Download - LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
i
ANALISIS KUANTITATIF ASAM CUKA DAN NaOH, SERTA
SIFAT-SIFAT KUALITATIF KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA DASAR
Disusun Oleh:
Kelompok VIIIC
Bintang Aditiyo Nugroho 23010112140121
Mohammad Ridwan Setiyono 23010112130140
Aulina Latifa Puspitasari 23010112130158
Syifi Ulfah 23010112130163
Amelia Fardani Fitri 23010112130167
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA DASAR
Kelompok : VIIIC (DELAPAN C)
Tanggal Pengesahan : November 2012
Menyetujui,
Koordinator Umum Asisten Praktikum Asisten Pembimbing
Kimia Dasar
Landung Dwi Cahyono Ganang Setyo Nugroho
NIM. H2A 009 028 NIM. H2A 009 042
Mengetahui,
Koordinator Praktikum Kimia Dasar
Dr. Ir. Isroli, M.P.
NIP. 19580502 1986031 1 002
iii
RINGKASAN
Kelompok VIIIc. 2012. Laporan Resmi Praktikum Kimia Dasar. (Asisten:
Ganang Setyo Nugroho).
Praktikum Kimia Dasar dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober
2012 pukul 07.00-09.30 WIB dengan materi Analisa Kuantitatif dan Karbohidrat
serta hari Minggu tanggal 11 November 2012 pukul 16.30-18.30 WIB dengan
materi Protein dan Lemak di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.
Praktikum Kimia Dasar dengan materi Analisa Kuantitatif, alat yang
digunakan adalah buret, statif, erlenmeyer 100 ml, labu ukur, pipet volume 10ml
dan pipet tetes. Bahan yang digunakan adalah Asam Oksalat (H2C2O4), NaOH
0,1N, Fenolftalein (PP) 1% dan Asam Cuka. Metode yang digunakan adalah
Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar dan Penetapan Kadar
Asam Cuka. Praktikum Kimia Dasar dengan materi Karbohidrat, alat yang
digunakan adalah pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung, kaki tiga, penjepit, spirtus
dan gelas beker 250 ml. Bahan yang digunakan adalah glukosa, fruktosa, laktosa,
manosa, sukrosa, madu, sirup, Fehling A, Fehling B, pereaksi Benedict, Asam
Pikrat dan aquades. Metode yang digunakan adalah Uji Kelarutan, Uji Fehling,
Uji Benedict dan Uji Asam Pikrat. Praktikum Kimia Dasar dengan materi Protein,
alat yang digunakan adalah tabung reaksi, pipet tetes dan penjepit. Bahan yang
digunakan adalah telur, susu, FeCl3, CuSO4 0,5%, HgCl2 dan NaOH 10%. Metode
yang digunakan adalah Uji Biuret dan Presipirasi dengan Larutan Garam Logam
Berat. Praktikum Kimia Dasar dengan materi Lemak, alat yang digunakan adalah
tabung reaksi, pipet tetes dan rak tabung. Bahan yang digunakan adalah minyak
kelapa, lemak (gajeh), margarin, mentega, Na2CO3, alkohol, eter, kloroform, air
dan air sabun. Metode yang digunakan adalah Uji Fisik, Kekentalan, dan Bau, Uji
Kekentalan dan Uji Emulsi.
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa Analisa Kuantitatif
adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Metode
yang dilakukan adalah metode volumetri, yaitu suatu analisa kuantitatif yang
dilakukan dengan jalan mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah
diketahui dengan teliti. Percobaan Karbohidrat dapat disimpulkan bahwa
Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh
manusia. Ada beberapa pengujian dalam karbohidrat, diantaranya Uji Kelarutan,
Uji Fehling, Uji Benedict dan Uji Asam Pikrat yang masing-masing memiliki
perubahan reaksi yang berbeda-beda. Percobaan Protein dan Lemak dapat
disimpulkan bahwa Protein dan Lemak merupakan sumber energi dan cadangan
makanan yang ada dalam tubuh. Pada percobaan Protein dan Lemak membahas
tentang sifat umum dan sifat khusus dari protein dan lemak.
Kata Kunci: Analisa Kuantitatif, Karbohidrat, Protein dan Lemak
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
Rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kimia Dasar ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Isroli, M.P. selaku
Koordinator Praktikum Kimia Dasar, Landung Dwi Cahyono selaku Koordinator
Umum Asisten Praktikum Kimia Dasar, dan Ganang Setyo Nugroho selaku
asisten pembimbing yang telah membimbing dan membantu penulis selama
praktikum berlangsung sampai penyusunan laporan praktikum Kimia Dasar ini
selesai. Harapan penulis semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Demikian kata pengantar dari penulis, penulis menyampaikan terima kasih
atas perhatian dan koreksi dari berbagai pihak.
Semarang, November 2012
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
RINGKASAN ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2
2.1. Analisa Kuantitatif ................................................................ 2
2.2. . Karbohidrat ............................................................................ 2
2.3. . Protein ................................................................................... 3
2.4. . Lemak .................................................................................... 4
BAB III MATERI DAN METODE ........................................................... 6
3.1. Materi .................................................................................... 6
3.2. Metode ................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 11
4.1. Analisa Kuantitatif ................................................................. 11
4.2. Karbohidrat ............................................................................ 13
4.3. Protein .................................................................................... 17
4.4. Lemak ..................................................................................... 19
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 25
5.1. Simpulan ............................................................................... 25
5.2. Saran ..................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27
LAMPIRAN................................................................................................. 29
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar .... 11
2. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka .............................. 12
3. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan ................................................... ... 13
4. Hasil Pengamatan Uji Fehling .......................................................... 14
5. Hasil Pengamatan Uji Benedict ........................................................ 15
6. Hasil Pengamatan Uji Asam Pikrat .................................................. 16
7. Hasil Pengamatan Uji Biuret ............................................................ 17
8. Hasil Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (Putih Telur).. 18
9. Hasil Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (Protein Susu) 19
10. Hasil Pengamatan Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau ......................... 19
11. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid (Minyak Kelapa) ................ 20
12. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid (Margarine) ........................ 21
13. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid (Mentega) ........................... 21
14. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (Minyak Kelapa) ............. 22
15. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (Margarin) ....................... 23
16. Hasil Pengamatan Pembentukan Emulsi (Mentega) ........................ 23
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Alat-alat Percobaan Analisa Kuantitatif ....................................... 29
2. Perhitungan Analisa Kuantitatif ................................................... 31
3. Fotocopy Laporan Sementara Praktikum Analisa Kuantitatif ..... 33
4. Menjawab Pertanyaan Karbohidrat .............................................. 34
5. Fotocopy Laporan Sementara Praktikum Karbohidrat ................. 37
6. Menjawab Pertanyaan Protein ...................................................... 39
7. Fotocopy Laporan Sementara Praktikum Protein ........................ 40
8. Menjawab Pertanyaan Lemak ...................................................... 41
9. Fotocopy Laporan Sementara Praktikum Lemak ......................... 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
Analisa kuantitatif adalah suatu pendekatan sains untuk dipergunakan dalam
proses pengambilan keputusan. Pendekatan ini menggunakan data yang diolah
untuk pengambilan keputusan. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat
menentukan kandungan suatu zat dalam contoh bahan praktikum (kadar asam
cuka).
