Download - Laporan Isolasi DNA Kromosom Bawang Merah
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/12 November 2013Biokimia Waktu : 13.00-14.40 WIB
PJP : Puspa Juliastia Puspita, S.Si, M.ScAsisten : Resti Siti Mutmainah, S.Si
Lusianawati, S.Si
ISOLASI DNA KROMOSOM
Kelompok 9Hartadi Gunawan J3L112182Rizki Cahya Putra J3L112047Ryadhanisa Nur Sugiri J3L112112
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIAPROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2013
Pendahuluan
Deoxyribosa Nucleic Acid (DNA) adalah asam nukleat yang mengandung
materi genetik dan berfungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh
bentuk kehidupan secara seluler. DNA terdapat pada nukleus, mitokondria dan
kloroplas. Perbedaan di antara ketiganya adalah DNA nukleus berbentuk linear
dan berasosiasi sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria
dan kloroplas berbentuk sirkular dan tidak berasosiasi dengan protein histon.
Selain itu, DNA mitokondria dan kloroplas memiliki ciri khas, yaitu hanya
mewariskan sifat-sifat yang berasal dari garis ibu. Hal ini sangat berbeda dengan
DNA nukleus yang memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orangtua. Dilihat
dari organismenya, struktur DNA prokariot berbeda dengan struktur DNA
eukariot. DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan berbentuk sirkular,
sedangkan DNA eukariot berbentuk linear dan memiliki protein histon. (Harrow
1954).
RNA (Rybonucleic Acid) atau asam ribonukleat merupakan
makromolekul yang berfungsi sebagai penyimpan dan penyalur informasi genetik.
RNA sebagai penyimpan informasi genetik misalnya pada materi genetik virus,
terutama golongan retrovirus. RNA sebagai penyalur informasi genetik misalnya
pada proses translasi untuk sintesis protein. RNA juga dapat berfungsi sebagai
enzim yang dapat mengkalis formasi RNA-nya sendiri atau molekul RNA lain
(Harper 1950).
Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara
energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang
berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron
tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi yang memiliki energi lebih
tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah ultraviolet-visible untuk semua
struktur elektronik, tetapi hanya pada sistem-sistem terkonjugasi, struktur
elektronik dengan adanya ikatan π dan non bonding elektron .Prinsip kerja
spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer, yaitu bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It)
(Pangestu 2011).
Prinsip kerja sentrifus seperti komedi putar, yakni meletakkan sampel pada
suatu gaya dengan memutar sampel pada kecepatan tinggi sehingga terjadi
pengendapan partikel. Cara kerja sentrifus mirip saringan atau sedimentasi,
pengendapan yaitu pemisahan dua partikel dalam suspensi yang memiliki massa
dan densitas berbeda sehingga akan mengalami sedimentasi pada dasar tabung
dengan laju yang berbeda, substansi yang lebih berat (endapan) akan berada di
dasar tabung sedangkan substansi yang lebih ringan (filtrat) akan berada di atas
(McRae 2001).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan struktur DNA
kromosom melalui proses isolasi DNA.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu neraca analitik, tabung reaksi, tabung
sentrifus, rak tabung, corong, kertas saring, water bath, gelas piala, sentrifus, pipet
mikro, dan mortar.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu tris HCl, SDS 10%, EDTA, aquades,
umbi bawang merah, larutan lisis, buffer TE, NaCl, dan etanol.
