Download - Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Prakerin yang dilaksanakan oleh SMKN 7 Malang dimaksudkan
untuk memberi dan menambah pengalaman. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan inteligasi dan disiplin yang tinggi karena para siswa sebelumnya
masih merasa kurang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam
bidang industri. Maka dengan adanya Prakerin ini semua siswa diharapkan dapat
mempraktekkan pengetahuan yang didapat secara teoritis di dalam Prakerin. Di
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi belum dapat dikatakan sempurna apabila
teori tanpa diiringi praktek secara langsung, di samping itu para siswa belum
banyak mengenal dunia industri dengan segala interaksi yang terjadi di dalam
perusahaan.
Maka untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut program
prakerin yang diadakan merupakan pengalaman yang sangat berharga karena
siswa ikut terjun secara langsung di dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam
program prakerin ini secara langsung merupakan ujian terhadap tanggung jawab
dan intelegensi para siswa yang dapat dijadikan salah satu pijakan apabila menjadi
seorang pemimpin.
1
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan prakerin di PT. Mertex
Indonesia adalah :
1) Siswa diharapkan dapat menerapkan kemampuan teoritis yang diperoleh
dalam perkuliahan pada dunia industri.
2) Siswa yang memiliki gambaran tentang kondisi dunia industri serta
aktivitasnya.
3) Siswa memiliki pengalaman kerja dalam dunia industri.
4) Siswa mengetahui rutinitas dan produksi secara lengkap dalam suatu
industri.
5) Siswa dapat mengetahui sirkulasi produksi secara lengkap dalam suatu
perusahaan
1.3 Batasan Masalah
Pelaksanaan prakerin yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 7 Malang
yang berada di PT. Mermaid Textile Industry Indonesia bertempat di Mojokerto,
Jawa Timur. Dalam perusahaan ini terdapat tiga proses produksi yang dilakukan
diantaranya : Spinning, Weaving, Finishing. Karena prakerin yang dilakukan oleh
siswa berada pada departement finishing, tepatnya di laboratorium, maka siswa
hanya memfokuskan pada proses finishing yang dilaksanakan di laboratorium.
2
1.4 Metodologi Penelitian
Dalam usaha menyusun laporan ini diperlukan data serta pengetahuan
yang sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas serta untuk memperoleh
data yang sesuai dengan keperluan yang bersangkutan digunakan metode sebagai
berikut :
1.4.1 Metode Primer
1.4.1.1 Metode Observasi
Di mana penulis melakukan penelitian secara langsung ke
lapangan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.
1.4.1.2 Metode Interview (Tanya Jawab)
Penelitian dilakukan dengan wawancara / tanya jawab langsung
dengan staf karyawan yang bersangkutan dengan penelitian di
PT. Mermaid Textile Industry Indonesia.
1.4.1.3 Study Kepustakaan
Penelitian dilakukan dengan cara mencatat data-data (dokumen)
yang ada dalam perusahaan.
1.4.2 Metode Sekunder
Merupakan data yang dikumpulkan peneliti melalui pihak lain yaitu data
yang tidak diupayakan sendiri, diperoleh dari berbagai sumber, misalnya :
majalah, surat kabar, dan lain-lain.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Gambaran Umum
2.1.1 History Perusahaan
1. Pada Tanggal 5 April 1972 PT Mermaid Textile Industry Indonesia resmi
didirikan dengan dasar Keputusan SK Presiden RI No.B-31/Pres/4/1972.
2. Pada Bulan Oktober 1974 masa Trial Production berakhir atau dengan
kata lain telah memasuki masa Saat Mulai Berproduksi (SMB) dengan
dasar keputusan SK KIP Mojokerto No.04/PK/PMA-PMDN/1974
tertanggal 18 Desember 1974.
3. PT. Mermaid Textile Industry mengalami masa Bebas Pajak (Tax
Holidays) selama 5 tahun yaitu sejak Bulan Oktober 1974 sampai dengan
Bulan September 1979.
4. Pada Tanggal 06 Agustus 1975 PT. Mermaid Textile Industry Indonesia
diresmikan oleh Presiden RI Soeharto.