Karbohidrat tersusun oleh karbon, hidrogen dan oksigen yang berfungsi
utama sebagai sumber energi bagi tubuh. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
menguji kandungan karbohidrat dengan berbagai macam alat uji yang tentu
tujuannya untuk mengetahui ada-tidaknya kandungan karbohidrat pada suatu
bahan makanan atau bahan lainnya. Manfaat praktikum ini adalah mengetahui
bahan-bahan yang mengandung karbohidrat serta sifat senyawa tersebut.
Protein adalah senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan
susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer dari alfa asam-asam amino.
Lemak adalah lipid sederhana, yaitu ester antara gliserol dan asam lemak,
umumnya dibedakan berdasarkan sifat fisiknya yaitu lemak (gajeh) berupa
padatan dan minyak berupa zat cair. Tujuan praktikum protein dan lemak adalah
untuk mengetahui beberapa sifat umum dan khusus dari protein dan lemak serta
mampu melakukan analisa kuantitatif dari protein dan lemak. Manfaat dari
praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengetahui lebih dekat mengenai protein
dan lemak mulai dari sifatnya dan klasifikasinya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui
kadar suatu zat. Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan beberapa banyak
suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan
tersebut, yang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun
sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang danalisis (Day dan Underwood,
2002).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang
terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat memiliki rumus empiris CH2O
misalnya, rumus molekul glukosa ialah C6H12O6 (enam kali CH2O). Senyawa ini
pernah disangka hidrat dari karbon, sehingga disebut karbohidrat. Dalam tahun
1880-an disadari bahwa gagasan hidrat dari karbon merupakan gagasan yang
salah dan karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehida dan keton atau
turunan mereka (Fessenden,1997). Karbohidrat hanya mengandung karbon,
hidrogen dan oksigen. Dinamakan karbohidrat karena rasio hidrogen terhadap
oksigen adalah 2 : 1 yang sama dengan rasio pada air (Jamees etal, 2002).
Protein terdapat didalam semua sistem kehidupan dan merupakan suatu
komponen seluler utama yang menyusun sekitar setegah dari berat sel kering.
Istilah protein, yang dikemukakan pertama kali oleh pakar kimia Belanda, G.J.
Mulder pada tahun 1939, berasal dari bahasa Yunani ‘proteios’. Proteios sendiri
mempunyai arti “yang pertama” atau “yang paling utama”. Protein ternyata
3
memegang peran yang sangat penting pada organisme, yaitu dalam struktur,
fungsi, dan reproduksi (Sumardjo, 2009).
Asam-asam amino yang merupakan penyusun dasar protein berikatan
membentuk polimer dan menghasilkan ikatan yang kovalen disebut ikatan
peptida. Pada salah satu ujung rantai polipeptida terdapat satu gugus amino bebas
dan urutan atom-atom yang berwarna ungu (Champbell, et al., 2002).
Terjadi secara heteropolar atau elektrovalen yaitu ikatan antar ion-ion yang
bermuatan berlawanan dengan suatu molekul. Disebabkan oleh gaya
Elektrostatika. Ikatan ini terjadi antara radikal karbonil bebas berdekatan dengan
radikal amino bebas (Klanertelter, 1991).
Konformasi protein juga bergantung pada kondisi fisik dan kimiawi
lingkungannya. Jika pH, konsentrasi garam, atau aspek lain dari lingkungannya
diubah, protein tersebut bisa terbuka dan kehilangan konformasinya, suatu
perubahan yang disebut denaturasi (Champbell, et al., 2002).
Peran penting protein bisa dilihat dari namanya, yang berasal dari bahasa
Yunani proteis, yang artinya “tempat pertama”. Protein meliputi lebih dari 50%
bobot kering sebagian besar sel, dan molekul ini sangat berguna sebagai alat bantu
dalam hampir setiap hal yang dilakukan oleh organisme. Protein digunakan untuk
dukungan struktural, penyimpanan, trasnpor substansi lain, pengiriman sinyal dari
satu bagian organisme ke bagian lain, pergerakan, dan pertahanan melawan
substansi asing. Selain itu, sebagai enzim, protein juga mengatur metabolisme
secara selektif mempercepat reaksi kimiawi dalam sel (Champbell, et al., 2002).
4
Lipid adalah salah satu kategori molekul biologis yang besar yang tidak
mencakup polimer. Meskipun lemak bukan merupakan polimer, senyawa ini
adalah molekul besar dan terbentuk dari molekul yang lebih kecil melalui reaksi
dehidrasi. Lemak disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol
dan asam lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon, yang
masing mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki kerangka
karbon yang pangjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon panjangnya
(Champbell, et al., 2002).
Asam lemak, tidak lain adalah asam monokarboksilat, yang rantai
karbonnya tidak bercabang, dan radikal karboksilnya berasa di ujung rantai
karbon tersebut (Sumardjo, 2009).
Lemak jenuh dan lemak tak jenuh, dalam hidrogen, pada kondisi tertentu
dapat mengalami proses hidrogenolisis. Pada proses hidrogenolisis, lemak akan
mengalami pemecahan menjadi gliserol dan alkohol alifatik (Sumardjo, 2009).
Ketengikan, yang dalam bahasa asingnya dikenal sebagai rancidityi, adalah
perubahan kimiawiyang dialami oleh lemak atau minyak sehingga timbul bau
tidak enak atau bau tengik.reaksi kimia yang dapat menyebabkan rasa dan bau
tidak enak ini adalah reaksi hidrolisis atau reaksi oksidasi (Sumardjo, 2009).
