Download - Laporan Praktikum Kultur Jaringan Lengkeng
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik berbanyakan tanaman dengan
cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, akar serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik
yang kaya nutrisi dan pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus
cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari kultur jaringan adalah
memperbanyak tanaman dengan menggukanakn bagian vegetatif tanaman
dengan menggunakan media buatan yang dilakukan ditempat aseptik.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak
tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangkan secara generatif.
Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa kelebihan
antara lain: mempunyai sifat sama seperti induknya, dapat dipeerbanyak
dalam jumlah yang besar sihingga tidak terlalu membutuhkan tempat luas,
mampu menghasikan bibit dengan jumlah yang besar dalam waktu yang
singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih dijamin, kecepatan tumbuh bibit lebih
cepat dibandingkan dengan perbanyakan secara konvensional.
Disini kita menggunakan ekplan tanaman lengkeng, tanaman lengkeng
(Dimocarpus longan Lour.) dalam sistem klasifikasi tanaman termasuk
1
keluarga Sapindaceae, dan termasuk satu suku (Nepheliaea) dengan tanaman
lecee dan rambutan.
Asal mula lengkeng adalah daerah subtropik tetapi jenis tanaman ini
ternyata dapat tumbuh baik di daerah panas (tropik). Di Indonesia, buah
lengkeng umumnya digunakan sebagai buah meja walaupun buah ini juga bisa
dijumpai dalam kemasan kaleng maupun sebagai buah yang dikeringkan.
Banyak yang belum mengetahui bahwa buah lengkeng yang dalam bahasa
mandarin dikenal sebagai “ong ya guo” atau “long yan” yang berarti mata
naga mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan dan dunia kecantikan, Bagi
kesehatan, khasiat daging buah lengkeng telah ditulis dalam beberapa artikel
antara lain bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas, pengobatan penyakit
insomnia, cemas, depresi, mudah marah dan berkeringat, kurang nafsu makan,
limpa lemah, badan lemah setelah sakit, pusing, diare, batuk dan asma,
penglihatan kabur, dan menghaluskan kulit. Selain buahnya, daun lengkeng
mengandung quercetin, sebagai antioksidan dan antiviral serta digunakan
untuk mengobati penyakit alergi, kanker, diabetes dan kardiovaskuler. Bubuk
biji lengkeng mengandung busa dan dapat digunakan sebagai sampo. Di Cina
dan Vietnam, buah lengkeng juga digunakan sebagai penangkal racun.
Pada mulanya daerah penghasil lengkeng di Indonesia adalah dataran
tinggi di Jawa Tangah dan Jawa Timur, tetapi pada akhir-akhir ini beberapa
pekebun/petani telah berhasil mengembangkan lengkeng di dataran rendah
seperti di daerah Selarong (DIY) yang dikenal dengan varietas Selarong, di
Singkawang dan Pontianak (Kalbar), dan Demak dan Semarang (Jateng)
2
mengembangkan beberapan varietas introduksi antara lain Diamond River,
Pingpong dan Itoh. Ketiga varietas terakhir mendapatkan perhatian yang lebih
besar karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan jenis lengkeng yang
sudah ada, antara lain umur lebih genjah dan rajin berproduksi, ukuran buah
lebih besar, daging buah lebih tebal, rasa lebih manis, dan pemeliharaan relatif
lebih mudah. Adaptasi yang baik dari varietas lengkeng yang konon bibitnya
didatangkan dari Vietnam (Ping Pong, Diamond River), Malaysia (Itoh) dan
Thailand (Bie Kiew, Ido, dan Sichompu) merupakan salah satu indikasi bahwa
lengkeng memiliki potensi besar untuk dikembangkan di dataran rendah
Indonesia.
Klasifikasi Lengkeng
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Sapindaceae
Genus: Euphoria
Spesies: Euphoria longana (Lour.) Steud
3
1.2. TUJUAN
Tujuan di lakukan kultur jaringan ini sebagai upaya meningkatkan
wawasan serta pengalaman mahasiswa untuk mengetahui lebih lanjut tentang
kultur jaringan dan metodenya. Dengan adanya praktikum ini, mahasiswa
bukan hanya mampu mengusai teori, tapo juga mampu melakukan kultur
jaringan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan merupakan dalam bahasa
asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah
sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur
jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang mempunyai sifat yang sama seperti induknya.
Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat
yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan
sebagai bahan dasar untuk pembentukan kalus, penggunaan medium yang cocok,
keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair.
Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya
dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian
metistem, seperti daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan
sebagainya. Bila menggunakan embrio bagian biji-biji yang lain sebagai ekplan,
yang perlu diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur
dan dormansi (Suryowinoto,1991).
5
tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman teknik kultur jaringan
adalah:
1. Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan tanaman dengan
kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri
dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga
bahan tambahan seperti agar-agar, gula, dan lain-lain. At pengatur tumbuh
(hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun
jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang digunakan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan memanaskan
dengan autoklaf.
2. Inisiasi
Inisiasi merupakan pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu laminar air flow dan menggunakan
alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan,
yaitu menggunakan etanol yang diseprotkan secara merata dan peralatan
yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
6
4. Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar air flow
untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya
pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan
diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu
kamar.
5. Pengakaran
Pengakan adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari
untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat
adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang
terkontaminasi anak menunjukkan gejala seperti berwarna putih ataupun
biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan
aseptic ke lingkungan terbuka. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan
bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk
melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama dan penyakit karena
bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit
dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan
barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
7
dilakuka dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
(Dhanny jufril,2009).
Kegunaan utama kultur jaringan adalah mendapatkan tanaman baru dalam
jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi
dan marfologi yang sama persisi seperti induknya. Dari teknik kultur jaringan
tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul.
Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus kegunaan dari
kultur jaringan terhadap ilmu pengetahuan. (Daisy P. Dkk,1994).
Beberapa jenis tanaman ada terancam punah (endangered species),
misalnya berbagai jenis tanaman pisang, tanaman melati, kenanga, kayu jati, dan
kayu putih. Usaha yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang teracam
punah adalah dengan kloning. Dengan usaha kloning ini, populasi dari tanaman
tersebut akan diselamatkan, bahkan dapat bertambah, sekaligus sifat-sifat yang
dimiliki oleh tanaman tersebut tetap terjamin.(Suryowinoto,1985).
Melalui perbanyakan vegetatif buatan yaitu dengan kultur jaringan
ternyata juga berpengaruh terhadap devisa negara, misalnya, dengan terlaksanya
ekspor tanaman anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan devisa negara
dibidang pertania.(julita,2000).
8
Masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
1. Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan
kultur jarinan. Munculnya gangguan ini bila dipahami secara mendasar
adalah merupakan sesuatu yang sangat wajar sebagai konsekuensi
pengguanaan yang diperkaya.
2. Pencoklatan atau browning
Pencoklatan atau bowning adalah suatu karakter munculnya warna coklat
atau hitam yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan sesungguhnya merupakan
peristiwa alamiah yang biasa dan sering terjadi. Pencoklatan umumnya
merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi eksplan dan tidak
jarang berakhir pada kematian eksplan.
3. Vitrifikasi
Vitrifikasi merupakan suatu istilah problema pada kultur jaringan yang
ditandai denga munculnya pertumbuhan yang tidak normal. Tanaman yang
dihasilkan pendek-pendek atau kerdil. Pertumbuhan batang cendrung ke
arah penambahan diameter.tanaman utuhnya menjadi sangat turgencent.
Pada daunnya tidak memiliki jaringan palidase.
4. Pertumbuhan dan perkembangan
Problem utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan
yang ditanami stagnasi, dari mulainya tanam hingga kurun waktu tertentu
tidak mati tetapi tidak tumbuh. Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan
9
dengan preventif menghindari bahan tanam yang tidak juvenil atau
meritematik. Karena awal pertumbuhan eksplan akan dimulai dari sel-sel
yang muda yang aktif membelah, atau dari sel tua yang muda
kembali(Suryowinoto,1985).
10
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1. Pelaksanaan.
