laporan praktek industri smk 7 mlang

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Prakerin yang dilaksanakan oleh SMKN 7 Malang dimaksudkan untuk memberi dan menambah pengalaman. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan inteligasi dan disiplin yang tinggi karena para siswa sebelumnya masih merasa kurang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang industri. Maka dengan adanya Prakerin ini semua siswa diharapkan dapat mempraktekkan pengetahuan yang didapat secara teoritis di dalam Prakerin. Di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi belum dapat dikatakan sempurna apabila teori tanpa diiringi praktek secara langsung, di samping itu para siswa belum banyak mengenal dunia industri dengan segala interaksi yang terjadi di dalam perusahaan. Maka untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut program prakerin yang diadakan 1

Upload: nobz-alfarisi

Post on 30-Nov-2015

212 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

PT. Mertex Industry

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Prakerin yang dilaksanakan oleh SMKN 7 Malang dimaksudkan

untuk memberi dan menambah pengalaman. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan inteligasi dan disiplin yang tinggi karena para siswa sebelumnya

masih merasa kurang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam

bidang industri. Maka dengan adanya Prakerin ini semua siswa diharapkan dapat

mempraktekkan pengetahuan yang didapat secara teoritis di dalam Prakerin. Di

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi belum dapat dikatakan sempurna apabila

teori tanpa diiringi praktek secara langsung, di samping itu para siswa belum

banyak mengenal dunia industri dengan segala interaksi yang terjadi di dalam

perusahaan.

Maka untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut program

prakerin yang diadakan merupakan pengalaman yang sangat berharga karena

siswa ikut terjun secara langsung di dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam

program prakerin ini secara langsung merupakan ujian terhadap tanggung jawab

dan intelegensi para siswa yang dapat dijadikan salah satu pijakan apabila menjadi

seorang pemimpin.

1

Page 2: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan prakerin di PT. Mertex

Indonesia adalah :

1) Siswa diharapkan dapat menerapkan kemampuan teoritis yang diperoleh

dalam perkuliahan pada dunia industri.

2) Siswa yang memiliki gambaran tentang kondisi dunia industri serta

aktivitasnya.

3) Siswa memiliki pengalaman kerja dalam dunia industri.

4) Siswa mengetahui rutinitas dan produksi secara lengkap dalam suatu

industri.

5) Siswa dapat mengetahui sirkulasi produksi secara lengkap dalam suatu

perusahaan

1.3 Batasan Masalah

Pelaksanaan prakerin yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 7 Malang

yang berada di PT. Mermaid Textile Industry Indonesia bertempat di Mojokerto,

Jawa Timur. Dalam perusahaan ini terdapat tiga proses produksi yang dilakukan

diantaranya : Spinning, Weaving, Finishing. Karena prakerin yang dilakukan oleh

siswa berada pada departement finishing, tepatnya di laboratorium, maka siswa

hanya memfokuskan pada proses finishing yang dilaksanakan di laboratorium.

2

Page 3: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

1.4 Metodologi Penelitian

Dalam usaha menyusun laporan ini diperlukan data serta pengetahuan

yang sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas serta untuk memperoleh

data yang sesuai dengan keperluan yang bersangkutan digunakan metode sebagai

berikut :

1.4.1 Metode Primer

1.4.1.1 Metode Observasi

Di mana penulis melakukan penelitian secara langsung ke

lapangan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.

1.4.1.2 Metode Interview (Tanya Jawab)

Penelitian dilakukan dengan wawancara / tanya jawab langsung

dengan staf karyawan yang bersangkutan dengan penelitian di

PT. Mermaid Textile Industry Indonesia.

1.4.1.3 Study Kepustakaan

Penelitian dilakukan dengan cara mencatat data-data (dokumen)

yang ada dalam perusahaan.

1.4.2 Metode Sekunder

Merupakan data yang dikumpulkan peneliti melalui pihak lain yaitu data

yang tidak diupayakan sendiri, diperoleh dari berbagai sumber, misalnya :

majalah, surat kabar, dan lain-lain.

3

Page 4: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum

2.1.1 History Perusahaan

1. Pada Tanggal 5 April 1972 PT Mermaid Textile Industry Indonesia resmi

didirikan dengan dasar Keputusan SK Presiden RI No.B-31/Pres/4/1972.

