BAB I
PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
HIDROLISIS SUKROSA DAN PATI
I. TUJUAN
1. Mengamati hidrolisis disakarida menjadi dua satuan monosakarida
2. Mengamati hidrolisis polisakarida oleh asam menjadi satuan
monosakarida
3. Mengamati perbedaan hidrolisis sukrosa dan pati
II. DASAR TEORI
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang te
rdapat di alam. Banyak karbohidrat memiliki rumus empiris CH2O misalny
a glukosa ialah C6H12O6(enam kali CH2O). Berbagai senyawa yang termas
uk kelompok karbohidrat mempunyai
molekul yang berbeda ukurannya. Berbagai senyawa itu dibagi menjadi tig
a golongan yaitu :
1. Monosakarida
Monosakarida disebut gula sederhana,satuan karbohidrat yang
tersederhana dan tidak dapat dihidrolisis menjadi satuan yang lebih kecil.
Monosakarida bersifat mudah larut dalam air,larutannnya biasanya manis.
Beberapa monosakarida yang lazim yaitu:
a. Glukosa
glukosa merupakan monosakarida terpenting,kadang disebut gula darah
karena dijumpai dalam darah ),gula anggur (karena dijumpi dalam buah
anggur).Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan disebut dekstrosa (memutar
cahaya terpolarisasi kekanan),biasanya terdapat di buah madu.
b. Fruktosa
fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya
terpolarisai ke kiri, dan karenanya disebut levulosa.
c. Galaktosa
1
Galaktosa merupakan monosakarida yang jarang terdapat bebas di alam.
Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa. Galaktosa
mempunyai sifat kurang manis dan kurang latut dalam air , juga memutar
bidang polarisasi ke kanan. Banyak atom karbon dalam suatu
monosakarida dinyatakan dengan tri,tetra.dan lain lain. Misalnya, triosa
adalah monosakarida tiga karbon dan heksosa merupakan monosakarida
enam karbon.akhiran osa digunakan dalam tata nama karbohidrat
sistematik untukmenytakan suatu gula pereduksi, gula yang mengandung
suatu gugus aldehid / α-hidroksiketon. Oksidasi monosakarida merupakan
Suatu gugus aldehida sangat mudah dioksidasi menjadi suatu gugus
karboksil. Uji kimiawi untuk aldehida tergantung mudahnya oksidasi, gula
yang didapat dioksidasi oleh pengoksidasi lembut seperti reagon tollens
suatu larutan basa dari Ag(NH3)2+ disebut gula pereduksi,karena zat
pengeduksi organik direduksi dalam reaksi itu.
Bentuk hemiasetal siklik dari semua aldosa mudah dioksidasi karena
berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida rantai terbuka.
Reduksi Monosakarida
Baik aldosa maupun ketosa dapat direduksi oleh zat pereduksi
karbonil seperti hidrogen dan katalis/ suatu hidrida logam menjadi
polialkohol yang disebut aldito.
1. Produk reduksi D-glukosa disebut D-glusitol / sorbitol.
Dglusitol alamiah telah di isolasi dari banyak buah dan dari lumut serta
rumput laut. D-glusitol sintetik digunakan sebagai pemanis sintetik.
2. Oligo Sakaridsa
Adalah gula yang apabila terhidrolisis menghasilkan beberapa molekul
monosakarida. Termasuk senyawa ini adalah :
a) Disakarida : tersusun dari 2 molekul monosakarida
b) Trisakarida : tersusun dari 3 molekul monosakarida
c) Tetrasakarida : tersusun dari 4 molekul monosakarida
2
Sifat dari oligosakarida adalah mudah larut dalam air dan larutannya be
rasa manis. Monosakarida dan disakarida berasa manis maka disebut
gula. Oligosakarida yang terdapat di alam adalah disakarida.
1. Sukrosa
Disakarida sukrosa adalah gula pasir biasa baik dari tebu maupun
bit. Komposisi kimia dari gula adalah sama. Satu fruktosa dan satu
satuan glukosa. Ikatan glukosida menghubungkan karbon ketal dan
asetal dan bersifat β dari fruktosa dan α dari glukosa. Dalam
sukrosa baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus
hemiasetal. Karena itu sukrosa dalam air tidak berada dalam
kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehida dan keton. Sukrosa
tidak menunjukkan mutarotasi dan bersifat gula pereduksi.
