Download - Laporan Kimia Organik III
Laporan Kimia Organik III : Pembuatan Sabun
I. JUDUL PERCOBAAN : PEMBUATAN SABUN
II. TANGGAL : 18 Oktober 2011
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Dapat membuat langkah kerja pembuatan sabun
2. Dapat membuat emulsi sabun
3. Dapat meramalkan reaksi pembuatan sabun
4. Dapat menjelaskan perbedaan produk sabun antara sabun yang terbuat dari alkali dengan
menggunakan NaOH dan KOH
5. Dapat membuat sabun mandi yang mengandung susu
IV. TINJAUAN PUSTAKA :
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak
pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa
alkali dan lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung.
Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari
nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan
pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi
penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama
dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual.
Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat
molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun
memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan
utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun.
Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair
menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan
juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun
yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Bahan Baku: Minyak/Lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari
gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak
nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam
keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak
akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida
yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan
panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang
dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan
membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh,
seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah
teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh
memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang
tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah
meleleh pada temperatur tinggi.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun harus dibatasi
karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah
teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak
yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan
daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur
solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow
dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan
kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak
yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %.
Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan
nama grease.
Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh
seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan
sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi
ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa
sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga
kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari
100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan
bahan lainnya.
Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging
buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang
tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan
bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki
kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai
pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih
tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari
minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak
ini adalah stearin.
Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai bahan baku.
Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.
Olive oil (minyak zaitun)
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi
memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras
tapi lembut bagi kulit.
Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang
berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan
tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam
laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan
stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.
Bahan Baku: Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik
dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun
keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut
dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat
menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat
digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut
dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yan terbuat dari
ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih
umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.
Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk
mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil
saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang
siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl
pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat
memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau
padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak
mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan
mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang
berkualitas.
Bahan aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan
untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif
tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
V. CARA KERJA
VI. HASIL PENGAMATAN :
No. Perlakuan Pengamatan
Sebelum Sesudah
1. Pembuatan Sabun I:
10 gram minyak goreng
dimasukkan kedalam gelas kimia