Praktikum ini dilaksanakan dilaboratorium kultur jaringan yang
berlokasi di lancang garam Lhokseumawe kabupaten aceh utara. Pada
praktikum ini di praktikumkan ada beberapa materi yaitu sebagai berikut:
1. Pengenalan laboratorium dan alat-alat kultur jaringan
2. Pembuatan media ms.
3. Strelisasi eksplan
4. Penanaman eksplan
5. Penanaman planlet(sub kultur).
3.2. pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengutip teori-teori pada referensi atau
buku-buku dan media internet yang berkenaan tentang kultur jaringan dan juga
berdasarkan teori diruang belajar dan pelaksanaan yang diberikan pada saat
praktikum kultur jaringan.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilkukan praktikum di laboratorium kultur jaringan maka
diperoleh hasil dan pembahasan tentang beberapa materi yang telah di
praktikumkan:
4.1. Pengenalan Laboratorium Dan Alat-Alat Dalam Kultur Jaringan
Fasilitas laboratorium kultur jaringan dan alat-alat yang ada sangatlah
beragam yang fungsinya satu sama lainnya berbeda-beda. Laboratorium kultur
jaringan harus dirancang secara khusus. Karena ada bagian-bagian atau ruangan-
ruangan yang harus dalam suasana steril atau bebas mikroba.
Dalam laboratorium kultur jaringan memiliki beberapa ruangan. Adapun
ruang-ruang dalam laboratorium kultur jaringan di lancang garam yaitu sebgai
berikut:
a. Ruang kerja
Dalam raboratorium kultur jaringan ruang kerja berfungsi sebagai ruangan
serba guna dimana berbagai kegiatan dilakukan mulai sebagai ruang tamu,
pembuatan media dan sebagai ruang kerja dimana pekerja melakukan
proses-proses sebelum penanman eksplan. Ruangan ini dilengkapi dengan
pendingin air condition(AC) dan ruangan ini tidak mutlak steril. Adapun
isi ruangan ini sebagai berikut:
Meja kerja
Meja kerja di dalam lab.kultur ini berfungsi dimana pelaku
praktikum atau pekerja melakukan kerja seperti pembuatan media,
12
sterilisasi eksplan dan alat-alat kultur dan berbagai kegiatan yang
diperlukan sebelum melakukan penanaman ekplant ataupun
planlet.
Tempat penyimpanan bahan kimia dan alat-alat kultur
Komponen bahan kimia penyusun media kultur jaringan sangat
banyak macamnya. Oleh karena itu, penyimpanannya memerlukan
pengaturan yang khusus supanya mudah saat diambil saat
dibutuhkan. Penyimpanan yang tidak teratur akan mempersulit
bahkan memperlambat dalam pekerjaannya.
b. Ruang inokulasi
Ruangan inokulasi adalah ruangan penanaman eksplan ataupun planlet
pada media , ruangan ini adalah ruang mutlak steril. Ruangan ini dibuat
tidak terlalu besar tujuannya adalah agar pelaksanaan sterilisasi
ruangannya tidak membutuhkan waktu yang lama dan tidak mengalami
kesulitan. Sterilasasi ruangan dilakukan dengan menyemprotkan alkohol
70 % dengan handspayer. Sedangkan sterilisasi lantai dengan
menggunakan kain pel yang dibasahi alkohol 70%. Sterilisasi ini mutlak
harus dilakukan menjalang penanaman akan dilakukan.
c. Ruang inkubasi
Eksplan yang sudah ditanami dalam media kultur jaringan perlu dipantau
pertumbuhannya setiap hari. Untuk pemantauan ini diperlukan ruangan
khusus yang keadaannya lebih steril, yaitu ruang inkubasi. Ruang inkubasi
13
harus memiliki suhu kurang lebih 25 oC dan harus dilengkapi dengan
lampu-lampu neon, karena eksplan yang dibutuhkan dalam ruangan
inkubasi membutuhkan temperatur dan cahaya yang disesuaikan
kebutuhan eksplan.
Alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan beserta fungsinya:
1. Laminar air flow cabinet (LAFC)
Alat ini letaknya diruang inokulasi, yaitu ruang yang selalu harus
dalam keadaan steril. Alat ini bekerja menstrilkan wadah laminar
dengan menggunakan UV dan blower yang menghasilkan udara steril
sehingga jamur,bakteri dan virus sulit untuk masuk kewadah tersebut
Alat ini digunakan sebagai tahap perlakuan tanaman.
2. Autoclav
Autoclave adalah alat yang digunakan untuk mensterilisasi alat-alat
dan media dalam kultur jaringan.
3. Timbangan analitik
Jenis alat ini bermacam-macam, tetapi yang penting adalah timbangan
ini digunakan untuk menimbang satuan yang sangat kecil, alat ini
berfungsi untuk menimbang bahan- bahan unsur yang dibutuhkan
untuk membuat media stok.
14
4. Stirer dan magnet
Alat ini berfungsi untuk mengocok dan memanaskan larutan stok. Alat
ini menggunakan listrik sebagai penggerak stirer dan magnet dalam
wadah larutan stok.