2. Maltosa
Maltosa adalah disakrida yang terbentuk dari dua molekul glukosa.
Ikatan yang terjadi antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon n
omor 4. Oleh karenanya, maltosa masih mempunyai gugus OH glik
osidik. Dan dengan demikian, maltosa mempunyai sifat mereduksi.
Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum
dengan asam atau enzim. Maltosa digunakan dalam makanan bayi
atau susu bubuk berenergi. Maltosa mengalami mutarotasi dan
bersifat gula pereduksi.
3. Laktosa
Laktosa memiliki sifat merotasi dan mereduksi.
Pada uji Fehling tujuan dari penambahan Fehling adalah untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan glukosa maupun fruktosa
(gugus aldehid) pada amilum maupun sukrosa yang akan diuji.
(McMurry,John,1999). Gula pereduksi seperti glukosa, dan fruktosa akan
memberikan reaksi positif dengan pereaksi Fehling, dengan membentuk
endapan merah bata (Morgong Siregar, 1988).
3
Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat dimana molekulnya apabila dihidrolisis
menghasilkan banyak sekali monosakarida. Sifat polisakarida adalah sukar
larut dalam air. Larutannya dalam air berupa koloid dan rasanya tidak manis
(bukan gula). Polisakarida mempunyai molekul besar. Molekul polisakarida
terdiri atas banyakmolekul monosakarida, polisakarida biasanya berwarna
putih tidak berbentuk kristal, tidak manis dan tidak bersifat mereduksi.
1. Pati
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih
kompleks dari pada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida
terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas
satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan
yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya
polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk
kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat
mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu
hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan
membentuk larutan koloid.
Beberapa polisakarida yang penting di antaranya ialah amilum,
glikogen, dekstrin dan sakarida. Amilum Polisakarida ini terdapat
banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau
dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang
dan biji-bijian. Batang pohon sagu mengandung pati yang setelah
dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan. Umbi yang terdapat pada
ubi jalar atau akar pada ketela pohon atau singkong mengandung pati
yang cukup banyak, sebab ketela pohon tersebut selain dapat digunakan
sebagai makanan sumber karbohidrat, juga digunakan sebagai bahan
baku dalam pabrik tapioka.
Pati merupakan simpanan energi di dalam sel-sel tumbuhan berbentuk
butiran-butiran kecil mikroskopik dengan berdiameter berkisar antara 5-
50 nm. Struktur pati terdiri dari α- amilosa dan amilopektin. Amilosa
4
merupakan polimer glukosa rantai panjang yang tidak bercabang
sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa dengan susunan
yang bercabang-cabang. Komposisi kandungan amilosa dan
amilopektin ini akan bervariasi dalam produk pangan dimana produk
pangan yang memiliki kandungan amilopektin tinggi akan semakin
mudah untuk dicerna.
Teori yang mendasari hidrolisis pati menurut Fessenden adalah, pati
(starch) atau amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada
sebagian besar tanaman, terbagi menjadi dua fraksi yaitu amilosa dan
amilopektin. Amilosa (+- 20 %) memilki strusktur linier dan dengan
iodium memberikan warna biru serta larut dalam air. Fraksi yang tidak
larut disebut amilopektin (+- 80 %) dengan struktur bercabang. Dengan
penambahan iodium fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Pati
dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dapat dengan
iodium dan menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna. Hasil
akhir hidrolisis dapat ditegaskan dengan uji Benedict.(Fessenden,1982).
III. PROSEDUR KERJA
1. ALAT
a. Tabung reaksi
b. Pengaduk kaca
c. Timbangan digital
d. Gelas ukur
e. Beaker glass
f. Pipet tetes
g. Pipet ukur
h. Kompor listrik
i. Spatula
j. Penjepit
k. Mortal dan pastle
l. Gelas arloji
m. Ball filler
n. Pembakar spirtus
2. BAHAN
a. Larutan sukrosa
b. Larutan amilum
c. Kristal tembaga II
sulfat
5
d. Asam sulfat encer
e. NaOH
f. Natrium kalium
tartrat
g. HCL pekat
h. I2
i. Ubi
j. Aquades
3. RANGKAIAN ALAT
Gambar 1.a Tabung reaksi Gambar 1.b Pengaduk kaca
Gambar 1.c Timbangan Gambar 1.d gelas ukur
Gambar 1.e beaker glass Gambar 1.f pipet tetes
Gambar 1.g pipet ukur Gambar 1.h kompor listrik
6
Gambar 1.i spatula Gambar 1.j penjepit
Gambar 1.k Mortal dan pastle Gambar 1.l gelas arloji
Gambar 1.m ball filler Gambar 1.n pembakar spirtus
7
Tabung reaksi I Tabung reaksi II
Pereaksi Fehling 2 mL
Dimasukkan
Amilum 10 tetes Sukrosa 10 tetes
Ditambahkan
Dipanaskan
Amati Perubahannya
Menyiapkan 1 tabung reaksi
1 mL sukrosa
I mL HCl pekat
Uji dengan Fehling AB
Amati perubahannya
Ditambahkan
Ditambahkan
Dipanaskan
4. SKEMA KERJA
Uji Fehling
Gambar I.1 Skema Kerja Uji Fehling
Hidrolisis Disakarida
Gambar I.2 Skema Kerja Hidrolisis disakarida
8
5 gram ubi
Dihaluskan
Tambahkan sedikit air
Ditambah
HCl 0,1 N 40 mL
Dipanaskan sambil diaduk
Ambil 1 tetes larutan setiap interval 1 menit
Uji dengan 1 tetes I2
Letakkan pada gelas arloji
Catat lama hidrolisis
Amati perubahan warna
1, 732 gram Cu(II)SO4
Air + H2SO4 beberapa tetes
Dilarutkan
Tambah air hingga volume 25 mL
Fehling A
3 gram NaOH 8,65 gram Na.K.C4O6
Larutakan dalam air
Tambah air hingga volume 25 mL
Fehling B
Pereaksi Fehling AB
Campurkan dalam volume yang sama
Hidrolisis Polisakarida
Gambar I.3 Skema Kerja Hidrolisis Polisakarida
Larutan Fehling
5.
Gambar I.4 Skema Kerja Pembuatan Fehling
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan
No. Cara Kerja Hasil Pengamatan1. Fehling A + Fehling B Pereaksi fehling berwarna biru tua.2. a) Pereaksi Fehling + amilum Tidak ada perubahan (larutan biru
tua). Dipanaskan 5 menit Larutan berubah biru pekat dan
meluap-luap ke luar tabung. Dipanaskan 10 menit Larutan bertambah biru pekat dan
masih meluap-luap ke luar tabung.
Dipanaskan 15 menit Larutan bertambah biru pekat dan masih meluap-luap ke luar tabung.
Dipanaskan 20 menit Larutan bertambah biru pekat dan terdapat endapan berwarna merah bata.
b) Pereaksi Fehling + sukrosa Tidak ada perubahan (larutan biru tua).
Dipanaskan 5 menit Terbentuk endapan merah bata pada larutan.
Tabel I.1 Data Pengamatan Percobaan Uji Fehling
No. Cara Kerja Hasil Pengamatan1. Sukrosa + larutan HCl pekat Larutan tidak berwarna (bening).2. Dipanaskan Larutan berubah warna menjadi
orange.3. Ditambah pereaksi Fehling Larutan berubah warna menjadi
kuning kehijauan.Tabel I.2 Data Pengamatan Hidrolisis Disakarida
Tabel I.3 Data Pengamatan Hidrolisis Polisakarida
Waktu (menit) Warna yang terbentuk1 Abu-abu tua2 Abu-abu tua3 Abu-abu tua4 Biru tua5 Biru tua6 Biru tua7 Biru tua8 Biru tua9 Biru tua10 Ungu
10
Waktu (menit) Warna yang terbentuk11 Ungu12 Ungu13 Ungu14 Ungu15 Ungu muda16 Ungu muda17 Ungu muda18 Ungu muda19 Ungu muda20 Ungu muda
Pembuatan Fehling
Larutan Fehling A dibuat dengan cara melarutkan tembaga(II) sulfat ke
dalam air yang mengandung beberapa tetes asam sulfat encer, di dalam
gelas kimia. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan
air sesuai dengan jumlah volume yang diinginkan. Dalam praktikum ini,
praktikan menghendaki volume larutan Fehling A yang ingin dibuat adalah
sebanyak 25 mL. Maka jumlah atau komposisi bahan-bahan yang
dibutuhkan dapat diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
Apabila volume yang diinginkan adalah sebesar 500 mL maka jumlah
tembaga(II) sulfat yang ditambahkan adalah sebesar 34,64 gram. Karena
volume yang diinginkan adalah 25 mL, sedangkan 25 mL adalah 5% dari
500 mL, maka jumlah tembaga(II) sulfat yang ditambahkan juga sebanyak
5% dari 34,64, sehingga diperoleh angka sebesar 1,732 gram.