2. Pada Bulan Oktober 1974 masa Trial Production berakhir atau dengan

kata lain telah memasuki masa Saat Mulai Berproduksi (SMB) dengan

dasar keputusan SK KIP Mojokerto No.04/PK/PMA-PMDN/1974

tertanggal 18 Desember 1974.

3. PT. Mermaid Textile Industry mengalami masa Bebas Pajak (Tax

Holidays) selama 5 tahun yaitu sejak Bulan Oktober 1974 sampai dengan

Bulan September 1979.

4. Pada Tanggal 06 Agustus 1975 PT. Mermaid Textile Industry Indonesia

diresmikan oleh Presiden RI Soeharto.

2.1.2 Lokasi Perusahaan dan Kantor Pusat

Jln. Raya By Pass PO BOX 17 Desa Lengkong

Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto

Phone : (0321) 324875/ 324876/324877/ 322411

Faxcimile : (0321) 322412

4

Page 5: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

KANTOR CABANG SEBAGAI REPRESENTATIVE OFFICE DI

JAKARTA :

Wisma Kyoei Price Indonesia, 14 th Floor

Jln. Jend. Sudirman Kav. 3 Jakarta 10220

Phone : (021) 5724360 – 63

Fax : (021) 5724139

2.1.3 Bentuk Perusahaan

1. Bentuk Perusahaan adalah PT (Perseroan Terbatas).

2. Anggaran Dasar Perusahaan dituangkan dalam lembaran berita negara

No. 521 Tahun 1973 dengan perubahan No. 1895 Tahun 1994, serta

perubahan terakhir dengan akte No. 6 tahun 2006.

3. Badan usaha ini adalah Industri tekstil, yang lengkapnya disebut juga

Integrated Textile Mill. Dalam hal ini usaha-usaha yang dijalankan

antara lain : Spining, Weaving, Finishing dan Processing dengan bahan

baku cotton, polyester, polyester cotton, blended, dan atau semua macam

synthetic blended Fabrics lainnya.

5

Page 6: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

2.1.4 Hak Milik Tanah

1. Luas tanah : 171.430 M2

Status tanah : Hak Guna Bangunan (HGB).

Awal Proses : 03 Mei 1976 s/d 04 Mei 1996 (20 tahun )

Perpanjangan Ke-2 fikat tanah sejumlah :

NO LUAS TANAH MASA BERLAKU

1 AG – 364365 25.980 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025

2 AG – 364369 31.050 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025

3 AG – 364368 31.430 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025

4 AG – 364367 19.460 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025

5 AG – 364366 53.500 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025

6 AG – 364370 15.010 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025

TOTAL 171.430 M2 23 Juni 1995 s/d 22 Juni 2025

6

Page 7: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

2.1.5 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi merupakan stuktur yang menggambarkan wewenang

dan taggung jawab dari masing-masing tingkatan jabatan yang meliputi

dari Sub Group Leader s/d Presiden Direktur.

7

PRESIDEN DIREKTUR

DIREKTUR TEKHNIK

WAKIL PRES. DIREKTUR

DIREKTUR KEUANGAN

FOREMAN

GROUP LEADER

SUB GROUP LEADER

KARYAWAN

SECTION CHIEF

ASS. SECT. CHIEF

MANAGER

ASS. MANAGER

CHIEF MANAGER

ASS. CHIEF MANAGER

Page 8: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

2.1.6 Sistem Pembukuan

1. System Pembukuan yang digunakan adalah Combination Book

Keeping System yang di adopsi dari Japanese System.

2. Biaya – biaya yang timbul dalam perhitungan akuntansi :

a. Fixed Cost : biaya-biaya tetap

b. Variable Cost : biaya-biaya yang tidak tetap

8

Page 9: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Gambaran Umum

PT. Mermaid Textile Industry Indonesia yang merupakan pabrik tekstil

yang salah satu anak perusahaan dari Jepang yang beroperasi di Indonesia. Bahan

atau produk yang dihasilkan oleh PT. Mermaid Textile Industry Indonesia berupa

kain yang sesuai dengan permintaan buyer. Pada proses pengolahan textile terdiri

atas rangkaian prosedur melalui unit-unit produksi yang terbagi atas spinning,

weaving, dan finishing. Dalam rangkaian ketiga proses tersebut di mana pada unit

finishing merupakan salah satu unit akhir dalam rangkaian pengolahan dari kain

untuk menjadi produk akhir yang siap dipasarkan.