Prosedur Percobaan
Bawang merah terlebih dahulu ditimbang sebanyak 20 gram, lalu potong
kecil-kecil bawang merah tersebut supaya mudah dihancurkan, tambahkan
sebanyak 40 mL larutan lisis dan 1,5 gram, kemudian hancurkan bawang merah,
larutan lisis dan garam dengan menggunakan mortar sampai menjadi halus,
masukkan hasil penggerusan ke dalam gelas piala 250 mL dan ditambahkan
larutan SDS 10% sebanyak 5 mL, campurkan secara homogen dengan mengaduk
larutan tersebut, setelah itu, inkubasi pada suhu 600C dalam water bath selama 2
menit dan aduk sesekali, hasil inkubasi disaring ke dalam gelas piala yang
ditempatkan di atas es supaya larutan tersebut segera menjadi dingin, setelah
dingin tambahkan 0,5 gram kristal protease ke dalam larutan, aduk sampai
homogen dan biarkan sampai 15 menit, biarkan larutan selama 5 menit dan
diambil lapisan atasnya dengan menggunakan pipet mikro, kemudian masukkan
ke dalam 2 tabung reaksi yang baru,sebanyak 10 mL larutan etanol di tambahkan
ke dalam tabung reaksi tersebut, tabung reaksi ditempatkan di atas es secara
perlahan, kemudian biarkan selama 2-5 menit, DNA kromosom akan mengendap
pada bagian atas dari etanol dan tampak sebagai benang-benang putih, DNA
kromosom yang terbentuk diambil dengan pipet Pasteur secara hati-hati dengan
sesedikit mungkin larutan etanol yang terambil dan ditambahkan sebanyak 1,5 mL
pada 2 tabung eppendorf, kedua tabung disentrifus selama 1 menit pada kecepatan
13.000 rpm pada banch microfuge, larutan etanol dibuang pada lapisan atas secara
hati-hati tanpa merusak pelet, lalu larutan etanol sebanyak 1 mL ditambahkan ke
pelet DNA, Resuspen pelet DNA kromosom divortex dalam 1 mL etanol dan
disentrifusa kembali selama 1 menit, larutan etanol dituang dan DNA kromosom
dibiarkan kering dalam bench selama 10 menit, setelah kering, sebanyak 1 mL TE
buffer/dH2O ditambahkan ke DNA kromosom untuk melarutkannya. DNA
kromosom siap untuk digunakan untuk berbagai keperluan rekayasa genetika,
larutan DNA diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 260 nm dan 280 nm.
Hasil dan Data Pengamatan
Tabel 1 Data hasil pengukuran konsentrasi DNA dari umbi bawang merah
Larutan A260 A280 [DNA] [RNA] [DNA/RNA]
Blangko 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Sampel 0,4829 0,4432 1690,15 1240,96 1,3620
Contoh perhitungan : [DNA] = A260 x 50 µg/mL x 70 mL (faktor pengenceran)
= 0,4829 x 50 µg/mL x 70 mL (faktor pengenceran)
[RNA] = A280 x 40 µg/mL x 70 mL (faktor pengenceran)
Keterangan : 50 : Larutan nilai absorbansi 1,0 sebanding dengan 50 µg untai
ganda DNA Per mL 50 µg ds DNA/mL.
40 : Larutan nilai absorbansi 1,0 sebanding dengan 50 µg untai
ganda DNA
Pembahasan
Tahap pertama dalam isolasi DNA adalah proses perusakan atau
penghancuran membran dan dinding sel pada bawang merah. Penggunaan bawang
merah dikarenakan bawang merah memiliki sedikit pati, sehingga DNA akan
terlihat lebih jelas. Pemecahan sel merupakan tahapan dari awal isolasi DNA yang
bertujuan untuk mengeluarkan isi sel. Tahap penghancuran sel atau jaringan
memiliki beberapa cara yakni dengan cara fisik seperti menggerus sampel dengan
menggunakan mortar dan pestle dalam nitrogen cair atau dengan menggunakan
metode freezing-thawing dan iradiasi. Cara lain yakni dengan menggunakan
kimiawi maupun enzimatik. Penghancuran dengan menggunakan kimiawi seperti
penggunaan detergen yang dapat melarutkan lipid pada membran sel sehingga
terjadi destabilisasi membran sel. Sementara cara enzimatik seperti menggunakan
proteinase K seperti untuk melisiskan membran pada sel darah serta mendegradasi
protein globular maupun rantai polipeptida dalam komponen sel (Kusnawijaya
1993).
Proses lisis dengan menggunakan detergen, sering digunakan sodium
dodecyl sulphate (SDS) sebagai tahap pelisisan membran sel. Detergen tersebut
selain berperan dalam melisiskan membran sel juga dapat berperan dalam
mengurangi aktivitas enzim nuklease yang merupakan enzim pendegradasi DNA.
