LEMBAR KERJA MAHASISWA
KULIAH LAPANGAN
A. Mata Kuliah : Genetika Dan Embriologi
B. Lokasi :Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALISTA), Balai
Inseminasi Buatan (BIB), Balai Penelitian dan Pemuliaan Ternak Sapi Perah
(BPPT-SP) di Lembang, Bandung.
C. Waktu : Kamis, 3 Mei 2012
D. Tujuan :
1. Mengamati hasil penelitian sayuran
2. Mengamati hasil penelitian hewan
3. Melakukan observasi terhadap hasil-hasil persilangan pada beberapa jenis
tanaman dan hewan yang unggul
I. Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang
Judul PKL : Inseminasi Buatan (IB)
Waktu dan Tempat : Kamis 3 Mei 2012, Balai Insemenasi Buatan
(BIB) Lembang
Tujuan : Upaya mengetahui bagaimana cara pelaksanaan IB
Visi dan misi BIB :
Visi
“Menjadi produsen semen beku terdepan pada 2015 yang bersih, efisien, dan
berprestasi melalui teknologi Inseminasi Buatan untuk kesejahteraan masyarakat
peternak”.
Misi :
1. Melaksanakan produks, penyimpanan dan distribusi serta pemasaran
semen beku dalam ragka pelayanan prima kepada masyarakat.
2. Menggali potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui
optimalisasi pemanfaatan aset dalam menunjang tugas pokok dan fungsi
Balai
3. Menyelenggarakan dan menggerakan penyempurnaan teknik dan metode
untuk pengembangan Inseminasi Buatan
4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) peternakan
melalui pelatihan / magang / bimbingan teknis
5. Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja mandiri untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat peternak
Program BIB : Penyediaan Semen Beku berkualitas (Sexing and
Unsexing)
Mekanisme Kerjasama :
- Swasembada Daging Sapi / Kerbau 2012-2014 dengan Pemerintah.
- Penjualan semen beku
- Kerjasama produksi dan distribusi semen beku
- Pelayanan purna jual semen beku
Deskripsi :
Pada kawin alam pejantan yang di gunakan umumnya pejantan lokal
dengan berat badan yang tidak terlalu besar karena pejantan unggul sangat
terbatas. Kemampuan mengawini seekor pejantan terbatas. Kawin alam juga
dapat menularkan penyakit, selain berpotensi terjadi perkawinan sedarah (in
breeding) karena keterbatasan jumlah pejantan.
Ternak yang di pelihara umumnya lokal dengan berat badan rendah
pertumbuhan kurang bagus, oleh karena itu sebaiknya di kawinkan dengan
metoda Inseminasi Buatan (IB) dengan menggunakan semen beku dari pejantan
unggul yang secara genetik dan fisiologis bagus sehingga diharapkan anak yang
dilahirkan pertumbuhannya juga bagus. Karena pertumbuhan anak sangat
tergantung genetik bapak ibunya. Selain itu penularan penyakit dapat
dikendalikan
Tugas Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang
1. Bagaimana sejarah/latar belakang dan tujuan berdirinya lembaga BIB?
Jawab:
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dibangun tahun 1975 dan diresmikan
oleh Menteri Pertanian RI dan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru pada
tanggal 3 April 1976. Sebagai BIB pertama di Indonesia, diberi mandat
Pemerintah untuk memproduksi semen beku ternak sapi perah dan sapi potong,
dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di
Indonesia agar tidak selalu tergantung pada semen beku impor.
2. Apa saja hewan yang di inseminsai di BIB?
Jawab:
Sapi perah Warna putih dan hitam (Frisian Holstein) atau merah dengan putih
(Hungarian). Sapi potong (Simmental, Limousin, Angus, Brangus, Brahman,
Ongole). Domba garut, Kambing PE berasal dari Kaligesing, Purworejo, Jawa
Tengah dan kambing boehr berasal dari Afrika Selatan.
3. Apa saja program-program yang dilakukan di BIB?
Jawab :
Pembentukan dan pengembangan organisasi penyediaan sumber daya
manusia (SDM), penyediaan sarana dan prasarana, seleksi dan pengelolaan
pejantan unggul, produksi dan distribusi semen (semen cair dan semen beku),
pengamatan dan pelaporan birahi, pencatatan dan evaluasi hasil IB.
4. Apa yang dimaksud dengan inseminasi? dan ada berapa macam?
Jawab:
Inseminasi buatan yang telah popular dikalangan peternak yang disebut kawin
suntik adalah upaya memasukan semen/mani kedalam saluran reproduksi
hewan betina yang sedang birahi dengan bantuan petugas khusus menggunakan
alat tujuannya supaya hewan menjadi bunting. Macam inseminasi:
- IB individu, birahi alami siklus setiap 21 hari (IB 24 hari)
- IB masal, birahi dirancang bersamaan dengan sinkronisasi memakai hormon
(PGF 2a)
5. Bagaimana cara melakukan inseminasi di BIB? (Gunakan Bagan!)
Jawab:
Di BIB Lembang tidak ada inseminasi, hanya ada penampungan dan
pengemasan semennya saja. namun untuk langkah-langkah inseminasi buatan
adalah:
1. Siapkan dan ikat ternak
2. Pastikan waktunya tepat
3. Bersihkan vulva dengan kapas / tissue
4. Palpasi rektal :
Keluarkan kotoran tanpa mengelurkan tangan
Kenali dan pegang servix secara lembut, sambil di dorong ke depan
Masukkan Gun IB dengan posisi miring ke atas
Lewatkan cincin-cincin servix sampai cincin terakhir
Semprotkan semen beku secara pelan-pelan di depan dalam servix
Tarik gun IB----Cek kondisi straw
Catat nama, kode pejantan, tanggal IB, dan lain-lain
Tinggalkan catatan pada ternak.
untuk Skema:
6. Setelah hewan diinseminasi, produk turunan hasil inseminasi dimanfaatkan
untuk apa? (misal menghasilkan produk susu, hewan pedaging untuk dijual ke
pasar atau bagaimana)
Jawab:
Produk turunan hasil dari Inseminasi Buatan ( IB ) dimanfaatkan tergantung
dari distribusi semen bekunya. Jika semen beku tadi didistribusi ke peternakan
sapi perah maka produk turunannya berupa sapi perah yang unggul dalam
kualitas penghasil susu. begitupun jika semen beku tadi didistribusikan ke
peternakan sapi potong, maka produk turunannya berupa sapi potong yang
unggul. Semen beku dari BIB lembang juga dipasarkan sesuai dengan Tugas
Pokok dan Fungsi BIB itu sendiri yaitu :
“Melaksanakan Produksi dan pemasaran semen beku benih unggul ternak
serta pengembangan inseminasi buatan”. ( Tugas Pokok )
“Distribusi dan Pemasaran semen beku unggul”. ( Fungsi no 9 ).