Sebagian besar lemak hewani merupakan zat padat karena unit penyusunnya
asam lemak jenuh rantai panjang. Asam lemak jenuh tidak mempunyai ikatan
rangkap dalam struktur kimianya dan pada umumnya asam lemak jenuh tidak
dapat larut dalam air (Sumardjo, 2009).
5
Lemak nabati merupakan zat cair, karena pada umumnya mengandung satu
atau lebih asam lemak tak jenuh sebagai unit penyusunnya. Dibandingkan dengan
asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh mempunyai titik lebur yang lebih rendah
dan lebih mudah larut (Sumardjo, 2009).
6
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Kimia Dasar dengan materi Pengenalan Analisa Kuantitatif dan
Karbohidrat dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 27 Oktober 2012 pukul 07.00-
09.30 WIB, materi Protein dan Lemak dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 11
November 2012 pukul 16.30-18.30 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia
Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum kimia dasar dengan materi
analisa kuantitatif, karbohidrat, protein dan lemak adalah buret yang berfungsi
untuk melakukan titrasi (sebagai wadah untuk zat yang dipakai untuk menitrasi),
statif yang berfungsi sebagai alat untuk menyangga buret saat melakukan titrasi,
erlenmeyer 100 ml sebagai tempat untuk menampung zat yang akan dititrasi, labu
ukur yang digunakan untuk membuat larutan standar dengan volume tertentu
secara tepat, pipet volume 10 ml yang digunakan untuk mengambil larutan dengan
volume tertentu, pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil larutan dalam
jumlah kecil, tabung reaksi yang berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan
bahan kimia, rak tabung sebagai tempat meletakkan tabung reaksi, kaki tiga untuk
penyangga spirtus, penjepit untuk menjepit tabung reaksi, gelas beker 250 ml
yang diisikan dengan aquades untuk mendinginkan larutan dalam tabung reaksi
setelah dipanaskan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah
7
Asam Oksalat (H2C2O4), NaOH 0,1N, Fenolftalein (PP) 1%, Asam Cuka, glukosa,
fruktosa, laktosa, manosa, sukrosa, madu, sirup, Fehling A, Fehling B, pereaksi
Benedict, Asam Pikrat, aquades, putih telur, susu murni, NaOH 10%, CuSO4
0,5%, FeCl3, HgCl2, mentega, margarin, minyak kelapa, lemak (gajeh), Na2CO3,
alkohol, eter, kloroform dan air sabun.
3.2. Metode
3.2.1. Analisa kuantitatif
3.2.1.1.Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar, Metode
yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara Standarisasi NaOH dengan
Larutan Asam Oksalat Standar dan Penetapan Kadar Asam Cuka. Pada
standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar, metode yang dilakukan
adalah dengan cara menimbang dengan tepat 0,63 gram asam oksalat
(H2C2O4.2H2O), kemudian melarutkannya ke dalam aquades dan
mengencerkannya menjadi 100 ml dengan labu takar. Mengisikan larutan asam
oksalat ke dalam buret. Memipetkan 10 ml NaOH dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer 100 ml, kemudian menambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein.
Kemudian menitrasi larutan tersebut dengan asam oksalat standar sampai warna
merah indikator tepat hilang. Mencatat volume asam oksalat yang diperlukan.
Melakukan titrasi sebanyak 2 kali dan menghitung konsentrasi NaOH yang
sesungguhnya.
8
3.2.1.2.Penetapan kadar asam cuka, Metode yang digunakan adalah dengan
cara mengisikan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya ke dalan
buret. Mengambil 10 ml asam cuka perdagangan dan mengencerkannya menjadi
250 ml dengan labu takar. Memipetkan 10 ml asam cuka yang telah diencerkan
dan memasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian menambahkan 3 tetes indikator
Fenolftalein. Menitrasikan larutan tersebut dengan larutan NaOH sampai timbul
warna merah muda yang tetap. Mengulangi titrasi sebanyak 2 kali untuk
erlenmeyer yang lain. Mencatat volume NaOH yang diperlukan dan menghitung
kadar asam cuka.
3.2.2. Karbohidrat
3.2.2.1.Uji kelarutan, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan
cara menyiapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing diisikan dengan glukosa,
fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa, madu dan sirup. Meneteskan 10 tetes aquades
ke setiap tabung reaksi dan menutupnya dengan ibu jari dan menggojognya
dengan baik. Mengamati perubahan pada masing-masing tabung reaksi (adanya
endapan atau tidak) dan mencatat hasilnya dalam lembar pengamatan.
3.2.2.2.Uji fehling, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara
menyiapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing diisikan dengan 5 tetes larutan
glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa, madu dan sirup. Kemudian
meneteskan larutan Fehling A dan Fehling B masing-masing 5 tetes ke setiap
tabung reaksi dan menggojognya. Menempatkan tabung reaksi tersebut dalam
penangas air mendidih dan mengamati perubahan warna yang terjadi.
9
3.2.2.3.Uji benedict, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan
cara menyiapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing diisikan dengan 5 tetes
larutab glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa, madu dan sirup. Kemudian
meneteskan 10 tetes larutan Benedict ke masing-masing tabung reaksi dan
menggojognya. Memanaskan setiap tabung reaksi dengan spirtus dan mengamati
perubahan yang terjadi.
3.2.2.4.Uji asam pikrat, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan
cara menyiapkan 7 tabung reaksi yang masing-masing diisikan dengan 5 tetes
larutan glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa, sukrosa, madu dan sirup. Kemudian
meneteskan larutan asam pikrat dan iodium karbonat masing-masing 5 tetes ke
setiap tabung dan menggojognya. Menempatkan tabung reaksi tersebut dalam
penangas air mendidih dan mengamati perubahan warna yang terjadi.
3.2.3. Protein
3.2.3.1.Uji biuret, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara
menyiapkan 2 tabung reaksi, memasukkan 10 tetes putih telur dan susu ke dalam
tabung reaksi. Campurkan 2 larutan tersebut dengan 10 tetes NaOH 10%.
Tambahkan 2 tetes larutan CuSO4 0,5% dan gojog dengan baik. Mengamati
perubahan warna larutan dan mencatatnya ke dalam tabel pengamatan. Reaksi
positif apabila terbentuk warna ungu atau merah muda pada larutan.
