Download - Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011
PENGARUH INDEKS HARAPAN HIDUP, INDEKS PENDAPATAN, INDEKS PENDIDIKAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA PROVINSI BENGKULU TAHUN 2011
LAPORAN
Tugas ini disusun guna memenuhi mata kuliah Geografi Regional Indonesia
yang dibimbing oleh Bapak Marhadi Slamet Kistiyanto
Oleh
Shima Tandya Lestari
NIM 110721435066
Offering B 2011
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
DESEMBER 2013
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul ‘Pengaruh Indeks Harapan
Hidup, Indeks Pendapatan, Indeks Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Provinsi Bengkulu Tahun 2011’. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi mata kuliah Geografi Regional Indonesia pada program studi pendidikan geografi.
Pada kesempatan kali ini, saya menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada
seluruh pihak yang telah memberikan berbagai masukan dalam penyelesaian tugas akhir ini,
khususnya kepada Bapak Marhadi Slamet Kistiyanto sebagai dosen pengampu mata kuliah
Geografi Regional Indonesia.
Melalui penulisan ini, saya berharap bahwa nantinya laporan tugas akhir mata kuliah
Geografi Regional Indonesia mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukan baik dari segi akademis maupun bidang yang terkait. Penulis menyadari bahwa
dalam kepenulisan laporan masih terdapat kekurangan, sehingga memohon krtik dan saran
yang membangun agar tercapai kesempurnaan. Semoga laporan tugas akhir ini memberikan
manfaat bagi saya dan pihak manapun.
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Lawang, 10 Desember 2013
Shima Tandya Lestari
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4
1.3 Tujuan .............................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................ 5
1.5 Hipotesis ........................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Indeks Pembangunan Manusia ........................................................ 7
2.2 Jumlah Penduduk Miskin ................................................................. 13
2.3 Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 18
2.4 Pengeluaran Pemerintah ................................................................. 21
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Demografi Provinsi Bengkulu Tahun 2012 ........................ 25
3.2 Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia ................................... 26
3.3 Analisa Data ..................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 35
4.2 Saran ................................................................................................ 35
DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 36
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Provinsi Bengkulu ditinjau dari letak geografisnya terletak di antara 1010 01’– 1030
41’ BT dan 20 16’ – 30 31’ LS terletak disebelah barat pegunungan Bukit Barisan dan
memanjang dari perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi
Lampung sepanjang lebih kurang 567 kilometer.
Batas-batas wilayah Provinsi Bengkulu sebagai berikut :
v Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat
v Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.
v Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Provinsi Lampung .
v Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Wilayah Provinsi Bengkulu yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia
pada garis pantai sepanjang 525 kilometer, terletak pada bagian Barat dan merupakan
dataran rendah yang relatif sempit, memanjang dari Utara ke Selatan serta diselang-
selingi daerah yang bergelombang, sedangkan pada bagian Timur berbukit-bukit
dengan dataran tinggi yang subur.
Perbedaan keadaan pada permukaan bumi ditiap wilayah mengakibatkan
adanya perbedaan daya dukung lingkungan terhadap kebutuhan makhluk hidup
didalamnya. Perbedaan daya dukung lingkungan tersebut berdampak pada perbedaan
kemampuan suatu daerah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya pada wilayah tersebut. Penduduk yang tinggal pada daerah yang daya
dukung lingkungannya rendah akan berupaya untuk memenuhi kebutuhannya dengan
bekerja di daerah lain maupun pindah secara permanen.
Dapat dikatakan keadaan suatu daerah menyebabkan adanya dinamika
penduduk.Sebagaimana propinsi lainnya, perubahan tingkat kelahiran dan kematian
akan mempengaruhi jumlah dan struktur penduduk. Tinggi rendahnya jumlah
penduduk dan komposisinya akan menentukan jumlah dan pemanfaatan sarana dan
prasarana pendidikan, pelayanan kesehatan, atau peluang kerja yang harus
dipenuhi. Sehingga antara indeks pendapatan, indeks harapan hidup serta indeks
pendidikan perlu adanya perhitungan guna untuk melanjutkan pembangunan provinsi
Sumatera Barat Untuk kedepannya. Sehingga untuk lebih jelasnya perlu adanya
analisis apakan ada hubungan dan pengaruh antara ketiga vareabel tersebut, yang akan
diuraikan pada bab selanjutnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi demografi Provinsi Bengkulu Tahun 2012?
2. Bagaimana indeks harapan hidup Provinsi Bengkulu Tahun 2012?
3. Bagaimana indeks pendidikan Provinsi Bengkulu Tahun 2012?
4. Bagaimana indeks pendapatan Provinsi Bengkulu Tahun 2012?
5. Bagaimana indeks pembangunan manusia Provinsi Bengkulu Tahun 2012
1.3 TUJUAN
Selanjutnya tujuan yang dapat diperoleh dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi demografi Provinsi Bengkulu Tahun 2012?
2. Mengetahui indeks harapan hidup Provinsi Bengkulu Tahun 2012?
3. Menegtahui indeks pendidikan Provinsi Bengkulu Tahun 2012?
4. Mengetahui indeks pendapatan Provinsi Bengkulu Tahun 2012?
5. Mengetahui indeks pembangunan manusia Provinsi Bengkulu Tahun 2012
1.4 MANFAAT
1. Bagi Penulis
Penulis diharapkan mampu menambah wawasan mengenai pembangunan
nasional dengan mengetahui indeks pembangunan manusia salah satu provinsi
di Indonesia beserta komponen-komponen yang mempengaruhi indeks
tersebut dan dapat dapat diaplikasikan ke dalam kegiatan pembelajaran
geografi di sekolah pada kelas XI semester 2 mengenai menganalisis
pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannnya dengan pembangunan
berkelanjutan.