7. Tuliskan kesimpulan dari hasil observasi anda di BIB! Ditinjau dari berbagai
faktor, misal hambatan, tingkat keberhasilan, pemasaran, jumlah yang
dihasilkan, dan lain-lain)
Jawab:
Dapat disimpulkan bahwa proses inseminasi buatan di BIB lembang terbilang
cukup sukses, mengingat fasilitas dan bibit unggul yang ada disana sangat
baik. Dilihat dari segi perawatan ternak juga, pihak BIB sangat menjaga agar
hewan ternak disana selalu sehat dan vitalitasnya tetap tinggi.
Dilihat dari tingkat keberhasilan juga bisa dikatakan bagus. Tingkat
keberhasilan IB dapat diukur dari angka S/C ( service per conception), yaitu
jumlah pelayanan IB untuk mencapai bungting dan angka conseption rate
(CR).
pemasaran / distribusi BIB lembang pada tahun 2011 saja sangat luas,
distribusi semen beku DIPA yang menggunakan dana APBN ditargetkan ke
26 provinsi dengan dosis sebanyak 300.000 .
Jumlah yang dihasilkan ( berdasarkan laporan tahunan SPI BIB lembang
Tahun 2011 )
- Jumlah Kebuntingan : 152.089,93
- Jumlah Kelahiran : 152.089,93
- Jumlah Anak : 152.090 ekor
- Jumlah Calon bibit : 129.276 ekor
Hambatan hampir tidak ada, hanya ada sedikit kendala dalam hal fertilitas.
tingkat keberhasilan cukup memuaskan, pemasaran pun lancar, jumlah yang
dihasilkan sekitar 3juta straw/tahun.
8. Pengamatan
1) Amati dan jelaskan:
a. Ciri-ciri sapi yang mengalami fase birahi
Jawab :
Sapi yang birahi ditandai dengan adanya kemerahan, kebengkakan dan
alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental dan bersih yang
menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan tingkah laku
homoseksual, suara bengah-bengah pada sapi tersebut. Jika dipalpasi
perektal maka uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan
permukaan tidak rata, cervix relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel
de graaf yang membesar dan sudah matang.
b. Bagaimana penanganannya
Jawab:
Untuk sapi yang telah pada tahap birahi, segaranya dilakukan inseminasi
buatan. Karena keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan
berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi
kebirahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi
terlewati maka kita masih harus menunggu 21 harilagi untuk
melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan
kebuntingan setelah pelaksanaan InseminasiBuatan (IB) juga akan
berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil dan
immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan
Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk
melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB)
ke tempat sapi birahi berada.
c. Bagaimana proses pengambilan semen, penanganan, dan
pendistribusiannya!
Jawab :
a. Proses pengambilan semen
1. Massage kelenjar asesoris :
Dengan cara memijat kel. Vesikula seminalis /ampula
melalui rectum
Volume Semen yg dikumpulkan dari kel. V.S. : 0,5 – 21 cc
Volume semen yg dikumpulkan dari kel. Ampula : 0,5 – 23
cc
Bersifat alkalis karena tercampur cairan asesoris (kualitas
menurun)
2. Vagina Buatan :
Diantara selongsong karet tebal dan tipis diisi air panas
(55oC)
Suhu yang tepat di bagian dalam vagina buatan adalah 42 –
44oC
Salah satu ujung vagina buatan diberi pelicin
(vaselin/tragacanth)
Konsentrasi : 2000 – 2200 jt / ml semen, volume. : 5 – 8 ml
b. Penanganan semen beku dalam container
Penanganan sangat penting untuk diperhatikan karena berfungsi
untuk mempertahankan kualitas straw tetap baik sehingga dapat
digunakan untuk inseminasi buatan pada sapi induk. Penangananya
adalah sebagai bverikut : Semen beku yang ada di dalam kontainer
harus selalu terisi N2 cair dan straw terendam dalam N2 cair tersebut
yang jaraknya minimal > 15 cm dari dasar container. N2 cair yang ada
di dalam kontainer dicek setiap seminggu sekali dengan cara
memasukkan penggaris plastik warna hitam atau kayu ke dalam
kontener yang langsung diangkat, sehingga akan nampak bekas N2
berwarna putih pada penggaris tersebut. Ketika mengambil straw di
dalam kontainer tidak boleh melebihi tinggi leher kontainer serta
hindarkan dari sinar matahari secara langsung.
c. Pendistribusian semen
Distribusi semen beku oleh unit pelaksana teknis dilakukan dalam
rangkamendorong percepatan penyebaran bibit ternak yang memenuhi
persyaratanteknis bibit di suatu wilayah untuk perbaikan mutu genetik
dan produksi, baikdalam bentuk pengembangan sentra pembibitan dan
atau kawasan perbibitan yang disesuaikan dengan potensi atau
agroekosistem.Pendistribusian semen beku harus dilakukan dengan
mengikuti persyaratanteknis sebagai berikut :
1. Kontainer yang dipergunakan sesuai dengan jumlah straw yang
di kirim.
2. Straw harus terendam dalam N2 cair, dan kontainer harus terisi
penuh N2 cair sampai batas leher.