Ditambahkan 1 gram asam stearat
Dipanaskan sampai suhu 70oC
Didinginkan sampai 50oC
Ditambahkan larutan NaOH
Diaduk
Ditambahkan 12 gram alcohol
Ditambahkan 4 gram gliserin
Diaduk
Didinginkan
Ditambahkan beberapa tetes
essence
Dituang kedalam cetakan
Minyak goring:
orenye
Asam stearat: serbuk
putih
NaOH: serpihan
putih
Etanol: jernih tidak
berwarna
Gliseril: cairan
kental putih jernih
Essence: parfum
bibit berwarna
kuning (++)
Minyak goreng+ asam
stearat larutan
Setelah dipanaskan 70oC:
larutan kental putih
Setelah ditambahkan NaOH
larutan lebih encer
Setelah ditambah alcohol dan
gliserin: larutan menjadi tidak
homogen: larutan
bening+gumpalan yang tidak
larut
Setelah ditambah essence:
tercium bau harum
Sabun tidak homogen(++)
2. Pembuatan Sabun II:
10 gram minyak kelapa
dimasukkan kedalam gelas kimia
Ditambahkan 1 gram asam stearat
Dipanaskan sampai suhu 70oC
Didinginkan sampai 50oC
Ditambahkan larutan NaOH
Diaduk
Ditambahkan 12 gram alcohol
Minyak kelapa: putih
Asam stearat: serbuk
putih
NaOH: serpihan
putih
Etanol: jernih tidak
berwarna
Gliseril: cairan
Minyak kelapa+ asam
stearat larutan
Setelah dipanaskan 70oC:
larutan kental putih
Setelah ditambahkan NaOH
larutan lebih encer
Setelah ditambah alcohol dan
gliserin: larutan menjadi tidak
Ditambahkan 4 gram gliserin
Diaduk
Didinginkan
Ditambahkan beberapa tetes
essence
Dituang kedalam cetakan
kental putih jernih
Essence: parfum
bibit berwarna
kuning(++)
homogen: larutan
bening+gumpalan yang tidak
larut
Setelah ditambah essence:
tercium bau harum
Sabun tidak homogen(+)
3. Sifat emulsi Sabun I:
Tabung A
Dimasukkan 3 mL aquades+ 5
tetes minyak kelapa sawit kedalam
tabung reaksi
Ditambahkan 2 mL larutan sabunI
(dari 0,2 gram sabun yang
dilarutkan dalam 7 mL aquades
panas)
Dikocok utuk mendapatkan emulsi
Didiamkan
Dihitung waktunya mulai sejak
didiamkan sampai terjadi
pemisahan antara miyak dan air
Aquades: jernih tidak
berwarna
Minyak goreng:
oranye
Larutan sabun: putih
keruh
Aquades+minyak goreng
terdapat 2 lapisan (minyak
dan air)
Setelah ditambah larutan
sabun dan dikocok: larutan
keruh, terjadi pemisahan
antara minyak dan air atau
larutan mengemulsi selama 6
menit serta terdapat buih (+)
Tabung B
Dimasukkan 3 mL aquades+ 5
tetes minyak kelapa sawit kedalam
tabung reaksi
Dikocok utuk mendapatkan emulsi
Didiamkan
Dihitung waktunya mulai sejak
didiamkan sampai terjadi
pemisahan antara miyak dan air
Aquades+minyak goreng
terdapat 2 lapisan (minyak
dan air)
Setelah dikocok terdapat
gelembung udara dan laapisan
minyak dan air tidak menyatu
Larutan minyak +air tidak
mengemulsi (emulsi (-))
Waktu yang diperlukan 1
menit 10 detik
Sifat emulsi Sabun II:
TabungA
Dimasukkan 3 mL
aquades+ 5 tetes minyak kelapa ke
dalam tabung reaksi
Ditambahkan 2 mL larutan sabun
II (dari 0,2 gram sabun yang
dilarutkan dalam 7 mL aquades
panas)
Dkocok utuk mendapatkan emulsi
Didiamkan
Dihitung waktunya mulai sejak
didiamkan sampai terjadi
pemisahan antara miyak dan air
Aquades: jernih tidak
berwarna
Minyak kelapa: putih
Larutan sabun: putih
keruh
Aquades+minyak kelapa
terdapat 2 lapisan (minyak
dan air)
Setelah ditambah larutan
sabun dan dikocok: larutan
putih keruh (+),terjadi
pemisahan antara minyak dan
air atau larutan mengemulsi
selama 3 menit serta terdapat
buih (+++)
Tabung B
Dimasukkan 3 mL aquades+ 5
tetes minyak kelapa kedalam
tabung reaksi
Dikocok utuk mendapatkan emulsi
Didiamkan
Dihitung waktunya mulai sejak
didiamkan sampai terjadi
pemisahan antara miyak dan air
Aquades+minyak goreng
terdapat 2 lapisan (minyak
dan air)
Setelah dikocok terdapat
gelembung udara dan laapisan
minyak dan air tidak menyatu
Larutan minyak+air tidak
mengemulsi tetapi lapisan
tidak begitu terlihat jika
dibandingkan dengan lapisan
pada sabun dari minyak
goreng atau emulsi (+)
Waktu yang diperlukan yaitu
1 menit
VII. PEMBAHASAN :
Percobaan I : Pembuatan sabun
Reaksi pembuatan sabun secara umum adalah
Dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu pembuatan sabun. Reaksi pembentukkan sabun
dari minyak dilakukan dengan mereaksikannya suatu alkali (NaOH), Reaksi ini disebut dengan
Reakisi Saponifikasi (penyabunan). Pertama-tama disiapkan semua bahan yang diperlukan
seperti minyak kelapa sawit dan minyak kelapa, asam stearat, NaOH, gliserin, alcohol, dan
minyak zaitun.
Dimulai dengan mencampurkan minyak goreng (kelapa sawit) dan NaOH larutan (yang
diperoleh dengan melarutkan NaOH padatan ini ke dalam 3.3 mL air). Ke dalam minyak kelapa
sawit kemudian ditambahkan asam stearat 1 gram, dimana fungsi dari asam stearat adalah untuk
mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Setelah itu campuran tersebut dipanaskan pada suhu
70° C agar asam stearat mencair, namun pemanasan ini jangan panas karena dengan suhu terlalu
panas akan mengoksidasi minyak yang menyebabkan warnanya menjadi cokelat, hal ini
behubungan erat dengan bilangan peroksida yaitu nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada
minyak atau lemak yang disebabkan oleh autooksidasi. Setelah itu dimasukkan Larutan NaOH
dan diaduk perlahan secara terus menerus agar larutan tersebut bercampur secara merata,
penambahan NaOH ini dilakukan setelah campuran didinginkan pada suhu 50°C. Penambahan
Larutan NaOH berfungsi sebagai penetralisir asam karena NaOH bersifat basa. Basa yang
digunakan adalah NaOH agar diperoleh sabun yang padat, tetapi jika digunakan basa KOH maka
yang diperoleh adalah sabun cair (lunak). Kemudian ditambah dengan 12 gram alcohol dan 4
gram gliserin, setelah penambahan ini campuran dipanaskan dan diaduk hingga terbentuk larutan
jernih. Fungsi dari penambahan alcohol dan gliserin, yaitu alcohol berfungsi sebagai pelarut pada
proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.
Sedangkan gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembap pada kulit.
Glycerin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis. Kemudian membiarkan
campuran agak dingin kemudian ditambah dengan minyak zaitun yang fungsinya sebagai
pewangi pada sabun, dan selanjutnya dituangkan ke dalam cetakan sebelum campuran memadat.
Selanjutnya yaitu pembuatan sabun dari minyak kelapa dimana cara, bahan, serta
perlakuannya sama seperti pada pembuatan sabun dengan menggunakan minyak kelapa sawit.
- Sabun dari minyak sawit
Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai
pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.
Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid
sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih
dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa.
Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit
harus dicampur dengan bahan lainnya.
- Sabun dari minyak kelapa
Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering
digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh
melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan
asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap
oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak
kaproat, kaprilat, dan kaprat.
Percobaan II : Sifat Emulsi Sabun
a. Minyak kelapa
Pada pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara melarutkan sabun 0.2 gram dengan
aquades 3 mL, larutan tersebut dicampur dengan minyak kelapa sebanyak 5 tetes kemudian
dikocok. Pengocokan ini dilakukan agar menghasilkan emulsi. Kemudian didiamkan dan diamati
pemisahan lapisan yang terjadi dengan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan
lapisan tersebut. Ternyata 3 menit terjadi pemisahan lapisan antara lapisan air dan lapisan
minyak. Berarti sabun yang dibuat itu tidak mengalami emulsi secara sempurna.
Sebagai pembanding dari pengujian emulsi sabun ini yaitu dengan cara mencampur
aquades 3 mL dengan 5 tetes minyak kelapa dengan tanpa pemberian sabun pada larutan tersebut
dan dikocok kuat- kuat agar bercampur homogen. Setelah didiamkan dan diamati, tarnyata
membutuhkan waktu 1 menit untuk terjadinya pemisahan antara lapisan air dengan lapisan
minyak.
b. Minyak kelapa sawit
Perlakuan pada uji emulsi sabun dengan menggunakan minyak kelapa, dan 6 menit
terjadi pemisahan antara lapisan air dan lapisan minyak sehingga pada pembuatan sabun
menggunakan minyak kelapa mengalami emulsi yang lebih sempurna dibandingkan sabun dari
minyak kelapa.
Pada pembandingnya, pengujian emulsi menggunakan minyak kelapa sawit ditambah
dengan aquades, waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan antara lapisan air dan lapisan
minyak yaitu 1 menit 10 detik.
VIII. DISKUSI :
Hasil pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit, tidak memadat secara sempurna/tidak
homogeny, sedangkan pada sabun dari minyak kelapa tidak dapat memadat sama sekali.
Walaupun telah didinginkan selama ± 1 minggu. Ada beberapa factor yang menyebabkan hal
demikian terjadi. Yang pertama dalam penambahan alcohol mungkin kurang pelan atau tidak
dengan sedikit demi sedikit, kemungkinan kedua yaitu pada pengadukan, pengadukan yang
dilakukan terlalu cepat sehingga mempengaruhi terbentuknya campuran yang homogen. Dan
kemungkinan yang ketiga yaitu ada salah satu bahan pembuatan sabun ini yang sudah kadaluarsa
atau rusak sehingga mempengaruhi hasil akhir dari pembuatan sabun ini.
IX. KESIMPULAN :
Sabun yang dihasilkan tidak jadi dalam artian campuran sabun tidak homogeny yaitu
disebabkan beberapa factor, diantaranya adalah penambahan alcohol yang tidak perlahan-lahan,
pengadukan yang terlalu keras dan salah satu bahan yang rusak.
Namun meski kurang berhasil, sabunnya minimal dapat mengalami emulsi, walaupun tidak
sempurna, terbukti karena 6 menit baru terjadi pemisahan antara lapisan air dengan lapisan
minyak (untuk sabun dari minyak kelapa sawit), sedangakan pada sabun dari minyak kelapa baru
terjadi pemisahan antara lapisan air dengan lapisan minyak selama 3 menit.
