laporan praktikum teknologi produksi benih - kultur jaringan

18
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Kultur JaringanDISUSUN OLEH: Nama : Guindahnawaningtyas S.A. NIM : 115040201111247 Kekompok/Kelas : K2 Asisten : Mbak Dasa PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

Upload: tyas-selgis-aprilia

Post on 08-Apr-2016

303 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“Kultur Jaringan”

DISUSUN OLEH:

Nama : Guindahnawaningtyas S.A.

NIM : 115040201111247

Kekompok/Kelas : K2

Asisten : Mbak Dasa

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembuatan Bibit Secara Kuljar

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan pangan

juga meningkat. Untuk itu dilakukan inovasi-inovasi budidaya tanaman, salah

satunya dengan penerapan bioteknologi agar dapat memproduksi bahan pangan

dengan cepat. Bioteknologi sudah dikenal oleh manusia sejak puluhan tahun yang

lalu. Namun baru akhir-akhir ini dikembangkan, bioteknologi tidak hanya didasari

oleh materi biologi saja, namun perlu juga ilmu terapan dan ilmu yang lainnya

seperti biokimia, biologi molekuler, mikrobiologi, genetika dan lain

sebagainya.Salah satu bagian dari beberapa ilmu terapan yang dipelajari lebih

lanjut dalam bidang bioteknologi adalah kultur jaringan

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara

vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara

mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas atau sering disebut sebagai

eksplant, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara

aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang

tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan

bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Perbanyakan tanaman dengan

menggunakan teknik kultur jaringan ini biasanya diterapkan pada tanaman-

tanaman yang masih memiliki jaringan meristem dan memiliki mata tunas, serta

umumnya pada tanaman-tanaman yang tidak mampu dikembangkan secara

generatif.

Adapun diantaranya tahapan dalam perbanyakan secara kultur jaringan ini

yaitu: pembuatan larutan induk, pembuatan media kultur, isolasi dan inokulasi

eksplant, serta aklimatisasi. Namun, dalam prektikum kali ini yaitu tentang teknik

perbanyakan secara kultur jaringan, tidak melakukan proses pembuatan larutan

induk dan aklimatisasi. Sehingga hasil yang diperoleh pun hanya sampai pada

hasil pengamatan di ruangan kultur.

Page 3: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

1.2 Tujuan Pembuatan Bibit Secara Kuljar

Tujuan dari pembuatan bibit secara kultur jaringan, antara lain:

1. Memperoleh tanaman yang lebih sehat;

2. Perbanyakan tanaman secara vegetatif sehingga tanaman baru mempunyai

keseragaman dalam bidang genetik dengan induknya;

3. Salah satu aplikasi dalam pemuliaan tanaman;

4. Sebagai pelestarian plasma nutfah; dan

5. Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu relatif

singkat.

Page 4: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam melakukan kultur jaringan, terdapat beberapa tahapan yang

dilakukan, yaitu:

1. Pengenalan Alat dan Laboratorium

Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994) suatu laboratorium kultur

jaringan tanaman harus memiliki ruangan yang dapat mengakomodasi berbagai

kegiatan berbeda seperti persiapan medium, sterilisasi, transfer bahan eksplan

secara aseptik, pemeliharaan kultur jaringan dalam kondisi lingkungan terkendali,

dan untuk aklimatisasi plantlet ke kondisi in vitro yang berisi alat-alat yang

digunakan di dalamnya. Berikut adalah ruangan beserta alat-alat yang digunakan

pada suatu laboratorium kultur jaringan:

1) Ruang persiapan

ruangan untuk segala aktivitas dalam rangka persiapan pelaksanaan aplikasi

teknik kultur jaringan (pembuatan dan penyimpanan larutan stok; pembuatan

media; sterilisasi medium pada alat; sterilisasi tahap awal pada eksplan; dan

pencucian serta pengeringan alat-alat laboratorium). Alat yang berada pada

ruangan ini, antara lain:

- Timbangan analitik adalah alat untuk mengukur massa suatu benda dengan

akurasi hingga ±0,0001 gram.