3. Untuk mengamankan dalam pengangkutan tiap-tiap kontainer
harusterbungkus dan disegel serta dilengkapi dengan kartu
petunjuk.Untuk menghindari terjadinya perkawinan antara dua
individu yang bersaudara (inbreeding), maka distribusi dan
penggunaan semen beku hendaknya memperhatikan catatan
distribusi dan breeding program yang ditetapkan oleh dinas
peternakan atau dinas yang membidangi fungsi peternakan di
provinsi/kabupaten/kota. Oleh karena itu kegiatan distribusi dan
penggunaan semen beku tersebut agar dilakukan dengan atau
dibawah pembinaan dan pengawasan atau bimbingan teknis
dinassetempat.
Pengambilan semen yang dilakukan di BIB Lembang menggunakan
vagina buatan proses penampungan dilakukan pukul 07.30 s/d 11.00.
Pemeriksaan semen yang dilakukan di BIB Lembang meliputi
pemeriksaan makroskopis (volume, warna, konnsistensi), pemeriksaan
mikroskopis (gerakan masa dan gerakan individu) dan pemeriksaan
konsentrasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, dilakukan proses Filling
dan Sealing (pengisian semen), Pre- Freezing, Freezing (pembekuan)
dan PTM (Post Thawing Motility) yaitu pemeriksaan semen beku.
Setelah melalui proses tersebut kemudian semen beku didistribusikan.
d. Apa indikator suatu semen dikatakan berkualitas baik atau buruk?
Jawab:
Kualitas semen dapat dilihat dari beberapa hal dari cara
makroskopis maupun cara mikroskopis. Volume semen yang baik adalah
pada domba dan sapi adalah sedikit tetapi mempunyai konsentrasi sperma
yang banyak. Sedangkan volume pada pejantan kuda dan babi biasanya
mempunyai volume yang banyak, tetapi konsentrasi spermanya sedikit.
Sapi = 1200 juta/ml (vol. 4-6 ml)
Kuda = 150 juta/ml (vol. 75-150 ml)
Babi = 200 juta/ml (vol.125 ml)
Domba = 2000 juta/ml (vol. 1,5 ml)
Warna semen pada sapi adalah putih krem, jika semen berwarna
kuning maka semen tersebut mengandung pigmen riboflavin, sedangkan
jika semen berwarna hijau kekuningan maka semen tersebut mengandung
bakteri pseudomonas aeruginosa. Sedangakan jika semen mengandung
gumpalan maka semen tersebut mengandung nanah, dan jika semen
tersebut terdapat warna merah maka semen tersebut terdapt darah dari
ureter, dan jika semn tersebut berwarna kecoklatan maka semen tersebut
terkontaminasi dengn kotoran.
Jika semen berwarna krem, maka konsentrasi spermanya adalah
1000 juta-2000jt sel/ml. Jika semen seperti susu encer maka konsentrasi
sperma adalah 500-600 jt sl/ml. Dan jika semen tersebut cair berawan dan
keruh, maka semen tersebut berkonsentrasi 100 jt sel/ml.
e. Apa kesimpulanmu?
Jawab:
Pada sapi yang birahi ditandai dengan adanya kemerahan,
kebengkakan dan alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental
dan bersih yang menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan
tingkah laku homoseksual.
Dan untuk penanganan ada sapi yang sedang birahi harus segera
dilakukan inseminasi buatan. Karena keterlambatan pelayanan Inseminasi
Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak
antara satu birahi kebirahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga
bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 harilagi
untuk melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya.
Untuk proses pengambilan semen balai inseminasi buatan lembang
merangsang pejantan dengan alat, atau sapi betina ,atau dengan sapi jantan
atau vagina buatan itu dilapisi karet inner liner, dan pelicin plastin. Sampai
sapi mencapai libido dan kemudian sperma ditampung dan disimpan pada
suhu tertentu agar sperma tidak mati. Hingga akhirnya dapat dilakukan
inseminasi pada sapi betina.
Untuk menentukan baik buruknya semen meliputi: warna : susu,
krem dan kekuning-kuningan, volume : rata-rata sapi 5 ml, kerbau 2 ml,
ph : 6,2 – 6,8, kekentalan (kosistensi) : sedang – pekat, bau :
spesifik/normal dan juga kandungan sperma harus lebih 1200 juta/ml. Dll
Proses IB juga harus memperhatikan keadaan lingkungan dan
kesehatan tubuh dan pakan ternak sapi yang menjadi pejantan donor
semen, agar vitalitas sapi pejantan tersebut terjamin dan bagus.
2) Buatlah skema penanganan sapi hingga semen-nya di transfer ke sapi
betina.
Jawab :
pemberian pakan pejantan
kesehatan sapi pejantan
perawatan ternak
penampungan semen segar yang didapat
dari pejantan
pemeriksaan semen segar (kualitas semen)
dan hingga akhirnya dibekukan
pengenceran semen
pemeriksaan semen
inseminasi (pemasukan sperma
pada sapi betina)
Selesai _
I. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balista) Lembang
Judul PKL : Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)
Lembang
Waktu dan tempat : Kamis, 03 Mei 2012; Balai Penelitian Tanaman
dan Sayuran (Balitsa) Jl. Tangkuban Perahu 517,
Kotak Pos 8413 Lembang 40391 - Jawa Barat
Telp: 022 2786245 Fax: 022 - 2786416, 2786025.
Tujuan : Melaksanakan penelitian tanaman
Visi dan misi Balitsa :
Visi
“Menjadi lembaga penelitian terdepan di Asia Tenggara dalam menciptakan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi strategis sayuran yang
berorientasi kepada kebutuhan pengguna.
Misi
Menciptakan, menghasilkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi strategis sayuran sesuai kebutuhan pengguna. Mengembangkan jaringan
kerjasama nasional dan internasional melalui pola kemitraan menuju kemandirian
penelitian sayuran. Meningkatkan kapasitas dan publisitas serta pelayanan prima
dalam penelitian sayuran.