2. Bagi masyarakat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta informasi kepada
masyarakat tentang indeks pemabangunan manusia di Indonesia tepatnya pada
Provinsi Bengkulu yang dapat diaplikasikan dalam aspek perencanaan dalam
pembangunan regional daerah.
1.5 HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan yakni mengenai indeks pemba-
ngunan manusia dapat dikemukakan tiga hal yang menjadi hipotesis, yaitu:
1. Adanya hubungan indeks harapan hidup terhadap indeks pembangunan
manusia
2. Adanya hubungan indeks pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia
3. Adanya hubungan indeks pendapatan terhadap indeks pembangunan manusia
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Indeks Pembangunan Manusia
2.1.1 Definisi Pembangunan Manusia dan Pengukurannya
UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan
pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi
penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the
ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal
means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan
manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan,
kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara ringkas empat hal pokok
tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Produktivitas
Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan
berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.
Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari
model pembangunan manusia.
2) Pemerataan
Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk mendapatkan
akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan social. Semua hambata yang
memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus,
sehingga mereka dapat mengambil menfaat dari kesempatan yang ada dan
berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas
hidup.
3) Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan social harus dipastikan tidak hanya
untuk generasi-generasi yang aka datang. Semua sumber daya fisik, manusia,
dan lingkungan selalu diperbaharui.
4) Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan
menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan
mengambil manfaat dari proses pembangunan.
Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai disana.
Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti
kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif dan
produktif, dan menikmati kehidupa yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani
hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigm tersebut. Dengan demikian,
paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi. Sisi pertama berupa informasi
kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan.
Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang
bersifat produktif, cultural, sosial dan politik. Jika kedua sisi itu didak seimbang maka
hasilnya adalah frustasi masyarakat.
Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik dari
pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model
pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan
kesejateraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model
pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi
nasional (GNP). Pembangunan manusia teruatama sebagai input dari proses produksi
(sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia
sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar
memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.
Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP
mensponsoru sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan
pembangunan. Tim tersebut menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar itu
adalah umur panjang, pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang
dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka
Harapan Hidup/AHH (eo). Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan baca
tulis/ angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Daya beli dikuantifikasikan
terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai
standar hidup yang layak.
Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau
wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85
tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat
pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak. Semakin
dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai sasaran itu.
Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai
penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan
manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan
analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang
penting lainnya ( yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik,
kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.
Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat
memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli
yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi
sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada
tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurutnya kesempata kerja
yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-1998.
Menurutnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks pembangunan manusia
merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi
dengan upaya peningkatan kapasitas dasar penduduk.
Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan
menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan
kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen
IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang dapat menangkap
perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.
2.1.2 Metode Perhitungan dan Komponen-Komponen IPM
2.1.2.1 Metode Perhitungan IPM
Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup diukur
dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi antara
angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama
sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur dengan
pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah), indeks ini merupakan rata-
rata sederhana dari ketiga komponen tersebut diatas :
Dimana :
X1 = Lamanya hidup
X2 = Tingkat Pendidikan
IPM= 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3)
Kehidupan yang Layak
Pengeluaran (kapita riil yang disesuaikan)(PPP Rupiah)
Indeks Pendapatan
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Indeks Pendidikan
Rata-Rata Lama Sekolah (MYS)
Pengetahuan
Angka Melek Huruf (Lit)
Indeks Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup pada Saat Lahir
Umur Panjang dan Sehat
INDIKATOR DIMENSI
INDIKATOR
DIMENSI
PERHITUNGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
X3 = Tingkat kehidupan yang layak
Indeks X(I,J)=(X(I,J)-X(i-min)) / (X(I,J)-X(i-max) )
Dimana :
X(I,J) = Indikator ke-I dari daerah J
X(i-min) = Nilai minimum dari Xi
X(i-max) = Nilai maksimal dari Xi
2.1.2.2 Komponen-Komponen IPM
1) Lamanya Hidup
Lamanya hidup adalah kehidupan untuk bertahan lebih lama diukur dengan
indikator harapan hidup pada saat lahir ( life expectancy at birth ) (e0), angka e0
yang disajikan pada laporan ini merupakan ekstrapolasi dari angka e0 pada akhir
tahun 1996 dan akhir tahun 1999 yang merupakan penyesuaian dari angka
kematian bayi ( infant mortality rate ) dalam periode yang sama. Dalam publikasi
ini, angka IMR untuk tingkat provinsi dihitung berdasarkan data yang diperoleh
dalam sensus penduduk tahun 1971, 1980, 1990 serta data gabungan dari SUPAS
1995 dan SUSENAS 1996.
Perhitungan dilakukan secara tidak langsung berdasarkan dua data dasar yaitu
rata-rata jumlah lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup dari wanita yang
pernah kawin. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan menstandarkan
angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya, seperti yang
tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini :
Catatan:
a) Proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai di Jakarta pada tahun 2018
(akhir dari Pembangunan Jangka Panjang II) setelah disesuaikan dengan
formula Atkinson. Proyeksi ini berdasarkan pada asumsi tingkat
pertumbuhan daya beli sebesar 6,5% pertahun selama periode 1993-2018.
b) Sama dengan dua kali garis kemiskinan di provinsi yang dimiliki tingkat
konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990, nilai minimum
disesuaikan menjadi Rp 360.000. penyesuaian ini dilakukan karena krisis
ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara
drastis sebagaimana terlihat dari peningkatan angka kemiskinan dan
penurunan riil. Penambahan sebesar Rp 60.000 didasarkan pada
perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
yang jumlahnya Rp 5.000 per bulan (Rp 60.000 per tahun).