Selain digunakan SDS, detergen yang lain seperti cetyl trimethylammonium
bromide (CTAB) juga sering dipakai untuk melisiskan membran sel pada isolasi
DNA tumbuhan. Parameter keberhasilan dalam penggunaan CTAB bergantung
pada beberapa hal. Pertama, Konsentrasi NaCl harus di atas 1.0 M untuk
mencegah terbentuknya kompleks CTAB-DNA, karena jumlah air dalam pelet sel
sulit diprediksi, maka penggunaan CTAB sebagai pemecah larutan harus dengan
NaCl dengan konsentrasi minimal 1.4 M. Kedua, ekstrak dan larutan sel yang
mengandung CTAB harus disimpan pada suhu ruang karena kompleks CTAB-
DNA bersifatinsolublepada suhu di bawah 15°C. Ketiga, penggunaan CTAB
dengan kemurnian yang baik akan menentukan kemurnian DNA yang didapatkan
dan dengan sedikit sekali kontaminasi polisakarida. Setelah ditambahkan CTAB,
sampel diinkubasikan pada suhu kamar. Tujuan inkubasi ini adalah untuk
mencegah pengendapan CTAB karena CTAB akan mengendap pada suhu 15°C.
Karena efektivitasnya dalam menghilangkan polisakarida, CTAB banyak
digunakan untuk purifikasi DNA pada sel yang mengandung banyak polisakarida
seperti terdapat pada sel tanaman dan bakteri gram negatif seperti Pseudomonas,
Agrobacterium, dan Rhizobium. Larutan lisis yang mengandung 25 mM Tris-Cl
(pH 8.0) 10 mM EDTA (pH 8.0), tris-HCl berfungsi sebagai buffer untuk menjaga
pH 8. EDTA sebagai kelator untuk mengikat ion Mg2+ untuk inaktivasi enzim
Dnase dan dapat mengikat ion metal, sehingga menghambat kerja enzim nuklease.
Jadi penggunaan larutan lisis ini yaitu untuk meresuspensi pelet sel bakteri setelah
pemanenan menggunakan sentrifus (Laberge dan Monique 2008).
Penggunaan buffer CTAB seringkali ditambahkan reagen-reagen lain
seperti NaCl, EDTA, Tris-HCl, dan 2-mercaptoethanol. NaCl berfungsi untuk
menghilangkan polisakarida sementara 2-mercaptoethanol befungsi untuk
menghilangkan kandungan senyawa polifenol dalam sel tumbuhan. 2-
mercaptoethanol dapat menghilangkan polifenol dalam sel tanaman dengan cara
membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa polifenol yang kemudian akan
terpisah dengan DNA. Senyawa polifenol perlu dihilangkan agar diperoleh
kualitas DNA yang baik. Polifenol juga dapat menghambat reaksi dari enzim Taq
polimerase pada saat dilakukan amplifikasi. Disamping itu, polifenol akan
mengurangi hasil ektraksi DNA serta mengurangi tingkat kemurnian DNA.
Penggunaan 2-mercaptoethanol dengan pemanasan juga dapat mendenaturasi
protein yang mengkontaminasi DNA (Page 1997).
Konsentrasi dan pH dari bufer yang digunakan harus berada dalam rentang
pH 5 sampai 12. Larutan buffer dengan pH rendah akan mengkibatkan
depurifikasi dan mengakibatkan DNA terdistribusi ke fase fenol selama proses
deproteinisasi. Sedangkan pH larutan yang tinggi di atas 12 akan mengakibatkan
pemisahan untai ganda DNA. Fungsi larutan buffer adalah untuk menjaga struktur
DNA selama proses penghancuran dan purifikasi sehingga memudahkan dalam
menghilangkan protein dan RNA serta mencegah aktivitas enzim pendegradasi
DNA dan mencegah perubahan pada molekul DNA. Untuk mengoptimalkan
fungsi larutan buffer, dibutuhkan konsentrasi, pH, kekuatan ion, dan penambahan
inhibitor DNAase dan detergen (Page 1997).
