus pada:
1. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
2. Membantu keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
3. Adanya manajemen akan berguna untuk mencapai efisiensi dan efektivitas
serta menjaga keseimbanagan dari berbagai tujuan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Sebelum terbentuknya RSUP Dr. wahidin Sudirohusodo ini, tepatnya
pada tahun 1947 didirikan rumah sakit dengan meminjam dua (2) bangsal
rumah sakit jiwa yang telah berdiri sejak tahun 1942 sebagai bangsal bedah
dan penyakit dalam yang merupakan cikal bakal berdirinya Rumah Sakit
Umum Dadi. Pada awalnya ditahun 1957 RSU Dadi yang berlokasi di jalan
Lanto Dg. Pasewang No. 43 Makassar ini berfungsi sebagai rumah sakit
pemda Tingkat 1 Sulawesi Selatan, yaitu rumah sakit yang manajemennya
diatur oleh pemerintah daerah sulawsi selatan. Hingga pada tahun 1992 rumah
sakit dadi menjadi rumah sakit dengan klasifikasi B. Pengembangan
pembangunan rumah sakit inipun dipindahkan ke Jl. Perintis Kemerdekaan
Km. 11 Makassar, Berdekatan dengan Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.
Pada tahun 1994 RSU Dadi berubah menjadi Rumah Sakit Vertical
milik departemen kesehatan dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Dr. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan
R.I. No. 540/SK/VI/1994 sebagai rumah sakit kelas A dan sebagai rumah sakit
pendidikan serta sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di kawasan timur
Indonesia.
Pada tanggal 10 Desember 1995 RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
ditetapkan menjadi rumah sakit unit swadana dan pada tahun 1998
dikeluarkan Undang – Undang No. 30 Tahun 1997 berubah menjadi unit
Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak ( PNBP ). Dengan terbitnya
peraturan pemerintah R.I. No. 125 tahun 2000, RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo beralih status kelembagaan menjadi Perusahaan Jawatan
(PERJAN).
6
Pada dasarnya nama RSUP Wahidin Surdirohusodo pun memiliki
sejarah dimana pada tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional bangsa Indonesia, sekaligus juga sebagai peringatan Hari Bakti
Dokter Indonesia yang pada hari itu didirikan organisasi Boedi Oetomo oleh
Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, Soeleman, dll.
Mereka adalah pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA)
atau sekolah dokter jawa, yang mempunyai cita-cita untuk mengangkat derajat
bangsanya dari “cibiran” kaum penjajah. Bahkan berdirinya pun di salah satu
ruangan gedung STOVIA, yang sekarang menjadi kampus FKUI Jakarta.
Sekolah kedokteran STOVIA menjadi saksi betapa siswa-siswa sekolah
kedokteran turut ambil bagian bagi perjalanan sejarah bangsa ini. Minggu, 20
Mei 1908, pukul 9 pagi di ruang kuliah anatomi, sebuah perkumpulan
bernama Boedi Oetomo berdiri. Perkumpulan ini lahir di atas kesadaran para
pendirinya, betapa penjajahan melahirkan kebodohan, kemelaratan, dan
penderitaan bagi rakyat. Maka, kemajuan perlu dikejar salah satunya dengan
pendidikan. Hanya dengan kepandaian dan kecerdasan cita-cita luhur sebuah
bangsa dapat diperjuangkan. Cukuplah bangsa Indonesia direndahkan
martabatnya oleh bangsa lain dalam hal ini penjajah sebagai bangsa yang
bodoh dan dapat diambil keuntungan sebanyak-banyaknya.
Apa yang diusahakan Soetomo dan rekan-rekannya tidak terlepas dari
idealisme seorang Dr. Wahidin Soedirohoesodo. Dokter yang telah pensiun ini
menjadi pimpinan redaksi surat kabar "Retnodhumilah" tahun 1901-1906.
Melalui surat kabar tersebut, Wahidin selalu berusaha membangkitkan
pengertian golongan priyayi Bumiputera agar memberikan bantuan pada
rakyat untuk meningkatkan kecerdasan mereka. Caranya adalah dengan
membentuk Studiefonds atau dana pendidikan. Sekolah-sekolah yang sudah
ada berdiri lebih ditujukan untuk kepentingan Belanda, yang membutuhkan
tenaga yang dapat membaca dan menulis dikarenakan jika harus selalu
mendatangkan tenaga dari Belanda maka memiliki ongkos yang terlalu besar.
Wahidin sendiri adalah lulusan Sekolah Dokter Jawa Weltevreden dan
7
selanjutnya menjadi asisten dosen di almamaternya. Meski suaranya
menghimbau kalangan pribumi cukup keras melalui tulisan-tulisannya, namun
Wahidin merasa seruan tersebut tidak membuahkan hasil. Wahidin pun
mencoba cara lain, yaitu dengan terjun langsung ke lapangan
mempropagandakan cita-citanya ke kalangan para bangsawan atau priyayi-
priyayi bumiputera. Ia pun mengadakan perjalanan keliling Jawa menemui
kalangan elit masyarakat, mengajak mereka ikut aktif memikirkan pendidikan
bangsa yang masih rendah tingkat kecerdasannya. Ia membiayai sendiri
perjalanannya tersebut. Akhir tahun 1907, dalam perjalanan menuju Banten,
Wahidin singgah di Stovia. Ia memaparkan cita-citanya kepada R. Soetomo
dan M. Soeradji dan kedua siswa STOVIA tersebut sangat terkesan oleh
segala upaya Wahidin. Dari pertemuan inilah Soetomo semakin terbakar untuk
mendirikan Boedi Oetomo.
Apa yang dilakukan Dr.Wahidin Sudirohusodo, menunjukkan
bagaimana peran seorang dokter yang berjuang ikhlas untuk kepentingan
bangsanya meski untuk itu ia menghabiskan harta kekayaannya, dan
perjuangan beliau dapat direfleksikan pada kondisi kekinian khususnya bagi
komunitas RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, dimana kepedulian
terhadap kondisi kesehatan masyarakat, berupa tingginya penyakit-penyakit
infeksi seperti TB,AIDS & flu-burung, makin meningkatnya kasus penyakit
metabolik & kanker, masih tingginya angka kematian ibu & bayi serta kondisi
rawan bencana alam khususnya di wilayah indonesia timur, tetap menjadi
fokus utama bagi kita semua. Perhatian dan kepedulian itu tidak cukup hanya
dengan optimalisasi pelayanan di dalam rumah sakit namun juga keluar
tembok rumah sakit dalam meningkatkan tanggung-jawab pembinaan terhadap
rumah-sakit rumah sakit daerah.
B. Visi Misi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana
RSUP. Dr.. Wahidin Sudirohusodo harus dibawa dan berkarya secara
8
produktif, inovatif konsisten serta antsipatif terhadap perubahan. Visi tidak
lain adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. Dengan mengacu pada batasan
tersebut, visi RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah: “Menjadi Rumah
Sakit Bertaraf Internasional pada tahun 2015”.
Untuk mewujudkan visi tersebut, RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo
mencanangkan 3 misi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, berkualitas dan
terjangkau
2. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang berkualitas
3. Menyelenggarakan usaha lain yang menunjang kegiatan pelayanan dan
pendidikan. Dan untuk memotivasi organisasi agar dapat mewujudkan
tujuannya, maka RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo membuat moto
yaitu “Dengan Budaya Sipakatau Kami Melayani dengan Hati”
C. Struktur Organisasi
Pihak yang mengelola perusahaan diatur sedemikian rupa dalam
suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar
tertentu yang menunjukkan hubungan suatu organisasi dan individu-individu
yang berbeda di dalam suatu organisasi, melalui suatu struktur organisasi
maka tugas dan wewenang dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketaui
dengan jelas dan tegas, sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi
dapat bekerja bersama- sama secara harmonis. Untuk mencapai keberhasilan
yang diharapkan, struktur organisasi perusahaan merupakan salah satu unsur
yang menentukan untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan perusahaan.
Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat pengatur
maupun pengawas usaha pelaksanaan pencapaian tujuan perusahaan sehingga
usaha-usaha yang dilakukan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Struktur
organisasi yang disusun dengan baik dan jelas akan membantu melaksanakan
9
pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan tegas antara suatu bagian
dengan bagian lainnya, baik pada tingkat manajemen atas, menengah, maupun
tingkat bawah. Suatu perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang
sesuai dengan sifat dan jenis usahanya.
Pada gambar berikut ini kita akan dapat melihat bentuk struktur
organisasi dari RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo:
Gambar 3.1 Bagan Stuktur Organisasi RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
DEWAN
PENGAWAS
DIREKTUR
UTAMA
DIREKTUR
SARANA
DAN SDM
DIREKTUR
ADMINISTRASI
DAN
KEUANGAN DIREKTUR
PELAYANAN
DAN
PENDIDIKAN
DIREKTUR
PERENCANAAN
PENGEMBANGAN
DAN FARMASI
UNIT PELAYANAN
DAN INSTALASI
DIVISI
DIVISI
DIVISI
DIVISI
10
Adapun Kegunaan dari pembagian tugas dalam sebuah organisasi/
perusahaan adalah :
1. Untuk menghemat waktu dan tenaga.
2. Mencegah adanya penumpukan pekerjaan dalam suatu bagian.
3. Mempermudah pengawasan oleh pihak atasan.
4. Mempermudah pelaksanaan kerja.
Berikut ini dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab masing-masing
komponen organisasi RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo:
1. Direktur Administrasi dan Keuangan
Mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama
dalam hal memonitor seluruh arus keuangan perusahaan dan sistem administrasi
rumah sakit, pengkoordinasian pengelolaan dengan divisi-divisinya.
2. Direktur Pelayanan dan Pendidikan
Mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama
dalam hal penyusunan rencana kerja bidang pelayanan dan pendidikan,
pengkoordinasian pengelolaan dengan divisi-divisinya, penyelenggaraan kegiatan
pendidikan formal dan non formal bagi pegawai serta kegiatan penelitian seluruh
bidang keilmuan, baik medis, keperawatan, maupun manajemen administrasi,
pelaksanaan evaluasi hasil dan monitoring
3. Direktur Sarana dan SDM
Mempunyai tugas membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama
dalam hal mengkoordinasikan divisi-divisi bagian pendidikan dan pelatihan,
penelitian, bagian sumber daya manusia dan bagian Sarana dan Prasarana Medik
dan Non Medik.
4. Direktur Perencanaan Pengembangan dan Promosi
11
Mempunyai tanggung jawab kepada Direktur Utama untuk melakukan
pengembangan RSUP.Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, yang tidak hanya
dilakukan dengan peningkatan pelayanan namun mempromosikan rumah sakit
dengan membangun citra yang baik dimana menjadikan RSUP.Dr.Wahidin
Sudirohusodo sebagai salah satu rumah sakit yang bertaraf Internasional.
5. Direktur Utama
Bertanggung jawab langsung kepada Dewan Pengawas.Dalam melaksanakan
tugasnya, direktur utama membawahi 4 direktur. Direktur utama bertugas untuk
memonitor jalannya operasional perusahaan.
6. Dewan Pengawas
Mempunyai tugas mengawasi seluruh kinerja RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
dalam mencapai tujuan.
Adapun pelayanan RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar, yaitu sebagai
berikut:
1. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan ditunjang poliklinik spesialis dan sub spesialis yang
ditangani oleh 195 dokter ahli meliputi pelayanan Bedah Umum, Bedah Tumor,
Bedah Anak, Bedah Ortopedi, Bedah Urologi, Bedah Saraf, Kardiologi, Anak.
Berikut penjelasannya:
- Penyakit dalam meliputi paru-paru, endokirin, saluran cerna,
hematologi, onkologi, reumatologi dan geriatric
- Kebidanan dan Kandungan meliputi Obsterti umum, Ginekologi,
Infertil, Fetomaternal, Urogenital, Onkologi, THT, Mata, Kulit dan
Kelamin, Gigi dan Mulut, Neurologi, dan Jiwa.
12
Bagi pasien yang mempunyai waktu terbatas dan menginginkan dilayani
oleh dokter yang diinginkan, disediakan Poliklinik Perjanjian. Kemudian terdapat
General Check Up disediakan untuk memonitor tingkat kebugaran dan dapat
mendeteksi dini adanya penyakit-penyakit yang diidap oleh pasien. Fasilitas lain
yang dimiliki adalah pelayanan nefrologi dan urologi yang menyediakan fasilitas
cuci darah (hemodialisa) untuk pasien gagal ginjal.
2. Pelayanan Rawat Inap
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai segmen, telah
disediakan 600 tempat tidur mulai dari kelas 3 hingga pelayanan super VIP yang
didukung dengan berbagai kemudahan pelayanan antara lain :
- Customer Information yang akan memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh pelanggan.
- Customer Admission yang akan mengurus kebutuhan administrasi
pelanggan.
- Customer Care yang akan membantu menangani berbagai keluhan
pelanggan.
- Customer Relation yang akan memelihara hubungan dengan pelanggan
dan bagi pelangan yang memilih pelayanan super VIP maka pelanggan
dapat memilih dirawat oleh dokter ahli yang diinginkan.
3. Pelayanan Rawat Darurat
Pelayanan rawat darurat terletak disebelah kiri pintu utama yang
memberikan pelayanan cepat dan professional oleh tim dokter dan paramedic
yang bersertifikat penanganan life saving serta dilengkapi dengan dokter ahli yang
siap 24 jam yang meliputi 7 spesialisasi. Pelayanan Medis Gawat Darurat yang
meliputi:
- Gawat Darurat Bedah
- Gawat Darurat Non Bedah
- Gawat Darurat Obstetri Gynekology
- Gawat Darurat Pediatric
13
- Pelayanan Khusus meliputi Pelayanan Penanggulangan Gawat Darurat
Bencana oleh tim BSB (Brigade Siaga Bencana) serta Tim Siaga untuk
pejabat Negara dan tamu Negara yang sesuai dengan aturan yang
ditentukan.
- Pelayanan Gawat Darurat juga dilengkapi dengan 5 kamar operasi
untuk menangani pasien yang memerlukan tindakan operasi
emergensi, serta pelayanan penunjang yang siap 24 jam sperti CT
Scan, Radiodiagnostik lainnya, Laboratorium serta Bank Darah.
4. Pelayanan Intensif
Pelayanan Intensif untuk semua pasien baik pasien dewasa pada ICU
(Intensive Care Unit) maupun pasien anak pada PICU (Pediatric Intensive Care
Unit). Unit ini dilengkapi dengan sarana yang lengkap dan mutakhir seperti
ventilator dengan berbagai mode, terapi titrasi serta pelayanan terbaru saat ini
yaitu terapi kontinyu pengganti fungsi ginjal (CRRT) dengan dokter jaga 24 jam
dengan kualifikasi konsultan intensive care (KIC) serta pasien mendapatkan
pemantauan hemodinamik invasive dan non invasive secara ketat oleh perawatan-
perawatan yang professional.
5. Pelayanan Bedah Sentral
Pelayan ini memiliki 10 kamar operasi yang didukung oleh 52 dokter ahli
dari 12 jenis keahlian yaitu:
- Bedah Saraf - Bedah Thorax / Jantung
- Bedah Anak - Bedah Umum / Vasculer
- Bedah Tumor - Bedah Urologi
- Bedah Orthopedi - Bedah Obgyn
- Bedah Plastik - Bedah THT
- Bedah Digestif - Bedah Mata
Pelayanan ini juga didukung oleh 6 ahli anastesi, tenaga paramedic terlatih
serta peralatan peralatan yang canggih antara lain mesin anastesi yang modern
dengan monitor invasive dan non invasive, microscope untuk bedah mikro, bedah
laser untuk operasi mata, peralatan bedah endoscopy untuk berbagai bidang
seperti ; THT, Urologi, Ortopedi, Obgyn dan Digestif.