2) Tingkat Pendidikan
Dalam perhitungan IPM , komponen tingkat pendidikan diukur dari dua indikator,
yaitu : angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Angka melek
huruf adalah persentase dari pendidik usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca
dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah, yaitu
rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di
seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau sedang menjalani.
Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan yang tertinggi yang ditamatkan dan
tingkat pendidikan yang sedang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang
diduduki. Tabel 2.2 menyajikan faktor konversi dari tiap jenjang pendidikan, rata-
rata lama sekolah (MYS) dihitung berdasarkan formula sebagai berikut :
Tahun Konversi dari Pendidikan Tetinggi yang Ditamatkan
3) Standar Hidup
Standar hidup dalam perhitungan IPM, didekati dari pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antardaerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut :
1. Menghitung pengeluaran per kapita dari modul SUSENAS (=Y)
2. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (=Y), karena berbagai studi diperkirakan bahwa data dari SUSENAS cenderung lebih rendah dari 20%
3. Menghitung nilai daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP) untuk setiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relative terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar
4. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasikan Y1 dengan indeks harga konsumen (CPI) (=Y2)
5. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh Rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (=Y3)
6. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=Y4). Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan.
MYS = tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki – 1
2.2 Jumlah Penduduk Miskin
2.2.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Hendra Esmara (1986) mengukur dari
ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang
berlaku, maka kemiskinan dapat dibagi tiga:
1. Miskin absolut yaitu apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis
kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum; pangan,
sandang, kesehatan, papan, pendidikan.
2. Miskin relatif yaitu seseorang sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan
namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
3. Miskin kultural yaitu berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok
masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya
sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantu.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan permasalahan kemiskinan
dari segi pendapatan saja tidak mampu memecahkan permasalahan komunitas. Karena
permasalahn kemiskinan komunitas bukan hanya masalah ekonomi namun meliputui
berbagai masalah lainnya. Kemiskinan dalam berbagai bidang ini disebut dengan
kemiskinan plural. Delina Hutabarat (1994), menyebutkan sekurang-kurangnya ada enam
macam kemiskinan yang ditanggung komunitas yaitu :
1. Kemiskinan Subsistensi yaitu penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan
buruk, fasilitas air bersih mahal.
2. Kemiskinan Perlindungan yaitu lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan
sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah.
3. Kemiskinan Pemahaman yaitu kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya
akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas hak,
kemampuan, dan potensi untuk mengupayakan perubahan.
4. Kemiskinan Partisipasi yaitu tidak ada akses dan control atas proses pengambilan
keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas.
5. Kemiskinan Identitas yaitu terbatasnya perbauran antar kelompok sosial,
terfragmentasi.
6. Kemiskinan Kebebasan yitu stress, rasa tidak berdaya, tidak aman baik ditingkat
pribadi maupun komunitas.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, secara harfiah kata miskin diberi arti tidak
berharta benda. Sayogyanya membedakan tiga tipe orang miskin, yakni miskin (poor),
sangat miskin (very poor) dan termiskin (poorest). Penggolongan ini berdasarkan
pendapatan yang diperoleh setiap tahun. Orang miskin adalah orang yang berpenghasilan
kalau diwujudkan dalam bentuk beras yakni 320 kg/orang/tahun. Jumlah tersebut
dianggap cukup memenuhi kebutuhan makan minimum (1,900 kalori/orang/hari dan 40
gr protein/orang/hari). Orang yang sangat miskin berpenghasilan antara 2240 kg, 320 kg
beras/orang/tahun, dan orang yang digolongkan sebagai termiskin berpenghasilan
berkisar antara 180 kg, 240 kg beras/orang/tahun.
Menurut BPS, penduduk miskin adalah mereka yang asupan kalorinya di bawah 2,100
kalori berdasarkan kategori food dan nonfood diukur menurut infrastruktur antara lain
jalan raya, rumah, serta ukuran sosial berupa kesehatan dan pendidikan.
2.2.2 Pembangunan dan Kemiskinan
Membaiknya indikator-indikator makro ekonomi diharapkan dapat memberikan
dampak postif terhadap masalah pengangguran, kualitas hidup, dan terutama kemiskinan
yang menjadi issue penting, dan terus mendapat perhatian serius dari setiap
penyelenggaraan pemerintah. Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan masalah
kemiskinan. Sebab tujuan utama dari pembangunan adalah meningkatkan kemakmuran
masyarakat atau pemerataan kesejahteraan. Dengan kata lain, pembangunan bertujan
untuk mengentaskan kemiskinan.
Masalah pokok yang dihadapi oleh pedesaan di Indonesia adalah kemiskinan dan
keterbelakangan. Keadaan ini ditandai oleh :
1. Pendapatan yang rendah dari sebagian besar penduduk pedesaan.
2. Terdapatnya kesenjangan antara golongan kaya dan miskin dalam usaha-usaha
pembangunan sehingga disinyalir kondisi-kondisi tersebut kurang menguntungkan
dalam mempercepat laju pertumbuhan.
Kemiskinan yang terjadi di Indonesia pada umumnya melanda penduduk yang tinggal
di pedesaan. Salah satu golongan miskin di pedesaan adalah mereka yang termasuk
kategori petani kecil yang bertempat tinggal di daerah yang terisolir dengan kondisi
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kurang menguntungkan. Petani kecil
yan ghidup dalam kemiskinan tersebut umumnya memiliki lahan pertanian yang sempit.
Kecilnya luas lahan yang dimiliki mengakibatkan mereka sangat sulit meningkatkan taraf
hidupnya.
