LAPORAN PENDAHULUAN
Sebagian perempuan mungkin pernah mengalami dan merasakan perdarahan
yang berat saat haid. Terkadang kita sering berpikir apakah perdarahan tersebut
termasuk normal atau tidak (perdarahan berat saat haid/ menorrhagia). Cara termudah
untuk mengetahui bahwa perdarahan itu normal atau tidak adalah dengan mencatat
seberapa sering mengganti pembalut atau tampon. Seseorang didiagnosa menderita
menorrhagia (perdarahan berat saat haid), jika selama haid, harus sering mengganti
pembalut lebih dari 1-2 jam sekali, atau jika selama seminggu penuh kita mengalami
perdarahan yang banyak.
Sepuluh penyebab teratas perdarahan berat saat haid (menorrhagia):
1. Ketidakseimbangan hormon saat remaja atau menjelang masa menopause
merupakan penyebab yang terbanyak . Pada saat remaja setelah datangnya
haid untuk pertama kalinya, dan beberapa tahun sebelum datangnya
menopause, kadar hormon mengalami proses fluktuasi yang bisa berakibat
perdarahan berat. Oleh karena itu, seringkali untuk menangani menorrhagia
akibat ketidakseimbangan hormon melalui pemberian pil KB atau hormon
lain.
2. Tumor fibroid pada rahim. Perlu diketahui bahwa tumor fibroid bersifat
tumor jinak dan biasanya terjadi di usia 30an atau 40an tahunan. Hingga kini
penyebabnya belum jelas. Beberapa operasi tersedia untuk mengatasi tumor
fibroid mulai dari myomectomy, endometrial ablation, uterine artery
embalization, dan terapi balon rahim seperti juga hysterectomy. Pengobatan
non-operasi menggunakan agonists gonadotropin releasing hormone (GnRH),
kontrasepsi oral, hormon androgen, RU486 atau mifepristone salah satu jenis
pil aborsi, dan gestrinon. Agonist GnRH adalah obat yang bekerja melawan
GnRH pada otak. Sedangkan beberapa perempuan mengaku pengobatan alami
lebih efektif. Jika masa menopause muncul, tumor biasanya ukurannya
mengecil dan menghilang meski dengan tanpa pengobatan.
3. Polip serviks. Polip berukuran kecil, tumbuh di permukaan mukosa serviks,
atau pada saluran endoserviks dan menonjol pada mulut serviks.
Penyebabnya belum jelas, namun seringkali akibat infeksi dan dikaitkan
dengan respon abnormal terhadap meningkatnya kadar estrogen atau
terhalangnya pembuluh darah kecil pada serviks. Sebagian besar perempuan
yang menderita polip serviks adalah yang berusia 20 tahun dan telah memiliki
anak. Biasanya diobati dengan pengobatan rawat jalan.
4. Polip endometrium. Dia bukan kanker, tumbuh dan menonjol dipermukaan
rahim. Penyebab belum jelas, walaupun demikian keberadaannya sering
dihubungkan dengan kelebihan kadar estrogen atau beberapa tipe tumor
ovarium. Pengobatan dilakukan dengan hysteroscopy dan D&C. Dengan
pemeriksaan laboratorium patologi maka akan diketahui status polip, apakah
mengarah ke kanker atau tidak.
5. Penyakit Lupus. Lupus adalah peradangan kronis pada beberapa bagian tubuh,
khususnya kulit, tulang sendi, darah dan ginjal dan termasuk penyakit
autoimun. Para penderita Lupus diyakini mempunyai kecenderungan genetik
Lupus. ilmuwan meyakini bahwa faktor lingkungan, infeksi, antibiotik (Sulfa
dan Penicillin), sinar UV, stres yang berat, hormon dan obat-obatan memicu
munculnya gejala Lupus. Gejala-gejala antar pasien satu dan yang lain
bervariasi, pengobatan dilakukan melalui mengindari stres berat hingga
pengobatan non-steroid anti peradangan atau NSAIDS, asetaminofen,
steroids, antimalarial sytoksik atau obat immunosuppressif, dan antikoagulan.
6. Penyakit Radang Panggul (PRP) adalah infeksi satu atau lebih organ yang
berakibat pada rahim, tuba falopi, dan serviks. PRP sering disebabkan oleh
infeksi menular seksual. Pengobatan PRP yang dianjurkan yaitu dengan terapi
antibiotic.