3.2 Finishing Process

Permintaan kain tetoron cotton diperdagangkan sebagai kain baju, dan

celana terbesar di Asia Tenggara .Untuk mendapatkan kain dengan kualitas yang

bagus maka selama proses pencelupan dan pencampuran berbagai macam

chemical haruslah benar dan sesuai dengan metode-metode yang telah

distandarkan antara lain adalah .

9

Page 10: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

A. Preparatory

Yaitu proses mempersiapkan greige (kain mentah ) yang akan masuk

bleaching. Proses ini sangatlah penting sebelum melanjutkan ke proses A-

1(gas singeing), karena kain yang telah disiapkan sudah dilihat terlebih dahulu dan

dipastikan kain yang dipakai memiliki nilai komersial yang tinggi, sebab nilai

yang bagus tidak akan didapat apabila kain mentah (greige) memiliki banyak

cacatnya, meskipun telah dilakukan proses pencelupan dan pencampuran dengan

sempurna. Hal ini bertujuan untuk :

- Menaikkan kualitas kain yang bagus

- Untuk melaporkan pada bagian penentuan agar diadakan pengontrolan

pada kain mentah .

Selain untuk menentukan kualitas kain, preparatory juga berfungsi untuk

menentukan kain yang akan masuk proses sesuai daftar delivery yang ditentukan

oleh PC (Produksi Control). Apabila persiapan pada kain mentah telah siap dan

memenuhi kriteria, maka dilanjutkan pada A-1 (gas singeing) .

B. Gas Singeing (A1)/ Keyaki

Adalah proses pembakaran bulu-bulu pada kain mentah dengan

menggunakan NATURAL GAS. Proses A-1 sangatlah cocok dilakukan untuk

langkah pertama. Pertama-tama kain disikat (Brushing) yaitu sikat nylon agar

bulu-bulu yang melekat bisa tegak / berdiri sehingga pada waktu pembakaran bisa

dilakukan secara sempurna.

10

Page 11: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

Proses ini bertujuan untuk menghidari pencelupan yang tidak rata yang

disebabkan migrasi dyestuff yang mana karena adanya bulu-bulu tersebut. Supaya

permukaan menjadi halus dan menambah daya resap kain.

Kain dimasukkan proses A-1 bukan untuk mengerutkan dengan pemanasan juga

bukan untuk meredahkan grade serat polyester.

Singeing harus dilakukan dengan hati-hati karena kondisi yang berlebihan / yang

tidak rata menyebabkan hilangnya kekuatan kain / kekuatan parsial pada kain T/C.

Pada umumnya kain T/C di singeing pada kedua bagian (atas bawah). Bila pada

kain terdapat banyak bulu-bulu maka pengguntinganya bulu-bulu dilakukan

terlebih dahulu sebelum masuk proses A-1 untuk mencegah terbentuknya tetesan

serat polyster yang mencair.

Adapun besar kecilnya api tergantung pada tebal tipisnya kain, juga

kerapatan atau design kain yang akan diproses. Kain yang telah melalui proses A-

1 akan dingin melalui pendinginan (cooling cylinder). Jika kain telah dingin maka

proses A-1 akan dilanjutkan pada proses A-2.

C. Desizing (A-2 Range) / Noriyaki

Adalah proses menghilangkan bulu-bulu sisa pembakaran pada proses A-1.

Kain yang sudah dingin dari cooling cylinder dan masuk pada bak pencucian yang

berisi air dengan temperatur 90°C sebanyak 6 bak pencucian. Proses ini akan

memudahkan terlepasnya kanji dan kotoran-kotoran pada kain.

D. Scouring (A-3 Range)

11

Page 12: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

Proses menghilangkan kotoran dan kanji yang masih ada yang belum

terlepas maka dimasukkan pada bak saturator yang berisi obat/chemical yang

berfungsi untuk :

Pencuci pada kain untuk memudahkan lepasnya kotoran .

Oxidator penghancur kanji pada kain sehingga kain terbuka pori-porinya .

Menambah pecucian pada kain dan daya serap kain .

Setelah proses ini selesai dilanjutkan pada boiling box yang mengalami proses

pemanasan dengan sistem penguapan dan perendaman dengan menggunakan

chemical. Untuk menjaga kestabilan konsentrasi obat pada saturator maka harus

dicheck (analisa). Pengecekkan ini penting untuk menghindari cacat pencelupan

seperti tealing (perbedaan warna antara awal, tengah, dan akhir kain).