2.1.2 Lokasi Perusahaan dan Kantor Pusat
Jln. Raya By Pass PO BOX 17 Desa Lengkong
Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto
Phone : (0321) 324875/ 324876/324877/ 322411
Faxcimile : (0321) 322412
4
KANTOR CABANG SEBAGAI REPRESENTATIVE OFFICE DI
JAKARTA :
Wisma Kyoei Price Indonesia, 14 th Floor
Jln. Jend. Sudirman Kav. 3 Jakarta 10220
Phone : (021) 5724360 – 63
Fax : (021) 5724139
2.1.3 Bentuk Perusahaan
1. Bentuk Perusahaan adalah PT (Perseroan Terbatas).
2. Anggaran Dasar Perusahaan dituangkan dalam lembaran berita negara
No. 521 Tahun 1973 dengan perubahan No. 1895 Tahun 1994, serta
perubahan terakhir dengan akte No. 6 tahun 2006.
3. Badan usaha ini adalah Industri tekstil, yang lengkapnya disebut juga
Integrated Textile Mill. Dalam hal ini usaha-usaha yang dijalankan
antara lain : Spining, Weaving, Finishing dan Processing dengan bahan
baku cotton, polyester, polyester cotton, blended, dan atau semua macam
synthetic blended Fabrics lainnya.
5
2.1.4 Hak Milik Tanah
1. Luas tanah : 171.430 M2
Status tanah : Hak Guna Bangunan (HGB).
Awal Proses : 03 Mei 1976 s/d 04 Mei 1996 (20 tahun )
Perpanjangan Ke-2 fikat tanah sejumlah :
NO LUAS TANAH MASA BERLAKU
1 AG – 364365 25.980 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025
2 AG – 364369 31.050 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025
3 AG – 364368 31.430 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025
4 AG – 364367 19.460 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025
5 AG – 364366 53.500 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025
6 AG – 364370 15.010 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025
TOTAL 171.430 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025
6
2.1.5 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi merupakan stuktur yang menggambarkan wewenang
dan taggung jawab dari masing-masing tingkatan jabatan yang meliputi
dari Sub Group Leader s/d Presiden Direktur.
7
PRESIDEN DIREKTUR
DIREKTUR TEKHNIK
WAKIL PRES. DIREKTUR
DIREKTUR KEUANGAN
FOREMAN
GROUP LEADER
SUB GROUP LEADER
KARYAWAN
SECTION CHIEF
ASS. SECT. CHIEF
MANAGER
ASS. MANAGER
CHIEF MANAGER
ASS. CHIEF MANAGER
2.1.6 Sistem Pembukuan
1. System Pembukuan yang digunakan adalah Combination Book
Keeping System yang di adopsi dari Japanese System.
2. Biaya – biaya yang timbul dalam perhitungan akuntansi :
a. Fixed Cost : biaya-biaya tetap
b. Variable Cost : biaya-biaya yang tidak tetap
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Gambaran Umum
PT. Mermaid Textile Industry Indonesia yang merupakan pabrik tekstil
yang salah satu anak perusahaan dari Jepang yang beroperasi di Indonesia. Bahan
atau produk yang dihasilkan oleh PT. Mermaid Textile Industry Indonesia berupa
kain yang sesuai dengan permintaan buyer. Pada proses pengolahan textile terdiri
atas rangkaian prosedur melalui unit-unit produksi yang terbagi atas spinning,
weaving, dan finishing. Dalam rangkaian ketiga proses tersebut di mana pada unit
finishing merupakan salah satu unit akhir dalam rangkaian pengolahan dari kain
untuk menjadi produk akhir yang siap dipasarkan.
3.2 Finishing Process
Permintaan kain tetoron cotton diperdagangkan sebagai kain baju, dan
celana terbesar di Asia Tenggara .Untuk mendapatkan kain dengan kualitas yang
bagus maka selama proses pencelupan dan pencampuran berbagai macam
chemical haruslah benar dan sesuai dengan metode-metode yang telah
distandarkan antara lain adalah .