- Vortex adalah alat untuk mencampurkan beberapa jenis larutan agar

homogen

- Kulkas adalah alat untuk proses penyimpanan/ pendinginan bahan

praktikum

- Oven adalah alat untuk sterilisasi bahan secara kering dengan suhu yang

ditentukan

- Microwave adalah alat untuk memanaskan bahan praktikum

- Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan alat dan media

2) Ruang Transfer/ ruang inokulasi

Page 5: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

ruangan untuk melakukan kegiatan transfer, inokulasi atau pengkulturan yakni

menanamkan eksplan pada medium cair atau padat. Alat-alat yang ada di

dalam ruangan ini, antara lain:

- LAFC (Laminar Air Flow Cabinet) sebagai alat untuk penanaman eksplan.

- Spritus, alat-alat inokulasi, lampu UV, dan lampu neon untuk membantu

kegiatan penanaman eksplan.

3) Ruang Kultur

Ruangan untuk menempatkan botol-botol kultur yang sudah berisi eksplan

yang ditempatkan pada rak-rak kultur. Alat-alat yang berada pada ruangan ini,

antara lain:

- AC yang berfungsi untuk mengatur suhu udara agar dalam keadaan

optimal untuk pertumbuhan eksplan.

- Rak kultur berfungsi untuk menempatkan botol-botol kultur yang telah

berisi eksplan.

- Lampu TL sebagai sumber cahaya.

2. Pembuatan Larutan Induk

Abidin, Z. (1985) menjelaskan bahwa media merupakan faktor penentu

dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan

tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan

biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu di perlukan

juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh

(hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya,

tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.

Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol

kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya

dengan autoklaf. Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media

cair. Media padat umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi

dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media

cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung

kebutuhan.

Page 6: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

Suryowinoto (1991) larutan induk adalah larutan yang nantinya akan

dijadikan sebagai bahan dasar media tanam in vitro yang terdiri dari senyawa

makro, senyawa mikro, senyawa besi, vitamin, serta zat pengatur tumbuh (ZPT).

Larutan induk yang digunakan adalah media MS atau Murashige dan Skogg yang

terdiri dari beberapa unsur seperti makronutrien, mikronutrien, vitamin, dan zat

besi.

1) Unsur Makro

- Nitrogen (N) untuk membantu pembentukan klorofil dan pertumbuhan

vegetatif tanaman.

- Fosfor (P) untuk pembentukan karbohidrat yang digunakan pada waktu

pertumbuhan benih, pembungaan, pemasakan buah dan biji.

- Kalium (K) untuk memperkuat tubuh tanaman (menguatkan serabut-

serabut akar sehingga tidak mudah gugur) dan berfungsi memperlancar

metabolisme dan mempengaruhi penyerapan makanan tanaman.

- Sulfur (S) untuk pembentukan beberapa jenis protein, seperti asam amino

dan vitamin B1 dan berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar serta

membantu pembentukan anakan.

- Kalsium (Ca) untuk merangsang pembentukan bulu-bulu akar,

mengeraskan batang dan merasang pembentukan biji.

- Magnesium (Mg) untuk meningkatkan kandungan fosfat yang untuk

pembentukan sejumlah protein.

2) Unsur Mikro

Unsur-unsur yang termasuk di dalam unsur mikro adalah klor (Cl),

mangan (Mn), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), bor (B), dan molibdenum (Mo).

3) Zat Pengatur Tumbuh

- Sitokinin berperan dalam pembelahan sel tanaman terutama

mempengaruhi metabolisme asam nukleat dan sintesis protein, serta

diferensiasi sel.

- Auksin berperan dalam proses merubah sifat osmotik dari vakuola serta

berperan dalam perpanjangan sel tanaman sedangkan sitokinin

berpengaruh pada pembelahan sel dan diferensiasi sel.

Page 7: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

4) Vitamin terdiri dari Tiamin, Piridoksin, dan asam nikotonat.

Dalam pembuatan larutan induk, yang perlu dilakukan adalah

mempersiapkan timbangan analitik dan cup kertas, setelah itu menimbang bahan

yang akan dijadikan sebagai larutan induk dan larutkan dengan aquades sesuai

dengan vlume yang telah dihitung, dan kemudian dimasukkan ke dalam botol

penyimpanan sesuai dengan masing-masing senyawa (Wardiyati, 2013).

3. Pembuatan Media in Vitro

Media biakan pada kultur jaringan mempunyai banyak jenis dan

mempunyai spesifikasi tanaman tersendiri. Salah satu jenis media yang digunakan

dalam perbanyakan vegetatif secara kultur jaringan adalah media Murashige dan

Skogg. Alat yang digunakan dalam penuatan media kultur Murashige dan Skogg,

antara lain timbangan analitik, spatula, beaker glass, cup kertas, labu ukur, pH

meter, dan autoklaf. Sedangkan bahan yang digunakan, antara lain larutan induk

makro dan kiro, Fe-EDTA, vitamin, ZPT, agar, sukrosa, HCl dan NaOH masing-

masing 1M, dan aquades steril. Untuk cara kerja pembuatan media MS antara lain

menyiapkan stok makro dan mikro, Fe-EDTA, serta vitamin, dan menentukan

volume 250 ml pada beaker glass berukuran 500 ml; kemudian ditambahkan

sukrosa 7,5 gram/ 250 ml, aquades steril, casein 0.02 gram/ 250 ml; kemudian pH

larutan tersebut diukur dengan menggunakan pH meter (pH 5.8), apabila pH

kurang dari 5.8 maka ditambahkan NaOH, dan apabila pH diatas 8 ditambahkan

HCl; kemudian ditambahkan agar 1.625 gram/250 ml; kemudian dihomogenkan

dan dibagi ke dalam masing-masing botol kultur; dan terakhir disterilkan dalam

autoklaf dengan suhu 121°C dan tekanan 15 psi dalam waktu 20 menit

(Wardiyati, 2013).

4. Isolasi dan Inokulasi Eksplan

Isolasi atau sterilisasi eksplan adalah merupakan suatu proses untuk

mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda.

Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa:

- Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang

dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan

berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi.

Page 8: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

- Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan

alkohol, larutan formalin).

- Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat

pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya

adalah dengan saringan/filter (Anonimusa, 2014).

Sedangkan inokulasi menurut Hikka (2014) adalah kegiatan pemindahan

bahan tanam dari linkungan non aseptik ke lingkungan asetik. Sebelum dilakukan

inokulasi pada eksplan, bahan tersebut terlebih dahulu harus disterilkan. Tahapan-

tahapan yang di lakukan dalam proses inokulasi adalah sebagai berikut:

- Bahan tanam yang telah steril di letakan dalam petridish atau cawan petri,

- Bahan tanam yang akan dijadikan eksplan dipotong sesuai dengan mata tunas

yang ada,

- Eksplan yang telah dipotong ditanam atau diinokulasi dalam media yang telah

disiapkan,

- Botol media ditutup dan disimpan di dalam ruang inkubasi.

- Seluruh kegiatan inokulasi dilakukan di dalam LAFC.

5. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah kegiatan pemindahan plantlet (tanaman kecil) dari

media in vitro ke media in vivo (lingkungan sebenarnya). Proses pemindahan ini

memerlukan keadaan yang mendukung agar plantlet tidak mengalami stress

lingkungan (Wardiyati, 2013). Aklimatisasi dilakukan setelah embrio

berkecambah dan diperoleh plantlet yang siap untuk dipindahkan ke lapangan.

Teknik aklimatisasi untuk plantlet hasil regenerasi kultur embrio pada prinsipnya

sama dengan aklimatisasi plantlet hasil regenerasi dari teknik kultur jaringan

lainnya (Hikka, 2014).

Page 9: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

III. MATERI BAHASAN

3.1 Pembuatan Media Perbanyakan (Inokulasi/Penanaman)

3.1.1 Metode

Stok makro, mikro, Fe-EDTA dan vitamin disiapkan

Bahan dasar (larutan induk) di atas dicampur ke dalam beaker glass, ditambah

sucrose (7,5g/250 ml), casein hydrolisate (0,029/250 ml) dan aquades steril hingga

volume media mencapai 250 ml

pH diukur menggunakan pH meter. Apabila pH <5,8 maka dilakukan penambahan

NaOH. Jika pH >5,8 ditambahkan HCl

Tambahkan Agar 1,625 g/250 ml, sambil dipanaskan

Diangkat dan dituang kedalam masing-masing botol kultur

Autoclaf 121oC dengan tekanan 15 psi selama 20 menit

Media dimasukkan ke ruang simpan agar tidak terkontaminasi

3.1.2 Hasil dan Pembahasan

Media yang digunakan dalam perbanyakan tanaman mawar secara kultur

jaringan adalah media MS yang terdiri dari unsur hara makro yang terdiri dari

KNO3, NH4NO3, CaCl2.2H2O, MgSO4. 7H2O. Unsur hara mikro yang terdiri dari

H3BO3, MnSO4.H2O, ZnSO4.7H2O, KI, NaMoO4.H2O, CuSO4.5H2O,

Larutan Makro : 25 ml

Larutan Mikro : 2,5 ml

Fe-EDTA : 2,5 ml

Vitamin : 2,5 ml

Page 10: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

CoCl2.6H2O. Fe-EDTA yang terdiri dari Na EDTA dan FeSO4.7H2O. Dan vitamin

yang terdiri dari Myo-Inositol, Glycine, Nicotinic acid, Pyridoxine HCl, dan

Thiamine HCl.

Unsur hara makro yang terdapat pada media MS yang digunakan antara

lain (NH4)SO4, NH4NO3, KNO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, KH2PO4, dan

NaH2PO4H3O. Unsur hara mikro yang terdiri dari H3BO3, MnSO4H2O,

ZnSO4.7H2O, KI, NaMoO4.2H2O, CuSO4.5H2O, CoCl2.6H2O. Fe khelat yang

terdiri dari Na2 EDTA.2H2O dan FeSO4.7H2O. Serta vitamin yang terdiri dari

asam nikotinat, piridoksin HCl, tiamin HCl, glisin, Myo-inositol, sukrosa, dan

BAP (Marlina, dkk., 2004).

3.2 Penanaman/Isolasi dan Inokulasi Eksplan

3.2.1 Metode

1. Sterilisasi Eksplan

Eksplan dari tanaman (kentang, krisan dan mawar) disiapkan

Eksplan disiapkan sesuai ukuran ruas dan tunas

Cuci dengan air mengalir

Rendam dengan deterjen 15ml + 85ml air selama 5 menit

Cuci dengan air mengalir

Rendam dengan Benlate (Fungisida) 0,2 g/100 ml air selama 10 menit

Rendam dengan Bayclin 10 ml/90 ml air selama 15 menit

Bilas dengan air mengalir

Rendam dengan aquades steril sebanyak 3 kali @1 menit

Masukan kedalam LAFC

Page 11: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

2. Inokulasi/Penanaman

Scapel dan pinset disiapkan dengan ujung yang telah diapi-apikan

Eksplan disiapkan lalu dipotong bagian ujung atas dan bawah

Media disiapkan lalu disterilkan beserta plastik penutup dengan cara

diapi-apikan

Eksplan ditanam menggunakan pinset

Media ditutup kembali dengan plastik penutup sebelumnya telah diapi-

apikan terlebih dahulu lalu direkatkan dengan karet gelang

Disimpan di ruang kultur

3.2.2 Hasil dan Pembahasan

Dokumentasi % Eksplan

yang hidup

% Inisiasi

tunas

% Inisiasi

akar

%

Kontamin

asi

Pengamatan 1

100 %

Belum

tumbuh

tunas

Belum

tumbuh

akar

0 %

Pengamatan 2

100 %

Belum

tumbuh

tunas

Belum

tumbuh

akar

0 %

Page 12: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

Pengamatan 3

100 %

Mulai

tumbuh

tunas 25 %

Tumbuh

akar 25 % 0 %

Pengamatan 4

100%

Tunas

memanjang

75 %

Tumbuh

akar 50% 0%

Pengamatan 5

100%

Tunas

memanjang

100 %

Tumbuh

akar 100 % 0%

Pengamatan 6

100%

Tumbuh

tunas kedua

50 %

Akar terus

tumbuh

100%

0%

Pengamatan 7

100%

Kedua tunas

tumbuh

100%

Akar terus

tumbuh

100%

0%

Perbanyakan tanaman krisan secara vegetatif dengan teknik kultur jaringan

menggunakan batang tanaman yang dipotong sesuai dengan nodus. Batang yang

digunakan adalah batang jaringan muda yang sedang aktif karena mempunyai

regenerasi yang tinggi. Pengisolasian eksplan dilakukan tiga kali, yaitu dengan

mengunakan detergen 15%, Fungisida Benlate, dan Bayclin 10%. Eksplan yang

telah diisolasi dibilas dengan air bersih yang mengalir. Untuk inokulasi atau

Page 13: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

penanaman eksplan dilakukan di dalam LAFC atau Laminar Air Flow Cabinet,

dan sebelum ditanam pada media agar dibilas terlebih dahulu dengan aquades

steril, dan bagian yang terkena kontak dengan bahan-bahan kimia tersebut

dipotong, dengan harapan media dan eksplan nantinya tidak terjadi kontaminasi.

Dari hasil praktikum teknologi produksi benih – kultur jaringan,

didapatkan hasil bahwa tanaman bunga mawar yang dikembangbiakkan secara

vegetatif dengan kultur jaringan tumbuh dengan optimal tanpa kontaminasi jamur

ataupun bakteri. Pada pengamatan hari pertama dan hari kedua belum terjadi

inisiasi akar dan inisiasi tunas dengan prosentase 0%. Pada pengamatan hari

ketiga terjadi inisiasi akar dan inisiasi tunas 25%. Selanjutnya pada pengamatan

hari keempat sampai hari ketujuh, inisiasi tunas mencapai 100% bahkan tumbuh

tunas kedua dengan inisiasi mencapai 100% juga. Untuk insiasi akar, dari

pengamtan hari keempat hingga hari ketujuh, inisiasi akar makin meningkat dari

50% hingga mencapai 100%. Selama pengamatan tidak terjadi kontaminasi, baik

jamur maupun bakteri.

Keberhasilan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan bergantung

pada kombinasi jenis media, zat pengatur tumbuh (ZPT), dan bagian eksplan yang

digunakan. Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan (Yusnita 2003). Media kultur yang

memenuhi syarat adalah media yang mengandung unsur hara makro, mikro,

vitamin, dan sukrosa (sumber energi). Menurut Wattimena et al. (1992), auksin

berperan dalam berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara

lain pembesaran sel, penghambatan mata tunas samping, aktivitas pada kambium,

dan pertumbuhan akar, sedangkan sitokinin merangsang pertumbuhan dan

pembentukan kuncup daun. Marlina, N. (2009) menjelaskan bahwa inisiasi kultur

yang bebas kontaminan dan sumber eksplan menentukan keberhasilan

perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Dalam pemilihan eksplan, hal-hal

yang perlu diperhatikan adalah jenis tanaman, bagian tanaman yang akan

digunakan, morfologi permukaan, kondisi tanaman, dan waktu pengambilan

eksplan. Hal ini menujukkan bahwa komposisi media kultur agar mengandung

unsur hara makro, hara mikro, vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang

Page 14: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

seimbang dan optimal bagi perumbuhan bunga mawar. Media kultur dan bagian

eksplan juga bebas kontaminasi jamur yang menandakan bahwa media kultur dan

eksplan dalam kondisi yag steril.

3.3 Pembuatan Stok Media MS

Chelat Fe

Na EDTA ditimbang dan larutkan kedalam aquades. Pada suhu ruang akan

larut sesudah 20 menit

FeSO4,7H2O ditimbang dan dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam

larutan Na EDTA, sampai akhirnya didapatkan larutan bening berwarna

kekuningan.

Larutan yang telah ditambah aquades dipanaskan diatas api Bunsen dan

dimasukan kedalam botol cokelat untuk menghindari kerusakan oleh

cahaya atau botol dibungkus dengan kertas gelap

Pembuatan stok media yang telah digunakan adalah media Murashige dan

Skogg. Media MS yang telah dibuat menggunakan unsur hara makro dan mikro,

Fe-EDTA, vitamin, sukrosa 7.5 gr, casein hydrosilate 0.02 gr, dan agar 1.625 gr.

Hal ini berbeda dengan Marlina, N. (2009), yang menggunakan bahan-bahan

pembuatan media, seperti unsur hara makro dan mikro, vitamin, sukrosa, Fe

khelat, ZPT sitokinin, agar 7 gr/ liter, sukrosa 30 gr/ liter.