Untuk menentukan apakah proses ini sudah sempurna atau belum, maka dapat

digunakan larutan KI (Kalium Iodida). Apabila warna violet kecoklatan berarti

kanji / PVA masih ada. (violet = adanya kanji , coklat = adanya PVA ). Bila

proses tersebut selesai maka dilanjutkan ke proses A-3 (bleaching).

E. Pengelantangan (A4 Range)

Adalah proses untuk memperoleh pengelantaran atau pemutihan. Tujuannya

adalah memperoleh kain yang sangat putih untuk T/C dan juga bagi kain yang akan

dicelup. Dalam proses ini kain dimasukkan pada chemical yang sudah disediakan.

12

Page 13: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

Kain tersebut diharapkan putih, bersih dari kotoran. Pada proses bleaching

penambahan chemical memiliki fungsi dan tujuan, yaitu :

- Untuk menurunkan PH pada kain agar menjadi asam.

- Untuk memutihkan kain.

- Untuk pencuci dan daya serap kain.

Pada proses ini biasanya kain yang sudah putih tetapi masih kurang sempurna

untuk diwarna karena pada proses bleaching, chemical yang digunakan adalah

Sodium Chlorid (NaClO) yang mengandung gas chlor maka untuk menghilangkan

chemical pada kain perlu dinetralisasikan.

F. Netralisasi

Cara untuk menghilangkan chemical yang ada pada kain karena proses

bleaching adalah netralisasi. Kain setelah dari bleaching ini masih mengandung gas

chlor (ClO2) yang sangat berbahaya dan perlu dihilangkan atau dinetralisasi dengan

Sodium Metabesulfite (Na2S2O5)

Selanjutnya dicuci dengan air panas temperatur 80o Celcius setelah itu

dicuci sampai bersih dan dikeringkan pada dryer cylinder.

Untuk hasil yang baik perlu dilakukan pengecekan, diantaranya :

- Apakah kondisi kain sesuai dengan yang diharapkan

- Kandungan kanji.

13

Page 14: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

- Cacat pada kain.

- Kandungan chemical.

Dari proses A-4 kain akan dimasukkan pada proses B range (Mercerizing)

G. B-range (Mercerizing)

Adalah proses penyutraan dan pengaturan lebar kain. Proses ini

bertujuan untuk menambah kemampuan daya serap terhadap dyestuff & handling

serta merubah cotton menjadi seperti sutra (silk). Disamping itu juga diperoleh

keuntungan sebagai berikut:

- Daya serap bertambah baik dan warna kain celupan lebih terang.

- Kualitas kain bertambah baik dan lebih mengkilap.

- Kestabilan ukuran kain bertambah.

- Handling bertambah baik .

Tujuan mercerization bagi T/C (65/35) adalah untuk merubah serat

cotton. Pada umumnya mercerization kain cotton dilakukan dengan menggunakan

chemical dengan dilakukan pada temperatur ruangan. Menetralisir dan mencuci

setelah mercerization adalah sangat penting bagi dyeing yang lengkap untuk

menghilangkan alkali dan garam-garam.

Setelah proses ini dilanjutkan pada proses Heat setter (C) untuk

memberikan pemerataan panas.

14

Page 15: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

H. Heat setter (D-2) / C -Range

Adalah proses pengaturan dan penyesuaian lebar kain dan memberikan

pemerataan panas. Proses ini sangatlah penting guna mendapatkan kain yang

berkualitas lebih baik dan memiliki nilai komersial yang tinggi .

Adapun tujuan dari proses tersebut antara lain :

- Menghilangkan ketidakrataan benang-benang.

- Menambah kestabilan ukuran-ukuran.

- Menambah ketahanan pilling ( menjadi satunya bulu-bulu )

- Menambah daya tahan kusut, kondisi normal mempunyai suhu ( T/C

dan Polyester 210oC, Cotton 100% 140°C )

Pada akhir proses kain warna putih langsung diproses pada mesin. Pad

dryer, mesin K1-K2-L range (Pad dry-Baking-Steamer)

Setelah proses heat setter kain akan masuk ke proses dyeing dan resin,

tergantung permintaan buyer.