7. Kanker serviks. Muncul ketika sel-sel pada serviks berkembang abnormal dan
jumlahnya tidak terkendali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang
sehat. Hampir lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh Human
papillomavirus (HPV). Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi,
kemoterapi dan terapi dengan radiasi.
8. Kanker endometrium. Perempuan yang divonis kanker endometrium,
umumnya berusia lebih dari 50 tahun, pernah mengalami hyperplasia pada
endometrium, atau sering menggunakan terapi penggantian hormon (hormone
replacement therapy). Pengobatan pertama dilakukan melalui pengangkatan
rahim (hysterectomy), jika memungkinkan dengan kemoterapi atau radiasi.
9. Intrauterine devices (IUD). Perempuan yang menggunakan IUD berisiko
mengalami perdarahan saat haid. Bila hal ini terjadi segera ganti IUD dengan
metode kontrasepsi yang lain yang sesuai.
10. Gangguan perdarahan. Jika perdarahan yang timbul sulit untuk dihentikan.
Jenis paling umum penyebab gangguan perdarahan von Willebrand Disease
(VWD).
Disini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai perdarahan hebat di luar haid
yang disebabkan oleh polip endometrium.
1. Pengertian
Polip endometrium juga disebut polip rahim. Ini adalah pertumbuhan kecil
yang tumbuh sangat lambat dalam dinding rahim. Mereka memiliki basis datar besar
dan mereka melekat pada rahim melalui gagang bunga memanjang. Mereka dapat
bulat atau oval dalam bentuk dan mereka biasanya berwarna merah. Besar yang
muncul menjadi warna lebih gelap dari merah. Seorang wanita dapat memiliki satu
atau polip endometrium banyak, dan mereka kadang-kadang menonjol melalui vagina
menyebabkan kram dan ketidaknyamanan. Mereka dapat menyebabkan kram karena
mereka melanggar pembukaan leher rahim. Polip ini dapat terjangkit jika mereka
bengkok dan kehilangan semua pasokan darah mereka. Ada kejadian langka saat ini
polip menjadi kanker. Wanita yang telah mereka sulit di kali untuk hamil.
Polip endometrium merupakan salah satu penyebab pasangan sulit
mendapatkan keturunan. Tindakan pengangkatan polip endometrium dapat dilakukan
dengan "office hysteroscopy", yaitu tindakan teropong ke dalam rahim tanpa pasien
dibius (dikerjakan di poliklinik). Dengan tindakan ini polip endometrium dapat
terlihat dan diangkat langsung.
2. Gejala
Tidak ada penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhan mereka
dapat dipengaruhi oleh kadar hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala,
tetapi beberapa gejala dapat diidentifikasi terkait dengan pembentukannya.
2.1 Sebuah kesenjangan antara perdarahan haid
2.2 Tidak teratur atau perdarahan menstruasi yang berkepanjangan
2.3 Perdarahan haid yang terlalu berat
2.4 Rasa sakit atau dismenore (nyeri dengan menstruasi)
3. Diagnosa dan Pengobatan
Polip endometrium dapat dideteksi melalui pelebaran dan kuretase (D & C),
CT scan, MRI, ultrasound atau histeroskopi. Histeroskopi adalah prosedur dimana
lingkup kecil dimasukkan melalui leher rahim ke dalam rongga rahim untuk mencari
polip atau kelainan rahim lainnya. polip endometrium dapat dihapus dan diobati
melalui operasi dengan menggunakan kuretase atau histerektomi. Jika kuretase
dilakukan, polip dapat terjawab tapi untuk mengurangi risiko ini, rahim biasanya
dieksplorasi oleh histeroskopi pada awal proses bedah. Sebuah polip besar dapat
dipotong menjadi bagian-bagian sebelum sepenuhnya disingkirkan. Jika ditemukan
polip menjadi kanker, histerektomi harus dilakukan. Ada probabilitas tinggi
kekambuhan polip bahkan dengan perawatan di atas.
4. Komplikasi dan Faktor Risiko
Polip endometrium biasanya sel jinak. Mereka dapat menjadi prakanker atau
kanker. Sekitar 0,5 persen dari polip endometrium mengandung sel-sel
adenokarsinoma. Sel-sel ini akhirnya akan berkembang menjadi kanker. Polip dapat
meningkatkan risiko keguguran pada wanita yang menjalani fertilisasi in vitro dalam
perawatan. Jika mereka mengembangkan dekat saluran telur, mereka dapat menjadi
penyebab kesulitan dalam menjadi hamil.