Program Balitsa :
Pemuliaan, plasma nutfah dan perbenihan
Entomologi dan fitoplatologi
Fisiologi hasil
Ekofisiologi
Mekanisme Kerjasama :
Kerjasama dalam negeri : BI, PTN, Perusahaan Swasta
Kerjasama luar negeri : Australia, dan lain-lain
Deskripsi :
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) adalah suatu Lembaga
Pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan tanaman
sayuran di Indonesia. Berbagai macam benih sayuran banyak dihasilkan oleh
BALITSA, antara lain cabai, kentang, bawang merah, tomat, wortel, mentimun,
kubis bunga, bayam, kangkung, kacang buncis, kacang panjang, dan caisim.
BALITSA dalam kegiataanya, melakukan penelitian tanaman sayuran, usaha
agribisnis, menyiapkan kerjasama dalam penyebarluasan dan pendayagunaan hasil
penelitian tanaman sayuran.
Lokasi BALITSA
1. Letak Geografis
Balitsa terletak di Jl. Tangkuban Parahu 517 Cikole, Lembang, Bandung, Jawa
Barat. Secara geografis BALITSA terletak pada koordinat antara 107° 36’ 32’’
dan 107° 36’ 33’’ BT dan antara 6° 30’ 46’’ dan 6° 30’ 49’’ LS dengan ketinggian
tempat 1250 m dpl.
2. Letak Topografi
Topografi dari BALITSA Lembang yaitu bergelombang dan berbukit yang
merupakan bagian dari jajaran pegunungan Tangkuban Parahu. BALITSA
berjarak ± 25 km dari kota Bandung ke arah utara atau ±5.5 km dari kecamatan
Lembang ke arah utara timur. Disebelah timur, BALITSA dibatasi Jalan Raya
Lembang menuju Subang., sebelah selatan dibatasi Desa Cibogo, sebelah Barat
dibatasi perkampungan Cibedug dan sebelah utara dibatasi jalan Cikole-Cibedug.
Dari Bandung ± 1 jam ke BALITSA, sedangkan dari Lembang ± 15 menit.
Transportasi yang dapat digunakan adalah ojek, angkutan kota, bis dan taksi.
3. Keadaan Wilayah
Balitsa terletak pada formasi geologi QYT (Quartet Young Tuff), formasi
yang terbentuk akibat letusan gunung tangkuban perahu, dengan bahan induk
breksi pasir tufaan, lapili, bom, lava, berongga, kepingan-kepingan andesit, basalt,
padat yang bersudut dengan banyak bongkahan-bongkahan dan pecahan-pecahan
batu apung yang berasal dari gunung Tangkuban Perahu. Secara fisiografi Balitsa
termasuk dalam zona fisiografi depresi Bandung (dimana terbentuk karena
terjadinya runtuhan pada bagian tengah atau puncak pada saat terjadi
pengangkatan/pelengkungan). Akibat runtuhan tersebut muncul kompleks gunung
Tangkuban Perahu. Jenis tanah yang terdapat di Balitsa Lembang yaitu jenis
tanah Andosol dengan Ph antara 5,5-7 yang berasal dari vulkanik Gunung
Tabgkuban Perahu adapun cirri dari tanah tersebut berwarna hitam, lempung
berdebu dan lempung dengan struktur yang lemah dengan konsistensi yang
gembur.
4. Profil Organisasi Balitsa
Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 160/KPTS/OT.210/3/2000.
Bahwa Balitsa Lembang berada di bawah garis operasional Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Hortikultura dan sejajar dengan Balai lainnya Balithi
Cianjur dan Balitbu Solok.
Tugas Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balista) Lembang
1. Bagaimana sejarah/latar belakang dan tujuan berdirinya BALITSA?
Jawab:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang pada awal
terbentuknya yaitu tahun 1940 berada di bawah naungan Balai Penelitian
Teknologi Petanian Bogor. Pada tahun 1962 berkembang menjadi Kebun
Percobaan Hortikultura yang merupakan cabang dari Lembaga Penelitian
Hortukultura Pasarminggu. Kemudian pada tahun 1995 berubah menjadi Balai
Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) yang letaknya di Lembang Bandung
Jawa Barat. Sebelum berdiri BALITSA, balai penelitian ini merupakan balai
penelitian tanaman hortikultura yang diantaranya ada tanaman buah, sayuran
dan hias. Setelah semakin maju dan berkembang balai hortikultura ini terbagi
atas 4 balai diantaranya ada Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA),
Balai Penelitian Tanaman Buah (BALITBU), Balai Penelitian Tanaman Hias
(BALITHI), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) di
beberapa daerah di Indonesia.
BALITSA Lembang terletak pada wilayah sentra produksi sayuran dan lahan
yang subur, juga merupakan daerah Agrowisata. Ketinggian daerah kurang
lebih 1200 m dpl, dengan curah hujan 0 - 1000 mm/ bulan, serta rata-rata
kelembaban nisbi 70 - 100 %. Luas lahannya sendiri sebesar 40 hektar. Tanah
di BALITSA merupakan tanah jenis andosol yaitu cokelat kehitaman, remah,
memiliki pori-pori makro dan mikro dengan pH 5,5 – 7. Tujuan di didirikanya
BALISTA ini adalah untuk menciptakan, menghasilkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan serta teknologi strategis sayuran sesuai kebutuhan pengguna
dan Meningkatkan kapasitas dan publisitas serta pelayanan prima dalam
penelitian sayuran.
2. Apa saja jenis tanaman yang dikembangkan di BALITSA?
Jawab:
Jenis tanaman yang dikembangkan adalah kentang sebanyak 8 varietas,
Bayam sebanyak 2 varietas, Kacang panjang sebanyak 2 varietas, Bawang
merah sebanyak 4 varietas, Bawang putih sebanyak 3 varietas, Petsai
sebanyak 3 varietas, Tomat sebanyak 7 varietas, Kangkung sebanyak 1
varietas, Buncis sebanyak 3 varietas, Mentimun sebanyak 3 varietas dan Cabai
sebanyak 3 varietas. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi:
Komoditas unggulan : bawang merah, kentang, cabai keriting
Komoditas prioritas : tomat, buncis, jamur tiram
Komoditas prosfektif : terung, mentimun, paria, dan lain-lain
3. Dari manakah bibit tanaman awal diperoleh?
Jawab:
Bibit tanaman awal diperoleh dari lokal, misalnya jenis tanjung yang
merupakan salah satu jenis varietas KENTANG yang berasal dari daerah Jawa
Tengah. Varietas ini di pilih tentu saja karena memiliki keistimewaan rasa yang
enak dan masa panen yang cepat. Ini tidak serta merta berlangsung begitu saja,
sebelumnya bibit tersebut di uji oleh balai-balai tertentu.