Dari waktu ke waktu jumlah penduduk miskin ini semakin berkurang di daerah
pedesaan sementara jumlah penduduk miskin dikota semakin banyak. Hal ini disebabkan
banyak penduduk miskin dari desa yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan yan
glebih baik. Akibatnya mereka bekerja di sektor informal perkotaan seperti pedangang
kako lima, pedangan asongan, pemulung, gelandangan, dan sebagainya. Sebagian dari
profesi ini membuat mereka tetap tergolong miskin.
2.2.2 Konsep dan Indikator Kemiskinan Menurut Pemerintah Indonesia
Untuk mewujudkan hak dasar masyarakat miskin, Bappenas menggunakan beberapa
pendekatan utama, antara lain pendekatan kebutuhan dasar, pendikatan pendapatan,
pendekatan kemampuan dasar, dan pendekatan objektif dan subjektif.
Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan
seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain
pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan,penyediaan air bersih dan
sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya
penguasaan asset dan alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan,
sehingga secara langsung memengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat.
Pendekatan ini, menentukan secara kaku standar pendapatan seseorang di dalam
masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan membaca dan
menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan
ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam pengambilan
keputusan. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai pendekatan
kesejahteraan menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar
keluar dari kemiskinan. Pendekatan subyektif menilai kemiskinan berdasarkan pendapt
atau pandangan orang miskin sendiri (Stepanek, 1985).
Indikator-indikator utama kemiskinan berdasarkan pendekatan di atas yang di kutip
dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapanga kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacar fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban
kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah terbatasnya kecukupan dan
mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses
dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya akses terhadap air bersih, lemahnya
kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan hidup
dan sumber daya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya pertisipasi, dan besarnya
beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya
tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi.
2.2.3 Penyebab Kemiskinan
Nasikun menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :
1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan, direproduksi
melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induced of policy) diantaranya adalah kebijakan
anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.
2. Socio-economic Dualism, yaitu negara ekskoloni yang mengalami kemiskinan karena
pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marginal karena tanah yang paling subur
dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.
3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori Malthus bahwa
pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret
hitung.
4. Resources management and The Environment, yaitu adanya unsur misalnya
manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal
tebang akan menurunkan produktivitas.
5. Natural Cycles and Processes, yaitu kemiskinan yang terjadi karena siklus alam.
Misalnya tinggal di lahan kritis =, dimana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir
tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan
produktivitas yang maksimal terus-menerus. Universitas Sumatera Utara
6. The Marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum perempuan karena
perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan
penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.
7. Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memlihara
kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya,
serta adat-istiadat yang konsumtif saat upacara adat-istiadat keagamaan.
8. Explotative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti
rentenir (lintah darat).
9. Internal Political Fragmentation and Civil stratfe, yaitu suatu kebijakan yang
diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya yang kuat, dapat menjadi
penyebab kemiskinan.
10. International Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem internasional (kolonialisme
dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi semakin miskin.
Selain beberapa faktor di atas, penyebab kemiskinan di masyarakat khususnya di
pedesaan disebabkan oleh keterbatasan asset yang dimiliki, yaitu :
1. Natural Assets; seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat desa hanya
menguasai lahan yang kurang memadai untk mata pencahariannya.
2. Human Assets; menyangkut kualits sumber daya manusia yang relatif masih rendah
dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat Universitas Sumatera Utara
pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan
teknologi).
3. Physical Assets; minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringan
jalan, listrik dan komunikasi.
4. Financial Assets; berupa tabungan (saving), serta akses untuk memperoleh modal
usaha.
5. Social Assets; berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan
bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik.
2.2.4 Karekteristik atau Ciri-ciri Penduduk Miskin
Emil Salim (1976) mengemukakan lima karakteristik kemiskinan, kelima karakteristik
kemiskinan tersebut adalah :
1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.
2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan
sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya sendiri.
4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas.
5. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau
pendidikan yang memadai.
2.3 Pertumbuhan Ekonomi
2.3.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto
riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang
bila terjadi pertumbuhan output riil.
Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi
bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan
taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat
yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” dalam produksi itu
sendiri.
Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai
kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat
bagi penduduknya, dimana pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan kepada kemajuan
teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya.
2.3.2 Mengukur Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu kegunaan penting dari data-data pendapatan nasional adalah untuk
menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dari tahun ke tahun.
Dalam perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pada harga-harga yang berlaku pada
tahun tersebut. Apabila menggunakan harga berlaku, maka nilai pendapatan nasional
menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perubahan
tersebut dikarenakan oleh pertambahan barang dan jasa dalam perekonomian serta adanya
kenaikan-kenaikan harga berlaku dari waktu ke waktu.
Pendapatan nasional berdasarkan harga tetap yakni perhitungan pendapatan nesional
dengan menggunakan harga berlaku pada satu tahun tertentu (tahun dasar) yang
seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun
berikutnya. Nilai pendapatan nasional yang diperoleh secara harga tetap ini dinamakan
pendapatan nasional riil.
Perhitungan ekonomi biasanya menggunakan data PDB triwulan dan tahunan.
Adapun konsep perhitungan petumbuhan ekonomi dalam satu periode (Rahardja. 2000),
yaitu :
¿=PDBR t−PDRB t−1
PDRBt−1
×100 %
Dimana :
Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)
PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan)
PDBRt-1= PDBR satu periode sebelumnya
Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan eksponensial :PDBRt = PDBR0 (1+r)2Dimana :
PDBRt = PDBR periode t
PDBR0= PDBR periode t
r = tingkat pertumbuhan
t = jarak periode
Perhitungan PDB dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1. PDB menurut harga berlaku
Dimana PDB dengan faktor inflasi yang masih terkandung di dalamnya.
2. PDB menurut harga konstan
Dimana PDB meniadakan faktor inflasi. Artinya pengaruh perubahan harga telah
dihilangkan.