Tahapan ekstraksi DNA, seringkali digunakan chelating agent seperti
ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) yang berperan menginaktivasi enzim
DNase yang dapat mendenaturasi DNA yang diisolasi, EDTA menginaktivasi
enzim nuklease dengan cara mengikat ion magnesium dan kalsium yang
dibutuhkan sebagai kofaktor enzim DNAse. DNA yang telah diekstraksi dari
dalam sel selanjutnya perlu dipisahkan dari kontaminan komponen penyusun sel
lainnya seperti polisakarida dan protein agar DNA yang didapatkan memiliki
kemurnian yang tinggi. Fenol seringkali digunakan sebagai pendenaturasi protein,
ekstraksi dengan menggunakan fenol menyebabkan protein kehilangan
kelarutannya dan mengalami presipitasi yang selanjutnya dapat dipisahkan dari
DNA melalui sentrifugasi, penggunaan sentrifus ini untuk memisahkan suatu
isolasi DNA yang terbentuk dari larutan induknya, hal ini menyebutkan bahwa
setelah sentrifugasi akan terbentuk 2 fase yang terpisah yakni fase organik pada
lapisan bawah dan fase aquoeus (air) pada lapisan atas sedangkan DNA dan RNA
akan berada pada fase aquoeus setelah sentrifugasi sedangkan protein yang
terdenaturasi akan berada pada interfase dan lipid akan berada pada fase organik.
Selain fenol, dapat pula digunakan campuran fenol dan kloroform atau campuran
fenol, kloroform, dan isoamil alkohol untuk mendenaturasi protein. Ekstrak DNA
yang didapat seringkali juga terkontaminasi oleh RNA sehingga RNA dapat
dipisahkan dari DNA ekstrak dengan cara pemberian RNAse (Setiadi 2001).
Asam nukleat adalah molekul hidrofilik dan bersifat larut dalam air.
Disamping itu, protein juga mengandung residu hidrofobik yang mengakibatkan
protein larut dalam pelarut organik. Berdasarkan sifat ini, terdapat beberapa
metode deproteinisasi berdasarkan pemilihan pelarut organik. Biasanya pelarut
organik yang digunakan adalah fenol atau kloroform yang mengandung 4%
isoamil alkohol. Penggunaan kloroform isoamil alkohol (CIA) berdasarkan
perbedaan sifat pelarut organik. Kloroform tidak dapat bercampur dengan air dan
kemampuannya untuk mendeproteinisasi berdasarkan kemampuan rantai
polipeptida yang terdenaturasi untuk masuk atau termobilisasi ke dalam fase
antara kloroform – air. Konsentrasi protein yang tinggi pada fase antara tersebut
dapat menyebabkan protein mengalami presipitasi. Sedangkan lipid dan senyawa
organik lain akan terpisah pada lapisan kloroform (Poedjiadi 1994).
Proses deproteinisasi yang efektif bergantung pada besarnya fase antara
kloroform-air. Proses ini dapat dilakukan dengan membentuk emulsi dari air dan
kloroform. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan penggojogan atau sentrifugasi
yang kuat karena kloroform tidak dapat bercampur dengan air. Isoamil alkohol
berfungsi sebagai emulsifier dapat ditambahkan ke kloroform untuk membantu
pembentukan emulsi dan meningkatkan luas permukaan kloroform-air yang mana
protein akan mengalami presipitasi. Penggunaan kloroform isoamil alkohol ini
memungkinkan untuk didapatkan DNA yang sangat murni, namun dengan ukuran
yang terbatas (20.000–50.000 bp). Fungsi lain dari penambahan CIA ini adalah
untuk menghilangkan kompleks CTAB dan meninggalkan DNA pada fase
aquoeus. DNA kemudian diikat dari faseaquoeus dengan presipitasi etanol
(Harper 1980).
Proses ekstraksi yang telah dilakukan, DNA yang didapat dapat
dipekatkan melalui presipitasi. Pada umumnya digunakan etanol atau isopropanol
dalam tahapan presipitasi. Kedua senyawa tersebut akan mempresipitasi DNA
pada fase aquoeus sehingga DNA menggumpal membentuk struktur fiber dan
terbentuk pellet setelah dilakukan sentrifugasi dan presipitasi juga berfungsi untuk
menghilangkan residu-residu kloroform yang berasal dari tahapan ekstraksi
(Poedjiadi 1994).
Prinsip-prinsip presipitasi antara lain pertama, menurunkan kelarutan asam
nukleat dalam air. Hal ini dikarenakan molekul air yang polar mengelilingi
molekul DNA di larutan aquoeus. Muatan dipole positif dari air berinteraksi
dengan muatan negatif pada gugus fosfodiester DNA. Interaksi ini meningkatkan
kelarutan DNA dalam air. Isopropanol dapat bercampur dengan air, namun kurang
polar dibandingkan air. Molekul isopropanol tidak dapat berinteraksi dengan
gugus polar dari asam nukleat sehingga isopropanol adalah pelarut yang lemah
bagi asam nukleat. Kedua, penambahan isopropanol akan menghilangkan molekul
air dalam larutan DNA sehingga DNA akan terpresipitasi Ketiga, penggunaan
isopropanol dingin akan menurunkan aktivitas molekul air sehingga memudahkan
presipitasi DNA (Kusnawijaya 1993).