4. Berdasarkan hasil pengamatan, adakah keanekaragaman sifat pada tiap
tanaman tersebut? Jelaskan!
Jawab:
Ada. Diperoleh dari hasil persilangan gen untuk menghasilkan produk dengan
kualitas yang tinggi. Tomat toska, tomat ruby, tomat mutiara, dan lain-lain.
selain itu terdapat keanekaragaman sifat dari tanaman lainnya yaitu:
kentang (18 varietas)
bayam (2 varietas)
kacang panjang (3varietas)
bawang merah (9 varietas)
bawang putih (3 varietas)
petsai (3 varietas)
tomat (7 varietas)
kangkung (1 varietas)
buncis (3 varietas)
mentimun (3 varietas)
cabai (5 varietas)
meskipun dalam satu spesies tetapi terdapat keanekaragaman sifat (gen)
sehingga terdapat variasi.
5. Jelaskan keanekaragaman gen dan jenis yang terbentuk dari tanaman yang
dikembangkan!
Jawab:
Dengan varietas unggul tanaman diperoleh melalui serangkaian penelitian
yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan,
seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan
abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen, dan lain-lain.
No Komoditas Nama Varietas Tahun
1 Kopi Andung Sari 2K 2010
2 Kelapa sawit D x P PPKS 239 2010
3 Padi Sawah Inpari 10 Laeya 2009
4 Padi Sawah Inpari 11 2009
5 Padi Sawah Inpari 12 2009
6 Padi Sawah Inpari 13 2009
7 Padi Sawah Inpari 7 Lanrang 2009
8 Padi Sawah Inpari 8 2009
9 Padi Sawah Inpari 9 Elo 2009
10 Padi Sawah Kuriak kusuik 2009
11 Padi Gogo Inpago 4 2009
12 Padi Gogo Inpago 5 2009
13 Padi Gogo Inpago 6 2009
14 Padi Gogo Mandel Handayani 2009
15 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 1 2009
16 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 2 2009
17 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 3 2009
18 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 4 2009
19 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 5 2009
20 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 6 2009
21 Padi Hibrida Hipa 10 2009
22 Padi Hibrida Hipa 11 2009
23 Padi Hibrida Hipa 7 2009
24 Padi Hibrida Hipa 8 Poineer 2009
25 Padi Hibrida Hipa 9 2009
26 Jagung AS 1 2009
27 Jagung Bisi 222 2009
28 Jagung Bisi 816 2009
29 Jagung Bisi 818 2009
30 Jagung DMI 1 2009
31 Jagung DMI 2 2009
32 Jagung DMI 3 2009
33 Jagung Guluk-Guluk 2009
34 Jagung Makmur 4 2009
35 Jagung Manding 2009
36 Jagung Motoro Kiki 2009
37 Jagung Pertiwi 1 2009
38 Jagung Pertiwi 2 2009
39 Jagung Pertiwi 3 2009
40 Jagung Talango 2009
6. Teknologi persilangan apa yang telah atau sedang diterapkan?
Jawab:
No Nama Alat Keunggulan Status
1. Teknologi
budidaya
jamur Edibel
1. Bibit induk dapat disimpan dalam
lemari pendingin (4^C) selama 1
tahun;
2. Panen Jamur Tiram/Kuping > 9 kali
dalam waktu > 1,5 bulan.
Panen 2-3 kali seminggu; 3. Panen
Jamur Shiitake 5 kali, yaitu ke 1-5;
14-16-18-20-26 msi.
Telah
diterapkan
2. Teknologi
Aeroponik
Terobosa
Perbanyakan
Cepat Benih
Kentang
Teknologi aeroponik merupakan
terobosan dalam melipatgandakan benih
Go. Teknologi aeroponik dapat
menghasilkan umbi kentang yang cukup
banyak dibandingkan dengan
menggunakan media steril (tanah dan
pupuk kandang). Oleh karena itu, pada
bulan Desember 2008 peneliti Balai
Penelitian tanaman sayuran (Balitsa)
bekerjasama dengan ATN
mengembangkan teknik aeroponik dan
hasilnya
mencapai 10 kali lipat, dibandingkan
Telah
diterapkan
dengan konvensional. Adapun ukuran
benih yang dihasilkan dengan teknik
aeroponik bervariasai dari ukuran sebesar
biji kacang tanah sampai sebesar telur
bebek.
3. Sistem
Produksi
Paprika di
Rumah Plastik
Hasil panen paprika, bobot buah, dan
jumlah buah per tanaman dari
tanaman paprika yang ditanam di rumah
plastik kombinasi kayu dan metal
lebih tinggi daripada tanaman paprika
yang ditanam di rumah plastik
bambu.
Telah
diterapkan
4. Sayuran
Kering
Tahan lama; nutrisi dan warna dapat
dipertahankan; dapat mengembang
kembali seperti bentuk semula;
pengemasan, pengangkutan, dan
penyimpanannya mudah.
Telah
diterapkan
5. Pengendalian
Hama
Penggorok
Daun Pada
Kentang
Pemanfaatan musuh alami
Hemiptarsenus varicornis mampu
menekan serangga hama sampai dengan
97,52 %
Telah
diterapkan
7. Bagaimana cara melakukan persilangan sehingga menghasilkan bibit unggul?
Jawab:
persilangan sehingga menghasilkan bibit unggul bisa dilakukan dengan:
a. Cross selfing (persilangan sendiri)
b. Kultur anter
Teknik kultur antera dapat mempercepat waktu pemuliaan melalui
pembentukan galur haploid ganda (galur murni) dari polen tanaman F1,
sehingga seleksi untuk sifat unggul yang diharapkan dapat dilakukan lebih
awal.
c. kultur bunga
8. Apa kesimpulan yang dapat anda ambil? (ditinjau dari berbagai aspek misal
hambatan, tingkat keberhasilan, pemasaran, dan lain-lain)
Jawab:
Kendala yang dialami : musim yang tidak menentu (panas dan dingin) dan
fenomena alam (bencana)
A. Hambatan
1. Kendala yang membatasi produktivitas sayuran adalah cekaman biotis.
2. Faktor biotis yang paling umum adalah serangan hama dan penyakit
utama pada sayuran diantaranya layu bakteri, busuk daun, antraknos,
virus, nematoda.