Untuk menghitung besarnya pendaptan nasional atau regional, maka ada tiga metode
pendekatan yang dipakai :
1. Pendekatan Produksi (Production Approach)
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor ekonomi
produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis :NI = P1Q1 + P2Q2 + … + PnQn
Dimana :
NI = PDB (Produk Domestik Bruto).
P1, P2,…, Pn = Harga satuan produk pada satuan Masing-masing sektor ekonomi.
Q1, Q2,…, Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi yang dipakai
hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan ganda.
Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan
ganda.
2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Universitas Sumatera Utara
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan besarnya total pendapatan atau balas jasa
setiap faktor-faktor produksi. Secara matematis :Y = Yw + Yr + Yi + YpDimana :
Y = Pendapatan Nasional atau PDB
Yw = Pendapatan Upah/ gaji
Yr = Pendapatan Sewa
Yi = Pendapatan Bunga
Yp = Pendapatan Laba atau profit
3. Pendekatan Pengeluaran (Consumption Approach)
Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan berbagai
golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis :Y = C + I + G + (X-M)Dimana :
Y = PDB (Produk Domestik Bruto)
C = Pengeluaran Rumah Tangga Konsumen Untuk Konsumsi
I = Pengeluaran Rumah Tangga Perusahaan Untuk Investasi
G = Pengeluaran Rumah Tangga Pemerintah
(X-M) = Ekspor Netto atau Perusahaan Rumah Luar Negeri
Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk menghindari adanya
perhitungan ganda.
2.3.3 Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi
Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa.
Ketiga faktor tersebut adalah :
1. Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modul atau sumber daya manusia. Akumulasi
modal terjdi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali
dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.
2. Pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan
kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa
tahun setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu
faktor yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti
akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumnuhan penduduk yang lebih
besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestik.
3. Kemajuan teknologi yang terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas
cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional. Dalam hal ini dikenal
ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu :
• Kemajuan teknologi yang bersifat netral.
• Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja.
• Kemajuan teknologi yang hemat modal.
2.4 Pengeluaran Pemerintah
Dalam kebijakan fiscal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu
anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam pengertian umum,
anggaran brimbang adalah suaatu kondisi dimana penerimaan sama dengan
pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan
(G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana komposisi pengeluaran
lebih besar dari pada penerimaan (G > T).
Anggaran surplus digunkan jika pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi
sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah
pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangangi angka
pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan. Sampai dengan tahun 2004, rincian belanja pemerintah pusat masih
terdiri dari : 1. Pengeluaran rutin dan 2. Pengeluaran pembangunan. Namun sejak
tahun 2005 mulai diterapkan penyatuan anggaran (unified budgeti) antara pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan.
2.4.1 Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan dan
penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang,
pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui pengeluaran
rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran
penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan asset negara,
pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan kepada
masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga stabilitas perekonomian
(Djunasien dan Hidayat,1989).
Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan yang
ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan stabilitas
perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah, penghematan
pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran. Kenaikan
pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai yang dialokasikan untuk
menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu, lonjokan pengeluaran pemerintah
yang terjadi pada pos pembayaran bunga utang luar negeri dan dalam negeri.
Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara pinjaman dari dalam dan luar
negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian.
2.4.2 Pengeluaran Pembagunan
Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang bersifat modal masyarakat
dalam bentuk pembangunan fisik dan non fisik. Dibedakan atas pengeluaran
pembangunan merupakan pengeluaran yang ditunjukan untuk membiayai program-
program pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang
berhasil imobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai
dengan prioritas yang telah direncanakan.
Dalam teori ekonomi makro, ada tiga pos utama pada sisi pengeluaran, yaitu :
1. Pegeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.
3. Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran transfer (transfer payment).
Di samping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap
ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan anggaran pendapatan
dan belanja negara yang sehat, melalui upaya mngurangi upaya menciptakan
pertumbuhan yang berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan rupiah dibiayai dari
sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, dan pinjaman program. Pengelolaan dana
tersebut akan dialokasikan kepada departemen dan lembaga pemerintah non
departemen di tingkat pusat termasuk Departemen Hankam, dan pemerintah daerah,
yang diklasifikasikan ke dalam dana pembangunan yang dikelola oleh instansi pusat,
dan dana pembangunan yang dikelola daerah (Djamin, 1993).
Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan dengan
kemampuan dana dalam negeri, maka pembiayaan proyek masih tetap dibutuhkan.
Pada tahun 1994-2004 pembiayaan pembangunan dengan dana yang bersumber dari
luar negeri diupayakan untuk secara bertahap dikurangi. Untuk itu, pembiayaan
proyek harus dimanfaatkan secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang
produktif dan dilaksanakan secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang
produktif dan dilaksanakan secara lebih transparan, efektif, dan efisien. Dengan
demikian pemilihan proyek-proyek yang pembiayaan bersumber dari pinjaman luar
negeri harus dilakukan berdasarkan prioritas sehingga dapat mendukung penciptaan
sasaran.
Perubahan dalam pengeluaran pemertintah dan pajak akan mempengaruhi
tingkat pendapatan. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa kebijakan fiskal dapat
digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Jika perekonomian berada dalam
keadaan resesi, pajak harus dikurangi atau pengeluaran ditingkatkan untuk menaikkan
output. Jika sedang berada dalam masa makmur (booming) pajak seharusnya
dinaikkan atau pengeluaran pemerintah dikurangi.
Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat
dibedakan menjadi (Suparmoko, 1996) :
1. Pengeluaran itu merupakan investasi untuk menambah kekuatan dan ketahanan
ekonomi di masa-masa mendatang.
2. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi
masyarakat.
3. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.
4. Penyediaan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih
luas.