Polip rahim biasanya terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an. Wanita
yang memiliki faktor risiko tinggi adalah mereka yang mengalami obesitas, memiliki
tekanan darah tinggi. dan memiliki sejarah polip serviks dalam keluarga mereka.
Mengambil di tamoxifen atau terapi penggantian hormon dapat meningkatkan
faktor risiko terjadinya polip endometrium. Wanita yang menggunakan hormonal
Intra Uterine Device yang tingkat tinggi levonorgestrel dapat mengurangi kejadian
polip. Satu dari setiap sepuluh perempuan dapat memiliki polip endometrium, dan
diperkirakan bahwa sekitar 25 persen dari mereka yang mengalami pendarahan
vagina abnormal memiliki polip endometrium.
LANDASAN ASKEB
Asuhan kebidanan yang diberikan dilakukan dengan pendekatan
manajemen varney. Penerapan 7 langkah manajemen menurut Varney di dalam
memberi asuhan kebidanan pada ibu dengan perdarahan diluar haid karena
polip endometrium secara sistematis sebagai berikut :
I. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data subyektif dan data obyektif, berupa data focus
yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya,
menggunakann anamnesa, pemeriksaan fisik, penimbangan berat badan,
tinggi badan, dan pemeriksaan laboratorium. Jenis data yang dikumpulkan
adalah :
a. Data subyektif yang terdiri dari :
- Biodata ibu dan suami
Identitas klien yaitu nama, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, lamanya menikah, alamat, termasuk tanggal
pengkajian.
- Alasan ibu memeriksakan diri
Biasanya ibu datang dengan keluhan nyeri di perut pada setiap
menstuasi dan mengeluh ibu mengalami datang bulan yang
berkepanjangan.
- Riwayat menstruasi
Menarche. Siklus : tidak teratur. Lamanya haid 2-3 hari. Banyaknya : 3-
4 x ganti pembalut tiap hari. Dismenore : ya. HPHT, TP
- Riwayat perkawinan
Kawin/tidak, usia pertama kali menikah, lamanya menikah, berapa kali
menikah.
- Riwayat kehamilan sekarang (jika ada)
- Riwayat kebidanan yang lalu
- Riwayat pemakaian alat kontrasepsi: jenis, lama, keluhan.
- Riwayat kesehatan dan ginekologi: yang dikaji adalah riwayat penyakit
yang pernah diderita.
Klien : Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma, (tidak ada).
Keluarga : Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma, (tidak ada).
- Riwayat bio-psiko-sosial, spiritual
a) Biologis
Bernapas : ada/tidaknya adanya perubahan dalam pernafasan.
Pola nutrisi: jenis makanan, frekuensi makan, nafsu makan,
makanan pantangan dan kesukaan klien. Minuman : jenis dan
jumlah minuman.
Pola eliminasi : BAB ; frekuensi, warna, konsistensi. BAK ;
frekuensi, jumlah, warna, bau, nyeri pada saat BAK, poli uri,
retensi urine.
Pola istirahat : pola aktivitas, waktu serta jumlah jam tidur
malam maupun siang, keluhan.
Pola hubungan seksual: frekuensi, posisi, keluhan.
b) Data Psikologis/Sosiologis :
Ibu biasanya akan merasa cemas dan takut dengan keadaannya,
sehingga perlu dikaji.
c) Spiritual
Pada klien dengan perdarahan di luar haid karena polip
endometrium dikaji tentang :
Usaha ibu berdoa terhadap penyakitnya, pantangan menurut
keyakinan ibu.
- Pengetahuan ibu tentang keluhan yang dialami
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulan data subyektif yaitu dengan
anamnesa.
b. Data Obyektif
Keadaan Umum: deskripsikan keadaan ibu ( tampak meringis
menahan nyeri, postur tubuh membungkuk)
Keadaan emosi : stabil
Kesadaran: compos mentis, somnolen, apatis, koma
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, berat badan, tinggi badan.
PemeriksaanFisik
1. Kepala dan muka
- Kepala : bersih/ kotor
- Muka : oedem ada/tidak, pucat/tidak, tidak ada masalah.