9
A. Preparatory
Yaitu proses mempersiapkan greige (kain mentah ) yang akan masuk
bleaching. Proses ini sangatlah penting sebelum melanjutkan ke proses A-
1(gas singeing), karena kain yang telah disiapkan sudah dilihat terlebih dahulu dan
dipastikan kain yang dipakai memiliki nilai komersial yang tinggi, sebab nilai
yang bagus tidak akan didapat apabila kain mentah (greige) memiliki banyak
cacatnya, meskipun telah dilakukan proses pencelupan dan pencampuran dengan
sempurna. Hal ini bertujuan untuk :
- Menaikkan kualitas kain yang bagus
- Untuk melaporkan pada bagian penentuan agar diadakan pengontrolan
pada kain mentah .
Selain untuk menentukan kualitas kain, preparatory juga berfungsi untuk
menentukan kain yang akan masuk proses sesuai daftar delivery yang ditentukan
oleh PC (Produksi Control). Apabila persiapan pada kain mentah telah siap dan
memenuhi kriteria, maka dilanjutkan pada A-1 (gas singeing) .
B. Gas Singeing (A1)/ Keyaki
Adalah proses pembakaran bulu-bulu pada kain mentah dengan
menggunakan NATURAL GAS. Proses A-1 sangatlah cocok dilakukan untuk
langkah pertama. Pertama-tama kain disikat (Brushing) yaitu sikat nylon agar
bulu-bulu yang melekat bisa tegak / berdiri sehingga pada waktu pembakaran bisa
dilakukan secara sempurna.
10
Proses ini bertujuan untuk menghidari pencelupan yang tidak rata yang
disebabkan migrasi dyestuff yang mana karena adanya bulu-bulu tersebut. Supaya
permukaan menjadi halus dan menambah daya resap kain.
Kain dimasukkan proses A-1 bukan untuk mengerutkan dengan pemanasan juga
bukan untuk meredahkan grade serat polyester.
Singeing harus dilakukan dengan hati-hati karena kondisi yang berlebihan / yang
tidak rata menyebabkan hilangnya kekuatan kain / kekuatan parsial pada kain T/C.
Pada umumnya kain T/C di singeing pada kedua bagian (atas bawah). Bila pada
kain terdapat banyak bulu-bulu maka pengguntinganya bulu-bulu dilakukan
terlebih dahulu sebelum masuk proses A-1 untuk mencegah terbentuknya tetesan
serat polyster yang mencair.
Adapun besar kecilnya api tergantung pada tebal tipisnya kain, juga
kerapatan atau design kain yang akan diproses. Kain yang telah melalui proses A-
1 akan dingin melalui pendinginan (cooling cylinder). Jika kain telah dingin maka
proses A-1 akan dilanjutkan pada proses A-2.
C. Desizing (A-2 Range) / Noriyaki
Adalah proses menghilangkan bulu-bulu sisa pembakaran pada proses A-1.
Kain yang sudah dingin dari cooling cylinder dan masuk pada bak pencucian yang
berisi air dengan temperatur 90°C sebanyak 6 bak pencucian. Proses ini akan
memudahkan terlepasnya kanji dan kotoran-kotoran pada kain.
D. Scouring (A-3 Range)
11
Proses menghilangkan kotoran dan kanji yang masih ada yang belum
terlepas maka dimasukkan pada bak saturator yang berisi obat/chemical yang
berfungsi untuk :
Pencuci pada kain untuk memudahkan lepasnya kotoran .
Oxidator penghancur kanji pada kain sehingga kain terbuka pori-porinya .
Menambah pecucian pada kain dan daya serap kain .
Setelah proses ini selesai dilanjutkan pada boiling box yang mengalami proses
pemanasan dengan sistem penguapan dan perendaman dengan menggunakan
chemical. Untuk menjaga kestabilan konsentrasi obat pada saturator maka harus
dicheck (analisa). Pengecekkan ini penting untuk menghindari cacat pencelupan
seperti tealing (perbedaan warna antara awal, tengah, dan akhir kain).
Untuk menentukan apakah proses ini sudah sempurna atau belum, maka dapat
digunakan larutan KI (Kalium Iodida). Apabila warna violet kecoklatan berarti
kanji / PVA masih ada. (violet = adanya kanji , coklat = adanya PVA ). Bila
proses tersebut selesai maka dilanjutkan ke proses A-3 (bleaching).