Berdasarkan penilaian ini, pengeluaran negara dapat dibedakan atas :
Pengeluaran yang self liquiditing sebagian dan seluruhnya, artinya
pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat
yang menerima jasa atau barang-barang yang bersangkutan. Misalnya
pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan negara, atau untuk proyek-proyek
barang produktif ekspor.
Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-keuntungan
ekonomis bagi masyarakat, yang dengan naiknya tingkat penghasilan dan
sasaran pajak yang lain yang akhirnya akan menaikkan penerimaan
pemerintah. Misalnya pengeluaran untuk bidang pengairan, pertanian,
pendidikan, kesehatan masyarakat (public health).
Pengeluaran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak produktif, yaitu
pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan
masyarakat. Misalnya untuk bidang-bidang rekreasi, pendirian monument,
objek-objek wisata Universitas Sumatera Utara dan sebagainya. Dan hal ini
dapat juga mengakibatkan naiknya penghasilan nasional dalam arti jasa-jasa
tadi.
Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan
pemborosan. Misalnya untuk pembiayaan pertahanan perang meskipun pada
saat pengeluaran terjadi penghasilan yang menerimanya akan naik.
Pengeluaran yang merupakan penghematan dimasa yang akan datang.
Misalnya pengeluaran untuk anak yatim piatu, kalau hal ini tidak dijalankan
sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi mereka dimasa mendatang
pada usia yang lebih lanjut pasti akan lebih besar.
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 Kondisi Demografi Propinsi Bengkulu
Jumlah Penduduk Provinsi Bengkulu Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 - 2012
Kabupaten/Kota 2010* 2011 2012
Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kaur
Seluma
Mukomuko
Lebong
Kepahiang
Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu
Provinsi Bengkulu
142.940
246.787
257.675
107.899
173.507
155.753
99.215
124.865
98.333
308.544
1.715.518
145.153
250.608
261.665
109.569
176.193
158.164
100.751
126.798
99.855
313.324
1.742.080
146.891
250.986
268.921
110.921
178.689
161.087
102.126
127.047
101.028
319.098
1.766.794
3.2 Perhitungan Data Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012
Kabupaten/ KotaAngka
Harapan Hidup
Indeks Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
Indeks Melek Huruf
Rata-rata Lama
Sekolah
Indeks Lama
Sekolah
Indeks Pendidikan
Pendapatan Riil (Konsumsi Riil)
Indeks Pendapatan
IPM
BENGKULU 67,99 71,65 97,61 97,61 8,79 58,6 84,61 66,79 70,34 75,53Bengkulu Selatan 65,49 67,48 98,61 98,61 9,25 61,7 86,30 60,43 55,81 69,86Rejanglebong 65,34 67,23 98,03 98,03 8,57 57,1 84,40 76,94 93,53 81,72Bengkulu Utara 67,62 71,03 96,41 96,41 8,01 53,4 82,07 62,27 60,02 71,04Kaur 65,32 67,20 98,8 98,8 8,59 57,3 84,96 63,24 62,23 71,46Seluma 63,82 64,70 97,48 97,48 8,01 53,4 82,79 67,72 72,47 73,32Mukomuko 65,88 68,13 97,32 97,32 7,86 52,4 82,35 68,01 73,13 74,54Lebong 64,75 66,25 98,23 98,23 8,3 55,3 83,93 64 63,97 71,38Kapahlang 62,41 62,35 98,55 98,55 8,06 53,7 83,61 65,73 67,92 71,29Bengkulu Tengah 68,2 72,00 96,9 96,9 7,68 51,2 81,67 60,92 56,93 70,20Kota Bengkulu 68,57 72,62 99,76 99,76 11,37 75,8 91,77 69,49 76,51 80,30
3.3 Analisa Data
3.3.1 Memaknai Hasil Regresi Ganda
3.3.1.1 Tabel Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Indeks Pembangunan Manusia 73.69 4.029 11
Indeks Harapan Hidup 68.24 3.265 11
Indeks Pendidikan 84.41 2.807 11
Indeks Pendapatan 67.91 10.830 11
Tabel Descripstive Statistics menyajikan variabel Indeks harapan Hidup (X1); Indeks
Pendidikan (X2); Indeks Pendapatan (X3) dan variabel IPM (Y).
Hasil deskriptif IPM (Y) dijelaskan bahwa rata-rata (mean) sebesar 73,69
dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar = 4,03 dengan jumlah (N)
sebanyak 11 kota
Hasil deskriptif Indeks Harapan Hidup (X1) dijelaskan bahwa rata-rata (mean)
sebesar 68,24 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar = 3,26 dengan
jumlah (N) sebanyak 11 kota
Hasil deskriptif Indeks Pendidikan (X2) dijelaskan bahwa rata-rata (mean)
sebesar 84,4 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar = 2,80 dengan
jumlah (N) sebanyak 11 kota
Hasil deskriptif Indeks Pendapatan (X3) dijelaskan bahwa rata-rata (mean)
sebesar 67,91 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar = 10,76
dengan jumlah (N) sebanyak 11 kota
3.3.1.2 Tabel Model Summary
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Changedf1 df2
Sig. F
Change
1 1.000a .999 .999 .118 .999 3880.618 3 7 .000
a. Predictors: (Constant), Indeks Pendapatan, Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan
b. Dependent Variable: Indeks Pembangunan Manusia
Tabel Model Summary, pada bagian ini ditampilkan nilai R= 1,000 dan koefisien
Determinasi (Rsquare) sebesar 0,999 adalah pengkuadratan dari nilai 1,0002=0,999. Hal
ini menunjukkan pengertian bahwa IPM (Y) dipengaruhi sebesar 100% oleh variabel
Indeks Harapan Hidup (X1), Indeks Pendidikan (X2) dan Indeks Pendapatan (X3)
dengan catatan semakin kecil angka Rsquare,semakin lemah hubungan kedua atau lebih
variabel tersebut.