14
6. Pelayanan Rehabilitasi Medik
Pelayanan rehabilitasi medic melaksanakan pelayanan secara tim yang
dipimpin oleh dokter ahli rehabilitasi medik dan dibantu dengan tenaga fisioterapi,
tenaga ocupasy therapy, tenaga speech therapy serta tenaga orothetic prosthetic.
Pelayanan ini juga dilengkapi dengan peralatan canggih untuk memberikan
pelayanan rehabilitasi seperti:
- Rehabilitasi Musculoskeletal
- Rehabilitasi Penyakit Paru-Paru
- Rehabilitasi penyakit Neuromuskuler
- Rehabilitasi Cardiovascular
- Rehabilitasi Anak.
7. Pelayanan Laboratorium
Pelayanan Laboratorium ini berfungsi sebagai penunjang diagnostik
memberikan pelayanan hematologi dan bank darah, kimi klinik, imunlogi, cairan
tubuh, mikrobiologi, parasitology, serta pelayanan patologi anatomi. Pelayanan ini
menyediakan pelayanan 24 jam yang didukung oleh tenaga yang terampil,
peralatan yang canggih dengan internal quality control yang ketat.
8. Cardiac Center
Cardiac center memberikan pelayanan terpadu tentang masalah – masalah
penyakit jantung da pembulu darah untuk pasien anak dan dewasa yang meliputi
penanganan kegawatdaruratan jantung, rawat jalan untuk pasien penyakit jantung
dan penanganan intensif (ICCU).
Cardiac Center dilengkapi dengan peralatan penunjang yang canggih
seperti tread mill. Echocardiography, dan cateterisasi jantung yang dapat
mendeteksi dini berbagai kelainan pada jantung dan pemasangan stent untuk
melebarkan pembuluh nadi tanpa operasi.
9. Pelayanan Radiologi
Pelayanan radiology memberikan pelayanan radio imaging serta pelayanan
radiotherapy. Pelayanan ini memiliki 15 orang tenaga ahli radiology dan
radiotherapy serta ditunjang dengan alat-alat canggih seperti: CT Scan, MRI,
Mammography, USG, After loading dan C.arm
15
10. Pelayanan Farmasi
Instalasi farmasi menyediakan fasilitas untuk melakukan kegiatan :
- Peracikan obat
- Penyimpanan dan penyaluran obat – obatan dan bahan kimia ke unit-
unit pelayanan
- Penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, alat perawatan, dan alat
kesehatan lainnya ke unit – unit pelayanan
- Pelayanan kefarmasian untuk pasien
- Penyuluhan obat ke masyarakat rumah sakit
Jumlah tenaga kerja yang tersedia yaitu 2 orang spesialis farmasi
rumah sakit, 21 orang apoteker, 40 orang asisten apoteker serta dibantu
beberapa tenaga administrasi.
Instalasi ini dalam pengembangan penerapan system
pharmaceutical careyaitu pelayanan kefarmasian di ruang rawat inap
dan rawat jalan yang meliputi drug history, unit dose, pemantauan zero
defect, pemantauan pemakaian obat, informasi obat dan konseling obat
pasien. Pelayanan tersebut ditunjuk agar pasien mendapatkan
informasi yang jelas mengenai obat – obatan yang di gunakan atau
dikonsumsinya sehingga membantu efektivitas pengobatan secara
optimal.
11. Pendidikan dan Pelatihan
Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi SDM rumah sakit baik untuk
tenaga medis, paramedic dan non medis serta melaksanakan pelatihan bagi tenaga
kesehatan di kawasan Indonesia timur.
12. Pelayanan laundry
Untuk mendukung pelayanan medis di rumah sakit, pelayanan laundry
menyiapkan berbagai keperluan linier dan laundry pada unit pelayanan dan satuan
pelayanan baik untuk kebutuhan rawat jalan, rawat inap, ICU maupun COT.
16
D. Struktur Manajemen
1. Definisi Tenaga Keperawatan
Pengelolaan tenaga keperawatan adalah pengaturan, mobilisasi
potensi, proses motivasi, dan pengenbangan sumber daya manusia dalam
memenuhi kepuasan dalam karyanya. Keputusan yang diambil tentang
ketenagakerjaan sangat dipengaruhi oleh falsafah yang dianut oleh
pimpinan keperawatan tentang pendayagunaan tenaga kerja, misalnya,
pandangan tentang motivasi kerja dan konsep tentang tenaga
keperawatan. Dari pandangan dasar Tersebut akan terbentuk pola tenaga
kerjaan yang disesuaikan dengan gambaran pimpinan.
2. Tahap-Tahap Pengelolaan Tenaga Kerja Keperawatan
a. Perekrutan Dan Seleksi Tenaga Kerja
Perekrutan dan seleksi tenaga kerja menerima pegawai adalah
tugas yang sulit dan dapat menyebabkan kecemasan. Akan tetapi disatu
sisi hal ini merupakan kesempatan penting untuk mengadakkan
perubahan dan pengembangan staf. Langkah pertama pada perekrutan
adalah menstimulasi calon untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Hal ini
tidak sederhana karena tidak hanya segi teknis kualifikasi, melainkan
juga kualitas individu harus sesuai dengan pekerjaaan dan susunan.
Tujuan organisasi dalam usaha perekrutan jangan tergesa-gesa karena
dapat mengakibatkan hasil seleksi yang tidak memuaskan. Selain itu,
tempat penempatan tenaga kerja harus sesuai dengan kondisi kerja yang
efisien.
Dalam perekrutan, ada lima kriteria yang perlu diperhatikan,
kriteria yang dimaksud yaitu :
a. Profil keperawatan saat ini
b. Program perekrutan
c. Metode perekrutan
d. Program pengembangan tenaga baru
Prosedur penerimaan, yang melalui tahap seleksi, penentuan
kualifikasi dasar seleksi, proses seleksi dan prosedur lamaran. Selain
17
kriteria perekrutan diatas, hal-hal lain yang harus diperhatikan aadalah
sebaagai berikut:
1) Data biografi, berisikan riwayat personal calon, latar belakang
pendidikan, riwayat dan pengalaman kerja serta data lain yang
dapat menunjang.
2) Surat rekomendasi atau referensi dari perusahaan atau instasi
dimana calon bekerja sebelumnya.
3) Wawancara, untuk mencari informasi, memberi informasi, dan
menentukan apakah calon memenuhi persyaratan untuk posisi
tertentu.
4) Psikotes untuk mengetahui tingkat pengertahuan, ketrampilan,
bakat dan sikap umum calon.
b. Orientasi Tenaga Keperawatan
Orientasi dan pengembangan dalam kaitannya dengan perekrutan,
yaitu:
a) Orientasi institusi, yang melibatkan penjelasan tentang:
1) Misi tentang rumah sakit, riwayat dan tujuan spesifik rumah
sakit atau organisasi
2) Struktur dan kepemimpinan
3) Kebijakan personalia,evaluasi kerja, promosi,cuti dan lain
sebagainya
4) Prilaku yang diharapkan,pengembangan staf daan prograam
pembinaan yang ada
5) Hubungan antar karyawan daan hubungan dengan pimpinan
b) Orientasi pekerjaan yang melibatkaan tindakan untuk :
1) Memahami tujuan bagi keperawatan dan bagimana tujuan
diterjemahkan kedalam deskripsi pekerjaaan
2) Memahami tujuan keperawatan dalam hubungannya dengan
tujuan individu
3) Menciptakan hubungan interpersonal
4) Memperkenalkan pekerjaan, prosedur dan pekerjan yang ada
18
5) Melakukan orientasi tempat,fasilitas dan perlengkapan yang
ada.
Pengembangan Staff
Pengembangan staf, yang berlaku sesudah orientasi. Hal ini
dilakukan untuk melanjutkan edukasi secara bebas dan
mengembangkan potensi secara penuh dari seseorang dengan
estetiks,teknis dan pendidikan profesional.
c. Penghargaan
Penghargaan yang bisa diberikan pada pegawai/karyawan, berupa :
1. Promosi kenaikan pangkat
a) Merupakaan reward untuk individu yaang berprestasi atau
kesempatan pengembangan.
b) Mempertimbangkan senioritas
Manfaat dari promosi yaitu :
a) Mempertinggi semangat kerja bagi yang berprestasi
b) Menciptakan keseimbangan
c) Memotivasi.
2. Mutasi, yaitu pemindahan dari suatu pekerjaan atau jabatan lain
Tujuan dari mutasi yaitu :
1) Pengembangan
2) Mengurangi kejenuhan
3) Reorganisaasi
4) Memperbaiki penempatan tenagaa kerja yaang kurang cocok
5) Memberi kepuasn kerja danMemperbaiki kondisi kesehatan.
3. Hambatan Dalam Ketenagakerjaan
Hambatan dalam ketenagakerjaan yang biasanya muncul adalah:
1. Absensi (Kariawan Tidak Masuk Kerja)
Hal ini merupakan kehilangan waktu yang mengakibaatkan kerugian
secara kualitas dan ekonomi bagi instasi:
a. Persentase absensi
b. Jumlah hari kerja yang hilang
19
c. Jumlah hari kerja efektif
Rata-rata frekuensi absensi per tahun :
1) Total hari absen
2) Rata-rata jumlah karyawan
Faktor absensi (tidak masuk kerja) biasanya karena tempat tinggal
jauh, kelompok karyawan yang banyak dan sakit.
a. Pola absensi
b. Sering-pendek-pendek
c. Jarang- panjang
d. Hari-haari tertentu.
Cara mengurangi absensi:
a. Menerapkan sistem pencatatan
b. Melakukan kunjungan rumah
c. Memperhatikan kesejahteran karyawan
d. Meningkatkan kondisi tempat kerja
e. Memperbaiki suasana kerja
f. Menerapkan sistem penghargaan bagi karyawan yng tidak
pernah atau sedikit absensinya.
2. Keluar Masuknya Tenaga Kerja (Turn - Over)
Penghitungan dalam mengurangi turn-over dapat dilakukan pada
waktu :
a. Proses penerimaan karyawan
b. Peningkatan penugasan
c. Perubaahan job-description
d. Pengembangan
e. Jumlah tenaga kerja yang keluar
f. Jumlah tenaga kerja dalam unit
3. Kejenuhan ( Burn - Out)
Merupakan keadaaan dimana karyawaan merasa kemampuan dirinya
semaakin kurang dan kerja keras menjadi kurang produktif. Hal itu
biasanya disebabkan oleh:
20
a. Peran dan fungsi yang kurang jelas
b. Perasaan terisolasi
c. Beban kerja berlebihan
d. Terlalu lama disuaatu bagian.
4. Pengembangan Staf
Tujuannya adalah membantu individu untuk meningkatkan diri dalam
pengetahuan, keterampilan serta pengalaman dibidangnya melalui kegiatan
pendidikan berkelanjutan, prograam pelatihan dan lain sebagainya. Berbagai
macaam pengembangan penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan baik
pelatihan maupun pendidikan yang bermaanfaat untuk pekerjaaan, pengetahuan,
ketrampilan, serta sikap perawat.
Kegiaatan ini meliputi:
1. Pelatihan awal (introduction training) untuk karyawan baru
2. Orientasi pendidikan dalam pengerjaan (education on-the job)
3. Pendidikan berkelanjutan baik formal maupun non formal.
Pengaturannya :
a. Di RS yang besar terdapat pada bagian tersendiri yang ada
kaitaannya pada bagian personalia
b. Bagian keperawatan membuat komisi atau diklat.
5. Perencanaan Ketenagakerjaan Keperawatan
Merupakan salah satu fungsi utamaa seorang pemimpin organisasi,
termaksud organisasi keperawatan. Keberhasilan suatu organisasi saalah satunya
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Hal ini berhubungan erat
dengan bagaimana seorang pimpinan merencanakan ketenagaan diunit kerjanya.
Langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Drucicter dan Gillies
(1994) meliputi hal-haal sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan
diberikan.
b. Menentukan kategori perawat yang akaan ditugskaan untuk
melaksanakan pelayaanaan keperawatan.
21
c. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawaat yaang
dibutuhkan.
d. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
e. Melakukan selekssi calon-calon yng ada.
f. Menentukaan tebaga perawt sesuai dengan unit atu shif.
g. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan.
6. Sistem Penugasan
1) Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan pertama pada saat perang dunia ke-2 . pada
saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka
setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi, misalnya merawat
luka kepada semua pasien di bangsal.
Sistem ini secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:
Kelebihan:
a. Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
22
b. Perawatan senior menyibukkan diri dengan tugas manejerial
sedangkan perwaatan pasien diserahkan kepadaperawaat junior dan
atau perawat yang belum berpengalaman.
c. Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
Kelemahan:
a. Tidak memberikan kepuasab pada pasen maupun perawat.
b. Pelayanan keperaawaatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperaawatan.
c. Persepsi perawat cenderung terhadap tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2) Keperawatan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat
professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan
berdasarkan konsep kooperatif dan kolaboratif. Model ini
menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda.
Sistem ini mempunyai kelebihan daan kekurangan sebagai berikut
Kelebihan:
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c. Memungkinkan komunikasi aantar tim,sehingga konflik mudah
diataasi dan memberi kepuasaan kepada anggotaa tim.
Kelemahaan:
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk anggota
konferensi tim,yang biasaanya membutuhkanwaktu karna sulit untuk
melaksanakan nya pada waktu – waktu sibuk.
23
a. Konsep Keperawatan Tim
Secara garis besar, konsep keperawatan tim ini terdiri atas beberapa
poin yang harus dilaksanakan yaitu:
1. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif sangat penting, agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran Kepala ruangan dalam metode ini snagat penting. Artinya,
metode tim ini akan berhasil dengan baik hanya bila didukung oleh
kepala ruangan.
b. Tanggung jawab anggota tim
Tanggung jawab anggota tim yaitu:
1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berada di
bawah tanggung jawabnya.
2. Bekerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
3. Memberikan laporan.
c. Tanggung jawab ketua tim
Tanggung jawab ketua tim, yaitu:
1. Membuat perencanaan.
2. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
3. Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien.
4. Mengembangkan kemampuan anggota.
5. Menyelenggarakan konferensi.
d. Tanggung jawab kepala ruangan
Secara garis besar, tanggung jawab kepala ruangan terbagi menjadi
empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan.
1. Perencanaan
24
Perencanaan seharusnya menjadi tanggung jawab kepala ruangan
pada tahap perencanaan. Tugas bagian perencanaan ialah :
- Menunjuk ketua tim untuk bertugas di ruangan masing-masing.
- Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
- Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, seperti pasien
gawat, pasien transisi, atau pasien persiapan pulang, bersama
ketua tim.
- Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, serta
mengatur penugasan/penjadwalan.
- Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
- Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
- Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan. Dalam hal
ini yang dapat dilakukan yaitu membimbing pelaksanaan
asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan
diskusi untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi
kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.
- Membantu mengembangkan niat untuk mengikuti pendidikan
dan pelatihan diri.
- Membantu membimbing peserta didik keperawatan
- Menjaga terwujudnya visi dam misi keperawatan dan rumah
sakit.
2. Pengorganisasian
Tahap pengorganisasian dalam melaksanakan tugas meliputi :
- Merumuskan metode penugasan yang digunakan
- Merumuskan tujuan metode penugasan
25
- Membuat rentang kendali kepala ruangan yang membawahi
dua ketua tim dan ketua tim yang membawahi 2-3 perawat.
- Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
- Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
- Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
- Mendelegasikan tugas saat tidak berada di tempat kepada ketua
tim.
- Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
- Mengatur penugasan jadwal pos dari pakarnya.
- Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan
3. Pengarahan
Tahap pengarahan meliputi:
- Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
- Member pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
- Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
- Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
- Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
- Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melakukan tugasnya.
- Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
4. Pengawasan
a. Pengawasan langsung terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Melalui komunikasi
26
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien.
- Melalui supervise
Supervisi dapat dilakukan dengan cara:
Pengawasan langsung melalui inspeksi , mengamati sendiri,
atau melalui laporan secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada
saat itu juga.
b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan). Selain itu, mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
5. Evaluasi yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim.
3) Keperawatan Primer
Adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawaatan pasien.
Secara garis besar sisstem keperawatan primer memilikiu kelebihan
dan kekurangan sebaagai berikut:
27
Kelebihan :
a. Bersifat kontinu dan kompeherensif
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah
sakit (Gillies,1989).
Kelemahan:
Hanya dapat dilaakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
dan pengetahuan yang memadai dan kriteria asertif, self
direction,memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yangf
tepat, menguasai keperawatan klinik,akuntabel,serta mampu
berkolaborasidengan berbagai disiplin.
4) Manajemen Kasus
Dalam model ini perawat ditugaskaan untuk melayani seluruh
kebutuhn pasien saat berdinas. Hal ini umumnya dilaksanakan untuk
perawatan privat atau untuk perawataan khusus seperti ruang isolasi
dan intensive care. Manajemen kasus secara umum mempunyai
kelebihaan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah
28
Kekurangan:
a. Perawat penanggung jawab belum dapat teridentifikasi
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar
yang sama.
7. Penjadwalan
Penentuan pola dinas dan libur untuk karyawan pada suatu bangsal atau
unit tertentu. Pertimbangan pimpinan dalam penjadualan:
a. Berapa lama jadwal disiapkan
b. Hari apa kalender penjadwalan mulai
c. Hari libur atau mingguan dapaat dipecah / beruntun
d. Waktu kerja maksimum dan minimum
e. Berapa lama waktu untuk mengajukan libur mingguan /cuti
Prinsip Penjadwalan
a. Keseimbangan kebutuhan tenagaa dan pekerjan serta rekreasi
b. Siklus penjadualan serta jam kerja adil antar staf
c. Semua karyawan ditugaskan sesuai siklus
d. Bila jadwal sudah dibuat penyimpangan dilakukan melalui surat
permohonan
29
e. Jumlah tenaga serta komposisi cukup untuk tiap unit atau shif
f. Jadwal harus dapat meningkatkan perawatan yang berkesinambungan
dan pengembangan kerja tim.
Hal Yang Perlu Diperhatikan pada Penjadwalan
Jadwal dikembangkan bersifat relatif permanen didasarkan kebutuhan.
a. Perawat dapat mengantisipasi waktu libur mereka karna jadwal
dikembangkan untuk kurung waktu 6-12 bulan
b. Perencanaan personeldibuat sesuai dengan alasan daan kenyataan
c. Dapat dimodifikasi untuk antisipasi periode kelebihan beban kerja atau
bersifat sementara untuk memenuhi keadaan emergensi
d. Jadwal dibangun berdasarkanpersetujuan staf dan manejer
e. Pola siklus jadwal dapat merefleksikan kebijakan,kelebihan beban/
menurunnya beban kerja dan pilihan staf.
f. Pola siklus dievaluasisecara periodik untuk memenuhi filosofi,tujuan
dan sasaaran organisasi divisi keperawatan.
8. Permasalahan Staf
Berbagai permasalahn staf yang sering terjadi adalah:
a. Absensi
1) Demografi ; kodrat sebagai wanita (melahirkan,menyusui)
2) Kehidupan pribadi (pengalaman traumatik atau masaalah
keluarga)
3) Kebutuhan seseorang
4) Kebijakaan organisasi
5) Perencanaan dan penjaadwalaan tidak sesuai dengan
keinginannya.
b. Upaya mengatasinya
1) ada daftar hadir
2) pola absen individu
3) pengembangan ketrampilan
4) sistem penghargaan dan
5) sediakan pengobataan.
30
“Turn – over” (keluar masuk)
Terjadi karna tidak ada kesesuaiaan kebutuhan organisasi terhadap tenaga dengan
kebutuhan tenaga terhadap harga diri, aktualisasi diri, pengembaangan dan lain-
lain.
Faktor-faktor yang berhubungan:
a. Kondisi ekonomi secara umum
b. Kondisi pasaran pegawai setempat
c. Keamanan dan keselamatan kerja
d. Kebijakaan sistem pelayann yang berlaku
Cara mengatasi:
a. Perbaikan uraian kerja
b. Perubahansistem rekruitmen
c. Penempatan yang tepat
d. Program orientasi dan
e. Penjadwalan
“Burn – out” (kejenuhan)
Terjadi karna individu merasa tidak mampu mengatasi maslah aataau tidak
produktif:
a. Tidak yakin terhadaap peran dan tanggung jawabnya
b. Merasa kurang diperhatikan
c. Tidak tahu berbuat apa setelah berupaya semaksimal mungkin
Mengatasi burn-out:
a. Mobilisasi karier
b. Cross training
c. Mobilisasi dinas
9. Sistem Klasifikasi Dan Menentukan Kebutuhan Staf Perawat
Menurut hubert (1996) adalah Pengelompokan pasien sesuai dengan standar
pengkajian pelayanan keperawatan yang dibutuhkan. Sedangkan menurut Gillies
(1994) adalah pengelompokan pasien menurut jumlah dan kompleksitas
pelayanan yang dibutuhkan.
31
Tujuan klasifikasi pasien :
a. Menentukan jumlah dan jenis staf yang dibutuhkan
b. Menentukan sistem penugasan yang efektif
c. Menentukan anggaran biaya pelayanan keperawaytan yang sebenarnya
d. Memberi kemampuan pada manajer keperawatan untuk
mengendalikan dan menguasai pelayanan
e. Keberimbangan produkrifitas output dan input.
10. Menentukan Jam Keperawatan
Data klasifikasi pasien, beban kerja dianalisa setiap hari selama seminggu (kritikal
care) untuk menentukan kebutuhan staf. Jumlah jam keperawatan dibutuhkan
pasien sehari adalah jumlah total kebutuhan keperawatan dalam unit dibagi
dengan jumlah pasien. Misalnya: 26 pasien dengan jumlah jam keperawatan 109,5
jam sehingga rata-rata jumlah jam keperawatan 5,3 jam.
11. Menentukan Kebutuhan Staf Perawat
Berbagai metode perhitungan tenaga perawat dapat digunakan namun
prinsip dasar nya dapat mencakup beberapa hal dibawah ini :
Perhitungan tenaga keperawatan dasar pada :
a. Derajat ketergantungan pasien
b. Kualifikasi pasien (SC, PC, TC, IC)
c. Jumlah jam keperawatan (2,5 jam ; 4,5 jam ; 6-6,5 jam ; 9-10 jam )
d. Efektifitas kerja perawat
e. Dinas pagi 6 jam
f. Dinas sore 7 jam
g. Dinasmalam 9 jam
Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan
beberapa faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya sebagai berikut:
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
c. Rata-rata hari perawatan klien
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
32
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g. Pemberian cuti.
12. Klasifikasi Klien berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Menurut Doglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi
klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan
standar sebagai berikut:
a. Kategori I: self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2
jam/hari
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makanan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) Perawatan luka swederhana
b. Kategori II: Intermediate care/perawatan partial, memerlukan 3-4
jam/hari
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu
4) Pengobatan dengan injeksi
5) Klien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran dicatat
6) Klien dengan infuse dank lien dengan pleura pungsi
c. Kategori III: Total care/Intensif care, memerlukan 5-6 jam/hari
1) Semua kebutuhan klien dibantu
2) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
4) Makan dan minum melalui selang lambung
5) Pengobatan intravena “perdrip”
6) Dilakukan suction
7) Gelisah/disorientasi
8) Perawatan luka kompleks
33
Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenaga Keperawatan
a. Metode Douglas
Douglas (1983, dalam swansburg & swansburg, 1999) menetapkan
jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifikasi pasien, dimaan masing-masing kategori nilai
standar shiftnya, yaitu sebagai berikut:
Jml
klien
Klasifikasi Pasien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst
Contoh:
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan
ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan parsial dan 6
orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan:
Minimal Parsial Total Jumlah
Pagi 0,17 x 3 =
0,51
0,27 x 8 =
2,16
0,36 x 6 =
2,16
4,83 (5) orang
Sore 0,14 x 3 =
0,42
0,15 x 8 =
1,2
0,3 x 6 =
1,8
3,42 (4) orang
Malam 0,07 x 3 =
0,21
0,10 x 8 =
0,8
0,2 x 6 =
1,2
2,21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang
b. Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III : 4,5 jam/hari
Kelas IV : 6 jam/hari
34
Untuk tiga kali pergantian shift → pagi : sore : malam = 35% : 35% :
30%
Contoh:
Rata-rata jumlah klien:
1. Kelas I : 3 orang 2 jam/hari = 6 jam
2. Kelas II : 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam
3. Kelas III : 4 orang x 4,5 jam/hari = 18 jam
4. Kelas IV : 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam
Jumlah jam: 60 jam
- Pagi/sore = 60 jam x 35% = 2,625 orang (3 orang)
8 jam
- Malam = 60 jam x 30% = 2,25% orang (2 orang)
8 jam
Jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
c. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di
suatu unit perawatan adalah sebagai berikut:
Jumlah jam perawatan rata-rata jumlah
Yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari
hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur jumlah
jam kerja
Masing-masing tiap perawat
Perawat
Jumlah keperawatan yang dibutuhkan/tahun
= jumlah jam keperawatan yang diberikan perawat/tahun
= jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah:
35
1) Waktu keperawatan langsung (rata-rata 45 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah: keperawatan mandiri (self care) = ¼
x 4 = 1 jam, keperawatan partial (partial care) = ¼ x 4 = 3 jam,
keperawatan total (total care) = 1-1,5 x 4 = 4-6 jam dan
keperawatan intensif (intensif care) = 2 x 4 = 8 jam.
2) Waktu keperawatan tidak langusng
- Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
- Menurut Wolfe & Young (Gillie, 1994) = 60 menit/klien/hari =
1 jam/klien/hari
3) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/klien/hari =
0,25 jam/klien/hari
4) Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat disuatu
unit berdasarkan rata-rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate
(BOR) dengan rumus:
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah tempat tidur x 365 hari
- Jumlah hari pertahun yaitu: 365 hari
- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu: 73 hari
(hari minggu/libur = 52 hari) untuk hari sabtu tergantung
kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari
libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya,
hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari.
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam perminggu
(kalau hari kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6,6 = 7 jam per
hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per
hari)
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit
harus ditambah 20% (untuk antisipasi
kekurangan/cadangan)
36
- Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional =
55% : 45%
Contoh:
Rata-rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
Rata-rata = 17 klien/hari (3 orang dengan ketergantungan
minimal, 8 0rang ketergantungan parsial, dan 6 orang
ketergantungan total)
Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu (6 hari/minggu)
jadi jumlah jam kerja perhari 40 dibagi 6 = 7 7 jam/hari
Jumlah hari libur: 73 hari (52 + 8 (cuti) + 13 libur nasional)
Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Katergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam = 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
sehingga jumlah total jam keperawatan/klien/hari:
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 jam/klien/hari
Jumlah tenaga yang dibutuhkan:
4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang (15 orang)
(365 – 73) x 7 2044
Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15+3
= 18 orang/hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional =
55% : 45% = 10 : 8 orang
d. Metode Swansburg
Contoh:
37
Pada satu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata-rata perhari
Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam/klien/hari
1) Total jam perawat/hari: 17 x 5 jam = 85 jam
2) Total jam kerja / minggu = 40 jam
Jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu
Jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang.
(jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang)
Menurut Wartsler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),
merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu
hari → pagi : siang : malam = 47% : 36% : 17%
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan / hari = 14 orang
- Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
- Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
- Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
38
13. Standar Perlengkapan Ruang Rawat Inap Menurut Depkes 2007
No.
Nama Ruangan Fungsi Besaran Ruang /
Luas
Kebutuhan Fasilitas
1. Ruang Perawatan Ruang untuk pasien yang
memerlukan asuhan dan
pelayanan keperawatan dan
pengobatan secara
berkesinambungan lebih
dari 24 jam.
Tergantung Kelas
& keinginan
desain, kebutuhan
ruang 1 tt min. 7.2
m2
Tempat tidur pasien,
lemari, nurse call, meja,
kursi, televisi, tirai
pemisah bila ada, (sofa
untuk ruang perawatan
VIP).
2. Ruang Stasi Perawat
(;Nurse Station)
Ruang utk melakukan
perencanaan,
pengorganisasian asuhan
dan pelayanan keperawatan
(pre dan post-confrence,
pengaturan jadwal),
dokumentasi sampai
dengan evaluasi pasien
Min. 8 m2
(Ket : perhitungan
1 stasi perawat
untuk melayani
maksimum 25
tempat tidur)
Meja, Kursi, lemari arsip,
lemari obat,
telepon/intercom
Tersedia peralatan
keperawatan sesuai
dengan kemampuan
pelayanan yang ada, alat
monitoring untuk
pemantauan terus
menerus fungsi2 vital
pasien.
3. Ruang Konsultasi Ruang untuk melakukan
konsultasi oleh profesi
kesehatan kepada pasien
dan keluarganya.
9-16 m2 Meja, Kursi, lemari arsip,
telepon/intercom,
peralatan kantor lainnya
4. Ruang Tindakan Ruangan untuk melakukan
tindakan pada pasien baik
berupa tindakan invasive
ringan maupun non-
invasive
12-25 m2 Lemari alat periksa &
obat, tempat tidur periksa,
tangga roolstool,
wastafel, lampu periksa,
tiang infus dan
kelengkapan lainnya.
5. R. Administrasi/
Kantor
Ruang untuk
menyelenggarakan kegiatan
administrasi khususnya
pelayanan pasien di Ruang
Rawat Inap, yaitu berupa
registrasi & pendataan
pasien, penandatangan-an
surat pernyataan keluarga
pasien apabila diperlukan
tindakan operas
3~5 m2/ petugas
(min.9 m2)
Meja, Kursi, lemari arsip,
telepon/
intercom, komputer,
printer dan peralatan
kantor lainnya
6. R. Dokter Ruang Dokter terdiri dari 2
bagian :
1. Ruang kerja,
2. uang istirahat/kamar
jaga
9-16 m2 Tempat tidur, sofa,
lemari, meja/kursi,
wastafel.
7. Ruang Perawat Ruang istirahat perawat 9-16 m2 Sofa, lemari, meja/kursi,
wastafel
8. Ruang kepala
instalasi rawat inap
Ruang tempat kepala
ruangan melakukan
8-16 m2 Lemari, meja/kursi, sofa,
komputer, printer dan
39
manajemen asuhan dan
pelayanan keperawatan
diantaranya pembuatan
program kerja dan
pembinaan.
peralatan kantor lainnya
9. Ruang Linen Bersih Tempat penyimpanan
bahan-bahan linen steril/
bersih.
Min. 4 m2 Lemari
10. Ruang Linen Kotor Ruangan untuk menyimpan
bahan-bahan linen kotor
yang telah digunakan di r.
perawatan sebelum dibawa
ke r. cuci (;Laundry).
Min. 4 m2 Bak penampungan linen
kotor
11. Gudang Kotor
(Spoolhoek/Dirty
Utility
Fasilitas untuk membuang
kotoran bekas pelayanan
pasien khususnya yang
berupa cairan. Spoolhoek
berupa bak/ kloset yang
dilengkapi dengan leher
angsa (water seal).