E. Pengelantangan (A4 Range)
Adalah proses untuk memperoleh pengelantaran atau pemutihan. Tujuannya
adalah memperoleh kain yang sangat putih untuk T/C dan juga bagi kain yang akan
dicelup. Dalam proses ini kain dimasukkan pada chemical yang sudah disediakan.
12
Kain tersebut diharapkan putih, bersih dari kotoran. Pada proses bleaching
penambahan chemical memiliki fungsi dan tujuan, yaitu :
- Untuk menurunkan PH pada kain agar menjadi asam.
- Untuk memutihkan kain.
- Untuk pencuci dan daya serap kain.
Pada proses ini biasanya kain yang sudah putih tetapi masih kurang sempurna
untuk diwarna karena pada proses bleaching, chemical yang digunakan adalah
Sodium Chlorid (NaClO) yang mengandung gas chlor maka untuk menghilangkan
chemical pada kain perlu dinetralisasikan.
F. Netralisasi
Cara untuk menghilangkan chemical yang ada pada kain karena proses
bleaching adalah netralisasi. Kain setelah dari bleaching ini masih mengandung gas
chlor (ClO2) yang sangat berbahaya dan perlu dihilangkan atau dinetralisasi dengan
Sodium Metabesulfite (Na2S2O5)
Selanjutnya dicuci dengan air panas temperatur 80o Celcius setelah itu
dicuci sampai bersih dan dikeringkan pada dryer cylinder.
Untuk hasil yang baik perlu dilakukan pengecekan, diantaranya :
- Apakah kondisi kain sesuai dengan yang diharapkan
- Kandungan kanji.
13
- Cacat pada kain.
- Kandungan chemical.
Dari proses A-4 kain akan dimasukkan pada proses B range (Mercerizing)
G. B-range (Mercerizing)
Adalah proses penyutraan dan pengaturan lebar kain. Proses ini
bertujuan untuk menambah kemampuan daya serap terhadap dyestuff & handling
serta merubah cotton menjadi seperti sutra (silk). Disamping itu juga diperoleh
keuntungan sebagai berikut:
- Daya serap bertambah baik dan warna kain celupan lebih terang.
- Kualitas kain bertambah baik dan lebih mengkilap.
- Kestabilan ukuran kain bertambah.
- Handling bertambah baik .
Tujuan mercerization bagi T/C (65/35) adalah untuk merubah serat
cotton. Pada umumnya mercerization kain cotton dilakukan dengan menggunakan
chemical dengan dilakukan pada temperatur ruangan. Menetralisir dan mencuci
setelah mercerization adalah sangat penting bagi dyeing yang lengkap untuk
menghilangkan alkali dan garam-garam.
Setelah proses ini dilanjutkan pada proses Heat setter (C) untuk
memberikan pemerataan panas.
14
H. Heat setter (D-2) / C -Range
Adalah proses pengaturan dan penyesuaian lebar kain dan memberikan
pemerataan panas. Proses ini sangatlah penting guna mendapatkan kain yang
berkualitas lebih baik dan memiliki nilai komersial yang tinggi .
Adapun tujuan dari proses tersebut antara lain :
- Menghilangkan ketidakrataan benang-benang.
- Menambah kestabilan ukuran-ukuran.
- Menambah ketahanan pilling ( menjadi satunya bulu-bulu )
- Menambah daya tahan kusut, kondisi normal mempunyai suhu ( T/C
dan Polyester 210oC, Cotton 100% 140°C )
Pada akhir proses kain warna putih langsung diproses pada mesin. Pad
dryer, mesin K1-K2-L range (Pad dry-Baking-Steamer)
Setelah proses heat setter kain akan masuk ke proses dyeing dan resin,
tergantung permintaan buyer.