2. Mata :
- Conjungtiva : merah muda, pucat, merah
- Sklera : merah, putih, kuning
3. Telinga: ada pengeluaran/tidak
4. Hidung : ada pengeluaran/tidak terdapat masalah
5. Mulut dan Gigi :
- Mukosa mulut: kering/ lembab
- Bibir : pucat, biru, segar
6. Leher : pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar
tiroid, pelebaran vena jugularis.
7. Dada : Wheezing, nyeri dada, payudara dan aksila (bentuk,
putting susu, kolostrum, kelainan, kebersihan, aksila)
8. Abdomen: bekas luka operasi, arah pembesaran, linea dan
strie (striae gravidarum), tinggi fundus uteri (lebih kecil dari
umur kehamilan), perkiraan berat janin, nyeri tekan.
9. Genetalia :
Pengeluaran: ada/tidak. Bila ketuban pecah, air ketuban
sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar. Biasanya cairan
kental, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan.
10. Anus : haemorrhoid/tidak.
11. Ekstremitas atas dan bawah: oedema/tidak, varises/tidak,
warna kuku.
Pemeriksaan Penunjang :
- USG ibu (menunjukkan adaanya polip pada daerah endometrium).
- Histereskopi
- CT Scan.
II. Interpretasi data dasar/analisa data
Dalam langkah ini data subjektif dan data objektif yang sudah dikaji
kemudian dianalisa menggunakan teori-teori fisiologis dan teori-teori
patologis sesuai dengan keadaan ibu saat diberi asuhan. Hasil analisis dan
interpretasi data menghasilkan rumusan diagnosis kebidanan.
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah merupakan kesimpulan yang ditegakkan oleh
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dengan memenuhi standar diagnosa
nomenklatur kebidanan.
b. Masalah
Masalah merupakan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi
fisiologis ibu, adaptasi ibu yang tidak positif terhadap kedaan ibu. Ibu
biasanya mengeluh cemas dan takut, serta nyeri di perut dan terjadi
perdarahan yang banyak saat mensturuasi.
c. Kebutuhan
Merupakan hal-hal yang dibutuhkan oleh ibu atau menurut bidan hal itu
harus diketahui oleh ibu tapi tidak dirasakan oleh ibu. Hal yang dibutuhkan
oleh ibu dapat berupa informasi/tindakan. Untuk pasien yang menderita
polip endometrium perlu diberikan dukungan emosional serta penjelasan
mengenai keluhan yang dirasakan.
III. Merumuskan diagnosa/masalah potensial
Pada tahap ini setelah bidan merumuskan diagnosa atau masalah dituntut
untuk memikirkan masalah atau diagnosa potensial yang merupakan akibat
dari masalah/diagnosa yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat bersiap-
siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
IV. Merumuskan kebutuhan akan tindakan segera, tindakan kolaborasi
dan rujukan
Kebutuhan akan tindakan segera untuk mengantisipasi ancaman yang
fatal, sehingga nyawa ibu dapat terselamatkan. Tindakan segera bisa
merupakan intervensi langsung oleh bidan bisa juga berdasarkan hasil
kolaborasi dengan profesi lain. Kolaborasi dengan SpOG untuk melakukan
histereskopi.
V. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Dalam menyusun rencana asuhan yang menyeluruh mengacu kepada
diagnosa, masalah asuhan serta kebutuhan yang telah sesuai dengan
kondisi klien saat diberi asuhan. Beberapa rencana asuhan untuk ibu yang
menderita penyakit polip endometrium, yaitu:
- Jelaskan hasil pemeriksaan
- Berikan dukungan emosional kepada ibu
- Lakukan hidrasi dan perbaikan nutrisi.
- Berikan antibiotic dan analgetik
- Anjurkan dan sepakati untuk melakukan pemeriksaan histereskopi di
rumah sakit.
VI. Pelaksanaan asuhan sesuai dengan perencanaan secara efisien
Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan yang telah
direncanakan pada langkah sebelumnya, baik yang bersifat antisipasi,
tindakan segera, support, kolaborasi, bimbingan konseling, pemeriksaan
dan follow up.
VII. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini melakukan evaluasi terhadap keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan. Hal ini menyangkut apakah kebutuhan klien
terpenuhi, masalah yang ada terpecahkan, masalah potensial dihindari,
klien dan keluarga mengetahui kondisi kesehatannya dan klien mengetahui
apa yang harus dilakukan dalam rangka menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
http://womenshealth.about.com/od/abnormalbleeding/a/causemenorrhagi.htm
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. ilmu kandungan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba, 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC