Download - Laporan Pendahuluan Korosi 07
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan yakni sesuatu
yang hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat. Karat adalah sebutan
bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang
mempengaruhi hampir semua logam. Besi adalah salah satu dari banyak jenis
logam yang mengalami korosi, tidak perlu dingkari bahwa logam itu paling awal
menimbulkan korosi serius. Karena itu tidak mengherankan bila istilah korosi dan
karat hampir dianggap sama. Korosi dikenal merugikan karena bersifat merusak
logam dan membahayakan.
Pada industri kimia masalah korosi dan pengendaliannya adalah spesifik,
bahkan kadang-kadang unik. Sifat permasalahannya memerlukan pendekatan
secara multi disiplin. Satu hal yang menonjol ialah masalah korosi dan
pengendaliannya terkait erat dengan proses dan operasi pabrik. Penerapan suatu
metode proteksi memerlukan sekaligus penguasaan dan pemahaman yang
mendalam baik aspek proses dan operasi pabrik maupun aspek proteksi itu
sendiri. Oleh sebab itu pengendalian korosi dalam industri kimia, disamping
memerlukan corrosion engineer yang juga chemical engineer yang memahami
konsep dasar proses korosi, proses dan operasi pabrik serta keterampilan aplikasi
pengendalian korosi, mebutuhkan koordinasi yang baik. Tanpa koordinasi,
efisiensi akan rendah dan ini justru memperbesar corrosion cost.
Disini ilmuwan tidak mempertimbangkan aspek kerugian material,
sedangkan orang teknik mempertimbangkan aspek kerugian material. Aspek
kerugian begitu penting bagi orang teknik. Orang teknik bahkan tidak akan
mempersoalkan apakah sesuatu peristiwa merupakan fenomena korosi atau bukan,
apabila hal itu tidak sampai menimbulkan kerugian. Selama tidak menimbulkan
masalah yang merugikan, maka orang teknik tidak peduli apakah sesuatu proses
itu merupakan proses korosi atau bukan. Korosi bagi orang teknik identik dengan
masalah. Contohnya saja peristiwa bereaksinya besi dengan udara (tepatnya
dengan oksigen di udara) yang menghasilkan senyawa baru yaitu FeO dan/atau
Fe2O3. Besi oksida tidak lagi bersifat sebagai logam. Ia adalah bahan keramik
yang tidak lagi bersifat menguntungkan sebagai bahan konstruksi seperti halnya
besi.
Akibatnya, konstruksi yang terbuat dari besi tersebut menjadi rusak/rapuh
akibat dari adanya peristiwa korosi. Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk
mempelajari lebih dalam lagi tentang korosi. Baik dari pengertian, proses
terjadinya korosi, macam-macam korosi, sampai dampak/akibat terjadinya korosi.
Agar bahan konstruksi yang digunakan pada industri kimia terhindar dari
kerusakan akibat terjadinya korosi.
1.2. Rumusan Masalah
1) Proses korosi yang terjadi pada logam-logam tidak bisa untuk dicegah kapan
terjadinya, tetapi hanya dapat semaksimal mungkin agar tidak mengalami
kerugian yang cukup besar.
2) Banyaknya peralatan-peralatan yang terbuat dari logam yang mengalami
kerusakan ataupun kebocoran apabila terkena korosi.
3) Masih minimnya peralatan praktikum yang ada sehingga perhitungan
terhadap laju korosi yang timbul belum dapat dihitung secara tepat dan
akurat, karena belum terdapat peralatan yang khusus.
4) Masih minimnya bahan-bahan atau logam-logam yang ada untuk dilakukan
pengujian terhadap laju korosinya.
1.3. Tujuan Percobaan
1) Untuk mengetahui laju korosi pada logam besi, aluminium dan tembaga yang
telah mengalami perlakuan, yaitu digores, dipukul, atau tidak mengalami
perlakuan, bila dimasukkan dalam media asam, basa, ataupun netral.
2) Untuk mengetahui pengaruh terjadinya korosi pada setiap logam.
3) Untuk mengetahui cara menghitung laju korosi.
4) Mengetahui macam-macam korosi dan pengaruhnya pada industri kimia.