Larutan Fehling B dibuat dengan cara melarutkan NaOH dan
Na.K.C4O6 ke air di dalam gelas kimia. Berdasarkan perhitungan yang sama
dengan pembuatan Fehling A, karena larutan fehling B yang dibuat
memiliki volume 25 mL, maka jumlah NaOH dan Na.K.C4O6 yang
ditambahkan adalah sebesar 3 gram dan 8,65 gram. Selanjutnya larutan
tersebut dipindahkan ke dalam labu takar dan ditambahkan air hingga
volume yang sesuai.
Pereaksi Fehling AB selanjutnya digunakan dengan cara
mencampurkan Fehling A dengan Fehling B dalam jumlah atau volume
yang sesuai. Larutan Fehling ini akan digunakan dalam uji fehling yang
11
mana berperan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan glukosa
maupun fruktosa (gugus aldehid) pada amilum maupun sukrosa yang akan
diuji. Gula pereduksi seperti glukosa, dan fruktosa akan memberikan reaksi
positif dengan pereaksi Fehling, dengan membentuk endapan merah bata
(Morgong Siregar, 1988).
Uji Fehling
Percobaan uji fehling ini bertujuan untuk membandingkan antara
hidrolisis amilum dengan hidrolisis sukrosa. Pereaksi fehling yang
digunakan dibuat dengan cara mencampurkan Fehling A dan Fehling B ke
dalam tabung reaksi dengan volume masing-masing 1 mL. Tujuan dari
penambahan Fehling adalah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya
kandungan glukosa maupun fruktosa (gugus aldehid) pada amilum maupun
sukrosa yang akan diuji, karena gula pereduksi seperti glukosa, dan fruktosa
akan bereaksi dengan pereaksi Fehling dan menghasilkan endapan merah
bata Cu2O ( McMurry,John:1999 ).
Pada uji fehling dengan amilum, amilum yang ditambahkan adalah
sebanyak 10 tetes. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan pada larutan saat
sebelum dan sesudah penambahan amilum, yaitu tetap berwarna biru tua,
hal ini dikarenakan sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi fehling karena
tidak memiliki gugus aldehid bebas. Selanjutnya tabung reaksi yang telah
berisi campuran antara pereaksi fehling dan amilum dipanaskan. Tujuan dari
proses pemanasan adalah untuk mempercepat proses pemecahan atau reaksi
hidrolisis. Pada saat pemanasan memasuki waktu 5 menit pertama, larutan
sudah mulai mengalami perubahan, yaitu bertambah biru pekat. Selain itu
selama proses pemanasan larutan yang ada di dalam tabung meluap-luap,
bahkan hingga keluar dari tabung. Berdasarkan hasil pengamatan, belum
terbentuk endapan merah bata pada larutan, karena amilum merupakan
polisakarida yang tidak dapat bereaksi dengan Fehling. Amilum juga bukan
gula pereduksi dan tidak memiliki gugus aldehid dan keton bebas, sehingga
tidak terjadi oksidasi antara amilum dan larutan Fehling, maka tidak
12
terbentuk endapan dan larutan tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan
bahwa proses hidrolisis belum tercapai sempurna.