3.3.1.3 Tabel ANOVA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 162.261 3 54.087 3.881E3 .000a
Residual .098 7 .014
Total 162.358 10
a. Predictors: (Constant), Indeks Pendapatan, Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan
b. Dependent Variable: Indeks Pembangunan Manusia
Hasil dari uji ANOVA, pada bagian ini ditampilkan bahwa hasil yang diperoleh
adalah nilai F =3,881 dengan tingkat probabilitas sig.0,000. Oleh karena nilai
probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ganda dipakai untuk
memprediksi indeks pembangunan manusia.
3.3.1.4 Tabel Coefficients
Coefficientsa
ModelUnstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .502 1.225 .410 .694
Indeks Harapan Hidup .319 .012 .259 26.409 .000
Indeks Pendidikan .343 .014 .239 23.893 .000
Indeks Pendapatan .330 .004 .887 91.909 .000
a. Dependent Variable: Indeks Pembangunan Manusia
1. Hasil dari uji Coefficients, pada bagian Indeks Harapan Hidup dikemuka-
kan nilai konstant (a) = 0,502; nilai B= 0,319 dan nilai t-hitung = 26,4 dengan
sig=0,000. Dari tabel Coefficients diperoleh persamaan perhitungan regresi,
yaitu: Y= a+bX1 = 0,502+0,319 X1
Keterangan: Konstanta sebesar 0,502 menyatakan bahwa jika tidak ada
peningkatan umur, maka indeks harapan hidup umur adalah 0,502
Koefisien regresi sebesar 0,319 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena
ada tanda +) 0,319 tahun akan meningkatkan IPM sebesar 0,319 tahun.
Sebaliknya jika indeks pembangunan manusia turun 1 maka dapat diprediksi
mengalami penurunan sebesar 0,319 tahun . Jadi tanda + menyatakan arah
hubungan yang searah, dimana kenaikan atau penurunan variabel bebas (X)
akan mengakibatkan kenaikan/penurunan variabel terikat (Y)
Uji Regresi: Indeks Harapan Hidup berpengaruh signifkan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia
a. Hipotesis berdasarkan uji t dirumuskan secara statistik sebagai berikut:
Ha : Pyx1 ≠ 0
Ho : Pyx1 = 0
Hipotesis bentuk kalimat:
Ha : Indeks Harapan Hidup berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
Ho : Indeks Harapan Hidup tidak berpengaruh signifkan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia
Kaidah Keputusan:
Jika nilai thitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
signifkan
Jika nilai thitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya
tidak signifkan
Tabel Coefficients diperoleh thitung = 26,4. Prosedur mencari statistik
tabel dengan kriteria:
Tingkat signifkan (α = 0,05) untuk uji dua pihak df atau dk
(derajat kebebasan) dengan jumlah data (N) – 2 atau 11-2= 9
Sehingga didapat t tabel = 1,83
Ternyata nilai t hitung > t tabel atau 26,4 > 1,83, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifkan. Jadi indeks harapan hidup berpengaruh
signifkan terhadap pembangunan manusia.
b. Hipotesis dengan teknik probabilitas diuji dirumuskan secara statistik
sebagai berikut:
Ha : Indeks Harapan Hidup berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
Ho : Indeks Harapan Hidup tidak berpengaruh signifkan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia
Kaidah Keputusan:
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak siginifkan
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima , artinya siginifkan
Tabel Coefficients diperoleh variabel indeks harapan hidup dengan
nilai Sig sebesar 0,000 dibandingkan dengan probabilitas 0,05 ternyata
nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas Sig atau [0,05
> 0,000], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifkan. Terbukti
bahwa indeks harapan hidup berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
2. Hasil dari uji Coefficients, pada bagian Indeks Pendidikan dikemukakan nilai konstan (a) = 0,502; nilai B= 0,343 dan nilai t-hitung = 23,893 dengan sig=0,000. Dari tabel Coefficients diperoleh persamaan perhitungan regresi, yaitu: Y= a+bX1 = 0,502+0,343 X1
Keterangan: Konstanta sebesar 0,502 menyatakan bahwa jika tidak ada peningkatan indeks pendidikan , maka indeks pembangunan manusia adalah 0,502
Koefisien regresi sebesar 0,502 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena ada tanda +) 0,502 tahun akan meningkatkan IPM sebesar 0,502 tahun. Sebaliknya jika indeks pendidikan turun 1 maka dapat diprediksi mengalami penurunan sebesar 0,502 . Jadi tanda + menyatakan arah hubungan yang searah, dimana kenaikan atau penurunan variabel bebas (X) akan mengakibatkan kenaikan/penurunan variabel terikat (Y)
Uji Regresi: Indeks Pendidikan berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
a. Hipotesis berdasarkan uji t dirumuskan secara statistik sebagai berikut:
Ha : Pyx1 ≠ 0
Ho : Pyx1 = 0
Hipotesis bentuk kalimat:
Ha : Indeks Pendidikan berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
Ho : Indeks Pendidikan tidak berpengaruh signifkan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia
Kaidah Keputusan:
Jika nilai thitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
signifkan
Jika nilai thitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya
tidak signifkan
Tabel Coefficients diperoleh thitung = 23,89 Prosedur mencari statistik
tabel dengan kriteria:
Tingkat signifkan (α = 0,05) untuk uji dua pihak df atau dk
(derajat kebebasan) dengan jumlah data (N) – 2 atau 11-2= 9
Sehingga didapat t tabel = 1,83
Ternyata nilai t hitung > t tabel atau 23,89 > 1,83, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifkan. Jadi Indeks Pendidikan berpengaruh
signifkan terhadap Indeks Pembangunan Manusia