1.4. Manfaat Percobaan
1) Percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mencegah terjadinya korosi
pada setiap logam.
2) Praktikan dapat mengetahui kecepatan logam yang berbeda pada setiap
perlakuan maupun yang tidak mendapat perlakuan.
3) Agar praktikan dapat mengetahui cara menghitung laju atau kecepatan korosi
4) Dapat mengetahui macam-macam korosi dan pengaruh nya pada industri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Korosi
Korosi dapat didefinisikan sebagai kerusakan atau penurunan kualitas
material yang disebakan oleh reaksi dengan lingkungan atau kebalikan dari proses
metalurgi ekstraktif. Biji besi yang terdapat di alam dalam bentuk oksida berada
dalam tingkat energi yang rendah karena mempunyai ikatan kimia yang stabil.
Untuk mengubahnya menjadi produk jadi seperti baja lembaran ataupun pipa,
diperlukan energi yang besar, terutama pada waktu peleburan. Sehingga produk
berada pada tingkat energi yang tinggi atau bentuk antara yang tidak stabil.
Semua proses alam cenderung untuk merubah secara spontan kearah
tercapainya suatu keseimbangan. Oleh kerana itu produk yang berada pada tingkat
energi tinggi cenderung berubah kembali menjadi bentuk asalnya. Korosi dapat
dilihat dari proses besi dari licin menjadi berkarat. Misalnya pada reaksi :
Fe Fe2O3
Korosi dapat diartikan sebagai perubahan dari logam atau oksida logam
atau perubahan logam dari yang bervalensi kosong menjadi berisi. Jadi, korosi
adalah logam-logam yang dapat berubah bilangan oksidasinya. Misalnya bilangan
oksidasinya terus meningkat apabila terkena air maupun udara. Artinya bilangan
oksidasinya naik dari valensi kosong menjadi bervalensi 2. Pengertian korosi
secara scientist adalah korosi sebagai peristiwa bereaksinya logam-logam dengan
lingkungannya yang merusak sifat-sifat logam tersebut dan merugikannya. Salah
satu cara untuk menghindarinya adalah dengan mengecat logam tersebut, tetapi
harganya menjadi mahal. Untuk suatu susunan logam, atom-atom yang berada
dipinggir susunan mempunyai potensial dan energi yang tinggi dan mudah
bereaksi, maka mudah terkorosi. Korosi tidak dapat dicegah sama sekali tetapi
dapat dihambat sebab korosi merupakan peristiwa alam yang bereaksi spontan.
2.2. Corrotion Cost
Berdasarkan kerugian yang ditimbulkan oleh korosi (corrosion cost) dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1) Kerugian Langsung (Direct Cost)
Kerugian langsung akibat korosi ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk
penggantian peralatan yang rusak karena korosi, sehingga tidak dapat digunakan
lagi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kerugian akibat krosi diberbagai
negara adalah kira-kira 5 % dari GNP.
2) Kerugian Tidak Langsung (Indirect Cost)
Kerugian tidak langsung adalah biaya yang timbul karena adanya
gangguan operasi yang disebabkannya, anatara lain yaitu:
a) Terhentinya operasi pabrik.
b) Kontaminasi produk.
c) Ancaman terhadap keselamatan.
d) Biaya perawatan ekstra.
e) Biaya operasional ekstra.
2.3. Faktor Penyebab Korosi
Pada umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
percepatan korosi, yaitu:
1) Uap air
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu
faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak
mengandung uap air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
2) Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan
terjadinya korosi. Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang
mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini.
sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O).
Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang
menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan
perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom
logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari
udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai
media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin
banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak denan permukaan logam,
maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
3) Larutan garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut
banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang
utama. Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan stainless stell
selain itu dapat menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran), crevice (retek /
celah), korosi, dan juga pecahnya alooys (paduan logam yang bersifat tahan
karat). Larutan ini biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam
konsentrasi yang tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses ini
disebabkan oleh kenaikan konduktivitas larutan garam dimana larutan garam lebih
konduktif sehingga menyebabkan laju korosi juga akan lebih tinggi. Sedangkan
pada kondisi kelautan garam dapat mempercepat laju korosi logam karena larutan
garamnya lebih konduktif, sama halnya dengan kecepatan alir dari air laut yang
sebanding dengan peningkatan laju korosi, akibatnya terjadi gesekan, tegangan
dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.