Pemanasan dilanjutkan selama 5 menit selanjutnya, dan hasil
pengamatan menunjukkan bahwa larutan hanya bertambah biru pekat,
selebihnya tidak ada perubahan apapun. Pada tahap ini proses hidrolisis
masih belum belum tercapai pada amilum. Kondisi yang demikian itu
berlanjut hingga 5 menit ketiga, atau selama 15 menit pemanasan. Pada
rentan waktu ini bisa dikatakan sedang terjadi proses hidrolisis amilum
menjadi maltose yang merupakan disakarida. Hasil uji fehling ini masih
negatif karena disakarida bukan merupakan gula pereduksi dan tidak
memiliki gugus aldehid bebas maka dari itu hasil uji fehling terhadap
maltosa masih menunjukkan hasil yang negatif.
Pada 5 menit keempat mulai terdapat perubahan yang berarti, yaitu
larutan tidak hanya bertambah biru pekat, melainkan sudah mulai terbentuk
endapan merah bata meskipun jumlahnya belum begitu banyak. Hal ini
menunjukkan bahwa proses hidrolisis telah tercapai secara sempurna, yang
mana polisakarida amilum tersebut telah terpecah menjadi monomer-
monomer glukosa yang pada akhirnya bereaksi dengan fehling sehingga
terbentuklah endapan merah bata. Jadi reaksi hidrolisis amilum menjadi
satuan monosakarida memerlukan waktu kurang lebih 20 menit.
Pada uji fehling dengan sukrosa, sukrosa yang ditambahkan adalah
sebanyak 10 tetes. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan pada larutan saat
sebelum dan sesudah penambahan sukrosa, yaitu tetap berwarna biru tua,
hal ini dikarenakan sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi fehling karena
tidak memiliki gugus aldehid bebas. Sama halnya dengan pengujian
amilum, tabung reaksi yang telah berisi campuran antara pereaksi fehling
dan sukrosa dipanaskan. Tujuan dari proses pemanasan adalah untuk
mempercepat proses pemecahan atau reaksi hidrolisis. Pada saat pemanasan
memasuki waktu 5 menit pertama, sudah terbentuk endapan merah bata
pada larutan. Sukrosa merupakan dimer dari dua molekul monosakarida
yang berbeda yaitu D glukosa (bentuk piran), dan D fruktosa (bentuk furan)
13
melaui ikatan glikosida. Setelah proses hidrolisis terjadi akan terbentuk
endapan merah bata karena monosakaridanya merupakan gula pereduksi dan
bereaksi dengan fehling. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa positif
mengandung glukosa, dimana secara teori disebutkan jika reagen fehling
digunakan dan terdapat endapan kemerahan hasil reduksi Cu2+ maka
mengindikasikan hasil yang positif ( McMurry,John:1999 ).
Sukrosa membutuhkan waktu yang cukup singkat untuk terpecah atau
terhidrolisis menjadi monomer-monomernya, sedangkan amilum
membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini dikarenakan amilum yang
merupakan polisakarida mempunyai rantai molekul berupa monomer yang
sangat panjang, jadi untuk memecahnya menjadi monomernya
membutuhkan waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan sukrosa.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa reaksi hidrolisis
amilum (polisakarida) membutuhkan waktu yang lebih lama daripada
sukrosa (disakarida).
Hidrolisis DisakaridaPercobaan hidrolisis sukrosa dilakukan dengan mencampurkan 1 mL
larutan sukrosa dengan 1 mL HCl pekat. Tujuan dari penambahan larutan
HCl adalah sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis sukrosa tersebut. Setelah
penambahan HCl larutan tidak mengalami perubahan dari segi fisik,
melainkan tetap berwarna putih jernih (bening). Hal ini dikarenakan sukrosa
belum terhidrolisis oleh HCl. Setelah dipanaskan larutan berubah warna
menjadi orange, yang mana menunjukkan bahwa sukrosa telah terpecah
oleh HCl menjadi monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa dalam keadaan
panas (dipanaskan).