I.Pad Dryer
Dyeing Pad dryer adalah proses pencelupan zat warna dengan termosol
dyeing. Resin Pad dryer adalah proses pemberian obat-obatan / chemical resin &
white optical bright agent. Pada umumnya teknik pencelupan ditentukan oleh derajat
taraf pencelupan yang diperoleh termosol dyeing. Cara ini dikatakan sebagai proses
yang lebih baik untuk memperoleh taraf pencelupan, bila dyeing mengalami
kesukaran yang berhubungan dengan cacat dyeing, seperti berikut :
15
- Penyerapan yang tidak sempurna
- Sukar mencelup bagian di bawah naps & fluffs atau bulu-bulu kain
- Adanya bintik-bintik di permukaan kain atau spel
- Perbedaan warna antara awal,tengah & akhir
Untuk menghindari kesukaran-kesukaran diatas, haruslah diperhatikan seperti
melakukan pigment pad dryer dengan hati-hati.
Mesin dryer terdiri dari :
Chemical Bath, yang isinya adalah dyestuff yang telah dicampur sesuai
dengan resep.
Chemical Menjel, berfungsi untuk memeras kain yang telah dicelup pada
Chemical Bath.
Room Dryer, berfungsi untuk mengerigkan kain.
Dryer Silinder, berfungsinya seperti room dryer.
Kain yang keluar dari mesin pad dry harus dalam keadaan kering, baik kain
white maupun colour. Sedangkan pada waktu baking ada waktu dan
temperaturnya sendiri sesuai dengan recipe / standart yang ada. Sedangkan
untuk proses kai warna yang perlu dilakukan L/M/D(Light,Medium,Dark).
Adapun warna muda( Light ) zat warna yang digunakan adalah jenis Unitron
atau Vat. Maka warna medium memakai zat warna Disperse sedangkan warna
gelap memakai zat warna Reactive dan juga Disperse. Setelah proses ini
dilakukan, maka proses selanjutnya adalah baking.
16
J. Baking
Dyeing Baking adalah proses menancapkan warna pada kain dengan cara
pemanggangan dan pengeringan. Sedangkan resin baking adalah proses pemberian
chemical resin atau obat-obatan dengan teknik pemanggangan supaya kain tidak
mudah kusut dan untuk memasukkan zat warna tetoron atau cotton kedalam pori-
pori kain. Pada proses ini temperatur yang digunakan maksimal 160°C, untuk
baking resin tergantung jenis kain. Proses baking dilakukan apabila pada proses
pencelupan pad dry ada unsur dyestuff baik itu Disperse maupun Unitron.
Pada proses ini untuk kain yang banyak mengandung cotton
menggunakan suhu dibawah 150°C karena chemical flourcent yang dipakai bisa
developpada 150°C . Sedangkan untuk kain yang banyak mengandung tetoron suhu
yang digunakan harus lebih dari 170°C karena warna putih pada tetoron bisa muncul
bila suhu lebih dari 170°C. Proses ini merupakan proses akhir dalam resin finish.
K. Pad Steamer
Merupakan proses penguatan warna dengan cara pemberian chemical
dan pencucian sisa-sisa zat warna supaya tidak lekas pudar dengan metode tertentu.
Pada proses ini, pemberian zat warna tergantung dari pewarnaan atau golongan
dyestuff yang dipakai.
Pad Steamer berfungsi untuk :
Pencucian pada kain after bleaching bila terkena cacat.
Pengurangan berat pada kain spunpully ( all tetoron ).
17
L. Resin Finish
Adalah proses terakhir dalam pengolahan kain yang berfungsi untuk
memberikan rasa pada kain seperti lembut, kasar, halus, dan keras sesuai dengan
permintaan buyer di PT. Mermaid Textile Industry Indonesia ada beberapa macam
produk untuk resin finish,di antaranya :
WP (Water proof ) : Anti air
WR (Weight Reduce) : Pengurangan berat kain
HF (wrinkle free ) : Anti kusut
RB : Anti bakteri
SC (Deodorant ) : Anti bau
SR (Soil Release ) : Anti kotor
CK (Chiku-Chiku) : Permukaan halus
NS (Non stack ) : Anti bakteri
NDR (Water Absorption) : Daya serap
STF (Stiff finish ) : Untuk kaku dan keras
NMS ( Nomos ) : Anti bakteri
FLUTECT : Anti flu burung
AB : Anti blood
Resin heat tenter adalah proses penarikan memanjang dan melebar agar chemial
resin dapat meresap kedalam pori-pori kain. Resin pad dry adalah proses
pemberian chemical resin dan white optical bright agent. Sedangkan resin
18
baking adalah proses pemberian chemical resin atau obat-obatan dengan teknik
pemanggangan supaya kain tidak mudah kusut dan untuk memasukkan zat
warna tetoron kedalam pori-pori kain. Pada proses ini temperatur yang
digunakan maksimal ( 205°C ), untuk baking resin tergantung jenis kainnya.
Dalam proses finishing menggunkan chemical resin. Pada pewarnaan white
lebih sering menggunakan bluing ( zat warna ) dan florecent, sedangkan mesin
resin yang digunakan adalah pad dry, heat tenter, baking.
M. Celender ( R )
Adalah proses pengkilatan kain. Proses ini kain yang masuk pada masuk
pada mesin kelender hanya tertentu saja karena tergantung pada permintaan buyer,
biasanya untuk jenis kain Spoonpolyester. Setelah proses ini dilanjutkan dengan
Heat Cutting .
N. Heat Cutting (HC)
Adalah proses pengguntingan pinggir kain untuk penghilangan bekas lubang
pada saat tenter. Pada proses pemotongan ini, kain yang masuk hanya tertentu
saja, tergantung pada pesanan buyer.
19
O. Sanforized
Adalah proses penyusutan secara mekanis untuk membuat stabilitas ukuran
kain agar tidak terjadi penyusutan pada saat pencucian. Dan untuk menghaluskan
permukaan kain. Setelah proses ini dilanjutkan Quality Control .
P. Quality Countrol
Adalah suatu metode untuk mengecek kwalitas pada kain dengan
menggunakan dua metode antara lain :
1. Fast colour kain
2. Daya test kain
1. Fast colour terdiri dari :
Laundry test
Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh pencucian
dengan sabun antara kain test dan kain cotton 100% .
Standart fade meter
Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh sinar matahari
dengan memakai pembakaran ultra violet carbon cored dan solid .
Friction durability
Mesin ini untuk mengetahui perubahan karena pengaruh gesekan antara kain
test dengan kain cotton 100% baik kering maupun basah .
Prespiration test
20
Alat ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh keringat manusia
dengan menggunakan chemicals asam dan chemicals basah .
Thermo test
Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh panas yang
menggunakan kompor penjepit antara kain test dengan kain tetoron dan
kain cotton 100% .
Chloride test
Dengan menggunakan chemical Sodium Clorite 25% dan setelah itu
dikerjakan dengan thermotest kain akan terjadi perubahan dari warna
semula .
2. Daya test terdiri dari :
Tention /Elangation
Mesin ini untuk mengetahui berap kilogram ketegangan dan berapa
millimeter kemulurannya dari pada kain dengan cara penarikan .
Tearing
Alat ini untuk mengetahui berapa gram daya sobeknya dari pada kain .
Wrikle recovery
Alat ini untuk mengetahui berapa persen dan berapa derajat daya kusutnya
kain dengan cara ditekuk serta dijepit dengan plat .
Softness
Alat ini untuk mengetahui berapa millimeter daya lemasnya kain dengan cara
dijepit antara dua roller terus diputar sampai 90°.
21
Abrasion
Mesin ini untuk mengetahui berapa second kikisan dari pada kain sampai
lubang dengan cara di kikis memakai kertas abras (kertas gosok) bergeser
diatas kain test secara otomatis
Spray tester
Alat ini untuk mengetahui berapa persen kebasahan kain karena semprotan
air dengan suhu antara 28°C secara di tuangkan dalam waktu 30 second .
Pilling tester
Mesin ini untuk mengetahui perbandingan bulu kain yang keluar karena
putaran secara otomatis sebanyak 36.000 putaran dalam waktu kurang lebih
9.3/4 jam .
Q. Inspection
Adalah proses pemeriksaan hasil kain untuk menentukan grade kain atau
kwalitas . Dalam proses ini kain diteliti apakah terdapat cacat kain lalu inpection
selesai dan di nilai dengan bagus maka akan dilakukan Winding (proses
penggulungan kain setelah inspection sesuai panjang standart dan grade kain ) dan
packing.
R. Packing
Adalah proses pembungkusan dan pemberian label identitas hasil
produksi.