4) Permukaan logam yang tidak rata
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub
muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan
logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar
terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.
5) Keberadaan Zat Pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi
reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai
contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada
permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada
permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.
6) Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju
korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi
elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi
meningkat.
7) Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi.
Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi.
Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi
kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi
redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin
meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat
pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya
menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas
secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
8) pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin
besar,karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom
logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin
besar.
9) Metalurgi
a. Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda
potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang
terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi
b. Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya
atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga
memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya
perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E°
antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada
permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi
pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada
daerah anode.
10) Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan
peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut
mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara
lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri
oksidasi sulfur-sulfida.
2.4. Macam-Macam Korosi
Korosi kimia (chemical corrosion), yaitu korosi yang terjadi dengan reaksi
kimia secara murni. Biasanya terjadi pada temperatur tinggi atau dalam keadaan
kering. Korosi elektrokimia (electrochemical corrosion), yaitu korosi yang terjadi
bila reaksinya berlangsung dengan suatu elektrolit, yaitu cairan yang mengandung
ion-ion. Reaksi berlangsung dengan adanya air/ uap air. Reaksi semacam inilah
yang paling banyak terjadi pada reaksi korosi. Di antara macam-macam
penamaan/jenis-jenis korosi, yang sering dijumpai adalah ;
1) Galvanic atau Bimetalic Corrosion
Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika
dua macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.
Logam yang memiliki potensial korosi lebih tinggi, akan terkorosi lebih hebat
daripada kalau ia sendirian dan tidak dihubungkan langsung dengan logam yang
memiliki potensial korosi yang lebih rendah. Sedangkan logam yang memiliki
potensial korosi yang lebih rendah, akan kurang terkorosi daripada kalau ia
sendirian dan tidak dihubungkan langsung dengan logam yang memiliki potensial
korosi yang lebih tinggi.
2) Crevice Corrosion
Creavice corrosion termasuk jenis korosi lokal. Jenis korosi ini terjadi
pada celah-celah konstruksi, seperti kaki-kaki konstruksi, drum maupun tabung
gas. Korosi jenis ini juga dapat dilihat pada celah antara tube dari heat exchanger
dengan tube sheet-nya. Adanya korosi bisa ditandai dengan warna cokelat di
sekitar celah. Tipe korosi ini terjadi akibat terjebaknya elektrolit sebagai
lingkungan korosif di celah-celah yang terbentuk di antara peralatan konstruksi.
3) Pitting Corrosion
Pitting corrosion juga termasuk korosi lokal. Jenis korosi ini mempunyai
bentuk khas yaitu seperti sumur, sehingga disebut korosi sumuran. Arah
perkembangan korosi tidak menyebar ke seluruh permukaan logam melainkan
menusuk ke arah ketebalan logam. Akibatnya konstruksi mengalami kebocoran.
Walaupun tidak sampai habis terkorosi, konstruksi tidak dapat beroperasi optimal,
bahkan mungkin tidak dapat dipergunakan lagi karena kebocoran yang timbul.
Pitting corrosion sering terjadi pada stainless-steel, terutama pada lingkungan
yang tidak bergerak (stationer) dan non-oksidator (tidak mengandung oksigen).
4) Intergranular Corrosion
Jenis korosi ini termasuk korosi lokal. Korosi terjadi pada batas-batas
butir logam. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat energi dari daerah batas butir
dibandingkn dengan daerah dalam butir kristal. Intergranular corrosion sering
terjadi pada daerah sekitar las-lasan yang biasa disebut dengan Heat Affected Zone
(HAZ).
5) Selective Leaching Corrosion
Selective leaching corrosion adalah korosi berupa pelarutan unsur-unsur
tertentu dari paduan logam. Akibatnya struktur menjadi rapuh karena keropos.
Contoh korosi jenis ini adalah peristiwa dezincification (yaitu penghilangan unsur
seng saja), yang terjadi pada logam paduan antara seng dengan tembaga
(kuningan atau brass).