I.Pad Dryer

Dyeing Pad dryer adalah proses pencelupan zat warna dengan termosol

dyeing. Resin Pad dryer adalah proses pemberian obat-obatan / chemical resin &

white optical bright agent. Pada umumnya teknik pencelupan ditentukan oleh derajat

taraf pencelupan yang diperoleh termosol dyeing. Cara ini dikatakan sebagai proses

yang lebih baik untuk memperoleh taraf pencelupan, bila dyeing mengalami

kesukaran yang berhubungan dengan cacat dyeing, seperti berikut :

15

Page 16: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

- Penyerapan yang tidak sempurna

- Sukar mencelup bagian di bawah naps & fluffs atau bulu-bulu kain

- Adanya bintik-bintik di permukaan kain atau spel

- Perbedaan warna antara awal,tengah & akhir

Untuk menghindari kesukaran-kesukaran diatas, haruslah diperhatikan seperti

melakukan pigment pad dryer dengan hati-hati.

Mesin dryer terdiri dari :

Chemical Bath, yang isinya adalah dyestuff yang telah dicampur sesuai

dengan resep.

Chemical Menjel, berfungsi untuk memeras kain yang telah dicelup pada

Chemical Bath.

Room Dryer, berfungsi untuk mengerigkan kain.

Dryer Silinder, berfungsinya seperti room dryer.

Kain yang keluar dari mesin pad dry harus dalam keadaan kering, baik kain

white maupun colour. Sedangkan pada waktu baking ada waktu dan

temperaturnya sendiri sesuai dengan recipe / standart yang ada. Sedangkan

untuk proses kai warna yang perlu dilakukan L/M/D(Light,Medium,Dark).

Adapun warna muda( Light ) zat warna yang digunakan adalah jenis Unitron

atau Vat. Maka warna medium memakai zat warna Disperse sedangkan warna

gelap memakai zat warna Reactive dan juga Disperse. Setelah proses ini

dilakukan, maka proses selanjutnya adalah baking.

16

Page 17: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

J. Baking

Dyeing Baking adalah proses menancapkan warna pada kain dengan cara

pemanggangan dan pengeringan. Sedangkan resin baking adalah proses pemberian

chemical resin atau obat-obatan dengan teknik pemanggangan supaya kain tidak

mudah kusut dan untuk memasukkan zat warna tetoron atau cotton kedalam pori-

pori kain. Pada proses ini temperatur yang digunakan maksimal 160°C, untuk

baking resin tergantung jenis kain. Proses baking dilakukan apabila pada proses

pencelupan pad dry ada unsur dyestuff baik itu Disperse maupun Unitron.

Pada proses ini untuk kain yang banyak mengandung cotton

menggunakan suhu dibawah 150°C karena chemical flourcent yang dipakai bisa

developpada 150°C . Sedangkan untuk kain yang banyak mengandung tetoron suhu

yang digunakan harus lebih dari 170°C karena warna putih pada tetoron bisa muncul

bila suhu lebih dari 170°C. Proses ini merupakan proses akhir dalam resin finish.

K. Pad Steamer

Merupakan proses penguatan warna dengan cara pemberian chemical

dan pencucian sisa-sisa zat warna supaya tidak lekas pudar dengan metode tertentu.

Pada proses ini, pemberian zat warna tergantung dari pewarnaan atau golongan

dyestuff yang dipakai.

Pad Steamer berfungsi untuk :

Pencucian pada kain after bleaching bila terkena cacat.

Pengurangan berat pada kain spunpully ( all tetoron ).

17

Page 18: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

L. Resin Finish

Adalah proses terakhir dalam pengolahan kain yang berfungsi untuk

memberikan rasa pada kain seperti lembut, kasar, halus, dan keras sesuai dengan

permintaan buyer di PT. Mermaid Textile Industry Indonesia ada beberapa macam

produk untuk resin finish,di antaranya :

WP (Water proof ) : Anti air

WR (Weight Reduce) : Pengurangan berat kain

HF (wrinkle free ) : Anti kusut

RB : Anti bakteri

SC (Deodorant ) : Anti bau

SR (Soil Release ) : Anti kotor

CK (Chiku-Chiku) : Permukaan halus

NS (Non stack ) : Anti bakteri

NDR (Water Absorption) : Daya serap

STF (Stiff finish ) : Untuk kaku dan keras

NMS ( Nomos ) : Anti bakteri

FLUTECT : Anti flu burung

AB : Anti blood

Resin heat tenter adalah proses penarikan memanjang dan melebar agar chemial

resin dapat meresap kedalam pori-pori kain. Resin pad dry adalah proses

pemberian chemical resin dan white optical bright agent. Sedangkan resin

18

Page 19: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

baking adalah proses pemberian chemical resin atau obat-obatan dengan teknik

pemanggangan supaya kain tidak mudah kusut dan untuk memasukkan zat

warna tetoron kedalam pori-pori kain. Pada proses ini temperatur yang

digunakan maksimal ( 205°C ), untuk baking resin tergantung jenis kainnya.

Dalam proses finishing menggunkan chemical resin. Pada pewarnaan white

lebih sering menggunakan bluing ( zat warna ) dan florecent, sedangkan mesin

resin yang digunakan adalah pad dry, heat tenter, baking.

M. Celender ( R )

Adalah proses pengkilatan kain. Proses ini kain yang masuk pada masuk

pada mesin kelender hanya tertentu saja karena tergantung pada permintaan buyer,

biasanya untuk jenis kain Spoonpolyester. Setelah proses ini dilanjutkan dengan

Heat Cutting .

N. Heat Cutting (HC)

Adalah proses pengguntingan pinggir kain untuk penghilangan bekas lubang

pada saat tenter. Pada proses pemotongan ini, kain yang masuk hanya tertentu

saja, tergantung pada pesanan buyer.

19

Page 20: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

O. Sanforized

Adalah proses penyusutan secara mekanis untuk membuat stabilitas ukuran

kain agar tidak terjadi penyusutan pada saat pencucian. Dan untuk menghaluskan

permukaan kain. Setelah proses ini dilanjutkan Quality Control .

P. Quality Countrol

Adalah suatu metode untuk mengecek kwalitas pada kain dengan

menggunakan dua metode antara lain :

1. Fast colour kain

2. Daya test kain

1. Fast colour terdiri dari :

Laundry test

Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh pencucian

dengan sabun antara kain test dan kain cotton 100% .

Standart fade meter

Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh sinar matahari

dengan memakai pembakaran ultra violet carbon cored dan solid .

Friction durability

Mesin ini untuk mengetahui perubahan karena pengaruh gesekan antara kain

test dengan kain cotton 100% baik kering maupun basah .

Prespiration test

20

Page 21: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

Alat ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh keringat manusia

dengan menggunakan chemicals asam dan chemicals basah .

Thermo test

Mesin ini untuk mengetahui perubahan kain karena pengaruh panas yang

menggunakan kompor penjepit antara kain test dengan kain tetoron dan

kain cotton 100% .

Chloride test

Dengan menggunakan chemical Sodium Clorite 25% dan setelah itu

dikerjakan dengan thermotest kain akan terjadi perubahan dari warna

semula .

2. Daya test terdiri dari :

Tention /Elangation

Mesin ini untuk mengetahui berap kilogram ketegangan dan berapa

millimeter kemulurannya dari pada kain dengan cara penarikan .

Tearing

Alat ini untuk mengetahui berapa gram daya sobeknya dari pada kain .

Wrikle recovery

Alat ini untuk mengetahui berapa persen dan berapa derajat daya kusutnya

kain dengan cara ditekuk serta dijepit dengan plat .

Softness

Alat ini untuk mengetahui berapa millimeter daya lemasnya kain dengan cara

dijepit antara dua roller terus diputar sampai 90°.

21

Page 22: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

Abrasion

Mesin ini untuk mengetahui berapa second kikisan dari pada kain sampai

lubang dengan cara di kikis memakai kertas abras (kertas gosok) bergeser

diatas kain test secara otomatis

Spray tester

Alat ini untuk mengetahui berapa persen kebasahan kain karena semprotan

air dengan suhu antara 28°C secara di tuangkan dalam waktu 30 second .

Pilling tester

Mesin ini untuk mengetahui perbandingan bulu kain yang keluar karena

putaran secara otomatis sebanyak 36.000 putaran dalam waktu kurang lebih

9.3/4 jam .

Q. Inspection

Adalah proses pemeriksaan hasil kain untuk menentukan grade kain atau

kwalitas . Dalam proses ini kain diteliti apakah terdapat cacat kain lalu inpection

selesai dan di nilai dengan bagus maka akan dilakukan Winding (proses

penggulungan kain setelah inspection sesuai panjang standart dan grade kain ) dan

packing.

R. Packing

Adalah proses pembungkusan dan pemberian label identitas hasil

produksi.

22

Page 23: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

Pada proses ini dibagi beberapa bagian :

Seluege Stamping : Pemberian cap atau inisial pada tepi kain

yang akan dikirim .

Cloth Winding : Proses penggulungan

kain sesuai dengan panjang yang akan

dikehendaki .

S. Gudang

Adalah tempat pembungkusan hasil dari packing dalam bentuk karton box

dan sebagai tempat penyimpanan barang sebelum dikirim ke buyer .

3.3 Intruksi Kerja Colour Matching

Tujuan : Untuk membuat lab dip untuk sample ke buyer atau untuk

membuat resep proses sesuai dengan sample yang

ada,jika sudah lalu membuat resep proses .

Ruang Lingkup : Pada saat melakukan colour matching di laboratorium

Langkah kerja :

a. Colour matching putih

Menentukan jenis kain sesuai dengan permintaan (TC/C, CVC, tetoron

100%, cotton 100%, dan lain-lain)

Menentukan handfeeling (halus, kasar, lemas, tebal, keras)

Colour matching whiteness

23

Page 24: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

-Kadar fluorescent ( optical bright agent )

-Bluing (dyestuff yang dipakai ) dengan microflash

WSTD 136.68; whiteness standart

TSTD -0.46; TM standrt

WBAT 136.75 ;

TBAT -0.44

Toleransdi untuk whiteness :± 2.00

Toleransi untuk T : ±0.25

- Perhatikan saigen ( perubahan antara laborat dan proses turunnya

berapa persen )

b. Colour matching warna

Pertama lihat warna pada contoh kain : warna, T/C celup (bath

shade), atau celup tetoron saja atau cotton saja (cross dye)

Tentukan kode proses dan pemakain zat warna nya dengan

pertimbangan harga/cost murah dan kwalitas baik

Contoh lihat menggunakan lampu black light apakah pakai OBA

(Optical Bright Agent ) dan bila ada OBA (fluorescent) harus

ditambah pada proses resin finish .

Cara colour matching :

24

Page 25: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

Menentukan jenis kain sesuai permintaan .

Menentukan cara proses, pemakain zat warna,dan

komposisinya .

Bila T/C celup yang pertama-tama dikerjakan adalah colour

matching tetoron,tetoron shade harus sama, setelah itu baru

cotton shade

Untuk komposisi warna

Misalnya ada contoh warna blue, pertama harus pakai zat

warna blue sebagai warna pokok lalu ditambah green, yellow,

atau red dicocokkan dengan sampelnya .

Bila zat warna tidak ada hrus memakai 3 zat warna

pokok(blue, yellow, dan red)

Perhatikan sifat-sifat dari tiap-tiap zat warna. Pada

temperature tertentu, warna akan mengalami penurunan

Untuk warna tua misalnya black, navy, wine, dark red, dark

green, harus memakai dua kali proses :

- Proses I : tetoron celup melalui pad dry (G range 110-

140°C) baking (H range 205°) steaming

(105°C)

- Proses II : cotton celup melalui pad dry (G range 110-

140°C ) steaming (J range 105°C) lihat proses

standart dyeing.

25

Page 26: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

3.4. Pengujian dan Analisa Bahan

Pembuatan Larutan untuk Analisa pada Proses Bleaching. Pada proses

dalam unit finishing terdapat juga proses pembuatan larutan stok KMnO4

(0,1 N), Na2S2O3 (0,1 N ) pada proses ini dilakukan pembuatan larutan stok

yang berguna sebagai penunjang kelancaran dalam kegiatan laboratorium

finishing.

3.4.1. Pembuatan Larutan KMnO4 (0,1 N)

1. Alat yang digunakan

- Neraca analitik - Kertas perkamen

- Beaker gelas - Mixer

- Pipet volume - Buret

- Erlen meyer - Corong

- Magnetik Stirrer

- Sendok takar

2. Prosedur Kerja

- Timbang KMnO4 2,5 gr

- Larutkan dengan Aquades 200 ml

- Ambil 20 cc larutan C2 H2 O4

- Tambahkan H2 SO4 (94 – 100%) sebanyak 7 cc

- Kemudian di titrasi dengan KMnO4 (0,I N) sampai warnanya

transparan merah.

26

Page 27: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

3.4.2. Pembuatan Larutan Na 2 S2 03 (0,1 N)

1. Alat yang digunakan

- Neraca analitik - Kertas perkamen

- Beaker gelas - Magnetik Stirrer

- Sendok takar - Mixer

- Pipet volume - Buret

- Erlen Meyer - Corong

2. Prosedur Kerja

-Timbang 27 gr Na2S2O3 .

- Timbang 0,2 gr Na2CO3.

- Larutkan di atas dicampur, dilarutkan sampai 1000 cc.

3. Cek Fakta

A. Mengetahui fakta Na2S2O3

1. Ambil K2Cr2O7 (0,1 N) 25 ml

2. Tambahkan 50 ml aquades

3. Timbang 2 gr KI, tambahkan HCl 5 ml

4. Setelah larut biarkan campuran tadi selama 10 menit

5. Titrasi dengan Na 2 S2 O3 (0,1 N) sampai warna dark red

6. Setelah itu tambahkan indikator stark 3 sampai 5 tetes, lalu dititrasi sampai

warna green.

27

Page 28: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

B. Mengetahui Fakta K2Cr2O7 setelah itu tambahkan KI 2 gr

1. Ambil 25 ml K2Cr2O7 setelah itu tambahkan KI 2 gr

2. Tambahkan H2 SO4 90% sebanyak 5 cc

3. Dimasukkan dalam erlen meyer ditutup dengan penyumbat karet, tunggu s/d 10

menit

4. Setelah itu titrasi dengan Na2 S2O3 (0,1 N) sampai warna jernih.

Pada proses pembuatan larutan stok ini merupakan salah satu dari bagian proses

finishing untuk menyediakan larutan-larutan yang dibutuhkan untuk kelancaran dalam

finishing process laboratory, dalam proses ini selain dilakukan proses penimbangan

bahan-bahan. Proses pelarutan tetapi juga dilakukan proses titrasi untuk keperluan chek

fakta. Apabila dalam hasil cek fakta telah didapatkan kesesuaian dengan prosedur dan

hasil perhitungan yang benar, maka dapat dikatakan bahwa pembuatan larutan stok itu

benar.

28

V1 x F1 = V2 x F2

Page 29: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil praktik kerja industri di PT. Mermaid Textile Industry

Indonesia maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Prakerin merupakan sebuah sarana bagi siswa SMK untuk mengetahui

kondisi bekerja dalam dunia usaha maupun dunia industri.

2. Dalam melakukan praktik kerja industri di PT. Mermaid Textile Industry

Indonesia khususnya dibagian finishing process maka kesimpulan yang

didapat diantaranya :

a. Di bagian laboratorium kita menganalisa berbagai macam larutan dan

membuat resep-resep warna untuk proses colour matching yang sesuai

dengan sample atau permintaan buyer.

b. Di bagian physical test kita dapat mengetahui bahwa kemuluran kain,

keasaman kain, kelenturan kain, kelenturan kain pada alat yang sesuai

dengan physical test, yang akan dilakukan/dikerjakan.

c. Skill dalam menentukan warna yang digunakan merupakan salah satu hal

yang dapat mempengaruhi hasil colour matching. Oleh karena itu, skill

ini dapat mempersingkat waktu proses percobaan colour matching.

d. Proses pencelupan warna pada kain haruslah memiliki keterampilan agar

hasil yang didapat bisa maksimal.

29

Page 30: Laporan Praktek Industri SMK 7 Mlang

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Pihak Sekolah

a. Lebih ditingkatkan lagi hubungan kerjasamanya dengan dunia usaha maupun

dunia industri.

b. Lebih ditingkatkan lagi proses pendidikan agar para siswa mempunyai

keterampilan dan skill bersaing di dunia usaha.

c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia agar di masa mendatang, SMK Negeri 7

Malang akan lebih baik dan lebih unggul di masyarakat luas.

4.2.2 Bagi Pihak Perusahaan

a. Dapat menyesuaikan diri dan menggunakan waktu dengan tepat dalam dunia

industri.

b. Pada Laborat harus lebih teliti dalam melakukan analisa supaya tidak terjadi

kesalahan yang fatal .

c. Lebih memberi kesempatan lagi pada siswa prakerin untuk memperoleh

pengetahuan/wawasan yang luas dalam dunia usaha maupun dunia industri.

30