5. Erlemeyer
Alat ini sebagai sebagai wadah untuk media tanam dan sebagai wadah
tempat larutan stok.
6. Gelas ukur
Gelas ini digunakan unruk menakar air suling dan bahan larutan stok
yang akan digunakan.
7. Gelas piala
Gelas piala digunakan untuk menakarkan air dan juga larutan stok
dalam membuat stok.
8. Petridish
Alat ini dalam kultur jaringan ketika saat penanaman ekplan maupun
planlet. Alat ini sebagai tempat manaruk ekplan atau planlet pada saat
penanaman.
9. Pinset dan scampel
Alat ini digunakan untuk memegang eksplan atau planlet saat
penanaman.
15
10. Lampu spiritus
Alat ini digunakan untuk mensterilkan pinset saat melakukan
penanaman di dala laminar dan lampu spiritus ini di taruk didalam
laminer.
11. Tabung reaksi
Alat ini digunakan pada saat melakukan isolasi protoplas dan isolasi
khoroplas
12. Pipet tetes dan bola ajaib
Alat ini digunakan saat memipet larutan stok dengan takaran tertentu
dengan menggunakan bola ajaib. Bola ajaib ini mempermudah saat
memipet dengan fungsi yang beragam.
13. Labu takar
Labu takar disini berfungsi untuk menyimpan larutan stok.
14. Sundip
Alat ini digunakan untuk mengambil bahan saat menimbang di
timbangan analitik.
15. Timer
Kegunaanya untuk mengatur waktu hidupnya lampu diruang inkubasi
16. Pisau
Pisau disini berbeda dengan pisau umumnya, pisau ini dijual khusus
dan sudah dalam keadaan steril yang fungsinya untuk memotong
eksplan yang akan ditaman.
16
17. Gunting
Gunting kegunaannya untuk memotong bagian tanaman keras sebelum
tanaman tersebut disterilkan.
18. Komfor gas
Kegunaan komfor gas disini untuk memasak larutan stok dan agar-agar
supaya keduanya larut saat pembuatan media kultur jaringan
19. Panci dan centong
Panci kegunaanya sebagai wadah tempat memasak larutan stok dan
centong sebagai pengaduk dan mengambil larutan jadi untuk
dimasukkan kewadah tempat media tanam.
17
4.2. Pembuatan media MS
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan tanaman
dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan tanaman dan
perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum
sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan
sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
eksplan serta bibit yang dihasilkan. Oleh karena itu, macam-macam media
kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-
nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama
penemunya.
Pada umunya komposisi utama media tanam kultur jaringan ,
terdiri dari hormon (pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur biasanya
terdapat didalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur
mikro. Hasil yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media
tersebut, ditambahkan vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat
media(agar-agar), glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilata
(akuades), dan bahan organik tambahan. Zat pengatur tumbuh dalam
kultur jaringan diperlukan untuk mengedalikan pertumbuhan kultur
tanaman.
Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena
umunya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan
memepunyai laju fotosintesis yang rendah. Bahan pemadat media yang
paling banyak digunakan adalah agar-agar. Agar-agar adalah campuran
18
polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam analisa
unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca,Mg,
K, dan Na.