6) Erosion/Abrassion Corrosion
Erosion/abrassion corrosion adalah proses korosi yang bersamaan dengan
erosi/abrasi. Korosi jenis ini biasanya menyerang peralatan yang lingkungannya
adalah fluida yang bergerak, seperti aliran dalam pipa. Keganasan fluida korosif
yang bergerak diperhebat oleh adanya dua fase atau lebih dalam fluida tersebut,
misalnya adanya fase liquid dan gas secara bersamaan, adanya fase liquid dan soli
secara bersamaan ataupun adnya fase liquid, gas, dan solid secara bersamaan.
Kavitasi adalah contoh erosion corrosion pada peralatan yang berputar di
lingkungan fluida yang bergerak, seperti impeller pompa dan suhu-suhu turbin.
Erosion/abrassion corrosion juga terjadi di saluran gas-gas hasil pembakaran.
7) Stress Corrosion Cracking (SCC)
Stress corrosion cracking adalah cracking akibat adanya stress dan
terjadinya korosi secara bersamaan. Korosi jenis ini hanya terjadi jika kedua unsur
penyebabnya berada secara bersama-sama. Stress corrosion cracking tidak akan
ada kalau hanya ada stress atau hanya ada lingkungan korosif saja. Tipe korosi
model ini biasanya terjadi pada stainless-steel.
8) Differential Aeration Corrosion
Differential aeration corrosion adalah jenis korosi lokal akibat perbedaan
konsentrasi oksigen dalam lingkungan korosif. Daerah dengan konsentrasi
oksigen yang lebih rendah akan mengalami korosi lebih hebat daripada daerah
dengan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi. Jenis korosi ini dapat dilihat
misalnya pada paku yang tertancap di dinding. Bagian luar, yang berhubungan
dengan lebih banyak oksigen (udara), kelihatan masih bagus. Sementara bagian
dalam yang tertancap di dinding, yang kurang berhubungan dengan oksigen
(udara), sudah terkorosi dengan hebat dan lapuk.
9) Fretting Corrosion
Fretting corrosion adalah korosi yang terjadi pada konstruksi yang bergerak
dengn mengalami gesekan. Jenis korosi ini biasa terjadi pada sumbu yang
berputar dan bergesekan. Material logam yang berputar dan tergesek tersebut
mengalami kehausan akibat gesekan dan mengalami korosi secara bersamaan.
Karena sempitnya clearance maka corrosion product ikut berputar bersama
logam yang terkorosi. Korosi jenis ini mengakibatkan konstruksi menjadi longgar,
menambah clearance ataupun mengurangi tingkat kedapnya packing atau sealing.
10) Filiform Corrosion
Filiform corrosion adalah korosi yang berbentuk seperti cabang-cabang di
permukaan logam yang tertutupi cat. Karakteristik korosi jenis ini ialah bentuknya
yang menyebar di permukaan logam dengan arah perkembangan korosi horizontal
sepanjang permukaan logam dan tidak mengarah ke kedalaman logam.
11) Corrosion Fatique
Corrosion fatique adalah korosi sebagai akibat dari adanya lingkungan
korosif dan tegangan yang berupa cyclic stress (tegangan berulang-ulang) secara
bersamaan. Syarat corrosion fatique adalah seperti SCC, yaitu harus ada
lingkungan korosif dan cyclic stress bersama-sama. Kegagalan bisa sangat
mendadak walaupun peristiwa corrosion fatique tampaknya baru saja dimulai.
Kerusakan akibat corrosion fatique jauh lebih besar daripada jumlah kerusakan
dari korosi dan fatique jika mereka berdiri sendiri-sendiri.
12) Hydrogen Attack
Hydrogen attack mengakibatkan logam menjadi rapuh akibat penetrasi
hidrogen ke kedalam logam. Peristiwa perapuhan ini biasa disebut dengan
Hydrogen Embrittlement. Logam juga bisa retak oleh invasi hidrogen. Belum
diketahui bagaimana hidrogen bisa merusak logam secara kimiawi ataupun secara
elektrokimia, tetapi efek perusakannya terhadap logam sebagai bahan konstruksi
sudah jelas. Boleh jadi hidrogen hanya mendifusio secara fisika saja ke dalam
logam akibat kecilnya ukuran atom hidrogen.