3.2.3.2.Presipitasi dengan larutan garam logam berat, Metode yang dilakukan
dalam praktikum adalah dengan cara menyediakan 3 tabung reaksi, memasukkan
10 tetes putih telur secara berturut-turut. Lalu pada tabung reaksi pertama
10
ditambahkan 15 tetes FeCl3, pada tabung reaksi kedua ditambahkan 15 tetes
larutan CuSO4 0,5% dan pada tabung reaksi ketiga ditambahkan 15 tetes HgCl2.
Kemudian mengamati larutan setelah digojog dengan baik. Mencatat perubahan
warna yang terjadi pada larutan di tabel pengamatan. Mengulangi langkah yang
sama dengan mengganti putih telur dengan larutan protein susu.
3.2.4. Lemak
3.2.4.1.Uji fisik, kekentalan dan bau, Metode yang dilakukan dalam praktikum
adalah dengan cara mengamati kekentalan, bau dan sifat fisik pada lemak (gajeh)
dan minyak kelapa, dan kemudian mencatat hasil pengamatan.
3.2.4.2.Uji kelarutan, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan
cara menyiapkan 5 tabung reaksi dan mengisi secara berurutan dengan air,
Na2CO3, alkohol, eter, kloroform sebanyak sepuluh tetes. Kemudian
menambahkan sepuluh tetes minyak kelapa ke setiap tabung reaksi dan
menggojognya. Mengamati perubahan yang terjadi dan mencatat hasilnya.
Megulangi percobaan denga menggunakan margarin dan mentega.
3.2.4.3.Uji emulsi, Metode yang dilakukan dalam praktikum adalah dengan cara
menyiapkan 3 buah tabung reaksi dan mengisikan 2 ml air ke masing-masing
tabung reaksi. Memberi masing-masing secara urut minyak kelapa, satu tetes
Na2CO3 dan minyak kelapa, air sabun dan minyak kelapa pada setiap tabung.
Menggojog masing-masing tabung dan mengamati perubahan yang terjadi.
Mengulangi percobaan dengan menggunakan mentega dan margarin.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Standarisasi Larutan NaOH
Titrasi Volume asam oksalat (ml)
Titrasi I 11,3 ml
Titrasi II 10,5 ml
Rata-rata 10,9 ml
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil pada praktikum diperoleh hasil perhitungan normalitas
NaOH adalah sebesar 0,09 N. Hasil itu diperoleh dari perhitungan yang
menggunakan volume titran asam oksalat yang digunakan dalam menstandarisasi
larutan NaOH. Pada titrasi pertama dibutuhkan asam oksalat sebanyak 9 ml, dan
pada titrasi kedua dibutuhkan asam oksalat sebanyak 9 ml sehingga diperoleh
rata-rata sebesar 9 ml. Pada saat NaOH ditetesi dengan indikator fenolftalein (PP)
sebanyak 3 tetes, larutan NaOH mengalami perubahan warna dari bening menjadi
merah muda yang menunjukkan bahwa NaOH merupakan larutan basa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Underwood (1999) bahwa indikator PP memberi warna
merah muda yang menunjukkan bahwa NaOH termasuk larutan basa. Sedangkan
pada hasil akhir perhitungan NaOH, didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,09
N, hampir mendekati konsentrasi NaOH sesungguhnya yaitu 0,1 N. Hal sesuai
dengan pendapat Nelly (2008) bahwa konsentrasi pada NaOH adalah 0,1 N.
12
4.2. Penetapan Kadar Asam Cuka
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 2. Penetapan Kadar Asam Cuka
Titrasi Volume NaOH (ml)
Titrasi I 7,2 ml
Titrasi II 7 ml
Rata-rata 7,1 ml
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran kadar asam cuka, didapatkan
bahwa titrasi I volume NaOH yang dibutuhkan adalah 7,2 ml dan pada titrasi II
volume NaOH yang dibutuhkan yaitu 7 ml. Sehingga didapatkan rata-rata volume
NaOH yang dibutuhkan,yaitu 7,1 ml. Pada saat larutan asam cuka ditetesi dengan
3 tetes indikator PP, ternyata warna larutan tetap bening. Hal ini menunjukkan
bahwa larutan asam cuka bersifat asam. Sesuai dengan pendapat Underwood
(1999) bahwa indikator PP jika diteteskan ke dalam larutan asam cuka yang
bersifat asam tidak mengalami perubahan warna yaitu warna asam cuka tetap
berwarna bening. Saat dilakukan titrasi dengan lrutan NaOH, larutan asam cuka
yang telah ditetesi indikator PP perlahan-lahan warna berning berubah menjadi
warna merah muda yang tetap. Sesuai dengan pendapat Oxtoby (1999) bahwa titik
akhir titrasi dengan larutan NaOH, ditetapkan dengan perubahan warna yang
tetap. Warna merah muda tersebut terjadi karena adanya penetralan asam cuka
dengan larutan NaOH. Sesuai dengan pendapat Goldberg (2004) bahwa ketika
asam cuka dititrasi dengan larutan NaOH, larutannya berubah warna menjadi
warna merah muda dikarenakan terjadi penetralan asam cuka dengan larutan basa
NaOH. Hasil Akhir perhitungan kadar asam cuka sebenarnya, didapatkan hasil
13
9,585%, hampir mendekati kadar asam cuka yang tertera pada kemasan asam cuka
perdagangan yaitu 10%.
4.3. Uji Kelarutan
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3. Kelarutan
Sampel Warna Bentuk Keterangan
Glukosa Bening Tidak ada Larut
Fruktosa Bening Tidak ada Larut
Laktosa Bening Tidak ada Larut
Maltosa Bening Tidak ada Larut
Madu Bening Tidak ada Larut
Sukrosa Bening Tidak ada Larut
Sirup Merah Muda Tidak ada Larut
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan percobaan uji kelarutan diperoleh hasil bahwa glukosa,
fruktosa, laktosa, maltosa, madu, sukrosa dan sirup jika ditambah aquades yang
tadinya larutan diatas tidak larut akan menjadi larut dan bercampur dengan
aquades dan tidak adanya endapan ini menandakan bahwa sampel-sampel tersebut
adalah monosakarida. Hal ini sesuai dengan pendapat Yazid dan Nursanti (2006)
yang menyatakan bahwa monosakarida tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat lain. Monosakarida mudah larut dalam air karena monosakarida
tersebut mempunyai gugus OH yang bebas sehingga karbohidrat-karbohidrat
tersebut mudah larut dalam air. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari dan
Yuniastuti (2006) yang menyatakan bahwa karbohidrat merupakan zat padat
berwarna putih yang sukar larut dalam pelarut organik, tetapi larut dalam air
(kecuali beberapa polisakarida).