3.4 Aklimitasi

Suatu tahapan yang sangat penting dalam teknik kultur jaringan adalah

aklimatisasi planlet yang ditanam secara in vitro kedalam rumah kaca atau

langsung ke lapang (Pospisilova et al, 1996). Aklimatisasi merupakan kegiatan

akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari

lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak

terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup

dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi

Page 15: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi

lapang.

Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur

jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk

untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam

lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Wetherell (1982) menyatakan bahwa

aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur terhadap

lingkungan baru sebelum kemudian ditanam di lahan yang sesungguhnya. Torres

(1989) menuliskan aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman

beradaptasi sengan perubahan lingkungan.

Aklimatisasi yang merupakan suatu kegiatan pemindahan plantlet dari

kondisi in vitro pada kondisi in vivo, tidak kami lakukan dalam praktikum ini.Hal

ini disebabkan karena, banyaknya jumlah praktikan dalam praktikum ini, selain

itu juga waktu yang dibutuhkan untuk tahapan aklimatisasi ini terbilang lama dan

sulit.Namun, kami telah dijelaskan secara rinci teknis dalam pelaksanaan tahapan

kegiatan aklimatisasi tersebut.

Page 16: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

IV. KESIMPULAN

Dari data hasil pengamatan praktikum teknologi produksi benih –

perbanyakan vegetatif tanaman bunga mawar melalui kultur jaringan, didapatkan

hasil bahwa tanaman bunga mawar tumbuh dengan optimal dan inisiasi bebas dari

kontaminasi jamur maupun bakteri. Inisiaasi tunas dan akar dimulai sejak minggu

ketiga dan mencapai prosentase 100%. Hal ini menandakan bahwa, media kultur

steril dan mengandung unsur-unsur hara, vitamin, dan ZPT yang cocok dan

seimbang untuk pertumbuhan tanaman bunga mawar dan eksplan yang digunakan

merupakan tunas yang aktif membelah.

Page 17: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh.

Angkasa. Bandung.

Anonimusa, 2012. Teknik Sterilisasi Alat [Online].

http://elearning.unram.ac.id/KulJar/BAB%20IV%20STERILISASI/IV2%20

Sterilisasi%20.html. Diakses tanggal 30 Mei 2014.

Hendaryono dan Wijayani, 1994. Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk

Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Media). Kanisius. Yogyakarta

Hikka. 2014. Kultur Jaringan Tumbuhan [Online], http://

hikkasfavorites.blogspot.com/2011/04/about-farmasi-kultur-jaringan-

tumbuhan.html. Diakses tanggal 30 Mei 2014.

Marlina, dkk. 2004. Jurnal Teknik Pertanian: Teknik Modifikasi Media

Murashige & Skoog (MS) untuk Konservasi Secara in vitro Mawar (Rossa

sp).

Marlina, N. 2009. Teknik Perbanyakan Lili dengan Kultur Jaringan. Buletin Teknik

Pertanian Vol. 14 No. 1, 2009: 6-8.

Pospisilova, J, J. Catsky, and Z. Sestak. 1996. Photosyntesis in Plants Cultivated

in vitro. P 525-537. In M. Pessarakli, (ed.). Handbook of Photosynthesis.

Marcel Dekker, Inc. New York. Basel. Hong Kong.

Suryowinoto, 1991. Petunjuk Laboratorium, Pemuliaan Tanaman Secara In vitro.

PAU Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Torres, K.C. 1989. Tissue Culture Techniques for Horticultural Crops. Von

Hostrand Reinheld. New York.

Wardiyati, Titik dkk. 2013. Modul Pembiakan Vegetatif Tanaman Secara Kultur

Jaringan. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Wetherelll, D. F. 1982. Introduction to in vitro Propagation. Avery Publishing

Group Inc. Wayne, New Jersey.

Page 18: Laporan Praktikum Teknologi Produksi Benih - Kultur Jaringan

Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin, N.M.A Wendi,

dan A. Ernawati. 1992. Bioteknologi Tanaman. PAU Bioteknologi, Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.

Agro Media Pustaka. Jakarta.