Tahapan presipitasi ini, DNA yang terpresipitasi akan terpisah dari residu-
residu RNA dan protein yang masih tersisa. Residu tersebut juga mengalami
koagulasinamun tidak membentuk struktur fiber dan berada dalam bentuk
presipitat granular. Saat etanol atau isopropanol dibuang dan pellet dikeringkan
dalam tabung, maka pellet yang tersisa dalam tabung adalah DNA pekat. Proses
presipitasi kembali dengan etanol atau isopropanol sebelum pellet dikeringkan
dapat meningkatkan derajat kemurnian DNA yang diisolasi, pencucian kembali
pellet yang dipresipitasi oleh isopropanol dengan menggunakan etanol bertujuan
untuk menghilangkan residu-residu garam yang masih tersisa. Garam-garam yang
terlibat dalam proses ekstraksi bersifat kurang larut dalam isopropanol sehingga
dapat terpresipitasi bersama DNA, oleh sebab itu dibutuhkan presipitasi kembali
dengan etanol setelah presipitasi dengan isopropanol untuk menghilangkan residu
garam (Kusnawijaya).
Proses presipitasi yang telah didapatkan dan dilakukan pencucian dengan
etanol, maka etanol kemudian dibuang dan pellet dikeringkan, perlakuan tersebut
bertujuan untuk menghilangkan residu etanol dari pelet DNA. Penghilangan
residu etanol dilakukan dengan cara evaporasi karena etanol mudah menguap
Tahap pencucian biasanya etanol dicampur dengan ammonium asetat yang
bertujuan untuk membantu memisahkan kontaminan yang tidak diinginkan seperti
dNTP dan oligosakarida yang terikat pada asam nukleat (Kusnawijaya 1993).
Pellet DNA dikeringkan, tahap selanjutnya adalah penambahan buffer TE
ke dalam tabung yang berisi pellet dan kemudian disimpan di dalam freezer
dengan suhu sekitar -20ºC atau pada suhu dingin. Buffer TE dan penyimpanan
suhu pada -20ºC bertujuan agar sampel DNA yang telah diekstraksi dapat
disimpan hingga waktu berminggu-minggu. Pelarutan kembali dengan buffer TE
juga dapat memisahkan antara RNA yang mempunyai berat molekul lebih rendah
dibandingkan DNA sehingga DNA yang didapatkan tidak terkontaminasi oleh
RNA dan DNA sangat stabil ketika disimpan dalam keadaan terpresipitasi pada
suhu -20ºC. Isolasi DNA juga dapat dilakukan dengan menggunakan kit yang
sudah diproduksi oleh beberapa perusahan untuk mempermudah dan
mempercepat proses isolasi DNA. Kit isolasi juga disesuaikan dengan kebutuhan
oleh konsumen dan jenis sel yang akan digunakan. Berikut adalah bagan contoh
isolasi DNA tanaman dengan menggunakan Kit Nucleon Phytopure. Pengukuran
secara kuantitatif DNA dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Ultraviolet-visible digunakan untuk mengecek keberadaan DNA hasil
elektroforesis. DNA yang telah berikatan dengan etidium bromida akan berpendar
pada saat disinari oleh UV. Etidium bromida merupakan zat pewarna DNA yang
akan menyebabkan fluoresensi DNA saat disinari oleh UV. Etidium bromida akan
berikatan dengan bagian basa dari DNA dan menyebabkan transmisi sinar UV
menjadi dapat dilihat. Spektrofotometri merupakan metode analisis berdasarkan
pengukuran banyaknya energi radiasi yang diabsorpsi oleh suatu zat sebagai suatu
fungsi panjang gelombang. Teknik spektrofotomeri pada daerah ultra violet biasa
disebut spektrofotometri UV. Spektroskopi UV paling banyak digunakan dalam
analisis biologis. Spektrum absorpsi dapat diketahui panjang gelombang dengan
absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa. Analisis protein biasa
dilakukan dengan pengukuran langsung pada panjang gelombang 280 nm. Metode
Spektrofotometri digunakan untuk melihat kemurnian dan konsentrasi DNA.