4-6 m2 Kloset leher angsa, keran
air bersih (Sink)
Ket : tinggi bibir kloset +
80-100 m dari permukaan
lantai
12. KM/WC (pasien,
petugas, pengunjung
KM/WC KM/WC
pria/wanita luas 2
m2
– 3 m2
Kloset, wastafel, bak air
13. Dapur Kecil
(;Pantry)
Sebagai tempat untuk
menyiapkan makanan dan
minuman bagi petugas di
Ruang Rawat Inap RS.
Min. 6 m2 Kursi+meja untuk makan,
sink, dan perlengkapan
dapur lainnya.
14. Gudang Bersih Ruangan tempat
penyimpanan alat-alat
medis dan bahan-bahan
habis pakai yang
diperlukan.
Min. 6 m2 Lemari
15.. Janitor/ Ruang
Petugas Kebersihan
Ruang untuk menyimpan
alat-alat
kebersihan/cleaning
service. Pada ruang ini
terdapat area basah.
Min. 4-6 m2 Lemari/rak
16. Ruang Evakuasi
Pasien
Ruangan untuk evakuasi
pasien bila terjadi bencana
internal pada ruang
perawatan (khususnya pada
bangunan bertingkat.
Sesuai kebutuhan Instalasi telepon, kamera
CCTV
40
BAB III
Pendekatan Pengkajian Terhadap Aspek Manajemen RS (Pelayanan/Asuhan
Keperawatan)
A. Pengumpulan Data
Kuesioner Struktur Manajemen Pelayanan Keperawatan di Tingkat Ruang
Perawat Berdasarkan Pengelolaan SPSS 16
Tabel 4.1 Disrtibusi Frekuensi Berdasarkan Struktur Managemen Pelayanan
Keperawatan di Lontara I Atas Depan (n = 18)
Aspek Yang Dinilai
Kategori penilaian
Kurang Baik
F % F %
Ketenagaan (M1) 18 100 0 0
Sarana dan Prasarana (M2) 4 22.2 14 77.8
Mod
el P
rak
tek
Pel
ayan
an
Pro
fesi
on
al
(MP
KP
) (M
3-1
)
Model Asuhan Keperawatan yang
digunakan
0 0 18 100
Efektifitas dan Efisiensi Model
Keperawatan
6 33.3 12 66.7
Pelaksanaan Model Asuhan
Keperawatan
5 27.8 13 72.2
Tanggung Jawab dan Pembagian
Tugas
1 5.6 17 94.4
Timbang Terima (M3-2) 0 0 18 100
Ronde Keperawatan (M3-3) 3 16.7 15 83.3
Sen
trali
sasi
Ob
at
(M3
-4) Pengadaan Sentralisasi Obat 3 16.7 15 83.3
Alur Penerimaan Obat 12 66.7 6 33.3
Cara Penyimpanan Obat 0 0 18 100
Cara Penyiapan Obat 2 11.1 16 88.9
Penerimaan Pasien Baru (PPB) (M3-5) 2 11.1 16 88.9
Discharge Planning (M3-6) 8 44.4 10 55.6
Dokumentasi Keperawatan (M3-7) 5 27.8 13 72.2
Supervisi (M3-8) 12 66.7 6 33.3
41
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)
Kejadian Dekubitus
Formula Jumlah kejadian dekubitus Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus
1-30 Juni 2012
No Variabel tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 total
1 Jumlah kejadian dekubitus
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 34
2 Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitis
9 9 9 10 10 10 8 8 8 8 8 8 10 10 10 10 10 155 34/155x100% 21%
Kejadian flebitis
Formula Jumlah kejadian flebitis Jumlah pasien beresiko terjadi flebitis
X 100 %
X 100 %
42
1-30 Juni 2012
tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total
1 Jumlah kejadian flebitis a. Mechanical b. Bacterial c. chemical
1 1
1 1 1
1
0
0 1
0 1 1
0 0 0 1
0 0 1 1
0 0 12
2 Jumlah pasien beresiko terjadi flebitis
5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 6 6 6 8 7 7 5 91
Angka kejadian felbitis = 12 x 10%
91
= 13%
Kejadian Pasien Jatuh
Formula Jumlah pasien jatuh Jumlah pasien yang beresiko jatuh
1-30 Juni 2012
tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total
1 Jumlah pasien jatuh
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 Jumlah pasien yang 8 8 8 8 8 10 10 10 10 10 9 9 9 6 6 6 6 141
X 100 %
43
beresiko jatuh
Angka kejadian pasien jatuh = 1 x 10% = 0,7 %
141
Medication Error Formula Angka KTD/Sentinel dalam pemberian obat: Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat
Jumlah pasien pada hari tersebut Angka KNC dalam pemberian obat: Jumlah pasien yang terkena kejadian nyaris cedera dalam pemberian obat
Jumlah pasien pada hari tersebut
KTD 1-30 Juni 2012
No Variabel tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total
1 Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
X 100 %
X 100 %
44
diharapkan dalam pemberian obat a. tidak
tepat pasien
b. tidak tepat obat
c. tidak tepat waktu pemberian
d. Tidak tepat dosis obat
e. Tidak tepat cara pemberian
f. Tidak tepat dokumentasi
2 Jumlah 33 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 563
45
pasien pada hari tersebut
Angka kejadian KTD = 0%
KNC 1-30 Juni 2012
No Variabel tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total
1 Jumlah pasien yang terkena kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat g. tidak
tepat pasien
h. tidak tepat obat
i. tidak tepat waktu pemberian
j. Tidak
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
46
tepat dosis obat
k. Tidak tepat cara pemberian
l. Tidak tepat dokumentasi
2 Jumlah pasien pada hari tersebut
33 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 563
Angka kejadian KNC = 0,1%
47
KEPUASAN PASIEN
Formula Jumlah pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan jumlah pasien yang dilakuukan survey pada periode tertentu
Sebelum dikelola-setelah dilakukan kelolaan
No Elemen Indikator Waktu
Pre Post
1 Kelengkapan dan ketetapan informasi 10 10
2 Penurunan Kecemasan 0 2
3 Perawat terampil profesional 5 8
4 Pasien merasa nyaman 0 3
5 Terhindar dari bahaya 0 0
6 Perawat ramah dan empati 1 2
Total 16 25
Jumlah pasien 34 34
X 100 %
Angka kepuasan
Pre = 16 x100 % = 47% 34 Post = 25 x 100% = 73 % 34
48
KENYAMANAN
Angka tata laksana pasien nyeri
Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam askep=
Formula Jumlah total pasien yang terdokumentasi x 100%
Jumlah total pasien perperiode waktu tertentu
Persentase tatalaksana pasien nyeri
Formula Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri x 100 %
Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala 2-4 per periode waktu tertentu
1-30 Juni 2012
tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total
1 Jumlah pasien nyeri yang terdukomentasi
10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174
2 Total pasien 33 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 33 563
49
Persentase pasien dengan nyeri terdokumentasi = 174 x 100 % = 30 %
563
1-30 Juni 2012
No Variabel tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total
1 Jumlah tindakan perawat sebagai respon nyeri
10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174
2 Total pasien nyeri skala ≥ 4
10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174
Persentase tatalaksana pasien nyeri = 174 x 100 % = 100 %
174
Angka kenyamanan Pasien
Formula Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol Jumlah pasien yang terdokumtasi nyeri per periode waktu tertentu
1-30 Juni 2012
No Variabel tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 total
1 Jumlah pasien
4 4 5 5 5 6 6 6 6 6 5 5 5 6 6 6 6 92
X 100 %
50
dengan nyeri terkontrol
2 Total pasien yang nyeri
10 10 10 10 10 11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10 10 174
Persentase pasien dengan nyeri terkontrol = 92 x 100 % = 53 %
174
KECEMASAN: IDENTIFIKASI KECEMASAN PASIEN
Formula Jumlah pasien yang cemas Jumlah pasien yang dirawat
1-30 Juni 2012
No Variabel tanggal
Pre Post
1 Jumlah pasien Cemas ringan Cemas sedang
6 4
6
2 Jumlah pasien yang dirawat 34 34
Angka kecemasan:
Pre : 10 X 100 % = 30% Post : 6 x 100 % = 18%
34 34
X 100 %
51
PERAWATAN DIRI
FORMULA Jumlah Pasien yang tidak terpenuhi perawatan diri/minggu
x 100%
Jumlah pasien yang dirawat dengan ketergantungan total dan partial care
No Variabel Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Total
1 Makan Porsi diet 15
15 15 14 14 14 14 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
2 Mandi Bersih pada
Gigi dan Mulut Mata Rambut Kulit Kuku Telinga Tidak bau badan Perineal
17 17 17 17 17 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18
3 Berpakaian dan berpenampilan
Baju bersih dan kering
17 17 17 17 17 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18
52
Wajah segar
4 Eliminasi Berkemih Defekasi
17 17 17 17 17 16 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 18
Perawatan diri tidak terpenuhi
17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 16 16 16 16 16 16 16 287
Jumlah pasien dirawat dengan ketergantungan total dan partial care
22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 374 287/374x100% 76%
PENGETAHUAN
Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya
FORMULA Jumlah Pasien yang kurang penegtahuan
x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada priode tertentu
Sebelum dikelola – Setelah di kelola
No Variabel Tanggal
Pre Post
1 Jumlah Pasien yang kurang pengetahuan 20 11
2 Total Pasien 34 34
53
Angka Pengetahuan
Pre : 20 x 100% = 58%
34
Post : 11 x 100% = 32%
34
54
B. Analisa SWOT
ANALISIS SWOT
Strenght Weakness Opportunity Threatened
Rumah Sakit
Wahidin
Sudirohusodo
1) RSWS memiliki
kelengkapan perangkat
manajemen seperti struktur
organisasi, tugas pokok
dan fungsi.
2) RSWS menerima
mahasiswa praktik dari
berbagai institusi
3) RSWS memiliki tenaga
medis dan paramedis yang
sangat mencukupi untuk
memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai
dengan kapasitas pasien
yang datang berobat.
1) RSWS memiliki lift di
IGD dan di bangsal yang
sudah tidak memadai
sehingga menghambat
dalam ambulasi pasien.
2) RSWS memiliki
peralatan medis yang
tidak diperbaharui dan
menghambat dalam
pemeriksaan penunjang.
3) RSWS memiliki
peralatan seperti kursi
roda, brangkar yang
masih kurang di semua
ruangan.
1) RSWS terletak di wilayah yang
strategis, yaitu: berdekatan
dengan RSUH, PCC, RS Gigi
dan Mulut Halimah Dg. Sikati,
jalan poros propinsi, Fakultas
Kedokteran (Prodi Keperawatan,
Fisioterapi, Psikologi, dan
Kedokteran Hewan), Fakultas
Kedokteran Gigi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Farmasi, Dinas Kesehatan
Provinsi, Balai Laboratorium
Kesehatan, dan Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan.
2) RSWS merupakan rumah sakit
1) RSWS merupakan rumah sakit
yang semakin berkembang
sehingga persaingan antar
Rumah Sakit yang semakin
kuat.
2) RSWS merupakan RS yang
telah terakreditasi oleh JCI
sehingga tingkat kewaspadaan
kerja yang harus di
minimalkan.
3) Tuntutan masyarakat akan
pemberian pelayanan
profesional yang semakin
tinggi dengan status rumah
sakit yang bertaraf
55
4) RSWS memiliki lahan
yang luas dan telah
membagun gedung-gedung
baru (Cardiac Centre) yang
dapat menunjang kekuatan
RSWS di mata publik.
5) RSWS yang merupakan
pusat rujukan wilayah
Indonesia Timur pada
semua penyakit.
6) RSWS memiliki sistem
informasi kesehatan yang
sudah berjalan dengan
baik, dapat dilihat dari cara
memperoleh informasi
yang cepat dan akurat.
Selain itu dapat dilihat dari
validitas data di unit
Rekam Medik dan Sistem
Informasi Manajemen
4) RSWS memiliki jumlah
medis dan para medis
yang masih kurang
terutama di ruang
perawatan
5) RSWS memiliki
pegawai di ruangan yang
bertugas di administrasi
masih kurang sehingga
semua data pasien
perawat yang
mengimputnya dalam
komputer.
yang dapat dijadikan sebagai
sarana pendidikan dan penelitian.
3) Adanya Program pelatihan untuk
tenaga-tenaga kesehatan.
4) RSWS memiliki kerjasama yang
baik dengan Fakultas kesehatan
yang berada di UNHAS Fakultas
Kedokteran yang menaungi
Keperawatan UNHAS
internasional.
56
Rumah Sakit (SIMRS)
yang yang cukup tinggi.
7) RSWS dalam absensi
pegai menggunakan finjer
prin.
Ruang Lontara 1
atas depan
1) Terdapat banyak tenaga
medis profesional dengan
masing-masing disiplin
ilmu .
2) Terdapat tenaga
keperawatan yang
kualifikasi pendidikan S1
berjumlah 5 orang,
pendidikan DIII berjumlah
14 orang.
3) Dukungan dari kepala
bidang pelayanan
keperawatan untuk
menerapkan metode TIM
dalam ruangan.
1) Tenaga perawat masih
kurang dalam setiap
siftnya sesuai dengan
teori douglas
ketergantungan pasien
2) Fasilitas perawatan yang
belum memadai dalam
melakukan tindakan
keperawatan.
3) Jadwal pengembalian
linen tidak tepat waktu.
1) Terjalin kerjasama yang baik
antar RWS Unhas dengan pihak
rumah sakit.
2) Terbukanya kesempatan untuk
melanjutkan
pendidikan/mengikuti pelatihan
khusus bagi staff perawat.
3) Adanya mahasiswa S1
keperawatan yang berpraktek di
ruang perawatan tersebut
1) Tuntutan masyarakat akan
pemberian pelayanan
profesional yang semakin
tinggi dengan status RS yang
terakreditasi oleh JCI.
57
4) Hubungan kepala ruangan
dengan anggota baik
5) Hubungan antar perawat
terjalin dengan baik
6) Hubungan antar perawat
dan tim kesehatan lain
(kemampuan kolaborasi)
baik.
Sarana dan
Prasarana serta
Ketenagaan
1) Tersedianya nurse station.
2) Jumlah tenaga dengan
klasifikasi S1 berjumlah 6
orang, pendidikan DIII 14
orang.
3) Format penunjang
pelaksanaan asuhan
keperawatan yang
profesional sudah ada
(pengkajian, dll).
1) Fasilitas perawatan
belum memadai dalam
melakukan tindakan
keperawatan.
2) Perawat hanya memilik
3-4 orang dalam setiap
siftnya dimana perawat
menangani 7 kamar
dengan HCU 1 orang
dengan ketergantungan
yang berbeda-beda.
3) Tingkat pendidikan DIII
1) Ada hubungan kerja sama
dengan lembaga atau
institusi/perusahan
2) Kebijakan ruangan dalam
pengadaan alat secara berkala.
3) Adanya mahasiswa yang
melakukan praktik profesi
Manajemen Keperawatan.
4) Sebagai sarana pendidikan,
pelatihan dan penelitian
1) Masih adanya keterbatasan
fasilitas berupa sarana dan
prasarana yang tersedia di
ruang HCU memungkinkan
keterbatasan pelaksanaan
prosedur yang tersedia
menyebabkan berkurangnya
bentuk pelayanan yang
diberikan.
2) Tarif RS yang masih terasa
tinggi (berlaku umum)
dibanding tarif RS lainnya
58
lebih dominan dari pada
S1 Ners.
yang statusnya sama dengan
RS. Wahidin Sudirohusodo
3) Birokrasi ruangan yang masih
terasa rumit baik dalam
kepengurusan administrasi,
obat-obatan dan lain
sebagainya.