X. JAWABAN PERTANYAAN :
1. Bagaimana cara membuat sabun keras dan lunak (dalam bentuk alur kerja/diagram alir?
Pembuatan Sabun Keras
Pembuatan Sabun Lunak
2. Tulislah secara lengkap reaksi pembuatan sabun!
3. Bagaimana diagram alur untuk emulsi sabun?
4. Jelaskan bagaimana proses terjadinya emulsi sabun!
Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan lain yang kedua tidak saling
melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut
emulsifier atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua
fase cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat
terikat baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak
sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya
butir-butir minyak satu sama lainnya. Bahan emulsifier dapat berupa : protein, gum, sabun, atau
garam empedu. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi saling ingin
terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda.
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi yang
terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal dengan continous
phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga
agar butir minyak tadi tetap tersuspensi dalam air. Senyawa ini molekul-molekulnya mempunyai
afinitas terdapat kedua cairan tersebut. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak sama terhadap
kedua cairan itu. Emulsi temporer terjadi bila minyak dan air saja yang dikocok bersama-sama,
akan berbentuk butir-butir lemak dan terbentuklah suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan partikel-
partikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul-molekul air. Karena itu
harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi sebelum waktu pemakaian. Berbeda dengan
emulsi sementara, emulsi yang mantap (permanent emulsion) memerlukan bahan ketiga yang
mampu membentuk sebuah selaput (filen) disekeliling butiran yang terdispersi, sehingga
mencegah bersatunya kembali butir-butir tersebut. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk
bahan ketiga diantaranya adalah emulsifier, stabilizer atau emulsifying agent. Beberapa bahan
yang dapat berfungsi sebagai emulsifier adalah kuning telur, telur utuh, gelatin, pasta kanji,
kasein, albumin, atau beberapa tepung yang sangat halus seperti tepung paprica atau mustard.
French dressing yang biasanya tidak begitu stabil dibuat menjadi lebih stabil dengan
penambahan dalam banyak tepung paprika yang dapat membentuk lapisan tipis disekeliling
butir-butir lemak yang terdispersi.
Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik
pada minyak maupun air. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air
(polar). Maka dapat lebih membatu terjadinya dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah
emulsi minyak dalam air (o/w). Sebagai contoh adalah susu. Sebaliknya bila emulsifier lebih
larut dalam minyak (nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak (w/o). Contohnya mentega
dan margarin. Cara kerja emulsifier dapat terilustrasikan bila butir-butir lemak telah terpisah
karena adanya tenaga mekanik (pengocokan), maka butir-butir lemak yang terdispersi tersebut
segera terselubungi oleh selaput tipis emulsifier. Bagian molekul emulsifier yang nonpolar larut
dalam lapisan luar butir-butir lemak. Sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut (air,
continous phase).
Molekul sabun mempunyai rantai hydrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang
bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai
kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
Non polar : CH3(CH2)16 (larut dalam miyak, hidrofobik)
Polar : COONa+ larut dalam air, hidrofilik, memisahkan kotoran polar)
Proses penghilangan kotoran.
- Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan permukaan.
- Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul kotoran.
Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk
suatu emulsi
- Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik molekul
kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih.
5. Jelaskan perbedaan produk sabun antara sabun dengan menggunakan alkali NaOH dengan
KOH!
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
Sabun Padat
Sabun padat dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak sawit serta
menggunakan alkali (NaOH). Untuk memadatkan sabun dapat digunakan asam stearat.
Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak serta
menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat ditambahkan gliserin
atau alcohol.
XI. DAFTAR PUSTAKA :
Anonim, A.2009.Komponen Pembuatan Sabun.http://naturalmilksoap.blogspot.com (diakses pada Senin, 24 Oktober 2011 Pukul 20:05 WIB).
Anonim, B.2010.Sabun. www.rayakudus.indonetwork.co.id (diakses pada Senin, 24 Oktober 2011 Pukul 20:05 WIB
Anwar, Chairil, dkk. 1966. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Priyono, Agus.2009.Makalah Pembuatan Sabun.Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Riau.
Rohman, Saepul.2009.Bahan Pembuatan Sabun.http://majarimagazine.com (diakses pada Jum’at, 21
Oktober 2011, Pukul 10:09 WIB)
Hidajati, Nurul dkk. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Surabaya : Laboratorium Kimia
Organik, Jurusan Kimia, FMIPA, Unesa.