13) Microbial Corrosion
Microbial dapat menyebabkan korosi, baik secara aktif melalui
kegiatannya, maupun secara pasif melalui keberadaannya. Aktifitas mikroba dapat
menghasilkan senyawa-senyawa yang korosif, yang pada gilirannya akan
mengkorosikan logam. Ada mikroba yang dapat hidup pada lingkungan aerobik,
dan ada pula jaringan yang hidup pada kondisi an-aerobik.
14) Dew Point Corrosion
Dew point corrosion adalah korosi yang biasa terjadi selama masa shut-
down pada economizer atau bagian lain dari boiler. Korosi jenis ini biasa terjadi di
bagian luar alat. Ketika boiler mendingin, maka suhu bagian luar tube bisa jatuh di
bawah titik embun bahan yang ada di lingkungan bagian luar tube, sehingga
moisture akan mengembun padanya. Embun ini bercampur dengan sulfur yang
mengendap pada permukaan logam.akibatnya, pH di sekitar sulfur turun, sehingga
mempercepat korosi logam di bawah deposit tersebut. Deposit sulfur bisa berasal
dari abu pembakaran fuel.
2.5. Teknik Pengendalian Korosi
Proses korosi dapat dikendalikan dengan menekan laju reaksi oksidasi
(anoda) atau reaksi reduksi (katoda) atau dengan mencegah kontak langsung
antara lingkungan dengan bahan konstruksi logam yang bersangkutan. Pada
dasarnya kalau di dalam sistem tidak terjadi perpindahan elektron, proses
elektrokimia tidak akan berlangsung. Bertolak dari kenyataan itu, teknik-teknik
pengendalian korosi yang dikenal dikelompokkan secara sederhana menjadi 5
kelompok, sebagai berikut:
1) Proteksi Katodik
Pada diagram sistem korosi terlihat bahwa laju korosi mendekati nol
apabila potensial sistem bergeser ke arah negatif mendekati Eo logam M. untuk
mencapai keadaan itu kepada struktur konstruksi yang akan dilindungi harus
disuplai arus tandingan sebesar Iapp dari suatu sumber arus searah. Teknik ini
dikenal dengan teknik arus tandingan atau impressed current. Pada teknik arus
tandingan digunakan rectifier yang merubah arus bolak-balik menjadi searah,
sebagai sumber arus searah.
2) Proteksi Anodik
Proteksi anodik adalah kebalikan dari protensi katodik. Teknik ini hnaya
bisa diterapkan pada bahan konstruksi yang mempunyai sifat pasif.
3) Inhibisi
Proses korosi adalah reaksi kimia, maka hal ini berlaku untuk sistem
konstruksi logam dan lingkungannya. Senyawa-senyawa kimia tertentu secara
spsifik dapat teradsopsi di permukaan struktur logam, dimana proses korosi
berlangsung dan berinterferensi baik dengan reaksi anodik maupun reaksi katodik.
Interferensi tersebut menyebabkan reaksi anodik dan katodik terhambat, sehingga
secara keseluruhan proses korosi juga terhambat. Senyawa yang mempunyai
kemampuan seperti ini disebut inhibitor korosi, yang digunakan sebagai pengedali
korosi. Teknik pengendalian seperti ini dikenal sebagai teknik inhibisi.
4) Pengendalian Lingkungan
Proses korosi dapat dipandang sebagai serangan komponen-komponen
senyawa kimia yang terkandung di dalam lingkungan terhadap konstruksi logam
yang bersangkutan. Oleh sebab itu agresifitas lingkungan berhubungan dengan
jumlah dan jenis komponen yang terkandung didalamnya. Semakin banyak
komponen agresif, maka semakin tinggi laju korosi atau sebaliknya.
Dengan gambaran seperti itu proses korosi dapat dikenalikan dengan jalan
mengurangi jumlah komponen agresif di dalam lingkungan. Beberapa cara yang
dilakukan, antara lain:
a) Mengeluarkan oksigen dari sistem.
b) Menambahkan bahan yang dapat mengikat komponen agresif ke
dalam sistem.
c) Mengedalikan pH agar berada dalam selang harga yang aman..