14
4.4. Uji Fehling
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4. Uji Fehling
Sampel Reaksi (+/-) Keterangan perubahan warna
Glukosa + Coklat kekuningan
Fruktosa + Coklat kemerahan
Maltosa + Coklat kemerahan
Laktosa + Merah kebiruan
Sirup + Coklat
Sukrosa + Biru
Madu + Coklat
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan percobaan uji Fehling diperoleh hasil bahwa pada larutan-
larutan yang diujikan bereaksi positif pada penambahan Fehling A dan B. Hal ini
terjadi karena pereaksi Fehling akan tereduksi dari Cu2+
menjadi Cu+ yang dalam
suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O yang menghasilkan warna merah
bata. Hal ini sesuai dengan pendapat Yazid dan Nursanti (2006) yang menyatakan
bahwa kebanyakan disakarida dan monosarida adalah gula pereduksi. Sifat
mereduksi disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam
molekulnya. Pada sukrosa bereaksi positif dengan penambahan Fehling A dan B,
hal itu dikarenakan kurang ketelitian dalam mengamati ada tidaknya endapan dan
kurang sterilnya peralatan yang digunakan. Glukosa, fruktosa, maltosa, laktosa,
madu dan sirup termasuk gula peredusi sedangkan sukrosa adalah gula
nonpereduksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2006) yang menyatakan
bahwa kebanyakan polisakarida adalah nonpereduksi.
15
4.5. Uji Benedict
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 5. Uji Benedict
Sampel Reaksi (+/-) Keterangan
Glukosa + Orange kecoklatan
Fruktosa + Orange
Maltosa + Orange
Laktosa + Orange kehitaman
Sirup + Orange kecoklatan
Sukrosa + Orange
Madu + Orange kekuningan
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan percobaan uji Benedict glukosa,laktosa, fruktosa, maltosa,
sukrosa, madu dan sirup bereaksi positif terhadap pereaksi Benedict. Semua
larutan yang awalnya berwarna bening ataupun merah muda setelah ditambahkan
pereaksi Benedict dan dipanaskan akan menghasilkan endapan merah bata atau
orange. Hal ini sesuai dengan pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa
pada suasana basa, reduksi ion Cu2+
dari CuSO4 oleh gula pereduksi akan
berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan merah
bata. Perubahan warna pada uji Benedict saat dipanaskan yaitu biru, hijau, kuning,
merah bata. Perubahan warna menjadi merah bata tersebut setelah direndam
dalam aquades supaya dingin. Hal ini sesuai dengan Sumardjo (2006) yang
menyatakan bahwa pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedict
akan terjadi perubahan warna dari biru hijau kuning kemerah-
merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro oksida apabila
konsentasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Glukosa, laktosa, fruktosa,
maltosa, madu, sukrosa dan sirup termasuk gula pereduksi.
16
4.6. Uji Asam Pikrat
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 6. Uji Asam Pikrat
Sampel Reaksi (+/-) Keterangan perubahan warna
Glukosa + Orange kemerahan
Fruktosa + Merah
Maltosa + Orange kemerahan
Laktosa + Orange kemerahan
Madu + Merah
Sukrosa + Merah
Sirup + Merah tua
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan percobaan uji asam pikrat glukosa, fruktosa, maltosa, laktosa,
madu, sukrosa dan sirup jika ditambahkan Asam Pikrat dan sodium karbonat akan
menghasilkan reaksi positif berupa warna merah karena teroksidasi menjadi asam
glukonat dan asam pikrat menjadi asam pikrominat dan asam inilah yang
berwarna merah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2006) bahwa reaksi
yang terjadi pada uji ini adalah oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat
dan reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi asam pikramat yang
berwarna merah. Ditambahkan oleh Sumardjo (2006) yang menyatakan bahwa
pada pemanasan uji asam pikrat terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
merah. Hal ini diperkuat oleh pendapat Riswiyanto (2009) yang menyatakan
bahwa reaksi positif mengandung karbohidrat jika terbentuk warna merah karena
asam pikrat jenuh dalam suasana basa dapat digunakan untuk menunjukkan
adanya karbohidrat pereduksi. Glukosa, fruktosa, maltosa, laktosa, madu, sukrosa
dan sirup termasuk gula pereduksi karena menghasilkan warna merah setelah
ditambahkan asam pikrat dan sodium karbonat.
17
4.7. Uji Biuret
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 7. Uji Biuret
Sampel Reaksi (+/-) Keterangan
Putih telur + Terjadi perubahan warna menjadi ungu
Susu + Terjadi perubahan warna menjadi biru keunguan
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil praktikum di dapatkan bahwa putih telur menghasilkan
reaksi positif dengan adanya perubahan warna menjadi ungu. Perubahan warna
ungu menandakan bahwa putih telur mengandung protein. Uji biuret dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya ikatan peptida . Hal ini ditunjukkan adanya
perubahan warna sampel dari bening menjadi ungu, ini menunjukkan bahwa
sampel memiliki ikatan peptida. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2002)
bahwa asam-asam amino merupakan senyawa protei nberikatan membentuk
polimer dan membentuk ikatan kovalen disebut ikatan peptida. Pada salah satu
ujung reaksi polopepdtida terdapat suatu gugus amino bebas dan urutan atom-
atom yang berwarna ungu. Perubahan warna bening menjadi ungu pada sampel
putih telur ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi (1994)yang mengatakan bahwa
larutan bereaksi positif terhadap uji biuret. Sedangkan pada sampel kedua yaitu
pada susu dihasilkan warna biru keunguan. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan protein tersebut sedikit atau tidak sebanyak yang terdapat pada putih
telur. Sehingga warna yang dihasilkan bukanlah warna ungu sempurna melainkan
warna biru keunguan.