b. Hipotesis dengan teknik probabilitas diuji dirumuskan secara statistik
sebagai berikut:
Ha : Pyx1 ≠ 0
Ho : Pyx1 = 0
Hipotesis bnetuk kalimat
Ha : Indeks Pendidikan berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
Ho : Indeks Pendidikan tidak berpengaruh signifkan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia
Kaidah Keputusan:
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak siginifkan
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima , artinya siginifkan
Tabel Coefficients diperoleh variabel Indeks Pendidikan dengan nilai
Sig sebesar 0,000 dibandingkan dengan probabilitas 0,05 ternyata nilai
probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas Sig atau [0,05 >
0,000], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifkan. Terbukti
bahwa Indeks Pendidikan berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
3. Hasil dari uji Coefficients, pada bagian Indeks Pendapatan dikemukakan nilai konstan (a) = 0,502; nilai B= 0,330 dan nilai t-hitung = 91,90 dengan sig=0,000. Dari tabel Coefficients diperoleh persamaan perhitungan regresi, yaitu: Y= a+bX1 = 0,502+0,330 X1
Keterangan: Konstanta sebesar 0,502 menyatakan bahwa jika tidak ada peningkatan indeks pendapatan, maka indeks pembangunan manusia adalah 0,502
Koefisien regresi sebesar 0,330 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena ada tanda +) 0,330 tahun akan meningkatkan IPM sebesar 0,330 tahun. Sebaliknya jika indeks pendapatan turun 1 maka dapat diprediksi mengalami penurunan sebesar 0,330 . Jadi tanda + menyatakan arah hubungan yang searah, dimana kenaikan atau penurunan variabel bebas (X) akan mengakibatkan kenaikan/penurunan variabel terikat (Y)
Uji Regresi: Indeks Pendapatan berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
a. Hipotesis berdasarkan uji t dirumuskan secara statistik sebagai berikut:
Ha : Pyx1 ≠ 0
Ho : Pyx1 = 0
Hipotesis bentuk kalimat:
Ha : Indeks Pendapatan berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
Ho : Indeks Pendapatan tidak berpengaruh signifkan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia
Kaidah Keputusan:
Jika nilai thitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
signifkan
Jika nilai thitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya
tidak signifkan
Tabel Coefficients diperoleh thitung = 23,89 Prosedur mencari statistik
tabel dengan kriteria:
Tingkat signifkan (α = 0,05) untuk uji dua pihak df atau dk
(derajat kebebasan) dengan jumlah data (N) – 2 atau 11-2= 9
Sehingga didapat t tabel = 1,83
Ternyata nilai t hitung > t tabel atau 91,90 > 1,83, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifkan. Jadi Indeks Pendapatan berpengaruh
signifkan terhadap pembangunan manusia.
b. Hipotesis dengan teknik probabilitas diuji dirumuskan secara statistik
sebagai berikut:
Ha : Pyx1 ≠ 0
Ho : Pyx1 = 0
Hipotesis bentuk kalimat
Ha : Indeks Pendapatan berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
Ho : Indeks Pendapatan tidak berpengaruh signifkan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia
Kaidah Keputusan:
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak siginifkan
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima , artinya siginifkan
Tabel Coefficients diperoleh variabel Indeks Pendapatan dengan nilai
Sig sebesar 0,000 dibandingkan dengan probabilitas 0,05 ternyata nilai
probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas Sig atau [0,05 >
0,000], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifkan. Terbukti
bahwa Indeks Pendapatan berpengaruh signifkan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia
BAB IVPENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada laporan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bengkulu Tahun 2011 yang sebagaimana dalam pengelolaan datanya menggunakan aplikasi SPSS 16.0 dengan analisis regresi ganda dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Indeks Harapan Hidup yang berpengaruh signifkan terhadap Indeks Pembangunan Manusia
2. Indeks Pendidikan yang berpengaruh signifkan terhadap Indeks Pembangunan Manusia
3. Indeks Pendapatan yang berpengaruh signifkan terhadap Indeks Pembangunan Manusia
B. SARANBeberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat dalam menghadapi dinamika penduduk yang sebagaimana dapat mempengaruhi indeks pembangunan manusia tersebut diantaranya: 1. Meningkatkan pengetahuan mengenai masalah kependudukan, baik melalui pendidikan formal maupun informasi yang kemudian disebar-luaskan pada masyarakat dengan tujuan menumbuhkan kesadaran, pengetahuan dan tingkah laku yang bertanggung-jawab serta rasional mengenai permasalahan kependudukan.2. Menurunkan tingkat kelahiran baik secara langsung maupun tidak langsung. Cara langsung adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi.3. Sedangkan untuk cara tidak langsung adalah melalui faktor sosial-budaya, seperti berikut:
DAFTAR RUJUKAN
http://www.bkpmdbengkulu.com/jo/index.php?option=com_content&view=article&id=47&Itemid=2. Kondisi Umum Provinsi Bengkulu. diakses 14 Desember 2013
http://adetiapunya.blogspot.com/2012/05/pengendalian-dinamika-dan-pengukuran.html. Pengendalian Dinamika Dan Pengukuran Kependudukan Dalam Konsep Dasar Dan Pengelolaankependudukan. diakses 14 Desember 2013
http://bengkulu.bps.go.id/index.php?r=site/page&view=penduduk. Penduduk. diakses 14 Desember 2013
http://altitudesjablog.blogspot.com/2013/02/indikator-indikator-pembangunan-manusia.html. Indikator-Indikator Pembangunan Manusia. Diakses 14 Desember 2013