Media MS 0 yang dibuat pada praktikum ini yaitu sebanyak 3000
ml (3 liter). Adapun metode kerja yang ditempuh dalam pembuatan media
MS adalah sebagai berikut:
1. Alat dan bahan
Alat:
Timbangan analitik
Gelas ukur
Hot plate
Gelas beaker
Kompor
Botol
Autoclav
Panci
Centong
Bahan :
Stock makro
Stock mikro
Stock vitamin
Stock KH2PO4
Stock MgSO4 7H2O
19
Stock CaCl2 2H2O
Stock NH4NO3
Stock FeSO4 7H2O
Stock KNO3 dan Mio-isonitol
Tabel pembuatan media MS dan Komposisi larutan
Nama
stock
komponen Jumlah
perliter media
(mg)
Jumlah
perliter stock
(gr)
Volume stock
yang
akan dipipet
(ml)
A Amonium Nitrate NH4NO3 1.650 82.5 20 ml
B Potassium Nitrat KNO3 1.900 95 10 ml
C Calcium Clorida CaCl2
2H2O
440 44 10 ml
D Magnesium Sulfhate
MgSO4 7H2O potasium
phosphate KH2PO4
370
170
74
34
5 ml
E Ferrous Sulphate FeSO4
7H2O Chelaret Iron Na-
EDTA
27.8
37.2
5.56
7.44
5 ml
F Manganese Sulphate
MnSO4 7H2O
16.9 3.35
20
Zinc Sulphate ZnSO4 7H2O
Borit Acit
H3BO3
Potassium lodine
Kl
Sodium Molibdate
NaMoO4 2H2O
Cobalt Chlode
CoCl6H2O
Cupro Sulphate
cuSO4 5J2O
8.6
6.2
0.83
0.25
0.025
0.025
1.72
1.24
0.166
0.05
0.005
0.005
G Tiamin HCL Asam
Nikotinat
Pridoksin HCL Glisin
0.1
0.5
0.5
2.00
H Myo-Inositol 100 Dlm bentuk
segar
ZPT NAA
BAP
IAA
Gula
Agar-Agar
30.000
7.000
21
Cara kerja:
1. Gula ditimbang sebanyak gr. Ambilkan beker glas 500 ml diisikan air
secukupnya dan beker tersebut diletakkan diatas stirer dan masukkan
magnet kedalam beker dan masukkan gula sedikit kedalam agar gulas
tersebut larut didalam air.
2. Stok yang telah jadi campurkan kedalam beker glas dengan ketentuan
untuk 3 liter media yang akan dibuat, masing-masing stok dilakukan
pemipetan yaitu sebagai berikut:
STOK MAKRO:
NH4NO3 30 ml
KNO3 60 ml
MgSO4.7H2O 30 ml
KH2PO4 30ml
CaCl2.2H2O 60ml
semua bahan dilarutkan dalam 3 L air dimasukkan dalam panci
STOK MIKRO:
KI 83 mg
H3BO3 620 mg
MnSO4.4H2O 1690 mg
ZnSO4.7H2O 860 mg
Na2MoO4 25 mg
CuSO4.5H2O 2,5 mg
CoCl2.6H2O 2,5 mg
22
semua bahan dicampur dalam 200 ml air simpan dalam botol gelap. stok
ini bisa untuk 100 kali pengenceran (100 L)
3. stok NaFeEDTA 3,67 mg dalam 500 ml air.
4. STOK VITAMIN
asam nikotinat 5 mg
Pyridoxine HCl 5 mg
Thiamin HCl 1 mg
Glisine 30 mg
semua bahan dilarutkan dalam 100 ml air. stok ini untuk 10 kali (10 L)
4.3. Sterilisasi eksplan dan penanaman
Eksplan adalah bagian jaringan atau tanaman yang diambil dari
tanaman induk kemudian kulturkan. Ketepatan dalam menyiapkan
aksplan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi inisiasi
eksplan.
Bagian tanaman yang dapat dijadikan sebagai eksplan adalah ujung
akar,pucuk, daun,bunga, dan tepung sari. Faktor yang dimiliki eksplan itu
sendiri yaitu ukuran, umur fisiologis, sumber genotip dan sterilitas eksplan
yang akan menentukan berhasil tidaknya penanaman eksplan. Umur
fisiologis eksplan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk
23
beregenerasi. Jaringan tanaman yang masih muda yang meristematik (sel-
selnya masih aktif membelah) lebih mudah beregenarasi dibandingkan
dengan jaringan yang masih tua, sehingga bagian tanaman yang
meristematik paling banyak berhasil bila dijadikan eksplan yang termasuk
jaringan meristem adalah pucuk lateral dan pucuk aksial.
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan
harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu laminer air flow dan
menggunakan alat-alat yang steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus steril.
Untuk mensterilkan eksplan dari jamur dan bakteri kira harus
menggunakan bermacam-macam bahan kimia, terutama yang gampang
didapatkan dan banyak disekitar kita. Bahan yang bisa digunakan misalnya
bayclin (pemutih pakaian), deterjen, fungisida,bakterisida, alcohok 70%,
betadine dan lain-lain.
Pada praktikum ini, eksplan yang telah di inisiasi atau di ambil adalah:
Tanaman lengkeng yang dijadikan eksplan berupa Pucuknya.
Berikut metode kerja sterilisasi eksplan, penanaman eksplan dan hasil
yang diperoleh pada praktikum kultur jaringan.