18
4.8. Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (Putih Telur)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 8. Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (Putih Telur)
Reagen Reaksi ( + / - ) Keterangan
FeCl3 ( + ) Warna merah bata + endapan
CuSO4 ( + ) Warna biru muda + endapan
HgCl2 ( - ) Warna putih + endapan
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa putih telur positif
dengan reaksi pada saat ditambahi dengan FeCl3, CuSO4, dan HgCl2. Reaksi
positif ditandai dengan adanya endapan pada ketiga larutan. Timbulnya endapan
pada uji ini menandakan bahwa telah terjadi denaturasi protein oleh reagen larutan
logam berat yang ditambahkan pada sampel. Hasil percobaan ini sesuai dengan
pendapat Magilvery dan Goldstein (1996) yang menyatakan bahwa reagen rantai
polipeptida terletak berdampingan dan terbentuk menyerupai lembaran atau
lipatan karena adanya ikatan hidrogen. Karena pengaruh lain ikatan tersebut bisa
lepas dan membuka lipatan molekul protein (denaturasi). Hasil ini diperkuat oleh
pendapat Yazid (2006) bahwa protein dapat mengalami denaturasi ireversible
dengan adanya logam-logam berat seperti Cu2+
, Hg2+
, atau Pb2+
, sehingga mudah
untuk mengendap. Dapat dilihat ketika putih telur ditambahkan reagen FeCl3
terbentuk endapan merah bata, putih telur ditambah reagen CuSO4 terbentuk
endapan biru muda, dan putih telurditambah reagen HgCl2, terbentuk endapan
warna putih.
19
4.9. Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (Susu)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 9. Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat (Susu)
Reagen Reaksi ( + / - ) Keterangan
FeCl3 ( + ) Warna kuning pucat + endapan
CuSO4 ( + ) Warna biru muda + endapan
HgCl2 ( - ) Warna putih + endapan
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa ketika larutan garam
logam berat (protein susu) menghasilkan reaksi positif dengan warna kuning pucat
dari reaksi FeCl3, warna biru muda dari reaksi CuSO4, dan menghasilkan reaksi
negatif dengan warna putihdari reaksi HgCl2. Bahwa zat penyebab pengendapan
selain panas yakni asam kuat, basa kuat, alkoho, dan garam-garam logam berat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (1997) bahwa penyebab terjadinya
endapan protein adalah panas dan rasiasi UV, asam dan basa kuat, serta garam-
garam logam berat. Terdapat endapan dan perubahan warna menandakan bahwa
molekul protein dalam susu tersebut telah terdenaturasi karena pengaruh larutan
garam logam berat. Hal ini sesuai dengan pendapat Yazid (2006) yang
menyatakan bahwa sebagian protein depat diendapkan dengan penambahan
logam-logam berat seperti Cu2+
,Hg2+
, atau Pb2+
, melalui proses denaturasi.
4.10. Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 10. Uji Fisik, Kekentalan dan Bau
Sampel Kekentalan Bau Sifat Fisik
Minyak kelapa Cairan Bau khas Cair
Lemak (gajeh) Padatan Amis gajeh Padat
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
20
Sampel yang diujikan pada percobaan ini adalah minyak kelapa dan
lemak (gajeh) yang masing-masing memiliki sifat fisik yang berbeda-beda.
Kekentalan yang ada pada gajeh menyebabkan bentuk gajeh yaitu padat,
sedangkan pada minyak kelapa berupa cairan kental. Bentuk padat pada gajeh
diakibatkan karena adanya hidrolisis yang dibiarkan terlalu lama dan akan
menghasilkan asam lemak bebas. Disamping itu dapat juga terjadi oksidasi
terhadap asam lemak tak jenuh yang akan menghasilkan bau dan rasa yang tidak
enak, seperti halnya bau yang dihasilkan dari lemak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Winarno (1991) yang menyatakan bahwa lemak hewani (gajeh)
mengandung banyak sterol sehingga berbentuk padat sedangkan lemak nabati
(minyak kelapa) mengandung fitosterol sehingga umumnya berbentuk cair. Hal
yang sama juga dikemukakan oleh Poedjiadi dab Supriyanti (2006) bahwa sifat
fisik lemak adalah berupa zat padat dan zat cair.
4.11. Uji Kelarutan (Minyak Kelapa)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 11. Uji Kelarutan (Minyak Kelapa)
Sampel Kelarutan
Air Tidak larut
Na2CO3 Tidak larut
Alkohol Tidak larut
Eter Larut
Kloroform Larut
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan praktikum, pada minyak kelapa diketahui bahwa air,
Na2CO3, dan alkohol tidak larut didalamnya tetapi larut pada eter dan kloroform.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hawab (2004) bahwa lemak tidak larut dalam air
21
dan larut pada eter dan kloroform. Sesuai juga dengan pendapat Hertog (1992)
bahwa lipid adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik non polar seperti eter.
4.12. Uji Kelarutan (Margarin)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 12. Uji Kelarutan (Margarin)
Sampel Kelarutan
Air Tidak larut
Na2CO3 Sedikit larut
Alkohol Tidak larut
Eter Larut
Kloroform Larut
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan praktikum, pada margarin diketahui bahwa air, Na2CO3, dan
alkohol tidak larut didalamnya tetapi larut pada eter dan kloroform. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hawab (2004) bahwa lemak tidak larut dalam air dan larut pada
eter dan kloroform. Sesuai juga dengan pendapat Hertog (1992) bahwa lipid
adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter.
4.13. Uji Kelarutan (Mentega)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 13. Uji Kelarutan (Mentega)
Sampel Kelarutan
Air Tidak larut
Na2CO3 Sedikit larut
Alkohol Tidak larut
Eter Larut
Kloroform Larut
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
22
Berdasarkan praktikum, pada mentega diketahui bahwa air, Na2CO3, dan
alkohol tidak larut didalamnya tetapi larut pada eter dan kloroform. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hawab (2004) bahwa lemak tidak larut dalam air dan larut pada
eter dan kloroform. Sesuai juga dengan pendapat Hertog (1992) bahwa lipid
adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter.
4.14. Uji Emulsi (Minyak Kelapa)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 14. Uji Emulsi (Minyak Kelapa)
Sampel Emulsi
Air Tidak ada emulsi
Na2CO3 Ada emulsi
Air sabun Ada emulsi
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan pada praktikum, dari sampel minyak kelapa diketahui tidak
teremulsi dengan air, namun larutan teremulsi pada sampel Na2CO3 dan air sabun.
Hal ini menandakan bahwa dalam Na2CO3 dan air sabun termasuk dalam
emulsifier. Akan tetapi air sendiri tidak bersifat emulsifier. Sesuai dengan
pendapat Martoharsono (2006) menyatakan bahwa detergen (air sabun)
merupakan senyawa yang dapat mengemulsikan butiran lemak yang besar
menjadi kecil dan dalam jumlah yang sangat banyak. Iswari (2006) menambahkan
bahwa emulsi ialah proses tersusunnya lemak dalam partikel halus dalam
lingkungan cair.