DNA memiliki nilai absorbansi maksimal pada panjang gelombang 260 nm (λ 260
nm) sedangkan protein memiliki absorbansi maksimal pada panjang gelombang
280 nm (λ 280 nm). Kemurnian DNA diketahui dari nilai rasio absorbansi DNA
pada λ 260 nm dengan λ 280 nm (A260/A280). Nilai rasio untuk DNA untai
ganda murni yaitu 1,8-2,0. Nilai rasio dibawah 1,8 menunjukkan adanya
kontaminan senyawa berat molekul besar misalnya protein. Nilai rasio diatas 2,0
menunjukkan adanya kontaminan senyawa berat molekul kecil misalnya RNA.
Hubungan antara absorbansi DNA pada λ 260 nm (A260) dengan konsentrasi
DNA ([DNA]) yaitu A260 = Є260. [DNA] pada Є260 adalah extinction
coefficient pada λ260. Nilai koefisien DNA untai ganda sebesar 0,02/ug.cm, pada
pengukuran di pH netral atau sedikit basa. Sehingga jika A260 adalah 1 maka
[DNA] sebesar 1/0,02 = 50 ug/ml. Sehingga [DNA] = A260.50 ug/ml (Harper
1980).
Berdasarkan hasil percobaan yang didapatkan bahwa nilai absorbansi
DNA daripada nilai absorbansi RNA. Hal ini dikarenakan bahwa DNA memiliki
berat molekul yang lebih tinggi dan penyusun yang lebih lengkap daripada RNA
dan mengarahkan sintesis RNA untuk penyimpan dan penyalur informasi genetik.
Sedangkan DNA pengemban kode genetik dan dapat mereproduksi atau
mereplikasi dirinya dengan tujuan membentuk sel-sel baru untuk reproduksi
organisme itu, dalam sebagian besar organisme, sehingga nilai konsentrasi DNA
pun lebih besar dibandingkan dengan RNA yaitu nilai konsentrasi DNA sebesar
1690,15, sedangkan nilai konsentrasi RNA sebesar 1240,96. Hal ini sesuai dengan
teori kemurnian suatu DNA atau RNA dari hasil isolasi DNA pada tanaman,
bahwa DNA memiliki absorbansi dan konsentrasi dibandingkan dengan RNA.
Selain itu, dalam suatu bahan pasti memiliki DNA atau RNA jadi, setian tanaman
atau memiliki perbandingan yang berbeda-beda. Data yang didapatkan dari hasil
percobaan yaitu sebesar 1,3620. Sehingga nilai rasio tidak sesuai dengan teori,
seharusnya yaitu berkisar antara 1,8-2,0. Tetapi nilai rasio yang didapatkan
dibawah 1,8. Hal ini menunjukkan adanya kontaminan senyawa berat molekul
besar misalnya protein. Kesalahan yang terjadi mungkin hasil ekstraksi sel
membuang sebagian atau hilangnya bagian dari DNA tersebut atau pada saat
dilakukan pemekatan, DNA tidak terlalu pekat atau larut ke dalam etanol yang
digunakan.
Simpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi [DNA] yaitu
1690,15 sedangkan konsentrasi [RNA] yaitu 1240,96, dan nilai rasio [DNA/RNA]
yaitu 1,3620.
Daftar Pustaka
Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry) Edisi 17. Jakarta: EGC.
Harrow.1954. Textbook Of Biochemistry 6th Edition. U.S.A: Saunders Company.
Kusnawijaya. 1993. Biokimia. Bandung: Exact Ganeca.
Laberge, Monique. 2008. Essensial Chemistry Biochemistry. Chelsea House: An Imprint of Infobase Publishing.
McRae M. 2001. Centrifuge Safety In Handbook of Chemical Health and Safety. Washington, DC :Oxford University Press.
Page D. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia.Jakarta:Erlangga.
Pengestu A. 2011. Spektrofotometer UV-VIS dan Refraktometer. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta: UI-Press.
Setiadi, Rahmat, dkk.2001. Biokimia. Jakarta:Universitas Terbuka Indonesia Press.