22
Pada proses ini dibagi beberapa bagian :
Seluege Stamping : Pemberian cap atau inisial pada tepi kain
yang akan dikirim .
Cloth Winding : Proses penggulungan
kain sesuai dengan panjang yang akan
dikehendaki .
S. Gudang
Adalah tempat pembungkusan hasil dari packing dalam bentuk karton box
dan sebagai tempat penyimpanan barang sebelum dikirim ke buyer .
3.3 Intruksi Kerja Colour Matching
Tujuan : Untuk membuat lab dip untuk sample ke buyer atau untuk
membuat resep proses sesuai dengan sample yang
ada,jika sudah lalu membuat resep proses .
Ruang Lingkup : Pada saat melakukan colour matching di laboratorium
Langkah kerja :
a. Colour matching putih
Menentukan jenis kain sesuai dengan permintaan (TC/C, CVC, tetoron
100%, cotton 100%, dan lain-lain)
Menentukan handfeeling (halus, kasar, lemas, tebal, keras)
Colour matching whiteness
23
-Kadar fluorescent ( optical bright agent )
-Bluing (dyestuff yang dipakai ) dengan microflash
WSTD 136.68; whiteness standart
TSTD -0.46; TM standrt
WBAT 136.75 ;
TBAT -0.44
Toleransdi untuk whiteness :± 2.00
Toleransi untuk T : ±0.25
- Perhatikan saigen ( perubahan antara laborat dan proses turunnya
berapa persen )
b. Colour matching warna
Pertama lihat warna pada contoh kain : warna, T/C celup (bath
shade), atau celup tetoron saja atau cotton saja (cross dye)
Tentukan kode proses dan pemakain zat warna nya dengan
pertimbangan harga/cost murah dan kwalitas baik
Contoh lihat menggunakan lampu black light apakah pakai OBA
(Optical Bright Agent ) dan bila ada OBA (fluorescent) harus
ditambah pada proses resin finish .
Cara colour matching :
24
Menentukan jenis kain sesuai permintaan .
Menentukan cara proses, pemakain zat warna,dan
komposisinya .
Bila T/C celup yang pertama-tama dikerjakan adalah colour
matching tetoron,tetoron shade harus sama, setelah itu baru
cotton shade
Untuk komposisi warna
Misalnya ada contoh warna blue, pertama harus pakai zat
warna blue sebagai warna pokok lalu ditambah green, yellow,
atau red dicocokkan dengan sampelnya .
Bila zat warna tidak ada hrus memakai 3 zat warna
pokok(blue, yellow, dan red)
Perhatikan sifat-sifat dari tiap-tiap zat warna. Pada
temperature tertentu, warna akan mengalami penurunan
Untuk warna tua misalnya black, navy, wine, dark red, dark
green, harus memakai dua kali proses :
- Proses I : tetoron celup melalui pad dry (G range 110-
140°C) baking (H range 205°) steaming
(105°C)
- Proses II : cotton celup melalui pad dry (G range 110-
140°C ) steaming (J range 105°C) lihat proses
standart dyeing.
25
3.4. Pengujian dan Analisa Bahan
Pembuatan Larutan untuk Analisa pada Proses Bleaching. Pada proses
dalam unit finishing terdapat juga proses pembuatan larutan stok KMnO4
(0,1 N), Na2S2O3 (0,1 N ) pada proses ini dilakukan pembuatan larutan stok
yang berguna sebagai penunjang kelancaran dalam kegiatan laboratorium
finishing.
3.4.1. Pembuatan Larutan KMnO4 (0,1 N)
1. Alat yang digunakan
- Neraca analitik - Kertas perkamen
- Beaker gelas - Mixer
- Pipet volume - Buret
- Erlen meyer - Corong
- Magnetik Stirrer
- Sendok takar
2. Prosedur Kerja
- Timbang KMnO4 2,5 gr
- Larutkan dengan Aquades 200 ml
- Ambil 20 cc larutan C2 H2 O4
- Tambahkan H2 SO4 (94 – 100%) sebanyak 7 cc
- Kemudian di titrasi dengan KMnO4 (0,I N) sampai warnanya
transparan merah.