23
4.15. Uji Emulsi (Margarin)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 15. Uji Emulsi (Margarin)
Sampel Emulsi
Air Tidak ada emulsi
Na2CO3 Ada emulsi
Air sabun Ada emulsi
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan pada praktikum, dari sampel margarin diketahui tidak
teremulsi dengan air, namun larutan teremulsi pada sampel Na2CO3 dan air sabun.
Hal ini menandakan bahwa dalam Na2CO3 dan air sabun termasuk dalam
emulsifier. Akan tetapi air sendiri tidak bersifat emulsifier. Sesuai dengan
pendapat Martoharsono (2006) menyatakan bahwa detergen (air sabun)
merupakan senyawa yang dapat mengemulsikan butiran lemak yang besar
menjadi kecil dan dalam jumlah yang sangat banyak. Iswari (2006) menambahkan
bahwa emulsi ialah proses tersusunnya lemak dalam partikel halus dalam
lingkungan cair.
4.16. Uji Emulsi (Mentega)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 16. Uji Emulsi (Mentega)
Sampel Emulsi
Air Tidak ada emulsi
Na2CO3 Ada emulsi
Air sabun Ada emulsi
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan pada praktikum, dari sampel mentega diketahui tidak
teremulsi dengan air, namun larutan teremulsi pada sampel Na2CO3 dan air sabun.
24
Hal ini menandakan bahwa dalam Na2CO3 dan air sabun termasuk dalam
emulsifier. Akan tetapi air sendiri tidak bersifat emulsifier. Sesuai dengan
pendapat Martoharsono (2006) menyatakan bahwa detergen (air sabun)
merupakan senyawa yang dapat mengemulsikan butiran lemak yang besar
menjadi kecil dan dalam jumlah yang sangat banyak. Iswari (2006) menambahkan
bahwa emulsi ialah proses tersusunnya lemak dalam partikel halus dalam
lingkungan cair.
25
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Simpulan pada praktikum analisa kuantitatif adalah proses titrasi
dipengaruhi oleh larutan standar, indikator, dan saat pencapaian ekuivalen yang
menetukan ketepatan titik akhir titrasi. Hasil perhitungan normalitas NaOH
sebesar 0,09 N berbeda dengan harga normalitas NaOH yang sesungguhnya yaitu
0,1 N. Hal itu disebabkan kesalahan pada saat titrasi. Pada penentuan kadar asam
cuka diperoleh kadar cuka sukasari sebesar 9,585%, hasil ini berbeda dengan
kadar asam cuka yang tertera di kemasan. Kesalahan pada saat titrasi
menyebabkan perbedaan kadar asam cuka sukasari. Pada uji kelarutan semua
sampel karbohidrat memiliki sifat larut terhadap air. Semua sampel karbohidrat
memiliki sifat mereduksi pereaksi Fehling, Benedict dan asam pikrat, kecuali
sampel sukrosa yang tidak dapat mereduksi pereaksi Fehling. Struktur protein
putih telur dan susu mengandung ikatan peptida yang dibuktikan dengan
terjadinya reaksi positif terhadap biuret. Protein juga mudah terdenaturasi oleh
larutan garam logam berat. Faktor yang menyebabkan denaturasi adalah suhu
tinggi, pH ekstrem, konsentrasi tinggi suatu senyawa dan detergen. Sampel lemak
gajeh dan minyak memiliki sifat fisik cair dan padatan dengan memiliki bau khas.
Sampel lemak memiliki kelarutan pada pelarut eter, alkohol dan kloroform,
namun tidak larut pada air dan Na2CO3. Semua sampel lemak dapat membentuk
26
emulsi pada campuran pelarut air, Na2CO3, dan air sabun. Namun tidak
membentuk emulsi pada pelarut air.
5.2. Saran
Metode yang digunakan pada praktikum sudah baik, namun praktikan
diharapkan untuk bisa lebih teliti dalam melakukan praktikum agar tidak terjadi
kesalahan pada hasil akhir praktikum. Diharapkan agar alat yang dipakai pada
praktikum sangat steril agar hasilnya benar dan baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Alfauzi.2008.Bioteknologi Fermentasi.Jakarta: PPTK
Bintang, M. 2010. BIOKIMIA Ternak Penelitian. Erlangga, Jakarta
Campbell,N.A.,J.B.Reeil,L.G.Mitchel.2002.Biologi.Jakarta: Erlangga
Day, R. A. dan A. L. Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga:
Jakarta.
Fressenden, R.J. 1999. Kimia Organik. Erlangga: Jakarta.
Goldberg, David. 2004. Kimia Untuk Pemula.Erlangga: Jakarta
Harold, Hart. 2003. Kimia Oganik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga: Jakarta.
Hawab.2004.Pengantar Biokimia.Banyu media,Malang
Iswari, SR. Yuniastuti, A. 2006. BIOKIMIA. Graha Ilmu, Yogyakarta
Kimball.1992.Biologi Edisi kelima Jilid 3.Jakarta:Erlangga
Leswara, Nelly Devita. 2008. Buku Ajar Kimia Dasar. Universitas Indonesia:
Jakarta
Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia 1. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Martoharsono.2006.Biokimia Teknik Penelitian.Erlangga,Jakarta
Mc Gilvery, R.W, Goldstein, G.W. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan. Surabaya:
Erlangga.
Oxtoby, D.W. 1999. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi 4 Jilid 1. Erlangga:
Jakarta
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia
28
Riswiyanto.2009. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1994. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Sumardjo, D. 2006. Pengantar Kimia. Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Yazid, E dan Nursanti, L.2006. Penentuan Praktikum BIOKIMIA untuk
Mahasiswa Analis. Andi Yogyakarta, Yogyakarta
29
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar alat dan fungsinya
Gambar 1. Labu Takar
Fungsi= Untuk mengukur volume
larutan
Gambar 2. Erlemeyer
Fungsi= Sebagai wadah larutan
dengan jumlah volume tertentu
Gambar 3. Pipet Volume
Fungsi= untuk mengambil larutan
dalam jumlah tertentu.
30
Lampiran 1. (lanjutan)
Gambar 4. Pipet Tetes
Fungsi= untuk mengambil larutan
dalam jumlah kecil.
Gambar 5. Buret
Fungsi= Sebagai tempat Asam
Oksalat yang telah diencerkan.
Gambar 6. Klem dan Statis
Fungsi = Sebagai pengapit buret.
Gambar 8. Corong
Fungsi= Untuk mempermudah
memasukkan larutan ke dalam mulut
Buret.