Sukrosa + HCl → Glukosa + Fruktosa
(disakarida) (monosakarida) (monosakarida)
Kemudian setelah ditambahkan fehling A dan fehling B berubah warna
menjadi kuning kehijauan. Secara teoritis sukrosa yang telah terhidrolisis
akan menghasilkan endapan berwarna merah bata yang mengindikasikan
bahwa sukrosa mengandung glukosa. Namun berdasarkan hasil pengamatan
14
data yang diperoleh pada praktikum tidaklah sama dengan hasil secara teori,
yaitu larutan berubah warna menjadi kuning kehijauan. Berdasarkan hasil
analisis kesalahan semacam ini bisa terjadi karena kurangnya waktu
pemanasan larutan sehingga hidrolisis sempurna belum tercapai, akibatnya
larutan belum mengandung glukosa maupun fruktosa sehingga saat ditetesi
pereaksi fehling hasilnya adalah negatif.
Hidrolisis Polisakarida
Percobaan diawali dengan menghaluskan 5 gram ubi dan kemudian
dijadikan larutan ubi dengan menambahkan HCl pekat 0, 1 N sebanyak 40
mL dan air hingga volume 50 mL ke dalam gelas kimia. Tujuan dari
penambahan larutan HCl adalah sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis
sukrosa tersebut.
Kemudian campuran larutan ubi dan HCl tersebut dipanaskan sambil
terus diaduk. Setelah dipanaskan 1 menit diambil 1 tetes larutan tersebut
dengan pipet tetes kemudian diletakkan pada gelas arloji, lalu ditetesi
larutan I2 sebanyak 1 tetes juga. Tujuan dari penambahan larutan I2 adalah
untuk menguji kandungan amilum dalam larutan tersebut. Hasil yang positif
menunjukkan perubahan warna sampel menjadi biru. Warna yang terbentuk
adalah dari sampel pada 1 menit pertama adalah abu-abu tua, yang mana
menunjukkan bahwa pada sampel masih terkandung amilum. Hal ini
menandakan ubi belum mengalami hidrolisis secara sempurna.
Pengambilan sampel dilakukan setiap interval 1 menit sampai larutan
tidak mengalami perubahan warna oleh iodium. Pada 1 menit berikutnya
diberikan perlakuan yang sama dan warna yang terbentuk adalah biru tua.
Pada menit-menit berikutnya didapati warna biru yang semakin memudar
ketika larutan ubi ditetesi dengan I2. Hingga 20 menit diberi perlakuan yang
sama dengan interval tetap 1 menit, larutan tidak mengalami perubahan
warna lagi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah tidak terdapat amilum
di dalam larutan sampel. Ini menandakan bahwa polisakarida yaitu amilum
dalam ubi sudah terhidrolisis secara sempurna. Jadi dapat disimpulkan
15
bahwa polisakarida yaitu amilum dalam ubi telah terhidrolisis dalam waktu
20 menit.
Proses hidrolisis bisa terjadi karena selama dipanaskan HCl memutus
ikatan polisakarida menjadi molekul-molekul yang lebih kecil atau
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Molekul-molekul kecil tersebut
antara lain adalah glukosa yang mana merupakan monomer dari
polisakarida yaitu amium dalam ubi. Hasil hidrolisis dapat bereaksi dengan
iodium dan menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna. Hidrolisis
yang sempurna ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada larutan
saat ditetesi pereaksi fehling. (Fessenden,1982).
16
V. SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Disakarida bisa terhidrolisis oleh asam dan menghasilkan dua satuan
monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa.
2. Polisakarida bisa terhidrolisis oleh asam dan menghasilkan satuan-
satuan monosakarida yaitu glukosa.
3. Hidrolisis polisakarida membutuhkan waktu yang lebih lama jika
dibandingkan dengan hidrolisis disakarida.
SARAN
1. Dalam pembuatan larutan fehling bahan-bahan yang dicampurkan
harus tepat jumlahnya.
2. Mengamati setiap perubahan yang terjadi pada percobaan secara teliti.
17
VI. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
McMurry, John. 1999. Organic Chemistry, Fifth Edition. USA :
Brooks/Cole
Siregar, Morgong. 1988. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta
Tim Dosen Kimia Organik Biokimia. 2013. Penunjuk Praktikum Kimia
Organik dan Biokimia, Prodi Teknik Kimia UNNES. Semarang
18