Metode kerja
1) Alat dan bahan
Alat-alat :
Laminer air flow kabinet
24
Botol kosong
Pinset
Gunting
Petridish
Lampu bunsen
Hot plate
Timbangan analitik
Gelas ukur
Gelas beaker
Bahan-bahan:
Fungisida dan bakterisida
Eksplan
Deterjen
Betadine
Air steril
Media
Tissue dan alkohol 70%
baycline
2) Cara kerja
Langkah Kerja Mensterilkan Eksplan
25
1. Eksplan dicuci dengan deterjen kemudian dibilas dengan air bersih lalu
eksplan tersebut tersebut dimasukkan kedalam beker glas yang berisi
air dengan memeberikan betadin sebanyak 5 tetes.
2. Kemudian eksplan dimasukkan kedalam botol yang berisi larutan
bakterisida dan fungisida dengan dosis bakterisida 1 gr dan fungisida 1
gr kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 250 ml. Kemudian
ditutup rapat dan didiamkan selama 1 jam karena eksplan yang akan
ditanam tumbuhan keras sehingga butuh waktu lama dalam
merandamnya.
3. Kemudian eksplan dimasukkan kedalam ruang inokulasi eksplan
tersebut dibilas dua kali dengan air yang sudah steril lalu eksplan
dimasukkan kedalam botol yang berisi baiklin kemudian direndam
selama 6 menit.
4. Setelah itu eksplan dibilas 1 kali dengan air steril dan kemudian
eksplan dimasukkan kedalam air di berikan betadine sebanyak 3 tetes.
5. Eksplan siap tanam
Langkah Kerja Penanaman Eksplan
1. Sebelum melakukan penanaman penanam harus menyomprotkan tangan
dengan alkohol 70% selanjutnya alat-alat kultur yang dibutuhkan
dimasukan kan delam laminar air flom dan bunsen dinyalakan
2. Saat melakukan penanaman,botol dan alat dipanas kan dulu saat akan
memegang eksplan dan eklpan yang ada didalam petridis dipotong sesuai
kebutuhan
26
3. Kemudian ekplan yang sudah dipotong dimasukkan kedalam botol media
sebanyak 2 atau 3 potong bagian tanaman yang dikulturkan.
4. Kemudian botol ditutup dengan rapat dan masukkan kedalam ruang
inkubasi .
5. Eksplan diamati pertumbuhan dan perkembangannya.
Hasil yang diperoleh dalam sekali pengamatan
Nama jumlah keberhasilan kontaminasi
Rahmat hidayat 3 1 2
Fuad hasan - - -
Erwin setyawan 3 2 1
Sasikati 4 2 2
rahmah - - -
4.4. Multipliksi atau perbanyakan planlet( subkultur)
Proses penggandaan tanaman dimana tanaman dipotong-potong
pada bagian tertentu menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian ditanam
kembali kemedia agar yang telah disiapkan. Proses ini dilakukan secar
berulang setiap tanggal waktu tertentu. Pada setiap siklusnya tanaman
27
dipotong dan menghasilkan perbanyakan dengan tingkat RM (Rate Of
Multiplication) tertentu yang berbeda-beda untuk setiap tanaman.
Kemampuan multiplikasi akan meningkat apabila biakan
disubkultur berulang kali.Namun perlu diperhatikan, walaupun subkultur
dapat meningkatkan faktor multiplikasi dapat juga meningkatkan
terjadinya mutasi. Untuk itu, biakan perlu diistirahatkan pada media MS0,
yaitu tanpa zat pengatur tumbuh. Banyaknya bibit yang dihasilkan oleh
suatu laboratorium tergantung kemampuan multiplikasi tunas pada setiap
periode tertentu. Semakin tinggi kemampuan kelipatan tunasnya maka
semakin banyak dan semakin cepat bibit dapat dihasilkan.
Langkah kerja penanaman sama dengan saat melakukan penanaman
eksplan cuma yang memedakannya eksplan perlu langkah untuk
mensterilan kalau pada subkultur ini tidak membutuhkan pensterilan lagi
karena planlet tanamansteril lansung bisa ditanama dalam media jadi.
Hasil pengamatan dari hasil subkultur
Nama jumlah
Rahmat hidayat
Fuad hasan
Erwin setiawan
Sasikaati
Rahmah
28
Daftar pustaka
1.1 Sutopo. POTENSI PENGEMBANGAN LENGKENG DI DATARAN RENDAH
April 4, 2011
29