3. Kendala yang ditimbulkan oleh serangan penyakit tersebut dapat
menurunkan hasil antara 20– 80 %
4. Selalu di mulai dengan tidak faham atau tidak sefaham dengan
pekerjaan selama melayani obsever.
5. Sistem pekerjaan terkadang sulit untuk bisa selesai dalam kurun waktu
relatif.
6. Menghadapi dan menyelesaikan pekerjaan tidak sistimatis, bersifat
berkesinambungan atau terus menerus.
B. Tingkat Keberhasilan
1. Penambahan luas areal tanam dan panen,
2. Peningkatan produktivitas dan produksi,
3. Peningkatan mutu produk,
4. Adopsi teknologi maju,
5. Tercukupinya produksi sepanjang tahun,
6. Terbentuknya usaha agribisnis,
7. Terbentuknya kelembagaan usaha,
8. Terbangunnya prasarana usaha,
9. Tersedianya sarana produksi secara berkelanjutan (benih; pupuk),
10. Berkembangnya usaha pengelolaan,
11. Terpasarkannya hasil/produk pada tingkat nilai tambah yang layak,
12. Peningkatan pendapatan petani.
C. Pemasaran
Di dalam pemasaran hasil-hasil pertanian khususnya komoditi tertentu
dibutuhkan lembaga pemasaran berupa badan-badan yang
menyelenggarakan kegiatan pemasaran, menyalurkan barang dan jasa dari
produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga ini mempunyai hubungan satu
sama lain
Selanjutnya dikatakan bahwa perencanaan usahatani bertujuan untuk
memaksimumkan pendapatan petani melalui pemanfaatan lahan dan tenaga
kerja petani yang tersedia serta melaksanakan pola pertanaman yang paling
menguntngkan. Taha (1999) menjelaskan bahwa perencanaan usahtani dan
perencanaan biaya mempunyai arti:
1. Membantu petani dalam memperbaiki organisasi untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan petani;
2. Membantu perencanaan pemanfaatan sumber-sumber produksi dan
metode-metodenya;
3. Menaksir produksi dan pendapatan petani yang akan diperoleh;
4. Memberikan petunjuk tentang kemampuan usahatani untuk memikul
suatu kredit;
5. Dasar untuk menghitung pendapatan petani.
9. Pengamatan
1) Amati dan jelaskan bagaimana kondisi lingkungan Balista dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayur secara ptimal. Dengan
mengecek:
a. Kelembapan
b. Suhu
c. pH tanah
d. instansi dan sarana prasarana penunjang penyemaian dan penanaman
tanaman.
e. Teknik apa saja yang dilakukan di Balista hingga menghasilkan
sayuran yang unggul.
Jawab:
a. Kelembaban
Ketinggian daerah kurang lebih 1200 m dpl, dengan curah hujan 0
1000 mm/ bulan, serta rata – rata kelembaban nisbi 70 - 100 % (sesuai
tabel data curah hujan BALITSA).
b. Suhu
Suhu lingkungan berkisar antara 24-27ºC pada siang hari, dan 15-18ºC
pada malam hari.
c. pH tanah
Tanah di BALITSA merupakan tanah jenis andosol yaitu cokelat
kehitaman, remah, memiliki pori – pori makro dan mikro dengan pH
5,5 –7. Kandungan hara dan organik tanahnya cukup baik, struktur
dan tekstur tanahnya juga mendukung pertumbuhan dan produksi
tanaman.
d. Instansi dan sarana prasarana penunjang penyemaian dan
penanaman tanaman
Fasilitas Kebun Percobaan Laboratorium, rumah kaca dan peralatannya,
Ruang Perpustakaan dan kearsipan
Ruang pertemuan dan fasilitasnya
Jaringan Informasi dan Perangkatnya
Layanan daya dan jasa.
e. Teknik apa saja yang dilakukan di BALITSA hingga menghasilkan
sayuran yang unggul.
Teknologi dengan menanam stek secara in vitro atau in vivo, untuk
mendapatkan bibit kentang generasi nol (G0/benih sumber). Teknik
inilah yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Sayuran (Balitsa)
Lembang. Selanjutnya G0 berupa stek dikirimkan ke BBI
Pangalengan untuk diperbanyak di Screen House A dan menghasilkan
mini tuber, yang selanjutnya secara berurut ditanam menjadi G1 (pada
screen house) dan G2 (di lapangan). Perbanyakan dari G2 ke G3
dilaksanakan di BBU (PD Mamin/PD Agribisnis) Pangalengan yang
selanjutnya diperbanyak menjadi G4 oleh para penangkar yang telah
terlatih.
Selain itu juga Di Balitsa menggunakan teknik pemuliaan tanaman,
yaitu kegiatan mengubah susunan genetik individu maupun populasi
tanaman untuk suatu tujuan. Pemuliaan tanaman kadang-kadang
disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan memelihara
tanaman untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian; pada
kenyataannya, kegiatan penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan.
Selain melakukan penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki
mutu genetik sehingga diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat.
2) Buatlah skema penanganan tanaman sayuran di Balista hingga
terdistribusinya bibit unggul sayuran
Jawab:
Deskripsi Temuan:
Pada kentang diadakan pelilinan yang bertujuan untuk memperlambat respirasi
dan transpirasi serta mengurangi resiko infeksi oleh pathogen, sehingga kualitas
umbi dapat dipertahankan lebih lama.
Syarat-syarat pelilinan:
Buah / umbi (misal kentang) harus betul-betul sehat
Buah / umbi (misal kentang) tidak mengandung panas lapangan
Buah / umbi (misal kentang) harus dicuci terlebih dahulu dengan larutan
pencuci anti bakteri
Buah / umbi (misal kentang) harus dalam kondisi bersih dan kering.
Keuntungan
Kualitas buah/ umbi yang dilapis lilin dapat dipertahankan
Penampilan umbi kentang lebih menarik
mendapatkan Bibit LOKAL
melakukan pengujian
terhadap bibit lokal
hasil pengujian kemudian
disilangkan
sampai didapat bibit yang benar-
benar unggul
diberi nama Varietas
di hak patenkan
didistribusikan ke masyarakat
Kehilangan bobot umbi kentang dapat dikurangi.
Catatan:
Buah / umbi yang telah dilapis lilin sebaiknya ketika dikonsumsi dibersihkan dulu
lapisan lilinnya.
Penamaan Benih
Untuk penamaan benih berdasarkan:
Nama penemu
Bisa menggunakan nama-nama planet, daerah dan sebagainya.
I. BPP
T-SP
Lem
bang
Judul PKL : Penelitian Sapi Perah
Waktu dan Tempat : Kamis, 3 Mei 2012. Balai Penelitian dan
Pemuliaan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) di
Lembang, Bandung.
Tujuan : Mengamati hasil penelitian hewan, melakukan
observasi terhadap hasil persilangan pada beberapa
jenis tanaman dan hewan yang unggul
Visi dan Misi BPPT-SP :
Visi
Lembaga penelitian terdepan di Asia Tenggara dalam menciptakan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi strategi sayuran yang
berorientasi pada kebutuhan pengguna
Misi
1. Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk
industry
2. Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan pelayanan publik
instansi pemerintah.
3. Memacu perekayasaan teknologi untuk kemandirian bangsa
Program BPPT-SP : Pengembangan Pengusahaan Bibit, Pengembangan
SDM, Pengembangan Teknologi bibit Unggul.
Mekanisme Kerjasama :
Bekerja sama pada bulan maret 1997, menjadi lokasi utama ( main site )
kerjasama Teknis Dairy Technology Improvement Project antara pemerintah
Indonesia cq. Direktorat Jenderal Peternakan dengan pemerintah Jepang cq. Japan
International Cooperation Agency ( JICA ) dalam bentuk transfer teknologi
bidang feeding and management, Milking Hygiene, Health Reproductive dan
Forage Production and Utility serta bantuan fisik ( bangunan kandang, Workshop,
pasteurisasi, laboratorium susu ) dan peralatan lainnya.
Deskripsi :
UPTD Balai Penelitian dan Pemuliaan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole
Lembang berdiri tahun 1952 dengan nama Taman ternak yang di prakarsai oleh
Drh. Soedjono Koesoemohardjo berada di bawah Jawatan Kehewanan Priangan
Barat yang kegiatan utamanya budidaya ternak sapi perah serta pengembangan
komoditi ternak lainnya. Pada tahun 1964 tanggungjawab Balai diserahkan
kepada Dinas Peternakan PropinsiDT I Jawa Barat, selanjutnya pada tahun 1983
berubah menjadi UPTD BalaiPembibitan Ternak dan Hijauan Makanan
Ternak (BPT-HMT) Cikole Lembang. Padatahun 1999 berubah kembali menjadi
UPTD BPT-HMT Ternak Perah Cikole Lembang danpada tahun 2002 hingga saat
ini sesuai dengan perda nomor 5 th 2002 menjadiUPTD Balai Pengembangan
Perbibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole Lembang. Berikut kepala-kepala
BPPT dari awal berdiri sampai sekarang : Periode
1. Prof. Dr.Ing. B.J. Habibie • 1974-1998
2. Prof. Dr. Rahardi Ramelan • 1998-1998
3. Prof. Dr. Zuhal MSEE • 1998-1999
4. Dr. A.S. Hikam • 1999-2001
5. Ir. M. Hatta Rajasa • 2001-2004
6. 6.Dr. Kusmayanto Kadiman • 2004-2006
7. 7.Prof. Ir. Said Djauharsyah Jenie, Sc.D • 2006-2008
8. 8.Dr. Ir. Marzan A. Iskandar • 2008-Sekarang
Tugas BPPT-SP Lembang
1. Bagaimanakah latar belakang, tujuan pendirian dan mekanisme kerjasama di
BPPT?
Jawab:
Latar belakang dan tujuan pendirian BPPT
Balai Pengembang Pembibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) adalah salah
satu UPTD dari Dinas Peternakan Jawa Barat, yang berlokasi di Desa
Cikole, Kecamaan Lembang, Kab. Bandung. Memiliki jarak 22 Km di
sebekah utara kota Bandung, 4 Km dari ibukota kecamatan lembang.
Ketinggian lokasi ini sekitar 1.200 m dan beriklim dingin. BPPT-SP berdiri
pada tahun 1952 dengan nama awal adalah Taman Ternak. Pendirian Taman
Ternak di prakasai oleh Drh. Soedjono Koesoemoharjo, dan berada di
bawah Jawatan Kewenahan Priangan Barat.
Taman Ternak didirikan untuk melaksanakan kegiatan budidaya ternak,
khususnya untuk sapi perah, serta pengembangan komoditi ternak lainnya.
Pada tahun 1964 tanggung jawab Taman Ternak diserahkan kepada Dinas
Peternakan Provinsi DTI Jawa Barat.
Sampai menjadi BPPT-SP, Taman ternak telah beberapa kali berganti nama
yaitu:
- Tahun 1983, berubah menjadi UPTD Balai Pembibitan Tenak dan
Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT)
- Tahun 1999, berubah menjadi UPTD BPT-HMT Ternak Perah Cikole
Lembang
- Baru pada Tahun 2002, sesuai dengan perda nomor 5 th 2002, nama
BPT-HMT dirubah menjadi UPTD Balai Pengembangan Penerbitan
Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole Lembang.