31
Lampiran 2. Perhitungan Normalitas NaOH dan Penetapan Kadar Asam
Cuka
1. Perhitungan Normalitas NaOH
Diketahui : V1 = 10
V2 = 9
N2 = 0,1
Ditanya : N1 = ?
Jawab :
Rata-rata = 9 + 9/2 = 9
N1 x V1 = N2 x V2
N1 x 10 = 0,1 x 9
10 N1 = 0,9
N1 = 0,09
Keterangan :
V1 : Volume NaOH
V2 : Volume rata-rata titrasi asam oksalat
N1 : Normalitas NaOH
N2 : Normalitas asam oksalat
2. Perhitungan Kadar Asam Cuka
Diketahui : V1 = 7,1
V2 = 10
N = 0,09
B = 60
P = 25
Ditanya : kadar asam cuka?
Jawab :
kadar asam cuka = (V1 x N x B x P x 100%) / V2 x 1000
= (7,1 x 0,09 x 60 x 25 x 100%) / 10 x 10000
32
= (958,5 x 100%) / 10000
= 9,585%
Keterangan :
N = Normalitas NaOH
B = Bobot molekul asam cuka (60)
P = Pengencer
V1 = Rata-rata titrasi NaOH
V2 = Volume asam cuka yang dititrasi
33
Lampiran 3. Fotocopy Laporan Sementara Analisa Kuantitatif
34
Lampiran 4. Menjawab Pertanyaan Karbohidrat
Pertanyaan Uji Fehling:
1. Mengapa ada dua karbohidrat yang gagal terhadap uji Fehling?
Jawab : Karena kedua larutan itu (sukrosa dan kanji) bukan merupakan
monosakarida .
2. Apakah madu menghasilkan uji Fehling yang positif?
Jawab : Ya, karena madu warnanya berubah menjadi coklat dan
terdapat endapan.
3. Tuliskan nama struktur karbohidrat yang menyebabkan uji ini positif!
Jawab :
O
CHO H-C-Na
H-C-OH OH-C-H
OH-C-H+ +Cu2+
+NaOH+H2O→ OH-C-H + Cu20 ↓ +H+
H-C-OH H-C-OH
H-C-OH H-C-OH
CH2O CH2OH
(Glukosa)
4. Apakah sirup yang saudara uji positif terhadap uji fehling?
35
Lampiran 4. (lanjutan)
Jawab : Ya, karena terjadi perubahan warna merah bata.
Pertanyaan Uji Benedict
1. Tulis reaksi untuk pengujian larutan maltosa dan laktosa.
Jawab : Maltosa = maltosa + Benedict kemudian dipanaskan
menghasilkan endapan merah bata.
Laktosa = laktosa + Benedict kemudian dipanaskan
menghasilkan endapan merah bata.
2. Apakah penyusun reaksi Benedict?
Jawab : Cu2+
dan H2O
3. Kesimpulan apa yang dapat saudara ambil dari percobaan diatas.
Jawab : Larutan Benedict mengandung unsur Cu (tembaga), hal ini
dapat diidentifikasi dengan adanya endapan berwarna merah bata pada
larutan yang diujikan. Endapan itu merupakan zat sisa dari sebuah
reaksi. Endapan akan terbentuk apabila kedua senyawa yang
direaksikan memiliki keterkaitan antar molekul lewat gugus
fungsionalnya.
4. Apa yang terjadi baik glukosa yang banyak dan sedikit pereaksi
Benedict dipanaskan.
Jawab : Tetap akan terbentuk endapan berwarna merah bata, hanya
saja tingkat kepekatan pereaksi yang lebih banyak itu lebih tinggi dan
laju reaksi berjalan dengan cepat.
36
Lampiran 4. (lanjutan)
Pertanyaan Uji Asam Pikrat
1. Tuliskan reaksi untuk masing-masing pengujian diatas.
Jawab :
(Glukosa) (Asam Pikrat) (Asam Glukorat) (Asam Pikronat)
(Fruktosa) (Asam Pikrat) (Asam Fruktonat) (Asam Pikronat)
2. Kesimpulan apa yang dapat saudara ambil dari percobaan ini?
Jawab : Karbohidrat apabila ditambahkan asam pikrat akan
menghasilkan warna merah.
CHO
|
H – C – OH
|
OH – C – H +
|
H – C – OH
|
H – C – OH
|
CH2OH
COOH
|
H – C – OH
|
OH – C – H +
|
H – C – OH
|
H – C – OH
|
CH2OH
CH2OH
|
C = O
|
OH – C – H +
|
H – C – OH
|
H – C – OH
|
CH2OH
COOH
|
C = OH
|
OH – C – H +
|
H – C – OH
|
H – C – OH
|
CH2OH
37
Lampiran 5. Fotocopy Laporan Sementara Karbohidrat
38
Lampiran 5. (lanjutan)
39
Lampiran 6. Menjawab Pertanyaan Protein
Pertanyaan Uji Biuret:
1. Tuliskan struktur kimia yang memberi hasil terhadap uji biuret!
Jawab : Protein CCOH + CuSO4 + NaOH
Protein CCOONa + CuSO4 + Protein CHCOONaNH2
Pertanyaan Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat
1. Bersifat sebagai apakah protein dan logam-logam berat dalam reaksi
ini?
Jawab : Sebagai pereaksi
2. Apakah warna masing-masing endapan yang terbentuk, dan tulis
masing-masing reaksi?
Jawab : Larutan putih telur + FeCl3 terbentuk endapan berwarna
oranye
Larutan putih telur + CuSO4 terbentuk endapan berwarna biru
Larutan putih telur + HgCl terbentuk endapan berwarna putih
Larutan protein susu + FeCl3 terbentuk endapan kuning
Larutan protein susu + CuSO4 erbentuk endapan biru muda
Larutan protein susu + HgCl terbentuk endapan putih
3. Sebutkan garam-garam logam berat lain yang saudara ketahui!
Jawab : MgCl, NaCl, KCl, CaCl
40
Lampiran 7. Fotocopy Laporan Sementara Protein
41
Lampiran 8. Menjawab Pertanyaan Lemak
1. Senyawa manakah yang merupakan steroid murni!
Jawab : lemak (gajeh) dan minyak kelapa.
2. Senyawa manakah yang mempunyai bau paling enak!
Jawab : susu, margarin dan mentega.
42
Lampiran 9. Fotocopy Laporan Sementara Lemak
43
Lampiran 9. (lanjutan)