26
3.4.2. Pembuatan Larutan Na 2 S2 03 (0,1 N)
1. Alat yang digunakan
- Neraca analitik - Kertas perkamen
- Beaker gelas - Magnetik Stirrer
- Sendok takar - Mixer
- Pipet volume - Buret
- Erlen Meyer - Corong
2. Prosedur Kerja
-Timbang 27 gr Na2S2O3 .
- Timbang 0,2 gr Na2CO3.
- Larutkan di atas dicampur, dilarutkan sampai 1000 cc.
3. Cek Fakta
A. Mengetahui fakta Na2S2O3
1. Ambil K2Cr2O7 (0,1 N) 25 ml
2. Tambahkan 50 ml aquades
3. Timbang 2 gr KI, tambahkan HCl 5 ml
4. Setelah larut biarkan campuran tadi selama 10 menit
5. Titrasi dengan Na 2 S2 O3 (0,1 N) sampai warna dark red
6. Setelah itu tambahkan indikator stark 3 sampai 5 tetes, lalu dititrasi sampai
warna green.
27
B. Mengetahui Fakta K2Cr2O7 setelah itu tambahkan KI 2 gr
1. Ambil 25 ml K2Cr2O7 setelah itu tambahkan KI 2 gr
2. Tambahkan H2 SO4 90% sebanyak 5 cc
3. Dimasukkan dalam erlen meyer ditutup dengan penyumbat karet, tunggu s/d 10
menit
4. Setelah itu titrasi dengan Na2 S2O3 (0,1 N) sampai warna jernih.
Pada proses pembuatan larutan stok ini merupakan salah satu dari bagian proses
finishing untuk menyediakan larutan-larutan yang dibutuhkan untuk kelancaran dalam
finishing process laboratory, dalam proses ini selain dilakukan proses penimbangan
bahan-bahan. Proses pelarutan tetapi juga dilakukan proses titrasi untuk keperluan chek
fakta. Apabila dalam hasil cek fakta telah didapatkan kesesuaian dengan prosedur dan
hasil perhitungan yang benar, maka dapat dikatakan bahwa pembuatan larutan stok itu
benar.
28
V1 x F1 = V2 x F2
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktik kerja industri di PT. Mermaid Textile Industry
Indonesia maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Prakerin merupakan sebuah sarana bagi siswa SMK untuk mengetahui
kondisi bekerja dalam dunia usaha maupun dunia industri.
2. Dalam melakukan praktik kerja industri di PT. Mermaid Textile Industry
Indonesia khususnya dibagian finishing process maka kesimpulan yang
didapat diantaranya :
a. Di bagian laboratorium kita menganalisa berbagai macam larutan dan
membuat resep-resep warna untuk proses colour matching yang sesuai
dengan sample atau permintaan buyer.
b. Di bagian physical test kita dapat mengetahui bahwa kemuluran kain,
keasaman kain, kelenturan kain, kelenturan kain pada alat yang sesuai
dengan physical test, yang akan dilakukan/dikerjakan.
c. Skill dalam menentukan warna yang digunakan merupakan salah satu hal
yang dapat mempengaruhi hasil colour matching. Oleh karena itu, skill
ini dapat mempersingkat waktu proses percobaan colour matching.
d. Proses pencelupan warna pada kain haruslah memiliki keterampilan agar
hasil yang didapat bisa maksimal.
29
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Pihak Sekolah
a. Lebih ditingkatkan lagi hubungan kerjasamanya dengan dunia usaha maupun
dunia industri.
b. Lebih ditingkatkan lagi proses pendidikan agar para siswa mempunyai
keterampilan dan skill bersaing di dunia usaha.
c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia agar di masa mendatang, SMK Negeri 7
Malang akan lebih baik dan lebih unggul di masyarakat luas.
4.2.2 Bagi Pihak Perusahaan
a. Dapat menyesuaikan diri dan menggunakan waktu dengan tepat dalam dunia
industri.
b. Pada Laborat harus lebih teliti dalam melakukan analisa supaya tidak terjadi
kesalahan yang fatal .
c. Lebih memberi kesempatan lagi pada siswa prakerin untuk memperoleh
pengetahuan/wawasan yang luas dalam dunia usaha maupun dunia industri.
30