Dokumentasi
Keperawatan
1) Tersedia sarana dan
prasarana untuk pasien
dan tenaga kesehatan
(Format Pengkajian,
Implementasi, evaluasi,
Kuesioner tingkat
kepuasan pasien, dll).
1) Pendokumentasian
proses
keperawatan/ASKEP
belum optimal
dikarenakan format
yang digunakan masih
sementara dan masih
perlu refisi guna
mencakup seluruh
aspek
kebutuhan/keluhan
pasien.
2) Penggunaan lembar
Adanya mahasiswa S1
Keperawatan yang praktek di
ruangan tersebut.
1) Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang
lebih professional.
59
flowsheet pada setiap
pasien di ruang HCU
belum ada
Timbang
Terima
(Operan)
1) Timbang terima (Operan)
sudah dilaksanakan pada
perawat ke perawat dan
operan di depan pasien
setiap pergantian shift.
2) Tenaga/staf keperawatan
telah mengikuti pelatihan
MPKP
3) Operan dilaksanakan
sesuai dengan jadwal.
Isi materi timbang terima
terfokus pada masalah
medis
1) Adanya dukungan dari bagian
pelayanan perawatan RSWS
dan rumah sakit dalam
peningkatan mutu pelayanan
keperawatan
1) Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang
lebih professional dengan
status rumah sakit yang
berstandar internasional.
60
61
C. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang didapatkan adalah:
1. Masih terdapat beberapa peralatan pasien yang kurang tersedia, misalnya
tiang infus, rostur
2. Fasilitas untuk pasien masih kurang memuaskan, mis. tempat tidur yang
sudah rusak masih tetap digunakan.
3. Timbang terima antar perawat ke pasien masih kurang
4. Isi laporan timbang terima hanya mengenai implementasi yang telah
dilakukan dan rencana tindak lanjut.
5. Perawat kurang memberi informasi ke pasien tentang indikasi obat yang
diberikan
6. Tidak tersedianya buku penerimaan obat
7. Tidak tersedianya buku cek alat/obat
8. Obat diberikan tanpa label, hanya ditulis di spoit.
9. Pembagian tugas dalam PPB belum ada dalam TIM
10. Perawat masih kurang memberi informasi kesehatan kepada pasien dan
keluarga.
11. Tersedia leaflet tetapi kurang dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga.
12. Masih ada beberapa perawat yang menggunakan model yang sudah lama
dalam pengisian status.
13. Masih banyak perawat DIII yang belum melakukan pelatihan
14. Supervisi jarang dilakukan secara langsung, sehingga perawat banyak
yang kurang mengetahui tentang supervise.
62
D. Perencanaan (Plan of Action)
PLAN OF ACTION (POA)
Kegiatan Tujuan MINGGU I MINGGU II MINGGU III
Sasaran Lokasi Indikator
Keberhasilan Umum Khusus 26 27 28 29 30 31 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14
Survey
struktur
manajemen
pelayanan
keperawatan
- Untuk
memperoleh
hasil
pengelolaan
mengenai
struktur
manajemen
pelayanan
keperawatan
- Untuk
memperoleh
hasil pengelolaan
mengenai:
1. Ketenagakerjaan
2. sarana dan
prasarana
3. MPKP
4. Timbang terima
5. Ronde
Keperawatan
6. Sentralisasi obat
7. Penerimaan
pasien baru,
8. Discharge
planning,
9. Dokumentasi
keperawatan
10. Supervisi
Perawat
18 org
Pasien 34
orang
L. 1
AD
- 75% perawat
mengetahui
pengelolaan
struktur
manajemen
pelayanan
keperawatan
- 85% pasien
menyampaikan
pendapatnya
mengenai
pelayanan
keperawatan
yang diberikan
oleh petugas
kesehatan
Analisis
Mutu
Pelayanan
- Untuk
mengetahui
mutu
pelayanan
keperawatan
- Untuk
mengidentifikas
i mutu
pelayanan
“patient safety”
mengenai:
34 Pasien L.1
AD
- 85% Pasien
Safety dapat
terpenuhi.
63
1. Dekubitus
2. Flebitis
3. Pasien jatuh
4. Kenyamanan
5. Kepuasan
pasien
Seminar
Awal
- Mempresenta
sikan hasil
survey dan
analisa data
yang telah
didapatkan
- Menguraikann
kekurangan dan
kelebihan yang
ditemukan
dengan tujuan
untuk
pengambangan
ruang perawatan
CI
lahan/Inst
itusi
Katim
PP
Kabid RS
R.
Perte
muan
RSP
L.2
- Masalah yang
dipaparkan
dalam presentasi
dapat
diselesaikan dan
didiskusikan
bersama.
- Sasaran dalam
kegiatan ini dapat
hadir.
Role Play
berdasarkan
shift
- Untuk
memantau
pasien selama
24 jam
- Untuk
membentuk
sebuah tim
dalam
memberikan
pelayanan
keperawatan
- Untuk memantau
tingkat
ketergantungan
pasien sesuai
kebutuhannya
- Untuk
memberikan
pelayanan
keperawatan
sesuai dengan
tingkat
ketergantungan
pasien.
Mahasisw
Pasien
L.1
AD
- 75% pasien
mengemukakan
kepuasannya
terhadap
pelayanan
keperawatan
yang diberikan
oleh petugas
kesehatan
Pembuatan
buku
laporan
linen dan
pengecekan
- Mengetahui
kelengkapan
alat yang
disediakan
oleh RS
- Mengetahui
kelengkapan alat
yang disediakan
oleh RS
Mahasisw
Perawat
L.1
AD
- 80% kebutuhan
linen terpenuhi
untuk pasien.
64
linen
Ronde dan
Supervisi
- Melaksanakan
proses ronde
dan supervisi
- Melaksanakan
proses ronde dan
supervisi
Mahasisw
a, Karu,
dosen
L.1
AD
- 80% mahasiswa
mampu
melakukan ronde
dan supervise.
Penyuluhan
Kesehatan
“Gagal
Ginjal, HD,
dan Nutrisi”
- Menyampaika
n informasi
kesehatan
kepada pasien
dan keluarga
- Pasien dan
keluarga
mengetahui
tentang gagal
ginjal,
hemodialisa, dan
nutrisi
- Pasien dan
keluarga
melaksanakan
program
hemodialisa
keluarga
pasien
L.1
AD
- 80% pasien dan
keluarga
mengetahui dan
melaksanakan
program
hemodialisa
Analisa
Data dan
penyajian
mutu
pelayanan
- Untuk
menguraikan
hasil survey
mutu
pelayanan
kesehatan
- Menguraikan
hasil survey
mutu pelayanan
keperawatan
selama 3 minggu
baik individu
maupun populasi
selama 3 minggu
Perawat
dan
pasien
L.1
AD
- 80% perawat
mampu
melaksanaakan
implementasi
dalam mencapai
suatu perbaikan
yang lebih baik
Seminar
Akhir
- Mempresentasi
kan hasil
survey dan
analisa data
yang telah
didapatkan
- Menguraikan
kelebihan dan
kekurangan
pelayanan
keperawatan
yang didapat di
ruang perawatan
(administrasi,
askep, sarana dan
CI
lahan/Inst
itusi
Katim
PP
Kabid RS
Diklat
RSWS
L.3
- 80% perawat
mampu
melaksanaakan
implementasi
dalam mencapai
suatu perbaikan
yang lebih baik
65
prasarana,
ketenagaan,
MPKP, timbang
terima, dll)
Ket.
Jadwal pelaksanaan
Lanjutan pelaksanaan
66
BAB IV
Pelaksanaan Kegiatan dan Evaluasi
A. Tahap Implementasi
1. Hasil Survey
Data dari tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa ketenagaan
perawat yang ada di Lontara 1 Atas Depan masih kurang yaitu sekitar 100% hal
ini sesuai dengan jumlah ketenagaan perawat yang masih kurang dibandingkan
dengan pasien yang ada. Dari hasil perhitungan Douglas (dalam Swansburg &
Swansburg, 1999) didapatkan bahwa jumlah perawat yang sesuai setiap hari
adalah sekitar 16 orang perawat/hari sedangkan dari hasil survey didapatkan
bahwa jumlah perawat yang bertugas setiap hari hanya 11 orang baik dari TIM A,
B, maupun HCU.
Data dari tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa sarana dan
prasarana yang ada di Lontara 1 Atas Depan dalam memenuhi kebutuhan perawat
dan pasien berada dalam kategori baik (77.8%) dengan kelengkapan alat/ATK
yang tersedia baik dari lemari obat maupun jumlah tempat tidur setiap kamar,
tetapi sekitar 22.2% masih dalam kategori kurang baik dari segi perlengkapan
pasien seperti tiang infus yang masih kurang dan beberapa tempat tidur yang
sudah tidak layak pakai karena dapat menimbulkan resiko cedera pada pasien
misalnya penghalang tempat tidur yang tidak ada dengan kategori pasien parsial.
Model asuhan keperawatan yang digunakan berdasarkan MPKP berada
dalam kategori baik (100%) yang sesuai dengan standarisasi rumah sakit yang
bertaraf international dan efektifitas serta efisiensi model keperawatan dalam
menjalankan pelayanan keperawatan kategori baik (66.7%).
Distribusi frekuensi menunjukkan bahwa model asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat dalam pelayanan rumah sakit sebagian besar dalam
kategori baik (72.2%) dan tanggung jawab dan pembagian tugas yang dirasakan
oleh perawat menunjukkan kategori baik (94.4%).
System timbang terima antara perawat dengan perawat dan perawat ke
pasien seluruhnya baik (100%) dimana setiap melakukan operan jaga dicatat di
buku laporan dan diserahkan ke shift selanjutnya kemudian operan dilakukan ke
67
pasien setiap ruangan dan ronde keperawatan dapat dijalankan dengan baik
(83.3%) tetapi perawat masih kurang memahami jalannya ronde keperawatan
(16.7%).
Sentralisasi obat dalam hal alur penerimaan obat masih kurang yaitu
sekitar 66.7% dimana dari hasil survey bahwa kebanyakan obat pasien tidak
tersedia atau keterlambatan dalam penerimaan obat dari farmasi ke ruang
perawatan sehingga kebutuhan obat pasien mengalami keterlambatan. Hal ini
dikarenakan jumlah ketenagaan farmasi dalam menyampaikan obat masih rendah
sehingga terkadang pasien yang harus mengambil obatnya sendiri ke depo farmasi
ataukah perawat yang mengambilkannya sedangkan menurut Depkes RI (2007)
menyatakan bahwa alur penerimaan obat harus dilakukan antara farmasi ke
perawat.
Penerimaan pasien baru yang datang ke ruang inap Lontara 1 Atas Depan
sebagian kecil menunjukkan kategori baik (88.9%) tetapi berdasarkan hasil
kuetioner kebanyakan perawat (11.1%) menyatakan bahwa belum ada pembagian
tugas dalam penerimaan pasien baru. Discharge planning sebagian berada dalam
kategori baik (55.6%) dimana berdasarkan hasil survey bahwa discharge planning
dilakukan diawal saat pasien baru masuk sehingga semua data mengenai pasien
sudah terakumulasi dengan baik.
Pendokumentasian semua pasien sebagian besar kategori baik (72.2%)
dimana dalam pengisian format dokumentasi pasien dapat dilakukan tanpa
membebani pekerjaan perawat. Namun, supervise dalam ruangan masih kurang
(66.7%) karena dalam pelaksanaannya masih dilakukan perorang dimana Karu
sebagai supervisor hanya dapat memantau kinerja perawat dan melakukan
supervise apabila kinerja perawat tidak sesuai dengan standar ruangan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur manajemen yang
dijalankan Lontara 1 Atas Depan sebagian besar sudah baik, namun terdapat
beberapa kekurangan baik dari segi ketenagaan, alur penerimaan obat, dan
supervise yang perlu untuk diperhatikan dimana diketahui bahwa Rumah Sakit
Wahidin Sudirohusodo sudah bertaraf international.
68
Struktur Manajemen Pelayanan Keperawatan di Lontara 1 Atas Depan
Berdasarkan Observasi
Tabel 4.2 Hasil Observasi Struktur Manajemen Pelayanan Keperawatan di Lontara 1
Atas Depan
Aspek Yang Dinilai Standarisasi Yang didapatkan di ruangan
Ket
enagaan
(M
1)
Tingkat
Ketergantungan
Pasien
Douglas (1984, dalam Swansburg
& Swansburg, 1999)
Kategori I : self care/perawatan
mandiri, memerlukan waktu 1-2
jam/hari
1. Kebersihan diri, mandi, ganti
pakaian dilakukan sendiri
2. Makanan dan minum dilakukan
sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital
setiap pergantian shift
5. Pengobatan minimal dengan
status psikologi stabil
6. Perawatan luka sederhana.
Kategori II : Intermediate
care/perawatan partial, memerlukan
waktu 3-4 jam/hari
1. Kebersihan diri dibantu, makan
minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital
setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu
4. Pengobatan dengan injeksi
5. Klien dengan kateter urin,
pemasukan dan pengeluaran
dicatat
6. Klien dengan infus, dan klien
dengan pleura pungsi.
Kategori III : Total care/Intensif
care, memerlukan waktu 5-6
jam/hari
1. Semua kebutuhan klien dibantu
2. Perubahan posisi setiap 2 jam
Jumlah Pasien Kamar 1-6: 24
Jumlah Pasien HCU: 6
Tingkat Ketergantungan:
- Kategori I: 8 pasien
- Kategori II: 16 pasien
- Kategori III: 6 pasien
Permasalahan:
Terdapat 1 pasien dengan
kategori III tidak berada dalam
ruang HCU (Health Care Unit)
dimana terpasang monitor,
infus, oksigen, perawatan diri
dibantu, observasi TTV tiap 2
jam, pengobatan intravena.
Sedangkan terdapat satu pasien
dengan kategori I dirawat di
ruang HCU.
69
dengan bantuan
3. Observasi tanda-tanda vital
setiap 2 jam
4. Makan dan minum melalui
selang lambung
5. Pengobatan intravena “perdrip”
6. Dilakukan suction
7. Gelisah / disorientasi
8. Perawatan luka kompleks.
Metode
Penugasan
Metode TIM
Sistem pemberian asuhan
keperawatan “ Team Nursing “
(Marquis dan Huston, 1998) yang
disampaikan pada Pelatihan
Manajemen Unit-Bandung, 25 Maret
2008
Metode yang digunakan
Lontara 1 Atas Depan ialah
Metode TIM, yang terdiri dari
KARU: 1 orang dinas Pagi
Katim PJ A, B, HCU: 3 org
dinas Pagi
Shift Pagi
Katim Shift A (1org)
PP B (1org)
PP HCU (1org)
Shift Sore
Katim Shift B (1org)
PP A (1org)
PP HCU (1org)
Shift Malam
Katim Shift HCU (1org)
PP A (1org)
PP B (1org)
Permasalahan:
Metode ini adalah metode baru
yang dikeluarkan oleh peraturan
dari RS Wahidin sendiri,
dengan tujuan agar semua tim
70
baik Katim maupun PP mampu
mengkoordinir setiap operan
jaga dinas dan pemberian
pelayanan asuhan keperawatan
dapat berkesinambungan.
Jumlah dan
Kategori
Tenaga
Keperawatan
Douglas (1984, dalam Swansburg
& Swansburg, 1999)
- KARU: Kemampuan min DIII
Keperawatan dengan
pengalaman, MPKP 1 Karu
dengan kemampuan S1 Ners
dengan pengalaman
- Katim: MPKP Pemula, DIII
Keperawatan dgn pengalaman,
MPKP 1: S1 Ners
- PP: Kemampuan DIII
Keperawatan atau SPK yg
berpengalaman.