5) Pelapisan Permukaan
Pada permukaan konstruksi dilapisi dengan bahan lain yang mempunyai
sifat kedap terhadap penetrasi senyawa kimia dan mempunyai daya hantar listrik
sangat rendah. Bahan yang dapat digunakan sebagai lapisan pelindung eksternal
beraneka ragam. Namun secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi beberapa
macam, yaitu:
a) Lapisan Lindung Logam
b) Polimer atau Plastik
c) Elastomer
d) Lapisan Lindung Organik
2.6. Pencegahan Korosi
Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur berbagai
barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat
dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel). Akan
tetapi, proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.Korosi besi
memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui bahwa berbagai jenis logam
dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang
akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1) Mengecat.
Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak
besi dengan udara dan air.
2) Melumuri dengan oli atau gemuk.
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk
mencegah kontak besi dengan air.
3) Dibalut dengan plastik.
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut
dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4) Tin plating (pelapisan dengan timah)
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah.
Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah
tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami
korosi karena tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi,
lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi
lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah
akan membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan
demikian, timah mendorong korosi besi.
5) Galvanisasi (pelapisan dengan zink)
Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi
dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi
sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang
disebut dengan perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih
positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel
elekrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan
zink yang mengalami oksidasi.
6) Cromium plating (pelapisan dengan kromium).
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan
pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga
dilakukan dengan elektrolisis.
7) Sacrificial protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah
berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka
magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk
melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara
periodik, batang magnesium harus diganti.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat :
1) Aqua gelas bekas (9 cangkir)
2) Paku besi (9 buah)
3) Seng 4 x 4 cm (3 buah)
4) Amplas kasar dan halus
5) Baterai ukuran AA (3 buah)
6) Kabel biasa satu meter
7) Palu
3.1.2. Bahan :
1) Larutan HCl 1 N
2) Larutan NaOH 1 N
3) Air ledeng
3.2. Prosedur Percobaan
1) Seluruh logam yang akan dipakai dipercobaan diamplas, lalu dicuci
dengan aqudest, kemudian dicelupka ke larutan HCl. Logam dikeringkan
dengan Hair Dryer dan ditimbang beratnya (berat awal) setiap logam.
2) Timbang berat awal logam setelah dibersihkan.
3) Rangkai logam yang telah dibersihkan dengan baterai yang telah
disiapkan.
4) Siapkan 2 cawan berisi larutan yang telah ditentukan (HCl 1 N, NaOH
1 N, Air ledeng) dengan volume yang memadai untuk pengujian.
5) Masukan logam yang telah dirangkai dengan baterai kedalam cawan
yang berisi larutan.
6) Masukan logam pembanding (paku besi dan gabungan paku besi dan
seng) dalam cawan berbeda dengan larutan yang sama. Perlu diingat bahwa
logam pembanding ini sama dengan logam yang akan dirangkai dan dicelup
pada waktu yang bersamaan.
7) Catat waktu pencelupan jenis logam, jenis larutan dan phenomena
yang terjadipada logam, (3 x 24 jam)
8) Angkat benda uji dari cawan setelah waktu yang ditentukan (3 hari)
9) Bersihkan logam dari produk korosi (oksida) dengan cara diamplas
dan dicuci dengan aquadest, kemudian keringkan.
10) Timbang lagi berat benda uji setelah dibersihkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anindita.2012.Makalah Korosi. http://icheanindita.blogspot.com/2012/06/makala
h-korosi.html (diakses tanggal 07 September 2014)
Chandler,K.A. 1985. Marine and Offshone Corrosion. Batter Work
Mansano. 2010. Korosi dan Cara Pencegahannya.http://kimia123sma.wordpress.c
om/2010/04/20/korosi-dan-cara-pencegahannya.html (diakses tanggal 07
September 2014)
Oxtoby,David W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
Sudarmo, Unggul. 2006. KIMIA SMA. Jakarta: Erlangga
Sagala, Polmer P. 2011. Jago KIMIA SMA Kelas 1, 2, 3. Jakarta : Kawan Pustaka