Luas lahan yang dimiliki hingga saat ini yaitu 61,54 hektar, dengan
perincian 9,8 hektar di lokasi Cikole (tahun 1952) dan 51,74 hektar
(pengembangan lahan tahun 2002 dan 2003) di Instalasi Subang tepatnya di
Desa Dayeuh Kolot dan Desa Sukamandi Kecamatan Sagalaherang serta
Desa Bunihayu dan Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak
Kabupaten Subang. Dari jumlah lahan tersebut, 56,74 hektar diantaranya
sementara ini dimanfaatkan untuk kebun rumput yaitu 5 hektar di Cikole
dan 51,74 hektar di Instalasi Subang. Sedangkan sisa lahan lainnya
merupakan bangunan.
Populasi ternak sapi perah yang dikelola saat ini (per awal Juni 2011)
sebanyak 192 ekor, terdiri dari 65 ekor sapi perah dewasa, 70 ekor sapi
muda dan 57 ekor sapi anak. Sedangkan jumlah produksi yang dihasilkan
berkisar 600 Liter per hari atau rata-rata produksi.
Kemampuan produksi hijauan makanan ternak (HMT) atau rumput yang
dihasilkan saat ini sebanyak 240 ton/Ha/tahun dari lokasi kebun rumput
Cikole dan k.l. 140 ton/Ha/tahun dari Instalasi Subang. Disamping itu di
lokasi Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan
Ternak (BPT-SP & HMT) Cikole Lembang saat ini dimiliki pula kurang
lebih 33 jenis hijauan dari jenis rumput dan legiuminosa dalam bentuk
kebun koleksi.
Kerjasama Teknis dengan JICA-Jepang
Pada bulan Maret tahun 1997, BPPT-SP Cikole Lembang menjadi lokasi
utama (main site) Kerjasama Teknis Dairy Technology Improvement
Project antara pemerintah Indonesia cq. Direktorat Jenderal Peternakan
dengan pemerintah Jepang cq. Japan International Cooperation Agency
(JICA) dalam bentuk transfer teknologi bidang feeding and management,
Milking Hygiene, Health Reproductive dan Forage Production and Utility
serta bantuan fisik (bangunan kandang, workshop, pasteurisasi,
laboratorium susu) dan peralatan lainnya.
2. Apa saja bidang garapan penelitian yang dilakukan BPPT?
Jawab:
Bidang garapan BPPT yaitu pengembangan susu hasil sapi perah dan hijauan
makanan ternak (HMT).
3. Amatilah ciri-ciri anggota sapi yang dihasilkan dari perkawinan jenis sapi
yang berbeda, meliputi warna bulu, postur tubuh, dan warna mata.
Tuliskan hasil pengamatanmu pada tabel:
Jawab:
Tabel 3.1 Hasil pengamatan
No. 1
Jenis induk Frisian Holstein (FH)
Jantan FH
Betina FH
Hasil keturunan
Warna
bulu
Postur
tubuh
Warna
mata
Warna
bulu
Postur
tubuh
Warna
mata
Jantan Hitam
putih
Besar Biru
kehitaman
Hitam
putih
Besar Biru
kehitaman
Betina Hitam
putih
Besar Biru
kehitaman
Hitam
putih
Besar Biru
kehitaman
No. 2
Jenis induk FH
Jantan FH
Betina FH
Hasil keturunan
Warna
bulu
Postur
tubuh
Warna
mata
Warna
bulu
Postur
tubuh
Warna
mata
Jantan Hitam
putih
Besar Biru
kehitaman
Hitam
putih
Besar Biru
kehitaman
Betina Coklat
kehitaman
Besar Biru
kehitaman
Hitam
putih
Besar Biru
kehitaman
Keterangan
Dari data yang kami peroleh pada saat kunjungan ke BPPT-SP Lembang,
bahwa di balai tersebut hanya di kembangan jenis sapi FH saja. Sehingga 100
% hasil keturunan yang diperoleh adalah jenis FH, yaitu khusus sapi perah
dengan warna bulu hitam putih, postur tubuh besar dan warna mata biru
kehitaman yang hampir semuanya sama. Perbedaan sedikit terlihat pada salah
satu sapi induk betina yang memiliki warna bulu coklat kehitaman dan
menghasilkan keturunan dengan warna bulu hitam putih. Hal ini ditentukan
oleh gen dominan induk jantan yang memiliki warna bulu hitam putih.
Meskipun kedua induk berbeda warna bulu, namun keduanya masih satu jenis
yaitu sapi jenis FH. Jika sapi jenis FH di silangkan dengan jenis lain, meskipun
hasil keturunannya 70 % FH dan 30 % jenis lain, tetap saja hasil keturunan
tersebut tidak bisa menghasilkan susu perah seperti keturunan sapi FH yang
100 %, karena hal tersebut dikendalikan oleh gen resesif sapi jenis lain. Ini
dinamakan dengan stred.
4. Konsep persilangan apa yang biasa digunakan di BPPT?
Jawab:
Di BPPT-SP ini tidak diadakan persilangan, sebab dibalai ini khusus hanya
jenis FH saja yang dikembangakan. selain itu di BPPT-SP untuk
perkembangbiakannya dilakukan inseminasi buatan, dimana sperma beku
diambil dari BIB, namun sperma yang digunakn juga satu spesies dengan sapi
yang akan dilakukan inseminasi buatan. Sehinggadi BPPT-SP ini tidak ada
persilangan.
5. Jelaskan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil observasi! (kendala-
kendala yang dihadapi, dan lain-lain)
Jawab:
Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa BPPT-SP merupakan suatu
balai yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan budidaya ternak, khususnya
untuk sapi perah. Jenis sapi perah yang dikembangkan adalah 100 % jenis FH.
Pada perkembangannya tidak ada persilangan, sehingga hasil keturunan yang
diperoeh pun 100% jenis sapi perah FH.
Adapun kendala yang saat ini dihadapi adalah produksi hijauan makanan
ternak (HMT) atau rumput yang dihasilkan saat ini sebanyak 240 ton/Ha/tahun
tersebut kurang untuk memenuhi kebutuhan makan sapi ternak, hal lain juga di
pengaruhi oleh kondisi atau iklim yang tidak menentu menyebabkan produksi
rumput tidak maksimal.