- Jumlah perawat/hari: 16 orang
Jumlah perawat: 19 orang
SI Ners: 5 org
DIII: 14 org
Pelatihan: 8 org
- KARU: S1 Ners
- Katim: S1 Ners (3 org)
- PP: S1 Ners (2org), D3 (14
org)
- Jumlah perawat/hari: 11
org
- 1 KARU, 1 Katim PJ, 1
Katim Shift+2 PP
- Jumlah perawat/shift: 3 org
Permasalahan:
- Jumlah perawat perhari
tidak cukup dalam
menangani 30 pasien
dengan jumlah perawat
/hari hanya 11 orang
sedangkan yang dibutuhkan
menurut Douglas yaitu 16
orang perawat.
Shift Minimal Partial Total Jumlah
Pagi 0.17x8 = 1.36 0.27x16 = 4.32 0.36x6 = 2.16 8 org
71
Sore 0.14x8 = 1.12 0.15x16 = 2.4 0.3x6 = 1.8 5 org
Malam 0.07x8 = 0.56 0.10x16 = 1.6 0.2x6 = 1.2 3 org
Jumlah keseluruhan perawat perhari 16 org
Sara
na d
an
Pra
sara
na
Ruang Perawatan Tempat tidur pasien, lemari, nurse call,
meja, kursi, televisi, tirai pemisah bila
ada, (sofa untuk ruang perawatan VIP).
Tempat tidur 34 bed, penyangga
lepas 12 bed, lemari/pasien ada,
kursi 1/pasien, tirai ada, tiang
infus yang tersedia 27 dari 34
bed, alcohol swab/kamar
tersedia
Ruang Stasi
Perawat (;Nurse
Station)
Meja, Kursi, lemari arsip, lemari obat,
telepon/intercom
Tersedia peralatan keperawatan sesuai
dengan kemampuan pelayanan yang
ada, alat monitoring untuk pemantauan
terus menerus fungsi2 vital pasien.
Meja tersedia, lemari arsip,
lemari obat, computer, televise,
telepon, tersedia alat
keperawatan lain yang
mendukung mis. Buku laporan,
status, alat ATK.
Ruang Konsultasi Meja, Kursi, lemari arsip,
telepon/intercom, peralatan kantor
lainnya
Meja, kursi, lemari arsip,
telepon, peralatan lain mis.
Status, komputer
Ruang Tindakan Lemari alat periksa & obat, tempat tidur
periksa, tangga roolstool, wastafel,
lampu periksa, tiang infus dan
kelengkapan lainnya.
Tidak Tersedia
R. Administrasi/
Kantor
Meja, Kursi, lemari arsip, telepon/
intercom, komputer, printer dan
peralatan kantor lainnya
Bersama dengan Nurse Station,
perawat yang bertindak sebagai
administrator.
R. Dokter Tempat tidur, sofa, lemari, meja/kursi,
wastafel.
Tempat tidur, sofa, lemari,
meja/kursi, wastafel.
Ruang Perawat Sofa, lemari, meja/kursi, wastafel Sofa, lemari, meja/kursi,
wastafel, tempat tidur
Ruang kepala
instalasi rawat
inap
Lemari, meja/kursi, sofa, komputer,
printer dan peralatan kantor lainnya
Lemari, meja/kursi, sofa,
komputer, printer dan peralatan
kantor lainnya
Ruang Linen
Bersih
Lemari Lemari linen, buku control linen
tidak dijalankan, linen bersih
jarang tersedia.
Ruang Linen
Kotor
Bak penampungan linen kotor Bak penampung linen kotor ada
2 macam, non infesi dan
infeksius
72
Gudang Kotor
(Spoolhoek/Dirty
Utility
Kloset leher angsa, keran air bersih
(Sink)
Ket : tinggi bibir kloset + 80-100 m dari
permukaan lantai
Berdekatan dengan WC umum
KM/WC (pasien,
petugas,
pengunjung
Kloset, wastafel, bak air Kloset, bak air, sabun tidak ada
Dapur Kecil
(;Pantry)
Kursi+meja untuk makan, sink, dan
perlengkapan dapur lainnya.
Kursi, meja, kulkas, wastafel
Gudang Bersih Lemari Tidak tersedia
Janitor/ Ruang
Petugas
Kebersihan
Lemari/rak Lemari/rak
Ruang Evakuasi
Pasien
Instalasi telepon, kamera CCTV Instalasi telepon
73
2. Penerapan MPKP
a. Role Play
ROLE PLAY MAHASISWA PROFESI NERS A UNHAS
BAGIAN MANAGEMEN KEPERAWATAN
LONTARA 1 ATAS DEPAN RS. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
No. Nama Mahasiswa
JADWAL DINAS
Ket. Senin
2/02/2015
Selasa
3/02/2015
Rabu
4/02/2015
Kamis
5/02/2015
Jumat
06/02/2015
Sabtu
07/02/2015
1 Ahmad Dahlan Syam KARU PA PP siang PP malam PP siang PP siang
LA
NJU
T M
ING
GU
III
2 Sutriani PP siang KARU PA PP siang PP malam PP siang
3 Helma Pelu PP siang PP siang KARU PA PP pagi PP malam
4 Elly Hastuti PP malam PP siang PP pagi KARU PA PP pagi
5 Wahyuni Tahir PP pagi PP malam PP siang PP pagi KARU PA
6 ST. Musdalifah Ahmad PA PP pagi PP malam PP siang PP siang KARU
Makassar, 2 Februari 2015,
Koordinator Lahan Lontara 1 Atas Depan.
74
b. Kasus Kelolaan
FORMAT PENGKAJIAN
PASIEN Tn. AL DENGAN SINDROM NEFROTIK
LONTARA I ATAS DEPAN (INTERNA)
RS. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : A. Lasmana Usia : 22 tahun
Tanggal Lahir : 01/05/1993 Tanggal masuk : 27/12/2014
No. RM : 694465 Dari : IGD RSWS
Suku Bangsa : Kendari Tanggal Pengkajian : 26/01/2015
Jenis Kelamin : Laki-laki Waktu : 09.00 WITA
B. Keluhan Utama: Sesak dan lemas
C. Riwayat Keluhan Utama:
Dirasakan sejak 1 bulan yang lalu saat masuk di rumah sakit dimana
pasien merasa badannya sulit untuk digerakkan karena terasa kaku pada
tangan maupun pada kaki, rasa tidak nyaman pada mulut sehingga muntah
apabila makan, sulit menelan dan nafsu makan berkurang. Rasa sesak
dirasakan terutama pada malam hari tetapi akan menghilang di pagi hari.
Otot kaki dan tangan mengecil disertai nyeri pada sendi dan wajah nampak
bengkak sehingga klien sulit untuk bangun ataupun berjalan terutama ke
kamar mandi dimana kebutuhan ADL pasien harus dibantu. Terdapat
luka/ulkus pada scrotum dan terasa nyeri jika bergerak dimana hal ini
dirasakan sejak sebelum masuk rumah sakit.
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pernah dirawat di rumah sakit dengan diagnosis demam thypoid
tahun 2014.
E. Diagnosa Utama: Sindrom Nefrotik
F. Diagnosa Sekunder:
- Dispepsia organic
- Efusi pleura sinistra
75
- Ulkus scotum terinfeksi
- Sepsis
G. Aktifitas Istirahat
Gejala (Subjektif)
Pekerjaan : SMA/Pelajar
Aktifitas saat sakit : Hanya terbaring di tempat tidur
Waktu luang: Istirahat
Perasaan bosan atau tidak puas : Pasien merasa bosan di rumah sakit
Keterbatasan karena kondisi : Pasien dalam kondisi lemah dan sulit untuk
bergerak karena kekakuan sendi.
Tidur jam : Tidak menentu
Tidur siang : 13.00 atau 14.00
Kebiasaan Tidur : Gelisah
Insomnia : Dirasakan saat demam tinggi
Perasaan segar saat bangun : Pasien selalu gelisah dan tidak merasa nyaman
Tanda (objektif)
Respon terhadap aktifitas yang teramati : Pasien hanya terbaring di tempat
tidur
Kardiovaskuler : S1, S2 reguler, tidak ada bunyi tambahan
Pernapasan : Bunyi napas vesikuler, irama teratur, ronkhi (+), sesak (+),
dyspnea (+)
Status mental (mis menarik diri/letargi) : Menarik diri dimana pasien jarang
berbicara
Pengkajian Neuromuskular : Terlampir
H. SIRKULASI
Gejala (subjektif)
Riwayat tentang Hipertensi : Tidak ada
Masalah Jantung : Tidak ada
Demam Rematik : Tidak, hanya nyeri sendi Edema Mata Kaki : Tidak
Phlebitis : Sudah 3 kali
76
Penyembuhan Lambat : Luka lama sembuh dan muncul hematoma saat
selesai ditusuk oleh jarum, mis. pengambilan darah
Klaudikasi : Tidak ada
Ekstremitas : Nampak mengecil Kesemutan : Tidak ada
Kebas : Tidak ada
Batuk Hemoptisi : Tidak ada
Perubahan frekuensi/ jumlah urine : Tidak ada, BAK lancar
Tanda (objektif)
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 112x/mnt
Gap Auskultasi : Tidak ada
Jantung (palpasi) : denyutan lemah
Getaran : Ada namun lemah
Dorongan : Lemah
Bunyi Jantung : S1&S2 reguler Frekuensi : Teratur
Irama : Teratur
Kualitas : Lemah
Friksi Gesek : Tidak ada Murmur : Tidak ada
Bunyi Nafas : Vesikuler Desiran vaskuler : Tidak ada
Distensi vena : normal 2 cm
Ekstremitas : Lengkap Suhu : Hangat Warna : Pucat
Pengisian Kapiler : < 2 detik
Tanda Hoffman’s : Tidak ada Varises: Tidak ada
Abnormalitas kuku : Tidak
Penyebaran/ kualitas rambut : Rambut sering rontok
Warna : Hitam Membran Mukosa : Kering
Bibir : Warna Cokelat
Punggung kuku : Merah muda Konjungtiva : Putih (anemis)
Sklera : Putih, tidak ada ikterus
I. INTEGRITAS EGO
Gejala (subjektif)
77
Faktor Stres : Berada di rumah sakit
Cara menangani stres : Istirahat dan terkadang pasien menangis
Masalah Finansial : Tidak dapat bersekolah
Agama : Islam
Kegiatan Keagamaan : Rajin ibadah terutama ke mesjid
Gaya Hidup : Malas makan
Perubahan Terakhir : Pasien nampak kurang bersemangat
Perasaan-perasaan : Ingin cepat pulang
Ketidakberdayaan : Kaki dan badan tampak lemas dan sulit bergerak
Keputusasaan : Tidak ada
Tanda (objektif)
Status Emosional (beri tanda cek yang sesuai)
Tenang : Cemas :
Marah : √
Menarik Diri : √ Takut :
Mudah Tersinggung : Tidak Sabar :
Euforik :
J. Eliminasi
Gejala (subjektif)
Pola BAB : Lancar 4x seminggu
Penggunaan Laksatif : Tidak
Karakter Fese : Lunak
BAB terakhir : Tadi pagi
Riwayat Perdarahan : Tidak
Haemoroid : Tidak
Konstipasi : Tidak Diare : Tidak
Pola BAK : Lancar Inkontinensia/ kapan : Tidak
Karakter Urine : Terpasang kateter 300 cc
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : Tidak
Riwayat Penyakit Ginjal / Kandung Kemih : Sindrom nefrotik
Penggunaan diuretic : Tidak
78
Tanda (objektif)
Abdomen
nyeri tekan : Tidak Lunak/ Keras : Lunak
Massa : Tidak Ukuran/ lingkar abdomen : 50 cm
Bissing Usus : Ada kesan normal
Perubahan Kandung Kemih : Tidak
BAK terlalu sering : Via kateter
K. MAKANAN/ CAIRAN
Gejala (subjektif)
Diit biasa (tipe) : Via oral berupa:
- Makanan biasa+lauk+sayur
- Susu peptisol 3x240 kkal
- Madu 3x120 kkal
- Buah
- Putih telur 3 butir/hari
Jumlah makanan/ hari : 3x/hari
Makanan terakhir/ masukan : Makanan biasa+lauk+sayur
Kehilangan selera makan : Anoreksi, jika makan terasa mual
Mual/ Muntah : Mual saat makan
Nyeri ulu hati/ salah cerna : Tidak ada
Alergi/ Intoleransi makanan : Tidak ada
Masalah mengunyah menelan : Tidak ada masalah mengunyah
Gigi : Lengkap
Status gizi : Gizi buruk
Lingkar lengan atas/LILA : 12 cm/29.3 cm x 100% = 40% (Gizi
kurang)
Tanda (objektif)
Berat Badan : 40 kg Tinggi Badan : 165 cm
Bentuk Badan : simetris
Turgor Kulit : kurang elastis
Kelembaban/ kering membrane mukosa : kering, mudah hematoma
79
Edema
Umum : Scrotum dan wajah
Periorbital : Tidak Asites : Tidak
Distensi vena jugularis : 2 cm
Pembesaran tiroid : Tidak Hernia/ massa : Tidak
Kondisi gigi/ gusi : Candidiasis
Penampilan lidah : Putih kering
Membrane mukosa : Kering
Bising Usus : Ada, kesan normal
Bunyi Nafas : Vesikuler
Urine S/ A atau kemstiks : Via kateter
L. HIGIENE
Gejala (subjektif)
Aktifitas sehari-hari : Dibantu Tergantung/mandiri : Tergantung
Mobilitas : Dibantu Makanan : Disuap
Higiene : Dibantu Berpakaian : Dibantu
Toileting : Ditempat tidur
Waktu mandi yang diinginkan : Pagi hari
Bantuan diberikan oleh : Keluarga
Tanda (objektif)
Penampilan umum : Bersih
Cara berpakaian : Baik, lengkap memakai baju dan celana
Kebiasaan pribadi : Tirah baring
Bau Badan : Tidak
Kondisi kulit kepala : Bersih
Adanya kutu : Tidak ada
M. NEUROSENSORI
Gejala (subjektif)
Rasa ingin pingsan : Tidak ada
pusing : Tidak ada
Sakit kepala :Tidak ada
80
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi): Tidak ada, kelemahan ekstremitas
ada
Stroke (gejala sisa)
Kejang : Tidak ada
Mata : Normal
Kehilangan penghilatan : Tidak
Pemeriksaan terakhir : Visus normal
Galukoma : Tidak
Katarak : Tidak
Telinga : Tidak ada serumen yang keluar
Kehilangan pendengaran : Tidak
Tanda (objektif)
Status Mental : Terorientasi dengan baik
Terorientasi/ disorientasi
Waktu : Terorientasi
Tempat : Terorientasi
Orang : Terorientasi
Kesadaran : Composmentis
Mengantuk : Sering, terutama setelah minum obat
Letargi : Tidak
Memori : Baik
Memori yang lalu : Dapat mengingat dengan baik
Kaca mata : Tidak Kontak lensa : Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Ukuran/ reaksi pupil :Ka/ki : 3mm/3mm
Facial drop : Tidak Menelan : Sulit menelan
Genggaman tangan/ lepas :Ka/Ki : Kaku ↓/↓
Postur : Tubuh nampak kurus
Refleks tendon dalam : Ada, tapi lemah Paralisis :Tidak
N. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
81
Lokasi : Daerah scrotum dan sendi
Frekuensi : Hilang timbul
Kualitas : Tertusuk-tusuk
Durasi : Lama
Penjalaran : Sampai ke punggung, skala 4 VAS
Faktor-faktor pencetus : Saat bergerak
Luka scrotum, Lebar luka: 5 cm, panjang luka: 7 cm
Cara menghilangkan, faktor-faktor yang berhubungan : Diberi salep,
kompres hangat
Tanda (objektif)
Mengerutkan muka : √
Menjaga area yang sakit : √
Respon emosional : Tidak
Penyempitan focus : Tidak
O. PERNAFASAN
Gejala (Subjektif)
Dispnue yang berhubungan dengan batuk/sputum : Ya, pasien sesak dan
terkadang batuk dengan hasil Foto menunjukkan efusi pleura bilateral
terutama kiri
Riwayat bronchitis : Tidak ada Asma : Tidak ada
Tuberkulosis : Tidak ada Emfisema : Tidak ada
Pneumoni kambuhan : Tidak ada
Penggunaan alat bantu pernafasan : Memakai oksigen kanul nasal 5lpm
Tanda (Objektif)
Pernapasan : Spontan, dibantu oksigen kanul nasal 5lpm (jika sesak)
Frekuensi : 26x/mnt
Kedalaman : Dalam
Pengembangan dada : Ada saat inspirasi
Penggunaan otot-otot asesorius : Jika sesak atau dalam keadaan dispnea
Napas cuping hidung : Tidak
Fremitus : Tidak
82
Bunyi napas : Vesikuler
Sianosis : Tidak
Fungsi mental/gelisah : Ya, pasien sering gelisah jika sesaknya mulai
muncul.
P. KEAMANAN
Gejala (subjektif)
Alergi/sensitivitas : sinar matahari Reaksi : Kulit menjadi merah
Perubahan sistem imun lainnya : Sistemik lupus eritematous
Transfusi darah/jumlah : Tidak pernah
Tanda (Objektif)
Suhu tubuh : 38,80C Diaforesis : √
Integritas kulit : Jelek banyak terdapat hematoma bekas suntikan jarum dan
kulit kering
Jaringan parut : Banyak di daerah lengan
Kemerahan : Banyak di daerah ekstremitas dan dada
Ulserasi : Didaerah scrotum
Kekuatan umum : Tonus otot :
Cara berjalan : Tidak bisa diukur ROM :
Parestesia/paralisis : Tidak
Hasil kultur, pemeriksaan sistem imun : Ulkus serotalis terinfeksi, sistemik
lupus eritematous.
Q. INTERAKSI SOSIAL
Gejala (Subjektif)
status perkawinan : Belum kawin
Hidup dengan : Orangtua
Masalah-masalah stress : Penyakit yang dihadapi
Orang pendukung lain : Orangtua
Peran dalam struktur keluarga : Sebagai anak kandung
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/kondisi : Sindrom
nefrotik dengan komplikasi dimana kondisi pasien saat ini sangat lemah dan
seringnya pasien hipertermi akibat infeksi dari penyakit yang dihadapi.
83
Perubahan bicara : Pasien jarang berbicara kepada orang lain dimana
pasien nampak menarik diri dengan orang.
Penggunaan alat bantu komunikasi : Tidak ada
Adanya laringektomi : Tidak
Tanda (Objektif)
Bicara : Pelo
Tak jelas: Jelas tapi nada yang kecil
Tidak dapat dimengerti : Tidak
Pola bicara tidak biasa/ kerusakan : Rasa nyaman pada mulut akibat
candidiasis oral yang diderita pasien sehingga berbicara juga sangat susah
Penggunaan alat bantu bicara : Tidak ada
Komunikasi verbal/non verbal dengan keluarga/orang terdekat lain :
Komunikasi verbal saat berbicara dengan keluarga maupun orang lain
Pola interaksi keluarga (perilaku) : Interaksi dengan keluarga baik
tetapi tetap jarang berkomunikasi selain dengan orangtuanya.
R. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala (Subjektif)
Bahasa dominan (khusus) : Indonesia dapat dimengerti
Melek huruf : Tidak ada
Tingkat pendidikan : SMA/Pelajar
Ketidakmampuan belajar (khusus) : Pasien mampu belajar dengan baik
Keterbatasan kognitif : Tidak
Keyakinan kesehatan/ yang dilakukan : Pasien nampak pasrah dengan
penyakitnya.
Faktor risiko keluarga (tandai hubungan) :
Diabetes :
Tuberkulosis :
Penyakit jantung : Stroke :
TD Tinggi : √ Epilepsi :
Penyakit Ginjal : √ Kanker :
Penyakit jiwa : Lain-lain :
84
Obat yang diresepkan:
Obat Tujuan Pemberian
Meropenem 1 gr/12 jam/iv Sebagai antibakteri dan antibiotik untuk mencegah
terjadinya infeksi pada kulit maupun infeksi
lainnya.
Methylprednisolon 12 mg/24
jam/oral
Menekan sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi
gejala peradangan seperti pembengkakan, nyeri,
dan ruam. Obat ini dapat digunakan untuk
menangani peradangan atau inflamasi dalam
berbagai penyakit.
Cellcept 500 mg/12 jam/oral Profilaksi dalam mengobati penyakit lupus dan
pengobatan reaksi penolakan organ pada pasien
transplantasi ginjal alogenik.
Cavit D3/12 jam/oral Pemberian kalsium untuk mencegah terjadinya
osteoporosis
Nystatin drop 10 tetes/8
jam/oral
Antijamur (antifungi) dalam mengobati candidiasis
atau anti infeksi jamur pada mulut.
Plasbumin 25%/24 jam/iv Penambah albumin bagi pasien dengan
hipoalbuminemia dan mengurangi edema akibat
penyakit ginjal.
Zinc 20 mg/24 jam/oral Untuk pencegahan atau pengobatan dehidrasi
(menggunakan oralit) dan pencegahan gangguan
nutrisi (menggunakan mineral Zinc).
Neurodex 1 tab/12 jam/oral Digunakan pada gejala-gejala kekurangan vitamin
neurotropik, kelainan saraf, anemia, penambah
tenaga untuk masa penyembuhan, lelah, dan usia
lanjut.
Vit C 250 mg/8 jam/oral Suplemen penambah system imun dan
meningkatkan kondisi fisik tubuh.
Curcuma 200 mg/8
jam/syrup
Membantu memelihara kesehatan fungsi hati,
memperbaiki nafsu makan dan melancarkan buang
air besar.
Obat –obat tanpa resep : Paracetamol saat pasien demam
Diagnosa saat masuk per dokter : Sindrom nefrotik
Alasan dirawat: Masuk RS dengan muntah dan badan lemas
85
Riwayat keluhan terakhir : Sesak dan lemas
Harapan pasien terhadap perawatan/pembedahan sebelumnya: Kondisi
tubuh bisa kembali seperti semula
Bukti kegagalan untuk perbaikan : Otot atropi
Pemeriksaan fisik lengkap terakhir : Integritas kulit jelek, membrane
mukosa kering, konjungtiva warna putih, nampak anemis, kondisi umum
lemah, otot atropi/mengecil, dan sendi terasa nyeri.
Pertimbangan Rencana Pulang
Lama perawatan : 2 bulan
Tanggal informasi yang didapatkan : 27 Desember 2014
1. Tanggal pulang yang diantisipasi : 25 Februari 2015
2. Sumber-sumber yang tersedia : Obat oral
3. Keuangan : JKN
4. Perubahan-perubahan yang diantisipasi dalam situasi kehidupan
setelah pulang: Pasien sesak dan demam tinggi
5. Area yang mungkin membutuhkan perubahan /bantuan: Nutrisi perlu
ditingkatkan
Penyiapan makanan : Keluarga dapat menyiapkan makanan sesuai
kebutuhan
Transportasi : Pasien akan dijemput dengan mobil pribadi
keluarga
Ambulansi : Tidak perlu
Obat/Terapi IV : Obat oral
Perawatan Luka : Terdapat luka pada scrotum dimana keluarga telah
diajarkan atau diberi edukasi tentang merawat luka saat di rumah.
Peralatan : Kursi roda
Bantuan perawatan diri (Khusus) : Tidak ada
Gambaran fisik rumah (Khusus) : Tidak ada
86
S. GENOGRAM
T.
Keterangan:
Perempuan
Laki-laki
Pasien
Meninggal
Tinggal serumah
87
U. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis
Pemeriksaan
Komponen
Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
10/01/15 13/01/15 15/01/15 22/01/15 27/01/15 30/01/15 03/02/15 06/02/15
Hematologi RBC 4.7 106/mm3 4.03 106/mm3 3.43 106/mm3 1.5 106/mm3 3.43 106/mm3 3.51 106/mm3 3.60 106/mm3 3.66 106/mm3 4.50-6.50
HGB 11.2 g/dL 11.2 g/dL 9.6 g/dL 11.3 g/dL 9.6 g/dL 9.0 g/dL 9.2 g/dL 9.6 g/dL 14.0-18.0
HCT 27.8 % 33 % 27.8 % 36 % 27.8 % 28 % 27.8 % 27.8 % 40.0-54.0
WBC 10.0 103/mm3 11.6 103/mm3 15.2 103/mm3 7.5 103/mm3 15.2 103/mm3 6.6 103/mm3 11.7 103/mm3 12.0 103/mm3 4.0-10.0
PLT 380 103/mm3 149 103/mm3 147 103/mm3 223 103/mm3 147 103/mm3 367 103/mm3 304 103/mm3 305 103/mm3 150-400
Kimia Darah Protein Total 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 3.1 gr/dl 6.6-8.7
Albumin 1.4 gr/dl 1.2 gr/dl 1.8 gr/dl 1.5 gr/dl 1.9 gr/dl 2.0 gr/dl 1.7 gr/dl 1.8 gr/dl 3.5-5.0
Globulin 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.3 gr/dl 1.5-5
Kolesterol Total 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 124 mg/dl 200
Trigliserida 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 437 mg/dl 200
Elektrolit Natrium 140 mmol/l 141 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 140 mmol/l 136-145
Kalium 3.5 mmol/l 2.8 mmol/l 3.5 mmol/l 3.5 mmol/l 3.9 mmol/l 3.5 mmol/l 3.5 mmol/l 3.5 mmol/l 3.5-5.1
Klorida 117 mmol/l 113 mmol/l 117 mmol/l 117 mmol/l 118 mmol/l 117 mmol/l 117 mmol/l 117 mmol/l 97-111
Fungsi Ginjal Ureum 40 mg/dl 40 mg/dl 40 mg/dl 40 mg/dl 66 mg/dl 40 mg/dl 40 mg/dl 40 mg/dl 10-50
Kreatinin 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl 0.78 mg/dl 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl 0.70 mg/dl L<3, P<1.1
Urinalisa Protein Esbach 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl 11 gr/dl Negatif
Kesan:
- Anemia normositik normokrom
- Leukositosis
88
- Hipoalbuminemia
- Hypokalemia
- Trombositopenia
- Proteinuria
Pemeriksan
Hasil/Hari ke-
Nilai Rujukan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D S D
BP 100 60 110 70 100 60 90 70 90 70 100 70 100 50 90 70 100 60 100 70 90 60 90 60 100 60 100 60 120/80 mmHg
HR 112 110 110 100 90 100 110 99 80 111 100 105 100 101 60-100x/mnt
RR 26 26 28 30 24 30 23 24 26 28 28 26 28 28 18-23x/mnt
T 38,8 37,8 38,9 36,8 37,7 39,8 37,8 37,7 37,8 37,8 37,7 39,8 36,7 37,7 36,5-37,50C
89
4.7 4.03
3.43
1.5
3.43 3.51 3.6 3.66
0
1
2
3
4
5
RBC
RBC
11.2 11.2 9.6
11.3 9.6 9 9.2 9.6
0
2
4
6
8
10
12
HGB
HGB
28% 33%
28%
36%
28% 28% 28% 28%
0%5%
10%15%20%25%30%35%40%
HCT
HCT
GRAFIK PERKEMBANGAN LABORATORIUM PASIEN KELOLAAN
90
10 11.6
15.2
7.5
15.2
6.6
11.7 12
02468
10121416
WBC
WBC
380
149 147
223
147
367
304 305
050
100150200250300350400
PLT
PLT
1.4 1.2
1.8
1.5
1.9 2
1.7 1.8
0
0.5
1
1.5
2
2.5
ALBUMIN
ALBUMIN
91
GRAFIK PEMERIKSAAN FISIK TTV
100 110
100 90 90
100 100 90
100 100 90 90
100 100
60 70
60 70 70 70
50
70 60
70 60 60 60 60
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tekanan Darah
Sistolik
Diastolik
112 110 110 100
90 100
110
99
80
111
100 105
100 101
26 26 28 30 24
30 23 24 26 28 28 26 28 28
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nadi & Respirasi
Nadi
Pernapasan
92
Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
pH 7.430 7.35-7.45
pCO2 18.0 mmHg
SO2 97.8%
PO2 80.2 mmHg 80-100
HCO3 12.1 mmol/l 22-26
Kesan/Hasil: Alkalosis Respiratorik Terkompensasi Sempurna
Update: 06/02/2015
Hasil Radiologi
1. Foto Thorax PA/AP (06/02/15)
- Bronchopneumonia bilateral susp. Spesifik
- Efusi pleura sinistra
2. USG Abdomen Atas+Bawah/Whole Abdomen (19/01/15)
- Pembesaran ginjal bilateral
- Ascites dan efusi pleura sinistra
38.8
37.8
38.9
36.8
37.7
39.8
37.8 37.7 37.8 37.8 37.7
39.8
36.7
37.7
35
36
37
38
39
40
41
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Temperatur
Suhu
93
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Status Vital
TD : 100/60 mmHg RR : 26x/mnt
HR : 112x/mnt T : 38,8oC
Status Neurologis
GCS : E4 M6 V5
Derajat Kesadaran : Composmentis
Kualitas Kesadaran : Terorientasi
Pemeriksaan Nervus Cranialis
Nervus Cranialis Hasil Pemeriksaan Keterangan
N.I Masih bias mencium bau Normal
N.II Ketajaman (-)
Lapang pandang Ki/Ka (-)
Normal
N.III Pupil isohor 0,25 mm
Gerakan bola mata (+)
Normal
N.IV Gerakan bola mata: A/B (+) Normal
N.V Motorik: Gerakan mengunyah (-)
Sensorik: (+) Ada reaksi
Normal
N.VI Ada lirikan bola mata Normal
N.VII Klien tdk mampu melakukan,
menelan (-), pergerakan rahang (-)
Normal
N.VIII Pendengaran Ka/Ki (+) Normal
N.IX Tdk dapat dilakukan Normal
N.X Refleks Menelan (-) Normal
NXI Mengangkat bahu (+) Normal
N.XII Pergerakan lidah (-) Normal
Pemeriksaan Motorik
P: K: T:
5
5
5
5
5
5
5
5
5
↓
↓
↓
↓ 5
5
94
Refleks Fisiologis (Muscle Strech)
Jenis Refleks Hasil Pemeriksaan
Refleks Superficial
Refleks Cahaya Pupil Isohor 0,25 mm
Refleks Cornea Ada reaksi berkedip Ka/Ki (-)
Refleks Abdominalis Gerakan menarik otot (+)
Refleks Tendo
Refleks Biseps Ka: Fleksi / Ki: Fleksi
Refleks Triseps Ka: Menyentak / Ki: Menyentak
Refleks periost radialis dan ulnaris Ka: Menyentak / Ki: Menyentak
KPR Ka: Menyentak, ekstensi, Ki:
Menyentak, ekstensi
APR Ka: Menyentak / Ki: Menyentak
WR Ka/Ki: Menjauhi rangsangan
Refleks Patologis
Jenis Refleks Hasil Pemeriksaan
Babinski Normal
Hoffman Tromner Kekakuan jari tangan
Chaddock Normal
Oppenheim Normal
Gordon Normal
95
ANALISA DATA
No Data Masalah
1. DS:
- Klien mengatakan merasa sesak
napas.
DO:
- Dyspnea
- Menggunakan otot bantu napas
- Diaphoresis
- Gelisah
- Nampak anemis
- RR: 26x/mnt
- Hasil AGD: alkalosis respiratorik
terkompensasi sempurna
- Hasil foto thorax: efusi pleura sinistra
Ketidakefektifan pola napas
2. DS:
- Keluarga mengatakan klien malas
makan dan jika makan akan
dimuntahkan
DO:
- Anoreksia
- Mual, muntah
- Menolak untuk makan
- Membran mukosa kering dan
pecah—pecah
- Tonus otot buruk/menurun
- Rambut rontok
Gizi buruk, hasil LILA: 12 cm/29.3
cm x 100% = 40% (Gizi kurang)
- Sulit menelan
- Candidiasis oral
- Hasil Lab: Hipoalbuminemia, anemia
normositik normokrom, Hb: 9.2gr/dl
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
3. DS:
- Keluarga mengatakan klien sering
haus
DO:
- Turgor kulit jelek, tonus otot
menurun
- Lidah nampak putih
- Candidiasis oral
- Membrane mukosa kering dan pecah-
Kekurangan volume cairan
96
5
5 5
pecah
- Kulit kering nampak banyak
hematoma
- Mual, muntah
- Hipertermi, S: 38.80C
- HR: 112x/mnt, RR: 26x/mnt, BP:
100/60 mmHg
- Diaforesis
- Kelemahan
- Nampak anemis
- Hasil Lab: Hipoalbuminemia
4. DS:
- Klien mengeluh demam
DO:
- Kulit nampak merah
- Suhu: 38.80C
- RR: 26x/mnt
- Dyspnea
- Kulit teraba hangat
- Kelemahan
Hipertermia
5. DS:
- Klien mengatakan sulit
menggerakkan badan sehingga perlu
dibantu oleh keluarga
DO:
- Keterbatasan Tingkat 3
- Kesulitan untuk berdiri atau bangun
- Dyspnea saat beraktivitas
- Tonus otot buruk/menurun
- Otot atropi
- Melambatnya pergerakan
- Tirah baring
- Kelemahan
- Kekuatan:
- Tonus:
Hambatan mobilitas fisik
6. DS:
- Klien mengeluh nyeri pada sendi dan
srotum
DO:
- Skala nyeri 4 VAS
- Meringis saat nyeri
- Tonus otot menurun
- Memegang daerah yang sakit
Nyeri akut
5
↓ ↓
↓ ↓
97
- HR: 112x/mnt, RR: 26x/mnt
- Dyspnea saat nyeri
7. DS:
- Klien mengeluh luka pada scrotum
dan tangan lebam lebam bekas
suntikan
DO:
- Terdapat luka/ulkus pada scrotum
yang didapatkan sebelum masuk RS
- Hambatan mobilitas fisik
- Tirah baring
- Ukuran luka pxl= 7x5 cm
Kerusakan integritas kulit
8. Faktor Resiko:
- Hasil lab: Leukositosis WBC:
11,7.103/ul
- Trombositopenia, PLT: 147.103/ul
- Hb: 9.2gr/dl anemia
- Sistemik lupus eritematous
- Gizi buruk
- Hambatan mobilitas fisik
- Kulit dan membrane mukosa kering
Resiko Cedera
9. Faktor Resiko:
- Terdapat luka decubitus
- Hasil lab: Leukositosis WBC:
11,7.103/ul
- Trombositopenia, PLT: 147.103/ul
- Hb: 9.2gr/dl anemia
- Sistemik lupus eritematous
- Gizi buruk
Resiko Infeksi
10. DS:
- Klien mengatakan merasa malu
dengan kondisinya
DO:
- Menunjukkan ekspresi tidak berguna
dan pasrah dengan kondisinya saat ini
- Pasien terkadang menangis
- Gelisah
- Selalu menutup diri
- Jarang berbicara dengan orang lain.
Harga diri rendah situasional
98
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Prioritas Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
energy dan kelelahan.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah, asupan
cairan tidak adekuat.
Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gizi buruk,
penurunan kekuatan atau massa otot.
Nyeri akut berhubungan dengan kekakuan sendi, luka scrotum.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan
nutrisi, hambatan mobilitas fisik.
Resiko cedera berhubungan dengan penurunan hemoglobin.
Resiko infeksi berhubungan dengan invasi organisme pathogen,
luka scrotum.
Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan
citra tubuh.
99
B. Tahap Evaluasi
a. Hasil Survey
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa struktur manajemen yang dijalankan Lontara 1 Atas
Depan sebagian besar sudah baik (88.9%) yang berdasarkan atas
standarisasi rumah sakit international baik dari ketersediaan akomodasi,
administrasi, dan asuhan keperawatan dimana hal ini harus dipertahankan
namun masih terdapat beberapa kekurangan baik dari segi ketenagaan
(100%), alur penerimaan obat (66.7%), dan supervise (66.7%) yang perlu
untuk ditingkatkan demi kelangsungan pemberian pelayanan asuhan
keperawatan kepada pasien dan mengurangi beban kerja perawat dimana
diketahui bahwa Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo sudah bertaraf
international.
b. Penerapan MPKP
1. Role Play
Dijalankan sesuai dengan peran masing-masing selama 2 minggu.
2. Kasus Kelolaan
Masalah yang belum teratasi
- Hambatan Mobilitas Fisik
Mengajarkan ROM aktif setiap hari untuk meningkatkan mobilitas
fisik pasien.
- Nutrisi kurang
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam meningkatkan kebutuhan nutrisi
pasien dan diit makanan yang dapat dikonsumsi oleh pasien.
- Kerusakan integritas kulit
Menyarankan untuk setiap habis mandi tubuh pasien diberi lotion
dan mencukupkan nutrisi pasien.
- HDR
Meningkatkan dan memberi semangat kepada pasien.
100
C. Refleksi Individu
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Apa yang anda dapat ?
Selama praktek gerbong manajemen saya lewati sekitar 3 minggu
saya mendapatkan cukup banyak pelajaran tentang bagaimana
membangun kerjasama dengan tenaga kesehatan. Pembelajaran yang
sangat berkesan saat saya praktek manajemen adalah saat minggu ke-3
ketika satu kelompok bermain peran menjadi KARU, PP, dan PA dimana
saat pertama kali bermain peran cukup bingung tapi setelah hari ke dua
saya mulai tahu tentang tugas masing-masing peran, dimana gerbong-
gerbong sebelumnya hanya berperan sebagai PA.
Selama minggu pertama sampai minggu ke-3 saya cukup belajar
tentang bagaimana memperhatikan perkembangan kondisi pasien dengan
adanya survey mutu yang dijalankan selama 3 minggu.
B. Tantangan yang didapatka?
Saat praktek gerbong manajemen selama 3 minggu tantangan yang
saya dapatkan adalah harus memperhatikan bagaimana perkembangan
mutu pasien dan harus mengetahui kondisi pasien serta tindakan yang
dilakukan saat role model dilakukan sedangkan tantangan kelompok kami
harus berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan tepat secepat mungkin
dengan diberi batas waktu oleh pembimbing lahan kami dan saya berusaha
untuk membangun kerjasama saat menjalani praktek manajemen dimana
sebelumnya hanya berdasarkan individu saja.
C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya
Menurut saya selama praktek manajemen 3 minggu di Lt 1 atas
depan (interna) saya cukup banyak mendapat pelajaran serta arahan yang
sangat bermanfaan dari kepala pelayanan ruang interna tentang bagaimana
manajemen itu, sehingga menurut saya kedepannya untuk gerbong
manajemen dilaksanakan di Lt 1 atas depan (interna).
101
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Apa yang anda dapat ?
Praktek profesi manajemen yang dilaksanakan selama kurang lebih
1 minggu, sungguh memberikan hal yang berbeda di tengah tengah hirup
pikuk profesi selama ini. Dalam praktek ini semua aspek telah di
gabungkan, mulai dari pengetahuan dalam hal KMB, juga dalam hal
manajemen keperawatan. Berperan sebagai KARU, PP, dan PA sangat
memberikan pengalaman dalam menjalani profesi manajemen ini. Intinya
sebagai seorang perawat manajemen harus mampu menjadi seorang
leadership. Menjadi manusia yang bijak sana dan bijak sini.
B. Tantangan yang didapatkan?
Tantangan yang didapatkan selama praktek profesi ini adalah
tantangan untuk mengetahui segala hal dalam pasien yang ada dalam
ruang perawatan, mulai dalam hal askep, akomodasi dan administrasi.
Itulah yang harus terus di pantau oleh seorang perawat. Sehingga sangat
butuh kerjaan yang ekstra untuk mengatahui segalanya, apalagi sebagai
seorang pemula, jadi butuh waktu yang panjang sebenarnya untuk
mengetahui segalanya
C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya
Rekomendasi untuk profesi manajemen kedepan, waktunya bisa di
perpanjang dan sangat rekomendasikan untuk ruang Lontara 1 atas depan
untuk tetap di jadikan sebagai lahan praktek profesi manajemen.
102
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Apa yang anda dapat ?
Praktek profesi manajemen yang dilaksanakan selama kurang lebih
3 minggu, sungguh memberikan hal yang berbeda dengan gerbong-
gerbong sebelumnya, kita dapat menambah wawasan serta mengetahui
mengenai manajemen dari tiap ruangan yang berbeda dan rumah sakit
yang berbeda, kita menjadi manusia yang berkompeten khususnya dalam
bidang manajemen rumah sakit
B. Tantangan yang didapatkan?
Tantangan yang didapatkan selama praktek profesi ini adalah
tantangan untuk menjadi perawat pelaksana,kepala ruangan,ketua tim
untuk mengetahui segala hal dalam pasien yang ada dalam ruang
perawatan, mulai dalam hal askep, akomodasi dan administrasi. Itulah
tantangan yang dirasakan pada awal praktik dan harus dapat menyesuaikan
dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya
Rekomendasi untuk manajemen berikutnya penyeluhan
diperbanyak untuk keluarga pasien agar keluarga pasien dapat menambah
wawasan dan berguna untuk dirinya sendiri dan keluarga yang sakit
,sangat rekomendasikan untuk ruang Lontara 1 atas depan untuk tetap di
jadikan sebagai lahan praktek profesi manajemen.
103
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Apa yang anda dapat ?
Praktek profesi manajemen yang dilaksanakan selama 3 minggu,
banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada saya yang
tidak saya dapatkan di praktik profesi yang sebelumnya. Dimana di
profesi manajemen diberikan kesempatan mengelola pasien kelolaan
secara tim (karu, katim, dan PP). saya dapat merasakan menjadi
seorang karu, katim, dan PP, walaupun belum maksimal. Dan juga kita
dapat mnegetahui bagaiamana itu manajemen dalam keperawatan.
Lebih khususnya mengenai mutu pelayanan (patient safety)
B. Tantangan yang didapatkan?
Tantangan yang didapat yaitu saat menjadi karu dan katim,
dimana kita harus membuat perencanaaan dalam hal ini asuhan
keperawatan kepada pasien sesuai dengan tingkat ketergantungan
pasien. Serta pelaksaan penyuluhan yang mellibatkan keluarga pasien,
dimana kita dituntut harus menampilkan yang terbaik dalam
memberikan informasi kepada kelurga pasien agar mereka dapat
menjadi paham.
C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya
Rekomendasi untuk manajemen berikutnya yaitu sangat tepat
jika profesi manajemen keperawatan dilaksanakan di tempat ini
(Lontara 1 AD Interna) dimana sangat memberikan banyak
pengetahuan dan pengalaman selama praktik,. Serta karu yang
senantiasa memberikan waktu di sela-sela kesibukan untuk
membimbing mahasiswa.
104
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Apa yang anda dapat ?
Selama praktek manajemen keperawatan selama 3 minggu saya
mendapatkan banyak pengalaman, pembelajaran, dan proses manajemen
itu sendiri. Memanage waktu dan pemikiran itu sangat susah tetapi dengan
prakterk ini saya bisa belajar tahu dan melaksanakan aktivitas yang positif
dengan berbagai pengalaman dari pembimbing kami. Saya bisa belajar
menjadi kepala ruangan, ketua TIM, dan perawat pelaksana serta dapat
melihat secara langsung bagaimana proses keperawatan itu sendiri.
B. Tantangan yang didapatka?
Saat praktek gerbong manajemen selama 3 minggu tantangan yang
saya dapatkan adalah kami harus dituntut untuk melakukan diskusi setiap
hari dalam mengerjakan tugas kelompok dan harus menyelesaikan tugas
secepatnya. Terutama saat melaksanakan penyuluhan yang harus diadakan
secara formal sehingga penyuluhan itu harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya.
C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya
Menurut saya selama praktek manajemen 3 minggu di Lt 1 atas
depan (interna) saya cukup banyak mendapat pelajaran serta arahan yang
sangat bermanfaan dari kepala pelayanan ruang interna tentang bagaimana
manajemen itu, sehingga menurut saya kedepannya untuk gerbong
manajemen dilaksanakan di Lt 1 atas depan (interna).
105
REFLEKSI GERBONG MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Apa yang anda dapat ?
Selama praktek manajemen keperawatan selama 3 minggu saya
mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman, dimana kita belajar menjadi
KARU, PP, dan PA secara professional meskipun belum secara maksimal
saya lakukan. Di gerbong managemen saya juga belajar banyak tentang
kekompakan dalam menjalankan role play serta kompak dalam
mengerjakan tugas kelompok.
B. Tantangan yang didapatka?
Saat praktek gerbong manajemen selama 3 minggu tantangan yang
saya dapatkan adalah kami diharuskan menyelesaikan laporan dalam
waktu singkat sehingga kami sangat lelah karena menguras banyak tenaga
setiap hari, namun hal itu menjadi pembelajaran dan motivasi untuk lebih
semangat.
C. Rekomendasi dan saran untuk profesi manajemen kedepannya
Menurut saya selama praktek manajemen 3 minggu di Lt 1 atas
depan (interna) kami mendapatkan banyak ilmu dari kepala ruangan
sehingga direkomedasikan untuk gerbong managemen selanjutnya di
Lontara 1 atas depan interna.
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Praktek manajemen yang telah dilakukan selama 3 minggu di ruang
Lontara I Atas Depan (Interna) merupakan proses pembelajaran dan
pelaksanaan manajemen keperawatan dimana dari segi struktur maupun
pelayanannya telah berkembang sesuai dengan akreditasi yang telah diperoleh
sehingga ruangan ini sangat baik untuk dijadikan sebagai pengemban dalam
praktek manajemen selanjutnya.
B. Saran
1. Manajemen Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Sebaiknya rumah sakit lebih memperhatikan atau mengkoordinir struktur
serta ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di ruangan serta
kekurangan yang menjadi penghambat dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan sehingga hal ini dapat mengurangi beban kerja kepala ruangan
dalam menutupi masalah-masalah yang terjadi.
2. Manajemen Lontara 1 Atas Depan
Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan melibatkan staf dalam
setiap pengambilan keputusan yang menyangkut tentang asuhan
keperawatan. Ruangan ini dapat dijadikan sebagai tempat pelaksanaan
praktek manajemen selanjutnya.
107
DAFTAR PUSTAKA
DepKesRI (2007), Indonesia sehat 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I
Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th.
Ed,. Mosby-year book, Inc.
Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition.
Philadelphia : WB Saunders.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making
for Nurses (3rd ed). Philadelphia: Lippincot-Raven Publisher
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and
Management Functions in
Nursalam, M.N. (2014). Manajemen Keperawatan. Salemba Mdika: Jakarta.
Yaslis, I. (2004). Perencanaan SDM rumah sakit. teori, metoda dan formula.
Depok : FKM-UI.
108
LAMPIRAN